Ipem Dalam Amdal
Ipem Dalam Amdal
Ipem Dalam Amdal
MODUL
LINGKUNGAN]
BAB I
PENDAHULUAN
1. Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu menilai
penggunaan metodologi Amdal.
2. Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta dapat:
a. Melakukan penilaian terhadap metodologi identifikasi dampak
b. Melakukan penilaian terhadap metodologi pengumpulan dan
analisis data
c. Melakukan penilaian terhadap metodologi prakiraan dampak
d. Melakukan penilaian terhadap metodologi evaluasi dampak
secara holistik
1. Materi Pokok
a. Metodologi identifikasi dampak
b. Metodologi pengumpulan dan analisis data
c. Metodologi prakiraan dampak
d. Metodologi evaluasi dampak secara holistik
2. Submateri Pokok
a. Metoda yang digunakan untuk identifikasi dampak
b. Metoda yang digunakan untuk penentuan batas wilayah studi
BAB II
2.2 Pelingkupan
Prioritas Rencana
Skoping
Dampak Studi
Penting AMDAL
Keahlian dan
Pengalaman Tim
AMDAL
KEGIATAN
LAIN TERKAIT
RENCANA
KEGIATAN DAMPAK PENTING HIPOTETIK
DAMPAK POTENSIAL
RONA
LINGKUNGAN
BAB III
METODOLOGI IDENTIFIKASI
DAMPAK PENTING HIPOTETIK
Tabel 2.1.
Contoh Format Matriks Identifikasi Dampak
Komponen Kegiatan
No Komponen Lingkungan Prakonstruksi Konstruksi Operasi Pascaoperasi
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5
I. Geofisik-Kimia
1. Iklim
2. Kualitas Udara & Kebisingan
3. Fisiografi dan Geologi
4. Hidrologi
5. Kualitas Air
6. Hidrooseanografi
7. Ruang, lahan dan tanah
8. Transportasi
II. Biologi
1. Flora dan fauna darat
2. Plankton
3. Makrozoobentos
4. Nekton
5. Mikroorganisma Air
III. Sosial-Ekonomi-Budaya
1. Kependudukan
Struktur penduduk
Tingkat & sebaran
kepadatan
Tingkat kelahiran & kematian
Migrasi penduduk
Pertumbuhan penduduk
Angkatan kerja produktif
2. Sosial-Ekonomi
Kesempatan kerja
Mata pencaharian penduduk
Pendapatan penduduk
Peluang berusaha
Kepemilikan lahan
3. Sosial-Budaya
Pranata Sosial
Adat istiadat
Proses sosial
Persepsi & sikap masyarakat
IV. Kesehatan Masyarakat
1. Jenis dan fasilitas kesehatan
2. Insidensi-prevalensi penyakit
3. Sanitasi lingkungan
4. Pelayanan kesehatan
Keterangan:
Tahap Prakonstruksi: Tahap Konstruksi: Tahap Operasi: Tahap Pascaoperasi:
1. Survai dan penetapan batas 1. Mobilisasi peralatan dan material 5. Pengurugan perairan 1. Keberadaan bangunan yang
areal reklamasi. 2. Pengambilan material urug 6. Pembangunan pengaman menjorok ke laut
2. Perijinan. 3. Pengangkutan material urug pantai 2. Pengamanan & pemeliharaan
3. Sosialisasi rencana kegiatan 4. Pembangunan talud pengaman 7. Pematangan Lahan bangunan pengaman pantai
4. Rekuitmen tenaga kerja 8. Demobilisasi peralatan 3. Pengurusan Hak Atas Tanah
4. Pengalokasian Lahan
5. Pemanfaatan Lahan
1) Batas proyek
Batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana usaha
dan/atau kegiatan akan melakukan kegiatan pra-konstruksi,
konstruksi dan operasi. Dari ruang rencana usaha dan/atau
kegiatan inilah bersumber dampak terhadap lingkungan hidup di
sekitarnya, termasuk dalam hal ini alternatif lokasi rencana usaha
dan/atau kegiatan.
2) Batas ekologis
Batas ekologis adalah ruang persebaran dampak dari suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan menurut media transportasi
limbah (air, udara), dimana proses alami yang berlangsung di dalam
ruang tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar.
Termasuk dalam ruang ini adalah ruang di sekitar rencana usaha
dan/atau kegiatan yang secara ekologis memberi dampak terhadap
aktivitas usaha dan/atau kegiatan.
3) Batas sosial
Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha dan/atau
kegiatan tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang
mengandung norma dan nilai tertentu yang sudah mapan (termasuk
sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses dinamika sosial
suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami
perubahan mendasar akibat suatu rencana usaha dan/atau
kegiatan.
Batas sosial ini sangat penting bagi pihak-pihak yang terlibat
dalam studi ANDAL, mengingat adanya kelompok-kelompok
masyarakat yang kehidupan sosial ekonomi dan budayanya akan
mengalami perubahan mendasar akibat aktivitas usaha dan/atau
kegiatan. Mengingat dampak lingkungan hidup yang ditimbulkan
BAB IV
METODOLOGI
PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA
Tabel 1.
Beberapa komponen Geofisik-kimia yang dikaji
C.1.1. Iklim
Data iklim yang diteliti meliputi data curah hujan, suhu dan
kelembaban udara. Data sekunder diperoleh dari Stasiun
Meteorologi terdekat yang tercakup selama minimal 10 tahun.
Komponen iklim yang diperoleh selanjutnya diseleksi dan
dikelompokkan secara statistik dan disajikan dalam bentuk
tabulasi atau grafik, sehingga memudahkan dalam menentukan
pola iklim di wilayah studi. Data dikalkulasi dalam rata-rata
maksimum dan minimum.
a) Tipe Iklim
Tipe/jenis iklim setempat ditentukan berdasarkan klasifikasi
iklim menurut Schmidt dan Fergusson dengan menghitung
perbandingan antara rata-rata jumlah bulan kering dan rata-rata
jumlah bulan basah atau yang lebih dikenal dengan nilai Q
(Quetient):
Q = (K/B) x 100%
Keterangan:
K = rata-rata jumlah bulan kering, yaitu dengan curah hujan < 60 mm.
B = rata-rata jumlah bulan basah, yaitu dengan curah hujan > 100 mm.
b) Suhu Udara
Data suhu udara dikumpulkan dari stasiun Meteorologi
terdekat. Selain itu, suhu udara juga diukur di beberapa lokasi.
c) Curah Hujan
Curah hujan menunjukkan besarnya hujan yang terjadi di
suatu wilayah dan diukur dalam satuan milimeter. Data suhu
udara dikumpulkan dari stasiun Meteorologi terdekat.
d) Kelembaban
Data kelembaban dikumpulkan dari data sekunder, selain itu
juga dilakukan pengukuran dengan menggunakan psikrometer
putar dan termometer bola kering dan bola basah. Kelembaban
udara dinyatakan dalam bentuk kelembaban nisbi yang
diturunkan dari persamaan Clausius-Clapeyron.
Tabel 2.
Kriteria Skala Kualitas Iklim
Parameter Harkat dan rentangan *)
1 2 3 4 5
Jumlah bulan kering 1 1-2 2-4 4-6 >6
Jumlah bulan basah >6 4-6 2-4 1-2 0
Tipe curah hujan A A-B B-C C-D D
Suhu udara (0C) >35 / <5 30-35 / 5-10 27-30/ 10-15 15-20 20 - 27
Curah hujan (mm/th) >3000 2000 - 3000 1000 - 2000 500 - 1000 <500
Kelembaban (%) <40 / >100 41-45/ 85-99 46-50/80-84 51-55/75-79 56 - 74
Sumber: Chafid Fandeli, 1995
*)Harkat dengan kriteria: 1=sangat jelek; 2=jelek; 3=sedang; 4=baik; 5=sangat baik
Tabel 3.
Contoh Lokasi Sampling Kualitas Udara
Kode
Lokasi Sampling Alasan pemilihan lokasi
lokasi
Peruntukan Lokasi
U-1 Pengambilan quarry Desa, Kelurahan ..... Mewakili wilayah peng-
ambilan quarry
U-2 Permukiman penduduk Desa, Kelurahan ..... Untuk mewakili rona
permukiman
U-3 Transportasi kota Jalan ..... Mewakili wilayah/rute
Kode
Lokasi Sampling Alasan pemilihan lokasi
lokasi
Peruntukan Lokasi
pengangkutan
U-4 Transportasi kota Bundaran ..... Mewakili kondisi lalu
lintas
U-5 Perumahan .... Kelurahan ..... Untuk mewakili rona
permukiman
U-6 Permukiman penduduk Kelurahan .....
U-7 Tapak rencana kegiatan .....
Tabel 4.
Metode Pengumpulan dan Analisis Sampel Kualitas Udara
No. Parameter Baku Mutu Peralatan yang Waktu Metoda analisis Sumber
lingkungan digunakan pengukuran sampel
1. SO2 365 gr/Nm3 Gas Sampler 24 jam Pararosanilin Surat
2. NO2 150 gr/Nm3 Gas Sampler 24 jam Saltzman Keputusan
3. CO 15.000 gr/m3 NDIR Analyser Sesaat NDIR Gubernur..
4. H 2S 0,02*) ppm Gas Sampler 24 jam Mercurythiocyanate
5. Oksidan (Ox) 200 gr/m3 Spectrofotometer 1 jam Chemiluminescent
6. Total Partikel 230 gr/m3 High volume sampler 24 jam Gravimetric
Debu
C.1.3. Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau
kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Bising
adalah suara yang tidak dikehendaki karena mengganggu
pembicaraan, kenyamanan dan dapat merusak pendengaran.
Kebisingan merupakan bentuk suara yang merugikan manusia dan
Tabel 5.
Contoh Lokasi Pengukuran Kebisingan
Kode
Lokasi Sampling Alasan pemilihan lokasi
lokasi
Peruntukan Lokasi
U-1 Pengambilan tanah urug Desa, Kelurahan ..... Mewakili wilayah
pengambilan tanah urug
U-2 Permukiman penduduk Desa, Kelurahan .....
U-3 Transportasi kota Jalan ..... Mewakili wilayah peng-
angkutan tanah urug
U-4 Transportasi kota Bundaran ..... Mewakili kondisi lalu lintas
U-5 Perumahan .... Kelurahan ..... Untuk mewakili rona
wilayah rencana kegiatan
dan wilayah persebaran
dampak
U-6 Permukiman penduduk Kelurahan .....
U-7 Tapak rencana kegiatan .....
(∑ )
n
Li
10
Lek =10 log f i .10
i=1
dBA
dengan:
Lek = tingkat kebisingan ekivalen (dBA)
fi = faksi waktu terjadinya tingkat kebisingan pada interval waktu pengukuran
tertentu
Li = nilai tengah tingkat kebisingan pada interval waktu pengukuran tertentu
(dBA)
( 24 )[∑ 10 ]
16
( Lek )i 8 ( ( Lek ) j+10 )
1
Lek =10 log 10
+ ∑ 10 10
dengan:
Lsm = tingkat kebisingan siang malam (dBA)
Lek = tingkat kebisingan ekivalen (dBA)
Tabel 6.
Contoh Jumlah Sampel dan Letak Titik Pengambilan Sampel Geologi
Parameter Lokasi Sampling Jumlah Alasan penentuan lokasi
Lingkungan Titik sampling
Geografis/Administratif Koordinat
(UTM)
Tanah/Batuan Perbukitan ... ... ... Pengambilan material
urug...
Pantai ... ... ... Lokasi reklamasi ...
1) Metode Pemerian
Metode pemerian menggunakan analisis deskripsi agresif dengan
maksud memberikan suatu gambaran yang meyakinkan tentang
karakteristik geologi lingkungan sehingga tercipta suatu penilaian
tentang parameter geologi yang akan dievaluasi.
2) Metode Pembandingan
Merupakan suatu cara menilai parameter geologi lingkungan
dengan membandingkannya terhadap acuan yang terkait dan
sesuai dengan kegiatan pembangunan jalan dan jembatan.
Tabel 7.
Skala Kualitas Lingkungan untuk Bentuk Medan
Tabel 9.
Klasifikasi Tanah menurut Unified Soil Classification System (USCS)
Divisi Utama Simbol Nama Jenis Nama Jenis
Tanah berbutir GW
GP
GM
GC
SW
SP
SM
SC
ML
CL
OL
MH
CH
OH
Pt
Tabel 10.
Klas Permeabilitas (untuk air tanah)
k (cm / det) Kriteria Klas Harkat
>0,1 Sangat cepat Sangat baik 5
0,01 - 0,1 Cepat Baik 4
0,0001 - 0,01 Sedang Sedang 3
0,00001 - 0,0001 Lambat Jelek 2
0,00000001 - 0,00001 Sangat lambat Sangat jelek 1
Tabel 11.
Skala Kualitas Lingkungan untuk Batuan
Kriteria Kualitas Lingkungan
Jenis batuan Sifat fisik Klas Harkat
Aluvial Penilaian terhadap: Sangat baik 5
- Kekerasan Batuan
- Komposisi Mineral
- Tekstur dan Struktur
Batuan beku andesitis massif Baik 4
Batupasir, Tufaan, Kalkarenit, Sedang 3
Batugamping terumbu, Breksi
Batu napal Jelek 2
Batuan beku teralterasi Sangat jelek 1
Batuan beku andesit berkekar rapat
Endapan rawa/lumpur
Tabel 12.
Metode Pengumpulan dan Analisis Data Geologi
Metode
Metode Analisis
No. Parameter Pengumpulan Keterangan Sumber Acuan
data
data
1 Bentuk lahan Pengukuran Pemerian dan Diketahui - Klasifikasi Zuidam
langsung kesebandingan berdasarkan dan Zuidam-Cancelado
menggunakan variabel persen (1979) - Bina Marga
kompas geologi lereng dan beda (1992)
dan analisis peta tinggi
rupa bumi
2 Tanah Observasi dan Pemerian dan Parameter yang Klasifikasi USCS
pemboran tangan, klasifikasi diukur (United Soil
menggunakan menggambarkan Classification System
Metode
Metode Analisis
No. Parameter Pengumpulan Keterangan Sumber Acuan
data
data
jenis bor tanah karakter tanah dan AASHTO
mineral dan bor dalam menahan (American Association
rawa beban. Berdasarkan of State Highway and
pengukuran agihan Transportation Officials
ukuran butir, batas Classification)
cair dan indeks (Hardiyatmo, 2002)
plastisitas
3 Satuan batuan Survai dan Pemerian dan Parameter yang - Peta geologi -
pemetaan kesebandingan diukur juga Petrologi by Russel
digunakan dalam B.Travis 1995
analisis kestabilan
medan
4 Struktur Survai dan Pemerian dan Parameter yang - Peta geologi - The
geologi pemetaan Data kesebandingan diukur juga Techniquees of Modern
sekunder digunakan dalam Structural Geology J.g
analisis kestabilan Ramsay & MJ Huber,
medan 1987
5 Hidrologi Survai dan Pemerian Termasuk di - Applied Hydrology by
pemetaan Data Kesebandingan dalamnya adalah RK Linsley - Baku
sekunder lokasi dan luasan mutu (Peraturan
area banjir Pemerintah No.82
tahun 2001)
7 Kegempaan Pengumpulan Kesebandingan Kekuatan gempa Badan Meteorologi dan
data sekunder dan kajian gerakan Geofisika (BMG), Pusat
massa tanah/batuan Gempa Nasional
dan tsunami
Tabel 14.
Skala Kualitas Lingkungan untuk Gempa
Kriteria Kualitas Lingkungan
Modified Mercally Intensity (MMI) Richter Klas Harkat
Inten- Indikasi Intensitas Indikasi
sitas
I II Getaran tidak terasa oleh 2,5 Getaran pada Sangat 5
siapapun Getaran hanya dapat umumnya tidak terasa, baik
dirasakan oleh beberapa orang tetapi terekam pada
seismoeter
III IV V Getaran terasa oleh banyak 3,5 Getaran dapat Baik 4
orang tetapi sering dianggapnya dirasakan oleh banyak
bukan gempa Getaran dapat orang
dirasakan banyak orang terasa
seperti truck yang menabrak
bangunan Getaran terasakan
hampir semua orang banyak
orang terkejut pohon-pohon dan
tiang listrik bergoyang
VI VII Terasakan oleh semua orang 4,5 Bencana lokal dapat Sedang 3
banyak orang lari keluar.perabot terjadi
terpelanting terjadi kerusakan
ringan Setiap orang lari keluar
bencana terjadi pada bangunan
berkonstruksi buruk, bencana
kerusakan ringan terjadi dimana
mana
VIII IX Terjadi kerusakan kecil pada 6,0 Gempa bumi bersifat Jelek 2
bangunan buruk, bencana merusak
kerusakan ringan terjadi dimana
mana Semua bangunan rusak
bangunan lepas dari pondasinya
X XI Banyak konstruksi bangunan >7,0 Gempa besar - gempa Sangat 1
XII rusak, pondasi retak/pecah besar sekali jelek
Hampir semua bangunan roboh
jembatan rusak (putus) pondasi
retak-retak dan membuka lebar
Bangunan rusak total permukaan
tanah bergelombang, benda-
benda terlempar dan kondisi
gelap
Sumber: Pusat Gempa Nasional Badan Meteorologi dan Geofisika (2001); Montgomery, Carla W.,
(2003)
Tabel 15.
Skala Kualitas Lingkungan Stabilitas Medan (Longsoran dan Amblesan)
Kriteria Kualitas Lingkungan
Klas Harkat
Sangat stabil tanpa ada bahaya gerakan massa tanah dan batuan Sangat baik 5
Gerakan massa tanah dengan pengaruh kecil terhadap jalan Baik 4
Gerakan massa tanah dan batuan dengan resiko ringan terhadap jalan Sedang 3
Gerakan massa tanah dan batuan dengan resiko tinggi terhadap jalan Jelek 2
Sangat terpengaruh terputusnya jalan akibat gerakan massa Sangat jelek 1
Sumber: Terzaghi and Peck, 1967, dengan modifikasi
Tabel 16.
Metode Analisis Sampel Air
No. Parameter Satuan Baku Mutu Metode Analisis Sampel Air Peralatan
FISIKA
1 Warna PtCo - Colorimetrik Spektrofotometer
2 Bau - - Organoleptik -
3 Kekeruhan NTU 30 Turbidimetrik Turbidimeter
4 TSS mg/l 80 Gravometrik Timbangan
5 Temperatur C 0
20 Pemuaian Termometer
KIMIA
1 pH - 5,0 - 9,0 Potensiometrik ph meter
2 Salinitas 0
/00 10 alami Salinometer
3 DO mg/l 4 Titrimetrik, potensiometrik Buret, DO meter
4 BOD mg/l 45 Titrimetrik, potensiometrik Buret, DO meter
5 COD mg/l 80 Titrimetrik, potensiometrik Buret, DO meter
6 NH3N mg/l 0,3 Spektrofotometrik Spektrofotometer
7 NO2N mg/l Nihil Spektrofotometrik Spektrofotometer
8 CN mg/l 0,2 Spektrofotometrik Spektrofotometer
9 H2S mg/l 0,003 Spektrofotometrik Spektrofotometer
10 Hg mg/l 0,005 Spektrofotometrik serapan atom AAS
11 Cr+6 mg/l 0,05 Spektrofotometrik serapan atom AAS
12 As mg/l 0,01 Spektrofotometrik serapan atom AAS
13 Cd mg/l 0,01 Spektrofotometrik serapan atom AAS
14 Cu mg/l 0,05 Spektrofotometrik serapan atom AAS
15 Pb mg/l 0,075 Spektrofotometrik serapan atom AAS
16 Zn mg/l 0,1 Spektrofotometrik serapan atom AAS
17 Nitrogen mg/l 0,1 Spektrofotometrik serapan atom AAS
18 Minyak mg/l 5 Spektrofotometrik Spektrofotometer
19 Penol mg/l 0,002 Spektrofotometrik Spektrofotometer
Sumber: Standard Methods for The Examination of Water and Wastes Water, APHA, edisi ke 20 tahun
2000. PP. No. 82 Tahun 2001; Kep.Men.LH No.02?MENKLH//1998
Tabel 17.
Contoh Klas dan Kriteria Kualitas Air Sungai Golongan B
No. Parameter Satu- Harkat dan Rentangan*)
an
1 2 3 4 5
I. FISIKA
1. Residu mg/l > 1500 1126-500 751-1125 376-750 0-375
terlarut
2. Residu ter- mg/l > 50 37,6-50 25,1-37,5 12,6-25 0-12,5
suspensi*
II. Kimia AnOrganik
1 pH - <2,5 ; 11,5> 2,5-3,5; 10,5- 3,5-4,5; 9,5-10,5 4,5-5,5; 8,5-9,5 5,5-8,5
11,5
2 BOD mg/l >6 4,6-6,0 3,1-4,5 1,51-3,0 0-1,5
3 COD mg/l > 12 9,1-12 6,1-9 3,1-6 0-3
4 DO mg/l 0 - 0,75 0,76-1,5 1,51-2,25 2,26-3 >3
5 Total fosfat mg/l > 0,2 0,16-0,2 0,11-0,15 0,06-0,1 0-0,05
sbg P*
6 NO3N mg/l > 10 7,6-10 5,1-7,5 2,6-5 0-0,25
7 NH3N mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251-0,0375 0,0126-0,025 0-0,0125
8 Cd mg/l > 0,01 0,0076-0,01 0,0050-0,0075 0,0026-0,005 0-0,0025
9 Cr+6 mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251-0,0375 0,0126-0,025 0-0,0125
10 Cu mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251-0,0375 0,0126-0,025 0-0,0125
11 Fe mg/l >1 0,76-1 0,51-0,75 0,26-0,5 0-0,25
12 Pb mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251-0,0375 0,0126-0,025 0-0,0125
13 Mn mg/l > 0,5 0,376-0,5 0,251-0,375 0,126-0,25 0-0,125
14 Zn mg/l >5 3,76-5 2,51-0,3,75 1,26-2,5 0-1,25
15 Cl mg/l > 600 451-600 301-450 151-300 0-150
16 CN mg/l > 0,05 0,0376-0,05 0,0251-0,0375 0,0126-0,025 0-0,0125
17 NO2N mg/l > 0,1 0,076-0,1 0,051-0,075 0,026-0,025 0-0,025
18 Sulfat mg/l > 400 301-400 201-300 101-200 0-100
19 H 2S mg/l > 0,002 0,0016-0,002 0,0011-0,0015 0,0006-0,001 0-0,0005
II. Kimia Organik
1 Minyak dan g/l > 1000 751-1000 501-750 251-500 0-250
lemak*
2 Seny Fenol g/l > 0,002 0,0016-0,002 0,0011-0,0015 0,0006-0,001 0-0,0005
sbg Fenol
Keterangan : Harkat dengan kriteria 1 =sangat jelek; 2=jelek; 3=sedang; 4=baik; 5=sangat baik
Sumber : - SK Gubernur Jawa Tengah No.660.1/216/1990 tentang baku mutu air di Propinsi Daerah TK I Jawa
Tengah pada Kriteria Mutu Air Golongan B
- PP No.82 Tahun 2001Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran pada Kriteria
Mutu Air Kelas I
Keterangan : Harkat dengan kriteria 1 =sangat jelek; 2=jelek; 3=sedang; 4=baik; 5=sangat baik
*) Kep.416/MENKES/PER/1990 Tentang syarat-Syarat Air Bersih
Tabel 21.
Lokasi Sampling Kualitas Air
Kode
Lokasi Sampling Alasan pemilihan lokasi
lokasi
Peruntukan Lokasi
A-1 Badan air permukaan Hilir sungai... Mewakili kualitas air badan
air permukaan di sekitar
rencana kegiatan yang
digunakan untuk tambak
A-2 Badan air permukaan Hulu sungai...
A-3 Badan air permukaan Lokasi outlet...
A-4 Badan air permukaan Lokasi inlet...
A-5 Air sumur penduduk Kelurahan .... Mewakili rona kualitas air
sumur penduduk di sekitar
rencana kegiatan
C.1.7. Hidrologi
Lokasi pengambilan data primer (pengamatan dan sampel)
ditentukan berdasarkan letak sumber dampak, badan air penerima,
dan sumber air terdekat. Pengambilan data primer meliputi data untuk
debit dan arus aliran sungai, sedimen sungai, infiltrasi, serta morfologi
sungai.
Pengukuran Infiltrasi
Alat pengukuran yang dapat digunakan untuk mengukur infiltrasi di
lapangan dapat berupa :
1 single ring infiltrometer
2 double ring infiltrometer
3 rainfall simulator
Q = (A x V)
Q = debit (m3/det)
A = luas bagian penampang basah (m2)
V= kecepatan aliran rerata pada luas bagian penampang basah (m/det)
~
v = kecepatan aliran rata-rata (m/det)
V0,60 = kecepatan pada 0,60 kedalaman (m/det)
~ V 0 , 20+V 0, 80
v=
2
V 0,20 = kecepatan aliran pada 0,20 kedalaman (m/det)
V 0 ,80 = kecepatan aliran pada 0,80 kedalaman (m/det)
Posisi dari V0,6, V0,2 dan V0,8 dapat dilihat pada sketsa berikut ini.
Tabel 22.
Skala Kualitas Lingkungan untuk Koefisien Limpasan Permukaan
Nilai Kriteria Kualitas Lingkungan
Kelas Harkat
0,00 - 0,40 Sangat baik 5
0,41 - 0,50 Baik 4
0,51 - 0,60 Sedang 3
0,61 - 0,90 Jelek 2
0,91 - 1,00 Sangat jelek 1
Tabel 23.
Skala Kualitas Lingkungan untuk Banjir
Kriteria Kualitas Lingkungan
Kelas Harkat
F.0 (Bebas) Sangat baik 5
F.1.1:F.2.1:F.3.1 Baik 4
F.1.2:F.2.2:F.3.2:F.4.2 Sedang 3
F.1.3:F.2.3:F.3.3:F.3.2 (Jalan tergenang) Jelek 2
F.1.4:F.2.4:F.3.4:F.4.2:F.4.3:F.4.4 Sangat jelek 1
Sumber: LREPP II (1992)
Keterangan :
Tinggi
Durasi : < 25 cm 25 - 50 cm 50 - 75 cm > 75 cm
< 2 hari F.1.1 F.2.1 F.3.1 F.4.1
2 - 7 hari F.1.2 F.2.2 F.3.2 F.4.2
1 - 2 minggu F.1.3 F.2.3 F.3.3 F.4.3
> 2 minggu F1.4 F.2.4 F.3.4 F.4.4
C.1.8. Hidrooseanografi
Tabel 24.
Keterkaitan isu pokok hidrooseanografi
KEGIATAN PENYEBAB DAMPAK KOMPONEN LINGKUNGAN TERKENA DAMPAK
PRA-KONSTRUKSI: Pemasangan patok batas Gangguan/hambatan arus & transport sediment yang
areal reklamasi di perairan laut/pantai menyusur pantai (longshore current & longshore
transport)
KONSTRUKSI: Pembangunan talud pengaman Gangguan terhadap pola arus & transpor sedimen
areal reklamasi Pengurugan perairan pantai alamiah di pantai Perubahan :stabilitas lahan/perisai
dengan tanah pantai, bentang alam/garis pantai, breaker zone, pola
arus & gelombang, abrasi, akresi, luas genangan air di
daratan pesisir (Rob), intrusi air asin,
hambatan/gangguan aliran drainase/irigasi/sungai &
daya jangkau Pasut
PASCAKONSTRUKSI: Keberadaan Bentang Perubahan pola arus & defraksi/refraksi gelombang
Lahan/Bangunan yang menjorok ke laut: Perubahan stabilitas lahan/perisai pantai Perubahan
menghalangi & membelokkan arah daya rambat/daya jangkau PASUT
arus/gelombang Perubahan/hambatan transpor sedimen alamiah
(longshore transport) Terjadinya Abrasi dan/atau
Akresi secara spasial dan temporal
Tabel 25.
Skala Kualitas Lingkungan Parameter Abrasi/Erosi
Uraian Skor Keterangan
Terjadi abrasi/erosi di pantai >9 bulan dalam setahun 1 Sangat jelek
Terjadi abrasi/erosi di pantai >6-9 bulan dalam setahun 2 Jelek
Terjadi abrrasi/erosi di pantai >3-6 bulan dalam setahun 3 Cukup Baik
Terjadi abrasi/erosi di pantai >1-3 bulan dalam setahun 4 Baik
Tidak terjadi abrasi, atau terjadi abrasi <1 bulan dalam Sangat Baik
5
setahun
Tabel 26.
Skala Kualitas Lingkungan Parameter Akresi/Sedimentasi
Uraian Skor Keterangan
Terjadi akresi di pantai, atau penyumbatan muara sungai >9 Sangat jelek
1
bulan dalam setahun
Terjadi akresi di pantai atau penyumbatan muara sungai >6-9 Jelek
2
bulan dalam setahun
Terjadi akresi di pantai atau penyumbatan muara sungai >3-6 Cukup Baik
3
bulan dalam setahun
Terjadi akresi di pantai atau penyumbatan muara sungai >1-3 Baik
4
bulan dalam setahun
Tidak terjadi akresi, atau terjadi akresi/penyumbatan muara Sangat Baik
5
sungai <1 bulan dalam setahun
Tabel 27.
Skala Kualitas Lingkungan Parameter Transpor Sedimen/Arus
Uraian Skor Keterangan
Terjadi hambatan transpor sedimen/arus di pantai selama >9 bulan dalam setahun 1 Sangat jelek
Terjadi hambatan transpor sedimen/arus di pantai selama >6-9 bulan dalam setahun 2 Jelek
Terjadi hambatan transpor sedimen/arus di pantai selama >3-6 bulan dalam setahun 3 Cukup Baik
Terjadi hambatan transpor sedimen/arus di pantai selama >1-3 bulan dalam setahun 4 Baik
Tidak terjadi hambatan transpor sedimen/arus atau terjadi <1 bulan dalam setahun 5 Sangat Baik
Tabel 28.
Skala Kualitas Lingkungan Parameter Lama Waktu Genangan Rob
Uraian Skor Keterangan
Terjadi Rob di pantai selama >9 jam per hari 1 Sangat jelek
Terjadi Rob di pantai selama >6-9 jam per hari 2 Jelek
Terjadi Rob di pantai selama >3-6 jam per hari 3 Cukup Baik
Terjadi Rob di pantai selama >0-3 jam per hari 4 Baik
Tidak terjadi Rob 5 Sangat Baik
Tabel 29.
Skala Kualitas Lingkungan Parameter Luas Wilayah Genangan Rob
Uraian Skor Keterangan
Luas wilayah Rob bertambah >50% 1 Sangat jelek
Luas wilayah Rob bertambah >0-50% 2 Jelek
Luas wilayah Rob tetap 3 Cukup Baik
Luas wilayah Rob berkurang >0-50% 4 Baik
Luas wilayah Rob berkurang >50% 5 Sangat Baik
Tabel 30.
Skala Kualitas Lingkungan Parameter Daya jangkau Pasut
Uraian Skor Keterangan
Daya jangkau Pasut ke arah pertambakan berkurang >50% 1 Sangat jelek
Daya jangkau Pasut ke arah pertambakan berkurang >0-50% 2 Jelek
Daya jangkau Pasut ke arah pertambakan tetap 3 Cukup Baik
Daya jangkau Pasut ke arah pertambakan bertambah >0-50% 4 Baik
Daya jangkau Pasut ke arah pertambakan bertambah >50% 5 Sangat Baik
Tabel 31.
Skala Kualitas Lingkungan Parameter Perubahan Garis Pantai
Uraian Skor Keterangan
Garis pantai bertambah maju lebih menjorok ke laut (>10%) Sangat jelek
1
dari pantai Marina (reklamasi lama)
Garis pantai bertambah maju lebih menjorok ke laut (0- Jelek
2
10%) dari pantai Marina (reklamasi lama)
Garis pantai tetap 3 Cukup Baik
Garis pantai bertambah maju tetapi tidak sejajar/lebih Baik
4
rendah dari pantai Marina (reklamasi lama)
Garis pantai bertambah maju dan sejajar dengan pantai Sangat Baik
5
Marina (reklamasi lama)
studi.
2) Observasi lapangan
Dalam observasi ini dilakukan kajian terhadap pola tata ruang yang
ada yang telah dikumpulkan dari data sekunder.
Analisis dari peta rupa bumi dengan skala 1:25.000 (data sekunder)
kemudian dicek lapangan dengan cara pemetaan.
1) Data sekunder
Kegiatan utama dalam kajian data sekunder ini yaitu pengumpulan
berbagai peta yang memuat data tata ruang wilayah studi. Dalam
metode ini dikaji keberadaan tata ruang yang ada dan selanjutnya
dikaji pula kebijakan-kebijakan pengembangan ruang di wilayah
studi.
2) Observasi lapangan
Dalam observasi ini dilakukan kajian terhadap pola tata ruang yang
ada yang telah dikumpulkan dari data sekunder.
Tabel 32.
Skala Kualitas Lingkungan untuk Tataguna Lahan
No. Skala Kualitas Persentase Lahan Tidak Persentase Lahan
Lingkungan Produktif Terbangun
1 Sangat jelek > 20% > 90%
2 Jelek 15% - 20% 70% - 90%
3 Sedang 10% - 15% 50% -70%
4 Baik 5% - 10% 30% - 50%
5 Sangat baik < 5% < 30%
C.1.10. Transportasi
a. Metode Pengumpulan Data
Parameter yang ditelaah meliputi volume kendaraan, geometri
ruas jalan. Data tersebut dapat diperoleh dari hasil pengukuran
langsung di lapangan (primer) maupun data instansional
(sekunder).
Puslitbang LH LP2M Universitas HasanuddinPage 54
IDENTIFIKASI, PRAKIRAAN, EVALUASI DAMPAK
MODUL
LINGKUNGAN]
1) Volume Kendaraan
Metoda pengambilan data volume arus lalu lintas semua jenis
kendaraan dilakukan dengan metoda pencacahan arus lalu
lintas tiap jenis kendaraan (traffic counting). Ruas jalan yang
akan diamati yaitu ruas jalan yang ada sekarang dengan
interval waktu selama 15 menit. Pengukuran dilakukan selama
mulai pukul 06.30 - 16.30 WIB.
2) Geometri jalan
Data geometri ruas jalan diperoleh dengan cara pengukuran
langsung maupun data sekunder dari instansi berwenang.
b. Metode Analisis Data
Ruas jalan yang akan dianalisis hanya ruas jalan dalam kota.
C = S x (g / c)
Keterangan:
C = kapasitas sesungguhnya (smp/jam)
S = arus jenuh (smp/jam)
g = waktu hijau (detik)
c = waktu siklus (detik)
DS =Q/C
Q = volume arus lalu lintas (smp/jam)
C = kapasitas (smp/jam)
Pi-j = Oi . dj . Fi-j
Keterangan:
Pi-j = jumlah perjalanan dari i ke j
Oi dan dj = polarities yaitu daya tarik zona asal (O=origin) dan zona tujuan
(d=destination)
Fi-j = deterence function
Keterangan:
Fi-j = deterence function antara i dan j
Zi-j = generalized cost antara i ke j
a dan b = konstanta
C.2. Biologi
C.2.1. Flora
a. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data flora dilakukan dengan penjelajahan di
pengambilan material urug dan di lokasi reklamasi. Hasil
observasi dengan mencantumkan beberapa tipe
ekosistem/vegetasi utama kemudian dari keterwakilan tipe
ekosistem tersebut.
b) Pengukuran populasi
1 sensus langsung
2 sensus tidak langsung
sungai, mata air, danau atau reservoir, botol dalam keadaan tertutup
dipegang pada bagian bawahnya, ditenggelamkan dengan leher botol
menghadap ke bawah, dibuka di dalam air, tetapi jangan dibilas air
setempat. Botol kemudian dibalik hingga lehernya agak menghadap ke
atas dengan mulut botol dihadapkan ke arus. Jika tidak ada arus,
dapat dibuatkan arus dengan menarik botol horisontal ke depan
menjauhi arah tangan, diisi sampai ¾ penuh dan ditutup di dalam air.
Jika mengambil sampel dengan perahu, sampling dilakukan dari tepi
perahu yang terjauh dari mesin. Bila tidak mungkin, maka botol dapat
diberi pemberat.
Inkubasi sampel
Total Bacterial Count, satu ml sampel air dipipet ke dalam
medium Plate Count Agar (PCA) dalam Petri steril. Bila diprakirakan
populasi bakterinya besar, maka perlu disiapkan pengenceran dengan
air steril (1: 100, 1:1000, dst). Pemindahan inokulum harus dalam
kondisi steril. Petri dish digojog pelahan dalam arah angka 8
setidaknya 25 kali dan diletakkan horisontal. Setelah itu Petri
diinkubasi pada 35 2C selama 44 4 jam. Kelembaban media dijaga
agar jangan sampai kehilangan bobot >15%, dengan diberi cawan air
TB : Total bakteri
Xi : Jumlah koloni yang ditemukan
A : Jumlah inokulum yang ditanam pada setiap pengenceran (ml)
B : Tingkat pengenceran saat koloni ditemukan
n : Jumlah sampel
Jumlah tabung reaksi yang positif dari setiap suhu inkubasi dalam
Pernyataan Hasil:
Total coliform 35C: 2 1 0 Tabel: misalnya a jumlah total coliform=
ax103/100ml
Fecal coliform 44.5C:1 0 0 Tabel: misalnya b jumlah fekal coli= bx103/100ml.
C.2.4. Plankton
T Vo 1 P
K i= x x x
l Va W p
( ) ( )
ni ni
s
H '= - ∑ ln
n=1 N N
H' H'
J= =
ln S Hmaks
J : Indeks kemerataan jenis
H’ : Nilai indeks keanekaragaman Shannon
H maks : Keanekaragaman maksimum (ln S)
S : Jumlah jenis yang ditemukan
C.2.5. Makrozoobentos
No. Status Responden (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Jumlah
1. Aparat Kecamatan - - - - - - - -
2. Kepala Kelurahan - - - - - - - -
3. Perangkat Kelurahan - - - - - - - -
4. Ketua LPMK - - - - - - - -
5. Ketua RT/RW - - - - - - - -
6. Pemimpin Informal - - - - - - - -
7. Petani Tambak - - - - - - - -
8. Masyarakat Biasa - - - - - - - -
Jumlah - - - - - - - -
C.3.1. Kependudukan
Tabel 35.
Skala Kualitas Lingkungan Kependudukan
Parameter Kriteria Kualitas/Skala
Lingkungan
1 sangat buruk 2 buruk 3 sedang 4 baik 5 sangat baik
Kependudukan Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat
kepadatan kepadatan kepadatan kepadatan kepadatan
penduduk 100 penduduk 51-100 penduduk 100 penduduk 100 penduduk 100
org/km2 org/km2 org/km2 org/km2 org/km2
Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat
pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan
penduduk >3,5% penduduk 3,01- penduduk 2,51- penduduk 2-2,5% penduduk <2%
per tahun 3,5% per tahun 3% per tahun per tahun per tahun
Ketenagakerjaan: Ketenagakerjaan: Ketenagakerjaan: Ketenagakerjaan: Ketenagakerjaan:
penduduk yang penduduk yang penduduk yang penduduk yang penduduk yang
bekerja <25% bekerja 25-30% bekerja 31-35% bekerja 36-40% bekerja >40%
Jumlah anggota > 10 orang 9 - 10 orang 7 - 8 orang 5 - 6 orang < 5 orang
keluarga
Tingkat Ketenagakerjaan: Ketenagakerjaan: Ketenagakerjaan: Ketenagakerjaan: Ketenagakerjaan:
pengangguran penduduk yang penduduk yang penduduk yang penduduk yang penduduk yang
bekerja <30% bekerja 30-40% bekerja 40-45% bekerja 46-50% bekerja >30%
Mata pencaharian Primer atau Primer <100% Primer <75% Primer <50% Primer sekunder
berhubungan sekunder atau sekunder dan sekunder dan dan tersier
dengan alam industri kecil tersier >25% tersier >50% berimbang
100% >10%
Pendapatan Kurang dari Rp.101.000,00 Rp.1.501.000,00 Rp.2.001.000,00 Lebih dari
masyarakat Rp.100.000,00 s.d. s.d. s.d. Rp.2.501.000,00
Rp.1.500.000,00 Rp.2.000.000,00 Rp.2.500.000,00
Tingkat Prosentase Prosentase Prosentase Prosentase Prosentase
C.3.2. Sosial-Ekonomi
a. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data sosial-ekonomi dilakukan melalui data sekunder
dan data primer. Data sekunder meliputi data monografi, data
statistik melalui instansi tekait sedangkan data primer akan
diperoleh dengan cara wawancara secara langsung terhadap
masyarakat di sekitar rencana kegiatan. Parameter aspek sosial-
ekonomi yang akan diteliti meliputi:
1) Ekonomi rumah tangga terdiri dari:
a. Tingkat pendapatan rumah tangga
b. Tingkat pengeluaran rumah tangga
2) Kondisi pertambakan:
c. Status kepemilikan tambak
d. Hasil produksi tambak
3) Kondisi pertanian:
e. Penggunaan jenis tanah sawah dan kering
f. Hasil produksi pertanian
C.3.3. Sosial-Budaya
a. Metode pengumpulan data
Pengumpulan data sosial-budaya dilakukan melalui data
sekunder dan data primer. Data sekunder diperoleh dari hasil-
hasil penelitian sosial budaya yang pernah dilakukan serta buku-
buku referensi yang menunjang penelitian ini. Data primer akan
diperoleh melalui penelitian di lapangan. Metode penelitian yang
dilakukan merupakan penggabungan antara metode penelitian
kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Secara kualitatif data
akan diperoleh melalui observasi di lapangan dan wawancara
mendalam menggunakan pedoman wawancara terhadap
beberapa responden kunci yang terpilih, juga melakukan FGD.
Data kuantitatif diperoleh dengan menyebarkan sejumlah
Tabel 37.
Skala Kualitas Lingkungan Sosial-Budaya
Parameter Kriteria Kualitas/skala
Lingkungan
1 sangat buruk 2 buruk 3 sedang 4 baik 5 sangat baik
Budaya Masyarakat sudah Tidak seluruh Masyarakat masih Masyarakat Seluruh
tidak peduli masyarakat mendukung adat seluruhnya masyarakat
dengan adat mendukung adat istiadat setempat mendukung adat mendukung dan
istiadat setempat, istiadat. pelaksanaannya istiadat setempat melaksanakan
tidak ada kegiatan Pelaksanaannya dilakukan secara utuh dan adat istiadat
yang bersifat adat tergantung situasi bersama pada murni, secara utuh dan
dan kondisi waktu tertentu pelaksanaannya murni
dengan dilakukan
pertimbagan terkoordinasi
efisiensi
Proses sosial Kondisi Kondisi Konflik yang Konflik jarang Tidak ada konflik
masyarakat masyarakat agak timbul di tengah timbul di tengah dalam
setempat sangat rawan terhadap masyarakat masyarakat, bermasyarkat
rawan terhadap konflik baik bersifat temporer kondisi cenderung kondisi aman
konflik baik internal maupun dan dapat aman terkendali
internal maupun eksternal diselesaikan
eksternal dengan
musyawarah
Sikap dan Masyarakat Masyarakat Masyarakat tidak Masyarakat Masyarakat
persepsi menolak apa saja cenderung menerima dan setempat tidak menghendaki dan
masyarakat yang menolak dan menolak adanya menolak apapun bersikap sesuai
terhadap berhubungan berpikir negatif proyek yang dengan yang
rencana proyek dengan proyek terhadap kegiatan direncanakan direncanakan
proyek proyek proyek
Tabel 38.
Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Sosial-Ekonomi dan Sosial-Budaya
Tabel 39.
Parameter, Metode Pengumpulan dan Analisis Data
Parameter Metode Metode analisis Keterangan
Pengumpulan data data
Sanitasi lingkungan Observasi/pengamatan Metode analisis Analisis dilakukan
lapangan, wawancara, dampak kesehatan secara kualitatif
pengumpulan data lingkungan, metode dan kuantitatif
sekunder epidemiologi
Pola penyakit Wawancara, Metode analisis Analisis dilakukan
penelusuran data dan dampak kesehatan secara kualitatif
informasi, lingkungan, metode dan kuantitatif
pengumpulan data epidemiologi
sekunder
Tingkat kesehatan Observasi/pengamatan Metode analisis Analisis dilakukan
masyarakat lapangan, wawancara, dampak kesehatan secara kualitatif
penelusuran data dan lingkungan, metode dan kuantitatif
informasi, epidemiologi
pengumpulan data
sekunder
Tabel 40.
Skala Kualitas Lingkungan Kesehatan Masyarakat
Parameter Kriteria Kualitas/Skala
Lingkungan
1 sangat buruk 2 buruk 3 sedang 4 baik 5 sangat baik
Fasilitas sanitasi Tidak ada Tingkat Tingkat Tingkat Tingkat
lingkungan fasilitas penggunaan penggunaan penggunaan penggunaan
sanitasi, sarana sanitasi sarana sanitasi sarana sanitasi sarana sanitasi
sanitasi 25% sanitasi 50% sanitasi 75% sanitasi >75% sanitasi
lingkungan lingkungan lingkungan lingkungan lingkungan
sekitar buruk sekitar sedang sekitar baik sekitar baik
Kondisi sanitasi Sangat buruk Buruk Sedang Baik Sangat baik
lingkungan
Tingkat Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi Kondisi
kesehatan kependudukan kependudukan kependudukan kependudukan kependudukan
masyarakat (tingkat (tingkat (tingkat (tingkat (tingkat
kepadatan kepadatan kepadatan kepadatan kepadatan
penduduk 100 penduduk 51- penduduk 100 penduduk 100 penduduk 100
org/km2; tingkat 100 org/km2; org/km2; tingkat org/km2; tingkat org/km2; tingkat
pertumbuhan tingkat pertumbuhan pertumbuhan pertumbuhan
penduduk pertumbuhan penduduk 2,51- penduduk 2- penduduk <2%
>3,5% per penduduk 3,01- 3% per tahun) 2,5% per tahun) per tahun)
tahun) 3,5% per tahun)
Pola penyakit Urutan 1-5 Urutan 1-3 Urutan 1-2 Urutan 1-3 Urutan 1-3
kesemuanya adalah penyakit adalah penyakit adalah penyakit adalah penyakit
penyakit infeksi infeksi infeksi infeksi infeksi
sedangkan 4-5 sedangkan 3-5 sedangkan 2-5
BAB V
METODOLOGI PRAKIRAAN DAMPAK
3. Model fisis,
4. Model eksperimental.
C.1.2. Kebisingan
Prakiraan sebaran kebisingan terhadap lingkungan di sekitarnya
menggunakan rumus pendekatan:
A = RKLSPC
SD = A x SDR
A = kehilangan tanah pucuk akibat erosi (ton/ha/tahun)
R = erosivitas hujan
K = erodibilitas tanah
L = panjang lereng
S = kelerengan
P = faktor teknik konservasi tanah
C = faktor pengolahan tanah dan tanaman penutup tanah
SD = sedimentasi
SDR = sediment delivery ratio
E=RLKSP
Q=CIA
Cc = konsentrasi parameter kualitas air badan air setelah tercampur limbah cair
Qa = debit limbah cair
Ca = konsentrasi parameter limbah cair
Qb = debit air badan air sebelum terkena limbah cair
Cb = konsentrasi kualitas air badan air sebelum tercampur limbah cair
C.1.6. Morbiditas
Contoh perhitungan prakiraan dampak pada komponen
morbiditas:
Tabel 44.
Contoh Format Matrik Prakiraan Dampak Besar yang Akan Digunakan
SKL SKL (yad) Prakiraan Besaran Dampak
Rona Prakon- Kon- Operasi Prakon- Kon- Operasi
No. Komponen Lingkungan awal struksi struksi struksi struksi
(a) (b) (c) (d) (b-a) (c-a) (d-a)
I. Tahap Prakonstruksi
1. Iklim
2. Kualitas Udara & Kebisingan
3. Fisiografi dan Geologi
4. Hidrologi
5. Kualitas Air
6. Hidrooseanografi
7. Ruang, lahan dan tanah
8. Transportasi
II. Biologi
1. Flora dan fauna darat
2. Plankton
3. Makrozoobentos
4. Nekton
5. Mikroorganisma Air
III. Sosial-Ekonomi-Budaya
1. Kependudukan
Struktur penduduk
Tingkat & sebaran kepadatan
Tingkat kelahiran & kematian
Migrasi penduduk
Pertumbuhan penduduk
Angkatan kerja produktif
2. Sosial-Ekonomi
Kesempatan kerja
Mata pencaharian penduduk
Pendapatan penduduk
Peluang berusaha
3. Sosial-Budaya
Pranata Sosial
Adat istiadat
Proses sosial
Persepsi & sikap masyarakat
IV. Kesehatan Masyarakat
1. Jenis dan fasilitas kesehatan
2. Insidensi-prevalensi penyakit
3. Sanitasi lingkungan
4. Pelayanan kesehatan
Keterangan :
Prakiraan = SKL (yad) - SKL (kini)
SKL(yad) = Skala kualitas lingkungan yang akan datang dengan adanya kegiatan proyek
SKL(kini) = Skala kualitas lingkungan (rona) awal
Skala Kualitas Lingkungan pada rona lingkungan awal (RLA) dan pada
saat kegiatan berlangsung (setiap tahap) ditampilkan dalam skala
numerik (1 sampai dengan 5) yaitu:
adalah penting.
2. Jika jumlah kriteria P (penting) 3 tetapi jika salah satu P
merupakan kriteria jumlah manusia yang terkena dampak maka
prakiraan dampak adalah penting.
3. Jika jumlah P 3 dan bukan termasuk kriteria jumlah manusia yang
terkena dampak maka prakiraan dampaknya adalah tidak penting.
Tabel 45.
Contoh Format Matrik Prakiraan Dampak Penting
Besaran Kriteria Dampak Sifat penting
No. Komponen Kegiatan
Dampak (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Dampak
1. Tahap Prakonstruksi
1.1. Survai dan penetapan
batas areal reklamasi
1.2. Perijinan
1.3. Sosialisasi rencana
kegiatan
1.4. Rekrutmen tenaga kerja
2. Tahap Konstruksi
2.1. Mobilisasi peralatan dan
material
2.2. Pengambilan material
urug
2.3. Pengangkutan material
urug
2.4. Pembangunan talud
pengaman
3. Tahap Operasi
3.1. Pengurugan perairan
3.2. Pembangunan pengaman
pantai
3.3. Pematangan lahan
3.4. Demobilisasi peralatan
4. Tahap Pascaoperasi
4.1. Keberadaan bangunan
yang menjorok ke laut
4.2. Pengamanan dan pemeli-
haraan bangunan
pengaman pantai
4.3. Pengurusan Hak Atas
Tanah
BAB VI
METODOLOGI
EVALUASI DAMPAK SECARA HOLISTIK
Tabel 47.
Contoh Format Arahan Pengelolaan Lingkungan
Komponen Komponen
No. Tahapan Kegiatan Kegiatan Penyebab Lingkungan terkena Arahan Pengelolaan Lingkungan
Dampak Dampak
1. Tahap Prakonstruksi
1.1. Survai dan penetapan batas
areal reklamasi
1.2. Perijinan
1.3. Sosialisasi rencana kegiatan
1.4. Rekrutmen tenaga kerja
2. Tahap Konstruksi
2.1. Mobilisasi peralatan dan
material
2.2. Pengambilan material urug
2.3. Pengangkutan material urug
2.4. Pembangunan talud
pengaman
3. Tahap Operasi
3.1. Pengurugan perairan
3.2. Pembangunan pengaman
pantai
3.3. Pematangan lahan
3.4. Demobilisasi peralatan
4. Tahap Pascaoperasi
4.1. Keberadaan bangunan yang
menjorok ke laut
4.2. Pengamanan dan
pemeliharaan bangunan
pengaman pantai
4.3. Pengurusan Hak Atas Tanah
Komponen Komponen
No. Tahapan Kegiatan Kegiatan Penyebab Lingkungan terkena Arahan Pengelolaan Lingkungan
Dampak Dampak
4.4. Pengalokasian lahan
4.5. Pemanfaatan lahan
Di wilayah studi terdapat daerah-daerah yang mengalamai perubahan mendasar dari segi: (i) int
Timbul perubahan mendasar dari segi intensitas, berbalik/tidak dampak dan sifat kumulatif damp
Kategori IV I
Kategori Intensitas Dampak Tekena Dampak
Jumlah Manusia
Dampak Dikategorikan
Dampak Penting
Dikategorikan bila:
Penting bila:
Intensitas
Jumlah perubahan
manusia di lingkungan bersifat
wilayah studi hebat, drastis
yang TIDAK menerimadi areal yang yang
manfaat relatifmenerima
luas dan berlangsung sin
manfaat (disera
Jenis dampak yang digunakan diberi simbol “0” (tidak ada dampak),
“+” (ada dampak positif), “-“ (ada dampak negatif). Besar dampak
diberi skala 1 sampai 5 sedangkan sifat dampak bisa “S”
(sementara) atau “P” (permanen).
BAB VII
PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN
LINGKUNGAN HIDUP
BAB VIII
PENUTUP