Konsep Teori Stroke
Konsep Teori Stroke
Konsep Teori Stroke
Kasus
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pasien dengan
Stroke dan Cidera Kepala
OLEH:
KELOMPOK II
Kelompok II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
b. Sel Neuroglia
Neuroglia (berasal dari nerve glue) mengandung berbagai
macam se yang secara keseluruhan menyokong, melindungi, dan
sumber nutrisi sel saraf pada otak dan medulla spinalis, sedangkan sel
Schwann merupakan pelindung dan penyokong neuron-neuron diluar
sistem saraf pusat. Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari sel-sel
neuron dengan perbandingan sekitar sepuluh banding satu. Ada empat
sel neuroglia yang berhasil diindentifikasi yaitu :
1) Astrosit adalah sel berbentuk bintang yang memiliki sejumlah
prosesus panjang, sebagian besar melekat pada dinding kapilar
darah melalui pedikel atau “kaki vascular”. Berfungsi sebagai “sel
pemberi makan” bagi neuron yang halus. Badan sel astroglia
berbentuk bintang dengan banyak tonjolan dan kebanyakan
berakhir pada pembuluh darah sebagai kaki perivaskular. Bagian
ini juga membentuk dinding perintang antara aliran kapiler darah
dengan neuron, sekaligus mengadakan pertukaran zat diantara
keduanya. Dengan kata lain, membantu neuron mempertahankan
potensial bioelektris yang sesuai untuk konduksi impuls dan
transmisi sinaptik. Dengan cara ini pula sel-sel saraf terlindungi
dari substansi yang berbahaya yang mungkin saja terlarut dalam
darah, tetapi fungsinya sebagai sawar darah otak tersebut masih
memerlukan pemastian lebih lanjut, karena diduga celah endothel
kapiler darahlah yang lebih berperan sebagai sawar darah otak.
2) Oligodendrosit menyerupai astrosit, tetapi badan selnya kecil dan
jumlah prosesusnya lebih sedikit dan lebih pendek. Merupakan sel
glia yang bertanggung jawab menghasilkan myelin dalam susunan
saraf pusat. Sel ini mempunyai lapisan dengan subtansi lemak
mengelilingi penonjolan atau sepanjang sel saraf sehingga
terbentuk selubung myelin.
3) Mikroglia ditemukan dekat neuron dan pembuluh darah, dan
dipercaya memiliki peran fagositik. Sel jenis ini ditemukan di
seluruh sistem saraf pusat dan dianggap berperan penting dalam
proses melawan infeksi.
4) Sel ependimal membentuk membran spitelial yang melapisi rongga
serebral dan ronggal medulla spinalis. Merupakan neuroglia yang
membatasi system ventrikel sistem saraf pusat. Sel-sel inilah yang
merupakan epithel dari Plexus Coroideus ventrikel otak,
c. Selaput Myelin
Merupakan suatu kompleks protein lemak berwarna putih yang
mengisolasi tonjolan saraf. Mielin menghalangi aliran Natrium dan
Kalium melintasi membran neuronal dengan hamper sempurna.
Selubung myelin tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf dan terdapat
celah-selah yang tidak memiliki myelin, dinamakan nodus ranvier,
Tonjolan saraf pada sumsum saraf pusat dan tepi dapat bermielin atau
tidak bermielin. Serabut saraf yang mempunyai selubung myelin
dinamakan serabut myelin dan dalam sistem saraf pusat dinamakan
massa putih (substansia Alba). Serabut-serabut yang tak bermielin
terdapat pada massa kelabu (subtansia Grisea).
Myelin ini berfungsi dalam mempercepat penjalaran impuls dari
transmisi di sepanjang serabut yang tak bermyelin karena impuls
berjalan dengan cara “meloncat” dari nodus ke nodus lain di sepanjang
selubung myelin. Cara transmisi seperti ini dinamakan konduksi
saltatorik. Hal terpenting dalam peran myelin pada proses transmisi di
sebaut saraf dapat terlihat dengan mengamati hal yang terjadi jika tidak
lagi terdapat myelin disana. Pada orang-orang dengan Multiple
Sclerosis, lapisan myelin yang mengelilingi serabut saraf menjadi
hilang. Sejalan dengan hal itu orang tersebut mulai kehilangan
kemampuan untuk mengontrol otot-otonya dan akhirnya menjadi tidak
mampu sama sekali.
d. Synaps
Synaps merupakan tempat dimana neuron mengadakan kontak
dengan neuron lain atau dengan organ-organ efektor, dan merupakan
satu-satunya tempat dimana suatu impuls dapat lewat dari suatu neuron
ke neuron lainnya atau efektor. Ruang antara satu neuron dan neuron
berikutnya dikenal dengan celah sinaptik (Synaptic cleft). Neuron yang
menghantarkan impuls saraf menuju sinaps disebut neuron prasinaptik
dan neuron yang membawa impuls dari sinaps disebut neuron
postsinaptik.
Sinaps dari Neuron
a. Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena
disengaja atau disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini
disampaikan melalui jalan yang panjang. Bagannya adalah sebagai
berikut.
Impuls > Reseptor > Saraf Sensorik > Otak > Saraf Motorik >
Efektor (Otot)
b. Gerak refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak
disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui
jalan yang sangat singkat dan tidak melewati otak..
Contoh gerak refleks adalah sebagai berikut:
1) Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu.
2) Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing
yang masuk ke mata.
3) Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.
4) Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.
5) Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi.
3. Pembagian Sistem Saraf
Lapisan Otak
1) Otak
Otak merupakan organ yang telah terspesialisasi sangat
kompleks. Berat total otak dewasa adalah sekitar 2% dari total
berat badannya atau sekitar 1,4 kilogram dan mempunyai sekitar
12 miliar neuron. Pengolahan informasi di otak dilakukan pada
bagian-bagian khusus sesuai dengan area penerjemahan neuron
sensorik. Permukaan otak tidak rata, tetapi berlekuk-lekuk
sebagai pengembangan neuron yang berada di dalamnya.
Semakin berkembang otak seseorang, semakin banyak
lekukannya. Lekukan yang berarah ke dalam (lembah) disebut
sulkus dan lekukan yang berarah ke atas (gunungan) dinamakan
girus.
Otak mendapatkan impuls dari sumsum tulang belakang
dan 12 pasang saraf kranial. Setiap saraf tersebut akan bermuara
di bagian otak yang khusus. Otak manusia dibagi menjadi tiga
bagian utama, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang.
Para ahli mempercayai bahwa dalam perkembangannya, otak
vertebrata terbagi menjadi tiga bagian yang mempunyai fungsi
khas. Otak belakang berfungsi dalam menjaga tingkah laku, otak
tengah berfungsi dalam penglihatan, dan otak depan berfungsi
dalam penciuman.
Otak
a) Prosencephalon
Prosencephalon terdiri atas cerebrum, talamus, dan
hipotalamus.
Cerebrum
Merupakan bagian terbesar dari otak, yaitu mencakup 85%
dari volume seluruh bagian otak. Bagian tertentu
merupakan bagian paling penting dalam penerjemahan
informasi yang Anda terima dari mata, hidung, telinga, dan
bagian tubuh lainnya. Bagian otak besar terdiri atas dua
belahan (hemisfer), yaitu belahan otak kiri dan otak kanan.
Setiap belahan tersebut akan mengatur kerja organ tubuh
yang berbeda.besar terdiri atas dua belahan, yaitu hemisfer
otak kiri dan hemisfer otak kanan. Otak kanan sangat
berpengaruh terhadap kerja organ tubuh bagian kiri, serta
bekerja lebih aktif untuk pengerjaan masalah yang berkaitan
dengan seni atau kreativitas. Bagian otak kiri
mempengaruhi kerja organ tubuh bagian kanan serta bekerja
aktif pada saat Anda berpikir logika dan penguasaan bahasa
atau komunikasi. Di antara bagian kiri dan kanan hemisfer
otak, terdapat jembatan jaringan saraf penghubung yang
disebut dengan corpus callosum.
c) Myelencephalon
Myelencephalon tersusun atas cerebellum, medula
oblongata, dan pons varoli. Myelencephalon berperan dalam
keseimbangan tubuh dan koordinasi gerakan otot.
Myecenphalon akan mengintegrasikan impuls saraf yang
diterima dari sistem gerak sehingga berperan penting dalam
menjaga keseimbangan tubuh pada saat beraktivitas. Kerja
myelencephalon berhubungan dengan sistem keseimbangan
lainnya, seperti proprioreseptor dan saluran keseimbangan di
telinga yang menjaga keseimbangan posisi tubuh. Informasi
dari otot bagian kiri dan bagian kanan tubuh yang diolah di
bagian cerebrum akan diterima oleh cerebellum melalui
jaringan saraf yang disebut pons varoli. Di bagian cerebellum
terdapat saluran yang menghubungkan antara otak dengan
sumsum tulang belakang yang dinamakan medula oblongata.
Medula oblongata berperan pula dalam mengatur pernapasan,
denyut jantung, pelebaran dan penyempitan pembuluh darah,
gerak menelan, dan batuk. Batas antara medula oblongata dan
sumsum tulang belakang tidak jelas. Oleh karena itu, medula
oblongata sering disebut sebagai sumsum lanjutan.
Christensen, H., Glipstrup, E., Høst, N., Nørbæk, J., & Zielke, S. (2014).
Complications after stroke. Oxford Textbook of Stroke and Cerebrovascular
Disease, 203–214.
https://doi.org/10.1093/med/9780199641208.003.0018
Coupland, A. P., Thapar, A., Qureshi, M. I., Jenkins, H., & Davies, A. H. (2017).
The definition of stroke. Journal of the Royal Society of Medicine, 110(1), 9–
12.
https://doi.org/10.1177/0141076816680121
Dewi, I. P., & Pinzon, R. T. (2016). Resensi Buku “Stroke In Asia.” Berkala
Ilmiah Kedokteran, 2(11), 315–316.
Eka Nurhayati, K. K. D. H. (2015). Analisis Faktor Determinan Kemampuan
Perawatan Diri Pada Pasien Pasca Stroke: Studi Literatur. Jurnal ProNers,
July, 1–14.
https://doi.org/10.20473/jfiki.v5i12018.36-44
Sennfält, S., Norrving, B., Petersson, J., & Ullberg, T. (2019). Long-Term
Survival and Function after Stroke: A Longitudinal Observational Study
from the Swedish Stroke Register. Stroke, 50(1), 53–61.
https://doi.org/10.1161/STROKEAHA.118.022913
Wicaksana, I., Wati, A., & Muhartomo, H. (2017). Perbedaan Jenis Kelamin
Sebagai Faktor Risiko Terhadap Keluaran Klinis Pasien Stroke Iskemik.
Diponegoro Medical Journal, 6(2), 655–662.