125-Article Text-162-1-10-20210520
125-Article Text-162-1-10-20210520
125-Article Text-162-1-10-20210520
Abstrak
Kelangkaan pupuk anorganik dan sulitnya memperoleh varietas benih padi unggul akan menyebabkan
terjadinya penurunan produktivitas dan selanjutnya terjadi penurunan produksi. Dampaknya target swasembada
beras tidak akan tercapai. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan inovasi teknologi yang ramah
lingkungan, yaitu metode SRI (System of Rice Intensification). Tujuan kajian ini adalah mengkaji perbaikan
sistem usahatani dengan metode SRI (System of Rice Intensification) terhadap produktivitas usahatani petani di
Kabupaten Teluk Bintuni. Tujuan khusus menganalisis penggunaan pupuk organik dan anorganik yang paralel
dengan perbaikan sistem usahatani melalui jenis varietas/ galur padi, dan penggunaan sistem tanam tandur jajar
terhadap produktivitas padi di beberapa sentra produksi padi sawah di Kabupaten Teluk Bintuni. Metode yang
digunakan melalui pembuatan demplot usahatani tentang penerapan sistem pertanian semi organik dengan
berbagai varietas, galur, dan cara penanaman yang telah digunakan petani. Hasilnya menunjukkan bahwa
perbaikan sistem usahatani dengan metode System of Rice Intensification (SRI) melalui demonstrasi plot mampu
meningkatkan produktivitas padi sawah sebesar 6,48 Ton GKP/Ha/MT. Hasil ini jauh lebih tinggi dibandingkan
produktivitas padi sawah milik masyarakat petani di Kabupaten Teluk Bintuni selama delapan tahun terakhir
sebesar 3,83 ton/ha.
Kata kunci: Padi Sawah, Produktivitas, System of Rice Intensification
Abstrack
The scarcity of inorganic fertilizers and the difficulty of obtaining superior rice seed varieties will cause
a decrease in productivity and subsequently a decrease in production. The impact is that the rice self-sufficiency
target will not be achieved. One of the efforts made is by means of environmentally friendly technological
innovation, namely the SRI (System of Rice Intensification) method. The purpose of this study is to examine the
improvement of the farming system using the SRI (System of Rice Intensification) method on farm productivity of
farmers in Bintuni Bay Regency. The specific objective is to analyze the use of organic and inorganic fertilizers
which are parallel with the improvement of the farming system through the types of rice varieties / lines, and the
use of the tandur row planting system on rice productivity in several rice production centers in Teluk Bintuni
Regency. The method used is by making a farming demonstration plot about the application of a semi-organic
farming system with various varieties, lines, and planting methods that have been used by farmers. The results
showed that the improvement of the farming system using the System of Rice Intensification (SRI) method through
the demonstration plot was able to increase the productivity of lowland rice by 6.48 tons of GKP / Ha / MT. This
result is much higher than the productivity of lowland rice belonging to the farming community in Teluk Bintuni
Regency during the last eight years of 3.83 tonnes / ha.
Keywords: Rice Paddy, Productivity, System of Rice Intensification
PENDAHULUAN
ke beras. Disisi lain, terjadi konversi lahan untuk kepentingan selain pertanian berpotensi
menurunkan produksi dan produktivitas padi sawah. Hal ini menjadi salah satu penyebab
belum terpenuhinya kebutuhan pangan nasional (Susilo dan Parwito, 2013).
Teluk Bintuni merupakan salah satu kabupaten hasil pemekaran dari Kabupaten
Manokwari. Sebagai kabupaten baru, Teluk Bintuni menunjukkan pertumbuhan penduduk
yang cukup tinggi, yakni rata-rata sebesar 4,12 persen/tahun selama periode 10 tahun sejak
pembentukannya (tahun 2003), dan stabil sebesar rata-rata 2,6 persen/tahun selama periode 3
tahun terakhir (Tim Unipa, 2017). Pertumbuhan penduduk ini terjadi paralel dengan masuknya
berbagai investasi di kabupaten ini, seperti Tangguh LNG, eksploitasi produksi hutan kayu,
eksploitasi produksi udang, dan perkebunan kelapa sawit skala usaha besar. Bertambahnya
jumlah penduduk membutuhkan ketersediaan pangan yang cukup ditinjau dari aspek kuantitas
dan kontinuitas di samping aspek kualitas produksi.
Untuk menyediakan pangan, Pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni melalui Dinas
Pertanian secara bertahap melakukan upaya-upaya nyata pembangunan pertanian seperti
peningkatan luas lahan usahatani dan diversifikasi cabang-cabang usahatani. Saat ini Teluk
Bintuni termasuk wilayah yang melakukan diversifikasi pangan sumber karbohidrat, tetapi
beras yang dihasilkan dari cabang usahatani padi cenderung menjadi bahan makanan pokok
sumber karbohidrat bagi penduduk Kabupaten Teluk Bintuni.
Kecenderungan penduduk menjadikan beras sebagai makanan pokok sumber
karbohidrat diprakirakan akan terus meningkat. Namun, volume beras yang dihasilkan
Kabupaten Teluk Bintuni masih jauh dari rata-rata kebutuhan beras sebesar 106,817
kg/kapita/tahun. Pasokan beras di Kabupaten Teluk Bintuni berasal dari 4 sumber, yaitu Bulog
untuk PNS, Bulog untuk Raskin, beras lokal atau beras yang dihasilkan oleh para petani di
Bintuni, dan beras dari pihak swasta/importer, yaitu beras yang didatangkan dari luar
Kabupaten Teluk Bintuni.
Selama proses pembangunan pertanian hingga sekarang ini, di Kabupaten Teluk Bintuni
telah terdapat potensi lahan sawah berpengairan teknis kurang lebih 800 hektar, dan kurang
lebih 1 000 hektar lahan usahatani padi tadah hujan. Potensi lahan usahatani padi ini telah
mendorong komitmen pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni untuk mencanangkan “Teluk
Bintuni Swasembada Beras 2018.” Kenyataannya, swasembada beras belum terlaksana hingga
akhir 2018, namun keinginan pemerintah untuk meningkatkan produksi padi sawah terus
dilaksanakan dengan berbagai perbaikan sistem usahatani.
Permasalahan yang dihadapi petani di Kabupaten Teluk Bintuni dalam menjalankan
usahanya masih dihadapkan pada berbagai kendala diantaranya sulit memperoleh pupuk
bersubsidi bahkan mengalami kelangkaan, dan benih padi unggul sulit diperoleh. Selain itu
masalah iklim juga menjadi salah satu kendala yang dihadapi petani. Kelangkaan pupuk
menjadi sumber dampak potensial berupa tingkat penggunaan pupuk oleh petani jauh di bawah
dosis minimal. Dampak lanjutnya adalah rendahnya hasil produksi panen padi gabah/ beras
yang diperoleh petani. Akibat dampak, pendapatan usahatani rendah bahkan minus, disamping
target swasembada tidak tercapai. Kesulitan mendapatkan benih padi unggul menjadi sumber
dampak potensial berupa keterlambatan memulai proses produksi musim tanam berikutnya atau
penggunaan benih padi hasil panen sebelumnya. Dampak lanjutnya adalah rendahnya hasil
produksi panen padi gabah/ beras yang diperoleh petani. Akibat dampak menjadi lebih besar
jika terjadi secara simultan. Dikhawatirkan petani menjadi enggan untuk melakukan usahatani
padi, dan target swasembada tidak tercapai.
Perkembangan luas lahan, produksi, dan produktivitas padi sawah di Kabupaten Teluk
Bintuni 5 tahun terakhir (2010-2017) dapat dilihat pada Tabel 1. Produksi padi sawah di
Kabupaten Teluk Bintuni cenderung berfluktuasi kearah penurunan. Hal ini disebabkan
penggunaan input produksi cenderung berkurang seperti jenis varietas yang digunakan adalah
varietas turun temurun yang tersedia di wilayah sentra produksi padi, kurangnya pengairan,
196
Jurnal Sosio Agri Papua Vol 9 No 2 Desember 2020
serangan hama penyakit, dan rendahnya dosis pupuk yang diberikan akibat tidak tersedianya
pupuk bersubsidi di lokasi usahatani. Hal ini ditunjang oleh pendapat Irawan (2005) yang
menuliskan melambatnya laju pertumbuhan produksi padi nasional disebabkan oleh adanya
kompetisi dalam penggunaan lahan, perubahan iklim yang ekstrim, degradasi sumberdaya
pertanian, terbatasnya dukungan infrastruktur pertanian, serta tidak adanya terobosan teknologi
padi secara signifikan.
Tabel 1 Perkembangan Produksi dan Produktivitas Aktual Untuk Usahatani Padi
Sawah Periode 2010-2017 di Kabupaten Teluk Bintuni
Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)
2010 448,00 1760,8 3,93
2011 320,00 1440,0 4,5
2012 304,00 1185,6 3,9
2013 410,00 1626,5 3,97
2014 370,00 1429,0 3,86
2015 306,00 1063,0 3,47
2016 165,00 649,0 3,93
2017 427,00 1549,0 3,08
Rataan 343,75 1337,9 3,83
Sumber: BPS Teluk Bintuni Berbagai Tahun
Berdasarkan permasalahan dan kebutuhan serta melihat adanya potensi untuk
peningkatan produksi padi sawah, pemerintah Kabupaten Teluk Bintuni melakukan upaya
pengembangan dan peningkatan produksi melalui perbaikan input produksi dan perbaikan
sistem tanam. Hal ini dilakukan agar terwujud swasembada beras dan terciptanya ketahanan
pangan di Kabupaten Teluk Bintuni serta memperkuat ekonomi rumahtangga warga
masyarakat melalui pengembangan tanaman padi di kampung-kampung sentra produksi padi
dalam wilayah Kabupaten Teluk Bintuni dan sekitarnya.
Kesenjangan antara potensi dan produksi aktual akan terus berlanjut bila tidak ada
perubahan dalam sistem usahatani. Kekhawatiran tentang keberlanjutan, dan kekurangan sosial
dan teknis dari Revolusi Hijau, akan memunculkan sejumlah strategi produksi (Mishra, 2011;
Barah, 2009). Salah satu inovasi teknologi yang ramah lingkungan adalah dengan metode SRI
(System of Rice Intensification). SRI merupakan praktek manajemen intensif produksi beras
untuk meningkatkan produksi dan keuntungan serta pengurangan biaya. Secara khusus, SRI
berperan terhadap konservasi tanah, air dan keanekaragaman hayati dan pemanfaatan biologis
kekuatan energi tanaman dan matahari. Keberlanjutan hasil SRI memiliki kepentingan
ekonomi makro dan mikro. Dengan kata lain, keberlanjutan hasil SRI tingkat masyarakat akan
memastikan produksi yang stabil sehingga mencapai ketahanan pangan, sementara
keberlanjutan ekonomi akan mendorong petani untuk mengadopsi teknologi tersebut (RAO,
2011). Keuntungan dari metode SRI yaitu produksi meningkat minimal 50% dari budidaya
konvensional, mengurangi kebutuhan benih 80-90%, dan mengurangi kebutuhan air 50%
(Wayayok, et al., 2014). Penelitian yang dihasilkan oleh Anugrah, et al. (2008), metode SRI
mampu meningkatkan produktivitas, pendapatan, efisiensi produksi, dan pangsa harga produk
yang lebih tinggi.
Peningkatan produksi dengan metode SRI di Kabupaten Teluk Bintuni dilakukan melalui
perbaikan pola produksi usahatani mengarah pada pertanian padi semi organik dengan
penggunaan benih unggul dan penerapan tandur jajar. Peralihan pertanian non-organik menjadi
pertanian yang berbasis pertanian organik di tingkat petani adalah akibat dari kelangkaan pupuk
yang disebabkan oleh produksi yang rendah dan distribusi yang tidak lancar. Pertanyaannya
apakah dengan metode SRI dapat meningkatkan produktivitas usahatani padi sawah petani?
Berdasarkan latar belakang masalah, maka secara umum tujuan kegiatan adalah mengkaji
perbaikan sistem usahatani dengan metode SRI (System of Rice Intensification) terhadap
produktivitas usahatani petani di Kabupaten Teluk Bintuni. Secara khusus, penulisan ini
197
Jurnal Sosio Agri Papua Vol 9 No 2 Desember 2020
bertujuan menganalisis penggunaan pupuk organik dan anorganik yang paralel dengan
perbaikan sistem usahatani melalui jenis varietas/ galur padi, dan penggunaan sistem tanam
tandur jajar terhadap produktivitas padi di beberapa sentra produksi padi sawah di Kabupaten
Teluk Bintuni.
METODOLOGI PENELITIAN
Penerapan metode SRI dengan perbaikan input benih dan cara tanam di Kabupaten
Teluk Bintuni dilaksanakan di dua sentra produksi padi yakni Distrik Manimeri dan Distrik
Tembuni. Pemilihan dua distrik menjadi contoh dalam pembuatan demplot berdasarkan
produksi padi sawah paling tinggi dari 4 sentra produksi padi. Kegiatan utama yang dilakukan
adalah pembuatan demplot usahatani padi sawah. Lahan sawah yang ditetapkan sebagai lahan
demplot adalah lahan sawah yang memiliki kriteria sebagai lahan demplot.
Kriteria lahan demplot adalah:
1. Letaknya strategis yakni di lokasi yang menjadi lintasan perjalanan petani dan keluarganya
dalam melakukan naktivitas rutinnya tiap hari.
2. Letaknya strategis yakni di lokasi yang menjadi lintasan perjalanan petani dan keluarganya
dalam melakukan aktivitas rutinnya tiap hari.
3. Areal lahan diharapkan tetap ada air dengan debit yang cukup untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman padi sawah, walaupun jaringan irigasi yang sementara direhabilitasi
di Distrik Manimeri belum berfungsi baik .
Petani yang terlibat dalam budidaya padi sawah adalah petani yang juga memenuhi
kriteria sebagai petani demplot. Kriteria yang digunakan sebagai petani demplot adalah sebagai
berikut:
1. Petani pemilik lahan demplot adalah juga penggarap, dan menempatkan pertanian pangan
sebagai mata pencaharian utama.
2. Petani pemilik penggarap lahan usahatani padi ini memiliki kemampuan cepat untuk
mengadaptasi teknik budidaya padi organik.
3. Petani pemilik penggarap lahan ini mampu menjelaskan dan memberi pembelajaran kepada
petani lainnya tentang teknik budidaya padi organik.
Berdasarkan kriteria tersebut kemudian ditetapkan empat areal lahan demplot dan
empat orang petani pemilik penggarap untuk penyelenggaraan demplot usaha pertanian padi
organik yang tersebar pada 4 (empat) kampung yaitu dua kampung di Distrik Manimeri
(Kampung Waraitama dan Banjar Ausoi) dan dua kampung di Distrik Tembuni (Kampung
Bangun Hardjo dan Bangun Mulyo). Lahan sawah yang digunakan untuk membuat demplot
adalah lahan sawah milik petani seluas 2 Ha dimana masing-masing demplot memiliki luas
sebesar 0,5 hektar.
Kegiatan berlangsung selama 6 (enam) bulan mulai dari persiapan hingga pemanenan
hasil. Rancangan demplot demplot usahatani padi organik di Kabupaten Teluk Bintuni
didasarkan pada beberapa hal yaitu:
a. Pengertian demplot usahatani padi, yaitu sebagai sebuah metode penyuluhan pertanian yang
mempertontonkan kepada masyarakat petani padi tentang teknik budidaya tanaman padi
sawah
b. Kelangkaan pupuk anorganik.
198
Jurnal Sosio Agri Papua Vol 9 No 2 Desember 2020
c. Perbedaan pandangan antar para teknokrat tentang penggunaan pupuk pada usahatani padi
sawah di Kabupaten Teluk Bintuni.
d. Kebimbangan petani menetapkan varitas padi sawah yang akan ditanam.
e. Cara tanam yang digunakan
Berdasarkan kelima faktor di atas maka rancangan umum demplot teknik budidaya
padi sawah disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Rancangan Demplot Teknik Budidaya Padi Organik di Distrik- Distrik Sentra
Produksi Beras di Kabupaten Teluk Bintuni
Cara Pupuk Varitas/GalurPadi
Penanaman Jenis Pupuk Proporsi (%) Menur Cigelis Pilihan Petani
Tapak Macan Organik (kg) 75
Urea (kg) 25
NPK (kg) 25
KODE (A) (B) (C)
Organik (kg) 50
Urea (kg) 50
NPK (kg) 50
KODE (D) (E) (F)
Legowo Organik (kg) 75
Urea (kg) 25
NPK (kg) 25
KODE (G) (H) (I)
Organik (kg) 50
Urea (kg) 50
NPK (kg) 50
KODE (J) (K) (L)
199
Jurnal Sosio Agri Papua Vol 9 No 2 Desember 2020
kegiatan pembajakan sawah Demplot teknik budidaya padi sawah organik, dapat dilihat pada
foto cuplikan kegiatan pada Gambar 1.
200
Jurnal Sosio Agri Papua Vol 9 No 2 Desember 2020
202
Jurnal Sosio Agri Papua Vol 9 No 2 Desember 2020
penggunaan air irigasi sekitar 50% (irigasi intermitten selama fase vegetatif). Berdasarkan hasil
percobaan yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Padi Internasional (IRRI) pada tahun 1991
menunjukkan bahwa dari rata-rata produksi padi sebesar 3,40 ton gabah per hektar, air
memberikan kontribusi sebesar 26%, pupuk sebesar 21% dan faktor lainnya seperti bibit,
pestisida dan tenaga kerja memberikan kontribusi sebesar 53%.
Faktor lain yang menjadi penyebab rendahnya hasil produksi panen tahun 2015, adalah
kesulitan petani menetapkan alternatif tandur jajar dan varitas/galur yang digunakan dalam
proses usahatani padi sawah. Hasil Demplot menunjukkan berbagai temuan sebagai dasar
untuk membuat berbagai alternatif untuk memperkecil permasalahan peningkatan produktivitas
padi sawah, seperti di bawah ini.
Semua varitas padi sawah demplot yang ditanam dengan tandur jajar “tapak macan”
tampak lebih responsif terhadap dosis pupuk organik sebesar 75 persen, seperti ditunjukkan
dengan capaian produktivitas tertinggi yakni 6,33 Ton GKP/Ha/MT. Respon terbesar diberikan
oleh varitas Sintanur di Distrik Manimeri dengan capaian produktivitas mencapai 7,49 Ton
GKP/Ha/MT, menyusul Ciherang di Distrik Manimeri (7,07 Ton GKP/Ha/MT) dan Menur
(6,68 Ton GKP/Ha/MT).
Tabel 3 Produktivitas Usahatani Padi Sawah Dengan Metode SRI Tahun 2016
Produktivitas (Ton/Ha)
Tapak Macan Legowo
Varietas/Galur
Dosis Pupuk Organik Dosis Pupuk Organik
75% 50% 75% 50%
Menur
Distrik Manimeri 6,68 5,21 5,03 6,02
Distrik Tembuni 6,67 9,06 4,67 8,56
Rata-rata 6,68 7,13 4,85 7,29
Cigeulis
Distrik Manimeri 6,09 6,51 5,86 5,53
Distrik Tembuni 5,82 5,7 4,74 4,97
Rata-rata 5,95 6,11 5,30 5,25
IR-64
Distrik Tembuni 4,54 5,24 5,3 5,29
Sintanur
Distrik Manimeri 7,49 8,04 5,45 5,59
Ciherang
Distrik Manimeri 7,07 5,49 6,94 5,69
Rata-rata Teluk Bintuni 6,33 6,50 5,35 6,02
Sumber: Data Primer (diolah), 2016
Hasil penelitian juga menunjukkan responsibilitas semua varietas/galur tanaman padi
sawah dengan tandur jajar “tapak macan” terhadap dosis pupuk organik sebesar 75 persen tidak
jauh berbeda dengan dosis pupuk organik sebesar 50 persen. Produktivitas yang diperoleh
mencapai 6,50 Ton GKP/Ha/MT. Respons terbesar diberikan oleh Galur Menur di Distrik
Tembuni sebesar 9,06 Ton GKP/Ha/MT. Keadaan ini memberi petunjuk bahwa peran tandur
jajar “tapak macan” dalam peningkatan produksi padi sawah Demplot menjadi sangat penting.
Semua varitas padi sawah Demplot yang ditanam dengan menggunakan tandur jajar
“legowo “ juga responsif terhadap penggunaan pupuk organik dengan dosis 75 persen maupun
50 persen. Namun respons ini lebih rendah dibandingkan dengan respons padi sawah Demplot
203
Jurnal Sosio Agri Papua Vol 9 No 2 Desember 2020
yang menggunakan tandur jajar “tapak macan”. Data ini memberi petunjuk bahwa penggunaan
tandur jajar “tapak macan” lebih responsif di bandingkan tandur jajar “legowo”. Penggunaan
tandur jajar “legowo” dengan pupuk organik yang diberikan pada dosis 50 persen ternyata
lebih responsif di bandingkan dosis 75 persen. Produktivitas tertinggi diberikan oleh galur
Menur di Distrik Tembuni sebesar 8,56 Ton GKP/Ha/MT.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, menunjukkan bahwa metode SRI yang diterapkan
oleh petani bila dikombinasikan dengan menggunakan pupuk organik akan meningkatkan
produktivitas padi sawah di Teluk Bintuni. Meskipun dalam penelitian ini tidak dilakukan
pengujian sifat fisik dan kimia tanah, namun berdasarkan hasil penelitian Bakri, et al. (2010)
menunjukkan perlakuan pemupukan 50% dosis pupuk anorganik + 200 kg pupuk organik hayati
menghasilkan bobot basah tanaman, bobot kering tanaman, bobot basah akar, bobot kering akar,
jumlah anakan produktif, bobot 1000 butir gabah, serapan N, P dan K lebih tinggi dibanding
dengan perlakuan pemupukan lainnya. Populasi Azotobacter, mikrob pelarut fosfat dan total
mikrob tertinggi terdapat pada kombinasi perlakuan pupuk anorganik dan organik hayati. Hasil
gabah pada perlakuan pemupukan 50% pupuk anorganik + 200 kg pupuk organik hayati tidak
berbeda dengan pemupukan 100% pupuk anorganik, sehingga dosis pupuk anorganik dapat
dikurangi hingga 50% dengan aplikasi 200 kg pupuk organik hayati.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nugroho dan Cahyo (2016)
bahwa pemberian pupuk NPK 15-15-15 dengan penambahan pupuk hayati pada tanaman padi
metode SRI menghasilkan kandungan unsur hara tanah tertinggi N-total (0,29%), P-tersedia
(26,31 ppm), K-tersedia (0,58 me 100 g-1) pada umur 50 HST dan kandungan unsur hara tanah
pada kedalaman 0-20 cm lebih tinggi dibandingkan dengan kedalaman 20-40 pada semua
waktu pengamatan. Pemberian pupuk NPK 15-15-15 dengan penambahan pupuk hayati pada
tanaman padi metode SRI memperoleh hasil tertinggi pada bobot 1000 biji (30,31 g) atau
produksi (8,4 t ha-1) gabah kering panen.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan perbaikan sistem usahatani
dengan metode System of Rice Intensification (SRI) melalui demonstrasi plot mampu
meningkatkan produktivitas padi sawah sebesar 6,48 Ton GKP/Ha/MT. Hasil ini jauh lebih
tinggi dibandingkan produktivitas padi sawah milik masyarakat petani di Kabupaten Teluk
Bintuni selama delapan tahun terakhir sebesar 3,83 ton/ha. Namun, hasil ini baru dilakukan 1
musim tanam.
Saran
1. Mengulangi pelaksanan demplot teknik budidaya padi sawah metode SRI 1 musim tanam
agar dapat menentukan komposisi pupuk yang tepat untuk menghasilkan produktivitas
tertentu.
2. Mensosialisasi hasil demplot budidaya padi sawah dengan metode SRI kepada petani di
kampung-kampung sentra produksi padi di Kabupaten Teluk Bintuni.
3. Bagi pemerintah dan lembaga swasta dapat bekerjasama mengembangkan metode SRI
dengan berbagai teknik budidaya di beberapa Kabupaten sentra produksi padi sawah di
Papua Barat.
204
Jurnal Sosio Agri Papua Vol 9 No 2 Desember 2020
4. Perlu penelitian lanjutan untuk menganalisis efisiensi teknis dan alokatif penerapan metode
SRI dengan mengkombinasikan penggunaan teknologi mekanisasi dan tenaga kerja paralel
dengan penggunaan pupuk organik dan anorganik.
DAFTAR PUSTAKA
Anugrah IW, Sumedi dan I Putu Wardana. 2008. Gagasan Dan Implementasi System of Rice
Intensification (SRI) Dalam Kegiatan Budidaya Padi Ekologis (BPE). Analisis
Kebijakan Pertanian. Volume 6 No. 1, Maret 2008: 75-99.
Badan Pusat Statistik. 2015. Kabupaten Teluk Bintuni Dalam Angka Tahun 2015. BPS Teluk
Bintuni.
Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Daerah Kabupaten Teluk Bintuni Tahun 2018. BPS
Teluk Bintuni.
Bakrie, MM, Iswandi Anaz, Sugiyanta, dan Komaruddin Idris. 2010. Aplikasi Pupuk
Anorganik Dan Organik Hayati Pada Budidaya Padi Sri (System of Rice
Intensification). Jurnal Tanah Lingkungan Vol. 12 (2), Oktober 2010: 25-32.
Barah, B.C. 2009. Economic and Ecological Benefits of System of Rice Intensification (SRI)
in Tamil Nadu. Agricultural Economics Research Review Vo. 22 July-Desember
2009, 209-214.
Mishra A,Max Whitten,Jan Willem Ketelaar &V. M. Salokhe. 2011. The System of Rice
Intensification (SRI): a challenge for science, and an opportunity for farmer
empowerment towards sustainable agriculture. International Journal of Agricultural
Sustainability Volume 4, 2006 - Issue 3 Pages 193-212.
Nugroho, VA, dan Cahyo Prayogo, 2016. Dapatkah Status Unsur Hara Dan Produktivitas
Tanaman Padi Metode Sri (System of Rice Intensification) Ditingkatkan? Jurnal
Tanah dan Sumberdaya Lahan Vol 3 No 2: 365-374.
Rao, RIVY. 2011. Estimation of Efficiency, Sustainability and Constraints in SRI (System of
Rice Intensification) vis-a-vis Traditional Methods of Paddy. Cultivation in North
Coastal Zone of Andhra Pradesh. Agricultural Economics Research Review Vol. 24
July-December, 325-331.
Susilo E, dan Parwito. 2013. Tumpang Sari Padi Gogo dan Kedelai Dengan Konsep LEISA:
Limbah Pertanian Sebagai Pupuk Organik. Jurnal Agroqua Vol. 11(2), Desember
2013: 21-30.
Tim Unipa, 2015. Kajian Pengembangan Pola Produksi dan Sistem Tataniaga Beras Untuk
Pengembangan Program Swasembada Beras di Kabupaten Teluk Bintuni. Laporan
Penelitan.
Tim Unipa, 2016. Program Mendukung Teluk Bintuni Mandiri Pangan; Program TIEDP
Primary Sector Tahun 2016. Laporan Akhir Pelaksanaan.
Wardhana, L.D.W. 2009. Peningkatan Efisiensi Irigasi melalui Budidaya Padi Metode System
of Rice Intensification (SRI) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wayayok, A., Soom, M.A.M., Abdan, K. and Mohammed, U. 2014. Impact of Mulch on Weed
Infestion in System of Rice Intensification (SRI) Farming. Agriculture and Agricultural
Science Procedia 2, 253-360.
205