Skripsi Kesehatan Masyarakat

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 64

PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI PADA IBU NIFAS TENTANG

PERAWATAN PAYUDARA DI PMB JUWARINI PAULINA, AMD.KEB

SKRIPSI

Oleh:
RISYA EVA SARI NADAPDAP
NIM: 221015201013

YAYASAN PENDIDIKAN SUMATERA BARAT


UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI KEBIDANAN
TAHUN 2024
PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI PADA IBU NIFAS TENTANG
PERAWATAN PAYUDARA DI PMB JUWARINI PAULINA, AMD.KEB

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Program


Studi S1 Kebidanan Kesehatan Universitas Sumatera Barat

Oleh:
RISYA EVA SARI NADAPDAP
NIM: 221015201013

YAYASAN PENDIDIKAN SUMATERA BARAT


UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PRODI KEBIDANAN
TAHUN 2024
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian Edukasi Pada Ibu Nifas Tentang


Perawatan Payudara di PMB Juwarini Paulina, Amd.Keb
Nama : Risya Eva Sari Nadapdap

NIM : 221015201013

Telah Berhasil Dipertahankan di Hadapan Dewan Penguji dan Diterima sebagai


Bagian Persyaratan yang diperlukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Sumatera Barat.

Lubuk Alung, April 2024


Dewan Penguji

Moderator : ……………………………………. ( )

Penguji I : ……………………………………. ( )

Penguji II : ……………………………………. ( )

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Penelitian : Pengaruh Pemberian Edukasi Pada Ibu Nifas Tentang


Perawatan Payudara di PMB Juwarini Paulina, Amd.Keb
Nama : Risya Eva Sari Nadapdap

NIM : 221015201013
Skripsi ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan di hadapan tim
penguji
Skripsi Program Studi Sarjana Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas
Sumatera Barat
Lubuk Alung, April 2024
Komisi Pembimbing

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Bd.Ratna Dewi, S.ST,M.Biomed Bd.Yohana Suganda,S.ST,M.Keb

NIDN: 1007018901 NIDN: 1003079001

Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Ns.Dini Qurrata Ayuni,SKM,M.Kep

NIDN : 1010078001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat, kemudahan dan kesehatan kepada peneliti
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat dalam penyelesaian
Program Studi Kebidanan Program Sarjana. Dalam penulisan Skripsi ini
peneliti banyak mendapat bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak,
maka dalam kesempatan ini peneliti ucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr.Puthi Dwi Untari, MKM selaku ketua Yayasan Pendidikan
Sumatera Barat.
2. Ibu Dr.Hj. Nurtati, SE., MM selaku Rektor Universitas Sumatera
Barat yang telah memberikan izin dan fasilitas dalam penyusunan
skripsi ini
3. Ibu Ns.Dini Qurata Ayuni, SKM, M.Kep selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Universitas Sumatera Barat yang telah memberikan izin
dalam penyusunan skripsi ini
4. Ibu Bd.Rahmatul Ulya, M.Keb selaku Ketua Program Studi
Kebidanan Program Sarjana Universitas Sumatera Barat yang telah
memberikan izin dan kemudahan dalam pembuatan skripsi ini
5. Pembimbing skripsi ibu Bd.Ratna Dewi, S.ST, M.Biomed sebagai
pembimbing satu dan ibu Bd.Yohana Suganda, S.ST, M.Keb sebagai
pembimbing dua yang telah memberikan bimbingan, semangat dan
dorongan dalam pembuatan Skripsi ini
6. Segenap Dosen Program Studi di Sarjana Kebidanan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Sumatera Barat yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada peneliti.

7. Teristimewa kepada Bapak Mamakku di Surga, Abang terkasih


Raymond Nadapdap beserta yang selalu memberikan perhatian, serta
kesayangan si Monang Jalaraja Nadeak, Adik Gabe Hotmaraja
Nadeak dan semua Keluarga dari Bali yang mendoakan dan

iii
memberikan dorongan baik moril maupun materil selama dalam
penyusunan Skripsi ini, serta orang-orang yang ikut berpartisipasi
dalam penyelesaian Skripsi ini.
Semoga bantuan yang telah diberikan akan mendapat balasan dari Tuhan
Yang Maha Esa.
Peneliti menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna
karena itu peneliti bersedia menerima kritikan dan saran dari semua pihak
demi kesempurnaan skripsi ini.

Lubuk Alung, April 2024

Peneliti

Risya Eva Sari Nadapdap

iv
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .............................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1

1.1. Latar Belakang.............................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah......................................................... 1
1.3. Tujuan Penelitian.......................................................... 6
1.3.1. Tujuan Umum ........................................................ 6
1.3.2. Tujuan Khusus ........................................................ 6
1.4. Manfaat Penelitian........................................................ 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 8

2.1. Pengetahuan........................................................................ 8
2.1.1. Defenisi Pengetahuan ............................................. 8
2.1.2. Tingkat Pengetahuan .............................................. 8
2.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan . . 9
2.2. Tinjauan Umum Tentang Payudara ................................... 11
2.2.1. Definisi Payudara ................................................... 11
2.2.2. Anatomi Fisiologi Payudara ................................... 11
2.3. Perubahan payudara selama kehamilan ............................. 13
2.4. Perubahan payudara pada masa nifas ................................. 14
2.5. Perawatan Payudara ........................................................... 15
2.5.1. Pengertian Perawatan Payudara ............................. 15
2.5.2. Cara Perawatan Payudara ....................................... 16
2.6. Perawatan Payudara Pada Masa Nifas ............................... 19
2.7. Manfaat Perawatan Payudara Selama Kehamilan .............. 21
2.8. Kerangka Teori.................................................................... 32

v
BAB III KERANGKA KONSEP 33

3.1.........................................................................................Kerangk
a Konsep......................................................................................... 33
3.2.........................................................................................Hipotesis
33

BAB IV METODE PENELITIAN........................................................ 34

4.1. Desain Penelitian................................................................. 34


4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian ............................................. 34
4.2.1. Lokasi Penelitian...................................................... 34
4.2.2. Waktu Penelitian...................................................... 35
4.3. Populasi dan Sampel........................................................... 35
4.3.1. Populasi..................................................................... 35
4.3.2. Sampel...................................................................... 35
4.4. Defenisi 0perasional............................................................ 35
4.5. Metode Pengolahan Data ................................................... 37
4.6. Teknik Analisa Data ........................................................... 38

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................

5.1. Hasil dan pembahasan.........................................................

BAB VI PENUTUP..................................................................................

6.1. Kesimpulan..........................................................................

6.2. Saran....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berdasarkan WHO (2021) angka kematian ibu (AKI) di dunia mencapai
303.000 jiwa. Menurut ASEAN (2021) angka kematian ibu mencapai 235 per
100.000 kelahiran hidup. Dan kematian ibu di Indonesia menurut
KEMENKES,2020 mencapai 4.221 kasus. Pendarahan, hipertensi dalam
kehamilan, infeksi, dan gangguan metabolik merupakan penyebab terbanyak
kematian ibu di Indonesia pada tahun 2020 (KEMENKES,2020). Ada
beberapa penyebab kematian ibu yaitu pada saat kehamilan sebanyak 23,89%,
persalinan sebanyak 26,99%, dan nifas sebanyak 40,12%. Berdasarkan data
tersebut penyebab kematian terbanyak adalah pada masa nifas yang
disebabkan oleh berbagai faktor yaitu pendaraham persalinan, eklamsia,
infeksi, mastitis, dan postpartum blues. Oleh karena itu ibu nifas memerlukan
pemantauan yang sangat ketat sehingga dapat menurukan angka kematian ibu.
World Health Organization merekomendasikan bahwa bayi hanya disusui
ASI Eksklusif paling sedikit 6 bulan tanpa diberikan makanan tambahan,
setelah itu pemberian ASI tetap dilanjutkan hingga umur 2 tahun. Majelis
Kesehatan Dunia telah merumuskan Global Nutrition Target 2025, dengan
cara merumuskan 6 sasaran kesehatan global terkait dengan peningkatan gizi
ibu dan bayi serta anak-anak yang akan dicapai pada tahun 2025. Sasaran
kesehatan global salah satunya yakni dapat meningkatkan pemberian ASI
Eksklusif selama 6 bulan pertama minimal 50% (WHO, 2017 dalam Eva
Yolanda 2020).
Di Indonesia pelayanan kesehatan ibu nifas termasuk di antaranya kegiatan
sweeping atau kunjungan rumah bagi yang tidak datang ke fasilitas pelayanan
kesehatan. Dukungan pemerintah makin meningkat sejak diluncurkan
Jampersal pada tahun 2011 hingga 2013, dimana pelayanan nifas termasuk
paket manfaat yang dijamin oleh Jampersal (Jaminan pembiayaan persalinan).
Pada tahun 2008 hingga tahun 2011 meski proses kelahiran ditolong oleh
7
tenaga kesehatan, namun banyak ibu bersalin yang tidak melakukan kunjungan
nifas ke fasilitas kesehatan. Namun, sejak tahun 2012 hingga tahun 2014
cakupan indikator tersebut secara nasional tidak menunjukkan perbedaan
cukup berarti. Hal itu menunjukkan bahwa ibu bersalin yang ditolong tenaga
kesehatan sebagian besar telah melakukan kunjungan nifas ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Kemampuan petugas kesehatan dalam menjaring ibu
bersalin untuk mendapatkan pelayanan nifas merupakan faktor yang sangat
penting. Terdapat tiga provinsi yang memiliki cakupan kunjungan nifas
lengkap tertinggi yaitu Provinsi DKI Jakarta (94,64%), DI Yogyakarta
(94,54%), Provinsi Jawa Timur (87,49%) dan Sumatera Utara (94,15%).
Sedangkan tiga provinsi dengan cakupan kunjungan nifas lengkap terendah
adalah Papua Barat (29,13%), Papua (38,61%), dan Maluku (43,39%)
(Kemenkes RI, 2020).
Perawatan payudara selama kehamilan merupakan hal penting untuk
dilakukan agar pemberian nutrisi terhadap bayi dapat diberikan secara dini.
Sebuah penelitian dari survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2021)
mengungkapkan angka kematian bayi sangat tinggi yaitu 34/1000 kelahiran.
Jumlah tersebut lebih tinggi dari angka target Milenium Development Goals
(MDG’s), yakni 25 kasus per 1000 kelahiran. Menurut hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas 2021),penyebab kematian bayi baru lahir 0-6 hari di
Indonesia adalah gangguan pernapasan (36,9%), prematuritas (32,4%), sepsis
(12%), hipotemi (6,8%), juga kelainan darah/ikterus (6,6%) dan lain- lain.
Dari itu Menteri Kesehatan Indonesia memaparkan bahwa kaum ibu harus
sesegera mungkin untuk melakukan inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan
dilanjutkan dengan pemberian ASI eksklusif selama 9 bulan (Menurut
Widodo,2012 dalam Eva Yolanda 2020).
Pemberian ASI bermanfaat bagi bayi yaitu ASI dapat melindungi bayi dari
penyakit infeksi, obesitas, dan membantu perkembangan system imun
tubuhnya. Selain itu, pemberian ASI kepada bayi juga mampu melindungi ibu
dari penyakit degenerative (Prasetyono, 2017). Cangkupan pemberian ASI di
Provinsi Kepulauan Riau tahun 2018- 2021, pada tahun 2018 sebesar 53,85%,
8
pada tahun (2019) meningkat menjadi 57,31% dan pada tahun (2020) menjadi
59,49%, (2021) menurun menjadi 58,84%, yang berarti nilai tersebut belum
mencapai sasaran renstra sebesar 80%. Peningkatan pencapaian persentase
pemberian ASI eksklusif hal ini tidak terlepas dari dukungan dan peran aktif
keluarga dan masyarakat untuk mendorong ibu memberikan ASI eksklusif. Di
Kabupaten Natuna 64,6% persentase tertinggi, sedangkan persentase terendah
di Kepulauan Anambas 22,6%. Persentase pemberian ASI eksklusif di Kota
Batam masih 46,2% pada tahun 2019, dan 59,1% pada tahun 2020, dan 62,8%
pada tahun 2021 dan 75,1% pada tahun 2022. Pada tahun (2023) 5 urutan
wilayah pemberian ASI ekslusif terbanyak di Kecamatan Kota Batam yaitu
pada Belakang Padang, Bengkong, Botania dengan presentase 100%, di urutan
selanjutnya dengan presentase 94,4% di Kecamatan Sagulung, kemudian
presentase 89,4% pada Kecamatan Kabil, selajutnya di Kecamatan Batu
Ampar dengan presentase sebesar 54,6%. Angka tersebut belum mencapai
target 80% ASI yang ditetapkan Kementerian Kesehatan. Dari 29.978 bayi di
Kota Batam yang mendapat ASI eksklusif, 13.848 merupakan bayi berusia 0-6
bulan (Dinas Kesehatan Kota Batam, 2023). Pada kecamatan Batu Ampar
terdapat 4 kelurahan yaitu Sei Jodoh, Tanjung Sengkuang, Batu Merah, dan
Kampung Seraya, dari keempat kelurahan tersebut, Kampung Seraya tercatat
sebagai cakupan ASI terendah di Kecamatan Batu Ampar.
Perawatan payudara adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar
dan teratur untuk memelihara kesehatan payudara pada waktu hamil dengan
tujuan untuk mempersiapkan laktasi pada waktu post partum (Teguh Subianto
dalam devita 2015).
Perawatan payudara adalah perawatan pada payudara wanita setelah
melahirkan yang merupakan suatu cara yang dilakukan agar air susu keluar
dengan lancar (Suririnah, 2017). Sarwono, (2015) menyatakan beberapa
masalah yang terjadi jika tidak melakukan perawatan payudara pada ibu nifas
antara lain pembengkakan payudara, saluran susu tersumbat, infeksi pada
payudara, puting tenggelam, puting susu lecet dan hal ini biasanya terjadi

9
disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu nifas dalam merawat
payudara.
Pemberian ASI secara esklusif sampai saat ini mengalami persoalan dan
masih sangat rendah dari jumlah ibu yang melahirkan. Padahal diketahui
Pemberian ASI Eksklusif di Indonesia telah diatur dalam undang-undang
diantaranya UU No. 36 tahun 2009 pasal 128 ayat 2 dan 3. Pemberian ASI
Eksklusif wajib dilaksanakan oleh ibu pasca bersalin.
Pada periode antenatal, ibu hamil harus dipersiapkan baik secara fisik
maupun psikologis untuk merawat bayinya dan mempersiapkan masa
laktasinya. Perawatan antenatal yang baik yaitu dengan memberikan perhatian
yang khusus pada persiapan payudara serta puting susu dalam mengantisipasi
permasalahan pemberian ASI pada bayi. Terdapat kesulitan psikologis
maupun kesulitan fisik yang mencegah ibu menyusukan bayinya. Persiapan
psikologis ibu untuk menyusui pada saat kehamilan sangat berarti, karena
keputusan atau sikap ibu yang positif harus sudah ada pada saat kehamilan
atau bahkan jauh sebelumnya. Sikap ibu dipengaruhi oleh berbagai faktor,
antara lain adat kebiasaan atau kepercayaan menyusui di daerah masing-
masing, pengalaman menyusui sebelumnya, pengetahuan tentangmanfaat ASI
dan perawatan payudara, kehamilan diinginkan atau tidak.
Dukungan dari perawat atau petugas kesehatan, teman atau kerabat dekat
sangat dibutuhkan terutama pada ibu yang pertama kali hamil. Cara terbaik
dalam mempersiapkan pemberian ASI adalah keadaan kejiwaan ibu yang
sedapat mungkin tenang dan tidak menghadapi banyak masalah
(Soetjiningsih, 2015). Kesulitan yang dapat timbul selama proses laktasi
yaitu puting yang retak-retak, puting yang masuk ke dalam, mastitis infektif
dan laktasi yang tidak memadahi oleh karena banyak sekali masalah yang
dapat timbul selama proses menyusui, maka perlu dilakukan perawatan
antenatal yang baik karena Air Susu Ibu berperan penting untuk membuat bayi
sehat dan kuat.

10
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Edukasi Pada Ibu Nifas
Tentang Perawatan Payudara di PMB Juwarini Paulina, Amd.Keb”

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu
Apakah ada Pengaruh Pemberian Edukasi Pada Ibu Nifas Tentang Perawatan
Payudara di PMB Juwarini Paulina, Amd.Keb Tahun 2024.

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Pengaruh Pemberian Edukasi Pada Ibu Nifas Tentang
Perawatan Payudara di PMB Juwarini Paulina, Amd.Keb Tahun 2024.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui edukasi pada ibu nifas tentang perawatan payudara
di PMB Juwarini Paulina, Amd.Keb tahun 2024.
b. Untuk mengetahui perawatan payudara pada ibu nifas di PMB
Juwarini Paulina, Amd.Keb tahun 2024.
c. Untuk mengetahui pengaruh pemberian edukasi pada ibu nifas tentang
perawatan payudara di PMB Juwarini Paulina, Amd.Keb Tahun 2024.

1.4. Manfaat Penelitian


1. Bagi Ibu Nifas
Diharapkan pada ibu nifas yang pertama kali dapat mengetahui tentang
cara melakukan perawatan payudara serta menambah sumber informasi,
wawasan dan pengetahuan terhadap permasalahan yang muncul di hari-
hari pertama pemberian ASI seperti masalah ASI tidak keluar yang bisa
diatasi dengan metode perawatan payudara.
11
2. Bagi Klinik PMB Juwarini Paulina, Amd.Keb
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
masukan sehingga dapat menambah wawasan dalam meningkatkan
pengetahuan ibu nifas tentang perawatan payudara yang baik dan benar.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan
dan dapat dijadikan sebagai masukan serta informasi yang berguna di
masa depan
4. Bagi Peneliti
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman
dalam menerapakn ilmu keperawatan khususnya tentang perawatan
payudara pada ibu hamil dalam bidang kesehatan.

12
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengetahuan
2.1.1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai
dukungan dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun sikap dan
perilaku setiap hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan
merupakan fakta yang mendukung tindakan seseorang (Notoatmodjo,
2015).
Pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu” dan ini terjadi setelah
orang penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indra manusia, yaitu : indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun
lingkungan (Notoatmodjo, 2015).
Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui oleh
seseorang dengan jalan apapun atau segala sesuatu yang diketahui orang
lain yang didapat. Pengetahuan dapat juga dikatakan sebagai khasanah
mental yang secara langsung turut memperkaya kehidupan kita.
Pengetahuan merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul
dalam kehidupan yang dihadapi manusia sebagai dorongan psikologis
(Notoatmodjo, 2015).
13
2.1.2. Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6
tingkatan, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai kemampuan untuk mengingat suatu materi
yang telah dipelajari, dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang
tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,
menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai kemanpuan untuk menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai pengguna hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip-prinsip dan sebagainya.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek dalam suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur
organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja
mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.
e. Sintesis (Sinthesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk menghubungkan bagian- bagian
dalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang
ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi adalah kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap
14
suatu materi atau objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.
(Notoatmodjo, 2015).

2.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara
lain:
a. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang pada orang
lain terhadap sesuatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat
dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah
pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak
pula pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya jika seseorang tingkat
pendidikannya rendah, akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru
diperkenalkan.
b. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh
pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara
tidak langung.
c. Umur
Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek
fisik dan psikologis (mental). Pertumbuhan pada fisik secara garis
besar ada 4 kategori yaitu pertama perubahan ukuran, kedua perubahan
proposi, ketiga hilangnya ciri-ciri lama, keempat timbulnya ciri-ciri
baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi organ. Pada aspek
psikologis atau mental taraf berpikir seseorang semakin matang dan
dewasa (Notoatmodjo, 2015).
15
d. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu,
baik yang hidup ataupun dalam keadaan meninggal.
e. Sosial ekonomi
Tingkat kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi akan menambah tingkat
pengetahuan.

f. Sumber informasi
Seseorang yang mempunyai sumber yang lebih lebih banyak akan
memiliki pengetahuan yang lebih luas (Soekanto, 2015).

2.2. Tinjauan Umum Tentang Payudara


2.2.1. Definisi Payudara
Payudara merupakan sumber air susu ibu yang akan menjadi
makanan utama bagi bayi, karena itu jauh sebelumnya sudah harus
dirawat. Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit dan di atas
otot dada. Bagian-bagian payudara meliputi :
a. Korpus (badan): Bagian yang membesar
b. Areola: Bagian yang kehitaman di tengah
c. Papila/puting: Bagian yang menonjol di puncak payudara
Di dalam korpus terdapat alveolus, yaitu unit terkecil yang
memproduksi air susu ibu (ASI), terdiri dari beberapa sel asiner, jaringan
lemak, sel plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah. Beberapa alveolus
mengelompok membentuk lobules, kemudian beberapa lobules berkumpul
menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara. Dari alveolus ASI disalurkan ke
dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa saluran kecil
bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiverus).Di
bawah areola saluran yang besar lebar disebut sinus laktiferus. Akhirnya
semua memusat ke dalam puting dan bermuara keluar. Di dalam dinding
alveolus maupun saluran-saluran, terdapat otot polos yang bila
16
berkontraksi memompa ASI keluar (Mira, 2015).
2.2.2. Anatomi Fisiologi Payudara
Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan IV, secara
horisontal mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis.
Kelenjar susu berada di jaringan sub kutan superficial dan profundus, yang
menutupi muskulus pektoralis mayor. Ukuran normal 10-12 cm dengan
beratnya pada wanita hamil adalah 200 gram, pada wanita hamil aterm
400-600 gram dan pada masa laktasi sekitar 600-800 gram. Bentuk dan
ukuran payudara akan bervariasi menurut aktivitas fungsionalnya.
Payudara menjadi besar saat hamil dan menyusui dan biasanya mengecil
setelah menopause. Pembesaran ini terutama disebabkan oleh
pertumbuhan struma jaringan penyangga dan penimbunan jaringan lemak.
Ada 3 bagian utama payudara, korpus (badan), Areola, Papilla atau
puting. Areola mamae (kalang payudara) letaknya mengelilingi puting
susu dan berwarna kegelapan yang disebabkan oleh penipisan dan
penimbunan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari
corak kulit dan adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya
kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan, bila kulitnya kehitaman
maka warnanya akan lebih gelap dan kemudian menetap.
Puting susu terletak setinggi interkosta IV, tetapi berhubung adanya
variasi bentuk dan ukuran payudara maka letaknya pun akan bervariasi
pula. Pada tempat ini terdapat lubang-lubang kecil yang merupakan muara
dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat otot polos yang tersusun secara
sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan memadat
dan menyebabkan puting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang
longitudinal akan menarik kembali puting susu tersebut. Ada empat
macam bentuk puting yaitu bentuk yang normal/umum, pendek/datar,
panjang dan terbenam (inverted). Namun bentuk-bentuk puting ini tidak
terlalu berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa puting
susu dan areola dapat ditarik sehingga membentuk tonjolan atau “dot” ke
dalam mulut bayi. Kadang dapat terjadi puting tidak lentur terutama pada
17
bentuk puting terbenam, sehingga butuh penanganan khusus agar bayi bias
menyusu dengan baik.

Gambar 3. Bentuk puting susu panjang

Gambar 4. Bentuk puting susu terbenam/terbalik (Asuhan Kebidanan, 2017).

Struktur payudara terdiri dari tiga bagian, yaitu kulit, jaringan sub
kutan (jaringan bawah kulit), dan corpus mammae. Corpus mammae
terdiri dari parenkim dan stroma. Parenkim merupakan suatu struktur yang
terdiri dari Duktus Laktiferus (duktus), Duktulus (duktulli), Lobus, dan
Alveolus.
Ada 15-20 duktus laktiferus. Tiap-tiap duktus bercabang menjadi
20-40 duktuli. Duktulus bercabang menjadi 10-100 alveolus dan masing-
masing dihubungkan dengan saluran air susu (system duktus) sehingga
merupakan suatu pohon. Bila diikuti pohon tersebut dari akarnya pada
puting susu, akan didapatkan saluran air susu yang disebut duktus
laktiferus. Didaerah kalang payudara duktus laktiferus ini melebar
membentuk sinus laktiferus tempat penampungan air susu. Selanjutnya
18
duktus laktiferus terus bercabang-cabang menjadi duktus dan duktulus,
tapi duktulus yang pada perjalanan selenjutnya disusun pada sekelompok
alveoli. Didalam alveoli terdiri dari duktulus yang terbuka, sel-sel kelenjar
yang menghasilkan air susu dan miopitelium yang berfungsi memeras air
susu keluar dari alveoli.
2.3. Perubahan payudara selama kehamilan
Perawatan payudara merupakan salah satu bagian penting yang
harus diperhatikan sebagai persiapan untuk menyusui bayinya, hal ini
dikarenakan payudara merupakan organ esensial penghasil ASI yaitu
makanan pokok bayi baru lahir sehingga perawatannya harus dilakukan
sedini mungkin. Dalam meningkatkan pemberian ASI pada bayi, masalah
utama, dan prinsip bahwa ibu-ibu membutuhkan bantuan dan informasi
serta dukungan agar merawat payudara pada saat hamil untuk
mempersiapkan ASI pada saat melahirkan sehingga menambah keyakinan
bahwa mereka dapat menyusui bayinya dengan baik dan mengetahui
fungsi dan manfaat perawatan payudara pada saat hamil. Pada masa
kehamilan terjadi perubahan payudara yang disebabkan adanya
peningkatan hormon estrogen. Pada minggu ke-6 sampai ke-8 jaringan
lunak payudara menjadi lebih noduler, terdapat sensasi penuh, nyeri tekan,
dan kesemutan, serta peningkatan suplai darah maka vena subkutan
menjadi lebih nyata. Pada minggu ke-12 terjadi hiperpigmentasi pada
areola dan papilla mamae, glandula sebasea di dalam areola membesar dan
menyekresi sebum/minyak yang berguna melumasi mamae, muncul
kelenjar-kelenjar yang disebut tuberkulum montgomeri, dan pada
multigravida kolostrum sudah keluar.
Fungsi kolostrum pada stadium ini adalah sebagai bakal keluarnya
ASI secara bebas pada postnatal. Setelah 16 minggu muncul areola
sekunder (suatu daerah yang berbercak yang timbul di daerah areola
mamae). Kolostrum sejati setelah minggu ke-16, kolostrum ini mempunyai
warna lebih kuning dan mempunyai konsistensi seperti krim. Dan warna
areola lebih gelap pada waktu hamil (Mira, 2015).
19
Perawatan payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur akan
memudahkan si kecil mengkomsumsi ASI. Pemeliharaan ini juga
merangsang produksi ASI dan mengurangi resiko luka saat menyusui
(Suherni, 2018). Perawatan payudara merupakan suatu tindakan perawatan
payudara yang dilaksanakan, baik oleh pasien maupun dibantu orang lain
yang dilaksanakan mulai hari pertama atau kedua setelah melahirkan
(Anggraini, 2014).
2.4. Perubahan payudara pada masa nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Saleha, 2015). Periode
masa nifas (puerperium) adalah periode waktu selama 6-8 minggu setelah
persalinan. Proses ini dimulai setelah selesainya persalinan dan berakhir
setelah alat-alat reproduksi kembali seperti keadaan sebelum hamil/tidak
hamil sebagai akibat dari adanya perubahan fisiologi dan psikologi karena
proses persalinan (Saleha, 2015).
Tahap perkembangan payudara dimulasi dari kehidupan
intrauterine, yaitu dimulai pada minggu ke-4 kehidupan intrauterine. Saat
lahir, payudara akan membesar pada hari pertama kehidupan. Hal ini
disebabkan karena penarikan hormon maternal dari aliran darah bayi yang
disertai dengan sekresi air susu (Mira, 2014).
Kolostrum sering juga disebut dengan susu jolong. Kolostrum
adalah cairan emas, cairan pelindung yang kaya zat anti-infeksi dan
berprotein tinggi.Kolostrum biasanya keluar pada hari pertama sampai hari
keempat pascapartum. Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan,
tidak jarang kita mendengar seorang ibu baru mengatakan, “ASI saya
belum keluar”. Sebenarnya, meski ASI yang keluar pada hari tersebut
sedikit, tetapi volume yang ada di dalam payudara mendekati kapasitas
lambung bayi yang berusia 1-2 hari, kolostrum yang encer dan sering kali
berwarna kuning atau dapat pula jernih ini lebih mengandung sel hidup
yang menyerupai sel darah putih yang dapat membunuh kuman penyakit.
20
Selain itu kolostrum juga merupakan pencahar yang ideal untuk
membersihkan zat yang tidak terpakai dari usus bayi yang baru lahir
sehingga mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan
yang akan datang (Mira, 2014).
2.5. Perawatan Payudara
2.5.1. Pengertian Perawatan Payudara
Perawatan payudara atau Breast Care adalah pemeliharaan
payudara yang dilakukan untuk memperlancar ASI dan menghindari
kesulitan pada saat menyusui dengan melakukan pemijatan (Weltford,
2015). Perawatan payudara sangat perlu dilakukan selama hamil sampai
menyusui. Hal ini karena payudara merupakan satu- satu penghasil ASI
yang merupakan makanan pokok bayi baru lahir sehingga harus dilakukan
sedini mungkin (Azwar, 2015). Breast care disebut juga dengan perawatan
payudara yang bertujuan untuk memelihara kebersihan payudara,
memperbanyak atau memperlancar pengeluaran ASI sehingga dapat
dengan mudah untuk proses menyusui (Anggraini, 2015).
Demi keberhasilan menyusui, payudara memerlukan perawatan
sejak dini secara teratur. Perawatan payudara pada masa nifas bertujuan
agar selama menyusui kelak produksi ASI cukup, tidak terjadi kelainan
pada payudara dan agar bentuk payudara tetap baik setelah menyusui
(Nugroho, 2016).
2.5.2. Cara Perawatan Payudara
a. Perawatan Payudara Selama Kehamilan
Perawatan payudara yang dilakukan selama kehamilan akan
membantu persiapan untuk menyusui anak nantinya. Bagian puting
payudara harus digosok dan ditarik keluar perlahan-lahan selama kira- kira
2 menit setiap hari semenjak masa hamil muda. Apabila calon ibu
menghendaki, obat gosok lanolin dapat diusapkan, terutama jika putingnya
tergolong kering. Kira-kira sejak minggu ke-32, payudara harus dipijit
dengan meletakkan kedua telapak tangan terbuka lebar disekeliling
payudara, lalu menekannya kea rah puting sehingga akan terlihat ada
21
cairan berwarna kuning yang keluar dari puting itu. Tindakan pemijatan
ini dimaksudkan untuk menjaga agar saluran- saluran pada payudara tetap
terbuka (Apel, 2015).

Perawatan payudara pada saat hamil :


Pada saat hamil, payudara akan membesar, sehingga BH yang kita
miliki sebelumnya pasti akan terasa sempit. Oleh karena itu gantilah BH
dengan ukuran yang pas sehingga bisa menyangga payudara dengan baik.
Untuk menyusui bayi kita nanti, gantilah BH kita sebelumnya dengan BH
khusus untuk menyusui. Pilih yang ukurannya pas, agar tidak
menyebabkan infeksi pada payudara. Bersihkan payudara dan puting.
Mulailah merawat puting susu. Jika putting susu datar atau masuk ke
dalam, konsultasikan dengan dokter sehingga bisa segera diatasi untuk
mencegah kesulitan menyusui nantinya. Jangan gunakan sabun saat
membersihan payudara. Cukup basuh dengan air dan keringkan dengan
handuk lembut. Sabun akan membuat payudara dan puting menjadi kering.
Pada bulan-bulan terakhir kehamilan cobalah untuk memijat lembut
payudara, terutama didaerah yang berwarna gelap (areola) dan disekitar
puting untuk membuka saluran susu (Nadia, 2015).
Sebagai seorang tenaga kesehatan khususnya bidan harus benar-
benar memperhatikan betapa pentingnya perawatan payudara untuk
memperlancar produksi ASI. Perawatan payudara bisa dilakukan secara
teratur 2 kali sehari, yaitu cucilah tangan sebelum masase, lalu tuangkan
minyak kedua belah telapak tangan secukupnya, pengurutan dimulai
dengan ujung jari caranya sokong payudara kiri dengan tangan kiri.
Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan mulai dari
pangkal payudara dan berakhir dengan gerakan spiral pada daerah puting
(Suherni, 2015).
Adapun langkah-langkah dalam perawatan payudara yaitu:
A. Pengurutan payudara
1. Tangan dilicinkan dengan minyak kelapa/baby oil
22
Pengurutan payudara mulai dari pangkal menuju arah puting susu
selama 2 menit (10 kali) untuk masing-masing payudara.
2. Handuk bersih 1-2 buah.
3. Air hangat dan air dingin dalam baskom
4. Waslap atau sapu tangan dan handu
5. langkah pengurutan payudara
a. Pengurutan yang pertama
Licinkan kedua tangan dengan minyak tempatkan kedua telapak
tangan diantara kedua payudara lakukan pengurutan, dimulai dari
arah atas lalu arah sisi samping kiri kemudian kearah kanan,
lakukan terus pengurutan kebawah atau melintang. Lalu kedua
tangan dilepas dari payudara. Ulangi gerakan 20-30 kali untuk
setiap satu payudara
b. Pengurutan yang kedua
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, kemudian dua atau tiga
jari tangan kanan mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada
puting susu. Lakukan tahap mengurut payudara dengan sisi
kelingking dari arah tepi kearah puting susu. Lakukan gerakan
20-30 kali
c. Pengurutan yang ketiga
Menyokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain
mengurut dan menggemgam dari pangkal menuju ke putting
susu. Lakukan gerakan 20-30 kali.
B. Pengompresan
Alat-alat yang disiapkan:
1. 2 buah kom sedang yang masing-masing diisi dengan air hangat
dan air dingin.
2. 2 buah waslap Caranya:
Kompres kedua payudara dengan waslap hangat selama 2 menit,
kemudian ganti dengan kompres dingin selama 1 menit. Kompres
bergantian selama 3 kali berturut-turut dengan kompres air hangat.
23
3. Menganjurkan ibu untuk memakai BH khusus untuk menyusui.
C. Perawatan puting susu
Puting susu memegang peranan penting pada saat menyusui. Air
susu ibu akan keluar dari lubang-lubang pada puting susu oleh karena
itu puting susu perlu dirawat agar dapat bekerja dengan baik, tidak
semua wanita mempunyai puting susu yang menonjol (normal). Ada
wanita yang mempunyai puting susu dengan bentuk yang mendatar
atau masuk kedalam, bentuk puting susu tersebut tetap dapat
mengeluarkan ASI jika dirawat dengan benar.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk merawat puting susu:
1. Setiap pagi dan sore sebelum mandi puting susu (daerah areola
mamae), satu payudara diolesi dengan minyak kelapa sekurang-
kurangnya 3-5 menit, lama 4-5 kali.
2. Jika puting susu normal, lakukan perawatan dengan oleskan
minyak pada ibu jari dan telunjuk lalu letakkan keduanya pada
puting susu dengan gerakan memutar dan ditarik-tarik selama 30
kali putaran untuk kedua puttng susu.
3. Jika puting susu datar atau masuk kedalam lakukan tahapan
berikut:
1) Letakkan kedua ibu jari disebelah kiri dan kanan puting susu,
kemudian tekan dan hentakkan kearah luar menjauhi puting susu
secara perlahan.
2) Letakkan kedua ibu jari diatas dan dibawah puting susu lalu
tekan serta hentakkan kearah puting susu secara perlahan.
4. Kemudian untuk masing-masing puting digosok dengan handuk
kasar agar kotoran-kotoran yang melekat pada puting susu dapat
terlepas.
5. Akhirnya payudara dipijat untuk mencoba mengeluarkan ASI.
Lakukan langkah-langkah perawatan diatas 4-5 kali pada pagi dan
sore hari, sebaiknya tidak menggunakan alkohol atau sabun untuk
membersihkan puting susu karena akan menyebabkan puting susu
24
kering dan lecet. Pengguna pompa ASI atau bekas jarum suntik
yang dipotong ujungnya juga dapat digunakan untuk mengatasi
masalah pada puting susu yang terbenam (Anggraini, 2014).

2.6. Perawatan Payudara Pada Masa Nifas


Beberapa hari setelah melahirkan, sebelum ASI terbentuk, payudara ibu
akan terus mengeluarkan kolostrum (cairan kental berwarna kekuningan).
Tetap berikan kolostrum ini pada bayi, karena kolostrum ini akan memenuhi
semua kebutuhan nutrisi bayi. Pada saat ASI mulai diproduksi, payudara
mulai terasa kencang, bengkak dan tidak nyaman, karena itu segera susui
bayi sesegera dan sesering mungkin. Namun agar tidak mengalami kesulitan
selama periode menyusui, kita perlu melakukan perawatan payudara.
Perawatan payudara setelah melahirkan dapat dengan melakukan beberapa
pemijatan, demi kesehatan kita dan si kecil, memang harus ada ketelatenan
untuk merawat payudara kita. Lakukan perawatan payudara dan puting
selama kehamilan, selama menyusui dan juga setelah kita tidak menyusui
bayi lagi. Ini sangat baik untuk menjaga dan merawat bagian tubuh kita dan
menghindari penyakit kanker payudara yang biasa menyerang wanita.
Dengan memberi perhatian khusus pada payudara, kita akan menyadari
sejak dini segala perubahan dalam payudara dan juga bisa member nutrisi
eksklusif untuk bayi kita (Nadia, 2015).
Perawatan payudara pada masa nifas merupakan kelanjutan dari perawatan
payudara semasa hamil (Apel, 2011). Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan perawatan payudara pasca persalinan,
yaitu:
a. Puting susu dikompres dengan kapas selama 3-4 menit, kemudian
bersihkan dengan kapas minyak tadi
b. Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari dan jari
telunjuk diputar kedalam 20 kali keluar 20 kali
c. Penonjolan puting susu yaitu:
25
1. Puting susu cukup ditarik sebanyak 20 kali
2. Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap
3. Memakai pompa puting susu

d. Pengurutan payudara:
1. Telapak tangan petugas diberi baby oil kemudian diratakan
2. Peganglah payudara lalu diurut dari pangkal ke puting susu
sebanyak 30 kali
3. Pijatlah puting susu pada daerah areola mammae untuk
mengeluarkan kolostrum
4. Bersihkan payudara dengan air bersih memakai waslap (Setiawati,
2014).

Gambar 8.Pengurutan buah dada berputar dari tengah ke samping kemudian ke


bawah

Gambar 9. Pengurutan buah dada dari pangkal ke puting dan membersihkan


26
payudara dengan waslap (Varney, 2008).

Kadang-kadang, pada minggu pertama setelah melahirkan,


payudara ibu akan terasa bengkak karena adanya sumbatan pada saluran
ASI. Bila hal tersebut dibiarkan, lama-lama akan terjadi infeksi dan
menyebabkan peradangan pada payudara, yang disebut mastitis. Peradangan
tersebut dapat terjadi pada satu atau kedua payudara sekaligus penyebab
pasti terjadinya mastitis belum diketahui. Umumya terjadi pada minggu ke-
2 hingga ke-7 setelah persalinan.Meskipun demikian, mastitis dapat juga
terjadi pada wanita yang tidak menyusui ataupun hamil. Bakteri biasanya
masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka (Arini, 2014).
2.7. Manfaat Perawatan Payudara Selama Kehamilan
Perawatan payudara dilakukan secara benar dan teratur agar
dapat menguatkan, melenturkan dan mengatasi terpendamnya puting susu
sehingga bayi mudah menghisap ASI dan juga menjaga kebersihan
payudara, mencegah penyumbatan dan bermanfaat untuk memperkuat kulit
sehingga mencegah terjadinya luka pada saat mulai menyusui. Perawatan
payudara juga bermanfaat merangsang payudara mempengaruhi hipofise
untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin. Perawatan payudara
pada masa kehamilan tidak diperkenankan sebagai upaya memperlancar
pengeluran ASI, tetapi bertujuan untuk menjaga kebersihan payudara,
memperbaiki kondisi puting susu yang mengalami kelainan bentuk dan
menstimulasi produksi ASI. Berat payudara akan bertambah selama hamil,
karena itu ibu disarankan memakai bra yang sesuai dengan pembesaran
payudara yang sifatnya menyokong payudara dari bawah dan bukan
menekan dari depan.
Ketika mandi, daerah puting payudara tidak boleh disabuni
karena akan membuang lemak atau minyak alami yang diproduksi kelenjar
Montgomery dan akan membuat puting payudara menjadi kering. Ibu hamil
juga harus diberitahu bahwa pada trimester akhir payudara akan
mengeluarkan cairan berwarna kekuningan yang dinamakan kolostrum.
27
Untuk mencegah penyumbatan, kolostrum harus dikeluarkan. Perawatan
payudara ini sebaiknya dilakukan selama masa kehamilan yaitu pada usia
kehamilan setelah delapan bulan (trimester III). Ibu-ibu hamil tidak akan
mengalami kesulitan dalam pemberian ASI bila sejak awal mengetahui
bagaimana perawatan payudara (breast care ) yang tepat dan benar (Bobak,
2014).
Perawatan payudara selama hamil memiliki banyak manfaat antara
lain:
1. Menjaga kebersihan payudara terutama kebersihan puting susu.
2. Melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga memudahkan bayi
untuk menyusu.
3. Merangsang kelenjar-kelenjar air susu sehingga produksi ASI banyak
dan lancar.
4. Dapat mendeteksi kelainan-kelainan payudara secara dini dan
melakukan upaya untuk mengatasinya.
5. Mempersiapkan mental ibu untuk menyusui.

Bila seorang ibu hamil tidak melakukan perawatan payudara


dengan baik dan hanya melakukan perawatan menjelang melahirkan
atau setelah melahirkan maka sering dijumpai masalah- masalah yang
akan merugikan ibu dan bayi, diantaranya ASI tidak keluar, puting susu
tidak menonjol, produksi ASI sedikit, infeksi pada payudara, dll.
Masalah-masalah tersebut bisa dicegah dengan melakukan perawatan
payudara sedini mungkin. perawatan payudara selama kehamilan adalah
salah satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai persiapan dalam
pemberian air susu ibu (ASI). Manfaatnya yaitu dengan melakukan
perawatan payudara secara benar dan teratur dapat menguatkan dan
mengatasi terpendamnya puting susu sehingga bayi mudah menghisap
ASI dan juga menjaga kebersihan payudara, mencegah penyumbatan
dan bermanfaat untuk memperkuat kulit sehingga mencegah terjadinya
luka pada saat mulai menyusui (Oswari, 2014).
28
Kehamilan merupakan masa yang menggembirakan bagi calon
orang tua dan keluarga. Calon orang tua terutama calon ibu perlu
memiliki pengetahuan dan kesiapan untuk hamil, melahirkan dan
menyusui anak. Perawatan payudara bertujuan untuk melancarkan
sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya aliran susu sehingga
memperlancar pengeluaran ASI, serta menghindari terjadinya
pembengkakan dan kesulitan menyusui, selain itu juga menjaga
kebersihan payudara agar tidak mudah terkena infeksi (Anggraini,
2015).
Perawatan payudara selama kehamilan adalah salah satu bagian
penting yang harus diperhatikan sebagai persiapan dalam pemberian air
susu ibu (ASI). Banyak ibu yang yang mengeluh bayinya tidak mau
menyusu, biasanya ini dipengaruhi oleh faktor teknis seperti puting
susu yang masuk atau posisi menyusui yang salah. Dalam
meningkatkan pemberian ASI pada bayi, ibu-ibu membutuhkan bantuan
dan informasi serta dukungan agar merawat payudara pada saat hamil
untuk mempersiapkan ASI pada saat melahirkan sehingga menambah
keyakinan bahwa mereka dapat menyusui bayinya dengan baik dan
mengetahui fungsi dan manfaat perawatan payudara pada saat hamil
(Nurhati, 2015).
Manfaat Perawatan Payudara Pada Masa Nifas
Payudara adalah salah satu bagian terpenting dalam tubuh seorang
wanita. Selain bisa memperindah bentuk tubuh, payudara kita dapat
memproduksi ASI (Air Susu Ibu) yang sangat bermanfaat bagi
pertumbuhan anak. Jadi, merawat payudara sejak hamil dan setelah
melahirkan sangat penting sekali. Selain berguna bagi kesehatan kita
sendiri, juga berguna bagi kebutuhan nutrisi si kecil. Setelah persalinan
dan disaat menyusui selain payudara terlihat indah dan kencang,
perawatan payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur akan
memudahkan si kecil mengkomsumsi ASI. Perawatan payudara
merupakan salah satu bagian penting yang harus diperhatikan sebagai
29
persiapan untuk menyusui nantinya, hal ini dikarenakan payudara
merupakan organ esensial penghasil ASI yaitu makanan pokok bayi
baru lahir sehingga perawatannya harus dilakukan sedini mungkin.
Dalam meningkatkan pemberian ASI pada bayi, masalah utama dan
prinsip yaitu bahwa ibu- ibu membutuhkan bantuan dan informasi serta
dukungan agar merawat payudara pada saat hamil untuk
mempersiapkan ASI pada saat melahirkan sehinngga menambah
keyakinan bahwa mereka dapat menyusui bayinya dengan baik dan
mengetahui fungsi dan manfaat perawatan payudara pada saat hamil
(Anwar, 2015).
Manfaat perawatan payudara yaitu menjaga kebersihan payudara,
terutama kebersihan puting susu agar terhindar dari infeksi melunakkan
serta memperbaiki bentuk puting susu sehingga bayi dapat menyusu
dengan baik (Enggar, 2014). Perawatan payudara adalah suatu tindakan
untuk merawat payudara terutama pada masa nifas untuk memperlancar
pengeluaran ASI. Perawatan payudara dapat dilakukan dua kali sehari
yaitu saat mandi pagi dan mandi sore. Berikut adalah manfaat
perawatan payudara pada masa nifas yaitu:
a. Memelihara kebersihan payudara sehingga bayi mudah menyusu
pada ibunya
b. Melenturkan dan menguatkan puting susu sehingga bayi mudah
menyusu
c. Mengurangi resiko luka saat bayi menyusu
d. Merangsang kelenjar air susu sehingga produksi ASI menjadi lancer
e. Untuk persiapan psikis ibu menyusui dan menjaga bentuk payudara
f. Mencegah penyumbatan pada payudaras
g. Mencegah penyumbatan pada payudara (Karmiasih, 2015).
b. Dampak Tidak Melakukan Perawatan Payudara
1. Selama Kehamilan
Perawatan payudara selama kehamilan adalah salah satu bagian
penting yang harus diperhatikan sebagai persiapan dalam pemberian
30
air susu ibu (ASI). Banyak ibu yang mengeluh bayinya tidak mau
menyusu, biasanya ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti puting
susu yang masuk atau posisi menyusui yang salah. Dalam
meningkatkan pemberian ASI pada bayi, ibu-ibu membutuhkan
bantuan dan informasi serta dukungan agar merawat payudara pada
saat hamil untuk mempersiapkan ASI pada saat melahirkan.
Perawatan payudara selama kehamilan adalah salah satu bagian
penting yang harus diperhatikan sebagai persiapan dalam pemberian
ASI. Tetapi sebagian besar ibu hamil tidak melakukan perawatan
payudara karena kurangnya pengetahuan dalam perawatan payudara
itu sendiri. Walaupun ada ibu yang melakukan perawatan payudara,
perilaku dan tehnik yang dilakukan pun belum benar. Padahal, selama
kehamilan payudara akan membengkak dan daerah sekitar puting
warnanya akan lebuh gelap. Dengan adanya pembengkakan tersebut,
payudara menjadi mudah teriritasi bahkan mudah luka.
Selama Sembilan bulan kehamilan jaringan payudara tumbuh dan
menyiapkan fungsinya untuk menyediakan makanan bagi bayi baru
lahir. Akan tetapi biasanya banyak kendala-kendala yang terjadi pada
payudara akibat perubahan fisiologis post partum (Hamilton, 2017).
Kendala-kendala tersebut seperti puting yang masuk ke dalam,
payudara bengkak, nyeri pada puting susu, puting susu pecah-pecah,
infeksi payudara. Saluran ASI tersumbat, laktasi yang tidak memadai
dan juga produksi ASI yang kurang. Beberapa kendala tersebut ada
yang bisa dideteksi atau dilihat pada saat ibu masih hamil. Akan tetapi
ibu yang hamil sering kali mengabaikan atau bahkan tidak mengetahui
tentang proses pengembangan jaringan. Penghasil ASI juga
merupakan titik awal yang sangat terpengaruh terhadap keberhasilan
menyusui. Oleh karena itu perawatan payudara penting dilakukan
selain untuk mempersiapkan ibu untuk menyusui juga untuk
mencegah terjadinya kendala-kendala yang terjadi pada payudara
setelah melahirkan (Roesli, 2020).
31
2. Pada Masa Nifas
Berbagai dampak negatif dapat timbul jika tidak dilakukan perawatan
payudara sedini mungkin. Dampak tersebut meliputi :
1. Payudara Bengkak (Engorgement)
Sekitar hari ketiga atau keempat sesudah ibu melahirkan, payudara
sering terasa lebih penuh, tegang, serta nyeri. Keadaan seperti ini
disebut engorgement (payudara bengkak) yang disebabkan oleh
adanya statis di vena dan pembuluh darah bening. Hal ini merupakan
tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi. Apabila dalam keadaan
tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri lalu
memberikan prelacteal feeding (makanan stambahan) pada bayi,
keadaan tersebut justru berlanjut. Payudara akan bertambah bengkak
atau penuh karena sekresi ASI terus berlangsung sementara bayi tidak
disusukan sehingga tidak terjadi perangsangan pada puting susu yang
mengakibatkan refleks oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak
dikeluarkan. Jika hal ini terus berlangsung, ASI yang disekresi
menumpuk pada payudara dan menyebabkan areola (bagian berwarna
hitam yang melingkari puting) lebih menonjol, puting menjadi datar
dan sukar dihisap oleh bayi ketika disusukan. Bila keadaan sudah
sampai seperti ini, kulit pada payudara akan Nampak lebih merah
mengkilat, terasa nyeri sekali dan ibu merasa demam seperti
influenza.
Untuk mencegah terjadinya payudara bengkak, beberapa cara yang
dianjurkan antara lain sebagai berikut:
a. Susukan bayi segera setelah lahir, apabila memungkinkan
b. Susukan bayi tanpa dijadwal (on demand/ sesuka bayi)
c. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi
kebutuhan bayi
d. Lakukan perawatan payudara pasca persalinan
e. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih
lembek, sehingga puting lebih mudah diisap oleh bayi
32
f. Kompres dingin untuk mengurangi sakit pada payudara
g. Berikan kompres hangat sebelum menyusui untuk memudahkan
bayi mengisap (menangkap) puting susu.
h. Lakukan pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari puting
ke arah payudara untuk mengurangi peningkatan peredaran darah
dan terjadinya statis di pembuluh darah dan pembuluh getah bening
dalam payudara (Andriyani, 2014).
Dalam keadaan ini hendaknya jangan terlalu banyak minum
cairan. Namun bukan berarti tidak boleh sama sekali. Jika terasa
haus, cukup minum setengah gelas air. Sekalipun demikian, sang
ibu tidak boleh berhenti menyusui karena jika berhenti air susu
akan memenuhi payudara, dan secara otomatis tubuh akan
mengurangi produksi ASI (Lamadhah, 2018).
2. Bendungan ASI
Bendungan ASI adalah penyumbatan pada duktus laktiferus akibat
hambatan aliran air susu karena tekanan internal dan eksternal
(pembesaran dan pakaian ketat).
a. Tanda dan Gejala
Keluhan pada ibu yang mengalami bendungan ASI adalah :
1. Payudara bengkak
2. Payudara keras
3. Payudara panas
4. Payudara terasa nyeri karena adanya
pembengkakan yang terlokalisasi
5. Benjolan pada payudara terlihat jelas dalam
perabaan terasa lunak
b. Etiologi
Penyebab terjadinya bendungan ASI adalah :
1. Keterlambatan dalam pemberian ASI dini
2. Posisi menyusui yang kurang baik sehingga mulut bayi tidak
menutupi areola mammae
33
3. Ibu tidak menyusui bayinya secara tidak terjadwal (on-
demand)
4. Pakaian yang terlalu ketat
c. Penatalaksanaan Bendungan ASI
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi bendungan ASI
adalah:
1. Anjurkan pada ibu untuk menyusui sedini mungkin dan tidak
terjadwal
2. Ajarkan pada ibu cara menyusui yang baik apakah dengan cara
duduk atau berbaring
3. Hindari pakaian yang ketat karena dapat menekan duktus
laktiferus
4. Lakukan masase payudara dan memerah ASI untuk
meningkatkan aliran ASI dengan membersihkan sinus-sinus
dan duktus-duktus laktiferus kolostrum pertama yang lengket.
Duktus dan sinus ini digunakan untuk mengurangi
pembengkakan, membantu bayi menyusu, dan mengumpulkan
ASI untuk pemberian susu botol (mis : pada bayi premature
atau ketika ibu tidak ada ditempat) (Setiawati, 2018).
3. Radang payudara (Mastitis)
Radang payudara (mastitis) adalah infeksi yang menimbulkan
reaksi sistemik (seperti demam) pada ibu. Hal ini biasanya terjadi
pada 1-3 pekan setelah melahirkan dan sebagai komplikasi saluran
susu tersumbat. Keadaan ini biasanya diawali dengan puting susu
lecet/luka. Gejala-gejala yang bias diamati pada radang payudara
antara lain kulit Nampak lebih merah, payudara lebih keras serta nyeri
dan berbenjol-benjol (merongkol).
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, ibu perlu dianjurkan agar
tetap menyusui bayinya supaya tidak terjadi statis dalam payudara
yang cepat menyebabkan terjadinya abses.Ibu perlu mendapatkan
pengobatan (Antibiotika, antipiretik/penurun panas, dan
34
analgesic/pengurang nyeri) serta banyak minum dan istirahat untuk
mengurangi reaksi sistemik (demam). Bilamana mungkin, ibu
dianjurkan untuk melakukan senam laktasi (senam menyusui) yaitu
menggerakkan lengan secara berputar sehingga persendian bahu ikut
bergerak ke arah yang sama. Gerakan demekian ini akan membantu
memperlancar peredaran darah dan limfe di daerah payudara sehingga
statis dapat dihidari yang berarti mengurangi kemungkinan terjadinya
abses payudara (Andriyani, 2017).

4. Puting susu nyeri atau lecet


Puting susu nyeri pada ibu menyusui biasanya terjadi karena beberapa
sebab sebagai berikut :
a. Posisi bayi saat menyusu yang salah, yaitu puting susu tidak
masuk kedalam mulut bayi sampai pada areola sehingga bayi
hanya mengisap pada puting susu saja. Hisapan/tekanan terus
menerus hanya pada tempat tertentu akan menimbulkan rasa
nyeri waktu diisap, meskipun kulitnya masih utuh.
b. Pemakaian sabun, lotion, cream,alkohol dan lain-lain yang
dapat mengiritasi puting susu.
c. Bayi dengan tali lidah pendek (frenulum linguae) yang pendek
sehingga menyebabkan bayi sulit mengisap sampai areola dan
isapan hanya pada putingnya saja.
d. Kurang hati-hati ketika menghentikan menyusu (mengisap).
Puting susu nyeri biasanya dapat disembuhkan setelah
memperhatikan tehnik menyusui yang benar, khususnya letak
puting dalam mulut bayi, yaitu bibir bayi menutup areola
sehingga tidak Nampak dari luar, puting di atas lidah bayi,
areola diantara gusi atas dan bawah.
5. Saluran Susu Tersumbat
35
Saluran susu tersumbat (obstructive duct) adalah suatu keadaan
dimana terjadi sumbatan pada satu atau lebih saluran susu yang
disebabkan oleh tekanan jari waktu menyusui atau pemakaian BH
yang terlalu ketat. Hal ini juga dapat terjadi karena komplikasi
payudara bengkak yang berlanjut mengakibatkan kumpulan ASI
dalam saluran susu tidak segera dikeluarkan sehingga merupakan
sumbatan. Sumbatan ini pada wanita yang kurus dapat terlihat dengan
jelas sebagai benjolan yang lunak pada perabaannya.
Untuk mengatasi terjadinya saluan susu tersumbat (obstructive
duct) ada beberapa hal yang dianjurkan, antara lain :
a. Sebaiknya ibu melakukan perawatan payudara setelah
melahirkan agar tidak terjadi statis dalam payudara yang
mengakibatkan terjadinya radang payudara (mastits).
b. Gunakan BH dengan desain menopang (menyangga), bukan
menekan payudara.
c. Keluarkan ASI setiap kali selesai menyusui bila payudara masih
terasa penuh
Sumbatan saluran susu ini harus segera diatasi karena dapat
berlanjut menjadi radang paudara (mastitis). Untuk mengurangi nyeri
dan bengkak pada payudara dapat diberikan kompres hangat dan
dingin, yaitu kompres hangat sebelum menyusui dengan tujuan
mempermudah bayi mengisap puting susu dan kompres dingin setelah
menyusui untuk mengurangi nyeri dan bengkak.
6. Kelainan puting susu
Kebanyakan ibu tidak memiliki kelainan anatomis payudara.
Meskipun demikian, kadang-kadang dijumpai juga kelainan anatomis
yang menghambat kemudahan bayi untuk menyusui, misalnya puting
susu datar atau puting susu terpendam (tertarik ke dalam). Disamping
kelainan anatomis, kadang dijumpai pula kelainan puting yang
disebabkan oleh suatu proses, misalnya tumor.
a. Puting susu datar
36
Apabila areola dijepit antara jari telunjuk dan ibu jari di
belakang puting, puting yang normal akan menonjol keluar, bila
tidak, berarti puting datar. Ketika menyusui puting menjadi
lebih tegang dan menonjol karena otot polos puting
berkontraksi, meskipun demikian pada keadaan puting datar
akan tetap sulit ditangkap/diisap oleh mulut bayi
b. Puting susu terpendam (tertarik ke dalam)
Sebagian atau seluruh puting susu tampak terpendam atau
masuk ke dalam areola (tertarik ke dalam). Hal ini karena ada
sesuatu dibawahnya yang menarik puting ke dalam, misalnya
tumor atau penyempitan saluran susu. Kelainan puting tersebut
seharusnya sudah dapat diketahui sejak hamil atau sebelumnya
sehingga dapat diperbaiki dengan meletakkan kedua jari
telunjuk atau ibu jari di daerah payudara, kemudian dilakukan
pengurutan menuju kearah berlawanan. Perlu diketahui bahwa
tidak semua kelainan tersebut di atas dapat dikoreksi dengan
cara tersebut. Untuk itu, ibu menyusui dianjurkan untuk
mengeluarkan ASI-nya dengan manual (tangan) atau pompa
kemudian diberikan pada bayi dengan sendok atau pipet.
7. Abses payudara
Kelanjutan/komplikasi dari radang payudara akan menjadi abses.
Hal ini disebabkan oleh meluasnya peradangan dalam payudara
tersebut dan menyebabkan ibu tampak lebih parah sakitnya, payudara
lebih merah mengkilap, benjolan tidak sekeras pada radang payudara
(mastitis), tetapi tampak lebih penuh/bengkak berisi cairan. Bila
payudara seperti ini perlu segera diperiksakan ke dokter ahli supaya
mendapat tindakan medis yang cepat dan tepat. Mungkin perlu
dilakukan tindakan insisi untuk drainase (operasi kecil untuk
mengeluarkan cairan/nanah), pemberian antibiotik dan analgesik (anti
nyeri).
Ibu dianjurkan banyak minum dan istirahat. Bayi dihentikan untuk
37
menyusui sementara waktu pada payudara sakit dan setelah sembuh
dapat disusukan kembali. Akan tetapi, bayi tetap bias menyusui pada
payudara yang sehat tanpa dijadwal (sesuka bayi) (Andriyani, 2018).

2.8. Kerangka Teori


Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan dapat disusun
kerangka teori sebagai berikut:

Faktor predisposisi :

1. Pengetahuan
2. Pendidikan
3. Sikap
4. Kepercayaan

Faktor pendukung :

1. Tersedianya
sarana dan
prasarana

Faktor penguat :

1. Sikap dan perilaku


petugas kesehatan.
38
2. Sikap dan perilaku
tokoh masyarakat.
Bagan 2.1 Kerangka Teori Penelitian
Sumber : Lawrance Green dalam Notoatmodjo (2015)

Perawatan
payudara pada
ibu nifas

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Pemberian edukasi Pengaruh pemberian edukasi

pada Ibu Nifas tentang perawatan payudara

a. Usia a. Baik : 76-100%

b. Pekerjaan b. Cukup : 56-75%

c. Pendidikan c. Kurang : <56%

3.2.Hipotesis Penelitian
3.2.1.Hipotesis alternative
Ada pengaruh pemberian edukasi pada ibu nifas tentang perawatan
payudara.
3.2.1.Hipotesis 0

39
Tidak ada pengaruh pemberian edukasi pada ibu nifas tentang
perawatan payudara.

BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan bagian penelitian yang berisi uraian-uraian
tentang gambaran alur penelitian yang menggambarkan pola pikir peneliti
dalam melakukan penelitian yang lazim disebut paradigma penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan adalah Pre Experimental design.
Penelitian jenis Pre Eksperimen ini seringkali dianggap sebagai eksperimen
yang belum sungguh-sungguh, karena masih terdapat variabel luar yang ikut
berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Metode penelitian
pre-eksperimental design ini dilakukan pada satu kelompok yaitu kelompok
eksperimen yang mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model
Contextual Teaching and Learning (CTL). Bentuk desain yang digunakan
oleh peneliti yaitu One Group Pretest Posttest Design yang mana sebelum
diberi perlakuan terlebih dahulu diberi tes awal (pretest) dan setelah diberi
perlakuan juga di tes kembali dengan soal tes yang sama sebagai tes akhir
(posttest).

40
4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian pada penelitian ini dilaksanakan di PMB Juwarini
Paulina, Amd.Keb Lokasi ini dipilih peneliti karena masih banyak didapati
ibu nifas yang pengetahuannya masih kurang tentang edukasi perawatan
payudara dan sikap ibu yang salah dalam proses menyusui dan selalu
membatasi waktu menyusui bayinya.
4.2.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian merujuk pada periode pelaksanaan penelitian.Waktu
penelitian yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini dilakukan
mulai dari survei awal sampai penelitian terhadap responden.

4.3. Populasi Dan Sampel


4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu nifas di PMB Juwarini Paulina,
Amd.Keb pada periode 2024.
4.3.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
pengambilan sampel dengan teknik total populasi yaitu mengambil seluruh
jumlah populasi yakni sebanyak 33 orang.

4.4. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran


4.4.1. Definisi Operasional
Defenisi operasional adalah batasan yang dipergunakan untuk
mendefenisikan variabel-variabel atau faktor-faktor yang mempengaruhi
variabel pengetahuan.
1. Variabel Dependen
Perawatan payudara adalah pemeliharaan payudara yang dilakukan
41
untuk memperlancar ASI dan menghindari kesulitan pada saat menyusui
dengan melakukan pemijatan.
2. Variabel Independen
Pengaruh pemberian edukasi pada ibu nifas tentang perawatan payudara
adalah segala sesuatu yang diketahui dan dipahami ibu nifas mengenai
perawatan payudara.
Tabel : 4.1. : Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur

Independent

1. Usia Lama hidup ibu Kuisioner - 20-25 tahun


Interval
hamil didalam
- 26-30 tahun
perhitungan
waktu. - 31-35 tahun

2. Pendidikan formal Kuisioner - SD


Pendidikan Ordinal
terakhir yang
- SMP
diselesaikan pada
- SMA

- Perguruan
3. Pekerjaan Suatu kegiatan Kuisioner - IRT Ordinal
untuk - PNS
memperolah - Wiraswata
pemenuhan
kehidupan sehari-
hari

4. Informasi Pesan atau ucapan Kuisioner - Petugas kesehatan Nominal


atau kumpulan - Media Elektronik
pesan yang dapat - Media cetak
ditafsirkan dari
42
pean atau
kumpulan pesan

Dependen

1. Pengetahuan Pemahaman ibu Kuisioner - Baik 76%-100% Ordinal


ibu nifas nifas dalam - Cukup 56%-75%
tentang perawatan - Kurang 40%-55%
perawatan payudara
payudara

4.4.2. Aspek Pengukuran


Aspek pengukuran adalah aturan-aturan yang meliuti cara dan alat ukur
(instrumen), hasil pengukuran, kategori, dan skala ukur yang dipergunakan
untuk menilai suatu variabel. Pengetahuan ibu tentang perawatan payudara
menggunakan kuesioner. Aspek pengukuran tingkat pengetahuan yang
didasarkan pada semua jawaban responden yang diberikan menggunakan
skala guttam.Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten
dengan memberikan jawaban yang tegas yaitu pernyataan ya dan tidak.
Setiap jawaban yang dihubungkan dengan bentuk pernyataan yang
diungkapkan sebagai berikut :
1)Benar = 1
2) Salah = 0
Ukuran-ukuran yang digunakan adalah :
1. Pengetahuan baik : apabila responden dapat menjawab dengan benar
(76%- 100%) dari keseluruhan jumlah pertanyaan yang diberikan.
2. Pengetahuan cukup : apabila responden dapat menjawab dengan benar
(56%- 75%) dari keseluruhan jumlah pertanyaan yang diberikan.
43
3. Pengetahuan kurang : apabila responden dapat menjawab dengan benar
(<56%) dari keseluruhan jumlah pertanyaan yang diberikan.
4.5. Metode Pengolahan Data
Data yang terkumpul diolah dengan cara komputerisasi dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Colecting
Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner, angket maupun observasi.
2. Checking
Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar
observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan
data memberikan hasil yang valid dan realiabel dan terhindar dari bias.
3. Coding
Melakukan pemberian kode-kode pada variabel-variabel yang diteliti.

4. Entering
Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing –masing responden yang
masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam
program computer yang digunakan peneliti yaitu Statistical Package for the
Social Sciences (SPSS) forwindows.
5. Processing
Semua data yang telah di input kedalam aplikasi computer akan diolah
sesuai dengan kebutuhan dari penelitian.
4.6. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan program SPSS For
Windows dengan melihat persentase data yang terkumpul dan disajikan
dalam tabel distribusi frekuensi.
4.6.1. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan data yang dilakukan
pada setiap variabel hasil penelitian. Data disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi.
4.6.2. Analisis Bivariat
44
Analisis bivariat dimaksudkan untuk membuktikan hubungan (korelasi)
yang signifikan antara variabel bebas (pengetahuan) dengan variabel terikat
(bendungan ASI) dengan menggunakan Statistical Product and Service
SolutionsFor Windows untuk menganalisis pre eksperimen pada batas
kemaknaan perhitungan statistik p value (0,05).

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 5.1. Karakteristik responden ibu nifas


No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
1. Usia
1 3
a. < 20 tahun
31 94
b. 20-35 tahun
1 3
c. > 35 tahun
2. Pekerjaan
23 70
a. IRT
9 27
b. Swasta
1 3
c. PNS

45
3. Pendidikan
1 3
a. SD
0 0
b. SMP
19 58
c. SMA 13 39

d. Perguruan Tinggi

46
Data karakteristik umur ibu nifas primipara menunjukkan bahwa
mayoritas umur responden 20-35 tahun yaitu sebanyak 31 responden (94%) .
Data karakteristik pekerjaan menunjukkan sebanyak 23 responden (70%)
merupakan ibu rumah tangga dan data karakteristik pendidikan menunjukkan
bahwa mayoritas responden berpendidikan terakhir SMA yaitu 19 orang
(58%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu nifas Sebelum


diberikan edukasi tentang perawatan payudara
No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1 Kurang 9 27
Cukup
2 21 64
Baik
3 3 9
Total 33 100
Data karakteristik pengetahuan ibu nifas sebelum mendapatkan edukasi
bahwa sebagian besar 21 responden (64%) menunjukkan pengetahuan
cukup.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu nifas Setelah


diberikan edukasi tentang perawatan payudara
No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)
1 Kurang 0 0
2 Cukup 12 36
3 Baik 21 64
Total 33 100
Data karakteristik pengetahuan ibu nifas setelah mendapatkan edukasi
menunjukkan bahwa sebagian besar 21 responden (64%) sudah
menunjukkan pengetahuan baik.

47
Tabel 5.4.Pengaruh pemberian edukasi pada ibu nifas tentang
perawatan payudara di PMB Juwarini Paulina,Amd.Keb
Mean Z-Score Asymp.sig.2-

Tailed

Pengetahuan Pre Test 61,09 -5,018b 0,000


Pengetahuan Post Test 79,56

Rata-rata pengetahuan ibu nifas sebelum diberikan edukasi tentang


perawatan payudara dengan media adalah sebesar 61,09 dan rata-rata
pengetahuan ibu nifas setelah diberikan edukasi tentang perawatan payudara
sebesar 79,56. Hasil Z-score sebesar -5,018b dengan Asymp. Sig. 2-tailed sebesar
0,000 kurang dari nilai p 0,05.
Semakin bertambahnya umur seseorang akan semakin memliki kesadaran
akan pentingnya kesehatan diri dengan mencari informasi lewat media apapun
untuk meningkatkan pengetahuannya. Hal ini juga mengatakan bahwa usia
mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir, semakin bertambah usia
seseorang semakin matang pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh
semakin membaik.
Distribusi paritas pada responden menunjukkan ibu nifas yaitu 33 orang
baru pertama kali mengalami kehamilan atau primipara. Menurut Himawati dan
Mawarti (2018) salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang
adalah pengalaman (paritas). Seorang ibu dengan kehamilan pertamanya
memiliki pengetahuan yang kurang dan akan mengalami masalah karena tidak
tahu mengenai cara merawat payudara (Sukarsi, 2018).
Menurut penelitian Rahmawati, dkk (2020), ibu rumah tangga
mempunyai banyak waktu luang untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar
mencari informasi baik dengan tetangga, sahabat, atau dari saudara yang sudah
pernah melahirkan. Selain itu juga karena semakin berkembangnya teknologi

48
ibu yang tidak bekerja juga bisa mendapatkan informasi kesehatan baik dengan
mengakses internet, menonton televisi dan mendengarkan dari media serta bisa
juga dengan membaca buku, majalah, koran dll. Banyaknya sumber informasi
yang diperoleh maka sangat mendukung pemahaman mereka tentang perawatan
payudara.
Pendidikan seseorang sangat mempengaruhi pengetahuannya karena
semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin baik pula pengetahuannya.
Seorang yang memiliki pendidikan tinggi mempunyai keinginan besar terhadap
perawatan payudara yang memiliki banyak manfaat untuk ibu hamil (Maulina,
2018).
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan, didapatkan hasil post test
bahwa rata-rata peningkatan pengetahuan responden meningkat dari 61,09
menjadi 79,56 dimana sebagian besar responden memiliki pengetahuan
baik sebanyak 21 orang. Saat memberikan edukasi pendidikan kesehatan,
peneliti menggunakan media pembelajaran yang diberikan kepada ibu nifas.
Menurut penelitian Kapti, dkk (2020) pemilihan media sebagai penyuluhan
kesehatan dapat diterima dengan baik oleh responden karena media ini
menawarkan penyuluhan yang lebih menarik dan tidak monoton. Penyuluhan
dengan audiovisual menampilkan gerak, gambar dan suara sedangkan
penyuluhan dengan media cetak menampilkan tulisan dan suara penyuluh
secara langsung yang membuat terkesan formal.

49
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada ibu nifas tentang
pemberian edukasi perawatan payudara di PMB Juwarini Paulina,Amd.Keb
tahun 2024 ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Karakteristik menunjukan, mayoritas umur responden 20-35 tahun


sebanyak 31 responden (94%), Data karakteristik pekerjaan ibu nifas
mayoritas merupakan ibu rumah tangga dengan jumlah 23 orang (70%).
Karakteristik mayoritas pendidikan terakhir menunjukkan sebanyak 19
orang (58%) ibu nifas berpendidikan SMA.

2. Pengetahuan ibu nifas sebelum dilakukan edukasi tentang perawatan


payudara mayoritas memiliki pengetahuan cukup sebanyak 21 responden
(64%). Sedangkan sesudah dilakukan edukasi tentang perawatan payudara
mayoritas memiliki pengetahuan baik sebanyak 21 responden (64%).

3. Adanya pengaruh pemberian edukasi pada ibu nifas tentang perawatan


payudara dengan hasil uji wilcoxon diperoleh hasil Z-score sebesar -
5,018b dengan Asymp. Sig. 2-tailed sebesar 0,000 kurang dari nilai p
0,05 yang artinya Ho di tolak dan Ha diterima.

6.2.Saran
1. Bagi Ibu Nifas
Peneliti menyarankan pada ibu nifas untuk mengetahui pengetahuan
tentang perawatan payudara dalam masa menyusui agar kebutuhan asupan
ASI bayi tercukupi dengan baik.
2. Bagi Klinik PMB Juwarini Paulina,Amd.Keb
Diharapkan untuk menambah wawasan yang kurang paham tentang
perawatan payudara melalui media elektronik, media cetak ataupun

50
petugas kesehatan lainnya yang mengetahui tentang perawatan payudara.
3. Bagi institusi Pendidikan
Diharapkan dalam menjadi referensi kepustaakan dan informasi yang bisa
di berikan kepada mahasiswa lainnya.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah


pengetahuan dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah di dapat,
serta dapat di gunakan sebagai salah satu bahan informasi atau referensi
peneliti selanjutnya.

51
DAFTAR PUSTAKA

Aenul Fitri Awaliyah, Ana Pujianti H, Rizkia Amilia. (2019). Gambaran


pengetahuan Ibu Nifas Usia Remaja Tentang Perawatan Payudara
Tahun 2021

Andriani.2018,Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.


Edisi1.Yokyakarta:Andi.

Anggraini.2017, Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yokyakarta: Pustaka Rihama.


Apel.2020, Manajemen Keperawatan Edisi 3.Jakarta: Salemba Medika.
Aswar.2015,Buku Saku Asuhan Ibu Dan Anak. Jakarta: EGC.
Baskoro.2021, Asi Menyelamatkan Jiwa Bayi.http://www.kompas.com.
Bobak .2014, Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta: EGC.
Citrawati, S.D., Ernawati, H., & Verawati, M. 2020. Hubungan Pengetahuan Ibu
Post Partum Dengan Perilaku Perawtan Payudara. Health Sciences
Journal Vol 4 (No 1): 60 – 74.
Dinas Kesehatan Kota Batam (2023) ‘Profil Kesehatan Kota Batam Tahun 2023’,
Profil Kesehatan Kota Batam, (54), pp. 38–74.
Farrer.2015, Perawatan Maternitas Edisi2. Jakarta:EGC.
Fitriah,Yulia Wardita,Herlina Alvianti Ningsih. (2020). Gambaran Tingkat
Pengetahuan Ibu Postpartum Primipara tentang Perawatan
Payudara 2020.

Geniofan.2019, Hubungan Perawatan Payudara Terhadap Produksi Asi Pada


Ibu Pasca Bersalin Spontan Di Rumah Sakit Bersalin Anisa Boyolali.
Makassar:http://eprints.undip.ac.id.
Hamilton.2015, Keajaiban Asi. Dunia Sehat.Jakarta.
Kemenkes RI.2021, Profil Kesehatan RI.

52
Lamadhah.2015, Produksi Asi Dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
http://www.dinkesjateng.org.profil2015.
Lumbanraja, Sarma, 2015.ASI dan Aspek Klinisnya. USU Press
Mira. 2018, Hubungan Antara Perawatan Payudara Dengan Kejadian
Bendungan Asi Pada Ibu Nifas. Jurnal Keperawatan Dan Kesehatan.
Mochtar.2019, Sinopsis Dan Obstetri. Jakarta: EGC.
Nadia.2015, Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.
Notoadmodjo.2015, Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoadmodjo.2017, Metologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho.2011, Asi Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta : EGC.
Nurhati.2015,Perawatan Payudara Dengan Deteksi Dini Pada Terhadap
Penyakit Payudara. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press.
Oswari.2014, Perawatan Ibu Hamil Dan Bayi .Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Profil Kesehatan Indonesia. (2020). Bab I. http://profilkesehatanindonesia.pdf

World Health Organization. (2019). State of health inequality: Indonesia. World


Health Organization.

53
LAMPIRAN 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Kepada YTH
Ibu responden
Di PMB Juwarini Paulina, Amd.Keb. Bengkong Harapan

Dengan Hormat,
Nama saya Risya Eva Sari Nadapdap, mahasiswa Program Studi Sarjana
Kebidanan Universitas Sumatera Barat. Saat ini saya sedang melakukan penelitian
yang bertujuan mengetahui PENGARUH PEMBERIAN EDUKASI PADA
IBU NIFAS TENTANG PERAWATAN PAYUDARA DI PMB JUWARINI
PAULINA, AMD.KEB TAHUN 2024, yang mana penelitian ini merupakan
salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Sarjana
Kebidanan Universitas Sumatera Barat.
Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesediaan ibu untuk berpartisipasi
menjadi responden dalam penelitian ini, partisipasi ibu dalam penelitian ini
bersifat sukarela dan tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Jika ibu
bersedia, saya akan memberikan lembar kuesioner (lembar pertanyaan) yang
telah disediakan untuk diisi dengan kejujuran dan apa adanya. Peneliti menjamin
kerahasiaan Jawaban dan identitas ibu. Jawaban yang ibu berikan digunakan
hanya untuk kepentingan penelitian ini.
Demikian lembar persetujuan ini kami buat, atas bantuan dan partisipasinya
disampaikan terima kasih.
Batam, Januari 2024.

Responden Peneliti

54
( ) ( )

LAMPIRAN 2
KUESIONER
GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG PERAWTAN
PAYUDARA DI PMB JUWARINI PAULINA TAHUN 2024

Petunjuk Responden

1. Bacalah pertanyaan berikut dengan baik kemudian pilihlah salah


satu jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda silang (x)
pada jawaban yang anda pilih.
2. Jika anda ingin memperbaiki jawaban, coretlah yang salah (=) dan
ganti dengan jawaban yang anda anggap benar.
3. Beri tanda check list pada kolom yang di sediakan sesuai dengan
pendapat anda.
4. Untuk mendapat data yang akurat, kami mohon saudara untuk
mengisi kuisioner ini dengan jawaban yang paling cocok, dalam hal
ini tidak ada jawaban yang salah serta mempengaruhi apapum. Oleh
karena itu jangan ragu–ragu dalam menjawab dengan jujur, karna
saudara sangan membantu dalam penelitian ini.
5. Istilah pertanyaan pada lembar jawaban dengan jujur seperti yang
anda alami.

Data Umum
Nama :
Usia :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Informasi :

55
PENGETAHUAN

1. Perawatan payudara adalah ….


a. Suatu cara agar ASI keluar dengan lancar
b. Pemijatan payudara agar tidak lecet
c. Pemijatan agar payudara kencang
d. Pemijatan Payudara Agar payudara terlihat indah
2. Tujuan perawatan payudara meningkatkan produksi ASI dengan
merangsang kelenjar air susu melalui ….
a. Penekanan
b. Pemijatan
c. Pemerasan
d. Penciuman
3. Dibawah ini merupakan manfaat perawatan payudara adalah ….
a. Menjaga kebersihan payudara
b. Menjaga kebersihan perut
c. Menjaga kebersihan mulut
d. Menjaga kebersihan leher
4. Tujuan memelihara kebersihan payudara agar terhindar dari ….
a. Kelebihan pengeluaran ASI
b. Ketidak indahan payudara
c. Terhindarnya dari infeksi
d. Bedanya ukuran payudara
5. Mencegah bendungan ASI/pembengkakan payudara adalah tujuan dari ….
a. Perawatan payudara
b. Perawatan perut
c. Perawatan luka
d. Perawatan tubuh

56
6. Salah satu manfaat perawatan payudara adalah merangsang ….
a. Kelenjar endokrin keluar
b. Kelenjar tiroid keluar
c. Kelenjar ASI keluar
d. Kelenjar adrenal keluar
7. Teknik yang dilakukan dalam perawatan payudara adalah ….
a. Teknik menyusui
b. Teknik massage
c. Teknik kompres
d. Teknik relaksasi
8. Perawatan payudara dilakukan pada usia kehamilan ….
a. 1-3 bulan
b. 4-6 bulan
c. 7-8 bulan
d. 8-9 bulan
9. Mengompres kedua putting dengan kapas yang dibasahi
minyak baby oil selama ….
a. 2-3 menit
b. 4-15 menit

c. 5-6 menit
d. 7-10 menit
10. Salah satu manfaat perawatan payudara adalah mempersiapkan
mental (psikis) ibu untuk ….
a. Memperoleh payudara yang indah
b. Mempersiapkan payudara dengan ukuran yang besar
c. Menyusui
d. Memperbanyak ASI
11. Yang termasuk teknik massage payudara adalah ….

57
a. Mengompres putting dengan minyak angin
b. Mengompres putting dengan balsam
c. Mengompres putting dengan minyak baby oil
d. Mengompres putting dengan air es
12. Dampak tidak melakukan perawatan payudara maka ASI ….
a. Sedikit keluar
b. Banyak keluar
c. Cepat Keluar
d. Lama keluar
13. Jika ibu melakukan perawatan payudara maka ….
a. Putting susu membesar
b. Putting susu keluar (menonjol)
c. Putting susu mengecil
d. Putting susu luka
14. Yang termasuk dampak dalam perawatan payudara adalah ….
a. Payudara tidak bersih
b. Payudara kencang
c. Payudara menjadi naik
d. Payudara membesar
15. Yang termasuk akibat tidak melakukan perawatan payudara adalah ….
a. Payudara kencang
b. ASI lancar
c. Payudara bersih
d. Produksi ASI terbatas
16. Salah satu alat yang digunakan untuk mengompres kedua
putting susu dengan menggunakan ….
a. Kapas
b. Tisu
c. Sapu tangan
d. Minyak kayu putih

58
17. Dampak tidak melakukan perawatan payudara pada putting susu adalah ….
a. Putting membesar
b. Putting masuk ke dalam
c. Putting lecet
d. Putting keluar (Menonjol)
18. Pengurutan payudara dilakukan dalam ….
a. 10-20 kali
b. 20-30 kali

c. 30-40 kali
d. 40-50 kali
19. Bh yang dipakai ibu hamil adalah ….
a. Yang longgar
b. Yang dapat menompang payudara
c. Yang berukuran lebih besar dari payudara
d. Yang ketat agar membuat payudara sedikit naik
20. Bahan yang dipakai dalam pemijatan payudara adalah ….
a. Sabun
b. Alkohol
c. Minyak atau baby oil
d. Bedak

59
LAMPIRAN 3
Jawaban Kuesioner

No. Jawaban
1. A
2. B
3. A
4. C
5. A
6. C
7. B
8. D
9. A
10. C
11. C
12. A
13. B
14. B
15. D
16. A
17. B
18. B
19. B
20. C

Frequency Table

Usia

Cumulat
Frequency Percent Valid ive
Percent Percent
Valid <20 tahun 1 3 3 3.0
26-35 tahun 31 94 94 94.0

60
>35 tahun 1 3 3 3.0
Total 33 100.0 100.0

Pekerjaan

Cumulat
Frequency Percent Valid ive
Percent
Percent
Valid IRT 23 70.0 70.0 70.0
Pegawai Swasta 9 27.0 27.0 27.0
PNS 1 3.0 3.0 3.0
Total 33 100.0 100.0

Pendidikan
Cumulat
Frequency Percent Valid ive
Percent Percent
Valid SD 1 3.0 3.0 3.0
SMP 0 0.0 0.0 0.0
SMA 19 58.0 58.0 58.0
Perguruan 13 39.0 39.0 39.0
Tinggi
Total 33 100.0 100.0

Pengetahuan sebelum edukasi


Cumulat
Frequency Percent Valid ive
Percent Percent
Valid Kurang 9 27.0 27.0 27.0
Cukup 21 64.0 64.0 64.0
Baik 3 9.0 9.0 9.0
Total 33 100.0 100.0

61
Pengetahuan sesudah edukasi
Cumulat
Frequency Percent Valid ive
Percent Percent
Valid Kurang 0 0.0 0.0 0.0
Cukup 12 36.0 36.0 36.0
Baik 21 64.0 64.0 64.0
Total 33 100.0 100.0

Crosstabulation
Count

Mean Z-Score Asymo.sig.2-tailed

Pengetahuan Pre Test 61,09 -5,018b 0,000


Pengetahuan Post 79,56
Test

62

Anda mungkin juga menyukai