Kelompok 5 - Stroke
Kelompok 5 - Stroke
Kelompok 5 - Stroke
Oleh :
Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan keperawatan stroke”
ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari ibu Dr.
Susi Milwati S.Kp, M.Pd pada mata kuliah Penyakit tidak menular. Selain itu makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan tentang “Asuhan keperawatan stroke” bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada ibu Dr. Susi Milwati S.Kp, M.Pd
selaku dosen pada matakuliah Penyakit tidak menular yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang penulis tulis ini kurang dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah yang penulis buat ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Tujuan 5
BAB IV PENUTUP
DAFTAR RUJUKAN
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan tentang teori penyakit Stroke, sehingga dapat mencegah
serta dapat mengaplikasikan cara pengobatan di bidang keperawatan nantinya.
2. Tujuan Khusus
A. Untuk memenuhi tugas Penyakit Tidak Menular tentang Penyakit Stroke
B. Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi mahasiswa di Politeknik
Kesehatan Kemenkes Malang
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Dasar Stroke
2.1.1 Pengertian Stroke
CerebroVaskuler Accident (CVA) atau stroke adalah pecahnya pembuluh darah
otak secara mendadak dengan akibat penurunan fungsi neurologis (Hariyanto &
Sulistyowati, 2015).
Stroke adalah penyakit pada otak berupa gangguan fungsi syaraf lokal dan/atau
global, munculnya mendadak, progresif, dan cepat. Gangguan fungsi syaraf pada stroke
disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non traumatik. (Depkes, 2013).
Stroke adalah sindrom yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak
(GPDO) dengan awitan akutan, disertai manifestasi klinis berupa deficit neurologis dan
bukan sebagai akibat tumor, trauma ataupun infeksi susunan saraf pusat. (Dewanto,
Suwono, Riyanto, & Turana, 2009).
2.1.2 Klasifikasi Stroke
dibagi menjadi dua jenis yaitu :
1. Stroke Hemorargik
Stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak. Terjadi
karena adanya tekanan darah ke otak tinggi sehingga menekan pembuluh
darah dan pembuluh darah yang tersumbat tidak dapat menahan tekanan
tersebut. Akibat dari perdarahan,
darah akan menggenangi otak. Darah yang membawa oksigen dan nutrisi
tidak sampai ke target organ atau sel otak. Akibatnya, sebagian otak tidak
mendapat pasokan makanan. Tekanan yang kuat membuat kebocoran dan juga
merusak sel-sel otak di sekelilingnya, Bila tekanannya sangat tinggi, pasien
koma bahkan meninggal dunia. Pecahnya pembuluh darah juga bisa terjadi
lantaran dinding pembuluh yang lemah, sehingga mudah robek. Stroke
hemoragik dibedakan menjadi dua yaitu stroke hemoragik intraserebral dan
hemorargik subarachnoid (Sutrisno, 2007).
2. Stroke Iskemik Tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran
darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Stroke iskemik dibagi
menjadi empat jenis, yaitu :
a) TIA (Transient Ischemic Attack)
TIA (Transient Ischemic Attack) merupakan serangan stroke
sementara. Terjadi secara mendadak dan singkat akibat iskemia otak
fokal yang cenderung membaik dengan kecepatan dan tingkat
penyembuhan bervariasi dalam 24 jam. TIA merupakan hal penting
yang merupakan peringatan dini akan kemungkinan terjadinya stroke
di masa mendatang. Seranganserangan TIA ini berkembang menjadi
stroke iskemik trombotik sangatlah besar. Gejalanya antara lain pucat,
ekstremitas lumpuh, vertigo, disfagia (sulit menelan), mual, ataksia
(jalan sempoyongan). Pasien juga tidak bisa memahami pembicaraan
dengan orang lain, kesulitam melihat, serta hilangnya keseimbangan
dan koordinasi (Price & Wilson, 2012)
b) Stroke Lakunar Stroke lakunar terjadi karena penyakit pembuluh
halus dan dapat menyebabkan sindrom stroke yang biasanya muncul
dalam beberapa jam atau kadang-kadang lebih lama. Terdapat empat
sindrom lakunar yang sering dijumpai diantaranya hemiparesis
motorik murni akibat infark kapsula interna posterior, stroke sensorik
murni akibat infark thalamus dan hemiparesis ataksik atau disatria
serta gerakan tangan atau lengan, Infark lakunar terjadi setelah oklusi
aterotrombotik. Oklusi menyebabkan thrombosis pada arteria serebri
media, arteri vertebra basilaris, arteri karotis interna. Thrombosis
yang terjadi menyebabkan daerah-daerah tersebut infark, bersifat
lunak, dan disebut lakuna (Price & Wilson, 2012).
c) Stroke Iskemik Trombotik. Stroke jenis ini terjadi karena adanya
penggumpalan pada pembuluh darah ke otak. Stroke iskemik
trombotik secara klinis disebut juga sebagai serebral thrombosis.
Sebagian besar dari stroke ini terjadi saat tidur ketika pasien relative
mengalami dehidrasi dan dinamika sirkulasi menurun. Lokasi yang
kerap terjadi terdapat di arteri serebri media, arteri vertebra basilaris
dan arteri karotis interna. Para pasien stroke ini mungkin sudah
mengalami beberapa kali serangan TIA tipe lakunar sebelum 10
akhirnya mengalami stroke. Dalam banyak kasus, thrombosis
pembuluh darah besar diakibatkan oleh ateroskerosis yang diikuti
oleh terbentuknya gumpalan darah yang cepat, juga ditopang oleh
tingginya kadar kolesterol (Sutrisno, 2007)
d) Stroken iskemik embolitik Stroke embolitik tidak terjadi di otak,
melainkan di jantung. Embolus berasal dari bahan trombotik yang
terbentuk di dinding rongga jantung atau katup mitralis.
Penggumpalan darah yang terjadi di area sirkulasi organ jantung
mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
Kelainan pada jantung ini menyebabkan curah jantung berkurang dan
perfusi mengalami penurunan . Stroke jenis ini muncul pada saat
penderita menjalani aktivitas fisik, misalnya berolahraga. Ketika
berolahraga, tiba-tiba tekanan darah menurun. Akibatnya, jantung
gagal memompa darah ke otak atau adanya embolus yang terlepas
dari jantung sehingga menyebabkan penyumbatan pembuluh darah di
otak (Sutrisno, 2007)
2.2.1 Etiologi
Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain :
1) Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan
kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang
tidur atau bangun tidur.
Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan
tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala
neurologis seringkali memburuk pada 48 jam setelah thrombosis. Beberapa
keadaan dibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak :
4) Hypoksia Umum
a) Hipertensi yang parah.
b) Cardiac Pulmonary Arrest
c) Cardiac output turun akibat aritmia
5) Hipoksia setempat
a) Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid.
b) Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain. (Wijaya & Putri,
2013)
2.2.2 .Manifestasi Klinis
stroke bergantung pada arteri serebri yang terkena, fungsi otak yang dikendalikan
atau diperantarai oleh keparahan kerusakan dan ukuran daerah otak yang terkena selain
bergantung pula pada derajat sirkulasi kolateral. (Price, 2006; Chang, 2009). Menurut
Hariyanto & Sulistyowati (2015),gejala stroke :
1. Stroke serangan pada otak hemisfer kanan :
a. Kelumpuhan sebelah kiri tubuh.
b. Penilaian terhadap objek menurun.
2. Stroke serangan pada otak hemisfer kiri :
a. Terjadi kelumpuhan sebelah kanan tubuh .
b. Perilaku lambat dan sangat hati-hati.
c. Gangguan penglihatan pada mata sebelah kanan.
d. Kesulitan menelan.
e. Sulit bicara.
f. Mudah tersinggung dan mudah frustasi. Selain itu, gejala pada pasien
stroke :
1) Kehilangan motoric Stroke adalah penyakit motor neuron atas dan
mengakibatkan kehilangan control volunteer terhadap gerakan
motoric misalnya :
a) Hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi tubuh)
b) Hemiparesis (kelemahan pada salah satu tubuh)
c) Menurunnya tonus otot abnormal
2) Kehilangan komunikasi Fungsi otak yang dipengaruhi oleh stroke
adalah bahasa dan komunikasi, misalnya :
a. Disartria, yaitu kesulitan bicara yang ditunjukkan dengan
bicara yang sulit dimengerti yang disebabkan oleh paralisis
otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan bicara.
b. Disfasia atau afasia atau kehilangan bicara yang terutama
ekspresif/represif. Apraksia yaitu ketidakmampuan untuk
melakukan tindakan yang dipelajari sebelumnya.
3. Gangguan Persepsi
a. Homonimus hemianopsia, yaitu kehilangan setengah lapang pandang
dimana sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi tubuh yang paralisis.
b. . Amorfotosintesis, yaitu keadaan dimana cenderung berpaling dari sisi
tubuh yang sakit dan mengabaikan sisi/ruang yang sakit tersebut.
c. Gangguan hubungan visual spasia, yaitu gangguan dalam mendapatkan
hubungan dua atau lebih objek dalam area spasial.
d. Kehilangan sensori, antara lain tidak mampu merasakan posisi dan gerakan
bagian tubuh (kehilangan proprioseptik) sulit menginterprestasikan stimulasi
visual, taktil auditorius.
Tanda dan gejala yang sering muncul berdasarkan jenis stroke adalah sebagai
berikut :
a. Stroke iskemik
Kejadiannya mendadak terjadi saat istirahat
Ada peringatan
Nyeri kepala ringan
Tidak ada kejang dan muntah
Penurunan kesadaran ringan
b. Stroke perdarahan
Kejadiannya mendadak terjadi saat sedang aktif beraktivitas
Tidak ada peringatan
Nyeri kepala hebat
Ada kejang dan muntah
Penurunan kesadaran sangat nyata
(Nurarif & Kusuma, 2015)
2.2.3 Patofisiologi Stroke
dapat disebabkan oleh trombosis akibat plak aterosklerosis yang memberi
vaskularisasi pada otak atau oleh emboli dari pembuluh darah diluar otak yang
tersangkut di arteri otak. Saat terbentuknya plak fibrosis (ateroma) di lokasi yang
terbatas seperti di tempat percabangan arteri. Trombosit selanjutnya melekat pada
permukaan plak bersama dengan fibrin, perlekatan trombosit secara perlahan akan
memperbesar ukuran plak sehingga terbentuk trombus (Sudoyo, Setyohadi, & dkk,
2009).
Pada emboli, dapat berupa bekuan darah, udara, plaque, atheroma fragmen lemak
yang akan terlepas dan terbawa darah hingga terperangkap dalam pembuluh darah
distal. Sedangkan, jika etiologi stroke adalah hemoragi maka faktor pencetus adalah
hipertensi. Emboli septik dapat menyebabkan pembentukan aneurisma
serebralmikotik, sehingga terjadi rupture dan dapat menyebabkan hemorargi (Wijaya
& Putri, 2013).
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen.
Jika aliran darah ke setiap bagian otak terhambat karena trombus dan embolus, maka
mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak (Wijaya & Putri, 2013).
Tanpa pasokan darah yang memadai, sel-sel otak kehilangan kemampuan untuk
menghasilkan energi-terutama adenosin trifosfat (ATP) dan mengalami asidosis
metabolik. Apabila terjadi kekurangan energi ini, pompa natrium-kalium sel berhenti
berfungsi sehingga neuron membengkak, hal ini akan menimbulkan peningkatan
intrakranial dan akan menimbulkan nyeri. Salah satu cara sel otak berespon terhadap
kekurangan energi ini adalah dengan meningkatkan kalsium intrasel. Hal ini juga
mendorong proses eksitotoksisitas, yaitu sel-sel otak melepaskan neuro transmitter
eksitatorik glutamat yang berlebihan. Glutamat yang dibebaskan ini merangsang
aktivitas kimiawi dan listrik di sel otak lain dengan melekat ke suatu molekul di
neuron lain yaitu reseptor N-metil-Daspartat (NMDA).
Pengikatan reseptor ini memicu pengaktifan enzim nitratoksida sintase (NOS),
yang menyebabkan terbentuknya molekul gas nitrat oksida (NO). Pembentukan NO
dapat terjadi secara cepat dalam jumlah besar sehingga terjadi kerusakan dan
kematian neuron. Akhirnya jaringan otak yang mengalami infark dan respon
inflamasi akan terpicu (Ester, 2010 ; Wakhidah, 2015)
Ketidakefektifan perfusi jaringan pada otak dapat terjadi dimana saja di dalam
arteri-arteri yang membentuk sirkulasi Willisi : arteria karotis interna dan system
vertebrobasilar dan semua cabangcabangnya. Secara umum apabila darah ke jaringan
otak terputus selama 15-20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Namun,
perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark didaerah
otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut.
Apabila terjadi infark pada bagian otak yang berperan sebagai pengendali otot
maka tubuh akan mengalami penurunan kontrol volunter yang akan menyebabkan
hemiplagia atau hemiparese sehingga tubuh akan mengalami hambatan mobilitas,
defisit perawatan diri karena tidak bisa menggerakkan tubuh untuk merawat diri
sendiri, pasien tidak mampu untuk makan sehingga nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Defisit neurologis juga akan menyebabkan gangguan pencernaan sehingga
mengalami disfungsi saluran pencernaan dan kandung kemih lalu akan mengalami
gangguan eliminasi. Karena ada penurunan kontrol volunter maka kemampuan batuk
juga akan berkurang dan mengakibatkan penumpukan sekret sehingga pasien akan
mengalami gangguan jalan nafas dan pasien kemungkinan tidak mampu
menggerakkan otot-otot untuk bicara sehingga pasien mengalami gangguan
komunikasi verbal berupa disfungsi bahasa dan komunikasi.
2.2.4 Komplikasi
Menurut Hariyanto & Sulistyowati (2015), komplikasi pada stroke antara lain :
1. Peningkatan tekanan intracranial.
2. Disritmia jantung.
3. Kontraktur.
4. Immobilisasi yang dapat menyebabkan infeksi pernapasan, decubitus, dan
konstipasi.
5. Paralisis yang dapat menyebabkan nyeri kronis, resiko jatuh, atropi.
6. Kejang akibat kerusakan atau gangguan pada listrik otak.
7. Nyeri kepala kronis seperti migrain.
8. Malnutrisi
2.2.5 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wijaya & Putri (2013), pemeriksaan penunjang pada penyakit stroke antara
lain :
1. Angiografi serebral Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
seperti perdarahan, obstruksi arteri, oklusi/ruptur.
2. Elektro encefalography Mengidentifikasi masalah didasarkan pasa gelombang
otak atau mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
3. Sinar x tengorak Menggambar perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang
berlawanan dari masa yang luas, klasifikasi karotis interna terdapat pada
trombus serebral. Klasifikasi parsial dinding, aneurisma pada perdarahan sub
arachnoid.
4. Ultrasonography Doppler Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah
sistem arteri karotis/aliran darah/muncul plaque/arteriskerosis)
5. CT-Scan Memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia dan adanya
infark.
6. MRI Menunjukkan adanya tekanan abnormal dan biasanya ada thrombosis,
emboli dan TIA, tekanan meningkat dan cairan mengandung darah
menunjukkan hemorargi sub arachnois/perdarahan intracranial.
7. Pemeriksaan Foto Thorax Dapat memperlihatkan keadaan jantung, apakah
terdapat pembesaran ventrikel kiri yang merupakan salah satu tanda hipertensi
kronis pada penderita stroke, menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal daerah berlawanan dari massa yang meluas.
8. Pemeriksaan Laboratorium
a) Pungsi lumbal : Tekanan normal biasanya ada thrombosis, emboli dan
TIA. Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang mengandung
darah menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid atau intracranial.
Kadar protein total meningkat pada kasus thrombosis sehubungan
dengan proses inflamasi.
b) Pemeriksaan darah rutin
c) Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi
hiperglikemia. Guladarah dapat mencapai 250 mg dalam serum dan
kemudian berangsur-angsur turun kembali.
7. Pemeriksan Fisik
Setelah melakukan anamnesis/pengkajian yang mengarah pada beberapa keluhan
klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untuk mendukung data dari pengkajian.
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan secara persistem (B1-B6) dengan fokus
pemeriksaan fisik pada pemeriksaan B3 (Brain) yang terarah dan dihubungkan
dengan beberapa keluhan klien (Arif, 2012).
1. Keadaan Umum
Umumnya mengalami penurunan kesadaran, kadang mengalami,
gangguan bicara yaitu sulit dimengerti, kadang tidak bisa bicara dan pada vital
sign tekanan darah meningkat dan denyut nadi bervariasi.
2. B1 (Breathing)
Pada inspeksi didapatkan klien batuk, peningkatan produksi sputum, sesak
napas, penggunaan otot bantu napas dan peningkatan frekuensi
pernapasan.Auskultasi bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien dengan
peningkatan produksi secret dan kemampuan batuk yang menurun yang sering
didapatkan pada klien stroke dengan penurunan tingkat kesadaran koma. Pada
klien dengan tingkat kesadaran compos 36 mentis, pengkajian inspeksi
pernapasannya tidak ada kelainan. Palpasi toraks didapatlan raktil premitus
seimbang kanan dan kiri.
3. B2 (Blood)
Pengkajian pada system kardiovaskular didapatkan renjatan (syok
hipovolemik) yang sering terjadi pada klien stroke. Tekanan darah biasanya
terjadi peningkatan dan dapat terjadi hipertensi massif (tekanan darah>200
mmhg)
4. B3 (Brain)
Stroke menyebabkan berbagai defcit neurologis, bergantung pada lokasi
lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adekuat dan aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori). Lesi otak yang rusak
tidak dapat membaik sepenuhnya. Pengkajian B3 (Brain) merupakan pemeriksaan
fokus dan lebih lengkap dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.
a. Pengkajian tingkat kesadaran
Kualitas kesadaran klien merupakan parameter yang paling
mendasar dan parameter yang paling penting yang membutuhkan
pengkajian. Tingkat keterjagaan klien dan respons terhadap
lingkungan adalah indicator paling sensitive untuk disfungsi sistem
persarafan. Beberapa sistem digunakan untuk membuat peringkat
peubahan dalam kewaspadaan dan keterjagaan. Pada keadaan lanjut
tingkat 37 kesadaraan klien stroke biasanya berkisar pada tingkat
letargi, stupor dan semikomatosa. Jika klien sudah mengalami koma
maka penilaian GCS sangat penting untuk menilai tingkat kesadaran
klien dan bahan evaluasi untuk pemantauan pemberian asuhan.
b. Pengkajian Fungsi Serebral
Pengkajian ini meliputi status mental, fungsi intelektual,
kemampuan bahasa lobus frontal dan hemisfer (Arif, 2012).
1. Status mental. Observasi penampilan, tingkah laku,
nilai gaya bicara, ekspresi wajah dan aktivitas motoric
klien. Pada klen stroke tahap lanjut biasanya status
mental klien mengalami perubahan.
2. Fungsi intelektual. Didapatkan penurunan dalam
ingatan dan memori, baik jangka pendek maupun
jangka panjang. Penurunan kemampuan berhitung
dan kalkulasi. Pada beberapa kasus klien mengalami
brain damage yaitu kesulitan untuk mengenal
persamaan dan perbedaan yang tidak begitu nyata.
3. Kemampuan bahasa. Penurunan kemampuan bahasa
bergantung daerah lesi yang mempengaruhi fungsi
dari serebral. Lesi pada daerah hemisfer yang
dominan pada bagian posterior dari girus temporalis
superior (area Wernicke) didapatkan disfasia reseptif,
yaitu klien tidak 38 dapat memahami lisan atau
bahasa tertulis. Sedangkan lesi pada bagian posterior
dari girus frontalis inferior (area Broca) didapatkan
disfagia ekspresif, yaitu klien dapat mengerti, tetapi
tidak dapat menjawab dengan tepat dan bicaranya
tidak lancar. Disartia (kesulitan berbicara),
ditunjukkan dengan bicara yang sulit yang disebabkan
oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk
menghasilkan bicara.
4. Lobus frontal. Kerusakan fungsi kognitif dan efek
psikologis didapatkan jika kerusakan telah terjadi
pada lobus frontal kasitas, memori atau fungsi
intelektual kortikal yang lebih tinggi mungkin rusak.
Disfungsi ini dapat ditunjukkan dalam lapang
perhatian terbatas, kesulitan dalam pemahaman, lupa
dan kurang motivasi, yang menyebabkan klien ini
menghadapi masalah frustasi dalam progam
rehabilitasi mereka.
5. Hemisfer. Stroke hemisfer kanan didapatkan
hemiparese sebelah kiri tubuh, penilaian buruk dan
mempunyai kerentanan terhadap sisi kolateral
sehinnga dan mempunyai kerentanan terhadap sisi
kolateral sehingga kemungkinan terjatuh kesisi yang
berlawanan tersebut.
c. Pengkajian Saraf Kranial
Pemeriksan ini meliputi pemeriksaan saraf cranial I-XII
1. Saraf I, biasanya pada klien stroke tidak ada kelainan
pada fungsi penciuman.
2. Saraf II, Disfungsipersepsi visual karena gangguan
jaras sensori primer daiantara mata dan korkes visual.
Gangguan hubungan visual-spasial sering terlihat
pada klien dengan hemiplegia kiri.Klien mungkin
tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena
ketidakmampuan untuk mencocokkan pakaian ke
bagian tubuh.
3. Saraf III, IV, VI. Jika akibat stroke mengakibatkan
paralisis, pada satu sisi otot-otot okularis didapatkan
penurunan kemampuan gerakan konjugar unilateral di
sisi yang sakit.
4. Saraf V, pada beberapa keadaan stroke menyebabkan
paralisis saraf trigenimus, penurunan kemampuan
koordinasi gerakan mengunyah, penyimpangan
rahang bawah ke sisi ipsilatera, serta kelumpuhan satu
sisi otot pterigoideus internus dan ekstremitas.
5. Saraf VII. Persepsi pengecapan dalam batas normal,
wajah asimetris, dan otot wajah tertarik ke bagian sisi
yang sehat.
6. Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif
dan tuli persepsi.
7. Saraf IX dan X. Kemampuan menelan kurang baik
dan kesulitan membuka mulut. 40
8. Saraf XI. Tidak ada atrofi otot stenokleidomastoideus
dan trapezius.
9. Saraf XII. Lidah simetris, terdapat deviasi pada satu
sisi dan fasikulasi, serta indra pengecapan normal.
d. Pengkajian Sistem Motorik. Stroke adalah penyakit saraf
motoric atas atau Upper Motor Neuron (UMN) dan
mengakibatkan kehilangan control volunteer terhadap gerakan
motoric. Oleh karena UMN bersilangan, gangguan control
motor volunteer pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan
kerusakan pada UMN di sisi yang berlawanan dari otak.
1. Inspeksi umum. Didapatkan hemiplegia (paralisis
salah satu sisi)
2. Fasikulasi. Didapatkan pada otot ekstremitas
3. Tonus otot. Didapatkan meningkat.
4. Kekuatan otot. Pada penilaian dengan menggunakan
tingkat kekuatan otot pada sisi sakit didapatkan
tingkat 0.
5. Keseimbangan dan koordinasi. Didapatkan
mengalami gangguan karena hemiparese dan
hemiplegia.
e. Pengkajian Refleks. Pemeriksaan reflex terdiri atas
pemeriksaan reflex profunda dan pemeriksaan refleks pada
respons normal.
1. Pemeriksaan Refleks Profunda. Pengetukan pada
tendon, ligamentum atau periosteum derajat refleks
pada respons normal.
2. Pemeriksaan Refleks Patologis. Pada fase akut refleks
fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali
didahului refleks patologis.
f. Pengkajian Sistem Sensorik. Dapat terjadi hemihipestesi. Pada
persepsi terdapat ketidakmampuan untuk menginterprestasikan
sensasi. Disfungsi persepsi visual karena gangguan saraf
sensori primer antara mata dan kortaks visual. Kehilangan
sensori karena stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan
atau mungkin lebih berat, dengan kehilangan proprisepsi
(kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan tubuh) serta
kesulitan dalam menginterpretasikan strimuli visual, taktil dan
auditorius.
5. B4 (Bladder)
Setelah stroke klien mungkin mengalami inkontinensia urine sementara
karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan dan
ketidakmampuan untuk mengendalikan kandung kemih karena kerusakan kontrol
motoric dan postural. Kadang kontrol sfingter urine eksternal hilang atau
berkurang. Selama periode ini, dilakukan kateterisasi 42 intermiten denngan
teknik steril. Inkontinensia urine yang berlanjut menunjukkan kerusakan
neurologis luas.
6. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun,
mual, muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan
produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah pemenuhan nutrisi. Pola
defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltic usus. Adanya
inkontinensia alvi yang berlanjut menunjukkan kerusakan neurologis luas.
7. B6 (Bone)
Stroke adalah penyakit UMN dan mengakibatkan kehilangan control
volunteer terhadap gerakan motoric. Oleh karena neuron motor atas menyilang,
gangguan control monitor volunteer pada salah satu sisi tubuh dapat menunjukkan
kerusakan pada neuron motor atas pada sisi yang berlawanan dari otak. Disfungsi
motoric paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi) karena lesi
pada sisi otak yang berlawanan. Hemiparesis atau kelemahan salah satu sisi
tubuh, adalah tanda yang lain. Pada kulit, jika klien kekurangan oksigen kulit
akan buruk. Selain itu, perlu juga dikaji beberapa tanda decubitus terutama pada
daerah yang menonjol karena klien stroke mengalami masalah mobilitas fisik.
Adanya kesulitan untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensoria tau
43 paralise/plegi, serta mudah lelah menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan
istirahat.
B. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan sebuah label singkat yang menggambarkan
kondisi pasien yang di observasi di lapangan, kondisi ini dapat berupa masalah aktual
ataupun potensial atau diagnosis sejahtera (Wilkinson, 2012). Adapun diagnosis
keperawatan pada pasien stroke menurut Nurarif dan Kusuma (2015) sebagai berikut :
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan hemiparesis, kehilangan
keseimbangan dan koordinasi, spastisitas dan cedera otak
2. Gangguan menelan berhubungan dengan penurunan fungsi nerfus vagus atau
hilangnya refluks muntah
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk mencerna makanan, penurunan fungsi nerfus hipoglosus
4. Nyeri akut
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gejala sisa stroke
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan hemiparesis/hemiplegia, penurunan
mobilitas
7. Resiko jatuh berhubungan dengan perubahan ketajaman penglihatan
8. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan fungsi otot
facial/oral
9. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan aliran
darah ke otak (aterosklerosis, embolisme)
D. Implementasi Keperawatan
Pasien Stroke Implementasi keperawatan yang dilakukan pada pasien sesuai dengan
intervensi keperawatan. Namun, sebagian kecil ada beberapa yang tidak sesuai dengan
intervensi keperawatan. Hal ini dikarenakan situasi dan kondisi dari klien yang tidak
memungkinkan.
E. Evaluasi Keperawatan
Pasien Stroke Evaluasi keperawatan didapatkan dari implementasi keperawatan yang
telah dilakukan oleh peneliti selama tujuh hari, serta didokumentasikan dalam bentuk
SOAP
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
I. Identitas Klien
Nama : Tn.M
Umur : 65 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki
Status : Kawin
Agama : Islam
Pekerjaan : Pedagang
Pendidikan : SD
Alamat : Lamongan
No.mr : 491847
Ruang Rawat : Ruang rawat neurologi
Tgl.masuk : 18 Juni 2019
Tgl.pengkajian : 20 Juni 2019
Penanggung Jawab
Nama : Ny.R
Umur : 60 Tahun
Hub.keluarga : Adik
Pekerjaan : Pensiunan
II. Alasan Masuk
Pasien masuk RS Achmad Muchtar melalui IGD pada tanggal 18 juni 2019,
pasien merupakan rujukan dari RS Ibnu Sina dengan penurunan kesadaran, pasien masuk
RS Achmad Muchtar dengan tujuan melakukan CT Scan dan dipindahkan ke ruang
neurologi, karna alat CT Scan rusak keluarga klien memutuskan untuk merawat pasien
di RS Achmad Muchtar secara umum.
III.Riwayat Kesehatan
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 20 Juni 2019 jam 09:15 WIB di dapatkan
data Keluarga pasien menyatakan esktremitas sebelah kiri pasien lemah sejak 4 hari
yang lalu, Keluarga menyatakan bicara klien pelo, pasien tampak lemah, anggota
gerak lemah sebelah kiri dan bicara pasien kurang jelas dari hasil pemeriksaan
tingkat kesadaran di dapatkan GCS 11 (E3 V5 M3) pasien terpasang kateter dan
kluarga menyatakan sudah 4 hari klien tidak BAB, klien terpasang oksigen nasal
kanul 2 liter, pasien terpasang NGT, pasien terpasang infuse RL 8jam/kolov di
tangan sebelah kanan.
B. Riwayat Kesehatan Dahulu
Keluarga menyatakan pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama dan
tidak ada menderita penyakit kronis lainnya. pasien menyatakan ada riwayat asam
urat dan pasien menyatakan pernah melakukan operasi katarak satu bulan yang lalu.
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dengan
pasien dan tidak ada penderita penyakit ronis lainnya seperti hipertensia,jantung dan
DM.
Genogram:
IV. Pemeriksaan Fisik
Kesadaran: Delirium
GCS : 11 (E3 V5 M3)
BB/TB : 58 kg /165 cm
Tanda-tanda vital (terpasang monitor)
Suhu :36,8°C
Nadi :64 x/menit
Pernafasan :23 x/menit
Tekanan darah :118/75 mmHg
A. Kepala
Rambut : Rambut pasien keseluruhannya beruban, kepala tampak berminyak dan
tidak ada nyeri tekan pada kulit kepala.
Mata : Simetris kiri dan kanan ,pupil pasien tampak isokor diameter 2mm, mata
pasien tampak bersih dan konjungtifa anemis.
Telinga : Simetris kiri kanan, telinga pasien normal tidak ada pakai alat bantu
dengar,dan telinga pasien tampak bersih, tidak ada pembengkakan atau nyeri tekan
pada telinga pasien.
Hidung : Hidung pasien tampak bersih, hidung pasien tampak terpasang oksigen 2
liter/menit dan terpasang NGT pada hidung sebelah kiri.
Mulut dan gigi : Mulut pasien tampak kering dan mulut pasien tampak pencong
sebelah kiri.Gigi pasien tampa kotor,gigi tidak lengkap dan terdapat caries gigi
B. Leher
Dileher pasien tidak ada pembengkakan tiroid dan tidak ada nyeri tekan atau lesi.
C. Thorax
Paru-Paru:
Pergerakan dinding dada kiri dan kanan sama,tidak ada lesi. Tidak ada nyeri tekan
pada dada klien,tidak ada penurunan maupun peningkatan getaran antara paru kanan
dan kiri,Terdengar sonor,Suara nafas Vesikuler dan Tidak ada nafas tambahan
Jantung:
Dada simetris kiri dan kanan,tidak ada pembengkakan sekitar dada,Tidak ada nyeri
tekan sekitar dada,Terdengar redup,Suara jantung normal 1 lup, 2dub
D. Abdomen
Perut pasien tampak datar dan simetris, warna kulit sawo matang ,tidak ada
pembengkakan dan lesi pada perut klien,Tidak ada nyeri tekan pada perut
pasien,tympani,Bising usus (+) 8 kali/menit.
E. Punggung
Tidak terdapat luka atau jejas pada punggung,dan tidak kelainan pada tulang
punggung klien.
F. Ekstremitas Atas
Pada ekstremitas atas pasien tampak terpasang infus RL 8 jam/kolov di tangan
sebelah kanan,tidak ada nyeri tekan pada ekstremitas bagian atas. Bawah : simetris
kiri dan kanan tidak ada luka lecet dan nyeri tekan pada ekstremitas bawah.
- Kekuatan Otot
- Reflek Babinski : ekstremitas : tungkai bawah sebelah kiri psotif.
G. Genetalia
Pasien tampak terpasang kateter, dan pasien menggunakan Pempers dengan ukuran L
H. Intigumen
Tidak ada lesi pada kulit klien,dan kulit klien berwarna sawo matang.
I. Pemeriksaan Nervus
1) Olfaktori
a. Pada saat dilakukan pengkajian klien mampu membedakan bau dengan baik
2) Optikus
a. Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan pandangan agak kabur dan
menggunakan kaca mata di rumah.Post OP katarak mata sebelah kiri satu bulan
lalu.
4) Trigeminus
a. Pada saat dilakukan pengkajian pasien tidak mampu melakukannya dengan baik
5) Fasialis
a. Pada saat dilakukan pengkajian ekspresi wajah pasien tampak terganggu
6) Vestibulocochlearis
a. Pada saat dilakukan pengajian klien mampu mendengarnya dengan baik.
7) Glosofaringeus
a. Pada saat dilakukan pengkajian klien mampu membedakan rasa dengan baik.
8) Vagus
a. Pada saat dilakukan pengkajian klien tampak terpasang NGT.
9) Aksesoris
a. Pada saat dilakukan pengkajian bagian kiri bahu klien tidak mampu melakukan
karna lemah tubuh sebelah kiri.
10) Hipoglasus
a. Pada saat dilakukan pengkajian klien tidak mampu melakuannya.
V. Data Biologis
Data Objektif
1. Pasien tampak pergerakan terbtas.
2. Pasien tampak semua aktifitas di bantu keluarga.
3. Pasien tampak lemah sisi tubuh sebelah kiri.
4. Pasien tampak susah beraktifitas .
5. Pasien tampak sendi kaku
6. Klien tampak berbicara kurang jelas atau pelo
7. Klien tampak susah menggerakan tangan kiri dan kaki kiri.
8. Klien tampak belum BAB sejak 4 hari yang lalu.
9. CT Scan.
10. Saat pengkajian TTV klien :
-TD : 118/75 mmHg
-Suhu : 36,8˚C
-Nadi : 64 kali/menit
-Pernafasan : 23 kali/menit.
11. tampak kekuatan otot
12. GCS : 11 Delirium (E3,M5,V3).
13. Pasien tampak saraf vagus,trigeminus dan hipoglasus terganggu.
14. Lidah tampak pencong atau miring ke kiri.
15. HGB : 17.1g/dL dan HCT : 50.6%
XII. Analisa Data
BAB IV PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Menurut World Health Organization (WHO), stroke adalah manifestasi klinis dari
gangguan fungsi serebri fokal atau global yang berkembang dengan cepat atau tiba-tiba,
berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian, dengan tidak tampaknya penyebab
lain selain penyebab vaskular. Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan gejala hilangnya
fungsi system saraf pusat fokal (atau global) yang berkembang cepat (dalam detik atau menit).
4.2 SARAN
Semoga tugas asuhan keperawatan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
Apabila ada kesalahan didalam makalah ini harap di maklumi karena penyusun masih dalam
tahap belajar.
DAFTAR RUJUKAN
Sumber : http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1079/1/KTI%20SULISTIYAWATI.pdf