MAKALAH Askep OA Genu

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

PENGANTAR

Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah keperawatan yang berjudul Asuhan
Keperawatan hemodialisis pada Klien Tn. N dengan ganguan nutrisi di Instalsi Pelayanan
Rawat Jalan Terpadu Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Shalawat serta salam
semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman terang benderang seperti saat ini.

Selama penyusunan makalah ini, saya tidak lepas dari berbagai hambatan dan kesulitan,
namun berkat bimbingan dan bantuan semua pihak, akhirnya saya dapat menyelesaikannya,
untuk itu izinkan saya mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada:

1. Direktur Utama RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.


2. Kepala Instalasi Pelayanan Rawat Jalan Terpadu RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo
3. Kepala Sub Pelayanan Instalasi Pelayanan Rawat Jalan Terpadu RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo
4. Pengawas Keperawatan Instalasi Pelayanan Rawat Jalan Terpadu RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo
5. Supervisor poliklinik Hemodialisis
6. Keluarga tercinta
7. Serta teman-teman yang telah memberikan saran dan masukan.

Dengan segenap kerendahan dan keterbatasan diri yang saya miliki. Saya menyadari
dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat saya harapkan dari banyak pihak.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan nilai tambah bagi banyak
orang pada umumnya dan profesi keperawatan pada khususnya.

Jakarta, Juli 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................... i
Daftar Isi.............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang.............................................................................................1
B. Rumusan masalah.......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.........................................................................................3

BAB II TINJUAN PUSTAKA


A. Konsep dasar Osteoartritis...............................…….. ……………. 3
B. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan..................................................5
C. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Osteoarthritis...................................6

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN


1. Hasil Studi Kasus................................................................................10
2. Analisa Data........................................................................................12
3. Diagnosa Keperawatan.........................................................................12
4. Perencanaan Keperawatan..................................................................12
5. Implementasi Keperawatan…………………………………………..15
6. Evaluasi Keperawatan………………………………………………..16

BAB IV PEMBAHASAN

BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan...............................................................................................20

1
1
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah keperawatan yang berjudul Asuhan
Keperawatan hemodialisis pada Klien Tn. N dengan ganguan nutrisi di Instalsi Pelayanan
Rawat Jalan Terpadu Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Shalawat serta
salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
membawa umat manusia dari zaman kegelapan ke zaman terang benderang seperti saat
ini.

Selama penyusunan makalah ini, saya tidak lepas dari berbagai hambatan dan
kesulitan, namun berkat bimbingan dan bantuan semua pihak, akhirnya saya dapat
menyelesaikannya, untuk itu izinkan saya mengucapkan banyak terima kasih terutama
kepada:

8. Direktur Utama RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.


9. Kepala Instalasi Pelayanan Rawat Jalan Terpadu RSUPN Dr. Cipto Man-
gunkusumo
10. Kepala Sub Pelayanan Instalasi Pelayanan Rawat Jalan Terpadu RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo
11. Pengawas Keperawatan Instalasi Pelayanan Rawat Jalan Terpadu RSUPN Dr.
Cipto Mangunkusumo
12. Supervisor poliklinik Hemodialisis
13. Keluarga tercinta
14. Serta teman-teman yang telah memberikan saran dan masukan.

1
Dengan segenap kerendahan dan keterbatasan diri yang saya miliki. Saya
menyadari dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat kekurangan. Untuk itu kritik
dan saran yang membangun sangat saya harapkan dari banyak pihak.

Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan nilai tambah bagi
banyak orang pada umumnya dan profesi keperawatan pada khususnya.

Jakarta,Januari 2022

Penulis

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada penderita osteoarthritis, tulang rawan sendi telah mengalami penipisan
yang menyebabkan permukaan rawan sendi menjadi tidak rata dan bergelombang.
Semua sendi pada tubuh dapat dipengaruhi oleh osteoarthritis, tetapi pada bagian
bahu, siku, dan pergelangan kaki cenderung tidak terkena osteoarthritis kecuali
pada kondisi traumatik. Dari semua sendi yang rentan yaitu sendi pada lutut, atau
bisa dikenal dengan sebutan encok lutut. (Yekti, 2017). Osteoarthritis merupakan
penyakit dengan gejala nyeri dan kaku pada persendian yang menyebabkan
penderita mengalami gangguan pada alat gerak yang mengakibatkan masalah
gangguan mobilitas fisik (Hartoyono DKK, 2018).
Osteoarthritis (OA) merupakan gangguan dari persendian diatrodial yang
dicirikan oleh fragmentasi dan terbelah-belahnya kertilago persendian. Lesi
permukaan itu disusul oleh proses pemusnahan kartilago secara progresif. Melalui
sela-sela yang timbul akibat proses degenerasi fibrilar pada kartilago, cairan
synovial dipenetrasikan ke dalam tulang dibawah lapisan kartilago, yang akan
menghasilkan kista-kista. Kartilago yang sudah hancur mengakibatkan sela

1
persendian menjadi sempit. Bereaksi terhadap lesi kartilago dengan pembentukan
tulang baru (osteofit) yang menonjol ke tepi persendian (Reeves, dkk, 2001).

Diberbagai masalah kesehatan, gangguan muskuloskeletal menempati


urutan kedua yaitu sekitar 14,5% setelah penyakit kardiovaskular dalam desain
penyakit kelompok usia lebih dari 55 tahun (ismaningsih & selviani, 2017). Pada
korban Osteoarthritis secara keseluruhan telah mencapai 355 juta orang,
diperkirakan akan terus bertambah hingga tahun 2025. Prevalensi osteoarthritis di
indonesia mencapai 5% pada usia kurang dari 40 tahun, 30% pada usia 40-60
tahun, dan 65% pada usia lebih dari 61 tahun. Untuk prevalensinya
osteoarthritis lutut cukup tinggi yaitu 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita.
Berdasarkan Tinjauan WHO di Jawa menemukan bahwa osteoartritis menempati
posisi pertama, yaitu 49% dari desain penyakit lansia (ismaningsih & selviani,
2017).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan osteoathritis ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada osteoathritis ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Adapun tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mendapatkan
pengalaman nyata dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien
osteoathritis dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah agar penulis mampu:
a. Melakukan pengkajian pada klien osteoathritis
b. Menganalisa data yang ditemukan pada klien osteoathritis
c. Menyusun rencana keperawatan pada klien osteoathritis
d. Melaksanakan tindakan keperawatan yang telah disusun pada klien
osteoathritis

1
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan pada klien
osteoathritis
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien osteoathritis
g. Mengidentifikasi kesenjangan asuhan keperawatan antara teori dan
praktek

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Osteoarthritis


1. Pengertian Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah penyakit sendi yang terjadi pada cartilago (tulang
rawan) yang ditandai dengan timbulnya nyeri saat terjadi penekanan sendi yang
terkena. Kelainan pada kartilago akan berakibat tulang bergesekan satu sama lain,
sehingga timbul gejala kekakuan, nyeri pembatasan gerak pada sendi. (Helmi,
2016).

2. Faktor-faktor resiko

Berbagai faktor dapat menjadi penyebab terjadinya osteoarthritis. Faktor-


faktor resiko tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor resiko
mekanik yang meliputi usia, jenis kelamin, genetik sedangkan faktor-faktor
1
resiko biomekanik meliputi cidera, trauma dan pekerjaan. Usia merupakan faktor
yang besar untuk terjadinya osteoarthritis. Insidensi osteoarthritis meningkat
pada usia 40 tahun untuk perempuan dan usia 50 tahun pada laki-laki. (Helmi,
2016)

3. Klasifikasi Osteoarthritis
Pembagian osteoarthritis berdasarkan etiologinya dibagi menjadi 2
diantaranya osteoarthritis primer dan osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis
primer merupakan osteoarthritis ideopatik atau osteoarthritis yang belum
diketahui penyebabnya dan tidak ada hubungannya dengan penyakit sistemik
maupun proses perubahan lokal sendi. Sedangkan osteoarthritis sekunder
penyebabnya yaitu pasca trauma, genetic, mal posisi, pasca operasi, metabolic,
gangguan endokrin, ostonekrosis aseptik. (Wilke, WS, 2010).

1
4. Patofisiologi Osteoarthritis

Perkembangan perjalanan penyakit osteoarthritis dibagi menjadi 4


mekanisme yaitu sebagai berikut : (Helmi, 2016)

1) Peningkatan Matrix Metalloproteases (MMP)


Collagenase, sebuah enzim MMP bertanggung jawab atas degradasi
proteoglikan. Begitu juga stromelysin bertanggung jawab atas proteoglikan.
Sebuah enzim yang disebut Agrecanase juga bertanggung jawab atas degradasi
proteoglikan. Kondisi ini menyebabkan penipisan kartilago.

2) Inflamasi Membran Sinovial


Sintesis mediator-mediator seperti interlukin-1 beta (IL-1) dan TNF- alfa (Tumor
Necrosis Factor) pada membran sinovial menyebabkan degradasi tulang rawan.
Pada fase ini terjadi fibrasi dan erosi dari permukaan kartilago desertai dengan
adanya pelepasan proteoglikan dan fragmen kolagen ke dalam cairan sinovial.

3) Stimulasi Produksi Nixtric Oxide


Produksi mikrofag synovial seperti interlukin-1 beta (IL-1) dan TNF- alfa (Tumor
Necrosis Factor) dan metalloproteases menjadi meningkat. Kondisi ini secara
langsung memberikan dekstruksi pada kartilago. Molekul-molekul pro-infalamsi
juga ikut terlibat seperti Nixtric Oxide. Kondisi ini memberikan manefestasi
perubahan bentuk sendi dan memberikan dampak terhadap pertumbuhan tulang
akibat stabilitas sendi. Perubahan bentuk sendi dan stress infalamsi ini
memberikan pengaruh pada permukaan articular menjadi gangguan yang
progresif.

4) Fase nyeri
Pada fase ini terjadi proses peningkatan aktivitas fibriogenik dan penurunan
aktivitas fibrinoiliyik. Proses ini menyebabkan penumpukan trombus dan
komplek lipid pada pembuluh darah subkondral seingga menyebabkan terjadinya
iskemik dan nekrosis jaringan. Hal ini mengakibatkan lepasnya mediator kimia
seperti prostaglandin dan interlukin yang dapat menghantarkan rasa nyeri
5. Manifestasi Klinis
Penyakit Osteoarthritis mempunyai gejala-gejala yang menulitkan
penderitanya. Gejala-gejala tersebut diantaranya nyeri sendi, kekakuan,
pembengkakan. Nyeri yang dialami diperberat dengan aktivitas atau menahan
berat tubuh dan berkurang dengan istirahat. Kekakuan terjadi ketika di pagi hari
atau setelah bangun tidur dan mereda kurang dari 30 menit. Pembengkakan
disebebabkan karena synovitis dengan efusi. Gangguan fungsi disebabkan karena
nyeri yang terjadi dan kerusakan struktur sendi. (Smetlzer, SC., O’Conell & Bare,
2003)

6. Penatalaksanaan Osteoarthritis
Tujuan utama dari pengobatan pada pasien osteoarthritis adalah untuk
mengurangi gejala nyeri maupun peradangan, mencegah terjadinya kontraktur dan
memperbaiki deformitas pada sendi. Penatalaksanaan utama yang perlu dilakukan
adalah dengan memberikan edukasi mengenai penyakitnya secara lengkap,
selanjutnya adalah istirahat yang adekuat, pemberian gizi seimbang dan
memberikan terapi farmakologis untuk mengurangi nyeri yaitu dengan pemberian
analgesik.

Pemberian Pendidikan kesehatan merupakan penatalaksanaan utama yang


dilakukan bagi pasien maupun keluarga. Pendidikan kesehatan yang harus
dijelaskan secara terperinci diantaranya mengenai pengertian, patofisiologi,
prognosis, serta sumber bantuan untuk mengatasi keluhan dari osteoarthritis. Di
samping itu istirahat yang adekuat juga merupakan komponen penting dari
penatalaksanaan osteoarthritis. Untuk mengurangi nyeri maka perlu diberikan
obat-obatan yang dapat mengurangi nyeri dan meredakan peradanagan seperti
obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID). (Ningsih, N., 2013)
7. Konsep Akupuntur
a. Pengertian
Akupunktur adalah praktik pengobatan tradisional dari Tiongkok yang
menggunakan jarum tipis untuk dimasukkan pada titik-titik tertentu di tubuh.
Praktik pengobatan ini berfokus untuk menyeimbangkan aliran energi atau
kekuatan hidup. Energi tersebut dikenal sebagai chi atau qi yang diyakini
mengalir melalui 14 saluran (meridian) dalam tubuh.  

Lokasi dan jumlah penempatan jarum pada prosedur akupunktur bisa berbeda-
beda pada setiap pasien.  Hal tersebut disesuaikan dengan kondisi kesehatan,
tingkat keparahan, hingga jenis penyakit yang diatasi.

b. Tujuan

Tujuan dilakukannya akupunktur yaitu untuk mengobati berbagai macam kondi


si kesehatan. Namun, penggunaan akupunktur tidak selalu didasarkan pada buk
ti ilmiah, karena keterbatasan penelitian. National Institute for Health and Care
Excellence (NICE) memberikan pedoman untuk tentang penggunaan perawata
n dengan akupuntur. Saat ini, NICE hanya merekomendasikan akupunktur seba
gai pilihan pengobatan untuk: Nyeri kronis (jangka panjang), sakit kepala tegan
g kronis.dan migrain. Selain itu, akupunktur juga sering digunakan untuk meng
obati kondisi muskuloskeletal lainnya (tulang dan otot) dan kondisi nyeri, seper
ti: nyeri sendi., sakit gigi dan nyeri pasca operasi.

c. Prosedur Akupungtur

Tidak ada persiapan khusus yang diperlukan sebelum perawatan akupunktur, seh
ingga kamu hanya perlu datang ke fasilitas kesehatan yang menyediakan pelayan
an tersebut. Meski begitu, pastikan untuk terlebih dahulu berdiskusi dengan dokt
er mengenai perawatan ini. 

Sebelum prosedur pengobatan dimulai, praktisi akan bertanya terlebih dahulu te


ntang gejala, perilaku, dan gaya hidup yang kamu jalani. Hal ini bertujuan untuk
menentukan jenis perawatan akupuntur yang paling sesuai. Selain itu, praktisi ju
ga akan memeriksa dengan cermat beberapa hal berikut:

 Bagian tubuhmu yang sakit.


 Bentuk, lapisan, dan warna lidah. 
 Warna kulit wajah. 
 Kekuatan, ritme, dan kualitas denyut nadi di pergelangan tangan. 

Selanjutnya, prosedur akupunktur akan dilakukan oleh praktisinya secara berur


utan. berikut adalah urutannya, yaitu: 

 Penusukan jarum. Jarum akupunktur ditusukkan ke berbagai kedalaman


di titik-titik strategis di tubuh. Jarumnya sangat tipis, sehingga penyisipan biasan
ya menyebabkan sedikit ketidaknyamanan. Penyisipan jarum biasanya menggun
akan 5 hingga 20 jarum. 
 Manipulasi jarum. Praktisi dapat dengan lembut menggerakkan atau me
mutar jarum setelah penempatan. 
 Pelepasan jarum. Dalam kebanyakan kasus, jarum tetap di tempatnya sel
ama 10 hingga 15 menit saat seseorang berbaring diam dan rileks. Biasanya tida
k ada rasa tidak nyaman saat jarum dicabut.

8. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data secara sistematis yang
bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional dan untuk
menentukan pola respon pasien. Hal-hal yang perlu dikaji meliputi (Muttaqin,
2010) :

1) Anamnesis

Pengkajian dengan melakukan anamnesis atau wawancara untuk menggali


masalah keperawatan lainnya yang dilaksanakan perawat adalah mengkaji riwayat
kesehatan pasien. Perawat memeroleh data subjektif dari pasien mengenai
masalahnya dan bagimana penangan yang sudah dilakukan. Persepsi dan harapan
pasien sehubungan dengan masalah kesehatan dapat memengaruhi perbaikan
kesehatan.
a) Informasi Biografi
Informasi biografi meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, status pekerjaan,
status perkawinan, nama anggota keluarga terdekat atau orang terdekat lainnya,
agama, dan sumber asuransi kesehatan

b) Keluhan Utama
Pengkajian anamnesis keluhan utama didapat dengan menanyakan tentang
gangguan terpenting yang dirasakan pasien sampai perlu pertolongan

c) Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan termasuk alasan untuk mencari perawatan kesehatan dan
pengkajian riwayat kesehatan masa lampau dan saat ini.

(1) Riwayat kesehatan saat ini


Riwayat penyakit sekarang merupakan serangkaian wawancara yang dilakukan
perawat untuk menggali permasalah pasien dari timbulnya keluhan utama pada
saat pengkajian. Misalnya, sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa
x keluhan tersebut terjadi, bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, di mana pertama
x keluhan timbul apa yang sedang dilakukan ketika keluhan ini terjadi, keadaan
apa yang memperberat atau memperingan keluhan, usaha mengatasi keluhan ini
sebelum meminta pertolongan, serta berhasil atau tidaknya usaha tersebut, dan
sebagainya Pertanyaan tentang penggunaan obat-obatan yang telah digunakan
oleh pasien perlu mendapat perhatian dengan tujuan mencegah perawat dalam
melakukan pemberian obat yang tidak rasional dan memungkinkan memberi
dampak yang merugikan pada pasien akibat efek samping dari obat-obatan yang
telah dan akan diberikan

(2) Riwayat kesehatan dahulu


Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami sebelumnya.
Hal-hal yang perlu dikaji meliputi:

(a) Pengobatan yang lalu dan riwayat alergi.


Ada beberapa obat yang diminum oleh pasien pada masa lalu yang masih relevan,
seperti pemakaian obat kortikosteroid. Catat adanya efek samping yang terjadi di
masa lalu. Selain itu juga harus menanyakan alergi obat dan reaksi alergi seperti
apa yang timbul.
(b)Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh keluarga.
Apabila ada anggota keluarga yang meninggal, maka penyebab kematian juga
ditanyakan. Hal ini ditanyakan karena banyak penyakit menurun dalam keluarga

(c) Riwayat pekerjaan dan kebiasaan


Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungannya. Seperti kebiasaan
sosial dan kebiasaan yang memengaruhi kesehatan

(d)Status perkawinan dan kondisi kehidupan


Tanyakan mengenai status perkawinan pasien dan tanyakan dengan hati hati
menganai kepuasan dari kehidupannya yang sekarang. Tanyakan mengenai
kondisi kesehatan pasangannya dan setiap anak-anaknya

2) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dengan pendekatan per sistem dimulai dari kepala ke ujung
kaki dapat lebih mudah dilakukan pada kondisi klinik. Pada pemeriksaan fisik
diperlukan empat modalitas dasar yang digunakan meliputi, inspeksi. Perawat
menginspeksi bagian tubuh untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik
yang signifikan Kedua adalah palpasi, dalam melakukan palpasi menggunakan
kedua tangan untuk menyentuh bagian tubuh untuk membuat suatu pengukuran
sensitive terhadap tanda khusus fisik. Selanjutnya perkusi, perkusi merupakan
teknik pemeriksaan fisik dengan melibatkan pengetukan tubuh dengan ujung-
ujung jari guna mengevaluasi ukuran, batasan dan konsistensi organ-organ tubuh
yang bertujuan untuk menemukan adanya cairan di dalam rongga tubuh. Keempat
auskultasi, teknik ini adalah teknik pemeriksaan fisik dengan mendengarkan bunyi
yang dihasilkan tubuh. Setelah pemeriksaan fisik terdapat pemeriksaan tambahan
mengenai pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengkaji tingkat
kesehatan umum seseorang dan pengukuran tanda-tanda vital (tekanan darah,
suhu, respirasi, nadi)

3) Pemeriksaan diagnostik
Data penunjang berisi berisi hsil Laboratorim, radiologi, EKG, USG, CT- Scan
dan lain-lain
9. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu proses penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya
baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnosis prioritas yang diambil
adalah nyeri kronis.

Nyeri kronis merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang


berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual maupun fungsional dengan waktu
yang mendadak atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat dan konstan
yang berlangsung selama lebih dari 3 bulan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

Diagnosis keperawatan yang dapat ditemukan pada osteoarthritis adalah


nyeri kronis berhubungan dengan kondisi musculoskeletal kronis, gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot, gangguan citra
tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh, defisit pengetahuan
berhubungan dengan kurang terpapar informasi, risiko cedera berhubungan
dengan perubahan fungsi psikomotor (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016)

10.Perencanaan Keperawatan
Perencanaan atau intervensi merupakan langkah berikutnya dalam proses
keperawatan. Pada langkah ini, perawat menentapkan tujuan dan kriteria hasil
yang diharapkan bagi pasien dan merencanakan intervensi keperawatan.

11. Pelaksanaan/Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan sebuah fase dimana perawat
melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah dilaksanakan sebelumnya.
Berdasarkan terminologi SIKI, implementasi terdiri atas melakukan dan
mendokumentasikan yang merupakan tindakan khusus yang digunakan untuk
melaksanakan intervensi (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).

12.Evaluasi
Evaluasi keperawatan berdasarkan adalah fase kelima dan terakhir dalam
suatu proses keperawatan. Proses evaluasi dalam asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam SOAP (subjektif, objektif, assesment, planing (Achjar,
2010) Evaluasi keperawatan terhadap pasien dengan masalah nyeri dilakukan
dengan menilai kemampuan pasien dalam merespon rangsangan nyeri diantaranya
(S.Andarmoyo, 2013)
BAB IV
TINJAUAN KASUS

1. Pengkajian awal
a. Identitas pasien
Nama : Ny. A
No. RM : 403 34 07
Tanggal lahir : 12 Juli 1962
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Diagnosa medis : Osteoarthritis Genu.
Tanggal pengkajian : 30 Agustus 2022
b. Riwayat penyakit sekarang
- Klien datang ke Poliklinik Akupungtur di konsulkan dari Poliklinik IPD
- Klien mengeluh nyeri di bagian lutut, nyeri vas 3
- Klien mengatakan nyeri saat melakukan aktifitas
- Klien mengatakan ingin sembuh dari nyerinya karena sangat mengganggu
kegiatan dan tidak tahu apa yang harus dilakukan agar kaki nya tidak sakit lagi.
c. Riwayat penyakit dahulu
- Pasien mengeluh nyeri lutut sejak tahun 2021
d. Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan anggota keluarganya tidak memiliki riwayat osteoarhritis,
diabetes melitus, hipertensi, paru, jantung, ginjal, dan alergi.
2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 130/80 mmhg
Nadi : 84 x/menit
Suhu tubuh : 36,5 derajat celcius
Pernafasan : 18 x/menit
Berat badan : 60,3 kg
Tinggi badan : 144 cm

1
3. Pengkajian psikososial, spiritual dan kultural
Tidak ada nilai dan keyakinan khusus yang di anut oleh pasien. Pasien tidak perlu
mendapatkan kebutuhan privasi tambahan.
4. Skrining gizi
- Tidak terdapat penurunan berat badan.
- Tidak terdapat keluhan nafsu makan berkurang.
- Tidak terdapat keluhan susah menelan.
- Skor skrining tidak berisiko (0-1)
5. Penilaian Status Fungsional dengan Kartz Index.
Kategori Aktivitas Aktivitas Skor
Aktivitas di kamar Mampu masuk dan keluar kamar mandi, 1
mandi mampu membersihkan area genital tanpa
bantuan
Kemampuan Mampu mengontrol berkemih dan defekasi 1
mengontrol eliminasi
Mandi Mampu mandi sendiri atau membutuhkan 1
bantuan hanya pada satu bagian tubuh
tertentu, misalnya:
o punggung/area genital atau
o bagian ekstremitas yang mengalami
kelumpuhan.
Berpindah tempat Mampu berpindah, naik dan turun tempat 1
tidur atau kursi roda secara mandiri walaupun
menggunakan alat bantu (kruk/tongkat)
Memakai pakaian Mampu mengambil pakaian dari lemari, 1
memakai pakaian sampai dengan
mengancingkannya
Makan Mampu menyuap makanan dari piring ke 1
mulut tanpa bantuan
TOTAL SKOR 6
Kesimpulan: Pasien mandiri

6. Penilaian risiko jatuh dewasa


No. Pertanyaan Jawaban
1. Perhatikan cara berjalan pasien saat akan duduk di kursi. Apakah Ya
pasien tampak tidak seimbang?
2. Apakah pasien memegamg pinggiran kursi atau meja atau benda Ya
lain sebagai penopang saat akan duduk?
3. Apakah pasien mengalami gangguan penglihatan Ya
Kesimpulan: berisiko jatuh

2
7. Pengkajian nyeri
No. Parameter Jawaban
1. Apakah pasien mengalami nyeri Ya
2. Jenis nyeri Kronis
3. Skala nyeri 3
4. Lokasi Lutut
5. Durasi 2 menit
6. Frekuensi Hilang timbul
7. Karakteristik Berdenyut
8. Nyeri hilang, bila Istirahat

8. Analisa data
Data subjektif:
- Klien datang ke Poliklinik Akupuntur IPRJT RSCM untuk dilakukan akupuntur
- Klien mengeluh nyeri di kedua lutut vas 3
- Klien mengatakan aktifitas terbatas karena nyeri
Data objektif:
- Klien tampak memegang lutut dank lien menggunakan kursi roda
- Klien tampak meringis kesakitan
- Skala nyeri VAS 3
9. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien Ny. A adalah:
 Nyeri
 Hambatan mobilisasi fisik
 Risiko jatuh
10. Intervensi keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1. Nyeri kronis Setelah dilakukan asuhan Pain management:
berhubungan dengan keperawatan 1x8 jam o Kaji nyeri secara komprehensif
Kondisi musku- tingkat kenyamanan (lokasi, karakteristik, durasi,
loskeletal kronis klien meningkat, nyeri frekuensi, kualitas, dan faktor
terkontrol dengan kriteria presipitasi).
hasil: o Observasi reaksi nonverbal dari
o Klien melaporkan ketidaknyamanan.
nyeri berkurang o Gunakan tehnik komunikasi
dengan skala nyeri 2- teurapeutik untuk mengetahui
3 pengalaman nyeri pasien
o Ekpresi wajah tenang sebelumnya.
o Klien dapat istirahat o Kontrol faktor lingkungan yang
dan tidur mempengaruhi.

3
o Tanda-tanda vital o Kurangi faktor presipitasi nyeri.
dalam batas normal o Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi/non
farmakologis).
o Ajarkan tehnik non farmakologis
dengan tarik nafas dalam
o Kolaborasi untuk pemberian
analgetik.
o Evaluasi tindakan pengurangan
nyeri
2. Hambatan Mobilisasi fisik
Observasi
mobilisasi fisik meningkat, setelah
berhubungan
dengan dilakukan implementasi  Identifikasi adanya nyeri atau
gangguan keperawatan di harapkan keluhan fisik lainnya
keseimbangan
klien:  Identifikasi toleransi fisik

melakukan pergerakan
 Pergerakan ek-  Monitor frekuensi jantung dan
stremitas tekanan darah sebelum memulai
meningkat mobilisasi
 Kekuatan otot  Monitor kondisi umum selama
meningkat melakukan mobilisasi

 Rentang gerak Terapeutik


(ROM)
meningkat  Fasilitasi aktivitas mobilisasi den-
gan alat bantu (mis: pagar tempat
tidur)
 Fasilitasi melakukan pergerakan,
jika perlu
 Libatkan keluarga untuk mem-
bantu pasien dalam meningkatkan
pergerakan

Edukasi

 Jelaskan tujuan dan prosedur mo-


bilisasi
 Anjurkan melakukan mobilisasi

4
dini
 Ajarkan mobilisasi sederhana
yang harus dilakukan (mis: duduk
di tempat tidur, duduk di sisi tem-
pat tidur, pindah dari tempat tidur
ke kursi)
3. Risiko jatuh
Setelah dilakukan inter- Observasi
dibuktikan
vensi keperawatan se-
dengan  Identifikasi faktor jatuh (mis: usia
lama 3 x 24 jam, maka
penggunaan alat > 65 tahun, penurunan tingkat ke-
tingkat jatuh menurun,
bantu jalan sadaran, defisit kognitif, hipotensi
dengan kriteria hasil:
ortostatik, gangguan keseimban-
 Jatuh dari tem- gan, gangguan penglihatan, neu-
pat tidur menu- ropati
run  Identifikasi faktor lingkungan
 Jatuh saat yang meningkatkan risiko jatuh
berdiri menu- (mis: lantai licin, penerangan ku-
run rang)
 Jatuh saat  Hitung risiko jatuh dengan meng-
duduk menurun gunakan skala (mis: fall morse

 Jatuh saat ber- scale, humpty dumpty scale), jika

jalan menurun perlu


 Monitor kemampuan berpindah
dari tempat tidur ke kursi roda
dan sebaliknya

Terapeutik

 Pastikan kursi roda selalu dalam


kondisi terkunci
 Atur tempat tidur mekanis pada
posisi terendah
 Tempatkan pasien berisiko tinggi
jatuh dekat dengan pantauan per-

5
awat dari nurse station
 Gunakan alat bantu berjalan (mis:
kursi roda, walker)

Edukasi

 Anjurkan menggunakan alas kaki


yang tidak licin
 Anjurkan berkonsentrasi untuk
menjaga keseimbangan tubuh
 Anjurkan melebarkan jarak kedua
kaki untuk meningkatkan keseim-
bangan saat berdiri

11. Implementasi Keperawatan

No. Tanggal Implementasi Keperawatan

1. 30/08/2022 Jam 10.00

Tindakan:

 Mengkaji keluhan klien

 Melakukan pengkajian terkait nyeri

 Melakukan pemeriksaan Tanda-tanda vital

 Melakukan edukasi tarik napas dalam dalam mengurangi nyeri

Respon:

 klien mengatakan nyeri vas 3

 Tekanan darah: 132/80 mmhg

 RR: 18 x/menit

 Nadi: 88 x/menit

 Suhu: 36,2 derajat celcius.

Tindakan:

 Mengajurkan melakukan mobilisasi dini

6
 Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis:
duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
Respon

 Klien mengatakan akan mencoba melakukan mobilisasi

 Klien mengatakan akan melakukan latihan mobilisasi dirumah


Tindakan

 Menganjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin


 Menganjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan
tubuh
 Menganjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
Respon

 Pasien akan menggunakan alas kaki yang tidak licin dan akan
tetap menjaga keseimbangan

12. Evaluasi Keperawatan


Tanggal 30-08-2022
S :
o Klien mengatakan nyeri sedikit berkurang.
o Nyeri berkurang setelah mempraktikkan tehnik relaksasi nafas dalam.
o Klien mengatakan akan menggunakan alas kaki yang tidak licin
o Klien mengatakan akan menjaga keseimbangan
o Klien mengatakan akan mempraktikan latihan mobilisasi.
O :
o Kesadaran alert dan Newss hijau.

o Observasi TTV Tekanan darah: 132/80mmhg, RR: 18 x/menit, Nadi: 88 x/menit


dan Suhu: 36,2 derajat celcius

o Skala nyeri vas 2

o Pasien tampak mengerti terkait edukasi mobilisas

A :

7
o Nyeri kronis berhubungan dengan Kondisi muskuloskeletal kronis
o Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan gangguan keseimbangan
o Risiko jatuh dibuktikan dengan penggunaan alat bantu jalan
P :
o Edukasi latihan mobilisasi
o Edukasi tarik naas dalam
o Edukasi pencegahan jatuh

BAB V
PEMBAHASAN

8
Bab ini menguraikan tentang pembahasan dan diskusi tentang hasil studi kasus yang
telah di kerjakan. Pembahasan diuraikan dengan membandingkan hasil studi kasus dengan
tinjauan teori. Penulis lebih menitikberatkan dalam membandingkan manifestasi klinis,
penatalaksanaan medis, dan asuhan keperawatan antara tinjauan teori dengan hasil studi kasus.
Pengkajian Asuhan keperawatan pada Ny A, data yang ditemukan dalam teori
Osteoartritis diartikan sebagai suatu penyakit yang menyerang persendian tulang dan sekitarnya,
osteoartritis bisa disebut dengan nama arthritis menyerang kepala sampai kaki. Gejala umum
biasanya seperti pembengkakan, kemerahan, nyeri dilutut, siku, pergelangan tangan maupun
disendi-sendi lain hal ini terjadi karena tidak semua tanda dan gejala yang ada dalam teori ada
pada pasien. Data yang ditemukan pada kasus Ny”A” sering merasa nyeri pada lutut kanan dan
kiri serta nyeri bertambah apabila banyak berjalan dan sering beraktifitas, susah bergerak
(kaku), sering merasakan kram pada kedua kaki.
Perencanaan Dalam perencanaan penulis melihat dan menyesuaikan dengan tingkat
pengetahuan dan kemampuan. Hal ini dilakukan sehingga tindakan yang diberikan dapat
membantu mengatasi masalah yang dihadapi oleh keluarga Ny “A” . Untuk membantu
mengatasi hal tersebut maka penulis merencanakan sesuai dengan teori yang ada dengan cara
edukasi dam memotivasi klien sesuai dengan masalah yang ditemukan .

BAB VI
KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari penulisan asuhan keperawatan pada klien kanker payudara ini, yaitu:
9
1. Osteoarthritis adalah penyakit sendi yang terjadi pada cartilago (tulang rawan) yang
ditandai dengan timbulnya nyeri saat terjadi penekanan sendi yang terkena. Kelainan
pada kartilago akan berakibat tulang bergesekan satu sama lain, sehingga timbul gejala
kekakuan, nyeri pembatasan gerak pada sendi. (Helmi, 2016).

2. Diagnosa keperawatan yang sering timbul pada klien dengan osteoarthritis adalah nyeri
kronis, hambatan mobilisasi fisik, risiko cedera : fraktur, dan kurang pengetahuan.
3. Diagnosa keperawatan yang timbul pada kasus adalah nyeri kronis, hambatan mobilisasi
fisik dan risiko jatuh

Daftar Pustaka

10
Hartoyono DKK. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. In S DENGAN
GANGGUAN MOBILITAS FISIK PADA DIAGNOSA MEDIS OSTEOARTHRITIS DI
DESA PASIRIAN LUMAJANG”. Proposal. Politeknik Kesehatan Kerta Cendekia
Helmi, Z. N. (2016). Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. (A. Susila & S. Caronila, Eds.)
(3rd ed.). Jakarta Selatan: Salemba Medika.
https://www.halodoc.com/kesehatan/akupunktur
Ismaningsih, & Selviani. (2018). Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus. Osteoarthritis Genue
Bilateral Dengan Intervensi Neuromuskuler Taping. Jurnal Ilmiah Fisioterapi (JIF), 1(2).
Reeves, Charlene J, dkk. 2001, Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: Salamba Medika
SDKI, SIKI, SLKI (2016) PPNI Jakarta

Yekti, P. D. M. (2017). DETEKSI. In S. B. Perbedaan & P. R. P. Yogyakarta (Eds.),


OSTEOARTHRITIS VS OSTEOPOROSIS

11

Anda mungkin juga menyukai