Untitled
Untitled
Untitled
SKRIPSI
Oleh
SKRIPSI
Oleh
ABSTRAK
Dari hasil penelitian yang dilakukan bahwa thitung > ttabel hal ini dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran inkuiri terbimbing
terhadap literasi sains dan sikap ilmiah. Berdasarkan hal ini dapat dilihat bahwa
dengan menggunakan model inkuiri terbimbing lebih baik dibandingkan model
konvensional.
PERSEMBAHAN
Skripsi sederhana ini kupersembahkan sebagai tanda cinta, sayang, dan hormat tak
terhingga kepada:
1. Ayahanda H. Darman dan Ibunda Hj. Rumayati tercinta atas segala pengorbanan
2. Ayunda ku tercinta Lisma Juwita, Maslia, Iriana, Tati Sumira dan Jumiana dan
Gita Apriliani serta keluarga besarku yang selalu mendo‟akan dan memberi
3. Untuk semua keluarga besarku yang ada di Sukananti Kecamatan Way Tenong
4. Almamater tercinta Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung
yang selalu aku banggakan dan telah memberiku banyak pengalaman yang selalu
aku kenang.
7
RIWAYAT HIDUP
Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat pada tanggal 13 april 1994.
Anak terahir dari enam bersaudara, dengan kedua orang tua ayah bernama Darman
Lampung Barat dan selesai pada tahun 2006. Melanjutkan pendidikan madrasah
Barat selesai pada tahun 2009. Melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di
SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung selesai pada tahun 2012. Dan mengikuti
pendidikan perguruan tinggi di Universitas Agama Islam Negeri (UIN) Raden Intan
Lampung mengambil program studi Pendidikan Agama Islam PAI pada fakultas
Tarbiyah.
8
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Segala puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Learning tipe Think Pair Share (TPS) dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik
pada mata pelajaran pendidikan agama islam kelas VIII I Di SMP N 31 Bandar
Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) UIN Raden Intan Lampung.
Shalawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada suri tauladan kita
yakni Nabi Besar Muhammad SAW yang menjadi penutup para Nabi dan Rasul,
yang telah menerangi manusia dari alam jahiliah kedalam alam yang selalu diberkahi
Terselesaikannya karya tulis skripsi ini, disamping berkat taufiq, rahmat serta
hidayah-Nya, juga tidak terlepas karena adanya bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis mengucapkan rasa terimakasih sedalam-
dalamnya kepada:
1. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd, Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
kesulitan mahasiswa.
9
2. Dr. Imam Syafe‟I, M.Ag, selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)
dan Dr. Rizal Firdaos sebagai sekertaris jurusan yang telah meluangkan
3. Hj. Siti Zulaikha S.Ag M.Ag. selaku Pembimbing I, dan selaku Pembimbing
II Ibu Nurul Hidayah M.Pd yang telah banyak meluangkan waktu dalam
4. Bapak dan Ibu Dosen para Staf Karyawan Fakultas Tarbiyah IAIN Raden
Intan Lampung.
6. Drs. Mahmud Muin selaku kepala sekolah SMP N 31 Bandar Lampung, dan
kepada Ibu Yuniar S.Ag selaku guru bidang Study PAI dan beserta seluruh
skripsi ini.
8. Dan semua pihak yang membantu terselesaikannya skripsi ini yang tidak bisa
Tak ada manusia yang sempurna, begitu juga dengan apa yang dibuatnya.
Maka dari itu, saran, kritik dan masukan yang membangun sangat penulis
1
melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Dan semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi semuanya. Akhir kata penulis mohon maaf bila ada
kesalahan.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
ABSTRAK..............................................................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................iv
MOTTO..................................................................................................................v
PERSEMBAHAN..................................................................................................vi
RIWAYAT HIDUP................................................................................................vii
KATA PENGANTAR............................................................................................viii
DAFTAR ISI..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL..................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan judul....................................................................................1
B. Alasan memilih judul...........................................................................5
C. Latar Belakang Masalah.......................................................................6
D. Identifikasi Masalah.............................................................................22
E. Batasan Masalah...................................................................................22
F. Rumusan Masalah................................................................................20
G. Tujuan Dan manfaat Penelitian............................................................20
F. TeknikAnalisis Data.............................................................................92
G. Indikator Keberhasilan Penelitian….....................................................94
BAB IV PENYAJIAN DATA LAPANGAN DAN ANALISIS DATA
A. Profil SMK PGRI 4 Bandar Lampung..................................................95
B. Biodata Data Kepala Sekolah…...........................................................95
C. Sejarah SMP N 31 Bandar Lampung....................................................96
D. Data guru SMP N 31 Bandar Lampung................................................97
E. Data Siswa............................................................................................98
F. Sarana dan Prasarana............................................................................98
G. Potensi di Lingkungan Sekolah yang Mendukung Program
Sekolah.................................................................................................99
H. Data Penerapan Model Cooperatif Learning tipe TPS.........................99
I. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif TPS dalam meningkatkan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
kualitas pendidikan dari suatu bangsa. Pendidikan harus bersifat adaptif terhadap
manusia secara holistik, hal ini dapat dilihat dari filosofi pendidikan yang intinya
afektif yang tercermin pada kualitas keimanan dan ketakwaan, etika dan estetika,
serta akhlak mulia dan budi pekerti luhur; (2) kognitif yang tercermin pada kapasitas
pikir dan daya intelektualitas untuk menggali ilmu pengetahuan dan mengembangkan
serta menguasai teknologi; dan (3) psikomotorik yang tercermin pada kemampuan
1
Sudirman AM, Interaksi dan Motivasi belajar Mengajar, (Rajawali Press: Jakarta. 2007),
h. 22.
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam
2
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSp), (Jakarta: Bumi Aksara. 2012), h.1.
1
Artinya :
pendidikan akan berbeda dengan yang tidak pernah melalui proses pendidikan, hal ini
sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al-Zumar ayat 9 yang berbunyi :
Artinya :
Katakanlah adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang
1
yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya, orang yang berakallah yang dapat
menerima pelajaran. „‟ ( Q.S.Al-Zumar Ayat 9 ). 5
3
Depdiknas, Rencana strategis Departemen Pendidikan Nasional 2005-2009, (Jakarta: Pusat
Informasi dan Humas Depdiknas, 2005).
4
Al-Qur‟an Tajwid dan Terjemah, (Bandung: Diponegoro,2010).
1
pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
jenjang pendidikan, dalam hal ini pendidikan sebagai unsur pelaksana terpenting atau
mengajar, agar hasil belajar pun akan lebih meningkat. Untuk mencapai hal tersebut
harus di tanamkan kepada peserta didik bagaimana cara belajar yang baik disekolah.
memenuhi kebutuhan hidupnya dalam berbagai situasi. Dengan kompetensi itu, siswa
akan mampu belajar lebih lanjut dan hidup di masyarakat yang saat ini banyak
pembelajaran sains adalah untuk membangun literasi sains siswa, yang termasuk
5
Ibid,
6
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Undang-Undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan
Nasional), Redaksi Sinar Grafika, Jakarta,2007, h. 2.
7
Uus Toharudin, Membangun Literasi Sains Peserta Didik, (Bandung: Humaniora, 2011),
h. 6.
1
dalam literasi sains adalah tentang pemahaman atas prinsip-prinsip sains dan
mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut
kompetensi, agar peserta didik mampu memahami alam sekitar secara ilmiah, oleh
karena itu diperlukan suatu wahana agar peserta didik mendapatkan kesempatan
melek sains (scientific literacy). Oleh karena itu, untuk menjadi orang yang melek
sains maka peserta didik perlu dibekali kemampuan (ability) literasi sains.
8
Ahmad Mudzakir, Hernani, Suci Rizki NA, “Desain Pembelajaran Elektrokimia
Menggunakan Konteks Keris Sebagai Kearifan Lokal Indonesia Untuk Meningkatkan Literasi Sains
Siswa SMA”. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia, (Tahun 2013), h. 45.
1
berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui
aktifitas manusia. Pentingnya literasi sains untuk dikuasai siswa dalam kaitannya
dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat
antara lain: 1) bersikap positif terhadap sains; 2) mampu menggunakan konsep sains;
konsep dan prinsip sains, serta mampu menerapkannya dalam teknologi dan
tersebut.10
menawarkan kepuasan dan kesenangan pribadi yang muncul setelah memahami dan
informasi dan berfikir ilmiah untuk pengambilan keputusan, (3) setiap orang perlu
melibatkan kemampuan mereka dalam wacana publik dan debat mengenai isu-isu
penting yang melibatkan sains dan teknologi, (4) dan literasi sains penting dalam
9
Putri Deryati, „‟Pengaruh Keterampilan Berkomunikasi Sains Menggunakan Pendekatan
Multiple Representations Terhadap Literasi Sains Siswa‟‟. Jurnal Universitas Negeri Lampung.
10
Ibid, h. 12.
2
berhasil meningkatkan kemampuan literasi sains baik pada aspek konten, konteks
aplikasi sains, proses sains, dan sikap, hal ini terungkap berdasarkan hasil riset yang
dilakukan oleh PISA terkait dengan literasi sains peserta didik dari tahun 2000
Indonesia berada pada peringkat ke 38 dari 41 negara, pada tahun 2003 Indonesia
dari 57 negara, pada tahun 2009 Indonesia menempati peringkat ke 57 dari 65 negara.
Terakhir hasil PISA tahun 2013 juga menunjukkan bahwa Indonesia hanya
siswa perlu menangkap sejumlah konsep kunci atau esensial untuk dapat memahami
manusia. Proses literasi sains dalam PISA mengkaji kemampuan peserta didik untuk
11
Jurnal kemampuan literasi sains „‟(On-line), tersedia http// digilib.UPI.ac.id.htm, (9 Mei
2016).
12
Abdul Haris Odja, dkk, Analisis Kemampuan Awal Literasi Sains Siswa Pada Konsep
IPA, (Jurnal Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya ISSN: 978-602-0951-00-3), h. 2.
2
konsep ilmiah. Konteks literasi, dalam PISA, lebih pada kehidupan sehari-hari dari
pada kelas atau laboratorium. Sebagai bentuk literasi lainnya, konteks sains
melibatkan isu-isu yang sangat penting dalam kehidupan secara umum, seperti juga
menjadi tiga area tempat sains diterapkan, yaitu kehidupan dan kesehatan, bumi dan
kemampuan literasi sains peserta didik di SMA N 6 Bandar Lampung yang diukur
melalui hasil tes soal literasi sains dalam tabel berikut ini :
Tabel 1.1
Nilai Hasil Tes Soal Literasi Sains Mata Pelajaran Biologi
Materi Keanekaragaman Hayati pada Kelas X di SMA N 6
Bandar Lampung
No Indikator Literasi Sains Kelas X Jumlah Presentase
1 2 3 4
1 Menjelaskan fenomena 11 15 14 13 53 51,45%
Ilmiah
2 Menggunakan Bukti 12 14 13 10 49 47,57%
Ilmiah
3 Mengidentifikasi 10 10 11 12 43 41,74%
Pertanyaan Ilmiah
4 Memahami Fenomena 10 10 11 11 42 40,77%
5 Memecahkan Masalah 11 12 10 12 45 43,68%
Jumlah Siswa 103
Sumber Data : Daftar Nilai Tes Kemampuan Literasi Sains Kelas X T.A 2016/2017
di SMA Negeri 6 Bandar Lampung.
13
Ibid, h. 8.
2
Data nilai hasil tes soal kemampuan literasi sains pada materi
keanekaragaman hayati, dapat diketahui dari .. peserta didik diatas dalam indikator
literasi sains, 51,45% peserta didik dapat menjelaskan fenomena ilmiah, 47,57%
pertanyaan ilmiah, 40,77% peserta didik dapat memahami fenomena, 43,68% peserta
Sikap ilmiah dalam pembelajaran sains sering dikaitkan dengan sikap terhadap sains. Sikap
ilmiah sangat penting bagi peserta didik karena dapat meningkatkan daya kritis peserta didik
terhadap fenomena alam yang dihadapi. Sikap harus ada dalam diri peserta didik, karena
sikap menentukan keberhasilan belajar seseorang. Orang yang tidak memiliki minat pada
pelajaran tertentu sulit untuk mencapai keberhasilan belajar secara optimal. Seseorang yang
berminat dalam suatu mata pelajaran diharapkan akan mencapai hasil pembelajaran yang
optimal, oleh karena itu semua pendidik harus mampu membangkitkan minat semua peserta
Penilaian sikap ilmiah dalam pembelajaran sains, penting dilaksanakan oleh karena
dalam pembelajaran Biologi berkaitan dengan kemampuan, sehingga menjadi acuan siswa
mampu atau tidak mampu pada pembelajaran, namun kenyataan dilapangan literasi sains
sains dan sikap ilmiah peserta didik belum terberdayakan. Peserta didik yang memiliki
keterampilan proses sains tinggi mampu menemukan sendiri konsep yang dipelajari melalui
2
proses ilmiah, namun kenyataan dilapangan menunjukkan keterampilan proses sains masih
rendah.
Tabel 1.2
Hasil Skala Sikap Ilmiah Peserta Didik Pada Kelas X MIA di SMA N 6 Bandar
Lampung
Hasil analisis kebutuhan yang telah dilakukan pada kelas X MIA di SMA Negeri 6
Bandar dalam penilaian sikap ilmiah peserta didik masih rendah, hal ini dibuktikan dari tabel
1.2 .hasil skala sikap ilmiah yang dibagikan kepada 103 peserta didik menunjukkan nilai hasil
indikator sikap ilmiah yang terdiri dari bekerja sama sebesar 50%, rasa ingin tahu sebesar
36%, bertanggung jawab sebesar 39%, toleran sebesar 42%, serta teliti sebesar 38%.
literasi sains dan sikap ilmiah peserta didik masih rendah, disebabkan oleh
proses pembelajaran di kelas masih bersifat teoritis dan berpusat pada guru, hal ini
sesuai dengan hasil wawancara guru mata pelajaran Biologi di SMA NEGERI 6
Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran biologi dapat diketahui bahwa
selama ini proses pembelajaran yang diterapkan di SMA Negeri 6 Bandar Lampung
didik selama ini kurang mendapat perhatian dari guru biologi dalam melaksanakan
pembelajaran sains.
guru menggunakan model kontruktivisme, 50% dari peserta didik belum memahami
materi pembelajaran yang diterapkan oleh guru,49 % model yang digunakan belum
sehingga diperlukan salah satu model seperti inkuiri terbimbing, dalam pengamatan
peneliti pada saat proses pembelajaran berlanggsung masih banyaknya peserta didik
belum berperan aktif dalam proses pembelajaran dan belum memahami materi
dengan baik. Pada sintaks model pembelajaran inkuiri terbimbing, guru membimbing
dengan hipotesis yang akan dilakukan sehingga siswa dapat menggunakan bukti
percobaan sehingga peserta didik dapat memahami fenomena ilmiah, dan guru
memecahkan masalah.
2
Peserta didik membutuhkan bimbingan yang cukup dan intervensi guru pada
tugas bahkan mendekati copy paste, dengan bimbingan, peserta didik dapat
dan ketrampilan yang dibutuhkan pada proses inkuiri. Contohnya, pada saat peserta
bimbingan dan dorongan dari guru untuk lebih banyak membaca dan merenung
guru menyediakan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada peserta didik,
perancanaanya dibuat oleh guru, peserta didik tidak merumuskan masalah, dalam
model pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-
berpikir lambat atau peserta didik yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu
intelegensi yang tinggi tidak memonopoli kegiatan, selain itu daya serap dari
didik, hal ini seperti yang dikemukakan Kristanto bahwa keuntungan pembelajaran
berbasis inkuiri terbimbing adalah waktu pembelajaran dan bimbingan guru lebih
masalah berasal dari peserta didik dengan bantuan arahan dari guru sampai peserta
didik menemukan apa yang dipertanyakan dan mungkin berakhir dengan pertanyaan
atau masalah baru yang perlu ditindak lanjuti pada kegiatan pembelajaran berikutnya.
Howe & Jones menyatakan bahwa kegagalan pembelajaran penemuan atau inkuiri
model inkuiri terbimbing secara efesien dan aktif akan mengurangi monopoli guru
dalam penguasaan jalannya proses pembelajaran, dan kebosanan peserta didik dalam
guru berperan sebagai fasilitator dan motivator di dalam proses pembelajaran, dan
didik yang belum bisa aktif di kelas dapat lebih aktif lagi dengan adanya model
sikap ilmiah peserta didik yang masih rendah, adanya persoalan yang perlu diteliti,
2
untuk itu penulis akan menyelesaikan masalah ini dengan penelitian, dalam penelitian
terbimbing terhadap kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah siswa kelas X pada
B. Identifikasi Masalah
atas, maka ada beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut :
masih rendah.
2. Sikap ilmiah yang meliputi yaitu bekerja sama, rasa ingin tahu, tanggung
jawab, toleran dan teliti dalam diri peserta didik masih rendah.
3. Proses pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat satu arah dan belum
C. Batasan Masalah
1. Model inkuiri terbimbing adalah kegiatan yang diarahkan oleh guru kemudian
2. Materi yang akan diajarkan adalah materi keanekaragaman hayati, dan hasil
dari penelitian ini yang akan dilihat adalah kemampuan literasi sains baik dari
3. Sikap ilmiah yaitu bekerja sama, rasa ignin tahu, tanggung jawab, toleran dan
teliti.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah diuraikan, maka
sains ?
1. Tujuan Penelitian
pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap literasi sains dan sikap ilmiah siswa kelas
2. Manfaat Penelitian
2
a. Bagi Siswa
yang ada terutama yang berhubungan dengan model maupun strategi dalam
pembelajaran biologi.
b. Bagi Sekolah
terhadap literasi sains dan sikap ilmiah siswa kelas X pada materi keanekaragaman
d. Bagi peneliti
dan beka berharga sebagai calon guru biologi dan untuk perbaikan pembelajaran pada
menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada
suatu daerah. Keseluruhan gen, jenis dan ekosistem merupakan dasar kehidupan di
melingkupi berbagai perbedaan atau variasi bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat-
sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan, baik tingkatan gen, tingkatan spesies
adalah substansi kimia yang menentukan sifat keturunan yang terdapat di dalam
hubungan atau interaksi timbal balik antara makhluk hidup yang satu dengan
makhluk hidup lainnya dan juga antara makhluk hidup dengan lingkungannya.14
14
Moch Anshori, Biologi untuk sekolah menengah atas (SMA), Departemen Pendidikan
Nasional. h.27.
3
berdasarkan bukti –bukti dan data yang agar dapat memahami dan membantu
peneliti untuk membuat untuk membuat keputusan tentang dunia alami dan
Sikap ilmiah dalam pembelajaran sains sering dikaitkan dengan sikap terhadap sains.
Sikap ilmiah sangat penting bagi peserta didik karena dapat meningkatkan daya kritis
15
Ni L. Pt. Yuly Milawati Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis
Proyek Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri Gugus V Abiansemal.
16
Ibid, h. 1.
3
BAB II
LANDASAN TEORI
Ilmu Pengetahuan Alam seperti pula disebut sains.Sebagai sebuah ilmu, sains
memiliki sifat dan karakteristik unik yang membedakan dengan ilmu lainnya.Keunikan sains
itu sering pula dinyatakan sebagai hakikat sains.Hakikat sains, digunakan untuk menjawab
mendapatkan data hingga informasi tentang dunia (alam semesta) dengan menggunakan
adalah pengetahuan yang kebenarannya sudah diuji cobakan secara empiris melalui metode
a. Sikap; rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta
hubungan sebab akibat (kuasalitas) yang menimbulkan masalah baru, dan dapat
dipecahkan melalui prosedur yang benar. Jadi, sains bersifat open enden.
b. Proses; prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah. Metode ilmiah
meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi,
pengukuran dan penarikan kesimpulan.
c. Produk; berupa fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum. Aplikasinya berupa
penerapan metode ilmiah dalam kehidupan sehari-hari.18
17
Uus Toharudin, Membangun Literasi Sains Peserta Didik, (Bandung: Humaniora, 2011), h.
27.
18
Ibid, h. 28.
3
literasi sains yang membantu peserta didik memahami sains dan konten, proses, konteks
yang lebih luas terutama dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan tujuan khusus
pengalaman langsung, kontekstual, dan berpusat pada peserta didik hendaknya dilakukan
secara inkuiri (scientific inquiri) untuk menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan
bersikap ilmiah, serta mengkomunikasikannya sebagai aspek yang sangat penting bagi
kecakapan hidup.
B. Model Pembelajaran
Mills mengatakan bahwa “model adalah bentuk representasi akurat sebagai suatu
proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak
atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
pembelajaran.21Dengan kata lain, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola-
19
Ibid, h. 47.
20
Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM Cetakan ke-10,
(Jogjakarta : Pustaka Pelajar, 2013), h. 45.
21
Iif Khoiru Ahmadi, Strategi pembelajaran Sekolah Terpadu, (Jakarta: Prestasi Pustaka,
2011), h. 13-14.
3
pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas dan untuk menentukan material/perangkat
pembelajaran.
belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
pembelajaran.24 Dengan kata lain model pembelajaran adalah rancangan kegiatan belajar
agar pelaksana KBM dapat berjalan dengan baik, menarik, mudah dipahami, dan sesuai
pembelajaran dapat dipahami sebagai suatu proses pembelajaran dikelas, hal ini dilakukan
untuk menciptakan suasana yang menunjang agar siswa lebih mudah dalam merespon dan
menerima pembelajaran, sehingga tujuan belajar dapat tercapai dengan efektif dan efisien.
22
Ngalimun, Strategi dan Model Pembelajaran, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014), h. 27.
23
Rusman, Model Model Pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), h. 133.
24
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strateg dan Implementasi dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Bumi Aksara,2012), h. 53.
25
Ngalimun, Op.cit, 28.
3
pembelajaran secara efektif dan efisien dalam meningkatkan hasil pembelajaran. Dalam
penerapannya model pembelajaran harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan siswa karena
masing- masing model memiliki tujuan, prinsip, dan tekanan utama yang berbeda.
Secara bahasa, inquiri berasal dari kata inquiry yang merupakan kata dalam
bahasa inggris yang berarti penyelidikan/meminta keterangan, terjemahan bebas
untuk konsep ini adalah “siswa diminta untuk mencari dan menemukan
sendiri”, dalam konteks penggunaan inquiri sebagai metode belajar mengajar, siswa
ditempatkan sebagai subjek pembelajaran, yang berarti siswa memiliki andil besar
dalam menentukan suasana dan model pembelajaran.26
Gulo menyatakan model inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis, logis, analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri. 27 Dengan kata lain inkuiri adalah suatu proses
untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau
kemampuan berpikir kritis dan logis. Inkuiri sebenarnya merupakan prosedur yang bisa
dilakukan oleh ilmuan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya
26
Khoirul Anam, Pembelajaran Berbasis Inkuiri Metode Dan Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2015), h. 7.
27
Ibid, h. 78.
3
kehidupan sehari-hari.28
Pembelajaran inkuiri ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk
memberikan pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka,
latihan inkuiri dimulai dengan memberikan kepada siswa suatu peristiwa yang menimbulkan
Penekanan utama dalam proses belajar berbasis inkuiri terletak pada kemampuan
siswa untuk memahami, kemudian mengidentifikasi dengan cermat dan teliti, lalu diakhiri
dengan memberikan jawaban atau solusi atas permasalahan yang tersaji. Selain itu
pembelajaran berbasis inkuiri bertujuan untuk mendorong siswa semakin berani dan kreatif
dalam berimajinasi.31 Metode inkuiri memiliki pola dan strategi dasar yang dapat diklasifikasi
28
Mohammad Jauhar, Implementasi Paikem dari Behavioristik Sampai Konstruktivistik,
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), h. 65.
29
Ibid, h. 67.
30
Buchari Alma, Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar, (Bandung:
Alfabeta, 2009), h. 57.
31
Khoirul Anam, Op.Cit, h.8-9.
32
Buchari Alma, Op.Cit, h.58.
3
Sasaran utama kegiatan inkuiri yaitu (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam
proses kegiatan belajar, (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan
pembelajaran, (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang
Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa yaitu
1. Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdikusi
2. Inkuiri berfokus pada hipotesis, dan
3. Penggunaan fakt sebagai evidensi (informasi, fakta).
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru yaitu sebagai berikut :
kemampuan melakukan kegiatan inkuiri oleh siswa. Sedangkan sebagai bagian dari materi
pembelajaran biologi, inkuiri merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa agar
Model inkuiri setiap peserta didik didorong untuk terlibat aktif dalam proses belajar
mengajar, salah satunya dengan secara aktif mengajukan pertanyaan yang baik terhadap
setiap materi yang disampaikan dan pertanyaan tersebut tidak harus dijawab oleh guru,
33
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Op.Cit, h. 78-79
34
Mohammad Jauhar, Op. Cit, h. 65
3
karena semua peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan jawaban
Kategori pertanyaan yang baik adalah pertanyaan yang berhubungan dengan materi
yang sedang dibicarakan/ dibahas, dapat dijawab sebagian atau keseluruhannya dan dapat
diuji serta diselidiki secara bermakna. Proses belajar mengajar dengan menggunakan
metode ini tidak memberi celah kepada siswa untuk melakukan D3: datang, duduk, diam. 35
dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan
mengarahkan pada suatu diskusi, guru memiliki peran aktif dalam menentukan
Inkuiri terbimbing adalah kegiatan yang diarahkan oleh guru atau bersumber dari buku
kemudian peserta didik bekerja untuk menemukan jawaban terhadap masalah tersebut
dibawah bimbingan yang intensif dari guru, dan perencanaannya dibuat oleh guru.Pada
pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh peserta didik, guru harus memberikan pengarahan dan bimbingan kepada
peserta didik dalam melakukan kegiatan-kegiatan sehingga peserta didik yang berifikir
lambat atau peserta didik yang mempunyai intelegensi rendah tetap mampu mengikuti
35
Khoirul Anam, Loc. Cit, h. 18
36
Ibid, h. 69.
3
Inkuiri Terbimbing menurut Asra merupakan salah satu strategi pembelajaran inkuiri
yang pelaksanaan penyelidikannya dilakukan oleh peserta didik dengan berdasarkan pada
petunjuk- petunjuk guru atau LKS atau modul atau buku yang relevan.Petunjuk yang
pembelajaran dimulai dari suatu pertanyaan yang seterusnya dijawab oleh peserta didik,
berdasarkan jawaban yang dikemukakan oleh peserta didik, guru mengajukan beberapa
kesimpulanyang diharapkan.39
Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah sesuatu yang sangat menantang dan
melahirkan interaksi antara yang diyakini peserta didik sebelumnya terhadap suatu bukti
baru untuk mencapai pemahaman yang lebih baik, melalui proses dan metode eksplorasi
untuk menurunkan, dan mengetes gagasan-gagasan baru, dan tentu hal-hal tersebut
melibatkan sikap-sikap untuk mencari penjelasan dan menghargai gagasan orang lain,
didik diminta untuk menemukan konsep melalui petunjuk-petunjuk seperlunya dari seorang
37
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif ,Op.Cit, h. 166.
38
Alanindra Saputra, Sri Widoretno, Slamet Santosa, Peningkatan Keterampilan Proses Sains
dan Hasil Belajar Siswa melalui penerapan guided inquiry, Jurnal Pendidikan Biologi, Vol.1 No.1
(Oktober, 2012), h. 38.
39
Ibid
40
Nuryani Y. Rustaman, ,Op.Cit, h.13.
3
guru. Petunjuk- petunjuk tersebut pada umumnya berupa pertanyaan yang bersifat
penjelasan tentang cara-cara melakukan percobaan. Hal ini didukung pernyataan Brickman
Dalam Al-quran banyak ayat-ayat Allah SWT yang mengajak manusia untuk selalu
berpikir tentang penciptaan Allah SWT dan agar manusia dapat sendiri menemukan
tersebut, sebagaimana dalam Al-Qur‟an. Allah berfirman dalam surah Ali-Imron ayat 190 :
Artinya :
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal.42
41
Brickman, “Effectof Inquiry- BasedLearningonStudent’s Science Literacy SkillsandConfidence,
Inter- nationalJournalforTheScholarship ofTeachingandLearning,” Vol. 3 No.4, 2009, h. 2. (1 Maret
2016).
42
Departemen Agama RI, Op. Cit. h. 75
4
Terbimbing adalah model pembelajaran yang menekankan kepada siswa untuk lebih aktif
dalam pembelajaran, dimana siswa dapat menemukan atau meneliti masalah berdasarkan
fakta untuk memperoleh data, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan pembimbing
saling ketergantungan pada siswa tidak cukup hanya sekedar ceramah. Pembelajaran akan
lebih bermakna jika siswa diberi kesempatan untuk tahu dan terlibat secara aktif dalam
menemukan konsep dari fakta-fakta yang dilihat dari lingkungan dengan bimbingan
Tabel 2.1
b. Sistem sosial
Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam pembelajaran inkuiri
terbimbing, karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari peserta didik agar proses
pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Kerja sama guru dengan peserta didik, peserta
didik dengan peserta didik diperlukan juga adanya dorongan secara aktif dari guru dan
teman. Dua atau lebih peserta didik yang bekerja sama dalam berpikir dan bertanya, akan
43
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Op. Cit, h. 86.
4
lebih baik hasilnya jika dibanding bila peserta didik bekerja sendiri. 44
menginterpretasikan informasi untuk mamahami apa yang sedang terjadi sekitar siswa,
belajar bukan hanya memberikan jawaban yang benar dan menghafal. Melalui
pasif menerima informasi melalui ceramah, siswa membangun aplikasi yang lebih luas untuk
c. Sistem Pendukung
Sistem pendukung merupakan segala sarana, prasarana, dan lingkungan kelas yang
adalah LCD dan laptop. LCD digunakan untuk menampilkan gambar atau video berkaitan
dengan materi yang akan dipelajari. Pada tahap pengumpulan data, sarana yang
mendukung dapat berupa buku pelajaran, ruang kelas dan dapat juga halaman sekolah.
Pada tahap pengelolaan data penarikan kesimpulan guru dapat memanfaatkan LCD dan
papan tulis untuk mengarahkan siswa agar percaya diri mempresentasikan hasil
d. Dampak instruksional
44
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif ,Op.Cit , h.171.
4
Dampak instruksional adalah hasil belajar yang diperoleh secara langgsung sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan (instructional effect). Dampak
instruksional pada saat menggunakan model inkuiri terbimbing antara lain peningkatan hasil
belajar secara kognitif yang sudah ditentukan dalam tujuan pembelajaran.
e. Dampak pengiring
Dampak pengiring adalah hasil belajar diluar tujuan yang ditentukan (nurturant
effect). Dampak pengiring yang dapat muncul pada saat stimulasi adalah meningkatnya
kemampuan daya ingat siswa baik tentang materi yang pernah diajarkan maupun kejadian
yang pernah dialami oleh siswa tersebut, karena pada tahap stimulasi guru berusaha
memancing pengetahuan siswa tentang materi pelajaran yang akan disampaikan. Pada
kesimpulan siswa secara tidak langgsung dibiasakan untuk berpikir dan bertindak sesuai
menyatakan bahwa dalam sebuah kelas yang berorientasi pada inkuiri, peran guru adalah
menstimulasi pertanyaan-pertanyaan dan meneliti diantara siswa sendiri, dari pada menjadi
a. Menimbulkan rasa keingintahuan dan minat siswa terhadap sebuah topik, membuat
siswa sadar akan masalah.
b. Mengijinkan siswa untuk memutuskan masalah spesifik apa yang mereka ingin kaji
dalam bidang itu.
4
menyatakan bahwa peranan guru adalah mendorong pembelajaran yang mandiri dengan
keputusan-keputusan yang harus dibuat oleh siswa, mendorong partisipasi individual dalam
diskusi, menjaga agar diskusi tetap relevan dengan topik, bertindak sebagai penantang (a
45
Ngalimun, Op.Cit, h. 42.
46
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Loc. Cit, h. 82.
4
tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah
dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses
dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan serta pembagian tugas dan latihan.
penjelasan guru di depan kelas dan melaksanakan tugas jika guru memberikan latihan soal-
soal kepada peserta didik. Yang sering digunakan pada pembelajaran konvensional antara
lain metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode penugasan.
47
Imas Kurniasih, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan
Profesionalitas Guru, (Jakarta: Kata Pena, 2015), h. 114.
48
Op.Cit, h. 83.
49
Op.Cit, h. 115.
4
1. Metode Ceramah
sebagai metode mengajar ialah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap
kelasnya. Selama ceramah berlangsung, guru dapat menggunakan alat-alat bantu seperti
gambar-gambar agar uraiannya menjadi lebih jelas. Metode utama yang digunakan dalam
Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran yang harus dijawab, terutama
dari guru kepada peserta didik, tetapi dapat pula dari peserta didik kepada guru Djamarah
dan Zain.
1. Guru yang kurang dapat mendorong peserta didik untuk berani, menyebabkan
peserta didik menjadi takut bertanya
2. Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berfikir dan mudah
dipahami peserta didik.
3. Waktu banyak terbuang, terutama apabila peserta didik tidak dapat menjawab
pertanyaan sampai dua atau tiga orang
4. Dalam jumlah peserta didik yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk
memberikan pertanyaan kepada setiap peserta didik
1. Peserta didik adalah penerima informasi secara pasif, dimana peserta didik
menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari
informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai standar.
2. Belajar secara individual
3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
4. Perilaku dibangun berdasarkan kebiasaan
5. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final
6. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
7. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik
8. Interaksi di antara peserta didik kurang
9. Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam
kelompok-kelompok belajar.
Namun perlu diketahui bahwa pembelajaran dengan model ini dipandang cukup efektif atau
mempunyai keunggulan, terutama:
Sedangkan kelemahan dari pembelajaran model ini, menurut Suyitno (dalam Sulistiyorini,
2007) antara lain sebagai berikut:
4
D. Literasi Sains
Literasi Sains (science literacy, LS) berasal dari gabungan dua kata Latin, yaitu
literatus artinya ditandai dengan huruf, melek huruf, atau berpendidikan) dan scientia, yang
seseorang yang memiliki literasi sains adalah orang yang mengunakan konsep sains,
mempunyai keterampilan proses sains untuk dapat menilai dalam membuat keputusan
interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat, termasuk perkembangan social dan
ekonomi.
ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta dan data
untuk memahami alam semesta dan membuat keputusan dari perubahan yang terjadi
50
Anang Megocahyo Wijipurnomo, Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning dan
Motivasi Belajar terhadap Hasil Pelatihan Fasilitator PNPM Mandiri Perdesaan di Provinsi Jawa
Timur" (2004).
4
kesimpulan berdasarkan bukti –bukti dan data yang agar dapat memahami dan membantu
peneliti untuk membuat untuk membuat keputusan tentang dunia alami dan interaksi
pemahaman mengenai konsep dan proses sains yang akan memungkinkan seseorang untuk
membuat suatu keputusan dengan pengetahuan yang dimilikinya, serta turut terlibat dalam
spesifik yang dimilikinya. Literasi sainsdapat diartikan sebagai pemahaman atas sains dan
aplikasinya bagi kebutuhan masyarakat. 52Dalam Al-Qur’an Surah An-Nur ayat 43 yang
berbunyi:
51
Uus Toharudin, Membangun Literasi Sains Peserta Didik, (Bandung: Humaniora, 2011), h.
1-2.
52
Yusuf Hilmi Adisendjaja, Analisis Buku Ajar Biologi SMA Kelas X di Kota Bandung
Berdasarkan Literasi Sains, Jurusan Pendidikan Biologi, Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia,
2010, h. 5.
5
Artinya :
Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menjadikan awan bergerak perlahan, kemudian
mengumpulkannya, lalu dia menjadikannya bertumpuk-tumpuk, lalu engkau lihat hujan
keluar dari celah-celahnya, dan dia (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit,
(yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya
(butiran-butiran es) itu kepada siapa yang dia kehendaki. Kilauan kilat hampir-hampir
menghilangkan penglihatan.53
a. Dimensi kosakata, dimensi ini menunjukan istirahat sains sebagai fondasi dasar
dalam membaca dan memahami bahan bacaan sains.
b. Dimensi proses inkuiri, dimensiini menunjukan pemahaman dankompetensi untuk
memahami dan mengikutiargumen tentang sains dan hal-hal yang berhubungan
dengan kebijakan teknologi media.
International Forum on Scientific and Tecnologi Literacy for All di Paris.Salah satu hasilnya
53
Departemen Agama RI, Op. Cit. h. 335.
54
Ibid,h.7.
5
adalah kesepakatan bahwa para pendidik siap untuk mengembangkan kemampuan peserta
didik dalam melaksanakan “far transfer of learning’, kemampuan peserta didik unruk
masyarakat.
Penggunaan bahasa yang digunakan dalam sains tidak sama persis dengan
penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa yang digunakan dalam sains adalah bahasa ilmiah
strukturkalimat, penggunaan istilah atau kosa kata sains, atau diksi, memungkinkan para
ilmuan untuk dapat menyusun penafsiranalternatif dari bahasa sehari-hari mengenal alam
semesta.
Tabel 2.2
No PISA
1 Proses Sains :
Memahami fenomena
3 Konteks Sains :
Memecahkan Masalah
Sumber : PISA
Dalam pengukuran literasi sains, PISA menetapkan tiga dimensi besar literasi sains,
yakni konten sains, proses sains, dan konteks aplikasi sains. Secara rinci, PISA, pada tahun
Situasi atau konteks adalah area aplikasi konsep-konsep sains. Konteks sains yang
digunakan pada PISA 2006 terdiri dari ksehatan, sumber daya alam, lingkungan, bahaya,
sains, dan teknologi yang aplikasinya dilakukan secara personal, social dan global.
Kompetensi ilmiah dalam PISA 2006 terdiri dari tiga hal berikut:
a. Mengidentifikasi isu ilmiah, yaitu mengenal isu yang dapat ditagani secara ilmiah,
mengidentifikasi kata kunci untuk mencari informasi ilmiah, mengenal bentuk kunci
penyelidikan ilmiah.
b. Menjelaskan fenomena ilmiah, yaitu menerapkan pengetahuan sains pada situasi-
kondisi yang diberikan, mendeskripsikan atau menafsirkan fenomena ilmiah dan
memprediksi perubahan dan mengidentifikasi deskripsi, penjelasan, dan deskripsi
yang tepat.
c. Menggunakan bukti ilmiah, yaitu menafsirkan bukti ilmiah, membuat dan
mengkomunikasikan simpulan, mengidentifikasi kan asumsi, bukti dan penalaran di
55
Ibid,
5
Ciri-ciri bahwa seseorang memiliki literasi sains, menurut National Science Teacher
Association (NSTA, dalam Poedjiadi adalah:
56
Ibid,
57
Ibid,
5
4. Sikap Ilmiah
dan attitude of science. Sikap yang pertama mengacu pada sikap terhadap
sains sedangkan sikap yang kedua mengacu pada sikap yang melekat setelah
sikap yang menekankan sikap tertentu terhadap sains sebagai suatu cara
datang, dan (2) seperangkat sikap yang jika diikuti akan membantu proses
pemecahan masalah.58
Sikap ilmiah adalah suatu sikap yang menerima pendapat orang lain
dengan baik dan benar yang tidak mengenal putus asa serta dengan ketekunan
juga keterbukaan. Salah satu aspek tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah
secara aktif baik fisik maupun mental dalam kegiatan laboratorium akan
58
Dewi Shinta, Analisis Sikap Ilmiah Siswa pada Pembelajaran yang Menggunakan Metode
Praktikum pada Materi Termokimia Reaksi Eksoterm dan Endoterm di SMA Negeri 4 Kota Jambi
Kelas XI IPA 1 .(Artikel Universitas Jambi, 2014)
59
Sari, Prima Mutia,Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Praktikum terhadap
Keterampilan Proses Sains, Sikap Iilmiah dan Penguasaan Konsep Sistem Regulasi. (Thesis Universitas
Pendidikan Indonesia,Bandung,2013),h.32.
5
didasarkan pada hal-hal yang bersifat ilmiah. Menurut Herlen dalam jurnal
pelangi 2014, mengungkapkan lima indikator sikap ilmiah yaitu: (1) Rasa
ingin tahu, (2) Bertanggung jawab, (3) Toleran, (4) Teliti, (5) Bekerja sama.60
5. Kajian Materi
hewan, tumbuhan, mikroorganisme dan semua gen yang terkandung di dalamnya, serta
ini banyak ragamnya, mengetahui peranan setiap spesies bagi kelangsungan kehidupan
bumi itu sendiri, dan bagi kelangsungan makhluk lainnya.Kita dapat merasakan manfaat
Di dunia ini tidak ada dua individu yang benar-benar sama untuk segala hal,
meskipun kedua individu itu kembar identik. Kenyataan tersebut menunjukkan kepada kita,
bahwa di alam raya dijumpai keanekaragaman makhluk hidup atau disebut juga
60
Karhami, K. A. Sikap Ilmiah Sebagai Wahana Pengembangan Unsur Budi Pekerti (kajian
melalui sudut pandang pengajaran IPA).( Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No.027, Tahun ke-6,
November 2000), h.12.
5
organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem
pada suatu daerah.Keseluruhan gen, jenis dan ekosistem merupakan dasar kehidupan di
permukaan bumi mendorong ilmuwan mencari cara terbaik untuk mempelajarinya, yaitu
dengan klasifikasi.
penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan, baik tingkatan
gen, tingkatan spesies maupun tingkatan ekosistem.Berdasarkan hal tersebut, para pakar
a. Keanekaragaman gen
Gen atau plasma nuftah adalah substansi kimia yang menentukan sifat keturunan
dalam inti sel. Sehingga seluruh organisme yang ada di permukaan bumi ini mempunyai
kerangka dasar komponen sifat menurun yang sama. Kerangka dasar tersebut tersusun atas
ribuan sampai jutaan faktor menurun yang mengatur tata cara penurunan sifat organisme.
Walaupun kerangka dasar gen seluruh organisme sama, namun komposisi atau susunan,
5
dan jumlah faktor dalam kerangka bisa berbeda-beda. Perbedaan jumlah dan susunan
individu memiliki banyak gen, bila terjadi perkawinan atau persilangan antar individu yang
pada saat persilangan akanterjadi penggabungan gen-gen individu melalui sel kelamin. Hal
keanekaragamantingkat gen ini adalah tanaman bunga mawar putih, bunga mawar merah,
dan mawar kuning yang memiliki perbedaan, yaitu berbeda dari segi warna bunga.
Dalam perkembangannya, faktor penentu tidak hanya terdapat pada gen saja,
melainkanada juga faktor lain yang berperan mempengaruhi keanekaragaman hayati ini,
yaitu lingkungan. Sifat yang muncul pada setiap individu merupakan interaksi antara gen
dengan lingkungan. Dua individu yang memiliki struktur dan urutan gen yang sama, belum
tentu memiliki bentuk yang sama pula karena faktor lingkungan mempengaruhi
penampakan (fenotipe) atau bentuk. Misalnya, orang yang hidup di daerah pegunungan
dengan orang yang hidup di daerah pantai memiliki perbedaan dalam hal jumlah
eritrositnya.Jumlah eritrosit orang yang hidup di daerah pegunungan lebih banyak dibanding
orang pantai. Contoh yang lainadalah keanekaragaman pada spesies anjing misal variasi
b. Keanekaragaman jenis
secaramorfologis, anatomis, fisiologis dan mampu saling kawin dengan sesamanya (inter
Keanekaragaman jenis menunjukkan seluruh variasi yang terdapat pada makhluk hidup
antarjenis.Perbedaan antar spesies organisme dalam satu keluarga lebih mencolok sehingga
lebihmudah diamati daripada perbedaan antar individu dalam satu spesies.Dalam keluarga
kacangkacangan kita kenal kacang tanah, kacang buncis, kacang hijau, kacang kapri, dan
membedakannya karena diantara mereka ditemukan ciri khas yang sama. Akan tetapi,
ukuran tubuh atau batang, kebiasaan hidup, bentuk buah dan biji, serta rasanya
berbeda.Contoh lainnya terlihat keanekaragaman jenis pada pohon kelapa, pohon aren,
c. Keanekaragaman ekosistem
Ekosistem dapat diartikan sebagai hubungan atau interaksi timbal balik antara
makhlukhidup yang satu dengan makhluk hidup lainnya dan juga antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Setiap makhluk hidup hanya akan tumbuh dan berkembang pada
lingkunganyang sesuai. Pada suatu lingkungan tidak hanya dihuni oleh satu jenis makhluk
hidup saja, Akibatnya, pada suatu lingkungan akan terdapat berbagai makhluk hidup
5
dengan lingkungan tersebut.Pada lingkungan yang sesuai inilah setiap makhluk hidupakan
dibentuk oleh lingkungan.Sebaliknya, makhluk hidup yang terbentuk oleh lingkungan akan
terjadi interaksi yang dinamis. Perbedaan kondisi komponen abiotik (tidak hidup) pada
suatu daerah menyebabkan jenis makhluk hidup (biotik) yang dapat beradaptasi dengan
ekosistem hutan hujan tropis, hutan gugur,padang rumput, padang lumut, gurun pasir,
Komponen biotik dan abiotik di berbagai daerah bervariasi baik mengenai kualitas
hidup berdampingan tanpa saling mengganggu, dan apabila terjadi kepunahan atau
gangguan terhadap salah satu anggotanya maka akan mengganggu kelangsungan hidup
organisme lainnya. Suatu perubahan yang terjadi pada komponen-komponen ekosistem ini
sistem, di dalam setiap ekosistem akan terjadi proses yang saling terkait.Misalnya,
pengambilan makanan, perpindahan energi atau energetika, daur zat atau materi, dan
ekosistem adalah pohon kelapa banyak tumbuh di daerah pantai, pohon aren tumbuh di
pegunungan, sedangkan pohon palem dan pinang tumbuh dengan baik di daerah dataran
6
penampilan, jumlah, dan sifat-sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan, baik tingkatan
ekosistem rawa.
6. Penelitian Relevan
keterampilan proses sains siswa kelas X SMAN 3 Amlapura dengan hasil penelitian terdapat
perbedaan secara simultan kemampuan pemahaman konsep dan keterampilan proses sains
antara siswa yang mengikuti model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan siswa yang
memperlihatkan bahwa nilai rata-rata pemahaman konsep siswa yang mengikuti model
proses sains untuk siswa yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran inquiri
terbimbing memiliki rata-rata sebesar 67,26 dengan standar deviasi sebesar 13,05. Jika
digolongkan dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) maka nilai rata-rata keterampilan proses
sains siswa tergolong rendah. Sedangkan, untuk data keterampilan proses sains untuk siswa
yang belajar dengan menggunakan model pembelajaran langsung memiliki rata-rata sebesar
6
58,11 dengan standar deviasi sebesar 13,37. Jika digolongkan dalam Penilaian Acuan
Patokan (PAP) maka nilai rata-rata keterampilan proses sains siswa tergolong sangat rendah.
Ariati Dina Puspitasari, 2015 yang berjudul Efektitas Pembelajaran Berbasis Guided
Inquiry untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas Ahmad
Dahlan, Yogyakarta dengan hasil penelitian Hasil penelitian berupa data peningkatan literasi
sains peserta didik di masing-masing kelas baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.
peningkatan kemampuan literasi sains, namun peningkatan kemampuan literasi sains kelas
eksperimen (VII G) lebih besar dari pada kelas kontrol (VII F).Kelas eksperimen berada pada
kriteria tinggi, sedangkan kelas kontrol pada kriteria sedang. Hal ini membuktikan bahwa
pembelajaran berbasis guided inquiry berpengaruh dalam meningkatkan literasi sains siswa
nilai rata-rata post-test pada kelas eksperimen telah mencapai di atas KKM yang ditetapkan
oleh sekolah yaitu 7,50 untuk pelajaran IPA dengan tema kalor. Sedangkan pada kelas
kontrol, nilai rata-rata post-test belum dapat melebihi KKM yang ditetapkan oleh sekolah.
Hal ini menunjukkan pembelajaran berbasis guided inquiry dapat membantu siswa untuk
pencapaian nilai IPA sesuai KKM pada pelajaran IPA dengan tema kalor. Perbedaan
peningkatan literasi sains pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis menggunakan
uji-t sampel independen dengan program SPSS versi 16. Hipotesis penelitian dalam uji t
tersebut adalah sebagai berikut: H0: Tidak ada perbedaan signi_kan peningkatan literasi
sains siswa yang mengikuti pembela- jaran berbasis guided inquiry dengan siswa yang
mengikuti pembelajaran secara tradisional atau ceramah pada pelajaran IPA dengan tema
kalor. H1: Ada perbedaan signi_kan peningkatan literasi sains siswa yang mengikuti
6
pembelajaran berbasis guided inquiry dengan siswa yang mengikuti pembelajaran secara
7. Kerangka Berpikir
diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam
rendah, model teacher center, dan siswa kurang berperan aktif, salah satu model yang
memberikan pengalaman belajar, mendorong siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan literasi sains siswa, salah satu
model yang sesuai dengan kemampuan literasi sains adalah model inkuiri terbimbing.Siswa
terlibat aktif dalam proses pembelajaran, mampu menggunakan konsep sains serta
Kemampuan Literasi Sains dan sikap Ilmiah Rendah, model teacher center, dan siswa kurang berperan akti
Siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran, mampu menggunakan konsep sains serta menerapka
ilmiah.
Gambar 5
Bagan Kerangka Berpikir
Gambar 2.5
H. Hipotesis Penelitian
H0 :
6
Terbimbing terhadap Sikap Ilmiah siswa kelas x pada materi keanekaragaman hayati
H1 :
terhadap Literasi sains siswa kelas x pada materi keanekaragaman hayati di SMA
terhadap Sikap Ilmiah siswa kelas x pada materi keanekaragaman hayati di SMA
.
6
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bandar Lampung, Jalan Ki Agus
Anang No 35 Kelurahan Ketapang, Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung, No. 30.
Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester I bulan November-
B. Metode Penelitian
jenis penelitian Quasi Eksperiment atau Eksperimen semu. Ekperimen semu mempunyai dua
kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen
C. Desain Penelitian
Desain equivalent control group design. Desain ini melibatkan dua kelas, yaitu kelas
Inkuiri Terbimbing, sedangkan kelas kontrol adalah kelas yang memperoleh pembelajaran
Tabel 3.1
Desain Penelitian Quasi Eksperimen
Tes Tes
Kelompok Perlakuan
Awal Akhir
I O1 X O2
d II O1 C O2
Keterangan:
I : kelompok eksperimen
II : kelompok kontrol
O1 : pretest
O2 : posttest
X : pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
C : pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Direct Instruction.
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau disebut dengan Variabel X.
Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah model pembelajaran Inquiri Terbimbing .
61
Riyanto Metodologi Pendidikan, (Jakarta: SIC,2011), h. 43
6
2. Variabel terikat atau variabel yang cenderung dapat dipengaruhi oleh variabel bebas,
dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah literasi sains dengan lambang (Y1) dan
sikap ilmiah dengan lambang (Y2). Hubungan antara variabel bebas (X) dengan variabel
Y1
X
Y2
Gambar 3.1
Diagram Pengaruh Variabel X dengan Y1 dan Y2
Keterangan :
X : Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Y1 : Literasi Sains
Y2 : Sikap Ilmiah
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bandar Lampung semester ganjil pada
Tahun Ajaran 2016/2017. Subjek penelitian terdiri dari populasi dan sampel. Populasi adalah
seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup, populasi berhubungan
dengan data bukan manusianya. Populasi terdiri atas subjek atau objek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian di tarik kesimpulan. 62 Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
peserta didik kelas X MIA di SMA Negeri 6 Bandar Lampung yang terdiri dari 4 kelas yang
62
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta,2012,h.117.
6
berjumlah 103 peserta didik . Sedangkan sampel penelitian ini adalah kelas X MIA 1 yang
berjumlah 27 peserta didik dan kelas X MIA 2 yang berjumlah 25 peserta didik .
F. Teknik Sampling
Untuk menentukan sampel yang akan diambil dari populasi yang ada maka
peneliti menggunakan teknik Cluster Random Sampling. Sampel dalam penelitian ini
adalah peserta didik pada dua kelas dari 4 kelas yang ada, yaitu peserta didik kelas X
MIA 1 dan ditetapkan sebagai kelas eksperimen dan peserta didik kelas X MIA 2
ditetapkan sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan
berikut:
a. Peneliti menyiapkan kertas undian sebanyak populasi kelas X yang ada disekolah,
yaitu sebanyak empat lembar kertas undian. Kertas undian tersebut bertuliskan
G. Prosedur Penelitian
1. Persiapan
mendukung penelitian.
6
perangkat tes soal keterampilan literasi sains peserta didik pada materi
keanekaragaman hayati, lembar observasi literasi sains dan angket sikap ilmiah.
a. Kelas Eksperimen
1. Melaksanakan proses
keanekaragaman hayati.
b. Kelas Kontrol
dibuat.
pelaksanaan penelitian.
diteliti. Dalam upaya memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti
1. Wawancara
guru mata pelajaran biologi dan peserta didik dengan memberikan pertanyaan
mengenai proses pembelajaran dan penilaian biologi peserta didik kelas X MIA di
2. Tes
Tes digunakan untuk mengetahui keterampilan proses sains peserta didik. Tes yang
akan diberikan kepada peserta didik berbentuk 10 soal essay. Tes ini berupa tertulis,
penilaian tes berpedoman pada hasil tertulis peserta didik terhadap indikator-indikator
3. Observasi
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data berupa observasi
karena teknik ini berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, ataupun gejala-gejala
alam pada responden yang diteliti. Lembar observasi ini berupa semua indikator
mengelompokkan/klasifikasi,menafsirkan/interpretasi,meramalkan/prediksi,melakukan
melaksanakan percobaan/penyelidikan.
4. Angket ( kuesioner)
Pada penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa angket karena
untuk mengukur sikap ilmiah peserta didik. Angket adalah teknik pengumpulan data dengan
menyerahkan atau mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi oleh responden. Responden
pertanyaan yang diajukan.63 Berdasarkan dari bentuk teknik pengukuran angket, yang
peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah skala likert untuk mengukur sikap ilmiah. Hasil
berupa kategori sikap ini yakni mendukung (pernyataan positif) atau menolak (pernyataan
negatif).
5. Dokumentasi
Dokumentasi pada penelitian ini berupa foto pada saat proses penelitian berlangsung.
I. Instrumen Penelitian
Prinsip penelitian adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik.
Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian
adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.
63
M. Iqbal Hasan, Metodologi penelitian dan Aplikasinya, (Jakarta: Ghalia Indonesia, Cet ke-
1 2002), h. 83.
64
Hamid Darmadi, Metode Penelitian Pendidikan Dan Sosial, (Bandung: Alfabeta,2013), h.
44.
7
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh
peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan
dipermudah olehnya.65 Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu diadakan uji coba
instrumen untuk mengukur validitas dan reabilitas tes atau angket sebelum digunakan pada
sampel yang akan diteliti. Uraian dari setiap jenis instrumen yang digunakan pada penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah angket sikap ilmiah peserta didik dalam belajar
biologi. Skala yang digunakan untuk mengukur instrumen angket sikap ilmiah peserta
didik dalam belajar biologi dengan menggunakan skala Likert. Skala likert digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau kelompok tentang fenomena
sosial.
jawaban, yaitu (SS) Sangat Sesuai, (S) Sesuai, (TS) Tidak Sesuai, dan (STS) Sangat Tidak
Sesuai.
Setelah instrumen untuk mengukur sikap ilmiah peserta didik disusun perlu
dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas agar layak untuk dijadikan
instrumen penelitian.
a. Validitas Isi
Untuk instrumen yang berbentuk test, maka pengujian validitas isi dapat
dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi ajar yang
65
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), h.192.
7
telah diajarkan.66 Cara yang dilakukan adalah semua alat ukur pengambilan data
diperiksa oleh team ahli bidang penelitian yang akan diangkat, yaitu dosen
pendidikan biologi. Setelah dikonsultasikan kepada para ahli maka diuji cobakan
dan dianalisis butir pernyataan yang valid dari 20 butir pernyataan angket sikap
b. Konsistensi Internal
Uji validitas ini merupakan uji ketepatan instrumen. Uji ini untuk mengetahui
valid atau tidak valid tiap butir tes yang diberikan. Konsistensi internal
rxy =
Keterangan:
Y = Skor total
66
Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian, (Bandung:ALFABETA, 2012), h. 353
7
Bila rxy dibawah 0,30, maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut
tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang. 67 Oleh karenanya, untuk
keperluan pengambilan data dalam penelitian ini, digunakan butir-butir soal dengan
kriteria valid, yaitu dengan membuang soal dengan kategori tidak valid.
c.Uji Reliabilitas
Cronbach yaitu:
Dimana:
bilangan konstanta
67
Sugiyono, Op.Cit. h. 179
7
kriteria empiris yang besarnya 0,7. Instrumen angket yang digunakan dalam
Test ini digunakan untuk menilai literasi sains peserta didik. Instrument penilaian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah lembar tes objektif, berbentuk essay sebanyak 17
butir soal. Validitas dan reliabilitas soal tes dilakukan untuk mendapatkan soal yang
memadai dari segi validasi, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran.
a) Uji Validitas
Uji Validitas adalah suatu instrumen pengukuran dikatakan valid jika instrumen
dapat mengukur sesuatu yang hendak diukur. Sebagaimana dikemukakan oleh Scarvia B.
(sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur).
Pengujian validitas isi dapat dibantu dengan menggunakan kisi-kisi instrumen. Dalam
kisi-kisi ini terdapat variabel yang akan diteliti, indikator sebagai tolak ukur dengan
nomor butir pertanyaan yang telah dijabarkan dalam indikator. Untuk menguji validitas
selanjutnya dapat diuji cobakan. Pada penelitian ini peneliti mengkonsultasikan kepada
satu validator yaitu Dosen Biologi. Uji validitas menggunakan rumus korelasi product
moment yaitu:68
68
Suharsmi Arikunto, Op.Cit. h. 213
7
rxy =
Keterangan:
Y = Skor total
Tabel 3.4
Interprestasi Indeks Korelasi “r” Product Moment
Besarnya “r” Product Moment (rxy) Interprestasi
Bila rxy dibawah 0,30, maka dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut tidak valid,
sehingga harus diperbaiki atau dibuang. 69 Oleh karenanya, untuk keperluan pengambilan
data dalam penelitian ini, digunakan butir-butir soal dengan kriteria valid, yaitu dengan
b) Tingkat Kesukaran
Instrumen yang baik adalah instrumen yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Sudijono mengatakan bermutu atau tidaknya butir-butir tes hasil belajar diketahui
69
Sugiyono, Op.Cit. h. 179
7
dari derajat kesukaran yang dimilki oleh masing-masing butir item tesebut. Menurut
Whiterington, angka indeks kesukaran item besarnya berkisar 0 sampai dengan 1,00. 70
Untuk menghitung tingkat kesukaran butir tes digunakan rumus sebagai berikut.
Keterangan:
= Skor maksimum.
N = Jumlah testee.71
Penafsiran tingkat kesukaran butir tes digunakan kriteria menurut Thorndike dan Hagen
Tabel 3.5
Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Soal
Besar P Interprestasi
70
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2006), h. 371
71
Harun Rasyid dan Mansyur, Penelitian Hasil Belajar, (Bandung: CV Wacana Prima, Cet.
1, 2007), h. 225
7
Dalam Sudijono butir-butir item tes penguasaan konsep matematis dapat dinyatakan
sebagai butir-butir item yang baik, apabila butir-butir item tersebut tidak terlalu sukar dan
tidak pula terlalu mudah dengan kata lain derajat kesukaran item itu adalah sedang. 72
Dalam Penelitian ini tingkat kesukaran yang bisa digunakan adalah tingkat kesukaran
c) Daya Beda
Menganalisis daya pembeda adalah mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan tes
tersebut dalam membedakan peserta didik yang termasuk ke dalam kategori lemah/rendah
dan kategori kuat/tinggi prestasinya. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung
Dimana:
DB = Daya beda
72
Ibid.
73
Novalia dan Syajali, Olah Data Penelitian Pendidikan, (Bandar Lampung: AURA, 2014), h.
49
8
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis daya pembeda butir tes adalah
sebagai berikut
1) Mengurutkan jawaban peserta didik mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah.
Keterangan:
Tabel 3.6
Klasifikasi Daya Pembeda
Daya Beda Interprestasi Daya
(DP) Beda
DP ≤ 0,20 Jelek
0,20 < DP ≤
Cukup
0,40
0,70
0,70 < DP ≤
Sangat Baik
1,00
Dalam penelitian ini uji daya beda soal yang digunakan adalah uji daya beda yang
d) Uji Reliabilitas
mengetahui tingkat keajegan suatu tes. Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes
berbentuk essay, pengujian reliabilitas secara internal menggunakan rumus Alpha dari
Cronbach yaitu:
Dimana:
1 = bilangan konstanta
74
Anas Sudijono, Op.Cit. h. 208
8
Dengan penelitian ini hasil perhitungan yang diperoleh dibandingkan dengan kriteria
empiris yang besarnya 0,7. Instrumen yang digunakan penulis dalam penelitian ini
Penelitian ini menggunakan data kuantitatif berupa posttes literasi sains dan data
kualitatif berupa lembar observasi literasi sains dan angket sikap ilmiah peserta didik.
Data dianalisis untuk mengetahui presentase siswa yang terbentuk selma kegiatan
Keterangan:
Tabel 3.7
Kategorisasi Persentase Skor Penilaian Praktikum
76-85% Baik
60-75% Cukup
55-59% Kurang
Data angket respon peserta didik yang diterapkan pada proses pembelajaran
dianalisis dengan cara menghitung presentase jawaban peserta didik menggunakan rumus
berikut: 75
Tabel 3.6
Kriteria Respon Peserta didik
Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas data
dan uji homogenitas data sebelum dilakukan uji hipotesis. Kemudian setelah hasil data yang
didapat sudah normal dan homogen selanjutnya dilakukan uji lanjut untuk uji hipotesis.
75
Suharsimi arikunto. Op.Cit. h. 93.
8
1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang berdistribusi normal atau
tidak. Uji kenormalan yang digunakan peneliti adalah uji liliefors. Rumus uji liliefors
sebagai berikut:
Dimana:
Dengan hipotesis:
1) Mengurutkan data
6) Menentukan S (zi) =
8
10) Membandingkan Lhitung dan Ltabel, serta membuat kesimpulan. Jika Lhitung ≤ Ltabel, maka
H0 diterima.76
2. Uji Homogenitas
buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas yang akan digunakan peneliti adalah uji
Barlett. Uji Barlett dapat digunakan untuk menguji homogenitas dari dua kelompok data
2
=
76
Novalia dan Syajali, Loc.Cit.
8
B=(
= ln (10)
5) Tentukan nilai
≤ maka H0 diterima.
Dengan :
S =
Keterangan :
Dengan :
: Ada pengaruh signifikan model inkuiri terbimbing terhadap literasi sains dan
77
Suharsimi Arikunto, Op.Cit. h.309
88
BAB IV
Uji coba instrumen telah dilakukan di SMA Negeri 6 Bandar Lampung. Instrumen
dalam penelitian ini meliputi angket sikap ilmiah peserta didik dan tes literasi sains
peserta didik. Sebelum instrumen disajikan terlebih dahulu dilakukan penelaahan hasil uji
coba instrumen. Hasil penelaahan data uji coba instrumen dijelaskan sebagai berikut.
Untuk memperoleh data angket sikap ilmiah peserta didik, dalam mengambil
data dilakukan uji coba yang terdiri dari 20 butir pernyataan pada populasi di luar
sampel penelitian. Uji coba dilakukan pada 26 peserta didik kelas XI SMA Negeri 6
Bandar Lampung. Data hasil uji angket dapat dilihat pada Lampiran 8.
a. Validitas Isi
Validitas angket ini menggunakan validitas isi. Validitas ini dilakukan dengan
menggunakan daftar checklist oleh satu validator yaitu Ovi Prasetya Winandari,
M.Si yang merupakan Dosen Pendidikan Biologi di UIN Raden Intan Lampung .
Berdasarkan uji validitas isi dari 20 butir pernyataan tentang sikap ilmiah
peserta didik maka semua butir pernyataan tersebut dapat digunakan untuk
instrument penelitian dalam pengambilan data peserta didik. Data hasil penilaian
angket dapat dilihat pada Lampiran 3.
b. Konsistensi Internal
Angket sikap ilmiah peserta didik yang diujikan sebanyak 20 butir pernyataan
angket dengan rumus korelasi product moment diperoleh seluruh butir angket
valid jika rxy ≥ 0,388. Perhitungan uji coba angket dapat dilihat pada Lampiran 8.
Berdasarkan kriteria butir penyataan yang akan digunakan untuk mengambil data
dari 20 butir penyataan angket seluruh yang dinyatakan valid sebanyak 15 butir
pernyataan yang memenuhi indikator dari sikap ilmiah dan dapat digunakan dalam
pengambilan data pada peserta didik.
c. Reliabilitas
89
Untuk memperoleh data tes kemampuan literasi sains peserta didik, dilakukan
uji coba tes kemampuan literasi sains yang terdiri dari 17 butir soal uraian pada
peserta didik di luar sampel penelitian. Uji coba dilakukan di kelas XI SMA Negeri 6
Bandar Lampung dengan jumlah 26 peserta didik . Data hasil uji coba tes literasi
sains peserta didik dapat dilihat pada Lampiran 13.
a. Validitas Isi
Tabel 4.1
Uji Validitas Butir Soal
90
1 0,509 Valid
2 0,657 Valid
4 0,613 Valid
6 0,693 Valid
7 0,617 Valid
9 0,491 Valid
11 0,696 Valid
12 0,729 Valid
13 0,515 Valid
17 0,897 Valid
b. Tingkat Kesukaran
Tabel 4.2
1 0,683 Sedang
2 0,673 Sedang
3 0,712 Mudah
4 0,673 Sedang
5 0,702 Mudah
6 0,663 Sedang
7 0,663 Sedang
8 0,779 Mudah
9 0,683 Sedang
10 0,721 Mudah
11 0,692 Sedang
12 0,683 Sedang
13 0,692 Sedang
14 0,712 Mudah
15 0,750 Mudah
16 0,769 Mudah
17 0,673 Sedang
Perhitungan tingkat kesukaran butir soal uji coba dapat dilihat selengkapnya
pada Lampiran 15. Berdasarkan kriteria tingkat kesukaran butir tes yang digunakan
untuk mengambil data maka item soal nomor 2 tidak layak digunakan. Ditinjau
92
dari rancangan kisi-kisi tes, dengan membuang butir tersebut tampak bahwa tes
yang diperoleh masih memenuhi konstruk tes yang akan digunakan untuk
mengambil data literasi sains.
Butir soal tersebut selanjutnya diuji daya bedanya. Uji daya beda digunakan
untuk membedakan antara peserta didik yang kemampuannya tinggi dengan
peserta didik yang kemampuannya rendah. Hasil analisis daya beda butir soal
dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Daya Beda Item Soal Tes
1 0,212 Cukup
2 0,308 Cukup
3 0,000 Jelek
4 0,231 Cukup
5 0,000 Jelek
6 0,327 Cukup
7 0,288 Cukup
8 0,135 Jelek
9 0,212 Cukup
10 0,019 Jelek
11 0,250 Cukup
12 0,327 Cukup
13 0,269 Cukup
14 0,192 Jelek
93
15 0,115 Jelek
16 0,000 Jelek
17 0,423 Baik
Hasil perhitungan daya beda butir soal tes dapat dilihat pada Lampiran 22.
Berdasarkan kriteria butir soal tes yang akan digunakan untuk mengambil data
maka butir soal tes uji coba memenuhi kriteria sebagai butir soal tes yang layak
digunakan untuk mengambil data.
d. Reliabilitas
Tabel 4.4
Hasil Tes Uji Coba Butir Soal
No Butir Soal Validitas T. Kesukaran Daya Beda
Berdasarkan hasil pada Tabel 4.4 setelah dilakukan perhitungan uji validitas,
tingkat kesukaran, dan daya beda, maka dapat disimpulkan bahwa dari jumlah 17
butir soal yang dapat digunakan untuk peserta didik sebanyak 10 butir soal yaitu
terdiri dari 1,2,4,6,7,9,11,12,13,17 yang memenuhi kriteria tes yang diharapkan
dan terdapat 7 butir soal yang tidak memenuhi kriteria terdiri dari
3,5,8,10,14,15,16.
95
Setelah data dari setiap variabel terkumpul yaitu data tentang sikap ilmiah dan data
tes literasi sains peserta didik pada materi Keanekaragaman Hayati, selanjutnya akan
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.
1. Data Angket Sikap Ilmiah
Data tentang sikap ilmiah pada peserta didik diperoleh dari angket sikap ilmiah
yang diberikan kepada peserta didik. Data tersebut dikelompokkan kedalam tiga
kategori yaitu sikap ilmiah tinggi, sikap ilmiah sedang, dan sikap ilmiah rendah.
Berdasarkan data yang telah terkumpul, jumlah peserta didik yang termasuk kedalam
kategori sikap ilmiah tinggi, sedang, dan rendah untuk kelas eksperimen dan kontrol
dapat dilihat pada Tabel 4.5
Tabel 4.5
Sebaran Siswa Dari Model Pembelajaran dan Sikap Ilmiah
Sikap Ilmiah
Tinggi Sedang Rendah Jumlah
Model Pembelajaran
Inquiri Terbimbing 8 9 10 27
Model Konvensional 7 8 10 25
Jumlah 15 17 20 52
dirangkum pada Tabel 4.6. Data perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 27
Tabel 4.6
Deskripsi Data Skor Kemampuan Literasi Sains Kelas
Eksperimen dan Kontrol
Ukuran Tendensi Ukuran Dospersi
Sentral
Kelompok Xmaks Xmin
Mo Mc R S
Dari Tabel 4.6 di atas, diperoleh hasil bahwa untuk kelas eksperimen nilai
tertinggi adalah 87,5, nilai terendah adalah 62,5. Dengan rata-rata ( ) = 73,519,
modus (Mo) = 75,0, median (Mc) = 72,5, jangkauan (R) = 25,0, dan simpangan baku (S)
= 6,803. Pada kelas kontrol nilai tertinggi adalah 82,5, nilai terendah adalah 57,5.
Dengan rata-rata ( ) = 69,200, modus (Mo) = 70,0, median (Mc) = 70,0, jangkauan (R)
= 25,0, dan simpangan baku (S) = 7,024. Dari deskripsi data tersebut dapat
disimpulkan bahwa literasi sains siswa pada kelas eksperimen lebih baik daripada
kelas kontrol.
3. Uji Normalitas Data Amatan
Uji Normalitas data amatan ini menggunakan metode liiefors. Uji normalitas
berfungsi untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari distribusi
normal atau tidak.
Uji normalitas data literasi sains dan sikap ilmiah dilakukan terhadap masing-
masing kelompok data, yaitu kelompok eksperimen (kelompok baris A 1) dan
kelompok kontrol (kelompok baris A2). Rangkuman hasil uji normalitas kelompok data
dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7
Rangkuman Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan hasil uji normalitas data literasi sains dan sikap ilmiah yang
terangkum dalam Tabel 4.7 di atas, tampak telihat bahwa nilai L maks untuk setiap
kelompok kurang dari L0,5;n. Ini berarti pada taraf nyata 5% hipotesis nol untuk setiap
kelompok diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada setiap
kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 26.
4. Uji Homogenitas Data Amatan
Tabel 4.8
Rangkuman Hasil Uji Homogenitas
No Kelompok Kesimpulan
Dari Tabel 4.8 terlihat bahwa nilai untuk setiap kelompok kurang dari ,
ini berarti taraf signifikan 5% hipotesis nol untuk setiap kelompok diterima. Dengan
demikian disimpulkan bahwa data pada setiap kelompok berasal dari populasi yang
homogen yang artinya setiap kelompok mempunyai variansi (kemampuan) yang
sama. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27.
98
Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji t. Uji-t digunakan untuk
mengetahui pengaruh dari variabel bebas yaitu model pembelajaran Inquiri Terbimbing
terhadap literasi sains dan sikap ilmiah peserta didik. Rangkuman hasil perhitungan uji-t
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6
Berdasarkan Tabel 4.6 diperoleh hasil perhitungan uji-t literasi sains yang
memiliki thitung = 2,256 dengan ttabel = 2,052 dan uji-t sikap ilmiah yang memiliki t hitung =
2,296 dengan ttabel = 2,052. Berdasarkan perhitungan tersebut terlihat bahwa t hitung
ttabel. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa H 0 ditolak sehingga Ha
diterima, artinya peserta didik yang memperoleh strategi pembelajaran Inquiri
Terbimbing lebih baik daripada peserta didik yang memperoleh strategi pembelajaran
langsung terhadap literasi sains dan sikap ilmiah peserta didik. Data Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 28.
C. Pembahasan
Menggunakan model inkuiri terbimbing setiap peserta didik akan lebih aktif
dalam belajar, karena dengan model ini peserta didik didorong utuk mengajukan
pertanyaan pada setiap materi pada saat pembelajaran.peserta didik juga tidak hanya
mengajukan pertanyaan melainkan dapat mencari jawaban yang ada untuk memecahkan
masalah. Model ini dapat membuat peserta didik lebih aktif berinteraksi antara peserta
didik lainnya dalam pemecahkan suatu masalah, sehingga peserta didik dapat
mengambil keputusan yang tepat.
Model ini juga dapat meningkatkan literasi sains peserta didik karena model ini
lebih aktif dan peserta didik dapat mengambil keputusan dalam menyelesaikan suatu
masalah yang ada. Dengan demikian peserta didik dapat meningkatkan sikap ilmiah
yang ada pada dirinya, karena sikap ilmiah adalah suatu sikap yang menerima pendapat
orang lain dengan baik dan benar yang tidak mengenal putus asa serta dengan
ketekunan juga keterbukaan. Keterlibatan peserta didik secara aktif baik fisik maupun
mental dalam kegiatan laboratorium akan membawa pengaruh terhadap pembentukan
pola tindakan peserta didik yang selalu didasarkan pada hal-hal yang bersifat ilmiah.
Berdasarkan hasil perhitungan dan teori-teori yang ada dapat disimpulkan bahwa
dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dalam mengajar akan
meningkatkan literasi sains dan sikap ilmiah yang ada pada diri peserta didik, sehingga
nilai yang diperoleh jauh lebih baik dibandingakan peserta didik yang dalam kegiatan
pembelajaran hanya menggunakan model konvensional yang dimana peserta didik
hanya berpusat pada guru.
10
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dari pengujian hipotesis yang dilakukan maka dapat
terhadap literasi sains dan sikap ilmiah peserta didik dengan yang menggunakan
model konvensional.
B. Saran
model pembelajaran yang akan diterapkan, agar peserta didik tidak pasif
dalam proses pembelajaran sehingga bisa membuat peserta didik lebih aktif
2. Peserta didik sebaiknya jangan takut dan ragu menuangkan ide-ide atau
(soal).
3. Semoga apa yang diteliti dapat dilanjutkan oleh penulis lain dengan penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Amalia Sapari dkk. Pembelajaran IPA di SD. Banten: Universitas Terbuka, 2014.
Budiyono. Penilaian Hasil Belajar, Program Pasca Sarjana: Universits Sebelas Maret
Surakarta, 2011.
Eris Puryanti Dan Maryamah. Penerapan Metode Kooperatif Script Terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas V Pada Mata Pelajaran SKI di Madrasah Ibtidaiyah Nurul
Huda Kabupaten Oku Timur, 2015.
10
Irzan Tahara, Enceng. Hubungan Kemandirian Belajar Dan Hasil Belajar Pada
Pendidikan Jarak jauh. Jurnal Pendidikan Terbuka Dan Jarak Jauh, 2006.
Luqman Haqi. Pengaruh Komunikasi Antara Guru Dengan Siswa Terhadap Motivasi
Belajar Siswa Kelas V MI Matholi‟ul Huda 02 Troso Jepara Tahun Pelajaran
2015. Skripsi FITK Universitas Islam Negri Wali Songo Semarang, 2015.
Mohammad Ali dkk. Pesikologi Ramaja Perkembangan Peserta didik Jakarta: Bumi
Aksara, 2009.
Marta Riana Panjaitan. Pengaruh Metode Inkuiri Terhadap Hasil Belajar MTK
Ditinjau Dari Kemandirian Belajar Siswa di SMP N 3 Salatiga UKSW. Jurnal
Ilmiah, 2013.
Nanang Martono. Metode Pnelitian Kuantitatif Analisis Isi Dan Analsis Data
Sekunder. Jakarta: Pers, 2015.
Nenden Farida, Isrok‟atun, Ani Nur Aeni. 2016. Pendekatan Open Ended Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kreatif Matematis Dan Kepercayaan Diri
Siswa. Jurnal Pena Ilmiah.
Srisilawati Abd Samad. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Siswa Pada Materi
Daur Air Dan Pristiwa Alam di Kelas V SDN 8 Kota Barat Kota Gorontalo.
Jurusan PGSD, 2015.
Sri Desiliya, Toto Nusantara, Abd Qohar. Pembelajaran TGT dengan Masalah Open
Ended Untuk Meningkatkan Berfikir Kristis. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Matematika, 2016.
Syaiful Rohim. Teori Komunikasi Persfektif Ragam dan Aplikasi. Jakarta: PT. Renika
Cipta, 2009.
Patta Bundu, “Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah Dalam Pembelajaran
Sains” (On-line) tersedia di :
http://wwwpojokfisikauniflor.blogspot.co.id/2011/02/sikap-
ilmiah.html, (12-02-2017), dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.