Keperawatan Komunitas Balita Selesai

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KELOMPOK KHUSUS : BALITA

DISUSUN OLEH :

CHANDRA ADI PURWA 1935068

FLORENTINUS JOSHUA 1935078

INTAN WULANDARI 1935080

KARTIKA AMELIA P 1935081

LAELIA HOEIRUNISA 1935082

LUTFI INDAH C 1935083

MARISKA INDAH K 1935084

MAYLAN SETYA N 1935085

WAODE NUR S 1935111

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA

STIKES RSPAD GATOT SOEBROTO

PRODI D-III KEPERAWATAN

JAKARTA

2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan
Komunitas Kelompok Khusus Balita” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Keperawatan Komunitas. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Ns. Satria Gobel SKp. M.Kep,
Sp.kep,Kom selaku dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya
tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 24 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB 1.........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
TINJAUAN TEORI.....................................................................................................................................5
A. Konsep Kelompok Khusus..............................................................................................................5
B. Konsep Balita..................................................................................................................................6
C. Tumbuh Kembang Balita.................................................................................................................6
D. Masalah-masalah Yang Sering Terjadi Pada Kelompok balita........................................................8
E. Pelayanan Kesehatan Bagi Kelompok Balita.................................................................................10
F. Peran Perawat Komunitas pada Kelompok Khusus Balita.............................................................12
G. Ruang Lingkup Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus Balita...................................................13
H. Tahap – tahap Perawatan Kelompok Khusus.................................................................................14
I. Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus.......................................................................................15
BAB III......................................................................................................................................................20
BAB IV.....................................................................................................................................................21
PENUTUP.................................................................................................................................................21
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat yang sama,
dibawah pemerintahan yang sama, saling berinteraksi, saling mengenal, dan memiliki
minat yang sama (Riyadi, 2010). Salah satu kelompok khusus dalam 1000 komunitas
adalah kelompok balita. Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah
istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun).
Masalah kesehatan balita di Indonesia masih menjadi perhatian serius, karena masih
tingginya angka kematian balita di Indonesia terutama pada kasus gizi buruk. Berdasarkan
Hasil RISKESDAS tahun 2013 Prevalensi gizi buruk berdasarkan BB/TB.yaitu sangat
kurus secara nasional tahun 2013 masih cukup tinggi yaitu 5,3 persen, terdapat penurunan
dibandingkan tahun 2010 (6,0 %)dan tahun 2007 (6,2%). Demikian pula halnya dengan
prevalensi kurus sebesar 6,8 persen juga menunjukkan adanya penurunan dari 7,3 persen
(tahun 2010) dan 7,4 persen (tahun 2007). Secara keseluruhan prevalensi anak balita kurus
dan sangat kurus menurun dari 13,6 persen pada tahun 2007 menjadi 12,1 persen pada
tahun 2013.
Diare dan pneumonia merupakan penyebab kematian berikutnya pada bayi dan
balita, disamping penyakit lainnya yang diakibatkan oleh masalah gizi. Selain itu kasus
kekerasan terhadap anak baik fisik maupun mental yang masih tinggi di Indonesia
membuat pemerintah tidak berdiam diri. Untuk mengatasi masalah yang sering
menimbulkan kematian pada balita, pemerintah telah membuat program dan kebijakan
yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian pada bayi dan balita, termasuk kegiatan
posyandu, BKB (Bina Keluarga Balita), dan program PAUD. Sementara sebagai perawat,
yang dapat dilakukan di komunitas adalah memberikan penyuluhan atau pendidikan
kesehatan, baik untuk topik kesehatan atau penyakit seperti pengetahuan penyakit dan
pengelolaan penyakit pada balita, serta memberi informasi kepada ibu tentang pemberian
ASI dan tahap perkembangan yang terjadi pada masa balita.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep dan asuhan keperawatan komunitas pada kelompok khusus balita

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai asuhan keperawatan
pada kelompok khusus balita
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep Kelompok Khusus
b. Mengetahui konsep balita dan tumbuh kembang yang terjadi pada masa balita
c. Mengetahui Tentang Tumbuh Kembang Balita
d. Mengetahui masalah kesehatan yang terjadi pada kelompok balita
e. Pelayanan Kesehatan Bagi Kelompok Balita
f. Peran Perawat Komunitas pada Kelompok Khusus Balita
g. Tahap – tahap Perawatan Kelompok Khusus
h. Asuhan Keperawatan Pada Kelompok Khusus
i. Menyusun asuhan keperawatan komunitas pada kelompok balita sesuai dengan
kasus
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Kelompok Khusus


Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat atau komunitas adalah individu,
keluarga/kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya kesehatan primer, sekunder dan
tersier. Sehingga pendidikan masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial
akan membantu masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri,
hidup mandiri dan menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat kesehatan
yang optimal.
Kelompok khusus adalah sekelompok masyarakat atau individu yang karena
keadaan fisik, mental maupun sosial budaya dan ekonominya perlu mendapatkan
bantuan, bimbingan dan pelayanan kesehatan dan asuhan perawatan, karena
ketidakmampuan dan ketidaktahuan mereka dalam memelihara kesehatan dan merawat
dirinya sendiri (Effendy,1998).
Menurut Effendy (1998), Tujuan dari perawatan kelompok khusus ini adalah :
1. Tujuan Umum
Untuk meningkatkan kemampuan dan derajat kesehatan kelompok untuk dapat
membantu diri mereka sendiri dan tidak terlalu bergantung pada pihak lain
2. Tujuan Khusus
a. masalah keschatan dan perawatan kelompok khusus sesuai dengan macam,
jenis dan tipe kelompok
b. pemantauan perencanaan pemeliharaan/ kesehatan yang mereka hadapi
berdasarkan masalah yang terdapat pada kelompok
c. Penanggulangan masalah kesehatan dan peningkatan yang mereka hadapi
berdasarkan rencana yang telah mereka susun
d. peningkatan kemampuan kelompok khusus dalam memelihara kesehatan
mereka sendiri
e. Mengurangi kelompok khusus dari pihak lain dalam pemeliharaan dan
perawatan diri sendiri
f. meningkatkan produktifitas kelompok khusus untuk lebih banyak melakukan
dalam rangka meningkatkan kemampuan mereka sendiri
g. Memperluas jangkauan pelayanan kesehatan dan mendukung fungsi
puskesmas dalam rangka pengembangan pelayanan kesehatan masyarakat.
Ada dua sasaran pokok pembinaan kelompok khusus,yaitu melalui institusi-
institusi yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap kelompok khusus dan
pelayanan kelompok khusus yang telah terorganisir baik atau melalui posyandu yang
ditujukan untuk ibu hamil,bayi,dan anak balita,atau terhadap kelompok-kelompok khusus
dengan ciri khas tertentu.
Jadi, Kelompok khusus di komunitas dengan balita adalah individu di bawah
suatu wilayah dengan usia anak di bawah lima tahun yang karena keadaan fisik, mental
maupun sosial budayanya perlu mendapatkan pelayanan kesehatan serta bantuan dan
bimbingan secara terorganisir dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat melalui
pembentukan kader kesehatan diantara kelompok tersebut
B. Konsep Balita
Kesehatan terhadap balita sudah menjadi subjek penting yang perlu didiskusikan
disluruh dunia. Banyak anak-anak menderita gizi buruk, beberapa bayi dan balita belum
menerima bantuan yang lengkap,kecelakaan dan ijuri penyebab kematian pada bayi dan
balita dan balita dan juga kematian pada balita akibat kurangnya pengendalian terhadap
beberapa penyakit yang scharusnya dapat diatasi (All et al, 2011).
Balita atau anak bawah umur lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun
sehingga bagi usia bawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun faal
(kerja alat tubuh semestinya) bagi usia di bawah satu tahun berbeda dengan usia di atas
satu tahun, maka anak di bawah satu tahun tidak termasuk dalam golongan yang
dikatakan balita. Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih sampai dengan
pra-sekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal
tubuhnya juga mengalami perkembangan schingga jenis makanan dan cara
mempersembahkannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya.
Berdasarkan karakteristiknya balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu anak yang berumur 1-3 tahun yang dikenal dengan Batita merupakan konsumen
pasif. Sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif (Uripi, 2014).
a. Masa Toddler (1-3 tahun), Pada masa pertumbuhan fisik anak lebih lambat
dibandingkan dengan masa bayi, tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih
cepat. Anak sering mengalami penurunan nafsu makan sehingga tampak kurus dan
anak mulai suka berjalan-jalan. Sehingga anak perlu berolahraga dalam beraktivitas
karena tidak memperhatikan bahaya (Nursalam, 2015). Saat usia batita, anak masih
tergantung pada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang
air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah meningkat baik. Namun
kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam
proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu
menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode
selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung
cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa
keemasan.
b. Usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif

C. Tumbuh Kembang Balita


Secara umum tumbuh setiap anak yang berbeda-beda, namun prosesnya terus
berjalan melalui tiga pola yang sama, yaitu:
1. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah (sefalokaudal).
pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ujung kaki, anak akan berusaha
menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan belajar menggunakan kakinya.
2. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya adalah anak
akan menguasai penggunaan telapak tangan untuk menggenggam, sebelum
mampu meraih benda dengan jari.
3. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi
keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari dan lain-
lain
Menurut Sigmund Freud tahap perkembangan manusia terdiri dari lima fase, yaitu
fase oral, fase anal, fase phalic, fase laten, dan fase genital. Dari kelima fase ini, tiga fase
awal yaitu fase oral, anal dan phalic dilalui saat masa balita (Wong, 2009).
1. Fase Oral
Fase oral dimulai dari saat dilahirkan sampai dengan 1-2 tahun. Pada fase
ini bayi merasa dipuaskan dengan makan dan menyusui dan terjadi kelekatan dan
hubungan emosional antara anak dan ibu. Beberapa mengatakan bahwa pada saat
anak yang mengalami gangguan pada fase ini akan sering mengalami stres dengan
gejala gangguan pada lambung seperti maag atau gastritis.
2. Fase Anal
Fase anal berkembang pada saat balita menginjak umur 15 bulan sampai
dengan umur 3 tahun. Pada fase ini balita merasa puas dapat melakukan aktivitas
buang air besar dan buang air kecil. Fase ini dikenal pula sebagai periode "toilet
training". Kegagalan pada fase ini akan menciptakan orang dengan agresif dan
kompulsif, beberapa mengatakan kelainan sadomasokis disebabkan oleh
kegagalan pada fase ini.
3. Fase Phallic
Fase phallic disebut juga sebagai fase erotik, fase ini berkembang pada
anak umur 3 sampai 6 tahun. Yang paling menonjol adalah pada anak laki-laki
dimana anak suka memegang penisnya, dan ini sering membuat marah
orangtuanya. Kegagalan pada fase ini akan menciptakan menciptakan yang tidak
bermoral dan tidak tahu aturan.
Teori perkembangan menurut Erick Erikson terdiri dari fase kepercayaan
vs ketidakpercayaan (0-1), otonomi vs rasa malu dan ragu (1-3), inisiatif vs rasa
bersalah (3-5), industri vs inferioritas (6-11) , identitas vs difusi (12-18),
keintiman vs absorpsi diri atau isolasi (19-25). generativitas vs stagnasi (25-45),
serta integritas vs keputus-asaan dan isolasi (meninggal-45).
Dari fase ini, fase yang dialami oleh balita adalah fase kepercayaan vs
ketidakpercayaan, otonomi vs rasa malu dan ragu, serta inisiatif vs rasa bersalah
(Wong, 2009).
1. Kepercayaan vs ketidakpercayaan, (0-1 tahun)
Masa bayi ditandai adanya kecenderungan kepercayaan-ketidakpercayaan.
Perilaku bayi berdasarkan dorongan dorongan atau tidak mempercayai orang-
orang di sekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang tuanya, tetapi orang
yang dianggap asing dia tidak akan mempercayainya. Bayi akan menangis
sebagai respon ketidakpercayaannya dengan hal-hal yang dianggap asing.
2. Otonomi vs rasa malu dan ragu ragu, (1-3 tahun)
Masa kanak-kanak awal ditandai adanya kecenderungan otonomi rasa
malu-ragu. Pada masa ini sampai-batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri
sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri
tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi di pihak lain dia juga mulai memiliki rasa
malu dan keraguan dalam melakukan, sehingga sering meminta pertolongan atau
persetujuan dari orang tuanya.
3. Inisiatif vs rasa bersalah, (3-5 tahun)
Masa pra sekolah (preschool age) ditandai adanya kecenderungan
initiative - guilty. Pada masa ini anak telah memiliki beberapa hal, dengan
dorongan-kecakapan tersebut dia terdorong untuk melakukan beberapa kegiatan,
tetapi karena kemampuan anak tersebut terbatas adakalanya dia mengalami
kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan
bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisatif atau melakukan.

D. Masalah-masalah Yang Sering Terjadi Pada Kelompok balita


Balita adalah kelompok yang rentan terhadap berbagai penyakit karena sistem
kekebalan tubuh mereka belum terbangun sempurna. Pada usia ini, anak rawan dengan
berbagai gangguan kesehatan, baik jasmani maupun rohani. Menurut Allender (2011)
dalam buku Community Health Nursing menjelaskan beberapa masalah yang sering
terjadi pada balita dilingkungannya, yaitu :
1. Kecelakaan dan Cedera mengalami kecelakaan saat Anak-anak pada masa balita
dan anak-anak prasekolah mudah bermain. Kecelakaan ini dapat menyebabkan
kematian atau cacat yang signifikan. Anak-anak pada masa bayi dan balita
berisiko jatuh ketika mereka tanpa pengawasan, terjadinya luka bakar akibat
menyentuh benda-benda panas, tersengat arus listrik,tenggelam, kecelakaan lalu
lintas, keracunan bahan kimia.Untuk itu,perawat perlu mengajarkan kepada
orangtua mengenai bahaya- bahaya ini dan bagaimana cara mencegahnya.
2. Perlakuan yang tidak tepat terhadap anak Kekerasan terhadap anak merupakan
salah satu perlakuan yang tidak tepat pada anak, yang meliputi perlakuan terhadap
fisik, emosional, pengabaian ( terhadap fisik, medis, atau pendidikan), kekerasan
seksual (eksploitasi seksual dan pornografi anak ) Perlakuan yang tidak
menyenangkan dapat terjadi karena,yaitu perilaku orangtua atau
pengasuh,karateristik keluarga,faktor dari anak-anak, dan lingkungan. Perilaku
orangtua seperti sering depresi atau cemas memainkan peranan yang penting
dimana mereka tidak mau merawat anaknya dengan baik. Kareteristik keluarga
yang mencakup pencapaian dalam rumah tangga, stres dan pekerjaan, dan
menarik diri dari lingkungan sosial dapat meningkatkan perlakuan yang tidak
menyenangkan bagi anak-anak.
3. Penyakit Menular Anak-anak pada masa infant,toddler dan pra-sekolah mudah
terserang penyakit akut dibandingkan kelompok umur yang lain. Masalah yang
biasa terjadi pada anak ini adalah Infeksi saluran pernapasan (infeksi telinga,pilek
atau influenza), konjungtivitis, dan masalah pada saluran pencernaan. Penyakit
ini umumnya terjadi karena proses sistem kekebalan tubuh masih berlangsung dan
juga karena faktor kontak dengan dunia luar. Infeksi Saluran Pernapasan Akut
sering terjadi pada anak umur dibawah 5 tahun. Diare pada anak merupakan
masalah yang tidak dapat dihindari dan ditangani. Terjadinya diare pada balita
tidak terlepas dari peran faktor perilaku yang menyebabkan penyebaran kuman,
terutama yang berhubungan dengan interaksi perilaku ibu dalam mengasuh anak
dan faktor lingkungan dimana anak tinggal. Yang menyebabkan penyebaran
kuman dan meningkatkan faktor perilaku terjadinya diare yaitu tidak memberikan
ASI eksklusif secara penuh pada bulan pertama kehidupan, tidak menjaga
kebersihan alat makan dan minum anak.
4. Penyakit Kronik Penyakit kronis pada anak dapat mengurangi kualitas hidup
mereka. Penyakit kronis itu seperti asma, autisme, anemia, alergi makanan,
muscular distophy, Fibrosis kistik. Asma merupakan salah satu masalah serius
yang perlu segera ditangani. Perawat di komunitas perlu membantu orangtua
dalam perawatan yang sesuai dan mendorong pemberian obat asma dan perawatan
yang layak.
5. Masalah Nutrisi dan Kebersihan Gigi serta Mulut
 Gizi dan Gizi Buruk
Masalah terbesar yang disebabkan oleh gizi buruk yang banyak
dijumpai di kalangan anak-anak Indonesia adalah malnutrisi protein energi,
defisiensi yodium, defisiensi vitamin A, anemia defisiensi zat besi dan
obesitas. Masalah malnutrisi dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan pada anak-anak dan remaja. Penyebab gizi kurang dan buruk
antara lain, yaitu: kurangnya pengetahuan dan perilaku serta kebiasaan makan,
penyakit infeksi, serta ketersediaan pangan. Tingginya AKB dan masalah gizi
pada bayi dapat ditangani sejak awal dengan cara pemberian Air Susu Ibu
(ASI). Menurut penelitian yang dilakukan oleh UNICEF, risiko kematian
bayi bisa berkurang sebanyak 22% dengan mempersembahkan ASI ekslusif.
Melalui pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dapat menjamin kecukupan
gizi bayi serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi.
Manfaat lain yang diperoleh dari pemberian ASI adalah hemat dan mudah
dalam pemberiannya serta peningkatan jangka panjang adalah peningkatan
kualitas generasi penerus karena ASI dapat meningkatkan kecerdasan
intelektual dan emosional anak.
 Kebersihan Gigi serta Mulut
Kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang serius pada
kelompok ini karena pada masa ini anak sudah mulai menyukai makanan-
makanan tertentu. Pada kelompok ini juga anak lebih suka makananan yang
manis. Kombinasi gula dan bakteri dapat menyebabkan gangguan pada gigi
dan komposisi gigi menentukan karies pada gigi. Penggunaan dot pada umur
15 s.d 16 bulan selama tidur dapat menyebabkan kerusakan pada gigi. Hal ini
dapat menyebabkan kerusakan pada gigi depan dan geraham yang perlu
dilakukan pencabutan gigi yang rusak. Orang tua perlu lebih dianjurkan untuk
melatih anaknya untuk menggosok gigi. Mengurangi konsumsi makan yang
manis bukan hanya untuk menurunkan terjadinya kerusakan gigi tetapi juga
menurunkan penyakit kronis pada saat dewasa.

E. Pelayanan Kesehatan Bagi Kelompok Balita


Berbagai macam program baik langsung maupun tidak langsung yang disediakan
bagi kelompok ini dapat ditemukan dimasyarakat. Keperawatan komunitas memainkan
peran yang besar dalam penyediaan pelayanan ini. Pada keperawatan komunitas
program-program ini dibagi kedalam tiga kategori,yang merupakan tiga prioritas penting
dalam praktik keperawatan kesehatan komunitas,yaitu prevention
(pencegahan),protection( perlindungan ) dan promotion ( Pendidikan kesehatan ).
a. Program Pencegahan Kesehatan
Puskesmas baik itu diperkotaan maupun dipedesaan sudah menyediakan bagi
keluarga-keluarga untuk mendapatkan pendidikan kesehatan dalam
keluarga,pendidikan kesehatan dan keamanan,imunisasi, dan pelayanan keluarga
berencana. Keperawatan kesehatan komunitas dalam kolaborasinya dengan disiplin
ilmu lain biasanya menjadi penyedia layanan yang utama dalam program-prograam
ini.Tujuan utamanya adalah untuk menjaga kesehatan masyarakat pada khususnya
dan layanan pencegahan pada umumnya. Salah satu contoh kegiatan  pencegahan ini
adalah program imunisasi untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak dari penyakit-
penyakit menular, Pendidikan orangtua untuk mengontrol stres dan mengatasai
tantangan selama menjadi orangtua, program pendidikan anak usia dini.
b. Program Perlindungan Kesehatan
Program ini didesain untuk melindungi anak-anak dari sakit dan kecelakaan. Pada
perlindungan dari kecelakaan lalu lintas misalnya dapat dilakukan dengan pendidikan
bagi pengendara kendaraan bermotor. Perlindungan anak dari penyimpangan dan
kekerasan merupakan bagian yang sangat penting. Perawat yang melihat bekas luka
pada anak perlu menanyakan kepada orangtua tentang bekas luka tersebut.
c. Program Pendidikan Kesehatan
Program ini didesain agar memiliki efek positif pada kognitif anak dan
perkembangan sosialnya.Beberapa program pendidikan kesehatan ini sudah
mempertimbangkan pada kesehatan anak dan interaksi positif antara orangtua dan
anak serta perkembangan sosialnya.
 
Adapun kegiatan-kegiatan yang menunjang kebijakan tersebut antara lain :
1. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu)
Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat
dengan dukungan teknis dan petugas Puskesmas. Merupakan salah satu wujud peran
serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan, tempat mayarakat memperoleh
pelayanan KB, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Gizi, Imunisasi dan Penanggulangan
diare pada waktu dan tempat yang sama. Kegiatan di posyandu merupakan kegiatan
nyata yang melibatkan partisipasi masyarakat dan untuk masyarakat, yang
dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan, yang telah mendapatkan pendidikan dan
pelatihan dari puskesmas mengenai pelayanan kesehatan dasar dengan tujuan tertentu.
Tujuan penyelenggaraan posyandu yaitu:
a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak dan angka kelahiran.
b. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS)
agar masyarakat dapat mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan lain
yang menunjang sesuai kebutuhan dan kemampuannya.
c. Meningkatkan kemandirian masyarakat.
d. Meningkatkan cakupan Puskesmas.
e.Mempercepat tercapainya NKKBS (Sudarono, 1989).  Sasaran penyelenggaraan
Posyandu dalam hal ini adalah pada bayi usia kurang dari 1 tahun, anak Balita,
ibu hamil, melahirkan, dan menyusui, serta wanita Pasangan Usia Subur (PUS).
Kegiatan posyandu bermacam-macam diantaranya adalah:
a. Penyuluhan nutrisi di Posyandu sebagai bagian dari UPGK dalam langkah-
langkah kebijaksananaan perbaikan gizi
b. Selain itu juga pemberian pelayanan  anak usia balita yang meliputi pelayanan
keluarga untuk ibu dan anak dengan memberikan pelayanan imunisasi,
penanggulangan diare, dan penyuluhan kesehatan.
 
2. BKB (Bina Keluarga Balita)
Bina keluarga balita adalah kegiatan yang khusus mengelola tentang pembinaan
tumbuh kembang anak melalui pola asuh yang benar berdasarkan kelompok umurm
yang dilaksanakan oleh sejumlah kader dan berada di tingkat RW. (Pedoman
Pembinaan Kelompok Bina Keluarga Balita Tahun 2006). Program ini merupakan
suatu program yang melengkapi program-program pengembangan sumber daya
manusia yang telah dilaksanakan seperti program-program perbaikan kesehatan dan
gizi ibu dan anak.
Tujuan BKB
a. Bagi orang tua:
1) Agar dapat merawat dan mengasuh anak serta pandai membagi waktu.
2) Memperluas wawasan dan pengetahuan tentang pola asuh anak yang benar.
3) Meningkatkan keterampilan dalam hal mengasuh dan mendidik anak balita.
4) Supaya lebih terarah dalam cara pembinaan anak.
5) Mampu mencurahkan perhatian dan kasih sayang terhadap anak sehingga
tercipta ikatan batin yang kuat.
6) Mampu membentuk anak yang berkualitas.
b. Bagi anak, diharapkan:
1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2) Berkepribadian luhur
3) Tumbuh dan berkembang secara optimal
4) Cerdas, terampil, dan sehat
5) Memiliki dasar kepribadian yang kuat guna perkembangan selanjutnya.
 
3. Program PAUD
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang
pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan, ditujukan bagi anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun, dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang
diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan anak usia
dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan
pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi
motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama), bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh
anak.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
➢ Membentuk anak yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang
sesuai dengan tingkat perkembangannya
➢ Membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
 
F. Peran Perawat Komunitas pada Kelompok Khusus Balita
Perawat komunitas minimal dapat berperan sebagai pemberi pelayanan kesehatan melalui
asuhan keperawatan, pendidik atau penyuluh kesehatan, penemu kasus, koordinator,
pelaksana konseling keperawatan, dan model peran.
Dua peran perawat kesehatan komunitas, yaitu sebagai pendidik dan penyuluh kesehatan
serta pelaksana konseling keperawatan kepada kelompok khusus balita yang merupakan
bagian dari ruang lingkup promosi kesehatan. Berdasarkan peran tersebut, perawat
kesehatan masyarakat diharapkan dapat mendukung kelompok khusus balita mencapai
derajat kesehatan yang optimal.
Peran perawat komunitas pada kelompok khusus balita:
1. Pelaksana Pelayanan Keperawatan (care provider).
Peranan utama perawat komunitas yaitu sebagai pelaksana asuhan keperawatan
kepada balita, baik itu balita dalam kondisi sehat maupun sakit.
2. Pendidik (health educator).
Perawat sebagai pendidik atau penyuluh, memberikan pendidikan atau informasi
kepada keluarga yang berhubungan dengan kesehatan balita. Diperlukan pengkajian
tentang kebutuhan klien untuk menentukan kegiatan yang akan dilakukan dalam
penyuluhan atau pendidikan kesehatan balita. Dari hasil pengkajian diharapkan dapat
diketahui tingkat pengetahuan klien dan informasi apa yang dibutuhkan.
3. Konselor.
Perawat dapat menjadi tempat bertanya atau konsultasi oleh orangtua yang
mempunyai balita untuk membantu memberikan jalan keluar berbagai permasalahan
kesehatan balita dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pemantau Kesehatan (health monitor)
Perawat ikut berperan memantau kesehatan balita melalui posyandu, puskesmas,
atau kunjungan rumah. Pemantauan ini berguna untuk mengetahui dinamika
kesehatan balita terutama pertumbuhan dan perkembangannya, sehingga jika terjadi
masalah kesehatan dapat dideteksi sejak dini dan diatasi secara tepat dengan segera.
5. Koordinator Pelayanan Kesehatan (coordinator of service).
Pelayanan kesehatan merupakan kegiatan yang bersifat menyeluruh dan tidak
terpisah-pisah. Perawat juga dapat berperan sebagai pionir untuk mengkoordinir
berbagai kegiatan pelayanan di masyarakat terutama kesehatan balita dalam mencapai
tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan tim kesehatan lainnya.
6. Pembaharu (inovator).
Tidak semua masyarakat mempunyai bekal pengetahuan mengenai kesehatan
balita. Perawat disamping memberikan penyuluhan juga menjadi pembaharu untuk
merubah perilaku atau pola asuh orangtua terhadap balita di suatu wilayah, misalnya
budaya yang tidak sesuai dengan perilaku sehat.
7. Panutan (role model)
Perawat sebagai salah satu tenaga medis dipandang memiliki ilmu kesehatan yang
lebih dari profesi lainnya di luar bidang kesehatan. Oleh sebab itu akan lebih mulia
bagi perawat untuk mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari sehingga
dapat memberikan contoh baik, misalnya memberi contoh tata cara merawat balita.
8. Fasilitator
Perawat menjadi penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan
dan instansi terkait, melaksanakan rujukan.
 
G. Ruang Lingkup Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus Balita
Ruang lingkup kegiatan keperawatan kelompok khusus balita mencakup upaya-
upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan resosilitatif melalui berbagai kegiatan
yang terorganisisasi sebagai berikut:
1. Upaya Promotif
a. Penyuluhan untuk memberikan informasi kepada orangtua, terutama ibu tentang
pemenuhan dan peningkatan gizi bayi dan balita sesuai usia tumbuh kembangnya.
Bayi usia 1-6 bulan hanya boleh diberikan ASI,  lebih dari 6 bulan diperbolehkan
untuk diberikan MP-ASI.
b. Memberikan informasi tentang kebersihan diri bayi meliputi cara memandikan
bayi yang benar, cara perawatan tali pusat, cara mengganti popok bayi, dsb.
c. Penyuluhan tentang pentingnya imunisasi yang meliputi jenis-jenis imunisasi,
usia pada saat dilakukan imunisasi, manfaat, efek samping, dan akibat yang akan
timbul jika tidak dilakukan imunisasi.
d. Memberikan informasi tentang pentingnya memeriksakan bayi dan balita yang
sakit ke petugas kesehatan
e. Memberikan informasi tentang pemantauan tumbuh kembang balita.
2. Upaya Preventif
a. Imunisasi terhadap bayi dan balita.
b. Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas, maupun
kunjungan rumah.
c. Posyandu untuk penimbangan dan pemantauan kesehatan balita.
d. Pemberian vitamin A, yodium, dan obat cacing.
e. Skrining untuk deteksi penyakit / kelainan pada bayi dan balita sejak dini.
3. Upaya Kuratif
a. Melakukan pelayanan kesehatan dan keperawatan.
b. Melakukan rujukan medis dan kesehatan. Bayi atau balita dengan penyakit
tertentu perlu diberikan perawatan lebih lanjut.
c. Perawatan lanjutan dari Rumah Sakit, dilakukan oleh orangtua tetapi masih dalam
pengawasan petugas kesehatan untuk memulihkan kondisi kesehatan bayi atau
balita.
d. Perawatan tali pusat terkendali pada bayi baru lahir.
4. Upaya Rehabilitatif
Bayi dan balita pasca sakit, perlu waktu untuk masa pemulihan. Upaya
pemulihan yang dapat dilakukan yaitu latihan fisik dan fisioterapi.
5. Resosialitatif
Upaya mengembalikan ke dalam pergaulan masyarakat. Misal: kelompok balita
yang diasingkan karena autis, ADHD. Semua lingkup tersebut harus dilakukan
melalui kegiatan-kegiatan yang terorganisir,sebagai berikut:
a. Pelayanan kesehatan dan keperawatan
b. Penyuluhan kesehatan
c. Bimbingan dan pemecahan masalah terhadap anggota kelompok dan kader
kesehatan dan petugas kesehatan
d. Penemuan kasus secara dini
e. Melakukan rujukan medik dan kesehatan
f. Melakukan kordinasi dan kerjasama dengan masyarakat, kader, dan petugas
kesehatan

H. Tahap – tahap Perawatan Kelompok Khusus


1. Tahap Persiapan
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan pada tahap ini, yaitu :
a. Mengidentifikasi jumlah kelompok khusus yang ada dimasyarakat dan jumlah
posyandu yang ada diwilyah binaan
b. Mengadakan pendekatan sebagai penjajagan awal pembinaan kelompok khusus
terhadap institusi yang menyelenggarakannya dan kelompok khusus yang ada
dimasyarakat
c. Identifikasi masalah kelompok khusus dimasyarakat melalui pengumpulan data
d. Menganalisa data kelompok khusus dimasyarakat
e. Merumuskan masalah dan prioritas masalah kesehatan dan keperawatan
kelompok khusus dimasyarakat
f. Libatkan kader kesehatan dalam tahap ini
2. Tahap Perencanaan
Menyusun perencanaan penanggungan masalah kesehatan/keperawatan bersama
kader kesehatan yang menyangkut jadwal kegiatan (tujuan, sasaran, jenis pelayanan,
biaya dan kriteria hasil), Jadwal kunjungan, tenaga pelaksana pengaorganisasian
kegiatan.
3. Tahap Pelaksanaan
Pelaksanaan didasarkan atas rencana kerja yang telah disepakati, yang disesuaikan
dengan kebutuhan yang ada. Pelaksanaan kegiatan dapat berupa :
a. Pendidikan dan pelatihan kader
b. Pelayanan kesehatan dan keperawatan
c. Imunisasi
d. Penemuan kasus dini
e. Rujukan bila dianggap perlu
f. Pencatatn dan pelaporan kegiatan
4. Penilaian
Penilaian atas keberhasilan kegiatan didasarkan atas kriteria yang telah disusun.
Penilaian dilakukan selama kegiatan berlangsung dan setelah kegiatan dilaksanakan
secara keseluruhan.

I. Asuhan Keperawatan Kelompok Khusus


Asuhan Keperawatan komunitas adalah suatu kerangka kerja untuk memecahkan
masalah kesehatan yang ada di masyarakat secara sistematis dan rasional yang didasarkan
pada kebutuhan dan masalah masyarakat. Model community as partner terdapat dua
komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda
pengkajian komunitas terdiri: (1) inti komunitas (the community core), (2) subsistem
komunitas (the community subsystems), dan (3) persepsi (perception). Model ini lebih
berfokus pada perawatan kesehatan masyarakat yang merupakan praktek, keilmuan, dan
metodenya melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan
kesehatannya.
Pada dasarnya langkah-langkah proses keperawatan kelompok khusus sama
halnya dengan langkah-langkah proses keperawatan tingkat individu, keluarga, maupun
masyarakat,yang berbeda hanya sasarannya saja. Sedangkan permasalahan yang timbul
adalah permasalahan dilihat dari segi kelompok, tetapi bila menyangkut gangguan sistem
tubuh penangannya secara individu sama dengan gangguan-gangguan sistem lainnya.
Disamping itu yang perlu dikaji secara mendalam adalah latar belakang yang mendorong
timbulnya masalah tersebut. Oleh karena itu, pengkajiannya menekankan pada aspek
kebiasaan,adat istiadat dan budaya,pendidikan sosial ekonomi,kesehatan perseorangan,
lingkungan,perilaku dan pandangannya terhadap kesehatan umumnya metodenya
melibatkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh dalam meningkatkan kesehatannya.
Pada dasarnya langkah-langkah proses keperawatan kelompok khusus sama
halnya dengan langkah-langkah proses keperawatan tingkat individu, keluarga, maupun
masyarakat,yang berbeda hanya sasarannya saja. Sedangkan permasalahan yang timbul
adalah permasalahan dilihat dari segi kelompok, tetapi bila menyangkut gangguan sistem
tubuh penangannya secara individu sama dengan gangguan-gangguan sistem lainnya.
Disamping itu yang perlu dikaji secara mendalam adalah latar belakang yang mendorong
timbulnya masalah tersebut. Oleh karena itu, pengkajiannya menekankan pada aspek
kebiasaan,adat istiadat dan budaya, pendidikan sosial ekonomi,kesehatan perseorangan,
lingkungan, perilaku dan pandangannya terhadap kesehatan umumnya.
a. Pengkajian
Pengumpulan data merupakan langkah awal untuk menentukan masalah dan
kebutuhan kelompok akan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan. Oleh karena
itu untuk mengkaji permasalahan kelompok diperlukan data-data sebagai berikut:
Pengumpulan data merupakan langkah awal untuk menentukan masalah dan
kebutuhan kelompok akan pelayanan kesehatan dan asuhan keperawatan. Oleh karena
itu untuk mengkaji permasalahan kelompok diperlukan data-data sebagai berikut :
1) Identitas Kelompok, yang mencakup : besar dan kecilnya kelompok,latar
belakang pendidikan,tingkat sosial ekonomi,kebiasaan,adat
istiadat,pekerjaan,agama yang dianut,kepercayaan dan lokasi tempat tinggal
2) Masalah kesehatan,yang mencakup :
 Masalah kesehatan yang sering terjadi
 Besarnya anggota kelompok yang mempunyai masalah
 Keadaan kesehatan anggota kelompok umumnya
 Sifat masalah pada kelompok,apakah yang mengancam kesehatan atau telah
menganca, kehidupan
3) Pemanfaatan fasilitas kesehatan diantaranya puskesmas,posyandu,
polindes,pustu,atau poskesdes.
4) Keikutsertaan dalam upaya kesehatan
5) Status kesehatan kelompok,yang meliputi :penyakit yang pernah diderita,
keadaan gizi kelompok pada umumnya,imunisasi,kesehatan ibu dan anak
6) Kondisi sanitasi lingkungan tempat tinggal anggota kelompok,meliputi
perumahan,sember air minum,pembuangan air limbah,pembuangan sampah,dan
tempat pembuangan tinja.
1. Daniati
a. Demografi
Variabel yang dapat dikaji adalah jumlah balita baik laki-laki maupun
perempuan. Data diperoleh melalui puskesmas, laporan tahunan atau
rekapitulasi jumlah kunjungan pasien yang berobat.
b. Statistik vital
Data statistik vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka kesakitan
dan angka kematian balita. Angka kesakitan dan kematian tersebut
diperoleh dari penelusuran data sekunder baik dari Puskesmas atau
Kelurahan.
c. Karakteristik penduduk
1. Fisik: Keluhan yang dialami oleh warga terkait anaknya. Perawat
mengobservasi ketika ada program posyandu.
2. Psikologis: efek psikologis terhadap anak maupun orang tua yaitu
berupa kesedihan karena anaknya berisiko tidak bisa bermain
dengan anak-anak sebaya lainnya dan pertumbuhan anak pun akan
terhambat atau sulit untuk berkembang.
3. Sosial: sikap masyarakat terhadap adanya kasus penyakit masih
acuh dan tidak memberikan tanggapan berupa bantuan untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan, namun orang tua membawa
anak ke posyandu rutin untuk ditimbang.
4. Perilaku: seperti pola makan yang kurang baik mungkin
mempengaruhi penyebab anak mengalami gizi kurang, diare dan
penyakit lainnya, terlebih banyak orang tua yang kurang mampu
dalam hal ekonomi.
2. Subsistem
a. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik yang kurang bersih akan menambah dampak buruk
terhadap penurunan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena
penyakit, makanan yang sehat sulit didapat, selain itu kerentanan
terhadap vektor penyakit menjadi salah satu tingginya risiko
peningkatan kejadian sakit diwilayah tersebut.
b. Sistem kesehatan
Jarak antara desa dengan puskesmas tidak terlalu jauh yaitu hanya 1
km, desa tersebut memiliki 1 posyandu dalam 1 RW dan aktif
melaksanakan program kerja yang dilaksanakan 1 bulan sekali, namun
untuk ketersedian posbindu belum ada.
c. Ekonomi
Pekerjaan yang dominan diwilayah tersebut yaitu buruh, petani,dan
lainnya yang berpenghasilan bervariasi untuk setiap keluarga.
d. Keamanan dan transportasi
Wilayah tersebut memiliki mobil yang disediakan oleh pemberi
bantuan untuk dimaanfaatkan oleh masyarakat dalam hal memfasilitasi
masyarakat untuk mempermudah akses mendapatkan layanan
kesehatan. Variabel keamanan meliputi jenis dan tipe pelayanan
keamanan yang ada, tingkat kenyamanan dan keamanan penduduk
serta jenis dan tipe gangguan keamanan yang ada.
e. Kebijakan dan pemerintahan
Jenis kebijakan yang sedang diberlakukan, kegiatan promosi kesehatan
yang sudah dilakukan, kebijakan terhadap kemudahan mendapatkan
pelayanan kesehatan, serta adanya partisipasi masyarakat dalam.
f. Komunikasi
Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikasi yang digunakan
penduduk, khususnya komunikasi formal dan informal yang digunakan
dalam keluarga. Jenis bahasa yang digunakan terutama dalam
penyampaian informasi kesehatan gizi, daya dukung keluarga terhadap
balita yang sakit.
g. Pendidikan
Pendidikan sebagai sub sistem meliputi tingkat pengetahuan penduduk
tentang pengertian tentang penyakit balita yang dihadapi, bahaya dan
dampaknya, cara mengatasi, bagaimana cara perawatan, serta cara
mencegahnya mayoritas penduduk berpendidikan rendah yaitu SD
bahkan tidak sekolah
h. Rekreasi
Yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang ada,
tingkat partisipasi atau kemanfaatan dari sarana rekreasi serta jaminan
keamanan dari sarana rekreasi yang ada.
3. Persepsi
Persepsi masyarakat dan keluarga terhadap suatu penyakit balita masih
acuh, mungkin dipengaruhi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat
ataupun kurangnya pengetahuan kesehatan mengenai suatu penyakit
b. Diagnosa keperawatan
Analisa data dilakukan setelah dilakukan pengumpulan data melalui kegiatan
wawancara dan pemeriksaan fisik, sehingga dapat dirumuskan menjadi suatu
diagnosa keperawatan. Analisa data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan
menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki, sehingga dapat
diketahui kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh balita. Tujuan analisa data:
1. Menetapkan kebutuhan balita
2. Menetapkan kekuatan.
3. Mengidentifikasi pola respon balita
4. Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan.
Perumusan masalah berdasarkan analisa data yang dapat menemukan masalah
kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh kelompok khusus balita. Masalah
yang sudah ditemukan tersebut perawat dapat menyusun rencana asuhan keperawatan
yang selanjutnya dapat diteruskan dengan intervensi. Masalah yang ditemukan
terkadang tidak dapat di selesaikan sekaligus sehingga diperlukan prioritas masalah.
Prioritas masalah dapat ditentukan berdasarkan hierarki Maslow yaitu:
1. Keadaan yang mengancam kehidupan.
2. Keadaaan yang mengancam kesehatan.
3. Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan
Penetapan diagnosa keperawatan kelompok, didasarkan pada:
1. Masalah kesehatan yang dijumpai kelompok dengan mempertimbangkan faktor
resiko dan potensial terjadinya masalah atau penyakit
2. Kemampuan kelompok dalam pemecahan masalah dilihat dari segi sumber daya
kelompok yang berkaitan dengan kemampuan finansial,pengetahuan dan
dukungan keluarga dari masing-masing anggota kelompok.
c. Perencanaan keperawatan
Dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan yang telah disusun dengan melibatkan
anggota kelompk yang bersangkutan,mencakup :
1. Tujuan keperwatan yang ingin dicapai
2. Rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan
3. Kriteria kebehasilan
Dalam menyusun rencana asuhan keperawatan kelompok ada beberapa hal yang
penting perlu diperhatikan antara lain :
1. Keterlibatan pengurus dan anggota kelompok dalam menyusun perencanaan
keperawatan
2. Keterpaduan dengan pelayanan kesehatan lainnya baik tenaga biaya sarana
maupun waktu
3. Kerjsama lintas program dan sektor sehingga program pelayanan bersifat
menyeluruh
d. Pelaksanaan
Merupakan realisasi rencana tindakan keperawatan yang telah ditetapkan bersama
dengan kelompok. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan
keperwatan ayang ditujukan kepada kelompok adalah:
1. Tindakan keperawatan dapat dilaksanakan oleh tenaga keperawatan atau kader
kesehatan sesuai dengan kewenangannya
2. Dilakukan dalam rangka alih teknologi dan keterampilan keperwatan
3. Dimasayarakat lebih ditekankan kepada anggota kelompok, kader kesehatan,
pengurus kelomppok, dan keluarga
4. Bila ada masalah yang tak tertanggulangi dilakukan rujukan medis atau rujukan
kesehatan
e. Penilaian
Penilaian terhadap hasil asuhan keperawatan dan kesehatan dilakukan berdsarkan
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan,melalui :
1. Membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah dilakukan dengan tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya
2. Menilai efektifitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian,perencanaan
dan pelaksanaan
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. PENERAPAN KASUS
Di kelurahan X RT 03 RW 09 Posyandu Y terdapat 45 orang balita yang terdiri diri dari usia
0 - 5 bulan sebanyak 7 orang, usia 6 - 11 bulan sebanyak 9 orang, usia 12 – 23 bulan
sebanyak 15 orang, usia 24 -59 bulan sebanyak 15 orang. Sebagian besar balita ini dibawa ke
posyandu secara rutin.Berdasarkan informasi dari kader posyandu, balita yang menderita gizi
buruk berdasarkan BB/TB sebanyak 3 orang pada usia 12-23 bulan, balita yang diare
sebanyak 6 orang (pada usia 7 bulan sebanyak 2 orang, pada usia 18 bulan 4 orang dan pada
usia 24 bulan sebanyak 1 orang ). Balita yang berat badannya tidak sesuai dengan umur
(Berat badan balita yang berada digaris kuning dan digaris merah) 5 orang. Semua balita usia
6 bulan sampai dengan 59 bulan sudah mendapatkan vitamin A. Sebagian besar ibunya
bekerja sebagai ibu rumah tangga dan kepala keluarganya sebagian besar sebagai buruh
pabrik, yaitu 40 orang kepala keluarga dengan penghasilan rata-rata Rp. 900.000 – Rp.
1.200.000 dan sebagian lagi bekerja di pemerintahan,yaitu sebanyak 5 kepala keluarga
dengan penghasilan Rp. 1.500.000. Tingkat pendidikan orang tua balita lulusan SD 5 KK,
SMP 10 KK dan selebihnya SMA/SMK ( 30 KK ). Kondisi rumah dilingkungan tersebut
permanen yang saling berdekatan sehingga apabila terjadi kebakaran, sangat sulit bagi
petugas pemadam kebakaran untuk memadamkan api. Rumah dilingkungan tersebut
Pembangunan gorong- gorong di sungai, sehingga air di bendung dan tidak mengalir lancar,
selokan di depan rumah warga banyak yang tersumbat, jalan di depan rumah kotor, banyak
kardus basah sisa sampah banjir yang di buang sembarangan. Warga diposyandu Y beragama
Islam sebanyak 40 KK dan kristen sebannyak 5 KK. Di wilayah ini memiliki 1 masjid, 1
gereja, 1 paud , 1 TK, 1 Atap SDN X. Untuk beraktivitas warga menggunakan sepeda motor
sebagai alat transportasi. Berdasarkan informasi dari kader setempat, pada bulan ini sudah
terdapat 2 orang anak mengalami kecelakaan sepada motor. Biasanya ibu- ibu sering
mengajak balitanya naik mobil aneka warna yang diputarkan lagu- lagu anak untuk
berkeliling di sekitar kampung dengan biaya Rp.5000 untuk 1x putaran. Selain itu setiap
minggu pagi, ibu yang memiliki balita, sering membawa balitanya jalan-jalan di pasar pagi
dadakan yang ada di sepanjang pintu gerbang jalan tol surabaya–malang dekat kampung
warga. Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga ( SKRT ) yang didapat dari Puskesmas
M, mayoritas makanan yang dikonsumsi sehari-hari kurang memenuhi kebutuhan
gizi,diantaranya nasi gaplek,nasi aking,dan air tajin. Selain itu , ibu balita memberikan air
cucian beras ( Air taajin ) sebagai pengganti susu. Ibu yang balita yang memiliki balita
berumur 24–59 bulan sering membelikan makanan ringan dan mie instan di warung- warung
terdekat.

B. PENGKAJIAN
Di kelurahan X posyandu Y
1. Data Inti
Di kelurahan X posyandu Y terdapat 45 balita Usia 0 - 5 bulan sebanyak 7 orang, usia 6 -
11 bulan sebanyak 9 orang, usia 12 – 23 bulan sebanyak 15 orang, usia 24 -59 bulan
sebanyak 15 orang. Pekerjaan: sebagian besar ibu yang memiliki balita bekerja sebagai
ibu rumah tangga, sedangkan kepala keluarganya sebagian bekerja di pabrik sebagai
buruh pabrik,yaitu 30 orang kepala keluarga dan sebagian lagi di pemerintahan,yaitu
sebenyak 15 kepala keluarga Agama: Islam ( 40 KK ) dan Kristen ( 5 KK )
Data statistik: Berdasarkan informasi dari kader setempat .
 Balita yang menderita gizi buruk berdasarkan BB/TB sebanyak 3 orang pada usia 12-
23 bulan
 Balita yang diare sebanyak 6 orang (pada usia 7 bulan sebanyak 2 orang,pada usia 18
bulan 1 orang dan pada usia 24 bulan sebanyak 3 orang )
 Balita yang berat badannya tidak sesuai dengan umur (Berat badan balita yang berada
digaris kuning dan digaris merah) 5 orang.
 Pada bulan ini sudah terdapat 2 orang anak mengalami kecelakaan sepada motor

2. Data Subsistem
a. Lingkungan Fisik
1) Perumahan dan lingkungan: antar rumah berdekatan, tipe rumah permanen,
pembangunan gorong- gorong di sungai sehingga air di bendung dan tidak
mengalir lancar, selokan di depan rumah warga banyak yang tersumbat, jalan di
depan rumah kotor, banyak kardus basah sisa sampah banjir yang di buang
sembarangan.
2) Lingkungan terbuka: Mayoritas tidak mempunyai halaman rumah yang luas.
3) Kebiasaan: berdasarkan survei kesehatan rumah tangga ( SKRT ) yang didapat
dari Puskesmas M, mayoritas makanan yang dikonsumsi sehari-hari kurang
memenuhi kebutuhan gizi,diantaranya nasi gaplek,nasi aking,dan air tajin. Selain
itu ,ibu balita memberikan air cucian beras ( Air taajin ) sebagai pengganti susu.
Ibu yang balita yang memiliki balita berumur 24–59 bulan sering membelikan
makanan ringan dan mie instan di warung- warung terdekat.
4) Transportasi: ibu mengantarkan balita ke posyandu dengan jalan kaki sedangkan
untuk beraktivitas biasanya menggunakan sepeda motor.
5) Pusat pelayanan : kantor kelurahan
6) Tempat belanja: warung terdekat dan pasar tradisional
7) Tempat ibadah: 1 Masjid dan 1 Gereja.
b. Pelayanan Kesehatan Dan Sosial
Pelayanan kesehatan terdapat 1 Posyandu dan 1 Puskesmas.
c. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara, penghasilan rata- rata kepala keluarga perbulan Rp.
900.000- 1.500.000.
d. Keamanan Dan Transportasi
Bila terjadi kebakaran, mobil pemadam kebakaran kesulitan untuk masuk di
pemukiman warga karena jarak antar rumah berdekatan dan gangnya sangat sempit.
Mayoritas warga menggunakan alat transportasi sepeda motor untuk pergi
beraktivitas. Berdasarkan informasi dari kader setempat, pada bulan ini sudah
terdapat 2 orang anak mengalami kecelakaan sepada motor.
e. Pemerintahan
Posyandu Y merupakan RT 03 dan RW 09 di kelurahan X. Kader yang dimiliki
sebanyak 5 orang.
f. Politik
Pemerintah melalui Puskesmas sudah memberikan pelatihan kader, untuk
mengajarkan kepada ibu balita, agar segera memberikan oralit pada balitanya yang
terkena diare dan lansung dibawa ke puskesmas untuk tindakan lebih lanjut.
g. Komunikasi
Komunikasi ibu yang dilakukan pada balitanya dengan komunikasi verbal maupun
non verbal. Informasi dari RT/RW setempat dilakukan dengan menggunakan
pengeras suara melalui siaran di masjid.
h. Pendidikan
Tingkat pendidikan orang tua balita lulusan SD 5 KK, SMP 10 KK dan SMA/SMK
30 KK. Terdapat 1 TK, 1 Paud, 1 atap SDN X.
i. Rekreasi
Dari hasil wawancara, ibu sering mengajak balitanya naik mobil aneka warna yang
diputarkan lagu- lagu anak untuk berkeliling di sekitar kampung dengan biaya
Rp.5000 untuk 1x putaran, serta setiap minggu pagi, ibu yang memiliki balita, sering
membawa balitanya jalan-jalan di pasar pagi dadakan yang ada di sepanjang pintu
gerbang jalan tol surabaya – malang dekat kampung warga.

C. ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
1. DS: Kurangnya Perilaku kesehatan
- Ibu balita mengatakan tidak tahu bagaimna pengetahuan cenderung beresiko di
cara mencuci tangan yang benar dan kelurahan X RT 03
penyediaan menu seimbang bagi balita. RW 09 posyandu Y
tahun 2022
- Ibu balita mengatakan anak sering rewel
apabila tidak belikan jajan warung.

DO :
- Balita yang diare sebanyak 6 orang ( pada
usia 7 bulan sebanyak 2 orang , pada usia 18
bulan 1 orang dan usia 24 bulan sebanyak 3
orang) .
- Pembangunan gorong – gorong di sungai,
sehingga air di bendung dan tidak mengalir
lancar.
- Selokan didepan rumah warga banyak yang
tersumbat.
- Jalan di depan rumah kotor.
- Banyak kardus basah sisa sampah banjir
yang dibuang sembarangan .
2 DS: Faktor ekonomi Ketidakseimbangan
- Ibu balita mengatakn memberikan air cucian nutrisi : kurang dari
beras ( air taajin) sebagai pengganti susu. kebutuhan tubuh pada
- Kader mengatakn mayoritas makanan yang balita di kelurahan X
dikonsumsi sehari-hari kurang mememnuhi RT 03 RW 09
posyandu Y 2022
kebutuhan gizi, diantaranya nasi gaplek.
Ansi aking dan air taajin.

DO:
- Ibu balita yang memiliki balita yang
berumur 24 -59 bulan sering membeliakn
makanan ringan dan mie instan di warung-
warung terdekat.
- Balita yang diare sebanyak 6 orang (pada
usia 7 bulan sebanyak 2 orang, pada usia 18
bulan 1 orang dan 24 bulan sebanyak 3
orang)
- Balita yang menderita gizi buruk
berdasarkan BB/TB sebanyak 3 orang pada
usia 12-23 bulan.
- Baita yang BB tidak sesuai dengan umur
(BB balita yang berada digaris kunif an
merah) 5 orang.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko di kelurahan X RT 03 RW 09 Posyandu Y tahun
2022 berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh pada kelompok balita di
kelurahan X RT 03 RW 09 Posyandu Y tahun 2022 berhubungan faktor ekonomi

Diagnosa keperawatan Pentingnya Perubahan (+) Penyelesaian Total


Komunitas penyelesaia untuk untuk score
n masalah penyelesaian di peningkatan
1. Rendah komunitas kualitas hidup
2. Sedang 0. Tidak ada 0. Tidak ada
3. Tinggi 1. Rendah 1. Rendah
2. Sedang 2. Sedang
3. Tinggi 3. Tinggi
Perilaku kesehatan cenderung 2 2 2 63
beresiko di kelurahan X RT 03
RW 09 Posyandu Y tahun 2022
berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan
Ketidakseimbangan nutrisi : 3 2 3 8
kurang dari kebutuhan tubuh pada
kelompok balita di kelurahan X
RT 03 RW 09 Posyandu Y tahun
2022 berhubungan Faktor
ekonomi

DIAGNOSA NOC NIC (NURSING


KEPERAWATA (NURSING INTERVENTION
N OUTCOME CLASSIFICATION)
CLASSIFICAT
ION)
Domain 1 : Promosi 1602 1. Modifikasi perilaku
Kesehatan Perilaku promosi  Kaji motivasi warga tentang
Kelas 2 : Manajemen kesehatan perlunya perubahan
Kesehatan 1805  Bantu warga dalam
Perilaku kesehatan pengetahun: perilaku mengidentifikasi kemampuan
cenderung beresiko di kesehatan dan berikan motivasi untuk
kelurahan X RT 03 1902 meningkatkannya
RW 09 Posyandu Y kontrol risiko  Berikan dukungan untuk
tahun 2022 1803 mengubah ke arah tindakan
berhubungan dengan pengetahuan proses yang lebih baik/ dinginkan
kurangnya penyakit  Berikan jaminan bahwa
pengetahuan 1700 intervensi diimplementasi
kepercayaan 2. Pendidikan Kesehatan
mengenai  Identifikasi faktor internal dan
kesehatan external yang dapat
meningkatkan atau mengurangi
motivasi berperilaku sehat.
 Pertimbangkan riwayat individu,
dan riwayat sosial budaya
masyarakat
 Tentukan pengetahuan kesehatan
dan perilaku gaya hidup warga
 Bantu warga untuk
mengembangkan dan
memperjelas keyakinan dan
nilai-nilai kesehatan
 Tekankan manfaat kesehatan
positif yang bisa didapatkan
dalam jangka pendek oleh
perilaku gaya hidup
 Libatkan warga dalam
perencanaan implementasi gaya
hidup, atau modifikasi perilaku
kesehatan,
 Rencanakan tindak lanjut jangka
panjang untuk memperkuat
perilaku kesehatan
3. Identifikasi Risiko
 Kaji riwayat kesehatan
lalu
 Identifikasi risiko
biologis, lingkungan,
dan perilaku
 Diskusikan dan
rencanakan aktivitas-
aktivitas pengurangan
risiko berkolaborasi
dengan individu dan
kelompok
4. Pengajaran pross
penyakit
 Kaji pengetahuan terkait
proses penyakit
 Jelaskan tanda dan
gejala umum penyakit
 Eksplorasi bersama
apakah klien telah
melakukan manajemen
gejala
 Jelaskan proses penyakit
 Diskusikan modifikasi
gaya hidup

Ketidakseimbangan 185314 Manajemen Nutrisi


nutrisi : strategi untuk  Kaji status gizi dan
kurangdari menciptakan sikap kemapuan untuk
kebutuhan tubuh yang sehat tentang memenuhi kebutuhan gizi
pada kelompok makanan  Identifikasi alergi atau intoleransi
balita di kelurahan X aktivitas
184103
RT 03 RW 09
Posyandu Y tahun strategi untuk  Intruksikan mengenai
2022 berhubungan mencapai BB kebutuhan nutrisi
Faktor ekonomi optimal (membahas pedoman diet
184109 dan piramida makanan)
praktik gizi yang  Anjurkan diit yang sesuai
sehat dengan usia dan perkembangan
184111 strategi Bantuan peningkatan Berat Badan
modifikasi intake Diskusikan kemungkinan penyebab
makanan berat badan kurang
Konseling Nutrisi
 Fasilitasi untuk
mengidentifikasi perilaku
makan yang harus diubah
 Gunakan standar gizi yang bisa
diterima guna membantu pasien
mengevaluasi intake diit yang
adekuat
 Bantu pasien
mempertimbangkan faktor-
faktor seperti: umur, tahap
perkembangan, pengalaman
makan sebelumnya, penyakit,
budaya, dan keuangan dalam
merencanakan cara memenuhi
kebutuhan nutrisi
 Diskusikan kebutuhan nutrisi
dan persepsi mengenai diit yang
yang direkomendasikan
 Diskusikan perilaku
Membeli makanan dan
hambatan biaya

E. IMPELEMENTASI DAN EVALUASI

No DIAGNOSA TANGGAL IMPLEMENTASI EVALUASI


1 Perilaku kesehatan Kamis, 24 feb - Membantu warga - Pemberia
cenderung beresiko 2022 dalam n motivasi
mengidentifikasi berjalan
kemampuan dan
dengan baik
berikan motivasi
untuk dan lancar
meningkatkannya - Para ibu
- Memberikan dapat
dukungan untuk melakukan
mengubah ke arah tindakan
tindakan yang kesehatan
lebih baik/
lebih baik
dinginkan
- Pengkaji
- Mengkaji
pengetahuan terkait an
proses penyakit pengetahuan
- Menjelaskan tanda berjalan
dan gejala umum dengan lancar
penyakit - Orang
tua
memahami
tanda gejala
umum
penyakit
2 Ketidakseimbangan Kamis, 24 feb - Mengkaji status - Penyuluhan
nutrisi : kurangdari 2022 gizi dan status gizi anak
kebutuhan tubuh kemapuan untuk berjalan
pada kelompok memenuhi dengan lancar
kebutuhan gizi dan para ibu
- Mengidentifikasi mengerti
alergi atau untuk
intoleransi memenuhi
aktivitas kebutuhan gizi
- Mendiskusikan anak
kemungkinan - Penyuluhan
penyebab berat tentang gizi
badan kurang atau
- Menganjurkan intoleransi
diit yang sesuai aktivitas
dengan usia dan berjalan
perkembangan dengan bik
- dan lancar
- Para ibu
mengetahui
bagaimana
cara
pencegahan
berat badan
- Orang tua bisa
memahami
untuk
pemberian diit
anak sesuai
perkembangan
usia
F.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan
pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2016). Balita termasuk salah satu
agregat / kelompok risiko tinggi. Hal ini dikarenakan pada balita juga berpotensi muncul
masalah yang kompleks, terlebih yang berhubungan dengan konsep tumbuh kembang.
Oleh karena itu, konsep keperawatan yang diberikan pada agregat ini diaplikasikan dalam
bentuk pelayanan-pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan yang memberikan layanan
dalam upaya menjaga kesehatan balita adalah Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu),
imunisasi, BKB (Bina Keluarga Balita), PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), SDIDTK
(Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang).

B. Saran
1. Bagi Perawat
Perawat sebagai care giver diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan
kepada balita dan keluarga dalam bentuk promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitative.
2. Bagi Keluarga
Keluarga terutama ibu merupakan pemegang peran penting dalam menentukan
kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan balita. Oleh karena itu keluarga
diharapkan mampu memahami konsep tumbuh kembang pada balita dan mampu
mendampingi pertumbuhan dan perkembangan balita dengan baik sehingga bisa
mengoptimalkan tumbuh kembang balita.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Elisabeth T. Anderson dan RN. Judith Mc. Farlane. 2012. Community as a Partner, 6th Ed
+Introduction to Community Based Nursing, 5th Ed: Theory and Practic in Nursing. Lippincot
Williams and Wilkins, 2012

Efendi, Ferry & Makhfudli. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik
Keperawatan. Jakarta : Salemba medika

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika Hidayat, A.
Aziz Alimul.2008.Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.Jakarta:Salemba
Medika

Supartini,Yupi. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC


http://eprints.undip.ac.id/153/1/Moeljono_Trastotenojo.pdf diakses pada tanggal 14 September
2014 pukul 08.05 WIB
http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2011/01/Materi- Advokasi-
BBL.pdf diakses pada tanggal 14 September 2014 pukul 08.09 WIB
http://badankbp.blogspot.com/ diaskses pada tanggal 13 september 2014 pukul 19.15 wib
http://arifsulistyo.wordpress.com/jurusan-pls/pengertian-paud/ diaskses pada tanggal !
3 Sepetember 2014 pukul 20.15 WIB

Allender,Judith Ann,et al,2011,Community Health Nursing Promoting and Protecting The


Public’s Health,7th edition,USA : Lippincott Williams & Wilkins

Anda mungkin juga menyukai