Ipem Dalam Amdal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 109

IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK

MODUL
LINGKUNGAN]

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Studi Amdal merupakan studi kelayakan rencana kegiatan dari


sudut pandang lingkungan, yang bersifat scientific (pada dokumen
Andal) dan bersifat manageable (pada dokumen RKL dan dokumen
RPL) sehingga dapat digunakan sebagai instrumen perencanaan
lingkungan. Metoda yang diadaptasi dalam studi Amdal berkaitan
dengan langkah-langkah pencandraan dan eksplanasi rona
lingkungan hidup awal, identifikasi dampak, prediksi dampak,
evaluasi dampak, beserta prosedur penilaian dan pengawasannya
(Munn, 1979). Hal-hal yang secara substansial tercakup dalam studi
Amdal antara lain adalah:

1. Deskripsi permasalahan lingkungan hidup yang mungkin timbul,


2. Kondisi-kondisi yang melandasi timbulnya dampak,
3. Teori, rumusan, tata hubungan antar-kondisi dan/atau antar-
peristiwa yang memperlihatkan adanya interaksi antara rencana
kegiatan dengan komponen lingkungan hidup,
4. Prediksi, estimasi, atau proyeksi peristiwa yang akan terjadi atau
gejala yang akan muncul dengan adanya rencana kegiatan
dikaitkan dengan karakteristik lingkungan di lokasi rencana
kegiatan,
5. Rekomendasi rencana kegiatan pencegahan, pengelolaan,
pengendalian, dan pemantauan dampak lingkungan yang mungkin
timbul.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 1


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Prinsip dasar yang digunakan dalam penyusunan studi Amdal


adalah:

1. Memfokuskan perhatian hanya pada isu-isu pokok,


2. Melibatkan stakeholders (instansi, pakar, masyarakat),
3. Mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Metoda yang digunakan dalam studi Amdal biasanya merupakan


kombinasi antara metoda Check-list, Matrice, Flowchart, dan Overlay
(Munn, 1979).

Dampak penting yang ditelaah dalam studi Amdal mencakup


komponen rencana kegiatan sebagai sumber dampak dan komponen
lingkungan sebagai komponen terkena dampak. Komponen rencana
kegiatan dikelompokkan menurut tahapan:
1. Tahap prakonstruksi,
2. Tahap konstruksi,
3. Tahap operasi,
4. Tahap pascaoperasi.

Masing-masing tahapan kegiatan tersebut terdiri dari beberapa jenis


kegiatan. Tahapan dan jenis kegiatan disesuaikan dengan
karakteristik rencana kegiatan yang ditelaah. Komponen lingkungan
hidup yang ditelaah dikelompokkan dalam:
1. Komponen Geofisik-Kimia,
2. Komponen Biologi,
3. Komponen Sosial,
4. Komponen Kesehatan Masyarakat.

Masing-masing komponen lingkungan hidup tersebut terdiri dari


beberapa sub-komponen dan parameter lingkungan hidup.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 2


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

1.2 Deskripsi Singkat

Modul ini membahas metodologi Amdal untuk para penilai


dokumen Amdal yang mencakup metodologi identifikasi dampak
penting hipotetik, pengumpulan dan analisis data, prakiraan dampak
dan evaluasi dampak secara holistik.

1.3 Tujuan Pembelajaran

1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu menilai
penggunaan metodologi Amdal.

2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat:
a. Melakukan penilaian terhadap metodologi identifikasi dampak
b. Melakukan penilaian terhadap metodologi pengumpulan dan
analisis data
c. Melakukan penilaian terhadap metodologi prakiraan dampak
d. Melakukan penilaian terhadap metodologi evaluasi dampak
secara holistik

1.4 Materi Pokok Dan Submateri Pokok

1. Materi Pokok
a. Metodologi identifikasi dampak
b. Metodologi pengumpulan dan analisis data
c. Metodologi prakiraan dampak
d. Metodologi evaluasi dampak secara holistik
2. Submateri Pokok
a. Metoda yang digunakan untuk identifikasi dampak
b. Metoda yang digunakan untuk penentuan batas wilayah studi

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 3


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

c. Metoda pengumpulan dan analisis data untuk rona awal


d. Metoda pengumpulan dan analisis data untuk prakiraan dampak
e. Metoda untuk menentukan besaran dampak
f. Metoda untuk menentukan sifat penting dampak
g. Metoda untuk menentukan evaluasi dampak secara holistik

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 4


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

BAB II

PENAPISAN DAN PELINGKUPAN

2.1 Proses Penapisan Usaha dan/atau Kegiatan

Setiap Usaha dan/atau Kegiatan yang berdampak penting terhadap


lingkungan hidup wajib memiliki Amdal. Untuk menentukan rencana Usaha
dan/atau Kegiatan tersebut wajib Amdal atau tidak, pemrakarsa melakukan
penapisan sesuai dengan tata cara penapisan sebagaimana tercantum
dalam bagan alir tata cara penapisan untuk menentukan wajib tidaknya
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan memiliki Analisis mengenai dampak
lingkungan hidup , proses penapisan ini tercantum pada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha
Dan/Atau Kegiatan Yang Wajib Memiliki Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan Hidup

2.2 Pelingkupan

Pelingkupan atau scoping dalam AMDAL adalah proses untuk


membatasi ruang lingkup kajian ANDAL atau proses untuk menjelaskan apa
yang akan dikaji dalam ANDAL. Tujuan pelingkupan adalah untuk
menemukan atau menetapkan dampak penting, prioritas dampak penting
serta lingkup wilayah dan waktu kajian dari suatu rencana kegiatan
terhadap lingkungan. Oleh karena AMDAL merupakan alat yang akan
membantu pengambil keputusan terhadap dampak suatu rencana kegiatan,
maka pelingkupan pada dasarnya bertujuan untuk membatasi ruang lingkup
studi AMDAL pada hal-hal yang penting bagi pengambilan keputusan.
Pelingkupan dalam AMDAL akan meliputi pelingkupan dampak penting dan
pelingkupan wilayah studi dan waktu studi. Proses pelingkupan dampak
penting akan meliputi kegiatan-kegiatan: identifikasi dampak potensial,
Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 5
IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

evaluasi dampak potensial untuk memperoleh dampak penting hipotetik dan


klasifikasi dan prioritas dampak penting untuk memperoleh prioritas dampak
penting hipotetik.
Pelingkupan merupakan proses yang sangat penting karena pada
tahap ini akan ditetapkan lingkup permasalahan yang akan dikaji dalam
studi AMDAL. Proses pelingkupan sebenarnya sudah digunakan sejak awal
proses perencanaan pembangunan, yaitu sewaktu pemrakarsa dan
pemerintah memikirkan dan membahas berbagai alternatif proyek yang
akan dibangun di suatu daerah. Pelingkupan pada tahap ini disebut
pelingkupan kebijaksanaan dan perencanaan (policy planning scoping).
Setelah proyek tersebut sudah akan dilaksanakan dan dinyatakan wajib
AMDAL, maka perlu melakukan pelingkupan lagi. Pelingkupan yang
digunakan pada tahap ini adalah pelingkupan sosial dan pelingkupan
ekologi (social and ecological scoping). Jenis pelingkupan inilah yang
dilakukan dalam proses AMDAL.
Sebagaimana defenisi ANDAL, yang akan dikaji secara mendalam
terbatas pada dampak penting saja. Hal ini berarti bahwa hanya kegiatan
dan komponen lingkungan tertentu serta proses-proses tertentu saja yang
akan dikaji dalam ANDAL. Dengan kata lain, tidak perlu mengkaji secara
mendalam semua kegiatan, semua komponen serta semua dampak yang
akan timbul baik terhadap komponen fisik kimia, biologi, sosial ekonomi dan
budaya serta kesehatan masyarakat. Oleh karena AMDAL merupakan alat
perencanaan yang akan memberikan masukan dalam pengambilan
keputusan, maka istilah penting harus dikaitkan dengan proses
pengambilan keputusan. Dalam proses pelingkupan sedapat mungkin dapat
dibedakan antara penting bagi ilmu pengetahuan dan penting bagi
pengambilan keputusan.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 6


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

2.2.1 Kegunaan Pelingkupan

Oleh karena pelingkupan akan membatasi aspek yang dikaji pada


hal-hal yang penting saja, maka proses pelingkupan akan sangat berguna
dalam rangka efektifitas dan efisiensi pelaksanaan studi AMDAL, melalui:
1. Identifikasi dampak penting serta prioritas dampak penting hipotetik,
sehingga kajian akan lebih terfokus.
2. Menetapkan kornponen kegiatan yang akan menimbulkan dampak
penting.
3. Menetapkan komponen lingkungan baik fisik kimia, biologi, sosial
ekonomi, sosial budaya dan kesehatan masyarakat, yang akan
terkena dampak penting.
4. Menetapkan parameter dampak yang akan diukur.
5. Menetapkan jenis data dan informasi yang akan dikumpulkan, serta
sumber dan lokasi pengambilannya.
6. Data yang dikumpulkan akan terbatas pada yang diperlukan saja.
7. Menentukan bidang keahlian yang sesuai serta memilih anggota tim
yang betul-betul ahli dalam bidangnya.
8. Tenaga, waktu dan biaya akan lebih efektif dan efisien.

2.2.2 Proses Pelingkupan

Pelingkupan yang akan dilakukan dalam AMDAL adalah pelingkupan sosial


dan ekologi. Skema proses pelingkupan sosial dan ekologi ditunjukkan pada
Gambar 1 dan skema proses pelingkupan dampak penting ditunjukkan pada
Gambar 2. Selanjutnya pada Tabel 1 ditunjukkan input dan output untuk setiap
tahapan proses pelingkupan.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 7


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Rona Nilai Sosial Ekonomi


Lingkungan Budaya dan Ekologi

Prioritas Rencana
Skoping
Dampak Studi
Penting AMDAL

Rencna Diskripsi Proyek


Kegiatan Yang Diusulkan

Keahlian dan
Pengalaman Tim
AMDAL

Gambar 1. Proses Pelingkupan Sosial dan Ekologi Dalam AMDAL

KEGIATAN
LAIN TERKAIT

RENCANA
KEGIATAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK
DAMPAK POTENSIAL

RONA
LINGKUNGAN

KONSULTASI IDENTIFIKASI EVALUASI


PUBLIK DAMPAK DAMPAK
POTENSIAL POTENSIAL

Gambar 2. Skema Proses Pelingkupan Dampak Penting

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 8


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Tabel 1. Input dan Output Setiap Tahapan Proses Pelingkupan

No. Tahapan Input Utama Output


1. Mengenal deskripsi Deskripsi rencana kegiatan Daftar komponen
rencana kegiatan dari pemrakarsa. kegiatan yang mungkin
Informasi tipikal jenis menimbulkan dampak
kegiatan (literatur)
2. Mengenal rona Informasi rona lingkungan Daftar komponen
lingkungan hidup awal (data sekunder dan lingkungan yang mungkin
peta-peta) terkena dampak dan peta
Kunjungan lapangan kasar lingkungan sekitar
Kajian peraturan
Informasi kegiatan lain
sekitar kegiatan
Hasil konsultasi masyarakat
3. Identifikasi dampak Daftar komponen kegiatan Daftar panjang semua
potensial yang mungkin menimbulkan dampak yang mungkin
dampak terjadi dan peta lokasi
Daftar komponen lingkungan dampak yang mungkin
yang mungkin terkena terjadi
dampak
Hasil konsultasi masyarakat
Kajian peraturan
4. Evaluasi dampak Daftar panjang semua Daftar pendek dampak
potensial dampak yang mungkin terjadi yang perlu di kaji di
dan peta lokasi dampak yang ANDAL dan peta dampak
mungkin terjadi yang akan dikaji
Hasil konsultasi masyarakat
Kajian peraturan
5. Pelingkupan wilayah Peta dimana dampak akan Batas proyek, batas
studi dikaji ekologis, batas sosial,
batas administratif, batas
wilayah studi
6. Pelingkupan waktu Daftar pendek dampak yang Rentang waktu dampak,
studi perlu dikaji di ANDAL tahun yang dipakai untuk
prediksi dampak

Proses di atas merupakan tahapan penting dalam penyusunan


Kerangka Acuan. Proses ini secara umum akan meliputi tahap-tahap
sebagai berikut:

1. Deskripsi lengkap mengenai rencana kegiatan yang akan dilaksanakan.


2. Deskripsi lengkap komponen lingkungan yang mencakup komponen fisik-
kimia, biologi, sosial ekonomi dan budaya, dan kesehatan masyarakat.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 9


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

3. Identifikasi dampak potensial yang mungkin timbul dari setiap rencana


kegiatan yang akan dilaksanakan.
4. Evaluasi dampak potensial untuk memperoleh dampak penting hipotetik.
5. Klasifikasi dan prioritas dampak penting untuk mendapatkan prioritas
dampak penting hipotetik (digunakan pertimbangan lingkungan dan
ekonomi).
6. Menetapkan batas yang realistis pelaksanaan studi, baik secara spasial,
temporal dan yurisdiksi (batas wilayah studi).
Selanjutnya pada Tabel 2 ditunjukkan unsur-unsur informasi yang
sebaiknya ada dalam pernyataan dampak serta manfaatnya untuk lingkup
ANDAL.

Tabel 2. Unsur Informasi Dalam Pernyataan Dampak dan Manfaatnya

No. Tahapan Input Utama


1. Komponen rencana kegiatan Untuk menentukan batas wilayah studi (batas
yang diprakirakan menjadi proyek)
sumber dampak Untuk menentukan kebutuhan pengumpulan
data teknis tambahan (seperti lokasi sumber
dampak, besar buangan, frekuensi buangan)
yang dapat meningkatkan akurasi informasi
dalam ANDAL
2. Komponen lingkungan hidup Untuk menentukan batas wilayah studi (batas
yang diprakirakan akan ekologis, batas sosial)
menerima dampak Untuk menentukan tenaga ahli yang
dibutuhkan (bidang-bidang ilmu yang perlu
tercakup)
Untuk menentukan metode prakiraan dampak
dan evaluasi dampak
3. Parameter apa yang harus dikaji Untuk menentukan metode pengumpulan data,
dalam ANDAL metode analisis laboratorium, dan metode
pengambilan dan penyimpanan sampel
4. Lokasi prakiraan awal sebaran Untuk menentukan lokasi pengambilan sampel
dampak dalam pengumpulan data rona lingkungan
5. Waktu dimana dampak Untuk menentukan saat-saat dimana
diprakirakan terjadi pengambilan sampel harus dilakukan
(misalnya tergantung musim)
Untuk menentukan tahapan kegiatan dimana
prakiraan dampak dilakukan

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 10


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Pelingkupan dilakukan pada awal pelaksanaan studi AMDAL oleh tim


interdisiplin dan akan menjadi inti Kerangka Acuan Analisis Dampak
Lingkungan Hidup (KA-ANDAL). Pelingkupan diawali dengan mempelajari
rencana kegiatan yang akan dilaksanakan secara detail serta kondisi
lingkungan di mana kegiatan tersebut akan dilaksanakan. Kedua hal tersebut
menjadi dasar dalam melakukan identifikasi dampak. Pada tahap awal, perlu
melakukan identifikasi dampak selengkapnya, kemudian dari seluruh dampak
potensial tersebut dievaluasi untuk memperoleh dampak penting. Dampak
penting inilah yang akan dicakup dalam ruang lingkup studi ANDAL.
Pemahaman terhadap dampak penting seringkali menjadi sangat kritis
dibanding dampak besar. Pengertian dampak besar terkait dengan ukuran
intensitas sementara dampak penting terkait dengan ukuran kepentingan.
Saat ini, yang dimaksud dengan dampak penting adalah dampak besar dan
penting. Suatu dampak besar belum tentu bermakna jika kepentingannya
kurang dan sebaliknya walaupun dampak tersebut tergolong kecil namun
kepentingannya tinggi maka dampak tersebut sangat perlu diperhatikan.
Oleh karena itu, pengetahuan mengenai hal penting sangat perlu ditegaskan
pada tahap awal analisis.
Hal penting merupakan sesuatu yang diperhatikan atau dianggap
penting. Hal penting ini terkait dengan kualitas hidup yaitu meliputi (1) derajat
dipenuhinya kebutuhan hidup sebagai makhluk hayati, (2) derajat
dipenuhinya kebutuhan hidup manusiawi, dan (3) derajat kebebasan untuk
memilih. Informasi mengenai hal penting dapat diperoleh dari (1) pemrakarsa
atau pakar yang melaksanakan studi kelayakan, (2) pejabat yang
berwewenang, (3) masyarakat yang berkepentingan dan dapat juga
masyarakat internasional. Metode identifikasi hal penting ini antara lain
meliputi (1) telaah proyek dan penelitian lapang, (2) telaah literatur, (3)
wawancara dan kuesioner, (4) penelitian partisipatif, (5) rapat dan lokakarya,

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 11


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

(6) simulasi dan (7) metode delphy.


Pelingkupan rencana kegiatan, komponen lingkungan serta dampak
penting yang mungkin timbul harus dilakukan melalui proses-proses ilmiah.
Pelingkupan diadopsi dari dimensi strategic Reductive yaitu dimensi ke tiga
dari empat dimensi Pengelolaan Lingkungan Terpadu (Integrated
Environmental Management). Dua dimensi sebelumnya adalah
Komprehensivitas dan Interkoneksitas.
Dimensi komprehensif adalah ide dasar perencanaan dan
pengambilaan keputusan. Komprehensif mengandung pengertian lingkup
yang luas dan berbagai pemikiran-pemikiran. Dalam konteks proses
pelingkupan, yang penting diperhatikan dalam mengaktualisasikan dimensi
komprehensif adalah derajat ketercakupan suatu komponen dalam struktur.
Mendefenisikan lingkup suatu aktivitas pengelolaan merupakan jawaban atas
pertanyaan subyek apa yang harus dilibatkan dalam proses. Aspek ini
merupakan bagian penting yang harus dikerjakan pada tahap awal analisis.
Faktor-faktor yang dijelaskan dalam menggerakkan derajat
ketercakupan adalah (1) elemen-elemen atau komponen lingkungan yang
dipertimbangkan dan (2) fungsi-fungsi. Dengan kata lain, keseluruhan
komponen baik fisik kimia, biologi, sosial ekonomi budaya dan kesehatan
masyarakat harus sudah dipertimbangkan dalam mengaplikasikan dimensi
komprehensif.
Dimensi interkonektif menyatakan keterkaitan proses-proses dan
komponen-komponen dalam struktur yang dikaji. Dalam praktek, interaksi
dan koordinasi berbagai komponen mengarah ke pengertian interkoneksi.
Dimensi strategic-reduktive (pelingkupan) merupakan konsep
dasar yang akan membatasi ruang gerak dimensi komprehensif dan
interkonektif. Seperangkat komponen yang dipertimbangkan harus betul-
betul merupakan komponen yang terlibat dan dinilai penting. Dimensi ini

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 12


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

akan menyusun kemudian mereduksi kompleksitas dan kesulitan-kesulitan


pencapaian derajat komprehensif secara murni. Tim AMDAL harus mampu
mengidentifikasi dan memilih aspek-aspek kunci, menyeleksi isu-isu kritis
dan fungsi-fungsi yang esensial untuk mencapai sukses. Dalam praktek,
pelaksanaan dimensi ini sangat bersifat situasional.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 13


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

BAB III

METODOLOGI IDENTIFIKASI
DAMPAK PENTING HIPOTETIK

3.1 Pengertian Identifikasi Dampak

Identifikasi dampak merupakan serangkaian proses untuk


mengenali jenis-jenis rencana kegiatan yang berpotensi menjadi
sumber dampak dan mengenali parameter-parameter lingkungan yang
berpotensi terkena dampak penting. Identifikasi dampak merupakan
proses awal kegiatan analisis dampak rencana kegiatan terhadap
lingkungan hidup.

3.2 Tujuan Identifikasi Dampak

Tujuan identifikasi dampak adalah untuk mengenali komponen


rencana usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menjadi sumber
dampak, komponen lingkungan yang terkena dampak, interaksi antara
kedua komponen tersebut, dampak yang akan terjadi (termasuk urutan
dampak: primer dan turunan), sifat dampak, dan parameter-parameter
lingkungan yang terkena dampak.

Untuk mencapai tujuan identifikasi segenap dampak lingkungan


hidup yang secara potensial akan timbul sebagai akibat adanya
rencana usaha dan/atau kegiatan perlu dilengkapi dengan serangkaian
konsultasi dan diskusi dengan para pakar, pemrakarsa, instansi yang
bertanggungjawab, masyarakat yang berkepentingan serta dilengkapi
dengan hasil pengamatan lapangan (observasi).

Menurut Canter (1977), proses identifikasi dampak dapat


dilakukan melalui tiga tahapan kegiatan, yaitu:

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 14


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

1. Membuat uraian rona lingkungan hidup awal,


2. Menentukan berbagai komponen kegiatan yang menimbulkan
dampak,
3. Menentukan komponen lingkungan yang berubah akibat kegiatan.

3.3 Metoda Identifikasi Dampak

Ada berbagai metoda identifikasi dampak yang dapat digunakan,


antara lain metoda check-list, matrik, overlay, flowchart, permodelan,
dan simulasi. Langkah awal identifikasi bisa dimulai dengan menyimak
masalah utama yang diduga akan muncul dari hasil proses
perlingkupan. Metoda identifikasi dampak yang paling sederhana
adalah metoda check-list, yang memuat daftar/informasi tentang:

1. Rincian tahapan dan jenis rencana kegiatan yang menimbulkan


dampak,
2. Rincian parameter lingkungan yang diperkirakan akan terkena
dampak.

Proses identifikasi dampak menggunakan metoda cheklist ini


hasilnya dituangkan dalam matrik interaksi antara komponen rencana
kegiatan dan komponen lingkungan. Proses selanjutnya dilakukan
penentuan jenis kegiatan dan komponen lingkungan yang mempunyai
hubungan sebab-akibat sangat kuat yang akan diprediksi dan
dievaluasi dampaknya.

Selain menggunakan checklist dan matrik interaksi, juga digunakan


diagram alir dampak untuk memperlihatkan alur dampak sehingga
akan terlihat gradasi orde dampak primer, sekunder, tersier dan
seterusnya yang akan bermanfaat dalam penentuan prioritas
pengelolaan dan pemantauan dampak.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 15


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Secara umum, identifikasi dampak dapat dilakukan menggunakan


metode berikut:
a) penelaahan pustaka;
b) analisis isi (content analysis);
c) interaksi kelompok (rapat, lokakarya, brainstorming, dan lain-lain);
d) metode ad hoc;
e) daftar uji (sederhana, kuesioner, deskriptif);
f) matrik interaksi sederhana;
g) bagan alir (flowchart);
h) pelapisan (overlay);
i) pengamatan lapangan (observasi).

Berikut diberikan contoh identifikasi dampak dengan matriks


interaksi dampak sehingga dengan mudah dapat ditampilkan interaksi
antara rencana kegiatan terhadap komponen lingkungan yang terkena
dampak. Format matrik identifikasi dampak rencana kegiatan yang
akan digunakan disajikan pada Tabel 2.1.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 16


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Tabel 2.1.
Contoh Format Matriks Identifikasi Dampak
Komponen Kegiatan
No Komponen Lingkungan Prakonstruksi Konstruksi Operasi Pascaoperasi
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
I. Geofisik-Kimia
1. Iklim
2. Kualitas Udara & Kebisingan
3. Fisiografi dan Geologi
4. Hidrologi
5. Kualitas Air
6. Hidrooseanografi
7. Ruang, lahan dan tanah
8. Transportasi
II. Biologi
1. Flora dan fauna darat
2. Plankton
3. Makrozoobentos
4. Nekton
5. Mikroorganisma Air
III. Sosial-Ekonomi-Budaya
1. Kependudukan
Struktur penduduk
Tingkat & sebaran
kepadatan
Tingkat kelahiran & kematian
Migrasi penduduk
Pertumbuhan penduduk
Angkatan kerja produktif
2. Sosial-Ekonomi
Kesempatan kerja
Mata pencaharian penduduk
Pendapatan penduduk
Peluang berusaha
Kepemilikan lahan
3. Sosial-Budaya
Pranata Sosial
Adat istiadat
Proses sosial
Persepsi & sikap masyarakat
IV. Kesehatan Masyarakat
1. Jenis dan fasilitas kesehatan
2. Insidensi-prevalensi penyakit
3. Sanitasi lingkungan
4. Pelayanan kesehatan
Keterangan:
Tahap Prakonstruksi: Tahap Konstruksi: Tahap Operasi: Tahap Pascaoperasi:
1. Survai dan penetapan batas 1. Mobilisasi peralatan dan material 5. Pengurugan perairan 1. Keberadaan bangunan yang
areal reklamasi. 2. Pengambilan material urug 6. Pembangunan pengaman menjorok ke laut
2. Perijinan. 3. Pengangkutan material urug pantai 2. Pengamanan & pemeliharaan
3. Sosialisasi rencana kegiatan 4. Pembangunan talud pengaman 7. Pematangan Lahan bangunan pengaman pantai
4. Rekuitmen tenaga kerja 8. Demobilisasi peralatan 3. Pengurusan Hak Atas Tanah
4. Pengalokasian Lahan
5. Pemanfaatan Lahan

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 17


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

3.4 Metoda Penentuan Batas Wilayah Studi

Wilayah studi Amdal merupakan resultante dari batas wilayah


proyek, ekologis, sosial dan administratif setelah mempertimbangkan
kendala teknis yang dihadapi. Batasan ruang lingkup wilayah studi
penentuannya disesuaikan dengan kemampuan pelaksana yang
biasanya memiliki keterbatasan sumber data, seperti waktu, dana,
tenaga, teknis, dan metode telaahan. Setiap penentuan masing-
masing batas wilayah (proyek, ekologis, sosial dan administratif) harus
dilengkapi dengan justifikasi yang kuat.

Batas wilayah studi harus dilengkapi dengan peta batas wilayah


studi yang dapat menggambarkan batas wilayah proyek, ekologis,
sosial dan administratif. Selain itu, harus teridentifikasi secara jelas
batas waktu kajian yang akan digunakan dalam melakukan prakiraan
dan evaluasi dampak dalam kajian ANDAL. Batas waktu kajian
minimal dilakukan selama umur rencana usaha dan/atau kegiatan
berlangsung. Penentuan batas waktu kajian ini selanjutnya digunakan
sebagai dasar untuk melakukan penentuan perubahan rona
lingkungan tanpa adanya rencana usaha dan/atau kegiatan atau
dengan adanya rencana usaha dan/atau kegiatan.

Penetapan lingkup wilayah studi dimaksudkan untuk membatasi


luas wilayah studi ANDAL sesuai hasil pelingkupan dampak penting,
dan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya, waktu dan
tenaga, serta saran pendapat dan tanggapan dari masyarakat yang
berkepentingan. Lingkup wilayah studi ANDAL ditetapkan berdasarkan
pertimbangan batas batas ruang sebagai berikut:

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 18


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

1) Batas proyek
Batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan akan melakukan kegiatan pra-konstruksi,
konstruksi dan operasi. Dari ruang rencana usaha dan/atau
kegiatan inilah bersumber dampak terhadap lingkungan hidup di
sekitarnya, termasuk dalam hal ini alternatif lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan.
2) Batas ekologis
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan menurut media transportasi
limbah (air, udara), dimana proses alami yang berlangsung di dalam
ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar.
Termasuk dalam ruang ini adalah ruang di sekitar rencana usaha
dan/atau kegiatan yang secara ekologis memberi dampak terhadap
aktivitas usaha dan/atau kegiatan.
3) Batas sosial
Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha dan/atau
kegiatan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang
mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk
sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses dinamika sosial
suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami
perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan.
Batas sosial ini sangat penting bagi pihak-pihak yang terlibat
dalam studi ANDAL, mengingat adanya kelompok-kelompok
masyarakat yang kehidupan sosial ekonomi dan budayanya akan
mengalami perubahan mendasar akibat aktivitas usaha dan/atau
kegiatan. Mengingat dampak lingkungan hidup yang ditimbulkan

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 19


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

oleh suatu rencana usaha dan/atau kegiatan menyebar tidak


merata, maka batas sosial ditetapkan dengan membatasi batas-
batas terluar dengan memperhatikan hasil identifikasi komunitas
masyarakat yang terdapat dalam batas proyek, ekologis serta
komunitas masyarakat yang berada di luar batas proyek dan
ekologis namun berpotensi terkena dampak yang mendasar dari
rencana usaha dan/atau kegiatan melalui penyerapan tenaga kerja,
pembangunan fasilitas umum dan fasilitas sosial.
4) Batas administratif
Batas administrasi adalah ruang dimana masyarakat dapat
secara leluasa melakukan kegiatan sosial ekonomi dan sosial
budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku di dalam ruang tersebut. Batas ruang tersebut dapat berupa
batas administrasi pemerintahan atau batas konsesi pengelolaan
sumber daya oleh suatu usaha dan/atau kegiatan (misalnya, batas
HPH, batas kuasa pertambangan).
Dengan memperhatikan batas-batas tersebut dan
mempertimbangkan kendala-kendala teknis yang dihadapi (dana,
waktu, dan tenaga), maka akan diperoleh ruang lingkup wilayah
studi yang dituangkan dalam peta dengan skala yang memadai.
5) Batasan ruang lingkup wilayah studi ANDAL
Batasan ruang lingkup wilayah studi ANDAL adalah ruang yang
merupakan kesatuan dari keempat wilayah di atas, namun
penentuannya disesuaikan dengan kemampuan pelaksana yang
biasanya memiliki keterbatasan sumber data, seperti waktu, dana,
tenaga, teknik, dan metode telaahan. Dengan demikian, ruang
lingkup wilayah studi memang bertitik-tolak pada ruang bagi

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 20


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

rencana usaha dan/atau kegiatan, kemudian diperluas ke ruang


ekosistem, ruang sosial dan ruang administratif yang lebih luas.

3.5 Metoda Penentuan Batas Waktu Kajian

Lingkup batasan waktu kajian ANDAL ditetapkan berdasarkan


pertimbangan batasan waktu pelaksanaan rencana usaha dan/atau
kegiatan. Batasan waktu kajian adalah batas waktu kajian yang akan
digunakan dalam melakukan prakiraan dan evaluasi dampak dalam
kajian ANDAL. Batas waktu tersebut minimal dilakukan selama umur
rencana usaha dan/atau kegiatan berlangsung. Penentuan batas
waktu kajian ini selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk melakukan
penentuan perubahan rona lingkungan tanpa adanya rencana usaha
dan/atau kegiatan atau dengan adanya rencana usaha dan/atau
kegiatan.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 21


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

BAB IV
METODOLOGI
PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

4.1 Pengertian Pengumpulan dan Analisis Data

Pengumpulan data adalah serangkaian tindakan yang


terencana dan sistematis untuk memperoleh data dan informasi
tentang suatu keadaan tertentu menggunakan cara tertentu yang telah
disepakati sedangkan analisis data adalah serangkaian tindakan untuk
memilih, mengolah, mengklasifikasi dan menginterpretasi data sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengumpulan dan analisis data dalam studi Amdal dilakukan


untuk menyusun rona lingkungan hidup awal pada saat studi dilakukan
sebagai data basis untuk keperluan prediksi dan evaluasi dampak.
Pengumpulan data bisa dilakukan secara langsung melalui
pengukuran in situ, pengambilan sampel, maupun secara tidak
langsung melalui data yang telah dipublikasi oleh pihak lain.

Dalam studi Amdal, lokasi-lokasi pengambilan data ditetapkan


pada lokasi tapak rencana kegiatan dan beberapa lokasi di sekitarnya
yang diperkirakan terkena dampak sehingga kondisi rona awal pada
lokasi-lokasi calon penerima dampak dapat terukur/teramati.

4.2 Tujuan Pengumpulan dan Analisis Data


Pengumpulan dan analisis data berbagai komponen lingkungan
dilakukan untuk:
1. Menelaah, mengamati, mengukur rona lingkungan awal yang
diperkirakan terkena dampak penting rencana kegiatan;
2. Menelaah dan mengamati komponen rencana kegiatan yang

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 22


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

diperkirakan terkena dampak dari lingkungan hidup sekitarnya;


3. Memprakirakan kualitas lingkungan akibat rencana kegiatan,
berdasarkan perhitungan data dari parameter rona lingkungan hidup
awal.

4.3 Metoda Pengumpulan Dan Analisis Data Untuk Rona Awal


C.1. Komponen Geofisik-kimia
Beberapa komponen lingkungan dan parameter yang termasuk
komponen geofisik-kimia disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1.
Beberapa komponen Geofisik-kimia yang dikaji

No. Komponen Lingkungan Parameter Jenis Data


Iklim
1. Iklim Curah hujan Sekunder
Suhu udara
Kelembaban
Angin (arah dan kecepatan)
2. Kualitas Udara SO2 Primer
NO2
Ox (Oksidan)
Total Partikel Debu (TSP)
CO
Pb
Hidrokarbon
3. Kebisingan Kebisingan Primer
Fisiografi dan Geologi
1. Bentuk Lahan Kemiringan lereng (slope) Primer dan
Beda tinggi sekunder
Penggunaan lahan
2. Tanah Distribusi ukuran butir Primer dan
Batas-batas Atterberg sekunder
3. Struktur Geologi Jenis batuan Posisi dan Sekunder
penyebaran Sifat fisik batuan
4. Kerawanan Struktur Geologi Kekar Sekunder
Sesar
Lipatan

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 23


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

No. Komponen Lingkungan Parameter Jenis Data


5. Hidrologi Air permukaan meliputi Primer dan
karakteristik DPS, intensitas Sekunder
hujan,sistem drainase,pola arus,
debit sungai, banjir, angkutan
dan volume sedimen, kualitas
fisik dan kimia,
6. Kegempaan Kekuatan gempa Sekunder
7. Bencana Geologi Longsor Sekunder
Gempa
Tsunami

C.1.1. Iklim
Data iklim yang diteliti meliputi data curah hujan, suhu dan
kelembaban udara. Data sekunder diperoleh dari Stasiun
Meteorologi terdekat yang tercakup selama minimal 10 tahun.
Komponen iklim yang diperoleh selanjutnya diseleksi dan
dikelompokkan secara statistik dan disajikan dalam bentuk
tabulasi atau grafik, sehingga memudahkan dalam menentukan
pola iklim di wilayah studi. Data dikalkulasi dalam rata-rata
maksimum dan minimum.
a) Tipe Iklim
Tipe/jenis iklim setempat ditentukan berdasarkan klasifikasi
iklim menurut Schmidt dan Fergusson dengan menghitung
perbandingan antara rata-rata jumlah bulan kering dan rata-rata
jumlah bulan basah atau yang lebih dikenal dengan nilai Q
(Quetient):

Q = (K/B) x 100%

Keterangan:
K = rata-rata jumlah bulan kering, yaitu dengan curah hujan < 60 mm.
B = rata-rata jumlah bulan basah, yaitu dengan curah hujan > 100 mm.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 24


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

b) Suhu Udara
Data suhu udara dikumpulkan dari stasiun Meteorologi
terdekat. Selain itu, suhu udara juga diukur di beberapa lokasi.

c) Curah Hujan
Curah hujan menunjukkan besarnya hujan yang terjadi di
suatu wilayah dan diukur dalam satuan milimeter. Data suhu
udara dikumpulkan dari stasiun Meteorologi terdekat.

d) Kelembaban
Data kelembaban dikumpulkan dari data sekunder, selain itu
juga dilakukan pengukuran dengan menggunakan psikrometer
putar dan termometer bola kering dan bola basah. Kelembaban
udara dinyatakan dalam bentuk kelembaban nisbi yang
diturunkan dari persamaan Clausius-Clapeyron.
Tabel 2.
Kriteria Skala Kualitas Iklim
Parameter Harkat dan rentangan *)
1 2 3 4 5
Jumlah bulan kering 1 1-2 2-4 4-6 >6
Jumlah bulan basah >6 4-6 2-4 1-2 0
Tipe curah hujan A A-B B-C C-D D
Suhu udara (0C) >35 / <5 30-35 / 5-10 27-30/ 10-15 15-20 20 - 27
Curah hujan (mm/th) >3000 2000 - 3000 1000 - 2000 500 - 1000 <500
Kelembaban (%) <40 / >100 41-45/ 85-99 46-50/80-84 51-55/75-79 56 - 74
Sumber: Chafid Fandeli, 1995
*)Harkat dengan kriteria: 1=sangat jelek; 2=jelek; 3=sedang; 4=baik; 5=sangat baik

C.1.2. Kualitas udara


Pencemaran udara diartikan sebagai hadirnya kontaminan di
ruang terbuka dengan konsentrasi dan waktu tertentu sehingga
mengakibatkan gangguan atau berpotensi merugikan
kesehatan/kehidupan manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan atau benda-
benda serta mempengaruhi kenyamanan. Bahan pencemar teremisi
Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 25
IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

ke udara dari setiap sumber yang ada dan terdistribusikan ke dalam


atmosfer melalui suatu proses dispersi, difusi, transformasi kimia dan
pengenceran yang amat kompleks. Selain itu akibat pergerakan dan
dinamika atmosfer, bahan pencemar akan berpindah dari titik asal
sumber ke kawasan lain sesuai dengan arah dan kecepatan angin
dominan.

Parameter kualitas udara ambien disesuaikan dengan


Keputusan Gubernur. Sebagai contoh, untuk Provinsi Jawa Tengah
digunakan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 8 Tahun 2001
tentang Baku Mutu Udara Ambien di Provinsi Jawa Tengah.
Parameter yang dianalisis meliputi Sulfur Dioksida (SO 2), Nitrogen
Dioksida (NO2), Karbon Monoksida (CO), Hidrogen Sulfida (H 2S),
Oksidan (Ox), Amonia (NH3) dan Total Partikel Debu (TSP).
Pengambilan sampel udara dilakukan dengan menggunakan alat
Multiple Impinger. Sampel ini kemudian diberi pengawet (H 2SO4 atau
HgCl2) dan selanjutnya dianalisis di laboratorium menggunakan alat
Spektofotometer. Data debu dikumpulkan dengan alat Dust Sampler
atau Hi-Vol. Kualitas udara ambien diukur di beberapa lokasi disajikan
pada Tabel 3. Lokasi pengambilan sampel ditentukan berdasarkan
letak sumber dampak, arah dan kecepatan angin, serta letak
permukiman penduduk.

Tabel 3.
Contoh Lokasi Sampling Kualitas Udara
Kode
Lokasi Sampling Alasan pemilihan lokasi
lokasi
Peruntukan Lokasi
U-1 Pengambilan quarry Desa, Kelurahan ..... Mewakili wilayah peng-
ambilan quarry
U-2 Permukiman penduduk Desa, Kelurahan ..... Untuk mewakili rona
permukiman
U-3 Transportasi kota Jalan ..... Mewakili wilayah/rute

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 26


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Kode
Lokasi Sampling Alasan pemilihan lokasi
lokasi
Peruntukan Lokasi
pengangkutan
U-4 Transportasi kota Bundaran ..... Mewakili kondisi lalu
lintas
U-5 Perumahan .... Kelurahan ..... Untuk mewakili rona
permukiman
U-6 Permukiman penduduk Kelurahan .....
U-7 Tapak rencana kegiatan .....

Analisis sampel udara dilakukan di laboratorium, sedangkan


analisis data dilakukan dengan cara membandingkan hasil analisis
sampel dengan baku mutu lingkungan udara ambien menurut Surat
Keputusan Gubernur. Parameter, metode pengumpulan dan analisis
sampel serta baku mutu disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4.
Metode Pengumpulan dan Analisis Sampel Kualitas Udara
No. Parameter Baku Mutu Peralatan yang Waktu Metoda analisis Sumber
lingkungan digunakan pengukuran sampel
1. SO2 365 gr/Nm3 Gas Sampler 24 jam Pararosanilin Surat
2. NO2 150 gr/Nm3 Gas Sampler 24 jam Saltzman Keputusan
3. CO 15.000 gr/m3 NDIR Analyser Sesaat NDIR Gubernur..
4. H 2S 0,02*) ppm Gas Sampler 24 jam Mercurythiocyanate
5. Oksidan (Ox) 200 gr/m3 Spectrofotometer 1 jam Chemiluminescent
6. Total Partikel 230 gr/m3 High volume sampler 24 jam Gravimetric
Debu

C.1.3. Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau
kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Bising
adalah suara yang tidak dikehendaki karena mengganggu
pembicaraan, kenyamanan dan dapat merusak pendengaran.
Kebisingan merupakan bentuk suara yang merugikan manusia dan

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 27


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

lingkungan termasuk ternak, satwa liar dan sistem alam.

Kebisingan yang disebabkan oleh suara buatan merupakan


pengganggu bagi manusia, khususnya aspek kognitif. Kebisingan
merupakan suatu situasi multi-dimensial yang terkait dengan manusia.
Kebisingan merupakan salah satu pencemar yang berasal dari
penerapan teknologi. Semua peralatan kerja yang digunakan manusia
mempunyai potensi menimbulkan kebisingan. Kebisingan dapat
berpengaruh pada trauma akuistik, kenaikan ambang pendengaran
menetap serta mengganggu memory jangka pendek, perasaan,
pembicaraan dan gangguan tidur. Suara bising yang secara fisik
maupun psikologis membahayakan adalah intensitas > 100 dB.
Sumber kebisingan utama yaitu pengoperasian alat berat terhadap
tingkat kebisingan yang mungkin terjadi pada lokasi proyek dan
sekitarnya.

Tabel 5.
Contoh Lokasi Pengukuran Kebisingan
Kode
Lokasi Sampling Alasan pemilihan lokasi
lokasi
Peruntukan Lokasi
U-1 Pengambilan tanah urug Desa, Kelurahan ..... Mewakili wilayah
pengambilan tanah urug
U-2 Permukiman penduduk Desa, Kelurahan .....
U-3 Transportasi kota Jalan ..... Mewakili wilayah peng-
angkutan tanah urug
U-4 Transportasi kota Bundaran ..... Mewakili kondisi lalu lintas
U-5 Perumahan .... Kelurahan ..... Untuk mewakili rona
wilayah rencana kegiatan
dan wilayah persebaran
dampak
U-6 Permukiman penduduk Kelurahan .....
U-7 Tapak rencana kegiatan .....

Kebisingan diukur langsung di lapangan menggunakan Sound

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 28


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Level Meter. Lokasi pengukuran ditentukan berdasarkan letak sumber


dampak, arah dan kecepatan angin, serta letak permukiman
penduduk.

Pernyataan tingkat kebisingan ekivalen merupakan model yang


digunakan untuk menyatakan tingkat kebisingan yang merupakan
tingkat tekanan rerata dalam interval waktu tertentu. Model
matematisnya disajikan dalam persamaan:

(∑ )
n
Li
10
Lek =10 log f i .10
i=1
dBA
dengan:
Lek = tingkat kebisingan ekivalen (dBA)
fi = faksi waktu terjadinya tingkat kebisingan pada interval waktu pengukuran
tertentu
Li = nilai tengah tingkat kebisingan pada interval waktu pengukuran tertentu
(dBA)

Pernyataan tingkat kebisingan siang malam merupakan model


tingkat kebisingan ekivalen yang digunakan untuk menyatakan
tingkat kebisingan terutama di daerah permukiman. Pengukurannya
dilakukan selama 24 jam, yang dibagi dalam interval waktu malam
(22.00 - 06.00) dan interval waktu siang (06.00 - 22.00). Model
matematisnya disajikan menurut persamaan:

( 24 )[∑ 10 ]
16
( Lek )i 8 ( ( Lek ) j+10 )
1
Lek =10 log 10
+ ∑ 10 10

i=1 j=1 dBA

dengan:
Lsm = tingkat kebisingan siang malam (dBA)
Lek = tingkat kebisingan ekivalen (dBA)

Pada pemetaan tingkat kebisingan dalam kegiatan ini dilakukan


dengan dua metode pengukuran yaitu pengukuran kebisingan untuk

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 29


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

keperluan evaluasi lingkungan dihitung nilai L SM dan pengukuran


kebisingan rerata yang dilakukan di area pabrik dihitung nilai L ek.

Pengukuran tingkat kebisingan untuk keperluan lingkungan


dilakukan dengan cara sederhana mengacu pada
KEP-48/MENLH/11/1996, yakni dengan menggunakan sound level
meter, diukur tingkat tekanan bunyi dB(A) selama 5 menit untuk
setiap pengukuran. Pembacaan dilakukqn selama 5 detik. Waktu
pengukuran dilakukan selama 24 jam (LSM) dengan cara pada siang
hari tingkat aktifitas yang paling tinggi selama 16 jam (L S) pada
selang waktu 06.00-22.00 dan aktifitas malam hari selama 8 jam (L M)
pada selang waktu 22.00-06.00.
Setiap pengukuran mewakili selang waktu tertentu, ditentukan
sebagai berikut:
1 L1 mewakili selang waktu 06.00 - 09.00 WIB
2 L2 mewakili selang waktu 09.00 - 14.00 WIB
3 L3 mewakili selang waktu 14.00 - 17.00 WIB
4 L4 mewakili selang waktu 17.00 - 22.00 WIB
5 L5 mewakili selang waktu 22.00 - 24.00 WIB
6 L6 mewakili selang waktu 24.00 - 03.00 WIB
7 L7 mewakili selang waktu 03.00 - 06.00 WIB

Analisis kebisingan lingkungan dilakukan dengan cara


membandingkan hasil pengukuran dengan Baku Tingkat Kebisingan
Lingkungan menurut Kep-48/MENLH/11/1996. Untuk kawasan
pemukiman ditetapkan sebesar 55 dB, sedang untuk kawasan
industri ditetapkan sebesar 70 dB.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 30


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

C.1.4. Fisiografi dan Geologi

Fisiografi adalah ilmu yang mempelajari tentang genesa dan


evolusi bentuk lahan meliputi bukan saja permukaan dan geologi akan
tetapi juga iklim, meteorologi dan oseanografi, demikian juga
fenomena alam pada umumnya (Pusat Survai Sumberdaya Alam-
Badan Koordinasi Survai dan Pemetaan Nasional, 1999). Bahasan
fisiografi dalam AMDAL ditunjukkan untuk mengetahui kondisi lahan
(land) secara regional yang kemudian mengarah ke daerah kajian
untuk mengetahui bentuk medan (terrain).

Lahan adalah daerah pada permukaan bumi, mempunyai sifat


relatif stabil atau dapat diperkirakan bersiklis. Daerah ini merupakan
bagian atau kelengkapan dari biosfer termasuk di dalamnya adalah
atmosfer, geomorfologi, tanah dan geologi, hidrologi, populasi flora
dan fauna dan hasil aktivitas manusia pada masa lalu dan sekarang,
sampai pada batas dimana kelengkapan tadi mempunyai pengaruh
penting pada penggunaan lahan di masa kini dan masa mendatang
(FAO, 1976).

Medan (terrain) adalah suatu bidang permukaan bumi yang


berhubungan dengan sifat-sifat fisik permukaan dan dekat permukaan
yang komplek dan penting bagi manusia (Van Zuidam, 1979).
Fisiografi menggunakan informasi sekunder yang bersumber dari Van
Bemmelen (1948).

Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet bumi terutama


mengenai materi penyusunnya, proses yang terjadi padanya dan hasil
proses, sejarah planet itu dan bentuk-bentuk kehidupan sejak bumi
Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 31
IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

terbentuk (BATES and Jackson, 1987).

1 Materi penyusun tubuh bumi: mineral, batuan, tanah.


2 Proses alam yang terjadi pada bumi,
o Eksogenik: pelapukan batuan, erosi, sedimentasi dan gerakan
massa
o Endogenik: diastrofisme, epirogenesis, orogenesis,
vulkanisme
3 Hasil proses: bentuk medan, tanah, mineral sekunder, struktur
geologi, longsor, banjir, tsunami, gempa bumi.
4 Sejarah planet bumi dan bentuk-bentuk kehidupan sejak bumi
terbentuk.

Geologi lingkungan merupakan aplikasi/penerapan


pengetahuan dan prinsip-prinsip geologi untuk permasalahan yang
ditimbulkan oleh penduduk dan pengeksploitasian manusia terhadap
lingkungan fisiknya (Bates and Jackson, 1987). Kondisi/karakteristik
sesumber geologi lingkungan dapat merupakan pendukung dan
dapat menjadi kendala/pembatas bagi suatu kegiatan pembuatan
jalan dan jembatan di lain sisi geologi lingkungan itu sendiri.
Informasi atau parameter geologi lingkungan yang mempunyai
keterkaitan dengan kegiatan pembangunan jalan dan jembatan
meliputi bentuk medan; tanah; batuan; struktur geologi; air;
kegempaan, proses dan hasil proses geologi dan aspek bencana
terhadap kehidupan seperti banjir, longsor dan tsunami.

Pengumpulan data yang sifatnya primer dilakukan


menggunakan metode survai dan pemetaan, sedangkan sampling
untuk analisis laboratorium dilakukan pada setiap parameter geologi

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 32


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

lingkungan. Data sekunder dikumpulkan dari hasil-hasil penelitian


terdahulu. Penentuan jumlah dan letak titik-titik disajikan pada Tabel
6.

Tabel 6.
Contoh Jumlah Sampel dan Letak Titik Pengambilan Sampel Geologi
Parameter Lokasi Sampling Jumlah Alasan penentuan lokasi
Lingkungan Titik sampling
Geografis/Administratif Koordinat
(UTM)
Tanah/Batuan Perbukitan ... ... ... Pengambilan material
urug...
Pantai ... ... ... Lokasi reklamasi ...

Data dari setiap parameter yang diukur/diamati dianalisis dengan


Metode Pemerian (Description) dan Metode Pembandingan
(Matching).

1) Metode Pemerian
Metode pemerian menggunakan analisis deskripsi agresif dengan
maksud memberikan suatu gambaran yang meyakinkan tentang
karakteristik geologi lingkungan sehingga tercipta suatu penilaian
tentang parameter geologi yang akan dievaluasi.

2) Metode Pembandingan
Merupakan suatu cara menilai parameter geologi lingkungan
dengan membandingkannya terhadap acuan yang terkait dan
sesuai dengan kegiatan pembangunan jalan dan jembatan.

Tabel 7.
Skala Kualitas Lingkungan untuk Bentuk Medan

KRITERIA KUALITAS LINGKUNGAN


BENTUK MEDAN LERENG (%) BEDA TINGGI (m) KLAS HARKAT
Topografi datar-hampir datar 0-4 <5 Sangat baik 5
Topografi berombak dengan 4-6 5 - 50 Baik 4

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 33


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

KRITERIA KUALITAS LINGKUNGAN


BENTUK MEDAN LERENG (%) BEDA TINGGI (m) KLAS HARKAT
lereng landai
Topografi bergelombang 6-8 12 - 75 Sedang 3
dengan lereng miring
Topografi berbukit dengan 8 - 10 50 - 200 Jelek 2
lereng sedang
Topografi pegunungan > 10 > 200 Jelek sekali 1
terkikis dalam/kuat dengan
lereng terjal-sangat terjal
sekali
Sumber: Van Zuidam and Cancellado (1979), Bina Marga (1992) dengan modifikasi.
Tabel 8.
Skala Kualitas Lingkungan untuk Tanah
Kesebandingan dengan USCS Klasifikasi AASHTO Kualitas Lingkungan (Stabilitas)
Klas Harkat
GW.GP:SW.SP.GM.SM:SP A-1-a; A-1-b: A-3 Sangat baik 5
GM.SM:GCSC:GM.GC.SM.S A-2-4: A-2-5: A-2-6: A-2-7 Baik 4
C
ML.OL:OH.MH.ML.OL A-4: A-5 Sedang 3
CL:OH.MH:CH.CL A-6: A-7; A-7-6 Jelek 2
Pt A-8 Jelek sekali 1
Sumber: Hardiyatmo (2002), dengan modifikasi.

Tabel 9.
Klasifikasi Tanah menurut Unified Soil Classification System (USCS)
Divisi Utama Simbol Nama Jenis Nama Jenis
Tanah berbutir GW
GP
GM
GC
SW
SP
SM
SC
ML
CL
OL
MH
CH
OH
Pt

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 34


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 35


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Tabel 10.
Klas Permeabilitas (untuk air tanah)
k (cm / det) Kriteria Klas Harkat
>0,1 Sangat cepat Sangat baik 5
0,01 - 0,1 Cepat Baik 4
0,0001 - 0,01 Sedang Sedang 3
0,00001 - 0,0001 Lambat Jelek 2
0,00000001 - 0,00001 Sangat lambat Sangat jelek 1

Tabel 11.
Skala Kualitas Lingkungan untuk Batuan
Kriteria Kualitas Lingkungan
Jenis batuan Sifat fisik Klas Harkat
Aluvial Penilaian terhadap: Sangat baik 5
- Kekerasan Batuan
- Komposisi Mineral
- Tekstur dan Struktur
Batuan beku andesitis massif Baik 4
Batupasir, Tufaan, Kalkarenit, Sedang 3
Batugamping terumbu, Breksi
Batu napal Jelek 2
Batuan beku teralterasi Sangat jelek 1
Batuan beku andesit berkekar rapat
Endapan rawa/lumpur

Metode pengumpulan dan analisis data untuk masing-masing


parameter geologi lingkungan, dirangkum pada tabel berikut.

Tabel 12.
Metode Pengumpulan dan Analisis Data Geologi
Metode
Metode Analisis
No. Parameter Pengumpulan Keterangan Sumber Acuan
data
data
1 Bentuk lahan Pengukuran Pemerian dan Diketahui - Klasifikasi Zuidam
langsung kesebandingan berdasarkan dan Zuidam-Cancelado
menggunakan variabel persen (1979) - Bina Marga
kompas geologi lereng dan beda (1992)
dan analisis peta tinggi
rupa bumi
2 Tanah Observasi dan Pemerian dan Parameter yang Klasifikasi USCS
pemboran tangan, klasifikasi diukur (United Soil
menggunakan menggambarkan Classification System

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 36


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Metode
Metode Analisis
No. Parameter Pengumpulan Keterangan Sumber Acuan
data
data
jenis bor tanah karakter tanah dan AASHTO
mineral dan bor dalam menahan (American Association
rawa beban. Berdasarkan of State Highway and
pengukuran agihan Transportation Officials
ukuran butir, batas Classification)
cair dan indeks (Hardiyatmo, 2002)
plastisitas
3 Satuan batuan Survai dan Pemerian dan Parameter yang - Peta geologi -
pemetaan kesebandingan diukur juga Petrologi by Russel
digunakan dalam B.Travis 1995
analisis kestabilan
medan
4 Struktur Survai dan Pemerian dan Parameter yang - Peta geologi - The
geologi pemetaan Data kesebandingan diukur juga Techniquees of Modern
sekunder digunakan dalam Structural Geology J.g
analisis kestabilan Ramsay & MJ Huber,
medan 1987
5 Hidrologi Survai dan Pemerian Termasuk di - Applied Hydrology by
pemetaan Data Kesebandingan dalamnya adalah RK Linsley - Baku
sekunder lokasi dan luasan mutu (Peraturan
area banjir Pemerintah No.82
tahun 2001)
7 Kegempaan Pengumpulan Kesebandingan Kekuatan gempa Badan Meteorologi dan
data sekunder dan kajian gerakan Geofisika (BMG), Pusat
massa tanah/batuan Gempa Nasional
dan tsunami

Berikut ini disajikan parameter geologi yang dijadikan dasar sebagai


pembanding untuk mengetahui skala kualitas lingkungan.
Tabel 13.
Skala Kualitas Lingkungan untuk Struktur Geologi/Kekar

KRITERIA Kualitas Lingkungan


Klas Harkat
Bebas Sangat baik 5
Kekar tegak lurus (900) - 450 slope Baik 4
Kekar dengan bidang 450 terhadap slope Sedang 3
Kekar membentuk baji atau parit Jelek 2
Kekar searah slope dan membentuk baji atau parit Sangat jelek 1

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 37


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

C.1.5. Gempa dan Tsunami


Gempa adalah pergeseran tiba-tiba dari litosfer di bawah
permukaan bumi. Pergeseran litosfer disebabkan aliran konveksi dari
massa (mantel) yang berada di bawahnya. Lapisan litosfer bumi terdiri
atas lempeng-lempeng tektonik yang kaku dan terapung di atas massa
yang relatif lunak dan panas dari mantel, sehingga lempeng tektonik
yang merupakan bagian dari litosfer padat dan terapung di atas mantel
ikut bergerak satu sama lainnya. Gempa dapat terjadi di manapun di
bumi ini, tetapi umumnya gempa terjadi di sekitar batas lempeng dan
banyak didapati sesar aktif di sekitar batas lempeng. Menurut
Puslitbang Geologi (1980), mengemukakan bahwa di Samudera
Hindia (laut selatan Jawa Tengah) banyak pusat gempa dangkal yang
kadang-kadang berkekuatan lebih dari 6,0 SR.

Tsunami terjadi berupa gangguan/bencana oleh perpindahan


sejumlah besar air akibat gempa tektonik. Gempa tektonik merupakan
sejenis gempa yang diasosiasikan dengan deformasi kerak bumi.
Ketika gempa terjadi di bawah laut, air laut yang berada di atas lokasi
gempa akan tersedot dari posisi kesetimbangan awal. Hal ini
membentuk gelombang yang bekerja berdasarkan gaya gravitasi dan
berusaha mencapai kesetimbangan baru. Jika sebagian besar dasar
laut yang bergeser naik atau turun, tsunami dapat terjadi. Skala
kualitas lingkungan untuk kegempaan disajikan pada Tabel 14.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 38


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Tabel 14.
Skala Kualitas Lingkungan untuk Gempa
Kriteria Kualitas Lingkungan
Modified Mercally Intensity (MMI) Richter Klas Harkat
Inten- Indikasi Intensitas Indikasi
sitas
I II Getaran tidak terasa oleh 2,5 Getaran pada Sangat 5
siapapun Getaran hanya dapat umumnya tidak terasa, baik
dirasakan oleh beberapa orang tetapi terekam pada
seismoeter
III IV V Getaran terasa oleh banyak 3,5 Getaran dapat Baik 4
orang tetapi sering dianggapnya dirasakan oleh banyak
bukan gempa Getaran dapat orang
dirasakan banyak orang terasa
seperti truck yang menabrak
bangunan Getaran terasakan
hampir semua orang banyak
orang terkejut pohon-pohon dan
tiang listrik bergoyang
VI VII Terasakan oleh semua orang 4,5 Bencana lokal dapat Sedang 3
banyak orang lari keluar.perabot terjadi
terpelanting terjadi kerusakan
ringan Setiap orang lari keluar
bencana terjadi pada bangunan
berkonstruksi buruk, bencana
kerusakan ringan terjadi dimana
mana
VIII IX Terjadi kerusakan kecil pada 6,0 Gempa bumi bersifat Jelek 2
bangunan buruk, bencana merusak
kerusakan ringan terjadi dimana
mana Semua bangunan rusak
bangunan lepas dari pondasinya
X XI Banyak konstruksi bangunan >7,0 Gempa besar - gempa Sangat 1
XII rusak, pondasi retak/pecah besar sekali jelek
Hampir semua bangunan roboh
jembatan rusak (putus) pondasi
retak-retak dan membuka lebar
Bangunan rusak total permukaan
tanah bergelombang, benda-
benda terlempar dan kondisi
gelap
Sumber: Pusat Gempa Nasional Badan Meteorologi dan Geofisika (2001); Montgomery, Carla W.,
(2003)

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 39


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Tabel 15.
Skala Kualitas Lingkungan Stabilitas Medan (Longsoran dan Amblesan)
Kriteria Kualitas Lingkungan
Klas Harkat
Sangat stabil tanpa ada bahaya gerakan massa tanah dan batuan Sangat baik 5
Gerakan massa tanah dengan pengaruh kecil terhadap jalan Baik 4
Gerakan massa tanah dan batuan dengan resiko ringan terhadap jalan Sedang 3
Gerakan massa tanah dan batuan dengan resiko tinggi terhadap jalan Jelek 2
Sangat terpengaruh terputusnya jalan akibat gerakan massa Sangat jelek 1
Sumber: Terzaghi and Peck, 1967, dengan modifikasi

C.1.6. Kualitas Air


Di wilayah tapak proyek biasanya terdapat beberapa badan air
berupa sungai dan mata air berupa sumur yang potensial terkena
dampak sehingga perlu dilakukan pengambilan sampel dan analisis di
laboratorium guna mengetahui kualitas air sebagai rona lingkungan
awal. Baku mutu yang digunakan untuk mengetahui kualitas air di
badan air adalah Keputusan Gubernur. Untuk Provinsi Jawa Tengah,
digunakan Surat Keputusan Gubernur Jawa Tengah
No.660.1/216/1990 tentang Baku Mutu Air di Propinsi Daerah Tingkat I
Jawa Tengah, Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, pada
Kriteria Mutu Air Kelas II untuk Air Sungai dan Rawa. Untuk mata air,
baku mutunya mengacu kepada Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
Kep.416/MENKES/Per/1990 tentang syarat-syarat air bersih untuk
mata air. Sampel air diambil dengan menggunakan alat water sampler,
kemudian dianalisis di laboratorium. Data hasil analisis sampel
dianalisis dengan cara membandingkan dengan baku mutu lingkungan
kualitas air. Metoda pengumpulan dan analisis sampel air disajikan
pada Tabel 16.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 40


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Tabel 16.
Metode Analisis Sampel Air
No. Parameter Satuan Baku Mutu Metode Analisis Sampel Air Peralatan
FISIKA
1 Warna PtCo - Colorimetrik Spektrofotometer
2 Bau - - Organoleptik -
3 Kekeruhan NTU 30 Turbidimetrik Turbidimeter
4 TSS mg/l 80 Gravometrik Timbangan
5 Temperatur C 0
20 Pemuaian Termometer
KIMIA
1 pH - 5,0 - 9,0 Potensiometrik ph meter
2 Salinitas 0
/00 10 alami Salinometer
3 DO mg/l 4 Titrimetrik, potensiometrik Buret, DO meter
4 BOD mg/l 45 Titrimetrik, potensiometrik Buret, DO meter
5 COD mg/l 80 Titrimetrik, potensiometrik Buret, DO meter
6 NH3N mg/l 0,3 Spektrofotometrik Spektrofotometer
7 NO2N mg/l Nihil Spektrofotometrik Spektrofotometer
8 CN mg/l 0,2 Spektrofotometrik Spektrofotometer
9 H2S mg/l 0,003 Spektrofotometrik Spektrofotometer
10 Hg mg/l 0,005 Spektrofotometrik serapan atom AAS
11 Cr+6 mg/l 0,05 Spektrofotometrik serapan atom AAS
12 As mg/l 0,01 Spektrofotometrik serapan atom AAS
13 Cd mg/l 0,01 Spektrofotometrik serapan atom AAS
14 Cu mg/l 0,05 Spektrofotometrik serapan atom AAS
15 Pb mg/l 0,075 Spektrofotometrik serapan atom AAS
16 Zn mg/l 0,1 Spektrofotometrik serapan atom AAS
17 Nitrogen mg/l 0,1 Spektrofotometrik serapan atom AAS
18 Minyak mg/l 5 Spektrofotometrik Spektrofotometer
19 Penol mg/l 0,002 Spektrofotometrik Spektrofotometer
Sumber: Standard Methods for The Examination of Water and Wastes Water, APHA, edisi ke 20 tahun
2000. PP. No. 82 Tahun 2001; Kep.Men.LH No.02?MENKLH//1998

Berdasar SK Gubernur Jawa Tengah No.660.1/216/1990


Tentang Baku Mutu Air di Propinsi Jawa Tengah pada Kriteria Mutu
Air Kelas B (Baku mutu air baku air minum) dibuat klas dan kriteria
kualitas air sungai dan rawa.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 41


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Tabel 17.
Contoh Klas dan Kriteria Kualitas Air Sungai Golongan B
No. Parameter Satu- Harkat dan Rentangan*)
an
1 2 3 4 5
I. FISIKA
1. Residu mg/l > 1500 1126-500 751-1125 376-750 0-375
terlarut
2. Residu ter- mg/l > 50 37,6-50 25,1-37,5 12,6-25 0-12,5
suspensi*
II. Kimia AnOrganik
1 pH - <2,5 ; 11,5> 2,5-3,5; 10,5- 3,5-4,5; 9,5-10,5 4,5-5,5; 8,5-9,5 5,5-8,5
11,5
2 BOD mg/l >6 4,6-6,0 3,1-4,5 1,51-3,0 0-1,5
3 COD mg/l > 12 9,1-12 6,1-9 3,1-6 0-3
4 DO mg/l 0 - 0,75 0,76-1,5 1,51-2,25 2,26-3 >3
5 Total fosfat mg/l > 0,2 0,16-0,2 0,11-0,15 0,06-0,1 0-0,05
sbg P*
6 NO3N mg/l > 10 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-0,25
7 NH3N mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251-0,0375 0,0126-0,025 0-0,0125
8 Cd mg/l > 0,01 0,0076-0,01 0,0050-0,0075 0,0026-0,005 0-0,0025
9 Cr+6 mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251-0,0375 0,0126-0,025 0-0,0125
10 Cu mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251-0,0375 0,0126-0,025 0-0,0125
11 Fe mg/l >1 0,76-1 0,51-0,75 0,26-0,5 0-0,25
12 Pb mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251-0,0375 0,0126-0,025 0-0,0125
13 Mn mg/l > 0,5 0,376-0,5 0,251-0,375 0,126-0,25 0-0,125
14 Zn mg/l >5 3,76-5 2,51-0,3,75 1,26-2,5 0-1,25
15 Cl mg/l > 600 451-600 301-450 151-300 0-150
16 CN mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251-0,0375 0,0126-0,025 0-0,0125
17 NO2N mg/l > 0,1 0,076-0,1 0,051-0,075 0,026-0,025 0-0,025
18 Sulfat mg/l > 400 301-400 201-300 101-200 0-100
19 H 2S mg/l > 0,002 0,0016-0,002 0,0011-0,0015 0,0006-0,001 0-0,0005
II. Kimia Organik
1 Minyak dan g/l > 1000 751-1000 501-750 251-500 0-250
lemak*
2 Seny Fenol g/l > 0,002 0,0016-0,002 0,0011-0,0015 0,0006-0,001 0-0,0005
sbg Fenol
Keterangan : Harkat dengan kriteria 1 =sangat jelek; 2=jelek; 3=sedang; 4=baik; 5=sangat baik
Sumber : - SK Gubernur Jawa Tengah No.660.1/216/1990 tentang baku mutu air di Propinsi Daerah TK I Jawa
Tengah pada Kriteria Mutu Air Golongan B
- PP No.82 Tahun 2001Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran pada Kriteria
Mutu Air Kelas I

Berdasarkan SK Gubernur Jawa Tengah No.660.1/216/1990


Tentang Baku Mutu Air di Propinsi Jawa Tengah pada Kriteria Mutu
Air Kelas C (Baku Mutu Keperluan Air Biota dan Rekreasi kecuali
renang) dibuat klas dan kriteria kualitas air sungai dan rawa seperti

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 42


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

dalam Tabel 18.


Tabel 19.
Klas dan Kriteria Kualitas Air Sungai Golongan C
No. Parameter Satuan Harkat dan Rentangan *)
1 2 3 4 5
I. FISIKA
1 Residu mg/l . 2000 1501-2000 1001-1500 501-1000 0-500
terlarut
2 Residu ter- mg/l > 50 37,6-50 25,1-37,5 12,6-25 0-12,5
suspensi*
II. Kimia Anorganik
1 PH - <3,5 ; 3,5-4,5; 10,5- 4,5-5; 9,5- 5,5-6,5; 8,5- 6,5-8,5
11,5> 11,5 10,5 9,5
2 BOD mg/l >3 2,26-3 1,51-2,25 0,76-1,5 0-0,75
3 COD mg/l > 25 18,76-25 12,51-18,75 6,26-12,5 0-6,25
4 DO mg/l 0-0,75 0,76-1,5 1,51-2,25 2,26-3 >3
5 Total fosfat mg/l > 0,2 0,16-0,2 0,11-0,15 0,06-0,1 0-0,05
sbg P*
6 NO3N mg/l > 10 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-2,5
7 NH3N mg/l > 0,01 0,0076-0,01 0,0050- 0,0025-0,005 0-0,0025
0,0075
8 Cd mg/l > 0,01 0,0076-0,01 0,0051- 0,0026-0,005 0-0,0025
0,0075
9 Cr+6 mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251- 0,0126-0,025 0-0,0125
0,0375
10 Cu mg/l > 0,02 0,016-0,02 0,011-0,015 0,0060,01 0-0,005
11 Fe mg/l > 0,3 0,226-0,3 0,151-0,225 0,076-0,15 0-0,075
12 Pb mg/l > 0,03 0,0226-0,03 0,0151- 0,0076-0,015 0-0,0075
0,0225
13 Mn mg/l > 0,1 0,076-0,1 0,051-0,075 0,026-0,05 0-0,025
14 Zn mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251- 0,0126-0,025 0-0,0125
0,0375
15 Cl mg/l > 600 451-600 301450 151-300 0-150
16 CN mg/l > 0,02 0,016-0,02 0,011-0,015 0,006-0,01 0-0,005
17 NO2N mg/l > 0,06 0,046-0,06 0,031-0,045 0,016-0,03 0-0,015
18 Sulfat mg/l > 400 301-400 201-300 101-200 0-100
19 H2S mg/l > 0,002 0,0016-0,002 0,0011- 0,0006-0,001 0-0,0005
0,0015
III. Kimia Organik
1 Minyak dan g/l > 1000 751-1000 501-750 251-500 0-250
lemak*
2 Seny Fenol g/l >1 0,76-1 0,51-0,75 0,26-0,5 0-0,25
sbg Fenol
Keterangan : Harkat dengan kriteria 1 =sangat jelek; 2=jelek; 3=sedang; 4=baik; 5=sangat baik
*) PP No.82 Tahun 2001Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran pada
Kriteria Mutu Air Kelas II

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 43


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Pengukuran terhadap kualitas mata air selanjutnya dibuat klas


dan kriteria kualitas air berdasar Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.Kep.416/MENKES/ Per/1990 tentang syarat-syarat air bersih
(Tabel 20).
Tabel 20.
Contoh Klas dan Kriteria Kualitas Mata Air
No. Parameter Satu- Harkat dan Rentangan *)
an
1 2 3 4 5
A. FISIKA
1 Warna PtCo > 50 37,6-50 25,1-37,5 12,6-25 0-12,5
2 Kekeruhan NTU >25 18,76-25 12,51- 6,26-12,5 0-6,25
18,75
3 Zat padat terlarut mg/l 1500 1126-1500 751-1125 376-750 0-375
B. KIMIA
a. Kimia Anorganik
1 Besi (Fe) mg/l >1 0,76-1 0,51-0,75 0,26-0,5 0-0,25
2 Kadmium (Cd) 251mg > 0,005 0,00376- 0,00251- 0,00126- 0-0,00125
/l 0,005 0,00375 0,0025
3 Kesadahan total mg/l > 500 376-500 251-375 126-250 0-125
(CaCO3)
4 Khlorida (Cl) mg/l > 600 451-600 301-450 151-300 0-150
5 Kromium Valensi 6 mg/l > 0,05 0,0376- 0,0251- 0,0126- 0-0,0125
(Cr+6) 0,05 0,0375 0,025
6 Mangan (Mn) mg/l > 0,5 0,376-0,5 0,251- 0,126-0,25 0-0,125
0,375
7 Nitrat sbg N (NO3) mg/l > 10 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-2,5
8 Nitrit sbg N (NO2) mg/l >1 0,76-1 0,51-0,75 0,26-0,5 0-025
9 pH mg/l <3,5 ; 3,5-4,5; 4,5-5; 9,5- 5,5-6,5; 6,5-8,5
11,5> 10,5-11,5 10,5 8,5-9,5
10 Seng (Zn) mg/l > 15 11,26-15 7,6-11,25 3,76-7,50 0-3,75
11 Sulfat mg/l > 400 301-400 201-300 101-200 0-100
12 Timbal (Pb) mg/l > 0,05 0,0376- 0,0251- 0,0126- 0-0,0125
0,05 0,0375 0,025
b. Kimia Organik
1 Phenol total mg/l > 0,02 0,016-0,02 0,011- 0,006-0,01 0-0,005
0,015
2 Zat organik mg/l > 10 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-2,5
C. Mikrobiologi
1 Coliform tinja Jumlah > 10 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-2,5
/100 ml
2 Total coliform Jumlah > 50 37,6-50 25,1-37,5 12,6-25 0-12,5
/100 ml

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 44


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Keterangan : Harkat dengan kriteria 1 =sangat jelek; 2=jelek; 3=sedang; 4=baik; 5=sangat baik
*) Kep.416/MENKES/PER/1990 Tentang syarat-Syarat Air Bersih
Tabel 21.
Lokasi Sampling Kualitas Air
Kode
Lokasi Sampling Alasan pemilihan lokasi
lokasi
Peruntukan Lokasi
A-1 Badan air permukaan Hilir sungai... Mewakili kualitas air badan
air permukaan di sekitar
rencana kegiatan yang
digunakan untuk tambak
A-2 Badan air permukaan Hulu sungai...
A-3 Badan air permukaan Lokasi outlet...
A-4 Badan air permukaan Lokasi inlet...
A-5 Air sumur penduduk Kelurahan .... Mewakili rona kualitas air
sumur penduduk di sekitar
rencana kegiatan

C.1.7. Hidrologi
Lokasi pengambilan data primer (pengamatan dan sampel)
ditentukan berdasarkan letak sumber dampak, badan air penerima,
dan sumber air terdekat. Pengambilan data primer meliputi data untuk
debit dan arus aliran sungai, sedimen sungai, infiltrasi, serta morfologi
sungai.

Selain data primer, data sekunder juga dikumpulkan dari berbagai


instansi terkait. Cara analisis data dilakukan dengan interpretasi data
hidrologi sesuai dengan disiplin ilmunya.

Pengukuran Infiltrasi
Alat pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur infiltrasi di
lapangan dapat berupa :
1 single ring infiltrometer
2 double ring infiltrometer
3 rainfall simulator

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 45


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Single ring infiltrometer merupakan silinder baja atau bahan lain


berdiameter antara 25 - 30 cm. Panjang alat kurang lebih 50 cm. Alat
ini dilengkapi tangki cadangan air. Pada dinding silinder terdapat skala
dalam mm dan hook gauge.
Pengukuran dengan single ring infiltrometer dilakukan dengan cara:

1. Lokasi yang akan diukur dibersihkan, dan tanah yang terkelupas


dibuang.

2. Silinder ditempatkan tegak lurus dan ditekan ke dalam tanah,


sehingga bersisa kurang lebih 10 cm di atas permukaan tanah.
Apabila tanah keras, dapat dilakukan pemukulan dengan palu
yang sebelumnya diletakkan balok kayu di atasnya. Posisi
masuknya single ring infiltrometer tetap tegak lurus.

3. Perlengkapan air secukupnya, stop watch dan alat tulis


dipersiapkan.

4. Tabel disiapkan dan disusun sehingga memudahkan hitungan.

5. Apabila tidak tersedia tangki air dengan pengukur volume yang


baik, maka pengukuran infiltrasi dapat dilakukan sebagai berikut:
(a) Pada skala yang terdapat pada dinding silinder, ditarik dua
garis dengan jarak
(b) Air dituangkan ke dalam silinder sampai penuh dan tunggu
sampai keseluruhan terinfiltrasi agak retak dalam tanah
dapat dihilangkan.
(c) Air dituangkan ke dalam tanah sampai mencapai batas
garis atas.
(d) Waktu yang diperlukan oleh muka air untuk turun sampai
garis batas bawah diukur dengan stop watch dan dicatat
dalam form yang telah disediakan.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 46


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

(e) Air dituangkan kembali secepatnya ke dalam silinder


sampai garis batas atas, waktu penurunan muka air sampai
garis batas bawah diukur lagi.
(f) Hal tersebut dilakukan terus sampai waktu yang diperlukan
oleh muka air turun sampai garis batas bawah selalu tetap.

Pengukuran arus dan debit


Debit atau besarnya aliran adalah volume aliran yang mengalir
melalui suatu penampang melintang sungai persatuan waktu.
Debit dinyatakan dalam satuan meter kubik perdetik (m 3/det) atau
liter per detik (lt/det). Aliran adalah pergerakan air di dalam alur
sungai atau saluran.

Pengukuran debit adalah pengukuran luas penampang basah,


kecepatan aliran dan tinggi muka air. Rumus umum yang
digunakan adalah :

Q =  (A x V)

Q = debit (m3/det)
A = luas bagian penampang basah (m2)
V= kecepatan aliran rerata pada luas bagian penampang basah (m/det)

Pengukuran debit adalah proses pengukuran dan


perhitungan kecepatan aliran, kedalaman dan lebar aliran serta
perhitungan luas penampang basah untuk menghitung debit dan
pengukuran tinggu muka airnya.

Pengukuran debit dilaksanakan secara langsung yakni


dengan mengukur secara langsung debit yang melalui suatu
penampang dengan alat ukur debit. Metode pengukuran yang
diambil adalah dengan menggunakan current meter dan peluap
ambang tajam Thompson.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 47


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Konsumsi air hampir sama di sepanajng masa antara


musim kemarau dan musim hujan. Akan tetapi ketersediaan air di
musim kemarau berkurang jika dibandingkan dengan musim
hujan. Untuk mendapatkan debit andalan dari mata air yang
bersangkutan, maka lebih baik survai pengukuran dilakukan di
akhir musim kemarau.

Current meter adalah alat pengukur kecepatan arus. Dengan


mengalikan antara kecepatan dan luas penampang yang diukur
akan didapat debit. Pengukuran arus dengan current meter dapat
dibagi atas tiga metode:

Metoda satu titik


Dalam cara ini pengukuran kecepatan dilaksanakan pada
kedalaman pada titik 0,6 kedalaman aliran dari permukaan air.
Hasil pengukuran pada titik 0,6 kedalaman aliran ini adalah
merupakan kecepatan rerata pada vertikal yang bersangkutan.
Cara ini digunakan dengan syarat-syarat:

1. Apabila kedalaman air antara 0,25 m sampai 0,76 meter.


2. Apabila aliran sungai membawa banyak sampah sehingga sulit
untuk mengukur pada titik 0,2 kedalaman aliran.
3. Apabila ada suatu sebab lain sehingga alat ukur arus tidak
dapat diletakkan pada titik kedalaman 0,8 kedalaman aliran
4. Apabila tinggi permukaan air sungai cepat berubah dan harus
dilakukan dengan cepat.

Kecepatan aliran dihitung dengan rumus:


~
v =V 0 , 60

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 48


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

~
v = kecepatan aliran rata-rata (m/det)
V0,60 = kecepatan pada 0,60 kedalaman (m/det)

Metoda dua titik


Pada metode ini pengukuran kecepatan aliran dilakukan pada
0,20 dan 0,80 titik kedalaman aliran dari permukaan air.
Kecepatan aliran rata-ratanya diperoleh dengan merata-ratakan
kecepatan aliran yang diukur pada kedua titik tersebut, yang
dinyatakan dengan persamaan :

~ V 0 , 20+V 0, 80
v=
2
V 0,20 = kecepatan aliran pada 0,20 kedalaman (m/det)
V 0 ,80 = kecepatan aliran pada 0,80 kedalaman (m/det)

Metoda tiga titik


Pengukuran kecepatan aliran dilakukan pada titik 0,2 ; 0,6 dan
0,8 kedalaman dari permukaan air. Kecepatan rata-rata tiap
vertikal diperoleh dengan merata-ratakan hasil pengukuran pada
0,2 ; 0,8 dan 2 kali 0,6 yang secara jelas diterangkan dalam
rumus berikut ini :

~ V 0 , 20+ ( 2 xV 0 ,60 ) +V 0 ,80


v=
4

Alasan menggunakan metode ini adalah agar diperoleh data


kecepatan aliran rata-rata yang lebih baik yaitu apabila distribusi
kecepatan ke arah vertikal tidak normal; atau kecepatan aliran
pada 0,8 kedalaman terganggu oleh gesekan material di dasar
sungai sehingga tidak normal. Cara ini berlaku apabila
kedalaman air yang diukur tidak kurang dari 0,76 meter.
Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 49
IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Posisi dari V0,6, V0,2 dan V0,8 dapat dilihat pada sketsa berikut ini.

Current meter yang digunakan adalah Jenis A-OTT dengan


rumusan current meter yang telah dikalibrasi di Balai Penelitian
Hidrologi Bengawan Solo adalah sebagai berikut :
1 n < 0,70 putaran/detik ; V = 0,2510 n + 0,010 m/det
2 n  0,70 putaran/detik ; V = 0,2597 n + 0,0039 m/det

Dengan peluap Thompson


Pengukuran dengan peluap Thompson dilakukan pada debit
rendah. Hal ini dikarenakan apabila menggunakan current meter,
tidak seluruh bagian propeller dapat tenggelam. Peluap
Thopmson merupakan peluap ambang tipis yag dapat digunakan
sebagai alat ukur debit.

Rumus dari peluap Thompson adalah:


8
Q= x Cd x(2 g) 0,5 x H 2,5
15
Q = debit (m3/det)
Cd = koefisien debit, besarnya bervariari antara 0,6 s/d 2,2
tergantung dari kinerja alat dan situasi di lapangan
g = kecepatan gravitasi = 9,81 m/det2
H = tinggi air yang meluap dari Peluap Thompson

Tabel 22.
Skala Kualitas Lingkungan untuk Koefisien Limpasan Permukaan
Nilai Kriteria Kualitas Lingkungan
Kelas Harkat
0,00 - 0,40 Sangat baik 5
0,41 - 0,50 Baik 4
0,51 - 0,60 Sedang 3
0,61 - 0,90 Jelek 2
0,91 - 1,00 Sangat jelek 1

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 50


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Tabel 23.
Skala Kualitas Lingkungan untuk Banjir
Kriteria Kualitas Lingkungan
Kelas Harkat
F.0 (Bebas) Sangat baik 5
F.1.1:F.2.1:F.3.1 Baik 4
F.1.2:F.2.2:F.3.2:F.4.2 Sedang 3
F.1.3:F.2.3:F.3.3:F.3.2 (Jalan tergenang) Jelek 2
F.1.4:F.2.4:F.3.4:F.4.2:F.4.3:F.4.4 Sangat jelek 1
Sumber: LREPP II (1992)

Keterangan :
Tinggi
Durasi : < 25 cm 25 - 50 cm 50 - 75 cm > 75 cm
< 2 hari F.1.1 F.2.1 F.3.1 F.4.1
2 - 7 hari F.1.2 F.2.2 F.3.2 F.4.2
1 - 2 minggu F.1.3 F.2.3 F.3.3 F.4.3
> 2 minggu F1.4 F.2.4 F.3.4 F.4.4

C.1.8. Hidrooseanografi

Tabel 24.
Keterkaitan isu pokok hidrooseanografi
KEGIATAN PENYEBAB DAMPAK KOMPONEN LINGKUNGAN TERKENA DAMPAK
PRA-KONSTRUKSI: Pemasangan patok batas Gangguan/hambatan arus & transport sediment yang
areal reklamasi di perairan laut/pantai menyusur pantai (longshore current & longshore
transport)
KONSTRUKSI: Pembangunan talud pengaman Gangguan terhadap pola arus & transpor sedimen
areal reklamasi Pengurugan perairan pantai alamiah di pantai Perubahan :stabilitas lahan/perisai
dengan tanah pantai, bentang alam/garis pantai, breaker zone, pola
arus & gelombang, abrasi, akresi, luas genangan air di
daratan pesisir (Rob), intrusi air asin,
hambatan/gangguan aliran drainase/irigasi/sungai &
daya jangkau Pasut
PASCAKONSTRUKSI: Keberadaan Bentang Perubahan pola arus & defraksi/refraksi gelombang
Lahan/Bangunan yang menjorok ke laut: Perubahan stabilitas lahan/perisai pantai Perubahan
menghalangi & membelokkan arah daya rambat/daya jangkau PASUT
arus/gelombang Perubahan/hambatan transpor sedimen alamiah
(longshore transport) Terjadinya Abrasi dan/atau
Akresi secara spasial dan temporal

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 51


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Tabel 25.
Skala Kualitas Lingkungan Parameter Abrasi/Erosi
Uraian Skor Keterangan
Terjadi abrasi/erosi di pantai >9 bulan dalam setahun 1 Sangat jelek
Terjadi abrasi/erosi di pantai >6-9 bulan dalam setahun 2 Jelek
Terjadi abrrasi/erosi di pantai >3-6 bulan dalam setahun 3 Cukup Baik
Terjadi abrasi/erosi di pantai >1-3 bulan dalam setahun 4 Baik
Tidak terjadi abrasi, atau terjadi abrasi <1 bulan dalam Sangat Baik
5
setahun

Tabel 26.
Skala Kualitas Lingkungan Parameter Akresi/Sedimentasi
Uraian Skor Keterangan
Terjadi akresi di pantai, atau penyumbatan muara sungai >9 Sangat jelek
1
bulan dalam setahun
Terjadi akresi di pantai atau penyumbatan muara sungai >6-9 Jelek
2
bulan dalam setahun
Terjadi akresi di pantai atau penyumbatan muara sungai >3-6 Cukup Baik
3
bulan dalam setahun
Terjadi akresi di pantai atau penyumbatan muara sungai >1-3 Baik
4
bulan dalam setahun
Tidak terjadi akresi, atau terjadi akresi/penyumbatan muara Sangat Baik
5
sungai <1 bulan dalam setahun

Tabel 27.
Skala Kualitas Lingkungan Parameter Transpor Sedimen/Arus
Uraian Skor Keterangan
Terjadi hambatan transpor sedimen/arus di pantai selama >9 bulan dalam setahun 1 Sangat jelek
Terjadi hambatan transpor sedimen/arus di pantai selama >6-9 bulan dalam setahun 2 Jelek
Terjadi hambatan transpor sedimen/arus di pantai selama >3-6 bulan dalam setahun 3 Cukup Baik
Terjadi hambatan transpor sedimen/arus di pantai selama >1-3 bulan dalam setahun 4 Baik
Tidak terjadi hambatan transpor sedimen/arus atau terjadi <1 bulan dalam setahun 5 Sangat Baik

Tabel 28.
Skala Kualitas Lingkungan Parameter Lama Waktu Genangan Rob
Uraian Skor Keterangan
Terjadi Rob di pantai selama >9 jam per hari 1 Sangat jelek
Terjadi Rob di pantai selama >6-9 jam per hari 2 Jelek
Terjadi Rob di pantai selama >3-6 jam per hari 3 Cukup Baik
Terjadi Rob di pantai selama >0-3 jam per hari 4 Baik
Tidak terjadi Rob 5 Sangat Baik

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 52


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Tabel 29.
Skala Kualitas Lingkungan Parameter Luas Wilayah Genangan Rob
Uraian Skor Keterangan
Luas wilayah Rob bertambah >50% 1 Sangat jelek
Luas wilayah Rob bertambah >0-50% 2 Jelek
Luas wilayah Rob tetap 3 Cukup Baik
Luas wilayah Rob berkurang >0-50% 4 Baik
Luas wilayah Rob berkurang >50% 5 Sangat Baik

Tabel 30.
Skala Kualitas Lingkungan Parameter Daya jangkau Pasut
Uraian Skor Keterangan
Daya jangkau Pasut ke arah pertambakan berkurang >50% 1 Sangat jelek
Daya jangkau Pasut ke arah pertambakan berkurang >0-50% 2 Jelek
Daya jangkau Pasut ke arah pertambakan tetap 3 Cukup Baik
Daya jangkau Pasut ke arah pertambakan bertambah >0-50% 4 Baik
Daya jangkau Pasut ke arah pertambakan bertambah >50% 5 Sangat Baik

Tabel 31.
Skala Kualitas Lingkungan Parameter Perubahan Garis Pantai
Uraian Skor Keterangan
Garis pantai bertambah maju lebih menjorok ke laut (>10%) Sangat jelek
1
dari pantai Marina (reklamasi lama)
Garis pantai bertambah maju lebih menjorok ke laut (0- Jelek
2
10%) dari pantai Marina (reklamasi lama)
Garis pantai tetap 3 Cukup Baik
Garis pantai bertambah maju tetapi tidak sejajar/lebih Baik
4
rendah dari pantai Marina (reklamasi lama)
Garis pantai bertambah maju dan sejajar dengan pantai Sangat Baik
5
Marina (reklamasi lama)

C.1.9. Ruang dan Lahan


Dalam studi tata ruang ini digunakan dua pendekatan yaitu:
1) Kajian data sekunder
Kegiatan utama dalam kajian data sekunder ini yaitu pengumpulan
berbagai peta yang memuat data tata ruang wilayah studi. Dalam
metode ini dikaji keberadaan tata ruang yang ada dan selanjutnya
dikaji pula kebijakan-kebijakan pengembangan ruang di wilayah
Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 53
IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

studi.
2) Observasi lapangan
Dalam observasi ini dilakukan kajian terhadap pola tata ruang yang
ada yang telah dikumpulkan dari data sekunder.

Analisis dari peta rupa bumi dengan skala 1:25.000 (data sekunder)
kemudian dicek lapangan dengan cara pemetaan.
1) Data sekunder
Kegiatan utama dalam kajian data sekunder ini yaitu pengumpulan
berbagai peta yang memuat data tata ruang wilayah studi. Dalam
metode ini dikaji keberadaan tata ruang yang ada dan selanjutnya
dikaji pula kebijakan-kebijakan pengembangan ruang di wilayah
studi.
2) Observasi lapangan
Dalam observasi ini dilakukan kajian terhadap pola tata ruang yang
ada yang telah dikumpulkan dari data sekunder.

Tabel 32.
Skala Kualitas Lingkungan untuk Tataguna Lahan
No. Skala Kualitas Persentase Lahan Tidak Persentase Lahan
Lingkungan Produktif Terbangun
1 Sangat jelek > 20% > 90%
2 Jelek 15% - 20% 70% - 90%
3 Sedang 10% - 15% 50% -70%
4 Baik 5% - 10% 30% - 50%
5 Sangat baik < 5% < 30%

C.1.10. Transportasi
a. Metode Pengumpulan Data
Parameter yang ditelaah meliputi volume kendaraan, geometri
ruas jalan. Data tersebut dapat diperoleh dari hasil pengukuran
langsung di lapangan (primer) maupun data instansional
(sekunder).
Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 54
IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

1) Volume Kendaraan
Metoda pengambilan data volume arus lalu lintas semua jenis
kendaraan dilakukan dengan metoda pencacahan arus lalu
lintas tiap jenis kendaraan (traffic counting). Ruas jalan yang
akan diamati yaitu ruas jalan yang ada sekarang dengan
interval waktu selama 15 menit. Pengukuran dilakukan selama
mulai pukul 06.30 - 16.30 WIB.

2) Geometri jalan
Data geometri ruas jalan diperoleh dengan cara pengukuran
langsung maupun data sekunder dari instansi berwenang.
b. Metode Analisis Data
Ruas jalan yang akan dianalisis hanya ruas jalan dalam kota.

Kapasitas ruas jalan perkotaan, dihitung berdasarkan metoda


hitungan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Tahun 1997:

C = Co x FCw x FCsf x Fcsp x FCcs


Keterangan:
C = kapasitas sesungguhnya (smp/jam)
Co = kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = faktor penyesuaian lebar jalan
FCsf = faktor penyesuaian hambatan samping
FCsp = faktor penyesuaian pemisahan arah
FCcs = faktor penyesuaian ukuran kota

Kapasitas ruas jalan antar-kota, dihitung berdasarkan metoda


hitungan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Tahun 1997:

C = Co x FCw x FCsf x Fcsp


Keterangan :
C = kapasitas sesungguhnya (smp/jam)
Co = kapasitas dasar (smp/jam)
FCw = faktor penyesuaian lebar jalan
FCsf = faktor penyesuaian hambatan samping

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 55


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

FCsp = faktor penyesuaian pemisahan arah

Kapasitas simpang bersinyal, dihitung berdasarkan metoda


hitungan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) Tahun 1997:

C = S x (g / c)
Keterangan:
C = kapasitas sesungguhnya (smp/jam)
S = arus jenuh (smp/jam)
g = waktu hijau (detik)
c = waktu siklus (detik)

Kapasitas simpang tidak bersinyal, dihitung berdasarkan


metoda hitungan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)
Tahun 1997:

C = Co x Fw x Fm x Fcs x Frsu x Flt x Frt x Fmi


Keterangan:
C = kapasitas sesungguhnya (smp/jam)
Fw = faktor penyesuaian lebar masuk
Fm = faktor penyesuaian median jalan utama
Fcs = faktor penyesuaian ukuran kota
Frsu = faktor penyesuaian tipe lingkungan
Flt = faktor penyesuaian belok kiri
Frt = faktor penyesuaian belok kanan
Fmi = faktor penyesuaian rasio arus jalan simpang

Tingkat pelayanan ruas jalan, dapat dihitung dari perbandingan


antara volume kendaraan (Q) yang lewat dengan kapasitas (C)
ruas jalan. Dari hasil hitungan kapasitas dapat diidentifikasi
derajat kejenuhan (DS = degree of saturation) yang terjadi yaitu
perbandingan antara volume arus lalu lintas kendaraan yang
lewat dengan kapasitas ruas jalan. Derajat kejenuhan merupakan
salah satu indikator untuk melihat tingkat kinerja arus jalan pada
kondisi sebelum ada proyek selama masa konstruksi dan masa
operasional.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 56


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

DS =Q/C
Q = volume arus lalu lintas (smp/jam)
C = kapasitas (smp/jam)

Prediksi arus lalu lintas, didasarkan pada besarnya bangkitan


arus lalu lintas kendaraan, dan jenis kendaraan yang berpotensi
akan teralihkan (diverted traffic) dari jalur jalan. Untuk
memprakirakan besaran arus yang teralihkan digunakan
permodelan berdasarkan model empat langkah (Four Step
Model) sebagai berikut.

(a) Model Bangkitan Perjalanan (Trip Generation Model)


Model ini digunakan untuk memprakirakan jumlah perjalanan
yang dibangkitkan oleh suatu zona serta arah yang dituju
sehingga dapat diramalkan kondisi arus lalu lintas yang akan
datang.

(b) Model Distribusi Perjalanan (Trip Distribution Model)


Model distribusi perjalanan yang digunakan mengikuti rumus:

Pi-j = Oi . dj . Fi-j
Keterangan:
Pi-j = jumlah perjalanan dari i ke j
Oi dan dj = polarities yaitu daya tarik zona asal (O=origin) dan zona tujuan
(d=destination)
Fi-j = deterence function

Polarities menggambarkan intensitas potensi pergerakan di


setiap zona dan deterence function menggambarkan
kemampuan tarik menarik antara dua zona. Jika generalized
cost antara dua zona meningkat, deterence function akan
menurun sesuai model berikut:

Fi-j = a . exp{b.ln 2 (Zi-j + 1)}

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 57


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Keterangan:
Fi-j = deterence function antara i dan j
Zi-j = generalized cost antara i ke j
a dan b = konstanta

Generalized cost didefinisikan sebagai:

Zi-j =  . Pi-j + (1 - ) . ti-j


Keterangan :
Zi-j = generalized cost antara i ke j
Pi-j = jumlah perjalanan dari i ke j
ti-j = waktu perjalanan antara i ke j
 = faktor bobot

(c) Model Pemilihan Rute Perjalanan (Trip Assignment Model)


Model ini digunakan untuk memprakirakan jumlah pergerakan
yang akan dibebankan pada suatu ruas jalan berdasarkan
hasil pemodelan distribusi perjalanan. Beberapa model yang
dikenal antara lain:
1 Model All or Nothing
Model ini menggunakan dasar bahwa perjalanan dari satu
zona ke zona lain akan menggunakan rute/jarak terpendek.
2 Model Equilibrium Assignment
Z(qa)= Zmin . a { 1 + (qa / ca )}
Keterangan:
Z(qa) = travel time pada loaded link
Zmin = travel time pada unloaded link
qa = volume lalu lintas
ca = kapasitas jalan
a = konstanta
3 Model Stochastic Assignment
t’ = t x RND x a x SQR (t)
Keterangan:
t’ = modifikasi dari waktu / biaya perjalanan
RND = bilangan random
a = tingkat ketidakpastian (antara 0,2 - 0,8)
SQR (t) = akar dari waktu / biaya perjalanan
t = waktu / biaya perjalanan

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 58


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Skala Kualitas Lingkungan


Skala kualitas lingkungan yang digunakan seperti berikut:
Tabel 33.
Skala Kualitas Lingkungan Transportasi Ruas Jalan
Parameter Nilai rentangan
LIngkungan
1 2 3 4 5
Kerusakan jalan Bergelombang / Retak banyak Retak sedang Retak halus msih Tidak retak
tidak stabil gejala ketidak masih stabil stabil sedikit deformasi
stabilan pada jalur roda
Kelancaran DS > 1,0 0,85<DS1,0 0,74<DS0,85 0,44<DS0,74 DS < 0,44
lalulintas pada Kecepatan 35 kecepatan 35 - kecepatan 45 - kecepatan 55 - Kecepatan 65
ruas jalan km/jam Arus tidak 44,9 km/jam arus 64,9 km/jam arus 64,9 km/jam arus km/jam kondisi
stabil sering mulai tidak stabil stabil tapi stabil bebas arus bebas
terjadi kemacetan mulai terjadi pengemudi memilih dengan
dan antrian kongesti dibatasi dlm kecepatan kecepatan tinggi
panjang memilih, mulai
terjadi iringan
Kelancaran Tundaan: > 30 Tundaan: 20-30 Tundaan: 10 - 20 Tundaan: 5 - 10 Tundaan:  5
lalulintas pada detik detik detik detik detik
simpang tidak
bersinyal
Kelancaran Tundaan: > 40 Tundaan: 25-40 Tundaan: 15 - 25 Tundaan : 5 -15 Tundaan:  5
lalulintas pada detik detik detik detik detik
simpang bersinyal
Keselamatan Kecelakaan Fatal < 15% selamat 15-55% selamat 55-95% selamat > 95% selamat
pengguna Jalan V > 65 km/jam LJ V : 56-65 km/jam V : 45-55 km/jam V : 35-44 km/jam V : < 35 km/jam
pada ruas < 5,5 m LJ : 5,5-6,0 m LJ : 6,0-6,5 m LJ : 6,5-7,0 m LJ : > 7 m
Keselamatan Volume Volume Volume Volume Volume
pengguna jalan kendaraan masuk kendaraan masuk kendaraan masuk kendaraan masuk kendaraan masuk
pada Simpang simpang >1500 simpang 1500- simpang 750-600 simpang 600-450 simpang < 450
Tidak Bersinyal kend/jam LL < 750 kend/jam LL : kend/jam LL : 3,0- kend/jam LL : kend/jam LL : >
2,75 m 2,75-3,0 m 3,25 m 3,25-3,5 m 3,5 m
Sumber: American HCM 1994, Ditjendat 1994, Ministry Transport, HMSO, London 1968, Panduan Keselamatan
Jalan, ADB, 1996 dan MKJI 1997
Keterangan :
4 DS hanya berlaku untuk jalan tipe 4/2 D
5 V = kecepatan kendaraan
6 LJ = lebar jalan
7 LL = lebar lajur di simpang
8 DS = derajat kejenuhan, perbandingan antara volume dengan kapasitas (Q/C)
Keterangan Nilai Rentangan: 1=sangat buruk; 2=buruk; 3=sedang; 4=baik; 5=sangat baik

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 59


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

C.2. Biologi
C.2.1. Flora
a. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data flora dilakukan dengan penjelajahan di
pengambilan material urug dan di lokasi reklamasi. Hasil
observasi dengan mencantumkan beberapa tipe
ekosistem/vegetasi utama kemudian dari keterwakilan tipe
ekosistem tersebut.

b. Metode analisis data


Pada setiap daerah pengamatan flora, nilai penting didapatkan
dari penjumlahan frekuensi relatif, dominasi relatif dan kerapatan
relatif.

Frekuensi = Jumlah plot spesies hadir


Jumlah total plot yang disampel
Kerapatan = Jumlah Individu
Area cuplikan
Dominansi = Total penutupan kanopi dari jumlah individu suatu jenis
Total luas plot sampling

Frekuensi relatif = Frekuensi suatu jenis x 100%


Frekuensi seluruh jenis

Kerapatan relatif = Kerapan suatu jenis x 100%


Kerapatan seluruh jenis

Dominansi relatif = Dominansi suatu jenis x 100%


Dominansi seluruh jenis

Nilai Penting (NP) = Frek.Relatif + Kerapatan Relatif + Dominansi relatif


Atau
Nilai Penting (NP) = Kerapatan relatif + Dominansi relatif

Analisis flora langka dan dilindungi undang-undang dilakukan


dengan cara penelaahan flora yang ditemukan di wilayah studi

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 60


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

kemudian dicocokkan dengan daftar flora yang


dilindungi undang-undang di Indonesia. Keanekaragaman
flora dinilai dengan skala kualitas lingkungan flora darat yang
tersaji pada tabel berikut.
Tabel 34.
Skala Kualitas Lingkungan Flora Darat
Parameter
Nilai Rentangan
Lingkungan
1 2 3 4 5
Kerapatan Flora 51-100 101-200 > 200
20 individu/are 21-50 individu/are
individu/are individu/are individu/are
Keanekaragaman
Terdapat 1-2 Terdapat 3-5 Terdapat 6-10 Terdapat 11-15 Terdapat >15
Flora bernilai
jenis jenis jenis jenis jenis
Ekonomi
Keterangan nilai rentangan:
1 = sangat buruk; 2 = buruk; 3 = sedang; 4 = baik; 5 = sangat baik
Sumber: Soerjani, 1989 dalam Probosunu, 2000 dengan modifikasi.

C.2.2. Fauna darat

Fauna darat di lokasi pengambilan tanah urug dan di lokasi reklamasi


ditaksir melalui pendekatan-pendekatan berikut ini, yang diterapkan
sesuai keadaan di lapangan. Keanekaragaman fauna dinilai dengan
skala penilaian kualitas lingkungan flora darat seperti tersaji pada
Tabel 34.

a) Metode inventarisasi jenis


Cara langsung
 menghalau
 menghitung di tempat minum

Cara tidak langsung


1 menggunakan jejak/sarang/kotoran hewan
2 mendengarkan bunyi

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 61


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

b) Pengukuran populasi
1 sensus langsung
2 sensus tidak langsung

c) Metode analisis data


a) capture recapture methods
b) point count
c) menghalau
d) indeks kelimpahan jenis

C.2.3. Biota air

Sampel biota air yang dikumpulkan antara lain meliputi


bakteri, plankton, dan nekton (ikan). Ada beberapa teknik yang
sering digunakan untuk mengumpulkan sampel tersebut,
tergantung pada jenis sampel yang akan diambil atau
dikumpulkan. Mengingat sampel ini biasanya tidak dapat
langsung dianalisa, maka segera setelah diambil sampel perlu
diawetkan, untuk mencegah kerusakan spesimen yang ada.

Pada umumnya pengawetan sampel (selain sampel


bakteri) adalah dengan penambahan ethanol 95% pada sampel
sampai konsentrasi ethanol pada sampel menjadi 70% yang
memadai untuk pengawetan dan pewarnaan permanen. Untuk
sampel plankton pengawetan dapat dilakukan dengan larutan
Lugol, MAF (metanol-asam asetat-formalin), atau pengawet 6-
3-1 (6 air: 3 alkohol 95%: 1 formalin). Tetapi formalin atau Lugol
yang bersifat asam dapat melarutkan cangkang Coccolithopora
yang banyak terdapat di muara dan air laut. Sedangkan bila
Lugol dibuat basa/netral, ia kurang efektif bagi Flagellata lain.
Selain itu larutan formalin juga menyebabkan terjadinya fraksi

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 62


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

atau patahan, sehingga sering mempersulit identifikasi dan atau


menentukan jumlah individu species tersebut. Karenanya perlu
disikapi apakah ke dua pengawet tersebut mutlak atau tidak
digunakan. Beberapa peneliti, sebelum memberikan larutan
formalin, sampel tersebut terlebih dahulu diberi larutan ethanol
dengan konsentrasi yang lebih rendah (70%) untuk maksud
pembiusan.

Untuk sampel bakteri yang tidak dapat dianalisis dalam


waktu <1 jam, pengawetan awalnya adalah dengan
menurunkan suhu sampai <10C atau lebih baik lagi bila
suhunya <4C, selama kurang dari 6 jam. Di laboratorium,
sampel harus langsung direfrigerasi, dan dikerjakan dalam
waktu <2 jam. Untuk menetralisasi sampling air yang
mengandung residu klorin, kloramin, atau halogen, sampel
perlu diberi reduktor, seperti 1M Na-tiosulfat Na 2S2O3, kecuali
bila botol mengandung broth untuk langsung menumbuhkan
sampel. Jumlah Na-tiosulfat yang dianjurkan: 0.1 ml untuk botol
100 ml, 0.25 ml bila botol 250 ml dan 0.5 ml botol 500 ml (Afiati,
2003).

Cara pengambilan sampel bakteri air, dibedakan atas


lokasi samplingnya, yaitu di permukaan air dan dasar perairan.

Cara sampling manual di air permukaan


Botol sampel mikroorganisme harus selalu dalam keadaan steril
dan tertutup sampai saatnya digunakan. Botol sampel diisi  3/4-nya,
atau disisakan kolom udara 2.5 cm untuk aerasi waktu penggojogan
sebelum dianalisis lebih lanjut. Ketika mengambil sampel di laut,

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 63


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

sungai, mata air, danau atau reservoir, botol dalam keadaan tertutup
dipegang pada bagian bawahnya, ditenggelamkan dengan leher botol
menghadap ke bawah, dibuka di dalam air, tetapi jangan dibilas air
setempat. Botol kemudian dibalik hingga lehernya agak menghadap ke
atas dengan mulut botol dihadapkan ke arus. Jika tidak ada arus,
dapat dibuatkan arus dengan menarik botol horisontal ke depan
menjauhi arah tangan, diisi sampai ¾ penuh dan ditutup di dalam air.
Jika mengambil sampel dengan perahu, sampling dilakukan dari tepi
perahu yang terjauh dari mesin. Bila tidak mungkin, maka botol dapat
diberi pemberat.

Cara sampling bakteri dasar perairan


Diambil menggunakan water sampelr (van Dorn, Kemmerer
atau Nansen reversing bottle) pada kedalaman tepat di atas
permukaan dasar. Botol steril berkapasitas 150-250 ml selanjutnya
dimasukkan ke dalam water sampelr dan ditutup rapat pada saat botol
masih berada di dalam. Tanpa tambahan pengawet, botol selanjutnya
diberi label dan disimpan di dalam kotak es selama di lapangan
(Sterritt & Lester, 1988).

Inkubasi sampel
Total Bacterial Count, satu ml sampel air dipipet ke dalam
medium Plate Count Agar (PCA) dalam Petri steril. Bila diprakirakan
populasi bakterinya besar, maka perlu disiapkan pengenceran dengan
air steril (1: 100, 1:1000, dst). Pemindahan inokulum harus dalam
kondisi steril. Petri dish digojog pelahan dalam arah angka 8
setidaknya 25 kali dan diletakkan horisontal. Setelah itu Petri
diinkubasi pada 35 2C selama 44  4 jam. Kelembaban media dijaga
agar jangan sampai kehilangan bobot >15%, dengan diberi cawan air

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 64


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

di bagian bawah inkubator, atau Petri dibungkus plastik. Pengamatan


dapat mulai dilakukan setelah 24 jam. Total Bacterial Count
dinyatakan dalam koloni/ml sampel air.

Inkubasi dalam medium Lactose Broth (LB) dilakukan untuk uji


presumtif coliform dalam sampel bakteri air. Masing-masing sampel
ditanam tiga kali ulangan dengan konsentrasi menurun selama 24
sampai 48 jam pada suhu 35C. Terhadap tabung yang positif dan
yang meragukan, dilakukan uji konfirmasi kehadiran non-fekal coli
(coliform group) pada suhu 35C dan fekal coli pada suhu 44,5C,
masing-masing selama 24 jam pada media Brilliant Green Lactose Bile
Broth (BGLB) yang dilanjutkan dengan Endo Agar.

Analisis data bakteri air


Analisis bakteri air dilakukan untuk mengetahui jenis bakteri
secara umum, yaitu coliform, fecal coli, serta jumlah total bakteri yang
merupakan kontributor pelaksana biodegradasi. Uji total bakteri
dilakukan secara duplo dalam media Plate Count Agar. Cawan yang
mengandung antara 30 - 300 koloni dirata-ratakan hasilnya, dan
jumlah total bakteri dihitung sebagai berikut (Afiati, 2003):
n
∑ Xi
1
TB= i =1 xAx
n B

TB : Total bakteri
Xi : Jumlah koloni yang ditemukan
A : Jumlah inokulum yang ditanam pada setiap pengenceran (ml)
B : Tingkat pengenceran saat koloni ditemukan
n : Jumlah sampel

Jumlah tabung reaksi yang positif dari setiap suhu inkubasi dalam

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 65


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

media BGLB dihitung sesuai dengan tingkat pengencerannya. Data


ini kemudian dicocokkan dengan tabel Most Probable Number (MPN)
dan dikalikan dengan 1/pengenceran yang ditengah.

Suhu Inkubasi (C) 102 103 104


35 2 1 0
44.5 1 0 0

Pernyataan Hasil:
Total coliform 35C: 2 1 0  Tabel: misalnya a  jumlah total coliform=
ax103/100ml
Fecal coliform 44.5C:1 0 0  Tabel: misalnya b  jumlah fekal coli= bx103/100ml.

C.2.4. Plankton

Ada dua cara yang dilakukan untuk pengambilan sampel plankton,


yaitu pengambilan secara pasif dan aktif. Pengambilan sampel dalam
kajian ini dilakukan secara pasif yaitu dengan menyaring air sampai
volume tertentu, biasanya 100 liter air permukaan, atau air dari
kedalaman tertentu (menggunakan water sampelr). Alat yang
digunakan adalah plankton net No. 25. Hasil saringan berupa
pemekatan dari volume 100 liter kemudian dituang ke dalam botol 20
ml yang telah diberi pengawet MAF atau alkohol 70% dan 2 tetes
pewarna rose bengal. Botol diberi label dan disimpan di kotak es.

Sampel plankton yang diperoleh kemudian dianalisa di bawah


mikroskop. Analisa dilakukan sebagai berikut: sebanyak 1ml sampel
ditaruh dalam bilik hitung Sedgwick-Rafter, dihitung sebanyak tiga
ulangan menggunakan mikroskop, hasilnya dirata-ratakan dan
kelimpahan jenisnya dihitung menurut cara Wetzel & Likens (1979):

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 66


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

T Vo 1 P
K i= x x x
l Va W p

Ki : Kelimpahan jenis (individu/l)


T : Jumlah seluruh kotak dalam bilik hitung Sedgwick-Rafter
(1000)
l : Jumlah kotak dalam satu bidang pandang mikroskop
Vo : Volume sampel air hasil pemekatan (ml)
Va : Volume air dalam bilik hitung Sedgwick-Rafter (1ml)
W : Volume air yang disaring (100 liter)
P : Jumlah plankton ke i yang terhitung (individu)
p : Jumlah kotak yang dihitung

Identifikasi plankton (fitoplankton dan zooplankton) dilakukan dengan


menggunakan petunjuk identifikasi, misalnya menurut Bold & Wynne
(1978), APHA (1992), dan Humm & Wicks (1980). Selanjutnya
distribusi jenis-jenis plankton yang merupakan indikator khas suatu
perairan ditabulasikan tersendiri, untuk menentukan Indeks
Keanekaragaman dan Keseragaman jenisnya. Indeks
keanekaragaman (H’) dan Indeks keseragaman biasanya dicari dengan
menggunakan indeks Shannon-Weaver (Poole, 1979), yaitu sebagai
berikut:

Indeks Keanekaragaman Jenis

( ) ( )
ni ni
s
H '= - ∑ ln
n=1 N N

H’ : Indeks keanekaragaman jenis


ni : Jumlah individu jenis ke i
N : Jumlah total individu
S : Jumlah spesies yang ditemukan

Indeks Keseragaman Jenis

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 67


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

H' H'
J= =
ln S Hmaks
J : Indeks kemerataan jenis
H’ : Nilai indeks keanekaragaman Shannon
H maks : Keanekaragaman maksimum (ln S)
S : Jumlah jenis yang ditemukan
C.2.5. Makrozoobentos

Ada beberapa alat yang digunakan untuk mengambil sampel


bentos, diantaranya adalah dredger (Ekman dredge), pralon. Ke dua
alat tersebut biasanya digunakan untuk memperoleh atau mengambil
sampel bentos yang hidup di permukaan dan di bawah permukaan,
sampai kedalaman tertentu. Sehingga data bentos yang diperoleh atau
tertangkap merupakan data sesaat (standing stock). Oleh karena itu,
bila substrat dasarnya terlampau keras maka baik dredger maupun
pralon tidak akan bisa mengeruk atau mengambil bentos yang
mungkin ada. Dua alat ini lebih tepat digunakan untuk mengambil
sampel pada substrat dasar yang lunak.
Sampel yang terambil (berupa sedimen) kemudian disaring
dengan ukuran saringan atau mesh zise 5 (2.54 mm), dengan
menyisakan hewan-hewan bentos dan serpihan atau serasah (abiotik)
lainnya. Sampel ini kemudian dimasuk ke dalam botol plastik 200ml
berlabel dan diberi pengawet MAF, atau alkohol 70%. Oleh karena
sangat sulit membedakan antara hewan bentos (biotik) dengan benda
lainnya. Untuk mempermudah pengumpulan spesimen bentos maka
biasanya sebelum sampel diberi pengawet, sebelumnya ditetesi
dengan larutan rose bengal, larutan ini akan memberikan warna
merah ke jaringan hidup, seperti hewan bentos.
Identifikasi hewan benhos dilakukan dengan menggunakan mikroskop,
binokular, atau bagi individu yang berukuran cukup besar ditaruh

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 68


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

dalam Bogorov plate dan diamati secara kasat mata. Selanjutnya


spesimen diidentifikasi dengan menggunakan buku petunjuk yang
sesuai, dan ditentukan kelimpahan, indeks keanekaragaman dan
keseragamannya, dengan menggunakan rumus yang sama seperti
yang digunakan untuk fitoplankton dan zooplankton.
C.3. Komponen Sosial

Penelitian AMDAL aspek sosial mengacu pada Keputusan Kepala


Bapedal Nomor 299 Tahun 1996 tentang Pedoman Teknis Kajian Aspek
Sosial dalam Penyusunan AMDAL. Data yang diperlukan komponen
sosial meliputi data primer dan data sekunder. Data sekunder
dikumpulkan dari berbagai instansi terkait.

Data primer diperoleh dari wawancara terstruktur dengan panduan


kuesener dan wawancara mendalam (indepth-interview). Selain
wawancara, juga bisa dilakukan pertemuan dengan warga dalam acara
konsultasi masyarakat agar dapat mengakomodasi berbagai saran,
tanggapan dan masukan secara langsung.

Responden dipilih dengan metode purposive random sampling. Distribusi


respondennya adalah sebagai berikut.

No. Status Responden (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jumlah
1. Aparat Kecamatan - - - - - - - -
2. Kepala Kelurahan - - - - - - - -
3. Perangkat Kelurahan - - - - - - - -
4. Ketua LPMK - - - - - - - -
5. Ketua RT/RW - - - - - - - -
6. Pemimpin Informal - - - - - - - -
7. Petani Tambak - - - - - - - -
8. Masyarakat Biasa - - - - - - - -
Jumlah - - - - - - - -

C.3.1. Kependudukan

a. Metode pengumpulan data

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 69


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Data kependudukan meliputi data sekunder dan primer.


Pengumpulan data akan dilakukan dengan cara pendekatan
terhadap data statistik dan wawancara langsung kepada
masyarakat. Data sekunder diperoleh melalui data statistik. Data
primer diperoleh melalui wawancara secara langsung dengan warga
setempat di sekitar rencana kegiatan. Parameter kependudukan
adalah: luas dan kepadatan penduduk, ketenagakerjaan, dan mata
pencaharian penduduk.

b. Metode analisis data

Metode analisis data kependudukan yang bersifat kuantitatif akan


dilakukan dengan analisis data statistik sedangkan yang bersifat
kualitatif akan dilakukan berdasarkan analisis isi (content analysis).

Tabel 35.
Skala Kualitas Lingkungan Kependudukan
Parameter Kriteria Kualitas/Skala
Lingkungan
1 sangat buruk 2 buruk 3 sedang 4 baik 5 sangat baik
Kependudukan Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat
kepadatan kepadatan kepadatan kepadatan kepadatan
penduduk 100 penduduk 51-100 penduduk 100 penduduk 100 penduduk 100
org/km2 org/km2 org/km2 org/km2 org/km2
Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat
pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan
penduduk >3,5% penduduk 3,01- penduduk 2,51- penduduk 2-2,5% penduduk <2%
per tahun 3,5% per tahun 3% per tahun per tahun per tahun
Ketenagakerjaan: Ketenagakerjaan: Ketenagakerjaan: Ketenagakerjaan: Ketenagakerjaan:
penduduk yang penduduk yang penduduk yang penduduk yang penduduk yang
bekerja <25% bekerja 25-30% bekerja 31-35% bekerja 36-40% bekerja >40%
Jumlah anggota > 10 orang 9 - 10 orang 7 - 8 orang 5 - 6 orang < 5 orang
keluarga
Tingkat Ketenagakerjaan: Ketenagakerjaan: Ketenagakerjaan: Ketenagakerjaan: Ketenagakerjaan:
pengangguran penduduk yang penduduk yang penduduk yang penduduk yang penduduk yang
bekerja <30% bekerja 30-40% bekerja 40-45% bekerja 46-50% bekerja >30%
Mata pencaharian Primer atau Primer <100% Primer <75% Primer <50% Primer sekunder
berhubungan sekunder atau sekunder dan sekunder dan dan tersier
dengan alam industri kecil tersier >25% tersier >50% berimbang
100% >10%
Pendapatan Kurang dari Rp.101.000,00 Rp.1.501.000,00 Rp.2.001.000,00 Lebih dari
masyarakat Rp.100.000,00 s.d. s.d. s.d. Rp.2.501.000,00
Rp.1.500.000,00 Rp.2.000.000,00 Rp.2.500.000,00
Tingkat Prosentase Prosentase Prosentase Prosentase Prosentase

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 70


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

pendidikan tingkat tingkat tingkat tingkat tingkat


pendidikan pendidikan pendidikan pendidikan pendidikan
berdasarkan berdasarkan berdasarkan berdasarkan berdasarkan
lulusan SD yang lulusan SD yang lulusan SD yang lulusan SD yang lulusan SD yang
berumur 10 tahun berumur 10 tahun berumur 10 tahun berumur 10 tahun berumur 10 tahun
ke atas <10% ke atas 10-20% ke atas 21-30% ke atas 31-40% ke atas >40%

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 71


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

C.3.2. Sosial-Ekonomi
a. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data sosial-ekonomi dilakukan melalui data sekunder
dan data primer. Data sekunder meliputi data monografi, data
statistik melalui instansi tekait sedangkan data primer akan
diperoleh dengan cara wawancara secara langsung terhadap
masyarakat di sekitar rencana kegiatan. Parameter aspek sosial-
ekonomi yang akan diteliti meliputi:
1) Ekonomi rumah tangga terdiri dari:
a. Tingkat pendapatan rumah tangga
b. Tingkat pengeluaran rumah tangga
2) Kondisi pertambakan:
c. Status kepemilikan tambak
d. Hasil produksi tambak
3) Kondisi pertanian:
e. Penggunaan jenis tanah sawah dan kering
f. Hasil produksi pertanian

b. Metode analisis data


Metode data sosial ekonomi akan dilakukan dengan dua cara
yaitu metode deduksi dan metode angka pengganda. Metode
deduksi dilakukan untuk menganalisis kecenderungan perilaku
masyarakat setelah ada proyek seperti :
1) Apa yang akan dilakukan penduduk sesudah proyek selesai,
rencana jenis peluang berusaha di lokasi baru.
2) Perilaku dalam membelanjakan uang/pendapatan dan
sebagainya.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 72


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Metode analisis angka pengganda (multiplier effect) dilakukan bagi


dampak rencana kegiatan secara makro untuk tingkat Kabupaten
dan Propinsi.
Tabel 36.
Skala Kualitas Lingkungan Sosial Ekonomi
Parameter Kriteria Kualitas/Skala
Lingkungan
1 sangat buruk 2 buruk 3 sedang 4 baik 5 sangat baik
Kesempatan Tenaga kerja Tenaga kerja Tenaga kerja Tenaga kerja Tenaga kerja
kerja lokal lokal yang lokal yang lokal yang lokal yang lokal yang
terserap kurang terserap antara terserap antara terserap antara terserap lebih
dari 50 orang 51-100 orang 101-150 orang 151-200 orang dari 200 orang
Pendapatan Kurang dari Antara Antara Antara Lebih dari
masyarakat Rp.180.000,00 Rp.180.000,00- Rp.360.000,00- Rp.540.000,00- Rp.720.000,00
per bulan Rp 360.000,00 Rp.540.000,00 Rp.720.000,00
Mata Mayoritas Mayoritas Banyaknya Lebih banyak Tidak ada
pencaharian masyarakat masyarakat pengangguran masyarakat yang pengangguran
pengangguran pengangguran dan yang bekerja bekerja daripada semua orang
dan sulit untuk tetapi masih adalah yang memiliki
diajak/dibina dapat dibina sebanding pengangguran pekerjaan tetap
berkembang berkembang

C.3.3. Sosial-Budaya
a. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data sosial-budaya dilakukan melalui data
sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari hasil-
hasil penelitian sosial budaya yang pernah dilakukan serta buku-
buku referensi yang menunjang penelitian ini. Data primer akan
diperoleh melalui penelitian di lapangan. Metode penelitian yang
dilakukan merupakan penggabungan antara metode penelitian
kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Secara kualitatif data
akan diperoleh melalui observasi di lapangan dan wawancara
mendalam menggunakan pedoman wawancara terhadap
beberapa responden kunci yang terpilih, juga melakukan FGD.
Data kuantitatif diperoleh dengan menyebarkan sejumlah

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 73


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

kuesioner pada responden terpilih. Parameter sosial-budaya yang


diteliti:

1) Kebudayaan masyarakat: adat istiadat; nilai dan norma


budaya.
2) Proses sosial dalam masyarakat yang menyangkut proses
asosiatif (kerjasama), proses disosiatif (konflik sosial) dan
kohesi sosial.
3) Pranata sosial masyarakat di bidang ekonomi, pendidikan,
agama, pendidikan agama, sosial dan keluarga.
4) Pelapisan sosial berdasarkan pendidikan, ekonomi,
pekerjaan, dan kekuasaan
5) Sikap dan persepsi masyarakat terhadap rencana kegiatan.

Tabel 37.
Skala Kualitas Lingkungan Sosial-Budaya
Parameter Kriteria Kualitas/skala
Lingkungan
1 sangat buruk 2 buruk 3 sedang 4 baik 5 sangat baik
Budaya Masyarakat sudah Tidak seluruh Masyarakat masih Masyarakat Seluruh
tidak peduli masyarakat mendukung adat seluruhnya masyarakat
dengan adat mendukung adat istiadat setempat mendukung adat mendukung dan
istiadat setempat, istiadat. pelaksanaannya istiadat setempat melaksanakan
tidak ada kegiatan Pelaksanaannya dilakukan secara utuh dan adat istiadat
yang bersifat adat tergantung situasi bersama pada murni, secara utuh dan
dan kondisi waktu tertentu pelaksanaannya murni
dengan dilakukan
pertimbagan terkoordinasi
efisiensi
Proses sosial Kondisi Kondisi Konflik yang Konflik jarang Tidak ada konflik
masyarakat masyarakat agak timbul di tengah timbul di tengah dalam
setempat sangat rawan terhadap masyarakat masyarakat, bermasyarkat
rawan terhadap konflik baik bersifat temporer kondisi cenderung kondisi aman
konflik baik internal maupun dan dapat aman terkendali
internal maupun eksternal diselesaikan
eksternal dengan
musyawarah
Sikap dan Masyarakat Masyarakat Masyarakat tidak Masyarakat Masyarakat
persepsi menolak apa saja cenderung menerima dan setempat tidak menghendaki dan
masyarakat yang menolak dan menolak adanya menolak apapun bersikap sesuai
terhadap berhubungan berpikir negatif proyek yang dengan yang
rencana proyek dengan proyek terhadap kegiatan direncanakan direncanakan
proyek proyek proyek

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 74


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Parameter Kriteria Kualitas/skala


Lingkungan
1 sangat buruk 2 buruk 3 sedang 4 baik 5 sangat baik
Pelapisan Tidak ada Pelapisan sosial Ada berbagai Beragam Beragam
sosial pelapisan sosial dalam masyarakat pelapisan sosial pelapisan sosial pelapisan sesuai
dalam kurang beragam dalam masyarkat dalam masyarakat dalam masyarakat
masyarakat, walau tidak begitu dan berkualitas dan berkualitas
cenderung berciri berkualitas baik sangat baik
homogen
Pranata sosial/ Tidak ada Lembaga sudah Lembaga dalam Lembaga Lembaga
kelembagaan lembaga dalam ada tetapi masyarakat masyarakat masyarakat dapat
masyarakat yang cenderung pasif berfungsi normal berfungsi baik berfungsi dengan
berfungsi dan dan sulit dan masih dapat tidak ada masalah sangat baik dan
sangat sulit untuk berkembang berkembang yang krusial dapat dijadikan
difungsikan percontohan

Tabel 38.
Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Sosial-Ekonomi dan Sosial-Budaya

Parameter Metode Pengumpulan Data Metode Analisis Data


Kependudukan Observasi/pengamatan lapangan, Analisis dilakukan secara kualitatif
a. Jumlah penduduk wawancara, pengumpulan data dan kuantitatif
b. Mobilitas penduduk sekunder
c. Ketenagakerjaan
Sosial Ekonomi Wawancara, penelusuran data dan Analisis dilakukan secara kualitatif
a. pendapatan masyarakat informasi, pengumpulan data dan kuantitatif
sekunder
b. pola penggunaan lahan Wawancara, penelusuran data dan Analisis dilakukan secara kualitatif
informasi, pengumpulan data dan kuantitatif
sekunder
Sosial Budaya Pengumpulan data sekunder Analisis dilakukan secara kualitatif
a. Kebudayaan masyarakat lokal dan kuantitatif
b. proses sosial Wawancara, penelusuran data dan Analisis dilakukan secara kualitatif
informasi dan kuantitatif
c. pranata sosial/ kelembagaan Wawancara, penelusuran data dan Analisis dilakukan secara kualitatif
informasi, pengumpulan data dan kuantitatif
sekunder
d. warisan budaya Wawancara, penelusuran data dan Analisis dilakukan secara kualitatif
informasi dan kuantitatif
e. pelapisan sosial Wawancara, penelusuran data dan Analisis dilakukan secara kualitatif
informasi dan kuantitatif
f. kekuasaan dan kewenanga Wawancara, penelusuran data dan Analisis dilakukan secara kualitatif
informasi, pengumpulan data dan kuantitatif
sekunder
g. sikap dan persepsi masyarkat Wawancara, penelusuran data dan Analisis dilakukan secara kualitatif
informasi dan kuantitatif

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 75


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

C.4. Komponen Kesehatan Masyarakat

Metode pengumpulan dan analisis data kesehatan masyarakat


mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal No.Kep-124/12/1997
tentang Panduan Kajian Aspek Kesehatan Masyarakat dalam
Penyusunan Amdal.

a. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif


melalui observasi, wawancara menggunakan kuesioner, wawancara
mendalam, penelusuran data dan informasi kondisi kesehatan
masyarakat setempat, pengumpulan data sekunder. Data yang
dikumpulkan meliputi pola penyakit, status gizi, pembiayaan
kesehatan, macam pelayanan kesehatan, sarana kesehatan (jamban,
sarana pengolahan air), kondisi sanitasi lingkungan, macam penyakit
menular yang ada, air bersih, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
dan aspek kependudukan terkait dengan kesehatan.

Instrumen penelitian (kuesioner) akan dibuat khusus dan


selanjutnya digabung bersama kuesioner sosial ekonomi dan budaya.
Data kualitatif akan diambil sendiri oleh peneliti atau tergabung
bersama aspek sosial-budaya.

b. Metoda analisis data


Data akan dianalisis dengan metode analisis dampak
kesehatan lingkungan dan epidemilogi di antaranya melalui: (1)
statistik sederhana, (2) deskriptif evaluatif dan (3) pedoman resmi
yang sesuai dengan kepentingannya (misalnya mengenai status gizi
balita, tingkat kematian bayi, sumber daya kesehatan, dll.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 76


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Tabel 39.
Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Parameter Metode Metode analisis Keterangan
Pengumpulan data data
Sanitasi lingkungan Observasi/pengamatan Metode analisis Analisis dilakukan
lapangan, wawancara, dampak kesehatan secara kualitatif
pengumpulan data lingkungan, metode dan kuantitatif
sekunder epidemiologi
Pola penyakit Wawancara, Metode analisis Analisis dilakukan
penelusuran data dan dampak kesehatan secara kualitatif
informasi, lingkungan, metode dan kuantitatif
pengumpulan data epidemiologi
sekunder
Tingkat kesehatan Observasi/pengamatan Metode analisis Analisis dilakukan
masyarakat lapangan, wawancara, dampak kesehatan secara kualitatif
penelusuran data dan lingkungan, metode dan kuantitatif
informasi, epidemiologi
pengumpulan data
sekunder

Tabel 40.
Skala Kualitas Lingkungan Kesehatan Masyarakat
Parameter Kriteria Kualitas/Skala
Lingkungan
1 sangat buruk 2 buruk 3 sedang 4 baik 5 sangat baik
Fasilitas sanitasi Tidak ada Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat
lingkungan fasilitas penggunaan penggunaan penggunaan penggunaan
sanitasi, sarana sanitasi sarana sanitasi sarana sanitasi sarana sanitasi
sanitasi 25% sanitasi 50% sanitasi 75% sanitasi >75% sanitasi
lingkungan lingkungan lingkungan lingkungan lingkungan
sekitar buruk sekitar sedang sekitar baik sekitar baik
Kondisi sanitasi Sangat buruk Buruk Sedang Baik Sangat baik
lingkungan
Tingkat Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi
kesehatan kependudukan kependudukan kependudukan kependudukan kependudukan
masyarakat (tingkat (tingkat (tingkat (tingkat (tingkat
kepadatan kepadatan kepadatan kepadatan kepadatan
penduduk 100 penduduk 51- penduduk 100 penduduk 100 penduduk 100
org/km2; tingkat 100 org/km2; org/km2; tingkat org/km2; tingkat org/km2; tingkat
pertumbuhan tingkat pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan
penduduk pertumbuhan penduduk 2,51- penduduk 2- penduduk <2%
>3,5% per penduduk 3,01- 3% per tahun) 2,5% per tahun) per tahun)
tahun) 3,5% per tahun)
Pola penyakit Urutan 1-5 Urutan 1-3 Urutan 1-2 Urutan 1-3 Urutan 1-3
kesemuanya adalah penyakit adalah penyakit adalah penyakit adalah penyakit
penyakit infeksi infeksi infeksi infeksi infeksi
sedangkan 4-5 sedangkan 3-5 sedangkan 2-5

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 77


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Parameter Kriteria Kualitas/Skala


Lingkungan
1 sangat buruk 2 buruk 3 sedang 4 baik 5 sangat baik
bukan penyakit bukan penyakit bukan penyakit
infeksi infeksi infeksi
Penggunaan Tidak diobati Dukun/ orang Posyandu Puskesmas Rumah sakit
sarana tua
pelayanan
kesehatan

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 78


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

BAB V
METODOLOGI PRAKIRAAN DAMPAK

5.1 Pengertian Prakiraan Dampak

Prakiraan dampak adalah suatu upaya untuk mencari jawaban atas


pertanyaan tentang besarnya perubahan nilai parameter lingkungan
sebagai akibat adanya rencana kegiatan dan sifat penting dampak.
Prakiraan dampak dilakukan untuk setiap parameter lingkungan.
Model prakiraan dampak akan mengandung aspek ketidakpastian
sehingga dimasukkan analisis probabilitas.

5.2 Tujuan Prakiraan Dampak

Tujuan prakiraan dampak adalah memprakirakan besaran dampak


dan sifat penting dampak dalam studi ANDAL untuk masing-masing
dampak penting hipotetik, termasuk rumus-rumus dan asumsi
prakiraan dampaknya disertai argumentasi/alasan pemilihan metode
tersebut.

5.3 Metode Prakiraan Dampak

Menurut Soemarwoto (1989), prakiraan dampak dapat dilakukan


melalui:
1. Prediksi kondisi lingkungan saat tdengan proyek = Qdp
2. Prediksi kondisi lingkungan saat ttanpa proyek = Qtp
Dampak yang diprakirakan adalah Qdp dikurangi Qtp

Metoda prakiraan dampak yang diadaptasi dikelompokkan menjadi


dua metoda, yaitu metoda formal, dan metoda informal.

Metoda formal terdiri atas:


1. Model prakiraan cepat,
2. Model matematika,
Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 79
IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

3. Model fisis,
4. Model eksperimental.

Metoda informal dapat dilakukan secara:


1. Intuitif,
2. Pengalaman,
3. Analogi.

Metoda prakiraan dampak yang digunakan adalah kombinasi metoda


formal (uraian deskriptif secara kuantitatif) dan metoda informal
(uraian deskriptif secara kualitatif) yang disesuaikan dengan
karakteristik masing-masing parameter lingkungan. Kerangka waktu
prakiraan dampak dilakukan sesuai dengan perkiraan umur teknis
rencana kegiatan.

5.4 Metode Prakiraan Besaran Dampak

Dari identifikasi dampak akan diketahui ada tidaknya interaksi


dampak, apakah komponen kegiatan dampak negatif (-) atau positif
(+). Guna mengetahui besarnya dampak tersebut dilakukan
prakiraan besaran dampak.

Prakiraan dampak kegiatan terhadap kualitas komponen lingkungan


hidup yang di dalamnya terdapat nilai numerik (angka) seperti
geofisik-kimia, biologi dan transportasi diperoleh dengan cara
formal, menggunakan rumus empiris/ matematis dan atau
berpedoman pada Baku Mutu Lingkungan Hidup. Kualitas
lingkungan komponen sosial dan kesehatan masyarakat diperoleh
dengan cara formal maupun nonformal atau cara analog yaitu
dengan kajian pustaka terhadap komponen yang sejenis dan sosial
budaya setempat.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 80


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Kualitas lingkungan saat kegiatan berlangsung diperoleh dari


perhitungan matematis maupun timbang rasa kekirtaan, berdasar
deskripsi rencana kegiatan serta dihubungkan terhadap 7 kriteria
dampak penting sesuai dengan Pasal 22 ayat (2) Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, serta baku mutu lingkungan yang terkait.

Metoda formal yang digunakan merupakan pendekatan dengan


model dan perhitungan matematik. Hubungan sebab akibat yang
merepresentasikan dampak rencana kegiatan terhadap parameter
lingkungan dirumuskan secara kuantitatif dalam bentuk rasio-rasio
kuantitatif dan model-model matematik. Berikut diberikan beberapa
contoh metoda formal.

C.1.1. Kualitas udara


Besarnya emisi sumber bergerak dapat dihitung berdasarkan
faktor emisi dari WHO Offset Publication No.62, 1982. Emisi
polutan bahan bakar solar untuk masing-masing parameter
kualitas udara disajikan pada Tabel 42.

Tabel 42. Emisi polutan per m3 bahan bakar


No Polutan Faktor Emisi (kg/satuan waktu)
1. SO2 7,9544
2. NO2 9,2103
3. CO 36,4226
4. Partikulat/Debu 2,0095

Besarnya emisi = (Faktor emisi) x (Jumlah bahanbakar)

C.1.2. Kebisingan
Prakiraan sebaran kebisingan terhadap lingkungan di sekitarnya
menggunakan rumus pendekatan:

L2 = L1 - 10 log R2/R1 -Ae, dBA (bising bergerak)


Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 81
IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

L2 = L1 - 20 log R2/R1 -Ae, dBA (bising diam)

L2 = Tingkat bising pada jarak R 2 dari tapak proyek, sumber


bising, dBA
L1 = Tingkat bising sumber bising pada jarak R 1, dBA
R1,R2 = Jarak dari sumber bising, m
Ae = Atenuasi bising kerena klembaban udara, dBA

C.1.3. Erosi dan sedimentasi


Sedimentasi lebih banyak diakibatkan oleh adanya erosi
permukaan. Dimodelkan bahwa bahan erosi akan tertahan dan
teredapkan (diasumsikan berbentuk kolam) dengan peningkatan
volume sedimentasi:

Volume Sedimen = (laju erosi x luas DTA) x Trap-efficiency

Besarnya angkutan sedimen:

Volume Sedimen = (laju erosi x luas DTA) x (100% - Trap-


efficiency)

Persamaan untuk menghitung angkutan sedimen adalah:


n
0 , 0864 Ci . Q wi
Qs =∑ Δt
i=1 24

Qs = Rata-rata debit sedimen harian (ton/hari)


CI = Konsentrasi sedimen pada saat t I
Qwi = Debit aliran air pada saat tI
t = Interval waktu pengukuran aliran (jam)
n = Jumlah pengukuran aliran

Peningkatan sedimentasi akibat perubahan kondisi penutup


tanah dapat diprakirakan dengan metoda USLE untuk
menghitung kehilangan tanah akibat erosi dan sedimentasi:

A = RKLSPC

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 82


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

SD = A x SDR
A = kehilangan tanah pucuk akibat erosi (ton/ha/tahun)
R = erosivitas hujan
K = erodibilitas tanah
L = panjang lereng
S = kelerengan
P = faktor teknik konservasi tanah
C = faktor pengolahan tanah dan tanaman penutup tanah
SD = sedimentasi
SDR = sediment delivery ratio

Dengan adanya perubahan penutup lahan maka akan


menyebabkan perubahan laju erosi permukaan. Besarnya erosi
permukaan dihitung menggunakan rumus USLE:

E=RLKSP

E = laju erosi permukaan


R = erosivitas hujan
L = panjang ekuivalen lereng
K = erodibilitas tanah/lahan
S = kemiringan lahan
P = pola penanaman (cropping practice)

C.1.4. Air larian


Perubahan bentang alam dengan terjadinya perubahan penutup
lahan akibat pengambilan material urug, berdampak pada
peningkatan air larian. Dampak timbul terhadap air larian karena
hilangnya sebagian kantong air alami, berkurangnya daerah
resapan air, dan timbulnya sedimentasi pada aliran air alami.
Besarnya air larian dihitung dengan persamaan:

Q=CIA

Q = jumlah aliran permukaan (m3/detik)


C = faktor pengaliran
I = intensitas curah hujan (mm/tahun)
A = luas daerah pengaliran (m2)
Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 83
IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

C.1.5. Kualitas air


Prakiraan penurunan kualitas air akibat buangan limbah cair
digunakan persamaan mixing zone:

Cc = (QaCa + QbCb) / (Qa + Qb)

Cc = konsentrasi parameter kualitas air badan air setelah tercampur limbah cair
Qa = debit limbah cair
Ca = konsentrasi parameter limbah cair
Qb = debit air badan air sebelum terkena limbah cair
Cb = konsentrasi kualitas air badan air sebelum tercampur limbah cair

C.1.6. Morbiditas
Contoh perhitungan prakiraan dampak pada komponen
morbiditas:

Jumlah terkena penyakit pada waktu tertentu


P= ------------------------------------------------------------- x 10n
Populasi terkena risiko pada waktu tertentu

Prevalensi ini digunakan untuk mengetahui jumlah kasus-kasus


baru yang menderita sakit yang diketahui dengan besarnya
jumlah orang yang menderita penyakit maka tingkat
prevalensinya lebih tinggi disbanding kalau yang menderita sakit
itu hanya beberapa orang saja. Dengan demikian dapat juga
secara prediktif dimungkinkan mengetahui apakah penyebab
sakit itu karena adanya kegiatan di sekitar tempat tinggal.

C.1.7. Metoda Informal


Beberapa parameter lingkungan yang diprakirakan dengan
pendekatan informal disajikan pada Tabel 43.
Tabel 43.
Metoda pendekatan informal yang digunakan
No Komponen/Parameter Lingkungan Pendekatan Informal yang Digunakan
1. Tingkat Bising Analogi kegiatan sejenis maupun literatur

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 84


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

2. Debu Analogi kegiatan sejenis maupun literatur


3. Kuantitas Air Penilaian Profesional
4. Flora-fauna darat Literatur
5. Persepsi Masayarakat Penilaian Profesional dan Analogi
6. Kesempatan Kerja Penilaian Profesional
7. Pendapatan Penilaian Profesional
8. Kesehatan Masyarakat Literatur/Analogi
9. Kenyamanan/keamanan Penilaian Profesional
10. Tataguna Lahan RTRW
C.1.8. Kompilasi Hasil Prakiraan Dampak Besar
Setelah diperoleh perubahan nilai parameter lingkungan
dilakukan konversi perubahan nilai parameter lingkungan ke
perubahan skala kualitas lingkungan, hasilnya dituangkan matrik
prakiraan dampak (Tabel 44).

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 85


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Tabel 44.
Contoh Format Matrik Prakiraan Dampak Besar yang Akan Digunakan
SKL SKL (yad) Prakiraan Besaran Dampak
Rona Prakon- Kon- Operasi Prakon- Kon- Operasi
No. Komponen Lingkungan awal struksi struksi struksi struksi
(a) (b) (c) (d) (b-a) (c-a) (d-a)
I. Tahap Prakonstruksi
1. Iklim
2. Kualitas Udara & Kebisingan
3. Fisiografi dan Geologi
4. Hidrologi
5. Kualitas Air
6. Hidrooseanografi
7. Ruang, lahan dan tanah
8. Transportasi
II. Biologi
1. Flora dan fauna darat
2. Plankton
3. Makrozoobentos
4. Nekton
5. Mikroorganisma Air
III. Sosial-Ekonomi-Budaya
1. Kependudukan
Struktur penduduk
Tingkat & sebaran kepadatan
Tingkat kelahiran & kematian
Migrasi penduduk
Pertumbuhan penduduk
Angkatan kerja produktif
2. Sosial-Ekonomi
Kesempatan kerja
Mata pencaharian penduduk
Pendapatan penduduk
Peluang berusaha
3. Sosial-Budaya
Pranata Sosial
Adat istiadat
Proses sosial
Persepsi & sikap masyarakat
IV. Kesehatan Masyarakat
1. Jenis dan fasilitas kesehatan
2. Insidensi-prevalensi penyakit
3. Sanitasi lingkungan
4. Pelayanan kesehatan
Keterangan :
Prakiraan = SKL (yad) - SKL (kini)
SKL(yad) = Skala kualitas lingkungan yang akan datang dengan adanya kegiatan proyek
SKL(kini) = Skala kualitas lingkungan (rona) awal

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 86


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Skala Kualitas Lingkungan pada rona lingkungan awal (RLA) dan pada
saat kegiatan berlangsung (setiap tahap) ditampilkan dalam skala
numerik (1 sampai dengan 5) yaitu:

Skala Kualitas Lingkungan


1 sangat buruk
2 buruk
3 sedang
4 baik
5 sangat baik

Skala besaran dampak yang diperoleh antara 1 - 4 dengan keterangan


bahwa:
1 Besaran dampak < 2 dianggap dampak kecil,
2 Besaran dampak > 2 dianggap dampak besar.

C.2. Prakiraan Sifat Penting Dampak


Prakiraan dampak penting dilakukan dengan menghubungkan setiap
besaran dengan 7 kriteria dampak penting sebagaimana terdapat
dalam Pasal 22 ayat (2) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu:
1. Jumlah manusia yang akan terkena dampak
2. Luas wilayah persebaran dampak
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
4. Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak
5. Sifat kumulatif dampak
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak
7. Kriteria ilmu dan teknologi.

Kriteria penetapan tingkat kepentingan dampak adalah sebagai


berikut:
1. Jika jumlah kriteria P (penting)  4 maka prakiraan dampaknya

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 87


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

adalah penting.
2. Jika jumlah kriteria P (penting)  3 tetapi jika salah satu P
merupakan kriteria jumlah manusia yang terkena dampak maka
prakiraan dampak adalah penting.
3. Jika jumlah P  3 dan bukan termasuk kriteria jumlah manusia yang
terkena dampak maka prakiraan dampaknya adalah tidak penting.

Tabel 45.
Contoh Format Matrik Prakiraan Dampak Penting
Besaran Kriteria Dampak Sifat penting
No. Komponen Kegiatan
Dampak (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Dampak
1. Tahap Prakonstruksi
1.1. Survai dan penetapan
batas areal reklamasi
1.2. Perijinan
1.3. Sosialisasi rencana
kegiatan
1.4. Rekrutmen tenaga kerja
2. Tahap Konstruksi
2.1. Mobilisasi peralatan dan
material
2.2. Pengambilan material
urug
2.3. Pengangkutan material
urug
2.4. Pembangunan talud
pengaman
3. Tahap Operasi
3.1. Pengurugan perairan
3.2. Pembangunan pengaman
pantai
3.3. Pematangan lahan
3.4. Demobilisasi peralatan
4. Tahap Pascaoperasi
4.1. Keberadaan bangunan
yang menjorok ke laut
4.2. Pengamanan dan pemeli-
haraan bangunan
pengaman pantai
4.3. Pengurusan Hak Atas
Tanah

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 88


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Besaran Kriteria Dampak Sifat penting


No. Komponen Kegiatan
Dampak (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Dampak
4.4. Pengalokasian lahan
4.5. Pemanfaatan lahan
Keterangan :
(1) Jumlah manusia yang akan terkena dampak
(2) Luas wilayah persebaran dampak
(3) Intensitas dan lamanya dampak berlangsung
(4) Lamanya dampak berlangsung
(5) Banyaknya komponen lingkungan lain yang akan terkena dampak
(6) Sifat kumulatif dampak
(7) Berbalik atau tidak berbaliknyak dampak

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 89


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

BAB VI
METODOLOGI
EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK

6.1 Pengertian Evaluasi Dampak

Evaluasi dampak penting adalah serangkaian proses penelaahan dan


penelusuran terhadap arah dan kecenderungan dampak penting
secara holistik dalam satu kesatuan sistem rencana usaha dan/atau
kegiatan yang didasarkan pada hasil prakiraan dampak, batas lingkup
waktu kajian, dan lingkup batas wilayah studi yang telah ditetapkan.

Evaluasi dampak dilakukan secara holistik dan terpadu, yaitu telaahan


secara totalitas dampak lingkungan hasil prakiraan dampak terhadap
komponen kegiatan sebagai sumber penyebab dampak dan
komponen lingkungan terkena dampak sebagai satu kesatuan yang
saling mempengaruhi dan saling terkait.

6.2 Tujuan Evaluasi Dampak

Tujuan evaluasi dampak adalah menelaah dampak penting dari


masing-masing alternatif rencana usaha dan/atau kegiatan yang
hasilnya digunakan sebagai masukan bagi instansi yang
bertanggungjawab untuk memutuskan kelayakan lingkungan hidup
dari rencana usaha dan/atau kegiatan.

6.3 Metode Evaluasi Dampak

C.1. Telaahan terhadap Dampak Penting

a. Telaahan secara holistik atas berbagai komponen lingkungan hidup


yang diprakirakan mengalami perubahan mendasar dilakukan

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 90


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

menggunakan metode-metode evaluasi yang lazim (metode matrik


Leopold, Lohani & Thanh, Sorensen, Battelle, Fisher & Davies,
metode overlay dan metode lain yang memiliki referensi), sesuai
dengan kaidah metode evaluasi dampak penting;

b. Evaluasi dampak yang bersifat holistik merupakan telaahan secara


totalitas terhadap beragam dampak penting hipotetik lingkungan
hidup dengan sumber usaha dan/atau kegiatan penyebab dampak.
Beragam komponen lingkungan hidup yang terkena dampak penting
ditelaah sebagai satu kesatuan yang saling terkait dan saling
pengaruh mempengaruhi, sehingga diketahui perimbangan dampak
penting yang bersifat positif dengan yang bersifat negatif;

c. Dampak-dampak penting hipotetik yang dihasilkan dari evaluasi


disajikan sebagai dampak-dampak penting yang harus dikelola.

d. Mengingat rencana usaha dan/atau kegiatan masih berada pada


tahap pemilihan alternatif komponen rencana usaha dan/atau
kegiatan (misal: alternatif lokasi, alternatif tata letak bangunan atau
sarana pendukung, atau alternatif teknologi proses produksi), maka
telaahan dilakukan untuk masing-masing alternatif.

Hasil prakiraan dampak penting pada masing-masing besaran dampak


akan dievaluasi secara holistik seperti disajikan pada Tabel 46.
Tabel 46.
Format Matrik Evaluasi Dampak
Komponen Komponen Jenis Dampak Sifat Dampak
Kegiatan Lingkungan
No. Tahapan Kegiatan Tidak
Penyebab terkena Penting Positif Negatif
penting
Dampak Dampak
1. Tahap Prakonstruksi
1.1. Survai dan penetapan batas
areal reklamasi
1.2. Perijinan
1.3. Sosialisasi rencana kegiatan
1.4. Rekrutmen tenaga kerja

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 91


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Komponen Komponen Jenis Dampak Sifat Dampak


No. Tahapan Kegiatan Kegiatan Lingkungan Tidak
Penting Positif Negatif
Penyebab terkena penting
2. Tahap Konstruksi Dampak Dampak
2.1. Mobilisasi peralatan dan
material
2.2. Pengambilan material urug
2.3. Pengangkutan material urug
2.4. Pembangunan talud
pengaman
3. Tahap Operasi
3.1. Pengurugan perairan
3.2. Pembangunan pengaman
pantai
3.3. Pematangan lahan
3.4. Demobilisasi peralatan
4. Tahap Pascaoperasi
4.1. Keberadaan bangunan yang
menjorok ke laut
4.2. Pengamanan dan
pemeliharaan bangunan
pengaman pantai
4.3. Pengurusan Hak Atas Tanah
4.4. Pengalokasian lahan
4.5. Pemanfaatan lahan

Hasil evaluasi dampak penting selanjutnya jadi dasar penyusunan


arahan pengelolaan lingkungan seperti disajikan pada Tabel 47.

C.2. Pemilihan Alternatif Terbaik

Dalam hal kajian AMDAL memberikan beberapa alternatif komponen


rencana usaha dan/atau kegiatan (misal: alternatif lokasi, alternatif tata
letak bangunan atau sarana pendukung atau alternatif teknologi
proses produksi), maka sudah harus memberikan rekomendasi pilihan
alternatif terbaik serta dasar pertimbangan pemilihan alternatif terbaik
tersebut.

C.3. Telaahan sebagai Dasar Pengelolaan

Telaahan dilakukan dengan menggunakan diagram alir dampak hasil


prediksi dampak yang pokok-pokok komponennya akan digunakan
untuk memverifikasi matrik interaksi antara komponen kegiatan dan
Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 92
IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

komponen lingkungan (contoh kasus Matriks Fisher dan Davies)


sehingga dapat dievaluasi secara jelas kelompok dampak penting
primer dan kelompok dampak penting ikutan: dampak sekunder,
tersier, dst, serta biang penyebab terjadinya dampak (causal agents).
Hasil evaluasi ini disajikan sebagai dasar untuk menentukan dampak
penting yang harus dikelola (Arahan RKL) dan dipantau (Arahan RPL).

Telaahan sebagai dasar pengelolaan dilakukan untuk alternatif terbaik


yang terpilih, yang meliputi:

a. Hubungan sebab akibat (kausatif) antara rencana usaha dan/atau


kegiatan dan rona lingkungan hidup dengan dampak positif dan
negatif yang mungkin timbul.

b. Ciri dampak penting perlu dikemukakan dengan jelas, dalam arti


apakah dampak penting positif atau negatif akan berlangsung terus
selama rencana usaha dan/atau kegiatan itu berlangsung nanti.
Atau antara dampak-dampak satu dengan dampak yang lainnya
akan terdapat hubungan timbal balik yang antagonistis dan
sinergistis.

c. Kelompok masyarakat yang akan terkena dampak negatif dan


kelompok yang akan terkena dampak positif diidentifikasi
kesenjangan antara perubahan yang diinginkan dan perubahan
yang mungkin terjadi akibat usaha dan/atau kegiatan;

d. Kemungkinan seberapa luas daerah yang akan terkena dampak


penting, apakah akan dirasakan dampaknya secara lokal, regional,
nasional, internasional;

e. Analisis bencana dan analisis risiko bila rencana usaha dan/atau


kegiatan berada di dalam daerah bencana alam atau di dekat
sumber bencana alam. Harus ada arahan yang jelas mengenai
Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 93
IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang akan


dilakukan berdasarkan hasil evaluasi dampak penting terhadap
alternatif terbaik yang dipilih. Arahan pengelolaan dilakukan
terhadap seluruh komponen kegiatan yang menimbulkan dampak,
baik komponen kegiatan yang paling banyak memberikan dampak
turunan (dampak yang bersifat strategis) atau komponen kegiatan
yang tidak banyak memberikan dampak turunan. Arahan
pemantauan dilakukan terhadap komponen lingkungan yang
relevan untuk digunakan sebagai indikator untuk mengevaluasi
penaatan (compliance), kecenderungan (trendline) dan tingkat kritis
(critical level).

Tabel 47.
Contoh Format Arahan Pengelolaan Lingkungan
Komponen Komponen
No. Tahapan Kegiatan Kegiatan Penyebab Lingkungan terkena Arahan Pengelolaan Lingkungan
Dampak Dampak
1. Tahap Prakonstruksi
1.1. Survai dan penetapan batas
areal reklamasi
1.2. Perijinan
1.3. Sosialisasi rencana kegiatan
1.4. Rekrutmen tenaga kerja
2. Tahap Konstruksi
2.1. Mobilisasi peralatan dan
material
2.2. Pengambilan material urug
2.3. Pengangkutan material urug
2.4. Pembangunan talud
pengaman
3. Tahap Operasi
3.1. Pengurugan perairan
3.2. Pembangunan pengaman
pantai
3.3. Pematangan lahan
3.4. Demobilisasi peralatan
4. Tahap Pascaoperasi
4.1. Keberadaan bangunan yang
menjorok ke laut
4.2. Pengamanan dan
pemeliharaan bangunan
pengaman pantai
4.3. Pengurusan Hak Atas Tanah

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 94


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Komponen Komponen
No. Tahapan Kegiatan Kegiatan Penyebab Lingkungan terkena Arahan Pengelolaan Lingkungan
Dampak Dampak
4.4. Pengalokasian lahan
4.5. Pemanfaatan lahan

C.4. Rekomendasi penilaian kelayakan lingkungan

Rekomendasi penilaian kelayakan lingkungan merupakan pernyataan


secara jelas terhadap kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan dari
suatu rencana usaha dan/atau kegiatan yang didasarkan atas hasil
evaluasi dampak dan arahan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup untuk alternatif terbaik.

C.5. Distribusi Nilai Parameter-parameter Lingkungan


Parameter-parameter yang nilai ambang batasnya tidak diatur dalam
baku mutu lingkungan akan dievaluasi tingkat simpangannya terhadap
nilai-nilai kewajaran menurut literatur dan atau pendapat para ahli di
bidangnya.

C.6. Alternatif Kategorisasi Sifat Penting Dampak


Berdasar kriteria dan kategori penentuan penting/tidaknya dampak,
maka dilakukan keputusan akhir hasil evaluasi untuk menentukan
tingkat kepentingan dampak rencana kegiatan proyek terhadap
lingkungan untuk setiap parameter lingkungan. Tingkat kepentingan
dampak yang digunakan adalah dampak penting (P) dan dampak
tidak penting (TP).
Kategorisasi tingkat sifat pentingnya dampak yang dapat digunakan
secara simultan disajikan pada diagram alir berikut.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 95


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Kategori II Luas Persebaran Dampak

Dampak Dikategorikan Penting bila:

Di wilayah studi terdapat daerah-daerah yang mengalamai perubahan mendasar dari segi: (i) int

Kategori III Lama, Kumulatif, Berbalik/tidaknya Dampak

Dampak Dikategorikan Penting bila:

Timbul perubahan mendasar dari segi intensitas, berbalik/tidak dampak dan sifat kumulatif damp

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 96


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Kategori IV I
Kategori Intensitas Dampak Tekena Dampak
Jumlah Manusia

Dampak Dikategorikan
Dampak Penting
Dikategorikan bila:
Penting bila:
Intensitas
Jumlah perubahan
manusia di lingkungan bersifat
wilayah studi hebat, drastis
yang TIDAK menerimadi areal yang yang
manfaat relatifmenerima
luas dan berlangsung sin
manfaat (disera

Kategori V Jumlah Komponen Terkena Dampak

Dampak Tergolong Penting bila:

a. Baku Mutu Lingkungan menurut peraturan perundang-undangan yang


berlaku telah terlampaui
b. Kriteria yang diakui menurut pertimbangan ilmiah dan pendapat pakar telah
terlampaui
c. Spesies langka dilindungi, terancam punah
d. Kawasan lindung, akan terganggu atau rusak
e. Benda purbakala, akan rusak atau punah
f. Masyarakat, pemerintah atau masyarakat, terjadi konflik
g. Areal yang dimiliki keindahan alami tinggi akan berubah atau termodifikasi

Berdasar kriteria dan kategori penentuan penting/tidaknya dampak,


maka dilakukan keputusan akhir hasil evaluasi untuk menentukan
tingkat kepentingan dampak rencana kegiatan proyek terhadap
lingkungan untuk setiap parameter lingkungan. Tingkat kepentingan
dampak yang digunakan adalah dampak penting (P) dan dampak
tidak penting (TP).
C.7. Contoh Metode Matrik Fisher-Davies
Untuk lingkungan perkotaan, telaahan holistik terhadap dampak
penting dilakukan memakai Metoda Matriks Fisher dan Davies.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 97


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Evaluasi kepentingan dampak dilakukan dengan menggunakan kriteria


yang tertera pada Pasal 22 ayat (2) Undang-undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan.
Metoda Matrik Fisher dan Davies digunakan untuk identifikasi,
prakiraan dan evaluasi dampak rencana kegiatan pada suatu wilayah
yang kondisinya relatif sangat cepat berubah dan di sekitarnya sudah
banyak kegiatan lain yang menimbulkan dampak. Wilayah lokasi
rencana kegiatan reklamasi dan wilayah persebaran dampaknya
adalah ekosistem binaan (kota) yang banyak kegiatan dan kondisinya
relatif cepat berubah. Dalam metoda matrik ini dimuat tiga langkah
yang memuat urut-urutan kegiatan identifikasi, prakiraan dan evaluasi
dampak, yaitu:

1. Penyusunan matrik identifikasi dampak


Matrik ini digunakan untuk memperoleh data rona lingkungan dan
sifat-sifat parameter lingkungan. Langkah penyusunannya:

a. Menyusun daftar parameter lingkungan yang terkena dampak,


b. Menentukan kondisi setiap parameter lingkungan pada saat studi
(rona lingkungan awal),
c. Menentukan skala kepentingan parameter terhadap proyek,
d. Menentukan nilai kepekaan parameter terhadap pengelolaan.

2. Penyusunan matrik prediksi dampak


Matrik ini digunakan untuk proses identifikasi dan prakiraan dampak
melalui langkah-langkah:
a. Menyusun daftar parameter yang akan dikaji dampaknya,
b. Menyusun jenis kegiatan yang diduga menimbulkan dampak,
c. Membuat prakiraan dampak untuk setiap parameter.

Jenis dampak yang digunakan diberi simbol “0” (tidak ada dampak),

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 98


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

“+” (ada dampak positif), “-“ (ada dampak negatif). Besar dampak
diberi skala 1 sampai 5 sedangkan sifat dampak bisa “S”
(sementara) atau “P” (permanen).

3. Penyusunan matrik evaluasi dampak


Matrik ini digunakan untuk mengevaluasi dampak setiap parameter
lingkungan agar dapat dibuat mitigasi dampaknya, melalui langkah:
a. Mengulangi langkah a) dan b) pada matrik identifikasi dampak
untuk memberikan skala kualitas lingkungan tanpa proyek pada
kondisi saat ini (1),
b. Menyusun prediksi skala kualitas lingkungan tanpa proyek pada
kondisi yang akan datang (2),
c. Menyusun prediksi skala kualitas lingkungan dengan proyek (3).

4. Penghitungan dan pengambilan keputusan


a. Dihitung selisih skala kualitas lingkungan = (3) - (1)
b. Dihitung dampak yang terjadi = (3) - (2)
c. Dihitung jumlah skala (1), (2), (3)
d. Dihitung nilai rerata (1), (2), (3)
e. Dampak rerata = rerata (3) - rerata (2), yang akan datang dengan
proyek
f. Dampak rerata = rerata (3) - rerata (1), saat ini tanpa proyek.

Berdasarkan kriteria dan kategori penentuan penting/tidaknya


dampak, maka dilakukan keputusan akhir hasil evaluasi untuk
menentukan tingkat kepentingan dampak rencana kegiatan proyek
terhadap lingkungan untuk setiap parameter lingkungan. Tingkat
kepentingan dampak yang digunakan adalah dampak penting (P)
dan dampak tidak penting (TP).

Evaluasi dampak lingkungan merupakan tahap terakhir proses analisis

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 99


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

dampak lingkungan yang bertujuan untuk mengevaluasi secara holistik


(komprehensif) berbagai komponen lingkungan yang diprakirakan mengalami
perubahan mendasar (dampak penting); sebagai dasar untuk menilai
kelayakan lingkungan dari rencana kegiatan/usaha.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 100


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

BAB VII
PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP

Pengelolaan lingkungan hidup merupakan upaya terpadu untuk


melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan
penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan,
pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. Lingkungan hidup
sendiri memiliki arti kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan dan makhluk hidup, temasuk manusia dan perilakunya yang
mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain.
Prinsip pengelolaan lingkungan hidup :
1. Mencapai kelestarian hubungan manusia dengan lingkungan hidup
sehingga dapat membangun manusia seutuhnya.
2. Mewujudkan manusia sebagai bagian lingkungan hidup dan tidak
akan dapat dipisahkan.
3. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana dan
diolah secara optimal semata demi kesejahteraan masyarakat.
4. Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan untuk
generasi yang akan datang.
Di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 disebutkan,
bahwa lingkungan hidup Indonesia sebagai karunia dan rahmat Tuhan
Yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa Indonesia merupakan ruang
bagi kehidupan dalam segala aspek, sehingga dipandang perlu
melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup untuk melestarikan dan
mengembangkan kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras dan

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 101


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

seimbang guna menunjang terlaksananya pembangunan berkelanjutan


yang berwawasan lingkungan hidup.
Sehubungan dengan kebijaksanaan di atas, maka upaya
pemanfaatan sumberdaya alam agar diarahkan dalam wujud :
a. Kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam harus disertai dengan kegiatan
pembinaan, perlindungan, serta rehabilitasi dan konservasi untuk
menjaga kelestariannya.
b. Kepentingan ekonomi ditetapkan secara berimbang dengan kepentingan
ekologis. Dalam hal ini, pemanfaatan sumberdaya alam diarahkan untuk
menjamin perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, sumber
devisa dan pemacu pembangunan daerah dengan mempertimbangkan
kepentingan ekologis..

7.1 Maksud dan Manfaat Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan


Hidup
Maksud pengelolaan dan pemantauan lingkungan :
a. Menyusun bentuk pencegahan, pengendalian dan
penanggulangan dampak-dampak kegiatan terhadap
lingkungan
b. Menyusun rencana pemantauan terhadap dampak yang
ditimbulkan oleh kegiatan terhadap lingkungan.
Pengelolaan Lingkungan Hidup secara umum berguna :
 Kegunaan Bagi Pemrakarsa
1. Memenuhi peraturan yang terkait dengan pengelolaan
lingkungan.
2. Sebagai pedoman untuk melakukan program kerja pengelolaan
dampak lingkungan hidup, baik dampak negatif maupun dampak
positif yang timbul akibat rencana pada setiap tahapan kegiatan..

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 102


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

 Kegunaan Bagi Instansi Terkait


1. Sebagai pedoman bagi instansi terkait untuk melakukan
koordinasi dengan pemrakarsa dalam hal pengelolaan
lingkungan akibat adanya kegiatan.
2. Sebagai acuan bagi instansi terkait dalam rangka pembinaan dan
pengawasan pengelolaan lingkungan sehubungan dengan
rencana kegiatan.
 Kegunaan Bagi Masyarakat
1. Sebagai acuan bagi masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam
pengelolaan lingkungan sehubungan dengan rencana kegiatan
mulai dari tahap pra-konstruksi, konstruksi, operasional dan
pascan operasional
2. Sebagai acuan bagi masyarakat untuk memahami hak dan
tanggung jawab masyarakat dalam mengelola dan
mempertahankan kelestarian lingkungan.
Sementara kegunaan dari pelaksanaan Pemantauan Lingkungan
Hidup adalah :
1. Untuk menguji efektivitas dari aktivitas atau teknologi yang digunakan
untuk mengendalikan dampak negatif akibat kegiatan.
2. Untuk mendapatkan informasi sedini mungkin mengenai perubahan
lingkungan yang tidak dikehendaki sehingga perbaikan suatu
tindakan pengelolaan dapat disempurnakan.
3. Untuk mengumpulkan bukti-bukti jika di kemudian hari ada tuntutan
atau klaim dari pihak luar (masyarakat) sekitar kegiatan atau
kegiatan lain di sekitarnya.

7.2 Pendekatan Pengelolaan Lingkungan Hidup


Kegiatan Pengelolaan dan Pemantauan lingkungan hidup
memberikan gambaran tentang jenis rencana atau kegiatan yang
Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 103
IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

dilaksanakan berikut dengan identitas pemrakarsa kegiatan, kondisi rona


lingkungan hidup awal, dampak-dampak yang akan terjadi, serta bentuk
pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup yang sistematis dan
implementatif. Dokumen ini dijadikan sebagai dasar dan acuan bagi
pemrakarsa dalam mengantisipasi, menghindari, mencegah, serta
menanggulangi dampak negatif yang mungkin muncul terhadap
lingkungan hidup. Pendekatan pengelolaan yang dilakukan adalah:
pendekatan teknologi, pendekatan sosial ekonomi-budaya dan
pendekatan institusional. Uraian pendekatan pengelolaan yang dimaksud
diuraikan sebagai berikut:
1. Pendekatan Teknologi
Pendekatan teknologi adalah teknologi yang digunakan untuk
mengelola dampak penting terhadap lingkungan hidup, dimana
pendekatan ini merupakan salah satu alternatif pengelolaan
lingkungan hidup. Prinsip pemanfaatan teknologi yang digunakan
dalam mengelola dampak penting harus memenuhi syarat antara
lain adalah teknologi tersebut; tersedia (sehingga tidak mengganggu
jadwal pelaksanaan kegiatan pembangunan), mudah diterapkan
(applicable), murah (terjangkau dari segi biaya), dan ramah
lingkungan.
Teknik pendekatan teknologi yang terkait dalam pengelolaan
lingkungan dari rencana kegiatan tersebut antara lain; mencegah
(preventif), membatasi, meminimalkan dengan mengurangi
(reduce), menggunakan kembali (re-use), atau mendaur ulang (re-
cycle), memulihkan (re-covery) dan mengembalikan (re-charge).
2. Pendekatan Sosial ekonomi dan Budaya
Pendekatan sosial ekonomi dan budaya sebagai salah satu
alternatif pengelolaan lingkungan hidup adalah pendekatan yang

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 104


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

memanfaatkan instrumen sosial ekonomi-budaya, berupa interaksi


sosial dan bantuan peran pemerintah. Pendekatan ini dimaksudkan
guna mengakomodasi kemampuan dan potensi penduduk untuk
hidup secara bersama-sama sebagai satu masyarakat yang selaras
dan seimbang dengan lingkungan secara rukun tertib dan aman.
3. Pendekatan Institusi
Pendekatan institusional merupakan upaya pengembangan
sistem pengelolaan lingkungan secara terpadu melalui
pengembangan kerja sama dengan instansi yang berkepentingan
dan terkait dengan pengelolaan lingkungan hidup, mengembangkan
peraturan, mengembangkan pengawasan baik internal maupun
eksternal dan mengembangkan organisasi internal yang
bertanggung jawab secara struktural dan fungsional dalam
pengelolaan dan pemantauan lingkungan

7.2 Pendekatan Pemantauan Lingkungan Hidup


Upaya Pemantauan Lingkungan pada dasarnya merupakan tindak
lanjut pemantauan terhadap pelaksanaan pengelolaan lingkungan yang
telah ditetapkan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis,
pembiayaan dan aspek sosial guna meningkatkan dampak positif dan
mengurangi atau menghilangkan dampak negatif yang terjadi terhadap
komponen lingkungan.
Pemantauan lingkungan hidup dilakukan terhadap berbagai
dampak besar dan penting yang ada dalam tahap pra konstruksi,
konstruksi, serta tahap operasi yang tertuang dalam bentuk matriks
pemantauan lingkungan yang memuat :
1. Jenis dampak yang akan dipantau
2. Lokasi pemantauan

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 105


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

3. Waktu pelaksanaan pemantauan


4. Cara/metode pemantauan
5. Pelaksanaan pemantauan
6. Pelaporan hasil pemantauan

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 106


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

BAB VIII
PENUTUP

4.1. Indikator Keberhasilan


Secara khusus, beberapa indikator keberhasilan yang ingin dicapai
dalam pelatihan Dasar-dasar AMDAL khususnya terhadap materi IPEM
dalam AMDAL ini adalah kemampuan sebagai berikut:
1. Memahami proses penyaringan dan pelingkupan
2. Memahami tentang identifikasi dampak, prakiraan, evaluasi dampak
penting dan mitigasi dampak lingkungan

4.2. Uraian dan Contoh (termasuk Sub Pokok Bahasan)


Membaca dari berbagai bahan bacaan dapat diketahui melalui :
- Undang-undang
- Buku
- Majalah
- Jurnal
- Koran
- Dll
4.3. Latihan
Apa kaitannya pelingkupan terhadap identifikasi dampak, prakiraan dan
evaluasi dampak penting
4.5 Rangkuman
Penapisan yaitu memilah rencana proyek manakah atau yang tidak
dianggap akan mempunyai dampak penting. Metode penapisan harus
sederhana dengan komplikasi yang minimum, dan tingkat kepercayaan
yang maksimum. Dalam garis besarnya, metode penapisan dapat
dibagi dalam dua kelompok, yaitu metode bertahap dan metode satu
langkah. Pelingkupan adalah suatu proses awal untuk menentukan

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 107


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

Iingkup permasalahan dan mengidentifikasi dampak penting (hipotetis)


yang terkait dengan rencana kegiatan.
Identifikasi dampak merupakan serangkaian proses untuk mengenali
jenis-jenis rencana kegiatan yang berpotensi menjadi sumber dampak
dan mengenali parameter-parameter lingkungan yang berpotensi
terkena dampak penting. Identifikasi dampak merupakan proses awal
kegiatan analisis dampak rencana kegiatan terhadap lingkungan hidup
Prediksi dampak penting adalah suatu upaya untuk mencari jawaban
atas pertanyaan tentang besarnya perubahan nilai parameter
lingkungan sebagai akibat adanya rencana kegiatan dan sifat penting
dampak. Prediksi dampak penting dilakukan untuk setiap parameter
lingkungan. Model prediksi dampak penting akan mengandung aspek
ketidakpastian
Evaluasi dampak lingkungan merupakan tahap terakhir proses analisis
dampak lingkungan yang bertujuan untuk mengevaluasi secara holistik
(komprehensif ) berbagai komponen lingkungan yang diprakirakan
mengalami perubahan mendasar (dampak penting); sebagai dasar
untuk menilai kelayakan lingkungan dari rencana kegiatan/usaha.
Pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup merupakan upaya
terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi
kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,
pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup.

4.6 Evaluasi Pokok Bahasan


a. Apa saja metode pelingkupan yang saudara kenal atau yang pernah
saudara gunakan dalam kajian AMDAL??
b. Apa saja yang saudara ketahui tentang beberapa metode dasar
darii identifikasi dan evaluasi dampak lingkungan?

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 108


IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]

c. Apakah anda mengetahui keterkaitan antara mitigasi dengan


evaluasi dampak Amdal?

4.7 Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Dari modul ini diharapkan adanya umpan balik dari peserta pelatihan
seperti masukan untuk perbaikan dari modul ini baik berupa materi,
sistem pembelajaran maupun susunan modul. Dengan adanya umpan
balik ini, maka diperlukan tindak lanjut berupa perbaikan dari modul ini
agar lebih sempurna.

Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 109

Anda mungkin juga menyukai