Makalah Dan ASKEP Kel 10
Makalah Dan ASKEP Kel 10
Makalah Dan ASKEP Kel 10
MATERI FISIOLOGIS
DISFUNGSI SEKSUAL PADA NY. T DENGAN KANKER SERVIK
Dosen Pembimbing :
Ns Amelia Susanti, M.Kep.SP.Kep.J
Disusun Oleh :
Kelompok 10
1. Dhea Nurhazanah (2314201062)
2. Dina Syafitri (2314201063)
3. Havifah Yasri (2314201067)
5. Aziz Azlia Nanda Lubis ( 2314201059 )
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya, kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Disfungsi Seksual Pada Ny. T
Dengan Kanker Servik”. Tugas ini saya buat untuk memeneuhi tugas Mata Kuliah
Aplikasi Promkes di Berbagai Tatanan II. Tidak lupa shalawat beserta salam tercurah
kepada rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Eri Wahyudi , S.K.M, M.Kes
sebagai Dosen Pengampu. Saya menyadari makalah ini jauh dari sempurna. Oleh sebab
itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
x
2. Disfungsi Seksual pada Pasien Kanker Servik.............................. 19
a. Definisi .................................................................................. 19
b. Batasan Karakteristik ............................................................. 19
c. Faktor yang Berhubungan ...................................................... 19
d. Pengelolaan Disfungsi Seksual pada Kanker Servik ............... 19
B. Asuhan Keperawatan Disfungsi Seksual Pada Kanker Servik ........... 23
1. Pengkajian ................................................................................... 23
2. Diagnosa keperawatan ................................................................. 24
3. Rencana Keperawatan ................................................................. 25
4. Implementasi ............................................................................... 26
5. Evaluasi keperawatan .................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kanker adalah istilah umum untuk pertumbuhan sel yang tidak normal
yaitu tumbuh sangat cepat, tidak terkontrol dan tidak berirama yang dapat
menyusup ke jaringan tubuh normal dan menekan jaringan tubuh normal
sehingga mempengaruhi fungsi tubuh (Romauli & Vindari, 2011). Menurut
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015), penyakit kanker serviks
dan payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di
Indonesia. Kanker seviks atau kanker leher rahim merupakan jenis tumor
ganas yang mengenai lapisan permukaan (epitel) dari leher rahim atau mulut
rahim (Savitri, 2015). Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks
adalah sejenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh Human Papiloma Virus
(HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim (Irianto, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO) (2016) kanker serviks di
seluruh dunia menempati urutan keempat diantara kanker yang sering terjadi
pada wanita dengan perkiraan 530.000 kasus baru pada tahun 2012, yang
mewakili 7,5% dari semua kematian akibat kanker pada perempuan. Menurut
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2015), penyakit kanker serviks
merupakan penyakit kanker yang menempati urutan tertinggi di Indonesia
dengan prevalensi pada tahun 2013 sebesar 0,8%. Dinas Kesehatan Provinsi
Jawa Tengah melalui Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2015
melaporkan melalui cakupan deteksi dini kanker leher rahim dengan metode
Inspeksi Visual Asam (IVA) menurut kabupaten / kota pada perempuan usia
30-50 tahun, ditemukan 1868 peremuan dengan IVA positif atau 9,86% dari
total jumlah perempuan usia 30-50 tahun. Data dari Profil Kesehatan
Kabupaten Banyumas tahun 2015 menyebutkan bahwa ditemukan 39 kasus
kanker servik. Menurut data rekam medik RSUD Prof. DR. Margono
1
2
Soekarjo Purwokerto pada tahun 2016 tercatat 21 kasus pasien kanker servik
yang dirawat di Ruang Bougenvil dengan rentang usia 18 sampai 81 tahun.
Kanker seviks akan menimbulkan masalah tersendiri bagi perempuan
yang mengalaminya karena kanker ini berhubungan dengan perubahan pada
organ reproduksi perempuan yang dianggap sebagai bagian yang sangat
penting bagi perempuan (Wijaya, 2010). Dampak kanker serviks terhadap
perubahan body image, penurunan harga diri, gangguan hubungan dengan
pasangan serta isu seksual dan reproduksi dapat menurunkan kualitas hidup
perempuan dengan kanker serviks (Priyanto, 2011). Penderita kanker serviks
sering mengalami masalah psikologi karena diagnosa kanker serviks
merupakan salah satu peristiwa paling menakutkan yang menyebabkan
kecemasan baik bagi penderita maupun keluarga. Masalah sosial yang sering
muncul pada penderita kanker serviks adalah isolasi sosial, gangguan peran,
adanya ketergantungan, kehilangan kontrol dan kehilangan produktifitas
(Misgiyanto & Susilawati, 2014).
Gangguan seksualitas merupakan masalah yang sangat sering terjadi
pada penderita kanker servik. Gangguan seksualitas pada penderita kanker
serviks apabila kanker serviks sudah mengalami progresivitas atau stadium
lanjut, antara lain perdarahan setelah melakukan hubungan seksual dan nyeri
ketika berhubungan seksual. Hal ini dapat menyebabkan penderita kanker
serviks mengalami penurunan minat untuk melakukan hubungan seksual
(Misgiyanto & Susilawati, 2014). Terapi kanker servik juga dapat
menyebabkan disfungsi seksual yang mempengaruhi kualitas hidup
perempuan. Idealnya tujuan dari terapi kanker adalah membunuh sel-sel
kanker, namun proses penghancuran sel-sel kanker dapat juga merusak sel-sel
darah dan sel-sel tubuh lainnya. Obat anti kanker dapat mempengaruhi sel-sel
yang membelah dengan cepat termasuk sel darah. Jika sel darah terkena
pengaruh obat anti kanker, penderita kanker servik akan lebih mudah
mengalami infeksi, mudah memar, mengalami perdarahan serta kekurangan
tenaga. Hal ini dapat mengakibatkan penderita kanker servik untuk enggan
melakukan hubungan seksual (Dyayadi, 2009).
3
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umun
Menggambarkan asuhan keperawatan Disfungsi Seksual pada Ny.T
dengan Kanker Serviks di Ruang Bougenvil RSUD. Prof. DR. Margono
Soekarjo Purwokerto.
2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan pengkajian Disfungsi Seksual pada Ny.T dengan
Kanker Serviks di Ruang Bougenvil RSUD. Prof. DR. Margono
Soekarjo Purwokerto.
b. Menggambarkan rumusan masalah atau diagnosa keperawatan
Disfungsi Seksual pada Ny.T dengan Kanker Serviks di Ruang
Bougenvil RSUD. Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto.
c. Menggambarkan rencana asuhan keperawatan Disfungsi Seksual pada
Ny.T dengan Kanker Serviks di Ruang Bougenvil RSUD. Prof. DR.
Margono Soekarjo Purwokerto.
d. Menggambarkan implementasi Disfungsi Seksual pada Ny.T dengan
Kanker Serviks di Ruang Bougenvil RSUD. Prof. DR. Margono
Soekarjo Purwokerto.
e. Menggambarkan evaluasi asuhan keperawatan Disfungsi Seksual pada
Ny.T dengan Kanker Serviks di Ruang Bougenvil RSUD. Prof. DR.
Margono Soekarjo Purwokerto.
f. Menganalisis / membahas hasil pengkajian, masalah keperawatan,
perencanaan, tindakan yang ditekankan pada prosedur keperawatan,
dan evaluasi dari tindakan yang dilakukan untuk mengatasi Disfungsi
Seksual pada Ny.T dengan Kanker Serviks di Ruang Bougenvil
RSUD. Prof. DR. Margono Soekarjo Purwokerto.
6
C. Manfaat Penulisan
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Kanker Servik
a. Definisi
Kanker seviks atau kanker leher rahim merupakan jenis tumor
ganas yang mengenai lapisan permukaan (epitel) dari leher rahim
atau mulut rahim. Kanker ini dapat terjadi karena sel-sel permukaan
tersebut mengalami penggandaan dan berubah sifat tidak seperti sel
yang normal (Savitri, 2015).
Kanker leher rahim atau disebut juga kanker serviks adalah
sejenis kanker yang 99,7% disebabkan oleh HPV onkogenik, yang
menyerang leher rahim (Irianto, 2015).
Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada servik
uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan
pintu masuk kearah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan
liang senggama / vagina (Diananda, 2009).
b. Etiologi
Menurut Savitri (2015) penyakit ini dipicu oleh
mikroorganisme yang bernama HPV. Sekali kita terinfeksi dari
HPV, maka semakin besar risiko terkena kanker serviks. Proses
infeksi HPV menjadi kanker serviks memerlukan waktu yang cukup
lama, yaitu 10-20 tahun.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya
kanker serviks menurut Savitri (2015), antara lain adalah :
1) Melakukan hubungan seksual sebelum usia 20 tahun
Melakukan hubungan seksual sebelum usia 20 tahun dapat
menjadi faktor penyebab kanker servik karena sebelum usia 20
7
8
5) Merokok
Kebiasaan merokok juga dapat meningkatkan resiko kanker
servik, karena lendir servik pada wanita perokok mengandung
nikotin dan zat-zat yang juga terkadung dalam rokok. Hal ini
membuat servik kehilangan daya tahan secara optimal.
6) Riwayat kanker servik pada keluarga
Apabila saudara kandung atau ibu memliki riwayat kanker
servik, maka resiko seseorang untuk terkena kanker servik juga
lebih besar dari wanita yang tidak memiliki riwayat keluarga
dengan kanker servik. Beberapa penilitian menduga hal ini
berkaitan dengan berkurangnya kemampuan orang tersebut dan
keluarnya untuk melawan infeksi HPV.
7) Usia
Sebagian besar penderita kanker servik adalah wanita berusia 40
tahunan ke atas. Sangat jarang ditemukan wanita berusia 35
tahun ke bawah yang mengidap kanker servik. Hal ini
dikarenakan virus HPV perlu waktu antara 10-20 tahun untuk
betransformasi menjadi kanker servik. Selain itu semakin tua
usia seseorang, semakin rendah daya tubuhnya.
8) Defisiensi Nutrisi
Beberapa penelitian melaporkan bahwa defisiensi asam folat
dapat juga meningkatkan resiko terserang dysplasia ringan atau
sedang. Bahkan dapat meningkatkan resiko terkena kanker
servik pada wanita yang makan makanan rendah beta karoten
dan retinol (vitamin A). Hal ini dikarenakan antioksidan dapat
melindungi DNA / RNA terhadap pengaruh buruk radikal bebas
yang terbentuk akibat oksidasi karsinogen bahan kimia. Banyak
mengkonsumsi sayur dan buah yang mengandung bahan-bahan
antioksidan berkhasiat mencegah kanker.
10
Tabel 2.1
d. Manifestasi Klinik
Menurut Savitri (2015), orang yang terkena virus HPV, tidak
lantas terkena demam seperti halnya terkena virus influenza. Masa
inkubasi untuk perkembangan gejala klinis setelah infeksi HPV
sangat bervariasi. Kutil kelamin akan timbul dalam waktu beberapa
bulan setelah terinfeksi HPV, efek dari virus HPV akan terasa
setelah berdiam diri pada servik selama 10-20 tahun. Sehingga
wanita tidak mampu mendeteksi apakah dirinya terpapar HPV atau
tidak. Bahkan, ketika sudah bermutasi menjadi kanker servik, tidak
ada gejala atau tanda yang khas.
Berikut gejala umum yang paling sering muncul dialami oleh
penderita kanker servik :
1) Keputihan yang tidak normal
Keputihan tidak normal ini biasa disebut keputihan patologis.
Keputihan ini disebabkan oleh berbagai macam hal. Dapat
disebabkan jamur, bakteri, ataupun virus. Jika lendir keputihan
berwarna putih kekuningan atau kuning kehijauan, berbau,
12
f. Pathway
Berdasarkan teori menurut Rasjidi (2010b), Misgiyanto &
Susilawati (2014), Puspasari (2013), Sastrawinata (2009), dapat
digambarkan pathway sebagai berikut :
Faktor resiko : Human Papiloma Virus (HPV), melakukan
hubungan seksual sebelum usia 20 tahun, bergonta-ganti pasangan
seksual, paritas yang tinggi, penggunaan kontrsepsi oral jangka
panjang, meroko, riwayat kanker servik pada keluarga, usia,
defisiensi nutrisi, perawatan reproduksi yang salah, lemahnya
imunutas
Proses metaplasia
Proses metaplasia
Displasia Servik
Kanker Servik
Penurunan cairan
lubrikasi vagina
Dispareunia dan
Keputihan perdarahan saat/setelah
berhubungan seksual
Penurunan keinginan/
hasrat seksual
Disfungsi seksual
Gambar 2.1
16
g. Pemeriksaan Penunjang
Jenis-jenis metode deteksi dini kanker serviks yang bisa
digunakan menurut Savitri (2015) antara lain:
1) Pap smear
Pap smear merupakan metode skrining ginekologi yang
dilakukan untuk menemukan proses premalignant
(prekeganasan) dan malignancy (keganasan) di ektoservix (leher
rahim bagian luar), infeksi dalam endoservix (leher rahim
bagian dalam) dan endometrium.
2) Pap Net
Tes pap net dilakukan berdasarkan pemeriksaan slide pap smear
untuk mengidentifikasi sel abnormal. Pada pap net, pemeriksaan
dilakukan dengan komputerisasi.
3) Tes IVA
Tes IVA dilakukan dengan mengusap atau mengoles leher rahim
(servix) dengan asam asetat 3-5 % dan larutan iodium lugol
dengan bantuan lidi wotten. Cara ini dilakukan untuk melihat
perubahan warna yang terjadi pasca dilakukan olesan.
4) Servikografi
Metode ini merupakan pemeriksaan untuk melihat kelainan
porsio dengan membuat foto pembesaran porsio yang diberi
usapan dengan menggunakan asam asetat 3-5%.
5) Kolposkopi
Tes ini dilakukan bila pada tes pap smear sebelumnya
ditemukan tanda-tanda lesi prakanker atau kanker invasive atau
abnormal.
6) Thin Prep Liquid Base Cytology
Pada Thin Prep Liquid Base Cytology, sel leher rahim
dimasukkan ke dalam tabung yang berisi cairan. Hal ini
bertujuan untuk menjaga dan menstabilkan kondisi sampel sel
agar sampai laboratorium dengan sempurna.
17
7) Tes HPV-DNA
Tes HPV-DNA merupakan pemeriksaan biomolekular yang
bertujuan untuk menyaring virus HPV resiko tinggi dan
perubahan bentuk sel leher rahim. Tes ini sangat dianjurkan bagi
pasien dengan hasil sitologi pap smear yang meragukan.
8) Tes Liquid Base Cytologi (LBC)
Sitologi ini menggunakan cairan lendir yang berasal dari mulut
rahim. Tes LBC sendiri mengambil sediaan sampel yang
memuaskan yaitu antara 5000-8000 sel per gelas objek.
9) Konisasi
Konisasi servix bekerja dengan mengeluarkan sebagian jaringan
servix sedemikian rupa, sehingga yang dikeluarkan berbentuk
kerucut (konus), dengan kanalis servikalis sebagai sumbu
kerucutnya. Tujuan diagnostik tindakan konisasi harus selalu
dilanjutkan dengan kuretase.
10) Biopsy
Biopsy adalah pengambilan sampel jaringan yang akan diperiksa
oleh dokter ahli patologi anatomi. Jaringan akan dilihat dibawah
mikroskop sehingga dapat ditentukan ada tidaknya sel kanker.
h. Penatalaksanaan
Operasi adalah salah satu jenis perawatan kanker serviks serta
area yang berdekatan dengan kanker tersebut. Kebanyakan penderita
kanker serviks awal akan menjalani histerektomi, yaitu operasi untuk
mengangkat leher rahim dan kandungan. Namun, operasi ini tidak
diperlukan untuk kanker serviks tingkat dini (tingkat 0). Beberapa
jenis terapi menurut Sarasvati (2010) :
1) Terapi radiasi
Terapi radiasi (radiotherapy) dilakukan dengan menggunakan
sinar-sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel kanker.
Dokter akan menyarankan terapi radiasi sebagai pengganti
18
(Triarsari, 2007). Selain itu rebusan dauh sirih juga dapat mengatasi
keputihan terutama daun sirih merah. Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Mohanis, Rizki & Riri (2013) Terdapat perbedaan
yang signifikan antara pH sebelum dan pH sesudah diberikan air
rebusan daun sirih merah terhadap penyembuhan keputihan pada
Wanita. Hal ini dikarenakan pada daun sirih merah terkandung
eugenol yang mampu membasmi jamur Candida albicans, dan
bersifat analgesik (meredakan rasa nyeri). Ada juga kandungan
tannin pada daunnya yang bermanfaat mengurangi sekresi cairan
pada vagina. Terbukti hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
terjadinya penyembuhan pada sebagian Wanita Usia Subur (WUS)
di Kelurahan Surau Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo
Padang Tahun 2013 membuktikan bahwa air rebusan daun sirih
merah efektif untuk mengobati keputihan, dimana terbukti dari hasil
pengukuran didapatkan jika pH ≤ 5.
Edukasi untuk penangan dispereunia atau nyeri pada saat
berhubungan seksual yaitu dengan pemberian jelly / pelumas vagina.
Menggunakan jelly saat berhubungan seksual dapat mengurangi rasa
sakit. Sedangkan perdarahan saat berhubungan seksual pada pasien
kanker servik diakibatkan oleh keringnya vagina. Penanganan untuk
perdarahan pada saat melakukan hubungan seksual yaitu dengan
mengedukasi pasien dan pasangannya tentang posisi yang benar dan
aman untuk melakukan hubungan seksual. Posisi seksual yang aman
dilakukan adalah posisi missionaris, posisi women on top dan posisi
miring (Manuaba, 2009). Edukasi tentang seksualitas yang diberikan
pada pasien post histerektomi yaitu tentang kapan dapat
berhubungan seksual dan kapan tidak boleh berhubungan seksual.
Beberapa saat setelah pembedahan, aktivitas penderita harus dibatasi
agar penyembuhan berjalan lancar. Aktivitas normal (termasuk
hubungan seksual) biasanya bisa kembali dilakukan dalam waktu 4-8
minggu. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sastrawinata
22
1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan menurut Padila (2015) adalah
sebagai berikut :
a. Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang.
b. Data pasien
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan, jumlah anak,
agama, alamat, jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
Keluhan utama : Pasien biasanya datang dengan keluhan keputihan
berwarna putih kekuningan atau kuning kehijauan, berbau,
menyebabkan rasa gatal yang teramat sangat dan bahkan nyeri, sakit
saat melakukan aktivitas seksual yang melibatkan organ reproduksi,
serta perdarahan selama atau setelah berhubungan seksual (Savitri,
2015).
c. Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu pada stadium 3 dan 4
timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra
servikal.
d. Riwayat penyakit sebelumnya
Data yang perlu dikaji dalah :
24
3. Rencana keperawatan
Menurut Moorhead dkk (2016) tujuan dilakukannya perawatan
pada pasien kanker servik dengan disfungsi seksual adalah sebagai
berikut :
Nursing Outcome Clasiffication (NOC): fungsi seksual dengan indikator
berikut skala 1-5: tidak pernah menunjukkan, jarang menunjukkan,
kadang-kadang menujukkan, sering menunjukkan, secara konsisten
menunjukkan, dengan kriteria hasil :
a. Mengekspresikan pengetahuan kebutuhan seks personal
b. Mengekspresikan kepercayaan diri
c. Mengekspresikan kenyamanan pada tubuh
Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada pasien kanker servik
dengan disfungsi seksual menurut Bulechek dkk (2016) adalah sebagai
berikut :
a. Nursing Intervention Clasiffication (NIC) : Konseling seksual
1) Bangun hubungan terapeutik, didasarkan pada kepercayaan dan
rasa hormat
2) Tetapkan lamanya hubungan konseling
3) Berikan privasi dan jaminan kerahasiaan
4) Informasikan pada pasien di awal hubungan bahwa seksualitas
merupakan bagian yang penting dalam kehidupan dan bahwa
penyakit, medikasi dan stress (atau masalah lain dan kejadian-
kejadian yang pasien alami) sering merubah fungsi seksual
5) Tentukan tingkat pengetahuan pasien tentang seksualitas
6) Berikan edukasi mengenai seksualitas yang dibutuhkan oleh
pasien kanker servik post kemoterapi.
7) Berikan informasi mengenai fungsi seksual, sesuai kebutuhan
8) Diskusikan efek kesehatan dan penyakit terhadap sekualitas dan
berikan edukasi tentang penanganan perubahan seksual yang
dialami karena efek penyakit
26
METODA
A. Metoda
B. Sampel
C. Lokasi
31
32
Menurut Imron & Munif (2010) pengumpulan data adalah langkah yang
sangat penting dalam mengumpulkan data agar mendapatkan data yang valid
/ mendapatkan data yang diperlukan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara dan pengukuran.
1. Observasi
Menurut Saryono (2011), tekhnik pengumpulan data melalui pengamatan
ini dilakukan dengan observasi secara langsung kondisi dan keadaan
pasien untuk mendapatkan gambaran secara realistik dan untuk
memperoleh data objektif. Observasi yang dilakukan penulis dalam karya
tulis ini yaitu mengamati hubungan klien dengan keluarga dan
mengobservasi keluhan seksual yang tampak pada klien.
2. Wawancara
Menurut Imron & Munif (2010) wawancara adalah suatu tekhnik
pengumpulan data dengan mengadakan komunikasi secara dialog (tanya
jawab) secara lisan dan langsung. Penulis dalam mendapatkan data
melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan responden.
Wawancara yang dilakukan yaitu dengan melakukan anamnesa dengan
menanyakan tentang seberapa sering klien melakukan aktivitas seksual,
perasaan nyeri ketika berhubungan, adanya perdarahan setelah senggama,
dan respon keluarga terhadap masalah yang dihadapi klien.
Alat yang dipakai pada wawancara ini adalah lembar format pengkajian
asuhan keperawatan.
3. Pengukuran
Menurut Supardi & Rustika (2013) pengukuran adalah cara pengumpulan
data penelitian dengan mengukur objek menggunakan alat ukur tertentu,
misalnya berat badan dengan timbangan berat badan, tensi darah dengan
tensimeter dan sebagainya. Pengukuran yang dilakukan pada karya tulis
ini yaitu dengan mengukur tanda-tanda vital pasien diantaranya tekanan
darah, nadi, pernafasan dan suhu.
33
E. Analisa
A. Hasil
34
35
2 orang anak, pernah menggunakan alat kontrasepsi suntik dan pil KB.
Pernah dirawat dirumah sakit untuk menjalani kemoterapi sebulan
yang lalu. Suami Ny. T bernama Tn. U berusia 46 tahun, bekerja
sebagai petani, pendidikan terakhir SD, dan tinggal bersama dengan
Ny. T.
b. Riwayat Keperawatan (Nursing History)
Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 April 2017, keluhan
utama yang dialami klien adalah klien mengalami masalah saat
berhubungan seksual karena adanya perdarahan setelah melakukan
hubungan seksual dengan pasangan. Klien juga mengalami keputihan
berwarna putih kekuningan, konsistensi cair berbau amis, jumlah
banyak, terkadang bercampur dengan darah. Saat ini klien dirawat di
RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto untuk menjalani
program kemoterapi siklus ke 3 dengan keluhan perdarahan setelah
melakukan hubungan seksual, keputihan yang banyak, berbau amis
dan bercampur darah.
Riwayat perawatan Ny.T sudah pernah dirawat dirumah sakit
sebelumnya yaitu untuk menjalani pengobatan kemoterapi, terakhir
satu bulan yang lalu. Klien mengatakan telah menderita kanker serviks
selama 5 bulan terakhir. Klien belum pernah menjalani operasi
kandungan sebelumnya. Riwayat keluarga Ny. T keluarga tidak
memiliki riwayat kanker seperti klien. Ny. T adalah anak ke 2 dari 3
bersaudara.
Riwayat haid klien yaitu klien mengalami haid pertama pada
usia 12 Tahun dengan siklus teratur, lama ± 1 minggu, banyak darah
yaitu 3 kali ganti pembalut / hari, warna darah merah tua,
Dysmenorrhea hanya ketika awal haid dan belum mengalami
menopause.
Riwayat obstetri Ny. T memiliki 2 orang anak. Anak pertama
berumur 22 tahun, anak kedua berumur 18 tahun. Kedua anaknya lahir
secara normal di dukun bayi. Klien mengatakan belum pernah
36
mengalami abortus, tidak mengalami infeksi saat masa nifas dan tidak
mempunyai riwayat tumor. Klien pernah menggunakan kontrasepsi pil
KB dan suntik sebelum sakit, namun setelah sakit klien berhenti
menggunakan kontrasepsi. Klien belum pernah dilakukan tindakan
histerektomi.
Riwayat seksualitas Ny. T sebelum sakit klien melakukan
hubungan seksual seksual ±3 kali seminggu, namun setelah sakit
hanya melakukan hubungan seksual 2-3 kali dalam sebulan. Klien
mengatakan mengalami perdarahan setelah melakukan hubungan
seksual dengan pasangan. Namun tidak mengalami perdarahan saat
beraktifitas. Klien mengatakan kurang percaya diri dalam
berhubungan seksual. Klien tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah
tangga. Suami klien mengatakan takut jika berhubungan seksual
dengan klien karena mungkin dapat mengakibatkan perdarahan dan
khawatir istrinya akan merasa sakit. Sehingga klien dan suaminya
membatasi dalam berhubungan seksual. Ny.T dan Tn.U sudah
menikah selama 28 tahun.
Pengkajian pola fungsional Gordon pada laporan kasus ini
didapatkan hasil yaitu pola pemeliharaan kesehatan Ny. T mengatakan
kesehatan itu penting dan perlu dijaga. Ketika ada anggota keluarga
yang sakit dibawa ke dokter atau pelayanan kesehatan. Klien memiliki
kartu BPJS sebagai jaminan kesehatan. Pola nutrisi dan metabolik
Ny.T mengatakan sebelum sakit makan 3 kali sehari, mengkonsumsi
nasi, sayur-sayuran dan lauk pauk seperti tempe dan terkadang ayam
dan jarang mengkonsumsi buah dirumah. Minum air putih 3-4 kali
sehari. Setelah sakit nafsu makan berkurang karena mual akibat
tindakan kemoterapi. Ny. T makan 3 kali sehari namun dengan porsi
sedikit, dan minum air putih 3-4 kali sehari. Ny. T tidak mengabiskan
porsi makan yang telah disediakan rumah sakit. Berat badan Ny. T :
51 kg, Tinggi badan : 151 cm sehingga memliliki Index Massa Tubuh
(IMT) : 22,3.
37
patu-paru simetris dan tidak ada retraksi dinding dada, palpasi tidak
ada nyeri tekan, perkusi terdengar sonor dan auskultasi terdengar
vesikuler. Pemeriksaan payudara didapatkan payudara simetris, teraba
lunak, tidak ada benjolan dan areolla bersih. Pada pemeriksaan
punggung didapatkan punggung simetris dan tidak ada luka dekubitus.
Pada pemeriksaan abdomen, tidak ada nyeri tekan dan bising usus 10x
/ menit. Pemeriksaan genetalia terdapat keputihan berwarna putih
kekuningan, berbau amis dan terdapat sedikit darah dan tidak ada luka
pada genetalia. Pada pemeriksaan ekstremitas, didapatkan pada
ekstremitas atas tidak ada edema, tidak ada kelemahan otot, dan
terpasang infus ditangan kanan. Pada ekstremitas bawah tidak ada
edema dan kaki sebelah kiri terasa sakit untuk beraktivitas.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Ny. T pada tanggal
19 April 2017 adalah pemeriksaan darah lengkap dengan hasil hasil
pemeriksaannya yaitu Hemoglobin 11 g / dL, Leukosit 5380 U / L dan
Granulosit 3080 / UL. Pemeriksaan biopsy pada tanggal 16 Januari
2017 di RSU Kota Banjar dengan hasil : Nonkeratinizing squamous
Cell Carcinoma, Moderately differentlated pada Cerviks. Program
terapi yang didapatkan oleh Ny. T yaitu Ondansentron 4 mg (2x1)
diberikan secara injeksi, Adfer (2x1) diberikan secara oral, Vit. C 25
mg (2x1) diberikan secara oral dan Infus NACL.
2. Perumusan Masalah (Nursing Problem)
Pengambilan masalah keperawatan maternitas diperoleh
berdasarkan data subjektif dan data objektif yang ditemukan berdasarkan
pengkajian. Data subjektif yang didapatkan adalah Ny. T mengatakan
mengalami masalah saat berhubungan seksual karena adanya perdarahan
setelah melakukan hubungan seksual dengan pasangan. Ny. T
mengatakan mengalami keputihan berwarna putih kekuningan,
konsistensi cair berbau amis, jumlah banyak, terkadang bercampur
dengan darah. Ny. T Mengatakan melakukan hubungan seksual 2-3 kali
40
B. Pembahasan
Bab ini berisi tentang pembahasan atau proses kesenjangan yang terjadi
antara teori dengan kondisi kenyataan yang terjadi pada kasus. Laporan kasus
yang penulis paparkan yaitu : asuhan keperawatan disfungsi seksual pada Ny.
T dengan kanker serviks di ruang Bougenvil RSUD Prof Dr Margono
Soekarjo Purwokerto yang penulis lakukan dari tanggal 19 April 2017 sampai
21 April 2017, yang meliputi tahap pengkajian, perumusan masalah,
perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi yang berkaitan dengan diagnosa
difsungsi seksual berhubungan dengan gangguan fungsi tubuh karena
penyakit.
1. Pengkajian (Assesment)
a. Biodata Klien (Biographic Information)
Biodata klien yang telah penulis kaji antara lain : nama,
umur, jenis kelamin, status pernikahan, alamat, pendidikan terakhir,
pekerjaan, agama, jumlah anak, diagnosa medis, nomer rekam medik
dan tanggal masuk rumah sakit. Pengkajian biodata klien sudah
sesuai dengan teori Padila (2015) yang mengemukakan bahwa
biodata klien yang perlu dikaji meliputi identitas klien, usia, status
perkawinan, pekerjaan, jumlah anak, agama, alamat, jenis kelamin
dan pendidikan terakhir.
Penulis juga menambahkan nomor rekam medis pasien.
Menurut Hatta (2008) nomor rekam medik diperlukan untuk
46
yang banyak, berbau amis dan bercampur darah, dan nyeri pada kaki
kiri sampai pinggul. Hasil pengkajian riwayat kesehatan saat ini
yang dilakukan penulis sesuai dengan teori Padila (2015) yang
mengemukakan bahwa pada stadium akhir kanker serviks yaitu pada
stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan
rasa nyeri intra servikal.
Pengkajian riwayat penyakit sebelumnya Ny. T mengatakan
telah menderita kanker serviks selama 5 bulan terakhir. Ny. T sudah
pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya yaitu untuk menjalani
pengobatan kemoterapi, terakhir satu bulan yang lalu. Ny. T
mengatakan belum pernah mengalami abortus, tidak mengalami
infeksi saat masa nifas dan tidak mempunyai riwayat tumor. Ny. T
belum pernah menjalani operasi histerektomi sebelumnya.
Pengkajian riwayat penyakit keluarga yang penulis kaji yaitu klien
mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit kanker
seperti klien. Pengkajian riwayat penyakit sebelumnya yang
dilakukan penulis sesuai dengan teori Padila (2015) yang
mengemukakan bahwa pada riwayat penyakit sebelumnya data yang
perlu dikaji pada klien kanker serviks adalah : riwayat abortus,
infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat operasi kandungan,
serta adanya tumor dan riwayat keluarga yang menderita kanker.
Data khusus yang penulis kaji yaitu Ny. T mengalami haid
pertama pada usia 12 Tahun dengan siklus teratur, lama ± 1 minggu,
banyak darah yaitu 3 kali ganti pembalut / hari, warna darah merah
tua, Ny. T tidak mengalami kelainan menstruasi seperti
hipermenorea atau menoragi, hipomenorea, polimenorea,
oligomenorea, amenorea, menometroragia dan sindroma prahaid.
Klien mengalami dysmenorrhea hanya ketika awal haid dan belum
mengalami menopause. Ny. T memiliki 2 orang anak, kedua
anaknya lahir secara normal di dukun bayi. Klien mengatakan belum
pernah mengalami abortus, tidak mengalami infeksi saat masa nifas
48
c. Pemeriksaan fisik
Pemerikaan fisik yang dilakukan pada klien difokuskan
kepada pemeriksaan genetalia dan daerah abdomen dan punggung.
Pada pemeriksaan punggung didapatkan punggung simetris dan tidak
ada luka dekubitus, serta ada nyeri tekan pada bagian punggung
bawah. Pada pemeriksaan abdomen, tidak ada nyeri tekan dan bising
usus 10x / menit. Pemeriksaan genetalia terdapat keputihan berwarna
putih kekuningan, berbau amis dan terdapat sedikit darah dan tidak
ada luka pada genetalia.
Hasil pengkajian tersebut sesuai dengan teori Padila (2015)
yaitu pemeriksaan fisik meliputi inspeksi dan palpasi. Inspeksi yang
dilakukan meliputi melihat perdarahan dan keputihan. Palpasi yang
dilakukan dengan melihat nyeri abdomen dan nyeri punggung
bawah. Menurut teori Savitri (2015) perdarahan yang tidak normal
pada pasien kanker serviks yaitu perdarahan selama atau setelah
berhubungan seksual. Sedangkan keputihan yang tidak normal yaitu
jika lendir keputihan berwarna putih kekuningan atau kuning
kehijauan, berbau, menyebabkan rasa gatal yang teramat sangat dan
bahkan nyeri. Menurut Mardjikoen (2005) nyeri pada klien kanker
serviks dapat timbul diabdomen bagian bawah. Rasa nyeri ini
dirasakan dibawah perut bagian bawah sekitar panggul yang
biasanya unilateral yang terasa menjalar ke paha dan keseluruh
panggul.
d. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada Ny. T pada
tanggal 19 April 2017 adalah pemeriksaan darah lengkap. Hasil
pemeriksaannya yaitu Hemoglobin 11 g / dL, Leukosit 5380 U / L
dan Granulosit 3080 / UL. Pemeriksaan biopsy dilakukan pada
tanggal pada tanggal 16 Januari 2017 di RSU Kota Banjar dengan
hasil : Nonkeratinizing squamous Cell Carcinoma, Moderately
differentlated pada Cerviks.
51
dukungan ataupun motivasi baik dari klien sendiri maupun dari keluarga.
Batasan karakteristik yang sesuai dengan keadaan klien adalah gangguan
aktivitas seksual, merasakan keterbatasan seksual, perubahan fungsi
seksual yang tidak diinginkan.
Faktor yang berhubungan dengan masalah yang muncul pada klien
adalah gangguan fungsi tubuh akibat kanker serviks. Menurut teori
Herdman (2015) faktor yang berhubungan dengan disfungsi seksual pada
kanker serviks adalah gangguan fungsi tubuh (karena anomaly, penyakit,
medikasi, kehamilan, radiasi, bedah, trauma, dll), gangguan struktur
tubuh (karena anomaly, penyakit, kehamilan, radiasi, bedah, trauma, dll )
kurang pengetahuan tentang fungsi seksual.
Berdasarkan data yang ditemukan penulis masalah yang ditemukan
pada klien yaitu disfungsi seksual akibat dari gangguan fungsi tubuh
karena penyakit dimana klien mengalami perdarahan setelah melakukan
hubungan seksual dengan pasangan. Data tersebut sesuai dengan teori
Herdman (2015) yang menyebutkan bahwa diagnosa disfungsi seksual
berhubungan dengan gangguan fungsi tubuh karena penyakit. Sehingga
didapatkan diagnosa keperawatan “disfungsi seksual berhubungan
dengan gangguan fungsi tubuh karena penyakit”.
3. Perencanaan (Plan)
Berdasarkan masalah yang ditemukan pada klien yaitu disfungsi
seksual maka penulis menyusun rencana tindakan keperawatan yang
akan dilakukan dengan tujuan umumnya adalah setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan disfungsi seksual
teratasi dengan kriteria hasil NOC : fungsi seksual dan indikator
kemampuan untuk mengekspresikan pengetahuan kebutuhan seks
personal (skala awal 2 dan skala tujuan 5), mengekspresikan kepercayaan
diri (skala awal 2 dan skala tujuan 5) serta mengekspresikan kenyamanan
pada tubuh (skala awal 2 dan skala tujuan 5). Keterangan skala yang
digunakan meliputi 1 : tidak pernah menunjukkan, 2 : jarang
53
yang dialami karena efek medikasi. Hal ini karena disfungsi seksual yang
dialami klien tidak berhubungan dengan medikasi tetapi berhubungan
dengan efek penyakit. Klien mengatakan medikasi tidak menimbulkan
efek terhadap seksualitas.
4. Pelaksanaan (Implementation)
Pelaksanaan tindakan keperawatan yang sudah penulis lakukan
selama tiga hari sesuai dengan intervensi yang sudah penulis tetapkan
menurut Bulechek (2016) Pelaksanaan keperawatan berdasarkan rencana
asuhan keperawatan pada klien dengan disfungsi seksual.
Tindakan melakukan pendekatan dengan membangun hubungan
terapeutik yang bertujuan untuk meningkatkan komunikasi dengan klien.
Tindakan yang dilakukan yaitu berkomunikasi dengan sikap saling
menerima, saling percaya dan saling menghargai, memahami, menghayati
nilai yang dianut oleh klien, menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik
fisik maupun mental, memahami arti empati pada klien, bersikap jujur dan
terbuka dalam berkomunikasi, menciptakan suasana yang nyaman sehingga
pasien dapat mengungkapan perasaanya tanpa rasa takut. Tindakan penulis
sesuai dengan teori Mundakir (2006) prinsip-prinsip komunikasi terapeutik
diantaranya yaitu komunikasi harus ditandai dengan sikap saling menerima,
saling percaya dan saling menghargai, perawat harus memahami,
menghayati nilai yang dianut oleh klien, perawat harus menyadari
pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental, memahami betul
arti empati sebagai tindakan yang terapeutik dan sebaliknya simpati bukan
tindakan yang terapeutik, kejujuran dan komunikasi terbuka merupakan
dasar dari hubungan terapeutik, perawat harus menciptakan suasana yang
memungkinkan pasien bebas berkembang tanpa rasa takut.
Didukung dengan teori Stuart (2009) bahwa komunikasi yang
menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus dicapai
terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan
alternatif pemecahan masalah. Hubungan saling percaya antara perawat
dan klien adalah kunci dari komunikasi terapeutik. Dan didukung teori
56
A. Simpulan
60
61
saat masa nifas dan tidak mempunyai riwayat tumor. Ny. T belum pernah
menjalani operasi histerektomi sebelumnya. Pengkajian riwayat penyakit
keluarga yang penulis kaji yaitu klien mengatakan keluarganya tidak ada
yang menderita penyakit kanker seperti klien.
Data khusus yang penulis kaji yaitu Ny. T mengalami haid
pertama pada usia 12 Tahun dengan siklus teratur, lama ± 1 minggu,
banyak darah yaitu 3 kali ganti pembalut/ hari, warna darah merah tua,
Ny. T tidak mengalami kelainan menstruasi, klien mengalami
dysmenorrhea hanya ketika awal haid dan belum mengalami menopause.
Ny. T memiliki 2 orang anak, kedua anaknya lahir secara normal di dukun
bayi. Klien mengatakan belum pernah mengalami abortus, tidak
mengalami infeksi saat masa nifas dan tidak mempunyai riwayat tumor.
Klien pernah menggunakan kontrasepsi pil KB dan suntik sebelum sakit,
namun setelah sakit klien berhenti menggunakan kontrasepsi. Ny. T
mengatakan mengalami perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
dengan pasangan.
Pengkajian pola fungsional Gordon pada pola reproduksi dan
seksual Ny. T mengatakan sebelum sakit klien melakukan hubungan
seksual seksual ±3 kali seminggu, namun setelah sakit hanya melakukan
hubungan seksual 2-3 kali dalam sebulan. Ny. T mengatakan mengalami
perdarahan setelah melakukan hubungan seksual dengan pasangan. Klien
mengatakan kurang percaya diri dalam berhubungan seksual. Suami Ny.
T mengatakan takut jika berhubungan seksual dengan klien karena
mungkin dapat mengakibatkan perdarahan dan khawatir istrinya akan
merasa sakit. Sehingga klien dan suaminya membatasi dalam
berhubungan seksual.
Pemerikaan fisik yang dilakukan pada klien difokuskan kepada
pemeriksaan genetalia dan daerah abdomen dan punggung. Pada
pemeriksaan punggung didapatkan punggung simetris dan tidak ada luka
dekubitus, serta ada nyeri tekan pada bagian punggung bawah. Pada
pemeriksaan abdomen, tidak ada nyeri tekan dan bising usus 10x / menit.
62
B. Saran
Afiyanti., Andrijono., & Gayatri. (2011). Perubahan Keluhan Seksual Fisik dan
Psikologis pada Perempuan Pasca terapi Kanker Serviks setelah
Intervensi Keperawatan. Jurnal Ners Vol. 6 No. 1April 2011 : 68-75.
Cancer Council. (2009). Sexuality, intimacy, and cancer : a guide for people with
cancer, their families and cancer. New South Wales : NSW
diakses pada 10 desember 2016).
Fahmi, D.S & Hidayat. (2012). Infeksi Menular Seksual. Jakarta : FKUI.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2015). Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah Tahun 2012. Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
(http://www.dinkesjatengprov.go.id, diakses pada 12 Desember 2016).
Dyayadi. (2009). Pembunuh Ganas dan Ditakuti itu Bernama Kanker. Samarinda
: Penerbit Riz’ma.
Fitriani, R (2015). Pengalaman Perubahan Seksualitas Pada Penderita Kanker
Serviks Di Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Skripsi tidak
dipublikasikan. Gombong : Program Studi S1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong, (online),
(http://elib.stikesmuhgombong.ac.id, diakses pada 20 Desember 2016).
Hughes, M.K. (2009). Sexuality and cancer: The final Frontier for Nurses.
Oncology Nursing Forum, 36(5), 241-246.
Manuaba L.A.C., Ida B.G.F.M., & Ida B.G.M.. (2009). Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita, Edisi 2. Jakarta : EGC.
Mohanis., Haspita, R., Desni, R. (2013). Penggunaan Air Rebusan Daun Sirih
Merah (Piper Crocatum) Terhadap Penyembuhan Keputihan Pada
Wanita Usia Subur (WUS). Jurnal Poltekkes Kemenkes Padang, (online),
(http://poltekkespadang.ac.id, diakses pada 25 Januari 2017).
Nefrina, J.D. (2014). Penatalaksanaan Nutrisi Pada Pasien Kanker Serviks yang
Menjalani Radiasi. Skripsi tidak dipublikasikan. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Program Pendidikan Dokter Spesialis
I. Program Studi Ilmu Gizi Klinik, (online), (http://lib.ui.ac.id , diakses
pada 20 April 2017).
Priyanto, H. (2011), Yes, I Know Everything about Kanker Servik. Solo : Tiga
Serangkai.
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. (2015). Stop Kanker. Jakarta
: Departemen Kesehatan (http://www.depkes.go.id, diakses pada 10
Desember 2016).
Puspasari, D., Mira, T., & Restuning, W. (2013). Latihan Kegel dan Nyeri saat
Berhubungan Seksual pada Perempuan Pasca Terapi Kanker. Jurnal
Keperawatan Padjajaran. Volume 1 Nomor 1 April 2013.
Rasjidi, I. (2010a). Perawatan Paliatif Suportif & Bebas Nyeri pada Kanker.
Jakarta : CV Agung Seto.
Rekam Medik RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwoketo. (2017). Kejadian
Kanker Servik di RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwoketo tahun
2015-2016.
Savitri, A , dkk. (2015). Kupas Tuntas Kanker Payudara, Leher Rahim dan
Rahim. Yogyakarta : Pustaka Baru Press.
Stuart, G.W & Suddeen, S.J. (2009). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta :EGC.
Supardi, S & Rustika. (2015). Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta :
Trans Info Media.
Suwanti & Koto, Y.M.R. (2016). Keputihan Pada Wanita Usia Subur
Menggunakan Ekstrak Daun Sirsak. Jurnal Kebidanan Dan Kesehatan
Tradisional, (online), Volume 1, No 1, Maret 2016, hlm 1-99,
(http://jurnal.poltekkes-solo.ac.id, diakses pada 25 Januari 2017).
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. T
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Alamat : Rataharja RT 027 / RW 23, Padarin, Ciamis
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Sunda / Indonesia
Jumlah anak : 2
Diagnosa Medis : Ca Serviks
No RM : 987612
Tanggal Masuk : 19 April 2017
b. Identitas Penanggungjawab
Nama : Tn. U
Umur : 46 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Rataharja RT 027 / RW 23, Padarin, Ciamis
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Agama : Islam
Hubungan dengan Pasien : Suami
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan mengalami masalah saat berhubungan seksual
karena adanya perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
dengan pasangan.
b. Keluhan Tambahan
Pasien mengatakan mengalami keputihan berwarna putih kekuningan,
konsistensi cair berbau amis, jumlah banyak, terkadang bercampur
dengan darah. Pasien mengatakan nyeri pada kaki sebelah kanan
sampai pinggang dan lemas.
P : Nyeri karena proses penyakit
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Pada kaki kanan dan pinggang
S : skala nyeri 5
T : Menetap
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto untuk
menjalani program kemoterapi siklus ke 3 dengan keluhan perdarahan
setelah melakukan hubungan seksual, keputihan yang banyak, berbau
amis dan bercampur darah, dan nyeri pada kaki kiri sampai pinggul.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan telah menderita kanker serviks selama 5 bulan
terakhir Pasien sudah pernah dirawat dirumah sakit sebelumnya yaitu
untuk menjalani pengobatan kemoterapi, terakhir satu bulan yang lalu.
Pasien mengatakan belum pernah mengalami abortus, tidak
mengalami infeksi saat masa nifas dan tidak mempunyai riwayat
tumor. Pasien belum pernah menjalani operasi Histerektomi
sebelumnya.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
kanker seperti pasien.
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki : Perempuan sudah meninggal
Keterangan :
0 : Mandiri
1 : Dibantu alat
2 : Dibantu orang lain
3 : Dibantu alat dan orang lain
4 : tergantung total
g. Pola Konsep Diri
DS : Pasien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya dan
dapat menjalani kehidupannya seperti dulu.
DO : Pasien komunikatif ketika dilakukan pengkajian dan
sedang menjalani pengobatan kemoterapi rutin.
h. Pola Peran dan Hubungan
DS : Pasien mengatakan hubungan dengan suami dan keluarga
lainnya baik. sebelum sakit pasien dapat menjalankan
perannya sebagai ibu dan istri yang baik, setelah sakit peran
sebagai istri terganggu karena masalah kesehatan.
DO : pasien terlihat ditemani oleh suami saat dirawat dirumah
sakit.
i. Pola Reproduksi dan Seksual
DS : Sebelum sakit pasien melakukan hubungan seksual
seksual ±3 kali seminggu, namun setelah sakit hanya
melakukan hubungan seksual 2-3 kali dalam sebulan.
Pasien mengatakan mengalami perdarahan setelah
melakukan hubungan seksual dengan pasangan. Pasien
mengatakan kurang percaya diri saat berhubungan seksual.
DO : Suami pasien mengatakan takut jika berhubungan seksual
dengan pasien karena mungkin dapat mengakibatkan
perdarahan dan khawatir istrinya akan merasa sakit.
Sehingga pasien dan suaminya membatasi dalam
berhubungan seksual. Terdapat keputihan berlebihan
berwarna putih kekuningan, berbau amis dan sedikit
bercampur darah.
j. Pola Pertahanan dan Koping
DS : Pasien mengatakan sebelum dan sesudah sakit jika ada
masalah selalu di diskusikan dengan keluarga. pasien
mengatakan cemas terhadap pengobatan penyakitnya.
Pasien mengatakan pengasilannya perbulan
±Rp.1.000.000.-
DO : Pasien tidak menutup diri dan selalu terbuka saat
pengkajian, terkadang pasien terlihat gelisah jika
menyinggung pengobatan.
k. Pola Keyakinan dan Nilai
DS : Pasien mengatakan beragama islam dan menjalankan
shalat 5 waktu dalam sehari.
DO : Pasien mengenakan jilbab dan terlihat selalu berdoa.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis, GCS= 15 (E4, V5,
M6)
BB/ TB : 51 kg / 151 cm
IMT : 22,3
Tanda-tanda Vital : TD : 120/70 mmHg
N : 76x/menit
S : 360C
R : 18x/menit
b. Head to toe
1) Kepala :
a) Rambut : Hitam, bersih, sedikit
beruban
b) Mata : Simetris, konjungtiva tidak
anemis, tidak ada kantung
mata, anikterik
c) Hidung : Bersih, tidak ada polip
d) Telinga : Simetris, bersih, tidak ada
Serumen berlebih,
pendengaran baik
e) Mulut : Simetris, mukosa lembab,
tidak ada stomatitis, tidak ada
karang gigi
2) Leher : Tidak ada pembesaran tyroid,
tidak ada pembesaran pada
JVP
3) Thorax
Jantung : Simetris, tidak ada nyeri
tekan, redup, regular
Paru-paru : Simetris, tidak ada retraksi
dinding dada, tidak ada nyeri
tekan, Sonor, Vesikuler
4) Payudara : Simetris, teraba lunak, tidak
ada benjolan, areolla bersih
5) Punggung : Simetris, tidak ada luka
dekubitus
DO :
TD : 120/70 mmHg
N : 76x/menit
S : 360C
R : 18x/menit
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan fungsi tubuh karena
penyakit
2. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen cedera biologis (neoplasma)
3. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian
D. INTERVENSI
Tanggal Dx Tujuan Intervensi
19/04/ 1 Setelah dilakukan tindakan (NIC) : Konseling
2017 keperawatan selama 3x24 jam seksual
diharapkan disfungsi seksual teratasi 1. Bangun hubungan
dengan kriteria hasil : terapeutik,
NOC : fungsi seksual didasarkan pada
Indikator Awal Tujuan kepercayaan dan
Mengekspresi 2 5 rasa hormat
kan 2. Berikan privasi
pengetahuan dan jaminan
kebutuhan kerahasiaan
seks personal 3. Informasikan pada
Mengekspresi 2 5 pasien di awal
kan hubungan bahwa
kepercayaan seksualitas
diri merupakan bagian
Mengekspresi 2 5 yang penting
kan dalam kehidupan
kenyamanan dan bahwa
pada tubuh penyakit, medikasi
Keterangan : dan stress (atau
1 : tidak pernah menunjukkan masalah lain dan
2 : jarang menunjukkan kejadian-kejadian
3 : kadang-kadang menujukkan yang pasien alami)
4 : sering menunjukkan, sering merubah
5 : secara konsisten menunjukkan fungsi seksual
4. Tentukan tingkat
pengetahuan
pasien tentang
seksualitas
5. Berikan edukasi
mengenai
seksualitas yang
dibutuhkan oleh
pasien kanker
servik post
kemoterapi. Yaitu
tentang pengertian
kanker serviks,
tanda gejala kanker
servik, disfungsi
seksual pada
kanker servik dan
cara
penangannannya.
Tanggal Dx Tujuan Intervensi
6. Berikan informasi
mengenai fungsi
seksual, sesuai
kebutuhan
7. Diskusikan efek
kesehatan dan
penyakit terhadap
sekualitas dan
berikan edukasi
tentang
penanganan
perubahan seksual
yang dialami
karena efek
penyakit
8. Libatkan pasangan
pasien pada saat
konseling sesering
mungkin, sesuai
kebutuhan
(NIC) : Pengajaran :
Seksualitas
1. Ciptakan suatu
suasana menerima,
dan tidak
menghakimi
2. Diskusikan
perilaku seksual
dan cara-cara yang
tepat untuk
mengungkapkan
perasaan dan
kebutuhan
seseorang
2 Setelah dilakukan tindakan NIC : Manajemen nyeri
keperawatan selama 3x24 jam 1. Lakukan
diharapkan nyeri dapat teratasi dengan pengkajian nyeri
kriteria hasil komprehensif yang
NOC : Kontrol nyeri meliputi lokasi,
Indikator Awal Tujuan karakteristik,
Menggunakan 1 5 onset/durasi,
tindakan frekuensi, kualitas,
pengurangan intensitas atau
nyeri tanpa beratnya nyeri dan
analgesik faktor pencetus
Tanggal Dx Tujuan Intervensi
Mengenali 1 5 2. Gali bersama
apa yang pasien faktor-
terkait dengan faktor yang dapat
gejala nyeri menurunkan dan
Melaporkan 1 5 memperberat nyeri
nyeri yang 3. Ajarkan prinsip-
terkontrol rinsip manajemen
Keterangan : nyeri
1 : tidak pernah menunjukkan 4. Ajarkan
2 : jarang menunjukkan penggunaan teknik
3 : kadang-kadang menujukkan non farmakologi
4 : sering menunjukkan, (relaksasi, nafas
5 :secara konsisten menunjukkan dalam)
5. Dukung
istirahat/tidur yang
adekuat untuk
membantu
penurunan nyeri
3 Setelah dilakukan tindakan NIC : Pengurangan
keperawatan selama 3x24 jam Kecemasan
diharapkan ansietas dapat teratasi 1. Gunakan
dengan kriteria hasil pendekatan yang
NOC : Kontrol Kecemasan Diri tenang dan
Indikator Awal Tujuan meyakinkan
Mengurangi 2 5 2. Berikan informasi
penyebab factual terkait
kecemasan diagnosis,
Menggunakan 2 5 perawatan dan
strategi koping prognosis
yang efektif 3. Dorong keluarga
Menggunakan 2 5 untuk
teknik relaksasi mendampingi
untuk mengurani pasien dengan caya
kecemasan yang tepat
Keterangan : 4. Dengarkan pasien
1 : tidak pernah dilakukan 5. Dorong verbalisasi
2 : jarang dilakukan perasaan, persepsi
3 : kadang-kadang dilakukan dan ketakutan
4 : sering dilakukan 6. Instruksikan pasien
: dilakukan secara konsisten untuk
menggunakan
teknik relaksasi
7. Kaji untuk tanda
verbal dan non
verbal kecemasan
E. IMPLEMENTASI
Tanggal/ DX Implementasi Respon
Jam
19/04/
2017
13.00 I,II, - Melakukan - Pasien kooperatif dan
III pendekatan dengan terbuka ketika
bina hubungan pengkajian berlangsung
saling percaya
Keterangan :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang menujukkan
4 : sering menunjukkan,
5 : secara konsisten menunjukkan
Tanggal DX Catatan Perkembangan Paraf
P : Lanjutkan Intervensi
- Ajarkan prinsip-rinsip manajemen nyeri
- Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi (relaksasi, nafas dalam)
- Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri
III S : Pasien mengatakan merasa cemas terhadap
kesehatan dan pengobatan penyakitnya
O : Pasien terlihat gelisah
TD : 120/70 mmHg
N : 76x/menit
S : 360C
R : 18x/menit
A : Masalah ansietas belum teratasi dengan kriteria
hasil :
Indikator Awal Tujuan Hasil
Mengurangi 2 5 2
penyebab
kecemasan
Menggunakan 2 5 2
strategi koping
yang efektif
Menggunakan 2 5 2
teknik relaksasi
untuk mengurani
kecemasan
Keterangan :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang menujukkan
4 : sering menunjukkan,
5 : secara konsisten menunjukkan
P : Lanjutkan Intervensi
- Dorong verbalisasi perasaan, persepsi dan
ketakutan
- Instruksikan pasien untuk menggunakan
teknik relaksasi
- Kaji untuk tanda verbal dan non verbal
kecemasan
Tanggal DX Catatan Perkembangan Paraf
20/04/2017 I S : Pasien mengatakan masih mengalami keputihan
berwarna putih kekuningan, konsistensi cair
berbau amis, jumlah banyak, terkadang
bercampur dengan darah. Pasien mengatakan
sudah mengerti tentang masalah seksualitas
pada kanker servik dan cara mengatasi
keputihan yang dialami.
O : Suami pasien mengatakan masih takut jika
berhubungan seksual dengan pasien karena
mungkin dapat mengakibatkan perdarahan
dan khawatir istrinya akan merasa sakit.
Pasien dapat menjawab pertanyaan yang
diberikan perawat.
A : Masalah disfungsi seksual teratasi sebagian
dengan kriteria hasil :
Indikator Awal Tujuan Akhir
Mengekspresikan 2 5 3
pengetahuan
kebutuhan seks
personal
Mengekspresikan 2 5 3
kepercayaan diri
Mengekspresikan 2 5 3
kenyamanan pada
tubuh
Keterangan :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang menujukkan
4 : sering menunjukkan,
5 : secara konsisten menunjukkan
P : Lanjutkan Intervensi
- Berikan edukasi mengenai seksualitas yang
dibutuhkan oleh pasien kanker servik post
kemoterapi.
- Berikan informasi mengenai fungsi seksual,
sesuai kebutuhan
- Libatkan pasangan pasien pada saat
konseling sesering mungkin, sesuai
kebutuhan
Tanggal DX Catatan Perkembangan Paraf
II S : Pasien mengatakan nyeri pada kaki sebelah
kanan sampai pinggang
P : Nyeri karena proses penyakit
Q : Seperti ditusuk-tusuk
R : Pada kaki kanan dan pinggang
S : skala nyeri 4
T : Menetap
O : TD : 120/70 mmHg
N : 78x/menit
RR : 18x/menit
S : 36,20C
A : Masalah nyeri belum teratasi dengan kriteria
hasil :
Indikator awal Tujuan akhir
Menggunakan 2 5 4
tindakan
pengurangan
nyeri tanpa
analgesik
Mengenali apa 2 5 3
yang terkait
dengan gejala
nyeri
Melaporkan 2 5 3
nyeri yang
terkontrol
Keterangan :
1 : tidak pernah menunjukkan
2 : jarang menunjukkan
3 : kadang-kadang menujukkan
4 : sering menunjukkan,
5 : secara konsisten menunjukkan
P : Lanjutkan Intervensi
- Ajarkan penggunaan teknik non
farmakologi (relaksasi, nafas dalam)
- Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu penurunan nyeri