Bab Ii
Bab Ii
Bab Ii
S
DENGAN OSTEOARTHRITIS DIRUANG PENYAKIT DALAM
RSUD HAMBA TAHUN 2022
Disusun Oleh :
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan pada
Tn. S dengan osteoarthritis diruang penyakit dalam RSUD Hamba Tahun 2022”.
Adapun penulisan makalah ini dibuat sebagai persyaratan untuk naik pangkat
penulis menjadi Gol. III/B
Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan
maupun bantuan, baik berupa informasi maupun bimbingan moril. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. dr. Hermina Basrie, M. KM selaku direktur RSUD Hamba
2. Ns. Yuni Hersa selaku Kepala Ruagan Penyakit dalam RSUD Hamba
3. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan dalam rangka penyempurnaannya.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
COVER
KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Tujuan Penulisan ......................................................................... 2
C. Manfaat Penulisan ....................................................................... 2
BAB IV PENUTUP
E. Kesimpulan ................................................................................47
F. Saran ................................................................................49
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteoarthritis merupakan salah satu yang disebabkan oleh faktor degenerasi
yang paling sering dijumpai pada penyakit muscoloskeletal dan osteoarthritis
merupaka penyebab terbanyak keterbatasan gerak dan fungsi, lokasi yang sering
terkena adalah sendi lutut (Susilawati dkk., 2015).
Osteoarthritis diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai 24
juta di kawasan Asia Tenggara. Prevalensi osteoarthritis juga terus meningkat
secara dramatis mengikuti pertambahan usia penderita. Berdasarkan temuan
radiologis, didapati bahwa 70% dari penderita yang berumur lebih dari 65 tahun
penderita osteoarthritis (Suhendriyo, 2014).
Angka kejadian Osteoarthritis di Indonesia menurut RISKESDAS 2018
tercata sekitar 7,3% dan OA merupakan penyakit sendi yang paling umum terjadi.
Nyeri sendi merupakan salah satu tanda gejala OA. Acuan yang dapat digunakan
untuk menentukan tingkat nyeri dapat menggunakan Numerical Rating Scale
(NRS), Visual Analogue Scale (VAS) , dan Western Ontario and McMaster
Universities Osteoarthritis Index (WOMAC) secara subjektif.
Angka kejadian penyakit sendi (meliputi osteoarhriti) di provinsi Jambi pada
tahun 2018 paling tinggi ditemui di Kabupaten kerinci dengan angka 15,87 % dan
Kabupaten Batanghari berada pada urutan keenam dengan angka kejadian tertinggi
sebesar 6,12 % (RIKESDAS, 2018)
Komplikasi atau Problematik yang paling utama yang dirasakan pada pasien
osteoarthritis adalah keterbatasan aktivitas fungsional. Osteoarthritis juga dapat
menimbulkan gangguan aktivitas fungsional seperti kesulitan berjalan jarak jauh,
sulit berdiri dari posisi berjongkok, naik turun tangga dan juga menyebabkan
aktivitas fungsional terganggu.
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis akan membahas Asiuhan
Keperawatan pada Osteoarthritis agar dapat memberikan tambahan pengetahuan
kepada penulis dan juga pembaca makalah ini
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan
Osteoarthritis
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Osteoarthritis
b. Untuk mengetahui penyebab Osteoarthritis
c. Untuk mengetahui patofisiologi dari Osteoarthritis
d. Untuk mengetahui jenis-jenis dari Osteoarthritis
e. Untuk mengetahui manifestasi klinis Osteoarthritis
f. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang bagi klien dengan Osteoarthritis
g. Untuk mengetahui penatalaksanaan klien yang mengalami Osteoarthritis
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Dapat menambah wawasan kepada penulis tentang konsep teoritis dan asuhan
keperawatan pada Osteoarthritis
2. Bagi RSUD Hamba
Dapat menjadi sumber pengetahuan bagi penulis sekaligus Karyawan RSUD
Hamba sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan yang maksimal terhadap
pasien RSUD Hamba Muara Bulian khususnya dengan masalah Osteoarthritis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Osteoarthritis merupakan suatu kelainan degerasi sendi yang terjadi pada
cartilage (tulang rawan) yang ditandai dengan timbulnya nyeri saat terjadi
penekanan pada sendi yang terkena. Faktor yang dapat mempemgaruhi terjadinya
osteoarthritis yaitu genetika, usia lanjut, jenis kelamn permpuan, dan obesitas
(Zhang et al, 2016)
Menurut Soeroso (2009), osteoarthritis (OA) merupakan penyakit sendi
degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. Vertebra, panggul,
lutut, dan pergelangan kaki paling sering terkena. Penyakit ini bersifat progresif
lambat, ditandai dengan adanya degenerasi tulang rawan sendi, hipertrofi tulang pada
tepinya, sklerosis tulang subkondral, perubahan pada membran sinovial, disertai
nyeri, biasanya setelah aktivitas berkepanjangan, dan kekakuan, khususnya pada pagi
hari atau setelah inaktivitas.
B. Etiologi
Menurut (Michael, Schlüter-brust, & Eysel, 2010) etiologi dari osteoarthritis
dibagi menjadi 2 keloompok, yaitu Osteoarthritis primer dan Osteoarthritis
sekunder. Osteoarthritis primer merupakan osteoarthritis ideopatik atau
osteoarthritis yang belum diketahui penyebabnya. Sedangkan osteoarthritis
sekunder penyebabnya yaitu pasca trauma, genetik, mal posisi, pasca operasi,
metabolik, gangguan endokrin, osteonekrosis aseptik. Menurut (heidari, 2011)
osteoarthritis memiliki etiologi multifaktoral, yang terjadi karena karena interaksi
antara faktor sistemik dan lokal. Usia, jenis kelamin perempuan, berat badan, dan
obesitas, cedera lutut, penggunaan sendi berulang, kepadatan tulang, kelemahan
otot, dan kelemahan sendi memainkan peran dalam pengembangan OA sendi.
3
C. Klasifikasi
Menurut Kellgren dan Lawrence dalam pemeriksaan radiologi diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Grade 0: normal, tidak tampak adanya tanda-tanda Osteoarthritis pada
radiologi
2. Grade 1: Ragu-ragu tanpa osteofit
3. Grade 2: Ringan, osteofit yang pasti, tidak terdapat ruang antar sendi
4. Grade 3: Sedang, terdapat ruang antar sendi yang cukup besar.
5. Grade 4: Berat atau parah, osteofit besar, terdapat ruang antar sendi yang lebar
dengan sclerosis pada tulang subchondral (Kohn, Sassoon, & Fernando, 2016).
D. Patofisiologi
Osteoarthritis berkembang dengan pengaruh dari interaksi beberapa faktor dan hal
ini merupakan hasil dari interaksi antara sistemik dan faktor lokal. Penyakit ini
merupakan hasil dari beberapa kominasi faktor resiko, diantaranya yaitu usia lanjut,
mal alignmen lutut, obesitas, trauma, genetik, ketidak seimbangan proses fisiologis
dan peningkatan kepadatan tulang. Bukti bahwa obesitas itu sindrom yang komplek
4
yaitu adannya ketidak normalan aktivasi jalur endokrin dan jalur pro inflamasi yang
mengakibatkan perubahan kontrol makanan,ekspansi lemak, dan perubahan
metabolik (Heidari, 2011). Selain itu kasus Osteoarthritis juga disebabkan oleh
faktor kelainan struktural yang ada di sekitar persendian. Pada kartilago, terdapat
kerusakan yang diakibatkan oleh cacat kolagen tipe 2 dan beberapa kondropati
lainnya, dimana mutasi akan mempengaruhi protein pada kartilago yang terkait,
sehingga menyebabkan osteoarthritis berkembang semakin cepat. Pada struktur
ligamen, terdapat kerusakan pada ACL atau cedera gabungan yang melibatkan
ligamen ko lateral, sehingga ndapat meningkatkan resiko kehilangan tulang rawan.
Kemudian pada struktur meniskus, terdapat ekskrusi meniskus, yaitu kondisi
hilangnya tulang rawan yang diakibatkan oleh penyempitan ruang sendi dalam waktu
yang lama dan terabaikan, hal tersebut juga merupakan penyebab utama OA.
Kemudian pada struktur tulang, terdapat trauma tulang atau predispoisisi yang
menyebabkan tekanan menjadi abnormal (Mcgonagle et al, 2010)
E. Manifestasi Klinis
Gejala utama yang menunjukkan adanya diagnosis osteoarthritis meliputi:
1. Nyeri pada persendian yan terkena
2. Menurangi fungsi dari sendi yang terkena
3. Kekakuan (durasinya pendek, sendi terasa kaku saat lama tidak
digunakan,namun kekakuannya hanya sebentar)
4. Ketidakstabilan sendi
5. Penderita biasanya mengeluhkan gerakan sendi yang berkurang, deformitas,
pembengkakan, krepitasi, banyak terjadi pada usia lanjut >40 tahun
6. Apabila nyerinya terlalu lama maka nyeri tersebut berkaitan dengan tekanan
psikologis (Hunter et al., 2009).
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis OA selain dari gambaran klinis, juga dapat ditegakkan dengan
gambaran radiologis. Gambaran radiografi sendi yang menyokong diagnosis OA
5
adalah:
Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada daerah
yang menanggung beban)
Peningkatan densitas (sclerosis) tulang subkondral
Kista tulang
Osteofit pada pinggir sendi
Perubahan struktur anatomi sendi
Berdasarkan perubahan-perubahan radiologis diatas, secara radiografi OA dapat
digradasi menjadi ringan sampai berat; yaitu menurut Kellgren dan Lawrence.
Harus diingat bahwa pada awal penyakit, seringkali radiografi sendi masih
normal. (Milne dkk, 2007)
2. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium pada OA, biasanya tidak banyak berguna.
Pemeriksaan laboratorium akan membantu dalam mengidentifikasi penyebab
pokok pada OA sekunder. Darah tepi (hemoglobin, leukosit, laju endap darah)
dalam batas normal kecuali OA generalisata yang harus dibedakan dengan
arthritis peradangan. Pemeriksaan imunologi (ANA, faktor rhematoid dan
komplemen) juga normal. Pada OA yang disertai peradangan, mungkin
didapatkan penurunan viskositas, pleositosis ringan sampai sedang, peningkatan
ringan sel peradangan (<8000/m) dan peningkatan protein. (Soeroso, 2009)
3. Pemeriksaan Marker
Destruksi rawan sendi pada OA melibatkan proses degradasi matriks
molekul yang akan dilepaskan kedalam cairan tubuh, seperti dalam cairan sendi,
darah, dan urin. Beberapa marker molekuler dari rawan sendi dapat digunakan
dalam diagnosis, prognostik dan monitor penyakit sendi seperti RA dan OA dan
dapat digunakan pula mengidentifikasi mekanisme penyakit pada tingkat
molekuler.
6
Marker yang dapat digunakan sebagai uji diagnostik pada OA antara lain:
Keratan sulfat, Konsentrasi fragmen agrekan, fragmen COMP (cartilage
alogometric matrix protein), metaloproteinase matriks dan inhibitornya dalam
cairan sendi. Keratan sulfat dalam serum dapat digunakan untuk uji diagnostik
pada OA generalisata. Marker sering pula digunakan untuk menentukan beratnya
penyakit, yaitu dalam menentukan derajat penyakit.
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteoarthritis dapat terjadi apabila penyakit ini
tidak ditangani dengan serius, komplikasi tersebut diantaranya:
1. Komplikasi akut : Osteonekrosis, Ruptur Baker Cyst, Bursitis
2. Komplikasi kronis: Malfungsi tulang yang signifikan, kelumpuhan
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan OA pada pasien berdasarkan atas distribusinya (sendi mana yang
terkena) dan berat ringannya sendi yang terkena. Pengelolaannya terdiri dari 3 hal:
1. Terapi nonfarmakologis
a. Edukasi : memberitahukan tetang penyakitnya, bagaimana menjaganya agar
penyakitnya tidak bertambah parah serta persendiannya tetap dapat dipakai
b. Menurunkan berat badan : Berat badan berlebih merupakan faktor resiko dan
faktor yang akan memperberat penyakit OA. Oleh karenanya berat badan harus
selalu dijaga agar tidak berlebihan. Apabila berat badan berlebihan, maka harus
diusahakan penurunan berat badan, bila mungkin mendekati berat badan ideal
c. Terapi fisik dan Rehabilitasi medik/fisioterapi (Terapi ini untuk melatih pasien
agar persendiannya tetap dapat dipakai dan melatih pasien untuk melindungu
sendi yang sakit. Fisioterapi, yang berguna untuk mengurangi nyeri,
menguatkan otot, dan menambah luas pergerakan sendi.
7
2. Terapi Farmakologis
a. Obat Sistemik
1) Analgesik oral
o Non narkotik: parasetamol
o Opioid (kodein, tramadol)
2) Antiinflamasi nonsteroid (NSAIDs)
Obat pilihan utama untuk paien OA adalah Acetaminophen 500mg
maksimal 4gram perhari. Pemberian obat ini harus hati-hati pada pasien usia
lanjut karena dapat menimbulkan reaksi pada liver dan ginjal.
b. Obat topikal
1) Krim rubefacients dan capsaicin.
Beberapa sediaan telah tersedia di Indonesia dengan cara kerja pada
umumnya bersifat counter irritant
2) Krim NSAIDs
Selain zat berkhasiat yang terkandung didalamnya, perlu diperhatikan
campuran yang dipergunakan untuk penetrasi kulit. Salah satu yang dapat
digunakan adalah gel piroxicam, dan sodium diclofenac
c. Pembedahan
Sebelum diputuskan untuk terapi pembedahan, harus dipertimbangkan terlebih
dahulu risiko dan keuntungannya. Pertimbangan dilakukan tindakan operatif
bila : Deformitas menimbulkan gangguan mobilisasi, Nyeri yang tidak dapat
teratasi dengan penganan medikamentosa dan rehabilitatif
Ada 2 tipe terapi pembedahan:
1) Realignment osteotomi
Permukaan sendi direposisikan dengan cara memotong tulang dan merubah
sudut dari weightbearing. Tujuan : Membuat karilago sendi yang sehat
menopang sebagian besar berat tubuh. Dapat pula dikombinasikan dengan
ligamen atau meniscus repair (Chapman, 2001)
8
2) Arthroplasty
Permukaan sendi yang arthritis dipindahkan, dan permukaan sendi yang
baru ditanam. Permukaan penunjang biasanya terbuat dari logam yang
berada dalam high-density polyethylene (Thomas, 2000).
9
2) Riwayat kesehatan dahulu
Klien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengan
sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan dengan tulang, seperti arthritis
rematoid, gout arthritis, trauma tulang
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah keluarga klien memiliki penyakit keturunan, namun biasanya tidak
ada penyakit Osteoarthritis yang diturunkan.
d. Pola kebiasaan
1) Nutrisi-cairan
Biasanya tidak ditemukan masalah dalam nutrisi dan cairan pada sebelum sakit
dan semenjak sakit, namun jika kondisi yang dialami serius maka akan muncul
gejala demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum yang dapat
menyebabkan munculnya keluhan mual dan kurangnya nafsu makan
2) Eliminasi
Tidak ada perubahan keadaan sejak sakit dengan sebelum sakit namun jika ada
penurupan asupan nutrisi pada kondisi pasien tertentu mungkin akan ditemui
gangguan BAB seperti konstipasi.
3) Aktivitas-latihan
Sebelum sakit aktivitas Mandi, berpakaian, kerapian, makan, buang air besar,
buang air kecil, mobilisasi di tempat tidur, ambulasi dilakukan dengan mandiri,
namun semenjak sakit biasanya adanya gangguan dalam beberapa aktivitas
sehingga sebagain aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat
4) Tidur-istirahat
Biasanya ditemukan gangguan tidur dan istirahat namun semenjak sakit jika
adanya keluhan nyeri yang berat maka akan menyebabkan gangguan tidur yang
dapat menimbulkan gejala pasien mengantuk, lemas.
e. Data psikososial
Pada kondisi osteoarthritis yang serius dengan keberbatasan gerak maka akan
menyebabkan berkurangnya interaksi sosial antara pasien dengan keluarga atau
10
lingkungan sekitar, ini tentu akan menimbulkan masalah yang serius untuk
kesehatan psikologis penderitanya
f. Data Sosial
Tidak ada hubungan yang signifikan antara lingkungan dengan kejadian
osteorthritis, namun biasanya osteoarthritis dapat disebabkan oleh faktor
kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan dan pola hidup
g. Data spiritual
Merupakan keyakinan pasien bagaimana pasien itu memandang penyakit yang
dialaminya
h. Pemeriksaan fisik (head to toe)
Pemeriksaan fisik dengan pendekatan per sistem dimulai dari kepala ke ujung kaki
dapat lebih mudah dilakukan pada kondisi klinik. Pada pemeriksaan fisik
diperlukan empat modalitas dasar yang digunakan meliputi, inspeksi. Perawat
menginspeksi bagian tubuh untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik
yang signifikan Kedua adalah palpasi, dalam melakukan palpasi menggunakan
kedua tangan untuk menyentuh bagian tubuh untuk membuat suatu pengukuran
sensitive terhadap tanda khusus fisik. Selanjutnya perkusi, perkusi merupakan
teknik pemeriksaan fisik dengan melibatkan pengetukan tubuh dengan ujungujung
jari guna mengevaluasi ukuran, batasan dan konsistensi organ-organ tubuh yang
bertujuan untuk menemukan adanya cairan di dalam rongga tubuh. Keempat
auskultasi, teknik ini adalah teknik pemeriksaan fisik dengan mendengarkan bunyi
yang dihasilkan tubuh. Setelah pemeriksaan fisik terdapat pemeriksaan tambahan
mengenai pengukuran tinggi badan dan berat badan untuk mengkaji tingkat
kesehatan umum seseorang dan pengukuran tanda-tanda vital (tekanan darah,
suhu, respirasi, nadi)
11
kelainan pada sendi dan otot
2. Kardiovaskular
Gejala : fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten, sianotik
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal
3. Integritas ego
Gejala : factor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, factor-faktor hubungan social, keputusasaan dan
ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri missal
ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh
4. Makanan / cairan
Gejala : ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan
atau cairan adekuat, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah
Tanda : penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering
5. Hygiene
Gejala : berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi
secara mandiri, ketergantungan pada orang lain
6. Neurosensory
Gejala : kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan. Tanda : pembengkakan sendi asimetri
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri ( disertai/ tidak disertai pembengkakan jaringan
lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari)
8. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki,
kesulitan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga, demam ringan
menetap, kekeringan pada mata, dan membrane mukosa
9. Interaksi social
Gejala : kerusakan interaksi dengan keluarga/orang lain, perubahan peran,
isolasi
12
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respon pasien
terhadap masalah kesehatan ataupun proses kehidupan yang dialaminya baik yang
aktual maupun potensial (SDKI, 2016). Pada osteoarthritis Diagnosa keperawatan
yang akan ditemukan adalah:
1) Definisi
2) Batasan karakteristik
1) Definisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara
mendiri
2) Batasan karakteristik
13
sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas, fisik lemah
1) Definisi
2) Batasan karakteristik
14
Nursing Outcome Classification Nursing Intervention Calssification
No Diagnosa Keperawatan
[NOC] [NIC]
1 Nyeri kronis b.d kondisi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
muskuloskletal kronis
selama 3x24 jam diharapkan tingkat Nyeri 1. Observasi
menurun (L.08066) dan dapat mengontrol - Identifikasi lokasi,karakteristik, durasi,
nyeri (L.08063) frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
KH/ NOC: - Identifikasi skala nyeri
- Keluhan nyeri menurun - Identifikasi respon nyeri non verbal
- Tidak ada anoreksia - Identifikasi faktor yang memperberat dan
- Gelisah menurun memperingan nyeri
- Frekuensi nadi dan pola nafas 2. Terapeutik
membaik - Berikan teknik nonfarmakologis (napas
- Nafsu makan membaik dalam)
- Melaporkan nyeri terkontrol - Fasilitasi istirahat dan tidur
- Mampu menggunakan teknik - Kontrol lingkungan yang memperberat
nonfarmakologi rasa nyeri
3. Edukasi
- Jelaskan strategi meredakan nyeri
- Ajarkan teknik nonfarmakologis (napas
dalam)
- Anjurkan untuk menggunakan analgetik
secara tepat
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
2 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi mobilisasi (I.12394)
b.d kekakuan sendi
selama 3x24 jam diharapkan mobilitas fisik 1. Observasi
meningkat (L.05042) - Identifikasi indikasi dan kontraindikasi
KH/ NOC: mobilisasi
- Pergerakan ektremitas meningkat - Monitor kemajuan pasien atau keluarga
- Kekuatan otot meningkat dalam melakukan mobilisasi
- Nyeri menurun 2. Terapeutik
- Kekakuan sendi menurun - Persiapkan materi, media dan alat seperti
- Kelemahan fisik menurun bantal
- Beri kesempatan pada pasien dan
keluarga untuk bertanya
3. Edukasi
- Jelaskan prosedur,tujuan, indikasi,
kontraindikasi mobilisasi serta dampak
immobilisasi
- Ajarkan cara mengidentifikasi
kemampuan mobilisasi (seperti kekuatan
otot, rentang gerak)
- Demonstrasikan cara mobilisasi ditempat
tidur
- Demonstrasikan cara melatih rentang
gerak
- Anjurkan pasien atau keluarga
meredemonstrasikan mobilisasi miring
kanan atau kiri dan rentang gerak sesaui
yang telah didemosntrasikan
3 Defisit perawatn diri b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan perawatan diri (I.11348)
gangguan muskuloskletal Observasi
selama 3x24 jam diharapkan kemampuan
- Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan
melakukan atau menyelesaikan aktivitas diri sesuai usia
- Monitor tingkat kemandirian
perawatan diri meningkat (L.05042) - Identifikasi kebutuhan alatbantu kebersihan
KH/ NOC: diri, berpakaian, berhias dan makan
Terapeutik
- Kemampuan mandi dan ke toilet - Sediakan lingkungan yang terapeutik
(BAB/BAK) meningkat - Siapkan keperluan pribadi
- Dampingi dalam, melakukan perawatan diri
- Kemampuan makan dan sampai mandiri
berbapakian meningkat - Fasilitasi untuk menerima keadaan
ketergantungan
- Minat melakukan perawatan diri - Fasilitasi kemandirian
meningkat - Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi
- Anjurkan melakukan perawatan diri secara
konstitusi sesuai kemampuan
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
pasien dalam mencapai tujuan tindakan yang disesuaikan pada kriteria hasil
18
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identuitas Pasien
Nama Klien : Tn. S
Umur : 60 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status marital : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu/ Indonesia
Nama istri : Ny. J
Umur : 58 tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Suku/Bangsa : Melayu/ Indonesia
Bahasa yang digunakan : Daerah (Jambi)
Alamat Rumah : Kubu Kandang, Kec. Pemayung
Penanggung Jawab
Nama : Ny. J
Alamat Rumah : Kubu Kandang, Kec. Pemayung
Hubungan dengan klien : Istri
2. Keluhan utama
Klien mengeluh nyeri pada persendian dan lutut sebelah kanan
3. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat
dapat menggunakan metode PQRST :
- Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah
jika beraktivitas
- Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien
seperti tertusuk-tusuk
- Region, yeri tidak menjalar atau menyebar
- Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan klien secara subjektif
antara 7-8 menggunanakan skala numerik
- Time: nyeri berlangsung secara terus menerus
b) Riwayat kesehatan dahulu
Klien memiliki riwayat penyakit gout atrhritis
c) Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama dengan
yang dialami pasien saat ini
4. Pola kebiasaan
a. Nutrisi-cairan
1) Sebelum sakit
Frekuensi makan sebelum sakit 3x sehari dan habis 1 porsi, Jumlah
intake minum per 24 jam ± 8 gelas (volume 2000cc) tidak ada keluhan
dalam fungsi makan, mual dan muntah tidak ada
2) Semenjak sakit
Tidak ada keluhan yang dalam fungsi makan, meskipun dalam keadaan
sakit Frekuensi makan klien sama dengan sebelum sakit yaitu 3x sehari
dan habis 1 porsi, Jumlah intake minum per 24 jam ± 8 gelas (volume
2000cc) mual dan muntah tidak ada
b. Eliminasi
1) Sebelum sakit
Frekuensi BAB klien normal 1 kali/hari dan BAK tidak ditemui masalah
frekuensi BAK 5-6 x /hari dan warna urine kuning, bau urine khas,
volume urine 1200 cc/24 jam
2) Semenjak sakit
Semenjak sakit klien juga tidak mengalami masalah dalam fuingsi
eliminasi, Frekuensi BAB klien normal 1 kali/hari dan BAK 5-6 x /hari
dan warna urine kuning, bau urine khas, volume urine 1200 cc/24 jam
c. Aktivitas-latihan
1) Sebelum sakit
Sebelum sakit aktivitas Mandi, berpakaian, kerapian, makan, buang air
besar, buang air kecil, mobilisasi di tempat tidur, ambulasi dilakukan
dengan mandiri
2) Semenjak sakit
Semenjak sakit karena klien mengalami nyeri pada lutut sehingga
beberapa aktivitas klien dibantu oleh keluarga dan perawat seperti
makan dan toileting
d. Tidur-istirahat
1) Sebelum sakit
Sebelum sakit klien tidak mengalami gangguan tidur, klien istirahat
cukup dengan durasi tidur malam ± 7 jam dan tidur siang ± 1 jam
2) Semenjak sakit
Semenjak sakit klien lebih banyak istirahat diakerenakan nyeri yang
dialami dapat berkurang jika dibawa beristirahat, durasi tidur ± 10 jam
pada malam hari dan ± 1 jam pada siang hari
5. Data sosial
Klien memiliki hubugan yang baik dengan anggota keluarga, namun karena
nyeri lutut yang dirasakan selama sakit menyebabkan keterbatasan juga dalam
berinteraksi dengan anggota keluarga ataupun dengan sesama pasien selama
perawatan dirumah sakit
6. Riwayat psikologis
Pasien mengungkapkan bahwa penyakit yang dialaminya adalah suatu ujian
dari sang pencipta untuk menggugurkan dosa-dosanya. Dan pasien tampak
tenang dan menerima penyakit yang dialaminya
7. Pemeriksaan fisik (head to toe)
a. Tanda – tanda vital
TD : 128/78 mmHg
N : 98 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,4 0 C
b. Keadaan umum
d. Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam dan pecah-pecah, kulit kepala
e. Mata/Penglihatan
normal, tidak ada keluhan penglihatan dan klien tidak menggunakan alat
bantu penglihatan
f. Hidung/Penciuman
Hidung klien simetris, ukuran sedang, sttruktur dalam merah muda dan
Telinga simetris kiri dan kanan warna sawo matang, tidak ada lesi dan
normal, nyeri (-) dan klien tidak menggunakan alat bantu pendengaran
h. Mulut/Pengecapan
Bibir merah kecoklatan dan simetris, kelembapan kurang dan bibir klien
kering, lesi tidak ada. Gigi bersih, gigi lengkap dan klien tidak memakai gigi
palsu fungsi menguyah dan mengecap baik, reflek menelan baik dan tidak
i. Leher
Tidak ada pembesaran KGB, pembesaran leher dan kelenjar tiroid (-), kaku
j. Dada
P : Sonor
k. Kardiovaskuler
l. Abdomen/pencernaan
m. Muskulo skeletal
4444 5555
n. Genitourinaria
o. Neurologi
ingat baik, serta orientasi klien terhadap tempat, orang dan waktu baik.
Ganggan motorik/lumpuh tidak ada, kejang (-), dan sedikit adanya tremor
karena frekuensi makan klien yang menurun. Fungsi syaraf kranial normal
Klien dapat berespon terhadap rasa nyeri, suhu dan sensasi rabaan
q. Integumen /Kulit
Warna kulit klien sawo matang, tekstur kulit agak keriput dan turgor serta
kelembapan kulit menurun. Suhu teraba normal, tidak ada lesi dan edema,
9. Terapi
Therapi Injeksi
Therapi oral:
- Paracetamol 3x500 mg
- Methylprednisolon 2x8 mg
- Mecobalamin 2x500 mg
B. Analisa Data
Nama pasien : Tn. S
Usia : 60 Tahun
2 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Edukasi mobilisasi (I.12394)
b.d nyeri sendi
selama 3x24 jam diharapkan mobilitas 1. Observasi
fisik meningkat (L.05042) - Identifikasi indikasi dan kontraindikasi mobilisasi
KH/ NOC: - Monitor kemajuan pasien atau keluarga dalam
- Pergerakan ektremitas melakukan mobilisasi
meningkat 2. Terapeutik
- Kekuatan otot meningkat - Persiapkan materi, media dan alat seperti bantal
- Nyeri menurun - Beri kesempatan pada pasien dan keluarga untuk
- Kekakuan sendi menurun bertanya
- Kelemahan fisik menurun 3. Edukasi
- Jelaskan prosedur,tujuan, indikasi, kontraindikasi
mobilisasi serta dampak immobilisasi
- Ajarkan cara mengidentifikasi kemampuan
mobilisasi (seperti kekuatan otot, rentang gerak)
- Demonstrasikan cara mobilisasi ditempat tidur
- Demonstrasikan cara melatih rentang gerak
- Anjurkan pasien atau keluarga
meredemonstrasikan mobilisasi miring kanan atau
kiri dan rentang gerak sesaui yang telah
didemosntrasikan
D. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Klien : Tn. S
Umur : 60 tahun
Hari ke-1
2 Rabu, Gangguan mobilitas 1. Mengidentifikasi indikasi dan S : Klien mengatakan masih kesulitan
13-07-2022 fisik b.d Nyeri untuk berjalan karena nyeri pada lutut
kontraindikasi mobilisasi
O:
2. Memonitor kemajuan pasien - Klien tampak meringis
atau keluarga dalam melakukan - ADL dibantu keluarga dan
perawat
mobilisasi
- Lutut bengkak
3. Mempersiapkan materi, media - Mobilisasi hanya ditempat tidur
dan alat seperti bantal - TD : 130/88 mmHg
- N : 88 x/menit
4. Memberi kesempatan pada
- RR : 21 x/menit
pasien dan keluarga untuk
A:Masalah keperawatan gangguan
bertanya mobilitas fisik Belum teratasi
5. Menjelaskan prosedur,tujuan, P: Lanjutkan intervensi
indikasi, kontraindikasi
mobilisasi serta dampak
immobilisasi
6. Mengajarkan cara
mengidentifikasi kemampuan
mobilisasi (seperti kekuatan
otot, rentang gerak)
7. Mendemonstrasikan cara
mobilisasi ditempat tidur
8. Mendemonstrasikan cara
melatih rentang gerak
9. Menganjurkan pasien atau
keluarga meredemonstrasikan
mobilisasi miring kanan atau
kiri dan rentang gerak sesaui
yang telah didemosntrasikan
Hari ke-2
2 Kamis, Gangguan mobilitas 1. Mengidentifikasi indikasi dan S : Klien mengatakan masih belum
14-07-2022 fisik b.d Nyeri mampu untuk berjalan karena nyeri
kontraindikasi mobilisasi
pada lutut
2. Memonitor kemajuan pasien O:
- Klien tampak meringis
atau keluarga dalam melakukan
- ADL dibantu keluarga
mobilisasi - Lutut bengkak
3. Mempersiapkan materi, media - Klien mobilisasi di tempat tidur
dan alat seperti bantal dengan miring kiri/kanan dan
mampu duduk dengan mandiri
4. Memberi kesempatan pada
pasien dan keluarga untuk A:Masalah keperawatan gangguan
mobilitas fisik Belum teratasi
bertanya P: Lanjutkan intervensi
5. Menjelaskan prosedur,tujuan,
indikasi, kontraindikasi
mobilisasi serta dampak
immobilisasi
6. Mengajarkan cara
mengidentifikasi kemampuan
mobilisasi (seperti kekuatan
otot, rentang gerak)
7. Mendemonstrasikan cara
mobilisasi ditempat tidur
8. Mendemonstrasikan cara
melatih rentang gerak
9. Menganjurkan pasien atau
keluarga meredemonstrasikan
mobilisasi miring kanan atau
kiri dan rentang gerak sesaui
yang telah didemosntrasikan
Hari ke-3
2 Jumat, Gangguan mobilitas 1. Mengidentifikasi indikasi dan S : Klien mengatakan sudah mulai dapat
15-07-2022 fisik b.d Nyeri berjalan dengan mandiri meskipun
kontraindikasi mobilisasi
nyeri masih dirasakan dan bengkak
2. Memonitor kemajuan pasien atau pada lutut berkurang
O:
keluarga dalam melakukan
- Klien tampak meringis jika
mobilisasi berjalan
3. Mempersiapkan materi, media - ADL dibantu keluarga sebagian
- Bengkak pada lutut berkurang
dan alat seperti bantal
4. Memberi kesempatan pada pasien A:Masalah keperawatan gangguan
mobilitas fisik teratasi sebagian
dan keluarga untuk bertanya P: Lanjutkan intervensi
5. Menjelaskan prosedur,tujuan,
indikasi, kontraindikasi
mobilisasi serta dampak
immobilisasi
6. Mengajarkan cara
mengidentifikasi kemampuan
mobilisasi (seperti kekuatan otot,
rentang gerak)
7. Mendemonstrasikan cara
mobilisasi ditempat tidur
8. Mendemonstrasikan cara melatih
rentang gerak
9. Menganjurkan pasien atau
keluarga meredemonstrasikan
mobilisasi miring kanan atau kiri
dan rentang gerak sesaui yang
telah didemosntrasikan
Hari ke-4
2 Sabtu, Gangguan mobilitas 1. Mengidentifikasi indikasidan S : Klien mengatakan sudah mulai dapat
16 -07-2022 fisik b.d Nyeri berjalan dengan mandiri secara
kontraindikasi mobilisasi
bertahap
2. Memonitor kemajuan pasien atau O:
- Klien tampak sedikit meringis
keluarga dalam melakukan
jika berjalan
mobilisasi - ADL dibantu keluarga sebagian
3. Mempersiapkan materi, media - Bengkak pada lutut berkurang
dan alat seperti bantal A:Masalah keperawatan gangguan
4. Memberi kesempatan pada pasien mobilitas fisik teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
dan keluarga untuk bertanya
5. Menjelaskan prosedur,tujuan,
indikasi, kontraindikasi
mobilisasi serta dampak
immobilisasi
6. Mengajarkan cara
mengidentifikasi kemampuan
mobilisasi (seperti kekuatan otot,
rentang gerak)
7. Mendemonstrasikan cara
mobilisasi ditempat tidur
8. Mendemonstrasikan cara melatih
rentang gerak
9. Menganjurkan pasien atau
keluarga meredemonstrasikan
mobilisasi miring kanan atau kiri
dan rentang gerak sesaui yang
telah didemosntrasikan
Hari ke-5
2 Minggu, Gangguan mobilitas 10. Mengidentifikasi indikasi dan S : Klien mengatakan sudah mulai dapat
17-07-2022 fisik b.d Nyeri berjalan dengan mandiri
kontraindikasi mobilisasi
O:
11. Memonitor kemajuan pasien atau - Klien tampak lebih rileks
keluarga dalam melakukan - ADL dilakukan secara mandiri
- Bengkak pada lutut sudah mulai
mobilisasi
kempes
12. Mempersiapkan materi, media
A:Masalah keperawatan gangguan
dan alat seperti bantal mobilitas fisik teratasi
13. Memberi kesempatan pada pasien P: Stop intervensi
dan keluarga untuk bertanya
14. Menjelaskan prosedur,tujuan,
indikasi, kontraindikasi
mobilisasi serta dampak
immobilisasi
15. Mengajarkan cara
mengidentifikasi kemampuan
mobilisasi (seperti kekuatan otot,
rentang gerak)
16. Mendemonstrasikan cara
mobilisasi ditempat tidur
17. Mendemonstrasikan cara melatih
rentang gerak
18. Menganjurkan pasien atau
keluarga meredemonstrasikan
mobilisasi miring kanan atau kiri
dan rentang gerak sesaui yang
telah didemosntrasikan
Hari ke-6
cartilage (tulang rawan) yang ditandai dengan timbulnya nyeri saat terjadi
penekanan pada sendi yang terkena. Faktor yang dapat mempemgaruhi terjadinya
osteoarthritis yaitu genetika, usia lanjut, jenis kelamn permpuan, dan obesitas
sekunder penyebabnya yaitu pasca trauma, genetik, mal posisi, pasca operasi,
antara faktor sistemik dan lokal. Usia, jenis kelamin perempuan, berat badan, dan
pada persendian yan terkena, mengurangi fungsi dari sendi yang terkena, kekakuan
(durasinya pendek, sendi terasa kaku saat lama tidak digunakan,namun kekakuannya
yang berkurang, deformitas, pembengkakan, krepitasi, banyak terjadi pada usia lanjut
>40 tahun, apabila nyerinya terlalu lama maka nyeri tersebut berkaitan dengan tekanan
praktek keperawatan yang diberikan kepada klien yang sesuai dengan standar
Pada kasus ditemukan diagnosa Nyeri akut dan gangguan mobilitas fisik
ini sesuai dengan diagnosa secara teoritis, hanya diagnosa devisit perawatan diri
yang tidak nmuncu pada kasus karena klien masih dapat melakukan ADL dengan
bantuan keluarga dan perawat. Diagnosa nyeri dapat teratasi sepenuhnya pada hari
ke-6 perawatan dan diagnoda gangguan mobilitas fisik dapat teratasi pada hari ke-
5 perawatan.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan kepada penulis
tentang konsep teoritis dan asuhan keperawatan pada Osteoarthritis
2. Bagi RSUD Hamba
Semoga makalah ini dapat menjadi sumber pengetahuan bagi penulis sekaligus
Karyawan RSUD Hamba sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan yang
maksimal terhadap pasien RSUD Hamba Muara Bulian khususnya dengan
masalah Osteoarthritis
DAFTAR PUSTAKA
Hunter, David, J and Eckstein, Felix, 2009; Journal of Anatomy, Exercise and
Osteoarthritis, www.physicaltherapyprotocol.com
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta: PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia