Draft PTK EBA - Final - Recheck
Draft PTK EBA - Final - Recheck
Draft PTK EBA - Final - Recheck
B PELAKSANA KE
EGIATAN US
SAHA HULU MINYAK DA
AN GAS BUM
MI
(BPM
MIGAS)
PED
DOMAN TATA
T KE
ERJA
No.. …………
…………… ……..
TENT
TANG:
PENYU
USUNAN
K
KAJIAN RONA
R LIN
NGKUNGGAN AWA
AL
(ENVIR
RONMENNTAL BASELINE A
ASSESS
SMENT)
JAKA
ARTA
PEDOMAN PENYUSUNAN KAJIAN
RONA LINGKUNGAN AWAL Halaman 1 dari 35
(ENVIRONMENTAL BASELINE
ASSESSMENT)
Ditetapkan : DRAFT
DAFTAR ISI
Pedoman ini diterbitkan oleh BPMIGAS bekerja sama dengan PT. SURVEYOR INDONESIA
PEDOMAN PENYUSUNAN KAJIAN
RONA LINGKUNGAN AWAL Halaman 2 dari 35
(ENVIRONMENTAL BASELINE
ASSESSMENT)
Ditetapkan : DRAFT
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PENGAJUAN DAN EVALUASI EBA
Gambar 1
Bagan alir pengaturan pelaksanaan EBA
PEDOMAN PENYUSUNAN KAJIAN
RONA LINGKUNGAN AWAL Halaman 10 dari 35
(ENVIRONMENTAL BASELINE
ASSESSMENT)
Ditetapkan : DRAFT
KKKS BPMIGAS
Mulai
Evaluasi Teknis
Evaluasi I
(FTO)
Ya
Rencana Pelaksanaan
EBA Evaluasi rincian ruang
lingkup dan rencana kerja*)
Ya
Surat
Selesai Keterangan *)
Jika diperlukan
Gambar 2
Mekanisme kerja pengajuan EBA
BAB III
PENYUSUNAN DOKUMEN EBA
BAB IV
PENUTUP
Ditetapkan di Jakarta,
Pada tanggal ..........................
Kepala BPMIGAS
(............................)
PEDOMAN PENYUSUNAN KAJIAN
RONA LINGKUNGAN AWAL Halaman 15 dari 35
(ENVIRONMENTAL BASELINE
ASSESSMENT)
Ditetapkan : DRAFT
DAFTAR ISTILAH
LAMPIRAN 1
CONTOH FORMAT PROPOSAL TEKNIS EBA
Judul :..............................................................................
KKKS :..............................................................................
Lapangan/Blok :..............................................................................
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang (deskripsi singkat kegiatan hulu Migas)
1.2. Tujuan dan Manfaat Kajian
1.3. Lingkup Kajian
1.4. Lokasi Kajian
LAMPIRAN 2
CONTOH FORMAT RINCIAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB)
PENYUSUNAN EBA
Judul :..............................................................................
KKKS :..............................................................................
Lapangan/Blok :..............................................................................
III Laporan
1 Draft Laporan (dalam bahasa Indonesia)
2 Laporan Final (dalam bahasa Indonesia)
3 Alat Tulis dan Administrasi
Jumlah III
IV Honor Tim
1 Ketua Tim (dapat dirangkap oleh salah satu tim ahli di bawah ini)
Tim Fisika-Kimia
2 Ahli Klimatologi dan Kualitas Udara
3 Ahli Fisika-Kimia Perairan
4 Ahli Tanah
5 Ahli Hidro-oceanografi
6 Ahli Hidrologi
7 Ahli Geologi
Tim Biologi
8 Ahli Biologi Darat
9 Ahli Biologi Perairan (dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi ahli perikanan/nekton,ahli terumbu karang, dll)
Tim Sosekbudkesmas
10 Ahli Sosial Ekonomi (dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi ahli sosek perikanan,dll)
11 Ahli Sosial Budaya
12 Ahli Kesehatan Masyarakat
REVISED BUDGET
ORIGINAL BUDGET PRIOR CURRENT OVER/(UNDER) OVER/(UNDER)
LINE DESCRIPTION TOTAL
YEARS YEARS BUDGET BUDGET
1 2 3 4 5 6 7 8
1 GEOLOGY
2 Laboratory
3 ‐ Biostratigraphy
4 ‐ Sedimentology
5 ‐ Petrography
6 ‐ Age/Dating (K/Ar)
7 ‐ Other
8 Mapping/Reporting
9 Subtotal
ASSESSMENT)
10 GRAV./MAG./SLAR/SAR
LAMPIRAN 3
11 ‐ Reprocessing for study
12 ‐ Mapping/Reporting
RONA LINGKUNGAN AWAL
13 Subtotal
(ENVIRONMENTAL BASELINE
14 SEISMIC
PEDOMAN PENYUSUNAN KAJIAN
15 ‐ Reprocessing for study
16 ‐ Mapping/Reporting
17 Subtotal
18 CONSULTANCY
19 OTHER
20 ‐ Environmental Baseline Assessment
21 ‐ ………………
CONTOH FORMAT BUDGET SCHEDULE (BS) 18E
22 Subtotal
23 TOTAL COSTS
24 Time Phased Expenditures :
DRAFT
25 ‐ This Year
26 ‐ Future years
Halaman 19 dari 35
27 ‐ Total
Operator BPMIGAS
Approved by:_______________ Position : ______________ Date: ___________ Approved by:_______________ Position : ______________ Date: ___________
Approved by:_______________ Position : ______________ Date: ___________
PEDOMAN PENYUSUNAN KAJIAN
RONA LINGKUNGAN AWAL Halaman 20 dari 35
(ENVIRONMENTAL BASELINE
ASSESSMENT)
Ditetapkan : DRAFT
LAMPIRAN 4
PEDOMAN TEKNIS EBA
Gambar 3
Kerangka umum penyusunan EBA
B. Analisis Data
Data dianalisis untuk mengetahui tipe iklim, zona
agroklimat maupun arah angin dominan (windrose).
PEDOMAN PENYUSUNAN KAJIAN
RONA LINGKUNGAN AWAL Halaman 22 dari 35
(ENVIRONMENTAL BASELINE
ASSESSMENT)
Ditetapkan : DRAFT
B. Analisis Data
1) Contoh dianalisis pada laboratorium yang sudah
terakreditasi oleh lembaga akreditasi nasional;
2) Hasil analisis contoh kemudian dibandingkan dengan baku
mutu udara ambien yang berlaku (contohnya: PP No. 41
Tahun 1999 atau peraturan dari pemerintah daerah
setempat);
4.2.1.3. Kebisingan
A. Pengumpulan Data
1) Data bersumber dari data primer maupun sekunder yang
masih relevan;
2) Parameter yang diambil adalah tingkat kebisingan dengan
cara pengambilan contoh sesuai dengan metode yang
tercantum dalam KepMen LH No 48 Tahun 1996;
3) Lokasi pengukuran kebisingan meliputi wilayah daratan
sampai dengan pesisir/ pantai;
4) Pengukuran data di lepas pantai dilakukan jika diperlukan;
5) Penentuan titik contoh setidaknya mewakili peruntukan
kawasan yang ada di dalam WK (misalnya kawasan
pemukiman dan industri).
PEDOMAN PENYUSUNAN KAJIAN
RONA LINGKUNGAN AWAL Halaman 23 dari 35
(ENVIRONMENTAL BASELINE
ASSESSMENT)
Ditetapkan : DRAFT
B. Analisis Data
1) Hasil pengukuran di rata-ratakan kemudian dibandingkan
dengan baku tingkat kebisingan yang berlaku (contohnya:
KepMenLH No. 48 Tahun 1996 atau peraturan dari
pemerintah daerah setempat);
4.2.1.4. Geologi
A. Pengumpulan Data
1) Data bersumber dari data sekunder dari Pusat Penelitian
Geologi atau kepustakaan lainnya berupa citra satelit, peta
geologi, hidrogeologi, kegempaan, dan tsunami (jika ada);
2) Melakukan observasi lapang jika diperlukan.
B. Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian diinterpretasikan untuk
menggambarkan struktur geologi, sesar, lipatan, dan
potensi bencana (geohazard).
B. Analisis Data
1) Contoh dianalisis pada laboratorium yang sudah
terakreditasi oleh lembaga akreditasi nasional.
PEDOMAN PENYUSUNAN KAJIAN
RONA LINGKUNGAN AWAL Halaman 24 dari 35
(ENVIRONMENTAL BASELINE
ASSESSMENT)
Ditetapkan : DRAFT
4.2.1.6. Hidrologi
A. Pengumpulan Data
1) Data bersumber dari data primer maupun sekunder yang
masih relevan.
2) Data sekunder berupa peta DAS dari Departemen
Pekerjaan Umum dan sedapat mungkin data tinggi muka
air tanah rata-rata (AWLR) dari stasiun pengukuran arus
sungai (SPAS) sekurang kurangnya 10 tahun yang
terdekat dengan area kajian WK migas.
3) Data primer diambil dari pengukuran morfometri sungai
yang berjumlah minimal 1 titik pada setiap sungai utama
yang ada dalam WK.
B. Analisis Data
1) Peta dan DAS diinterpretasikan tentang pola drainase dan
diukur luasan DAS/Sub DAS.
2) Data primer digunakan untuk menduga debit sesaat.
3) Data dari SPAS dianalisis secara hidrograf.
4) Hasil analisis data dapat menggambarkan potensi banjir di
area kajian.
5) Data luasan DAS/Sub DAS digunakan untuk analisis debit
aliran puncak.
6) Melakukan penggambaran neraca air (water balance).
B. Analisis Data
1) Contoh dianalisis pada laboratorium yang sudah
terakreditasi oleh lembaga akreditasi nasional.
2) Data kualitas air yang sudah dianalisis di laboratorium
diinterpretasikan dengan mengkaitkan terhadap kondisi
lingkungan sekitar.
3) Interpretasi data dapat dilakukan dengan mengacu pada
peraturan baku mutu yang sudah ada yang berasal dari
pusat maupun daerah, seperti:
a) Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 Tentang
Pengelolaan kualitas air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
b) Keputusan Menteri LH No 51 Tahun 2004 tentang
Baku Mutu Air Laut.
c) Keputusan Menteri LH No. 115 tahun 2003 tentang
Pedoman Status Mutu Air.
d) Peraturan Menteri Kesehatan No. 416/PERMENKES
/1990.
e) Peraturan lainnya yang terkait.
4.2.1.8. Sedimen
A. Pengumpulan Data:
1) Data bersumber dari data primer maupun sekunder yang
masih relevan.
2) Lokasi pengambilan sedimen dapat meliputi sedimen
sungai, danau, pantai, dan laut (hingga kedalaman 100 m).
Pengambilan contoh sedimen di laut pada kedalaman >
100 m dilakukan jika diperlukan.
3) Pengambilan sampel kualitas sedimen meliputi aspek fisik
dan kimia.
4) Peralatan dan proses pengambilan sampel kualitas
sedimen dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku
dan disesuaikan dengan parameter yang akan diambil.
PEDOMAN PENYUSUNAN KAJIAN
RONA LINGKUNGAN AWAL Halaman 26 dari 35
(ENVIRONMENTAL BASELINE
ASSESSMENT)
Ditetapkan : DRAFT
B. Analisis Data
1) Contoh dianalisis pada laboratorium yang sudah
terakreditasi oleh lembaga akreditasi nasional.
2) Data kualitas sedimen yang sudah dianalisis di
laboratorium diinterpretasikan dengan mengkaitkan
terhadap kondisi lingkungan sekitar.
3) Melakukan analisis data laju sedimentasi sungai, sebagai
contoh dapat menggunakan persamaan Fournier (1960).
4) Interpretasi data dapat dilakukan dengan mengacu pada
peraturan baku mutu yang sudah ada yang berasal dari
pusat maupun daerah atau acuan lain yang dianggap
relevan dengan kondisi wilayah kajian.
4.2.1.9. Hidro-Oseanografi
A. Pengumpulan Data
1) Data bersumber dari data primer maupun sekunder yang
masih relevan.
2) Data hidrooseanografi yang diperlukan dalam kajian EBA
meliputi namun tidak terbatas pada:
a) Pasang surut
b) Gelombang
c) Bathimetri
d) Arus
e) Profil suhu-salinitas-densitas.
3) Pengambilan data hanya dilakukan pada 1 musim.
4) Data primer untuk parameter arus diambil dengan
mempertimbangkan aspek ruang dan waktu.
a) Data arus spasial merupakan pengukuran arus sesaat
(di lapisan permukaan dan dasar) yang dilakukan
tersebar di beberapa tempat yang mewakili lokasi WK.
b) Data arus temporal merupakan pengukuran arus
kontinu (di lapisan permukaan dan dasar) selama
minimal 3 periode pasang surut di satu tempat yang
mewakili lokasi WK.
PEDOMAN PENYUSUNAN KAJIAN
RONA LINGKUNGAN AWAL Halaman 27 dari 35
(ENVIRONMENTAL BASELINE
ASSESSMENT)
Ditetapkan : DRAFT
B. Analisis Data
1) Analisis data hidrooseanografi adalah secara deskriptif.
2) Data primer arus dan profil suhu-salinitas-densitas diproses
untuk memperoleh gambaran kondisi parameter yang
dimaksud secara spasial dan temporal.
3) Data hidrooseanografi yang telah dianalisis, diinterpretasi
dengan mengkaitkan seluruh parameter dengan kondisi
lingkungan sekitar.
B. Analisis Data
1) Analisis vegetasi terhadap keanekaragaman jenis dan
penyebarannya;
2) Menyajikan daftar tumbuhan yang dilindungi, bernilai
sosial, dan obat-obatan di dalam WK migas.
PEDOMAN PENYUSUNAN KAJIAN
RONA LINGKUNGAN AWAL Halaman 28 dari 35
(ENVIRONMENTAL BASELINE
ASSESSMENT)
Ditetapkan : DRAFT
4.2.2.1.2. Mangrove
A. Pengumpulan Data
1) Data bersumber dari data primer maupun sekunder yang
masih relevan;
2) Melakukan identifikasi jenis-jenis mangrove dan
sebarannya yang terdapat di dalam WK migas.
3) Metode pengukuran yang digunakan untuk mengetahui
kondisi mangrove adalah dengan menggunakan Metode
Transek Garis dan Petak Contoh (Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor No. 201 tahun 2004).
B. Analisis Data
1) Analisis terhadap jenis-jenis mangrove dan sebarannya di
dalam WK.
2) Menentukan kriteria baku kerusakan mangrove yang ada di
dalam WK sesuai dengan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor No. 201 tahun 2004.
B. Analisis Data
1) Penentunan kerusakan dan status padang laman mengacu
pada peraturan yang berlaku Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor : 200 Tahun 2004 Kriteria Baku
Kerusakan Dan Pedoman Penentuan Status Padang
Lamun Lampiran I dan Lampiran II);
2) Interpretasi data memuat komposisi jenis dan dugaan
penyebab kerusakan padang lamun.
PEDOMAN PENYUSUNAN KAJIAN
RONA LINGKUNGAN AWAL Halaman 29 dari 35
(ENVIRONMENTAL BASELINE
ASSESSMENT)
Ditetapkan : DRAFT
4.2.2.2. Fauna
A. Pengumpulan Data
1) Data bersumber dari data primer maupun sekunder yang
masih relevan.
2) Data sekunder berupa jenis satwa liar yang ada di lokasi
kegiatan bersumber dari BKSDA (balai konservasi
sumberdaya alam) terdekat.
3) Data primer dikumpulkan minimal dengan metode
penjelajahan di lokasi pengamatan vegetasi/flora dan
wawancara kepada penduduk sekitar.
4) Metode penjelajahan yang dilakukan untuk
mengidentifikasi keberadaan satwa liar (minimal kelas
mamalia, aves, dan reptilia).
B. Analisis Data
1) Data yang diperoleh diinterpretasikan tentang daftar satwa
liar yang dilindungi, maskot daerah, dan endemik.
2) Sedapat mungkin menyajikan kelimpahan satwa liar di
dalam WK.
B. Analisis Data
1) Contoh dianalisis pada laboratorium yang sudah
terakreditasi oleh lembaga akreditasi nasional.
2) Pengujian sampel dilakukan sesuai dengan standar yang
berlaku.
3) Hasil analisis data laboratorium diinterpretasikan dengan
mengkaitkan terhadap kondisi lingkungan sekitar.
B. Analisis Data
1) Penentunan kriteria kondisi terumbu karang mengacu pada
peraturan yang berlaku (Keputusan Menteri LH No 4 Tahun
2001 tentang Kriteria Baku Kerusakan Terumbu Karang
Lampiran I).
2) Interpretasi data memuat komposisi terumbu karang dan
dugaan penyebab kerusakan terumbu karang.
4.2.2.3.3. Nekton
A. Pengumpulan Data
1) Data bersumber dari data primer maupun sekunder yang
masih relevan.
2) Data sekurang-kurangnya bersumber dari hasil wawancara
dengan nelayan, data yang bersumber dari Dinas Kelautan
dan Perikanan setempat dan Tempat Pelelangan Ikan
(TPI).
B. Analisis Data
1) Analisis data dilakukan secara tabulasi dan deskriptif
2) Interpretasi data memuat jenis dan potensi nekton.
PEDOMAN PENYUSUNAN KAJIAN
RONA LINGKUNGAN AWAL Halaman 31 dari 35
(ENVIRONMENTAL BASELINE
ASSESSMENT)
Ditetapkan : DRAFT
B. Analisis Data
1) Analisis data dilakukan secara tabulasi dan deskriptif;
2) Interpretasi data memuat jenis, sebaran, dan jalur migrasi
mamalia laut.
B. Analisis Data
Data dianalisis dengan menggunakan alat analisis yang
relevan sesuai kebutuhan. Misalnya, dianalisis dengan
metode statistika (parametrik/non parameterik), formulasi
matematis, analisis isi, analisis perbandingan ataupun
deskriptif.
B. Analisis Data
1) Data dianalisis dengan menggunakan metode dan alat
analisis yang lazim digunakan dalam kajian kesehatan dan
sosial dengan menyebutkan secara jelas dalam bagian
metode kajian.
2) Triangulasi untuk menjamin validitas data yang telah
diperoleh perlu disampaikan secara jelas dalam metode
kajian.
LAMPIRAN 5
SISTEMATIKA LAPORAN EBA
RINGKASAN EKSEKUTIF
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR ISTILAH
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Deskripsi Kegiatan Hulu Migas
1.3. Tujuan dan Manfaat Kajian
1.4. Ruang Lingkup Kajian
1.5. Identitas Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN