Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup
Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup
Dokumen Pengelolaan Lingkungan Hidup
MAKASSAR
2017
KATA PENGANTAR
TONY Z. SUMANTI
General Manager
KATAPENGANTAR i
DAFTAR ISi.........................................................................................................................................
ii DAFTAR TABEL
iii DAFTAR GAMBAR
iv DAFTAR LAMPIRAN
V
a. Direktur
b. General Manager
c. Manager
d. Manager Operasional
e. Assisten Manager
f. Staff Budidaya
Untuk lebih jelasnya Secara umum struktur organisasi PT. Timor Otsuki
Mutiara dapat dilihat pada Garnbar 1.1. berikut ini.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
•
GENERAL MANAGER
FACTORY MANAGER
l
MANAGER OPERASIONAL
STA F •
MANDOR
KARYAWAN
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
Kegiatan investasi yang bergerak di Bidang Budidaya Tiram Mutiara yang berlokasi di
perairan Desa Kupa, Kalurahan Mallawa I, dan Kelurahan Mallawa 2 Kecamatan
Mallusetasi serta Desa Batupute dan Kelurahan Mangkoso Kecamatan Soppeng Riaja
Kabupaten Barru oleh PT. Timor Otsuki Mutiara (PT. TOM) telah mendapatkan
rekomendasi/lzin dari:
Berdasarkan uraian diatas, pada prinsipnya kegiatan Budidaya Tiram Mutiara oleh PT.
Timor Otsuki Mandiri telah memenuhi syarat administrasi.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
-. KEC.WATANG PULU
KEC.SUPPA AB.PAREPARE '
KAB.PINRANGec.BA&UKIKBARAT
!
l
KEC.TELLULIMPOE
KEC.BACUKIKI
25 125 0
SKALA 1 :250.000
a.ab.ab.a
25 5 75 10 125
~...., KEC.PANC
7
'. ,
Proyeksi Transverse Mercator, WGS KAB.SIDENRENG pt
1984
KEC.DANAUIRA
RA
i
'i
\
.J
?
KEC.MALLUSETASI !
l\.
«
,
<-·--J
!
&
EC.SOPPENG RIAJA
%} JI
> I
44,32"4
t\
!
t
i
Jt
i\
\.
i
?
ri
I
it
!
%
K
:
%
Legenda
• Russ Jalgn Nasional
Ja la Arter
Bt Propint
Diagram Lokasi IRING UT} 'RANG Batas Kabupaten
Batas Kecaratan
.A Kot Propins
.Kota Kabupaen
kas.as ewe
or
Lut
Sunga
<, "
•••
Surber Peta
i ahun 2010
~------~
1 Peta Adrrunistraw BPS
~
2Peta RBI (BG) Sl8 150 000 Tahun 2006
D
r
11930OE 11940'0E 119'500E
c_ SaloKupa
•BULUARAWA
05025 0
SKALA 1.50.000
0.5 1.5 25
km
0
Desa Kupa
r~ .BULU ~~
'"'" ,.,~-
Proyeksi Transverse Mercator, WGS
1984
. •
sutu Lo
BULU MANGKEMANGKE
•
noNG BULU
•
Mallawa 1
TONDOLABUNGE
•Salo Jalange
-
K ECAMATAN MALUSETAS
•
BULU LEBAH
•
.
Pakka
•
Mallawa 2 Salo Batu
- 4
•
%
i
edo
•
~l ••Pattarong
{"% Lanrae°
• "f
Cengkengnge
•
Lapepping •
"
%
id4gs%a,pa¢ 5j. LawarungparungBarantang
lo alngenggellangnge
•
'id
Batupute alungenggellangnge V
st"
\ Kampunge ~P ~
Awerange KECAMATAN SG 'PENG RIAJA
' Ujungr e
e
~•
L
i , KAB.BARRU
i-"
i.-s '
Batturebbang BULU LASARANG
e
j ° Pase
~
m,
•~Labulobulu ~ BUUJ7:A~
h
eeppags
••
¢ Berrue
M anub
e_Binuang
•
BULU LOPU
Legenda
•
Ruas Jalan Nasional
Jalan Arter
Batas Propinsi
Batas Kabupaten
• A
•
Batas Kecamatan
Kota Propinst
Kota Kabupaten
» Danau
Lokasi Kegiatan
•
Desa Batu Pute
0 Desa Kupa
Desa Mallawa 1
Mangkoso 6 Desa Mallawa 2
•
Sumber Peta
Kelurahan Mang0so
Usaha atau kegiatan yang telah berjalan yang akan dikaji dalam dokumen ini
adalah Budidaya Tiram mutiara oleh PT Timar Otsuki Mutiara di sepanjang
perairan Kabupaten Barru yang tersebar di Desa Kupa, Kalurahan Mallawa I, dan
Kelurahan Mallawa 2 Kecamatan Mallusetasi serta Desa Batupute dan Kelurahan
Mangkoso Kecamatan Soppeng Riaja Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan.
Sedangkan lokasi kegiatan didarat yang terdiri dari base camp tempat breeding
di laboratorium dan lokasi administrasi terletak di JI. Porns Makassar-Parepare
KM
141 Dusun Labuange, Desa Kupa, Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru Provinsi
Sulawesi Selatan.
Kegiatan utama dalam kajian ini yakni kegiatan pemeliharaan Tiram Mutiara.
a) Kerang Mutiara
Tiram mutiara termasuk dalam phylum mollusca, phylum ini terdiri atas 6
klas yaitu: Monoplancohora, Amphineura, Gastropoda, lamellibrachiata, atau
Pellecypoda, seaphopoda, dan Cephalopoda. Tiram merupakan hewan yang
mempunyai cangkang yang sangat keras dan tidak simetris. Hewan ini tidak
bertulang belakang dan bertubuh lunak (Phi/um mollusca). Klasifikasi tiram
mutiara sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Philum : Mollusca
Kelas : Pellecypoda
Ordo :
Anysomyaria Famili
: Pteridae Genus :
Pinctada
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 8
Jenis-jenis tiram mutiara yang terdapat di Indonesia adalah: Pinctada maxima,
Pinctada margaritefera, Pinctada Jucata, Pinctada chimnitzii, dan Pteria penguin.
Sebagai penghasil mutiara terpenting adalah tiga spesies, yaitu, Pinctada maxima,
Pinctada margaritifera dan Pinctada martensii. Sebagai jenis yang ukuran
terbesar adalah Pinctada maxima (Sutaman, 2000).
• Lokasi usaha untuk budidaya tiram mutiara ini berada di perairan laut yang
tenang. Pemilihan lokasi pembenihan maupun budidaya berada dekat pantai
dan terlindung dari pengaruh angin musim dan tidak terdapat gelombang
besar. Lokasi dengan arus tenang dan gelombang kecil dibutuhkan untuk
menghindari kekeruhan air dan stress fisiologis yang akan mengganggu
kerang mutiara, terutama induk.
• Arus tenang merupakan tempat yang paling baik, hal ini bertujuan
untuk menghindari teraduknya pasir perairan yang masuk ke dalam
tiram dan mengganggu kualitas mutiara yang dihasilkan. Pasang surut air
juga perlu diperhatikan karena pasang surut air laut dapat menggantikan
air secara total dan terus-menerus sehingga perairan terhindar dari
kemungkinan adanya limbah dan pencemaran lain.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 9
adaiah berkisar 25-30 0C. Suhu air pada kisaran 27-31 0C juga
dianggap
Iayak untuk tiram mutiara.
• Kandungan fosfat yang Iebih tinggi dari batas toieransi akan mengakibatkan
tiram mutiara mengaiami hambatan pertumbuhan. Fosfat pada kisaran
0,1001-0,1615 g/l merupakan batasan yang Iayak untuk normalitas
hidup dan pertumbuhan organisme budidaya. Lokasi budidaya dengan
fosfat berkisar antara 0,16-0,27 g/l merupakan kandungan fosfat yang baik
untuk budidaya mutiara.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 10
■ Pencurian dan sabotase merupakan faktor yang juga perlu dipertimbangkan
dalam menentukan lokasi budidaya mutiara. Risiko ini terutama pada
saat akan panen atau setelah satu tahun penyuntikan inti mutiara bulat
(nucleus).
• Baktelur
Sebagai tempat meletakkan telur hasil pemijahan dari induk tiram. Ini
digunakan wadah toples plastik dengan volume 30 liter sebanyak 20 buah.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 13
• Bak pemeliharaan larva dan spat
Bak ini terbuat dari polikarbinat atau juga fiberglass dengan volume 5 ton
warna bak ini hitam, dilengkapi dengan pintu pemasukan dan pengeluaran air.
• Spat kolektor
Merupakan tempat menempelnya tiram muda atau spat. Spat kolektor ini
terbuat dari bahan paranet. Wadah yang digunakan sebagai wadah kolektor
adalah keranjang jaring dengan ukuran 40cm x 60cm.
• Rumah pompa
Sebagai tempat meletakkan mesin pompa untuk penyedotan air laut ke ruang
laboratorium.
• Rumah genset
Tempat untuk meletakkan genset, yang berfungsi sebagai listrik listrik.
b. Sarana Pembesaran
Bahan-bahan pembuatan sarana pembesaran sangat penting dalam
pemeliharaan tiram dari ukuran spat sampai ukuran siap operasi dan
pemanenan. Bahan-bahan
Rakit digunakan sebagai tempat pemeliharaan tiram mutiara, baik tiram sebelum
operasi maupun pasca operasi. Dalam satu unit rakit apung terdiri dari 6 rakit kecil
dengan ukuran 9 x 9 m per rakit dan mampu menampung 100 keranjang yang
masing-masing berisi 8 ekor tiram. Sehingga dalam satu rakit kecil sebanyak
800 atau 4.800.ekor tiram mutiara dalam 1 unit rakit apung.
• Tali rentang, tali ini terbuat dari tali polyethelen yang berwarna biru
atau hitam dengan diameter 3 cm dan panjang 102 m.
• Bola pelampung, terbuat dari plastik berwarna biru atau hitam dengan
diameter 30 cm, bola pelampung diikat dengan tali polyethelen pada
tali rentang.
• Pemberat, bahan pembuatnya dari blok semen (beton).
3) Keranjang Pemeliharaan
Ada beberapa kategori keranjang yang digunakan dalam pemeliharaan tiram
mutiara, tergantung dari ukuran dan usia tiram mutiara.
Sarana penunjang yang digunakan dalam budidaya tiram mutiara yaitu antara
lain sebagai berikut:
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 16
1) Rumah Rakit
Rumah rakit terdiri dari 3 buah bangunan terapung (floating raft house) yang
dapat dipindah-pindahkan dengan speed boat. Rumah rakit ini terbuat dari kayu
yang tahan terhadap arus air dan pelampung Styrofoam untuk mengapungkan
rumah rakit tersebut. Ini digunakan untuk kegiatan pembersihan keranjang dan
tiram serta perbaikan sarana budidaya lainnya.
2) Speed Boat
Speed boat terdiri dari 12 buah unit, terbuat dari bahan fiberglass yang
dilengkapi dengan motor tempel berkekuatan 40 PK dan 80 PK. Speed boat
digunakan untuk mengangkut tiram mutiara, memindahkan rumah rakit, kegiatan
keamanan dilokasi budidaya serta kegiatan pemeliharaan mutiara.
3) Kapal Motor
Kapal motor terdiri dari 3 buah unit, yang terbuat dari kayu yang
dilengkapi dengan mesin dalam. Kapal motor ini digunakan untuk mengangkut
tiram mutiara dari lokasi unit cabang pembenihan ke lokasi pembesaran,
sarana transportasi karyawan/karyawati, pengangkutan air bersih untuk kegiatan
budidaya maupun ke rumah karyawan.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 17
e. Peralatan Operasi Pemasangan Inti Mutiara Bulat dan Panen
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 18
14. Pemasukan mantel (graft currier), digunakan untuk memasukkan potongan
mantel kedalam organ tiram melalui saluran yang telah dibuat.
15. Nukleus carrier, digunakan untuk memasukkan inti (nukleus) kedalam gonad
melalui saluran dan untuk mengambil mutiara serta untuk mengambil
mutiara dari dalam gonad pada saat panen.
16. Gelas berisi air, digunakan untuk membersihkan alat pada setiap
pengoprasian satu buah tiram dan membasahi nucleus carrier agar
inti mutiara dapat menempel.
17. Wadah kecil, digunakan untuk menampung inti (nukleus) dan mutiara
dari hasil panen.
Salah satu peralatan yang tidak kalah penting dalam budidaya tiram mutiara
(Pincata maxima) adalah alat pembersih tiram dari organisme penempel dan
kotoran yang mengganggu kehidupan/pertumbuhan dari tiram mutiara. Adapun
peralatan pembersih yang digunakan sebagai berikut :
1. Mesin pencuci, alat ini digerakkan oleh mesin diesel yang diset diatas rumah
rakit dan speed boat. Mesin pencuci ini digunakan untuk membersihkan
keranjang pemeliharan dan membersihkan tiram dari organisme
penempel pada cangkang sebelum dan sesudah dibersihkan dengan pisau
atau parang kecil.
2. Pisau dan parang kecil, ini digunakan untuk membersihkan tiram
setelah melalui proses pembersihan pada mesin diesel.
Tabel 3.3. Sarana dan Prasarana Penunjang Budidaya PT. Timor Otsuki Mutiara
No Uraian Ukuran Jumlah Kapasitas Spesifikasi
A Bangunan 10mx 10 m
1 Bak pemijahan 500 liter
Bak pemeliharaan
2 larva dan spat 500 liter
Bak penjarangan dan
3 penempelan 500 liter
4 Spat kolektor 500 liter
5 Tempat kultur pakan 3mx7m
6 Rumahpompa NS 50/4 HP
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ ■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 19
No Uraian Ukuran Jumlah Kapasitas Spesifikasi
Bak penampung air Bangunan
7 laut SxS m
permanen
B Sarana Pembesaran
Bahan Sarana Rakit Tali nylon ukuran
1 Apung 100 X 100 22mm
Tali nylon ukura 22
mm, P=90m,
Bahan Sarana Tali menggunakan bola
Rentang (Long line) pelampung,
pemberat jangkar
2 pasir
Keranjang
3 Pemeliharaan:
Frame besi coatyng
4 (Pocket net) plastik,
70.000 Bahan PE
5 Jaring Tali 22mm pcs (polyethylene)
Panjang Tali Tali Nylon jenis PE
6 Gantungan 7m (polyethylene)
7 Pelampung:
P=1 m, D=80
a. Drum Gabus Cm Styreofom
b. Bola Pelampung D=40 Cm Plastik
Bak Breeding 34 Fyber
Sarana Penunjang
C Budidaya
1 Rumah Terapung 8x 16m
2 Speed Boat/ longboat 6 unit Fyber
3 Ponton deasel 12 unit Jiandong 18 pk
Sumber: PT. Timor Otsuki Mutiara
1) Letak Geografis
2) IKLIM
Tabel 3.5 Jumlah Hari Hujan dan Banyaknya Hari Hujan DI Kecamatan
Mallusetasi
Gambar 3.1 Dermaga Speed Boat dan Ekosistem Mangrove Di Pesisir Desa
Mangkoso Kabupaten Barru
Secara fisik hutan mangrove menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi
pantai dan tebing sungai, mencegah terjadinya erosi laut serta sebagai
perangkap zat-zat pencemar dan limbah, mempercepat perluasan lahan,
melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan dan gelombang dan
angin kencang; mencegah intrusi garam (salt intrution) ke arah darat; mengolah
limbah organik, dan sebagainya.
Secara biologi hutan mangrove mempunyai fungsi sebagai daerah berkembang biak
(nursery ground), tempat memijah (spawning ground), dan mencari makanan
(feeding ground) untuk berbagai organisme yang bernilai ekonomis khususnya ikan
dan udang. Habitat berbagai satwa liar antara lain, reptilia, mamalia, hurting
dan lain-lain. Selain itu, hutan mangrove juga merupakan sumber plasma nutfah.
Ekosistem hutan mangrove memiliki produktivitas yang tinggi. Produktivitas primer
ekosistem mangrove ini sekitar 400-500 gram karbon/m2/tahun adalah tujuh kali
lebih produktif dari ekosistem perairan pantai lainnya (White, 1987). Oleh
karenanya, ekosistem mangrove mampu menopang keanekaragaman jenis yang
tinggi.
Polikaeta yang menempel pada cangkang tiram terdiri dari 2 kelompok yakni
polikaeta penempel dan polikaeta pengebor. Polikaeta penempel adalah polikaeta
yang terdapat di permukaanluar cangkang tiram mutiara dan polikaeta
pengebor adalah polikaeta yang membuat lubang pada cangkang hingga lapisan
nacre pada cangkang bagian dalam. Polikaeta pengebor dikeluarkan dengan cara
merendam cangkang dengan larutan garam.
Hasil analisis laboratorium menunjukkan kondisi perairan dalam kondisi baik untuk
mendukung pertumbuhan biota budidaya utamanya budidaya tiram mutiara.
Beberapa hasil studi mengemukakan kondisi lingkungan perairan yang ideal
bagi lokasi budidaya tiram mutiara adalah kondisi lingkungan perairan yang
terbebas dari pencemaran laut.
Hasil analisis kualitas air di 5 stasiun menunjukkan nilai parameter yang berbeda di
beberapa parameter sesuai dengan karakteristik dari lingkungan budidaya. Lokasi
budidaya di Kelurahan Mangkoso diduga mendapat pengaruh dari kondisi
pesisir
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 25
yang merupakan kawasan mangrove sehingga kualitas airnya sedikit keruh.
Sementara di beberapa lokasi budidaya lainnya tidak terdapat mangrove di pesisir.
Perbedaan karakteristik seperti kualitas air, dapat memberikan perbedaan
keruangan faktor ekternal dan internal dari suatu badan air serta perbedaan
komposisi tingkat biota yang ada di dalamnya, di mana perubahan suatu lingkungan
biasanya akan direspon oleh spesies yang ada di dalamnya (Chapman, 1996).
Perbedaan karakteristik sebaran stasiun dapat juga dipengaruhi oleh perubahan
lingkungan yang berupa penurunan kualitas lingkungan perairan pesisir yang dapat
disebabkan salah satunya oleh buangan limbah budidaya perikanan laut selama
operasional yang mengandung konsentrasi tinggi bahan organik dan nutrien, dari
sisa pakan dan feces yang terlarut ke dalam perairan (Johnsen et al., 1993;
Buschmann et al., 1996). Limbah budidaya mengandung nitrogen inorganik
(ammonium, nitrat, nitrit). Di lingkungan perairan phospat diduga
mempengaruhi komposisi spesies atau produktivitas phytoplankton dan makroalga
(Barg,1992).
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 26
Tabel 3.6. Hasil Analisis Laboratorium Kualitas Air Lokasi Budidaya Tiram Mutiara di Lokasi Budidaya
Batas
Hasil Pengujian Maksimum
No Parameter Satuan Spesifikasi Metode
yang
Diperbolehkan
1 2 3 4 5
A Fisika
- Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak
Alami APHA 2005.2150
1 Bau Berbau Berbau Berbau Berbau Berbau
SNI 060.6989.23-2005
2 Suhu** oC 21/21 (0)6 21/21 (0)6 21/21 (0)6 21/21 (0)6 21/21 (0)6 Alami Butir 3.3.1
3 Kekeruhan NTU 1,39 0,48 0,67 0,39 0,66 <5 SNI 006.6989.25-2005
4 Padatan Tersuspensi Total mg/L 4 2 2 2 3 coral:2 SNI 06.6989.03-2005
B Kimia
1 pH - 7,98 8,11 8,13 8,14 8,15 7-8,5 SNI 06.6989.11-2004
2 BOD mg/L 9,18 0,97 4,19 3,87 8,05 20 SNI 6989.72.2009
3 Amoniak Total (NH3-N) mg/L 0,11 <0,059 <0,059 <0,059 <0,059 0,3 SNI 06.6989.30-2005
4 Sulfida (H2S) mg/L <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 <0,005 0,01 Fotometrik
SNI 06.2413.1991 Butir
%o 56,18 61,55 55,47 56,54 66,2 Alami
3.12
5 Salinitas
C Biologi
Total Coliform Jml/100 ml 0 0 0 0 0 1000 IKM/5.4.9/BTKL-MKS
Keterangan:
*· Berdasarkan Peraturan Gubernur Su!Sel Nomor 69 Tahun 2010 Lampiran 1 Poin C3 Tentang Keterangan:
Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut 1 : Perairan Kelurahan Mangkoso
**· pH dan Suhu di periksa di Laboratorium 2 : Perairan Desa Batupute
¢: Suhu lingkungan/Suhu Air 3 : Perairan Desa Mallawa 2
4 : Perairan Desa Mallawa 1
5 : Perairan Desa Kupa
i i 4 i i i 4 i i # i i i 4 i i 4 i i i .i i. l
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
Tabel 3.7. Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Di Mallusetasi
No Desa/Kelurahan Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
1 Cilellang 2118 1412 4530 88
2 Manuba 659 640 1299 103
3 Nepo 1354 1394 2748 97
4 Palanro 1836 2216 4052 83
5 Mallawa 1774 1887 3661 94
6 Kupa 1405 1435 2840 98
7 Bojo 1647 1773 3420 93
8 Bojo Baru 1575 1698 3273 93
Sumber: Kecamatan Mallusetase dalam Angka, 2016
Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Tahun 2015,
di Kecamatan Mallusetasi terdapat 16.507 jiwa yang tergolong ke dalam penduduk
usia kerja. Sedangkan penduduk yang bukan termasuk usia kerja ada sebanyak
8.955 jiwa.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
Tabel 3.10. Jumlah Rumah Tangga, Jumlah Penduduk dan Sex Ratio Di
Kecamatan
S oppeng Ria1a')a, 2016
Rumah Jumlah Laki- Sex
No Desa/ Kelurahan Tangga Perempuan
Penduduk Laki Ratio
1 Ajakkang 787 2755 1279 1462 87
2 Paccekke 176 595 268 323 83
3 Kiru-Kiru 658 2763 1479 1269 116
4 Mangkoso 740 3204 1446 1742 83
5 Lawallu 518 1991 947 1034 91
6 Siddo 903 3523 1691 1813 93
7 Batupute 807 3323 1621 1684 96
Total 18.154 8.731 9.327
Sumber: Kecamatan Soppeng Riaja dalam Angka, 2016
Ketenagakerj
aan
Penduduk usia kerja adalah penduduk yang berumur 15 tahun ke atas. Pada
tahun
2015, di Kecamatan Soppeng Riaja terdapat sekitar 64,22% dari total
penduduk
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
Tabel 3.12. Penduduk Menurut Kelompok Umur di Kecamatan Soppeng Riaja Tahun
2015
No Kelompok Umur Jumlah
1 0-4 1560
2 5-9 1579
3 10-14 1844
4 15-19 1750
5 20-24 1225
6 25-29 1144
7 30-34 1087
8 35-39 1215
9 40-44 1289
10 45-49 1238
11 50-54 992
12 55-59 842
13 60-64 684
+65 1408
Sumber: Kecamatan Soppeng Riaja dalam Angka,2017
Tabel 3.13. Jumlah Tenaga Kesehatan Menurut Desa diKecamatan Soppeng Riaja
Tahun 2015
Tenaga Kesehatan Dukun
No Desa/Kelurahan
Dokter Perawat Bidan Bayi
1 Ajakkang 3 1 2
2 Paccekke 1 0 1
3 Kiru-Kiru 3 13 6 2
4 Mangkoso 0 1 4
5 Lawallu 0 1 4
6 Siddo 2 1 3
7 Batu Pute 1 1 3
Sumber: Kecamatan Soppeng Riaja dalam Angka,2017
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
Base camp di darat dan kantor administrasi terletak di Dusun Labuange, Desa Kupa,
Kecamatan Mallusetase, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan dengan
total luas 2,394m2 dengan panjang 76 m dan lebar 31,5 m. basecamp didarat
merupakan tempat pembibitan kerang yang dilakukan melalui proses breeding di
laboratorium selama 1,5 bulan untuk menghasilkan bibit kerang yang siap
dipelihara ke perairan laut.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
3) Spat Kolektor
Bahan yang digunakan untuk tempat penempelan spat atau sebagai substrat disebut
kolektor. Spat kolektor dapat terbuat dari berbagai jenis bahan, misalnya
serabut tali PE, tali PE, senar plastik, paranet, asbes gelombang, genteng fiber,
atau bilah pipa paralon. Jika terbuat dari bahan paranet, serabut tali, atau
bahan lain berbentuk serabut, maka harus digunakan kantong untuk
meletakkan bahan tersebut. Keranjang jaring dengan kerangka besi atau kawat
ukuran 40 cm x 60 cm juga dapat digunakan sebagai wadah kolektor. Potongan
paranet atau serabut tali dimasukkan ke dalam kantong-kantong jaring dan diikat
erat.
Pipa paralon juga dapat digunakan sebagai kolektor. Caranya pipa paralon
berdiameter 2-3 inci dipotong sepanjang 30- 50 cm, lalu dibelah menjadi dua.
Selanjutnya belahan pipa tersebut dijalin dengan tali PE (berdiameter 3- 5 mm)
sepanjang 40-50 cm.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
4) Bak Pencucian
Bak pencucian digunakan untuk membersihkan tiram mutiara dari organisma dan
parasit lain yang menempel pada tiram mutiara. Organisma dan parasite yang
menempel di kulit tiram akan mengakibatkan lambatnya pertumbuhan tiram
mutiara. Bak pencucian biasanya terbuat dari fiberglass, tetapi ada juga bak
pencucian ini terbuat dari bahan lain yang awet, seperti dari semen, plastik dan
bahan lainnya.
Tabel 3.15. Fasiltas dan Perlengkapan Lain yang Dibutuhkan dalam Budidaya
Mutiatra
ur mis Um
No Jenis Fasilitas dan Peralatan Satuan Jumlah
Ekono
Konstruksi Tambak
1 Rakit Apung ukuran 7 m x 7 m Unit 2 5
2 Tali Tam bang untuk jalur Gulung 30 5
3 Pelampung jalur tambang Unit 300 5
4 Jangkar untuk 30 jalur Unit 60 10
Peralatan Budidaya Mutiara
1 Pengebor siput Unit 2 5
2 Tang Pembuka siput Unit 2 5
3 Keranjang Kawat Unit 120 5
4 Spat Kolektor Unit 300 5
5 Keranjang Jaring Unit 1.500 5
6 Genset Unit 2 5
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
a. Administrasi Perkantoran
Kegaiatan perkantoran berupa kegiatan administrasi yang mengurusi kegiatan
budidaya, pengupahan, kontrol managemen dan kegiatan perkantoran lainnya.
Kantor utama terletak di Dusun Labuange, Desa Kupa, Kecamatan Mallusetase,
Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan yang merupakan satu gedung
dengan laboratorium.
b. Aktivitas Budidaya
• Pembibitan (Breeding)
Pembibitan kerang/tiram dilakukan melalui proses breeding di Laboratorium
dengan proses yang membutuhkan waktu sekitar 30-45 hari untuk
menghasilkan bibit kerang yang siap dipelihara ke perairan laut. Larva dalam media
pemeliharaan diberikan pakan sesuai kebutuhan. Selanjutnya tiram hasil
breeding yang telah melalui proses breeding dipindahkan ke area keramba
budidaya dalam lingkungan perairan untuk tahap pembesaran.
• Pembesaran
Benih dari pembenihan dimasukkan ke dalam keranjang pemeliharaan yang
telah disediakan. Setelah keranjang penuh kemudian diangkut ke rakit
pemeliharaan untuk digantung pada kedalaman 5 meter atau bisa juga digantung
pada palang cagak silang dengan kedalaman sama atau kurang dari 4 meter. Untuk
benih yang berukuran kurang dari 5 cm sebaiknya di pelihara dengan kedalaman 2-3
meter.
Spat kolektor dijepit dengan 2 (dua) buah poket net yang telah dipasang orchid net
ppada permukaannya, bertujuan untuk memudahkan melakukan penjarangan
selama masa pemeliharaan tanpa mengganggu spat kerang mutiara, hal ini cukup
beralasan karena setelah 1-2 minggu spat yang melekat pada kolektor,
sebagian akan ada yang berpindah secara alami pada orchid net, sehingga untuk
penjarangan spat cukup dilakukan dengan cara memisahkan orchid net pada
poket net dari kolektornya.
Untuk pemasangan inti mutiara setengah bulat (blister), tiram mutiara yang
telah terbuka cangkangnya diletakkan dalam penjepit dengan posisi bagian
ventral menghadap arah pemasang inti. Inti mutiara blister bentuknya
setengah bundar, jantung atau tetes air. Diameter inti mutiara blister
berkisar 1-2 cm. Setelah itu sibakkan mantel yang menutupi cangkang
dengan spatula, sehingga cangkang bagian dalam (nacre) terlihat jelas.
Inti mutiara blister yang telah diberi lem/perekat dengan alat blister
carrier ditempatkan pada posisi yang dikehendaki; minimal 3 mm di
atas otot adducator.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
■ Perawatan
Kerang mutiara yang dipasangi inti mutiara perlu dilakukan pengaturan
posisi pada waktu awal pemeliharaan, agar inti tidak dimuntahkan
keluar. Disamping itu, tempat dimasukkan inti pada saat operasi hams tetap
berada dibagian atas. Pemeriksaan inti dengan sinar-X dilakukan setelah
kerang mutiara dipelihara selama 2-3 bulan, dengan maksud untuk
mengetahui apabila inti yang dipasang dimuntahkan atau tetap pada
tempatnya.
Akhir proses berupa hasil mutiara kemudian akan dikemas dalam bentuk hitungan
jumlah biji dan berat biji dan selanjutnya akan di ums dokumen Surat Keterangan
Asal Barang (SKAB) dari Dinas Kelauatan dan Perikanan Daerah setempat untuk
selanjutnya dikirim ke Jakarta dan di teruskan ke Jepang sebagai komoditi produk
eksport.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
Komponen kegiatan yang telah berjalan dan dampak lingkungan yang ditimbulkan
diuraikan sebagai berikut:
1. Pengoperasian Tempat 8ekerja di Darat
Pada saat pengoperasian tempat bekerja didarat terdapat beberapa aktifitas
yang berlangsung diantaranya pengoperasian bak kulturdilaboratorium,
pengoperasian workshop, genset, dan speed boat serta pengoperasian ruang
kantor. Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut diuraiakan sebagai
berikut:
a. Penurunan Kualitas Air akibat kegiatan pembersihan bak kultur
b. Peningkatan Limbah 83 berupa oli bekas
c. Peningkatan limbah 83 berupa lampu TL dan baterai remote AC dan remote
televisi, catridge dan botol sisa tinta.
d. Peningkatan timbulan limbah padat dari aktivitas kantor. Lim bah
padat
berupa kertas kegiatan administrasi.
3. Kegiatan Pemeliharaan
Kegiatan pemeliharaan meliputi kegiatan kegiatan pembersihan cangkang tiram
mutiara. Dampak dari kegiatan ini adalah:
a. Peningkatan Limbah 8iofouling. 8iofoulling adalah organisme yang
menmpel pada jaring/posket dan cangkang tiram yang dipelihara. 8erat
biofoulling yang dihasilkan bergantung pada ukuran luas cangkang. Rata•
rata cangkang berukuran 5-7,5 cm menghasilkan 181,85 gr, 7-10 cm
menghasilkan 489,59 gr, 11-12,5 cm menghasilkan 302,78 cm, dan 13-16 cm
menghasilkan 408,73 gr biofoulling (satuan berat basah).
b. Penurunan kualitas air laut
Penururnan kualitas air laut pada saat pemeliharaan bersumber dari limbah
feces yang dihasilkan oleh tiram. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Apri dan Arthana menyatakan rata-rata berat basah feces berkisar 0,71-
1,02 gr, dengan kadar anorganiknya lebih besar dari hasil organik. Hal ini
berpotensi terjadinya pengendapan bahan anorganik karena sifatnya yang
tidak dapat diurai oleh organisme pengurai.
4. Kegiatan Pengoperasian ponton/rumah apung
Dampak yang ditimbulkan akibat kegiatan ini adalah
a. Penurunan kualitas air laut
b. Peningkatan timbulan sampah
c. Limbah 83 berupa oli dari opersioanl genset serta lampu TL. Limbah
83 dihasilkan dari sisa penggunaan oli mesin speed boat, genset, sebanyak
25 liter per bulan sedangkan lampu TL yang dihasilkan berkisar 18
buah/ponton x 5 ponton sehingga total 90 buah/Tahun untuk limbah
lampu neon di Ponton sedangkan lampu TL di Laboratorium dan Kantor
Utama dan penerangan lainnya diperkirakan berjumlah 25 buah/tahun.
Selain itu, terdapat limbah 83 yang bersumber dari sisa baterai yang
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
.
,..
..
-•
es- -
,.j I
1-- t
·· ~
..l Li
"
adAllll A
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
Kegiatan pengawasan keramba ■ Penurunan • Limbah 83 ■ Pendekatan teknologi ■ Lokasi Pengawasan ■ Selama Proses ■ Memantau data base ■ Lokasi Pengawasan ■ Dilakaukan setiap enam ■ Pelaksana:
apung kualitas air laut berupa oli 1) Membuat data base Keramba Apung Pembesaran produksi oli Keramba Apung bulan sekali 1) PT Timar Otsuki Mutiara
■ Peningkatan bekasyang produksi oli dan jadwal ■ Memantau data base
limbah 83 berupa dihasilkan penggantian oli produksi limbah
ceceran bensin, sebesar 25 2) Pengisian bahan bakar baterai • Pengawas
oli dan baterai liter perbulan menggunakan ■ Melakukan observasi 1) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
■ Peningkatan • Jumlah baterai corong/pompa dan wawancara Barru
Potensi konflik yang 3) Meletakkan sisa oli dan langsung kepada 2) Dinas Kelauatn dan
■ Kesehatan dan dihasilkan dari minyak lainnya pada petugas pengawas Perikanan Barru
Kabupaten
Keselamatan pengunaan wadah sesuai dengan keramba apung 3) Polres Kabupaten Barru
Kerja senter selama ketentuan berlaku den 4) Camat Mallusetase dan Soppeng Riaja
PIorTOsikMdiau 46
.·urn-~r~~
Besaran
Sumber Dampak Jenis Dampak Bentuk upaya Bentuk Upaya
Dampak Lokasi Periode Lokasi Pemantauan Periode lnstitusi Pengelola dan Pemantauan
pengelolaan LH Pemantauan
. Pendekatan Sosial
1) Penyelesaian konflik
akibat pencurian
diselesaikan secara
kekeluargaan, jika tidak
menemukan
penyelesaian maka
diserahkan ke Pihak
yang berwajib
3. Kegiatan Pemeliharaan
. Biofouling menghasilkan lumut yang menenpel base camp di darat cangkang dilokasi pembersihan tiram
Penurunan
kualitas air laut
l00gr alga
yang
menempel
pada tiram pada
perairan karena
berpotensimengganggu
cangkang ti ram
. Pengawas
1) Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten pada cangkang pertumbuhan karang, Barru
menghalangi sinar 2) Dinas Kelauatn dan
Perikanan matahari dan Kabupaten Barru
mengganggu kegiatan 3) Dinas, Kebersihan, Pertamanan
dan fotosintesis pemakaman Kabupaten Barru
2) Menyediakan wadah/ 4) Camat Mallusetase dan Soppeng
Riaja tempat khusus untuk 5) Kepala Desa masing-masing
lokasi
menampung sisa lumut
yang menempel pada
. kegiatan budidaya
Pelaporan
cangkang untuk 1) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
mencegah Barru
perkembangbiakan 2) Dinas Kelauatan dan
Perikanan vektor penyakit tertentu Kabupaten Barru
3) Membawa sisa alga ke
daratan untuk di
keringkan
4) Melakukan uji lanjut sisa
lumut yang berpotensi
menjadi pakan
5) Melakukan Kerjasama
dengan pihak tertentu
dalam mengelola sisa
biofouling
6) Untuk sisa kerang yang
telah di ambil
mutiaranya
dikumpulkan untuk
. ·urn-~T~~ .
PTmoTrOsikMdia 47
Besaran
Sumber Dampak Jenis Dampak Bentuk upaya Bentuk Upaya
Dampak Lokasi Periode Lokasi Pemantauan Periode lnstitusi Pengelola dan Pemantauan
pengelolaan LH Pemantauan
dijadikan kerajinan
tangan bagi
masyarakat
(pengahasilan
4. Pengoperasian ponton/Rumah Apung tambahan)
Kegiatan Pengoperasian Ponton a) Penurunan . Kualitas air . Pendekatan Teknologi Lokasi pengoperasian Selama operasionalisasi 1) Melakukan observasi Lokasi pemantauan Pemantauan dilakukan . Pelaksana:
kualitas air laut perairan tidak
melibihi baku
1) Menyediakan tempat
sampah di ponton
ponton ponton terhadap
pengelolaan kualitas
dilakukan di sekitar
pengoperasian ponton
minimal 6 bulan sekali
. 1) PT Timar Otsuki Mutiara
Pengawas
mutu dengan membedakan air 1) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Limbah B3 jenis sampah Barru
b) Peningkatan
timbulan sampah . yang dihasilkan 2) Tempat sampah yang
Perikanan dari disediakan harus
2) Melakukan
pengecekan
2) Dinas Kelauatn dan
Kabupaten Barru
operasionalisas dilapisi dengan plastik terhadap kriteria 3) Dinas, Kebersihan, Pertamanan
c) dan
Limbah B3 berupa i genset tidak sehingga air lindi dari tempat sampah pemakaman Kabupaten
oli dari opersioanl
Barru
mencemari sampah basah tidak sesuai peraturan 4) Camat Mallusetase dan Soppeng
genset serta lampu
Riaja
lingkungan mencemari lingkungan yang berlaku 5) Kepala Desa masing-masing lokasi
TL
3) Limbah B3 berupa oli 3) Melakukan
bekas dari operasional
gensetdiupayakan
agar tidak tercecer ke
pengecekan
terhadap jumlah oli . Pelaporan
yang dihasilkan dan 1) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
laut dan tidak jumlah yang telah Barru
membuang ke laut 2) Dinas Kelauatan dan Perikanan
diserahkan ke pihak
tetapi membuat tempat Kabupaten Barru
ketiga serta
penampungan dan melakukan
menyerahkan ke pihak pengecekan
ketiga
terhadap jumlah
4) Limbah B3 berupa lampu TL yang
Lampu TL yang tidak dihasilkan dan
berfungsi ditampung
jadwal penyerahan
dan menyerahkan ke ke pihak ketiga.
pihak ketiga serta tidak
membuat ke laut
5) Membuat pencatatan
terkait volume oli
bekas dan jumlah
lampu yang rusak
serta
membuat
penggantianjadwal
oli dan
. lampu TL
Pendekatan Sosial:
1) Melakukan sosialisasi
kepada pekerja ponton
untuk tidak membuang
sampah yang tidak
dapatteruraikelaut
.
4. Pemeliharaan Rumah Apung/Ponton
e. Pemeliharaan Fasilitas
Tempat Bekerja dilaut
(Ponton)/Rumah Apung dan
a. Gangguan
Estetika
b. Penurunan
Meningkatnya • Pendeatan Teknologi
volume,
tumpukan dan
1) Menyediakan TPS
sementara untuk
. Desa/ Kelurahan . Selama kegiatan
perakitan ponton
. Melakukan . Desa/Kelurahan lokasi
pembangunan
. Pemantauan
• Pelaksana
1) PT. Tomir Otsuki Mutiara
kualitas air laut sebaran menampung tempat kegiatan observasi langsung dilakukan selama 6
keramba apung
material Budidaya Tiram terhadap timbulan Budidaya Tiram setahun sekali • Pengawas
C. Kecelakaan dan sampah sisa rakitan Mutiara sisa material Mutiara 1) Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
keselamatan disekitar ponton/rumah
apung pembuatan ponton/ Barru
kerja lokasi 2) Timbulan sampah dari rumah apung dan
d. Kesempatan
Kerja dan
perakitan
ponton/ruma
sisa-sisa perakitan
ponton diletakkan . keramba apung
Pengambilan sampel
2) Dinas Kelauatan dan Perikanan
Kabupaten Barru
. .
Berusaha h apung
pada tempat air laut 3) Dinas Kebersihan, Pertamanan dan
. ·urn- Tetesan
~T~~
PIorTOsikMdiau 48
Besaran
Sumber Dampak Jenis Dampak Bentuk upaya Bentuk Upaya
Dampak Lokasi Periode Lokasi Pemantauan Periode lnstitusi Pengelola dan Pemantauan
pengelolaan LH Pemantauan
.·urn-~r~~ .
PIorTOsikMdiau 49
SURA T PERN YATAA
N
TONY Z. SUMANTI
General Manager
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ ■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■ ■■■■■■■■■
DPLH Budidaya Tiram Mutiara
PT Tumor Otsuki Mutiara 50
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kabupaten Barru. 2016. Kecamatan Soppeng Riaja dalam
Angka Tahun 2016.
Linda AD, Johnson OS, Warren RS, Peterson BJ, Fleeger JW, Fagherazzi S,
Wollheim WM. 2012. Coastal eutrophication as a driver of salt
marsh loss. J. Nature. ( 490) ; 388-393.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■
Sutaman. 1993. Tiram mutiara, teknik budidaya dan proses pembuatan mutiara.
Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■