Laporan Kasus RS Usu Ruang Icu

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN STROKE


ISKEMIK DI RUANG ICU RUMAH SAKIT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TAHUN 2021

OLEH

1. Dedek Nurmayani (1819401009)


2. Dwi Putri Utami (1819401014)
3. Makdalena (1819401029)
4. Ronauli Ritonga (1819401058)
5. Sarah Debora Hutabarat (1819401061)
6. Titi Septriyana (1819401073)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM DIPLOMA TIGA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MITRA HUSADA MEDAN
T.A 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Stroke atau Cerebrovascular disease menurut World Health Organization

(WHO) adalah “tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi

otak fokal atau global karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di

otak dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih”. Klasifikasi

penyakit stroke terdiri dari beberapa kategori, diantaranya: berdasarkan kelainan

patologis, secara garis besar stroke dibagi dalam 2 tipe yaitu: ischemic stroke disebut

juga infark atau non-hemorrhagic disebabkan oleh gumpalan atau penyumbatan

dalam arteri yang menuju keotak yang sebelumnya sudah mengalami proses

aterosklerosis (Arifianto,2014).

Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah infark miokard dan

kanker serta penyebab kecacatan nomor satu diseluruh dunia. Dampak stroke tidak

hanya dirasakan oleh penderita, namun juga oleh keluarga dan masyarakat

disekitarnya. Penelitian menunjukkan kejadian stroke terus meningkat di berbagai

negara berkembang, termasuk Indonesia (Endriyani, dkk., 2011; Halim dkk., 2016).

Menurut WHO, sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit stroke tahun

2017. Dari jumlah tersebut 5,5 juta jiwa telah meninggal dunia. Diperkirakan jumlah

stroke iskemik terjadi 85% dari jumlah stroke yang ada. Penyakit darah tinggi atau
hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia. Di Indonesia stroke

merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker.

Prevalensi stroke mencapai 8,3 per 1000 penduduk, 60,7 persennya disebabkan oleh

stroke non hemoragik. Sebanyak 28,5 % penderita meninggal dunia dan sisanya

mengalami kelumpuhan total atau sebagian. Hanya 15 % saja yang dapat sembuh

total dari serangan stroke atau kecacatan (Nasution, 2013; Halim dkk., 2017)

Stroke iskemik adalah gangguan pada fungsi otak yang terjadi secara tiba-tiba,

yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran ataupun penurunan fungsi neurologi

lainnya, yang terjadi lebih dari 24 jam dimana penyebabnya adalah gangguan

sirkulasi aliran darah ke otak (Frotscher& Mathias, 2010). Hipoksia yang berlangsung

lama dapat menyebabkan iskemik otak, iskemik yang terhadi dalam waktu yang

singkat kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit sementara dan bukan

defisit permanen. sebangkan iskemik yang terjadi dalam waktu yang lama dapat

menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infark pada otak (Batticaca,

2018).

Faktor yang memicu tingginya angka kejadian stroke iskemik adalah faktor yang

tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti usia, ras 2 gender,

genetik, dan riwayat transient ischemic attack atau stroke sebelumnya. Sedangkan

faktor yang dimodifikasi (modifiable risk factors) berupa hipertensi, merokok,

penyakit jantung, diabetes, obesitas, penggunaan oral kontrasepsi, alkohol,

hiperkolesterolemia (Kabi, et al., 2015). Stroke dapat berdampak pada berbagai


fungsi tubuh. Umumnya, stroke dapat mengakibatkan lima tipe ketidakmampuan,

yaitu 1) paralisis atau masalah mengontrol gerakan, 2) gangguan sensori, termasuk

nyeri, 3) masalah dalam menggunakan atau mengerti bahasa, 4) masalah dalam

berpikir dan memori, dan 5) gangguan emosional.

Tanda dan gejala pada klien stroke biasanya mengalami gangguan atau kesulitan

saat berjalan karena mengalami gangguan pada kekuatan otot dan keseimbangan

tubuh. Seseorang yang mengalami gangguan gerak atau gangguan pada kekuatan

ototnya akan berdampak pada aktivitas sehari-harinya, sehingga klien akan

mengalami hambatan mobilitas fisik. Untuk mencegah terjadinya komplikasi

penyakit lain, maka perlu dilakukan latihan mobilisasi. Mobilisasi adalah kemampuan

seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan

kemandirian diri, meningkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya

penyakit degeneratif dan untuk aktualisasi diri (Pradana M. d., 2016).

ADA DATA STROKE

Selama perawatan, pasien stroke mengalami berbagai masalah keperawatan,

sehingga memebutuhkan proses keperawatan, proses keperawatan dilakukan untuk

mengidentifikasi masalah, mencegah, dan mengatasi masalah keperawatan yang

dialami pasien baik masalah keperawatan actual maupun potensial untuk

meningkatkan kesehatan. Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat sangat


mempengaruhi kualitas asuhan keperawatan yang diterima oleh pasien. Upaya yang

dilakukan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dengan menerapkan

berbagai peran perawat. Selama berpraktek penulis menjalankan peran perawat

sebagai perawat klinis edukator dan pemberi asuhan keperawatan, sehingga dapat

membantu pasien yang mengalami masalah fisik maupun psikologis yang

membutuhkan perawatan lebih lanjut.

Maka dari itu muncul gagasan untuk mengurangi agar tidak muncul penderita

Stroke Iskemik (Non Hemoragik) dengan memberikan Asuhan Keperawatan kepada

pasien dan keluarga pasien dan dari latar belakang tersebut penulis mengambil kasus

tersebut sebagai penyusunan Laporan Kasus dengan mengambil judul “Asuhan

Keperawatan Pada Tn. S Dengan Stroke Iskemik di Ruangan ICU Rumah Sakit

Universitas Sumatera tahun 2021.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn.S dengan

Stroke Iskemik di di Ruangan ICU Rumah Sakit Universitas Sumatera tahun 2021.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu memahami konsep dasar stroke (pengertian, etiologi,

anatomi fisiologi, manisfestasi klinis, patofisiologi, dan penatalaksanaan)


Stroke Iskemik di Ruangan ICU Rumah Sakit Universitas Sumatera tahun

2021.

2. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pasien Tn. S Stroke Iskemik

di Ruangan ICU Rumah Sakit Universitas Sumatera tahun 2021.

3. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan atau masalah

keperawatan yang berhubungan dengan Stroke Iskemik di Ruangan ICU

Rumah Sakit Universitas Sumatera tahun 2021.

4. Mahasiswa mampu menentukan intervensi yang berhubungan dengan Stroke

Iskemik di Ruangan ICU Rumah Sakit Universitas Sumatera tahun 2021.

5. Mahasiswa mampu melakukan implementasi yang berhubungan dengan

Stroke Iskemik di Ruangan ICU Rumah Sakit Universitas Sumatera tahun

2021.

6. Mahasiswa mampu melakukan pendokumentasian yang berhubungan dengan

Stroke Iskemik di Ruangan ICU Rumah Sakit Universitas Sumatera tahun

2021.

1.1 Manfaat Penulisan

1.1.1 Bagi pelayanan kesehatan

Dapat meningkatkan pelayanan kesehatan dengan memberikan asuhan

keperawatan yang komperehensif, kolaborasi dengan disiplin ilmu kesehatan


lainya serta melibatkan keluarga dalam merawat pasien stroke sehingga

meningkatkan pelayanan kesehatan.

1.1.2 Bagi pasien dan keluarga pasien

Pasien dan keluarga pasien mengetahui penyakit dan perawatan Stroke

Iskemik dan dapat mencegah terjadinya penyakit stroke berulang.

1.1.3 Bagi mahasiswa

Memberikan pengetahuan dan memperkaya pengalaman bagi penulis dalam

memberikan dan menyusun Laporan Kasus Asuhan Keperawatan pada pasien

Stroke Iskemik dan sebagai salah satu syarat Laporan Dinas Rumah Sakit di

STIKes Mitra Husada Medan.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Defenisi Stroke Iskemik

Stroke iskemik yaitu tersembatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran

darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti (Nurarif & Kusuma, 2016). Stroke

iskemik merupakan gangguan pada fungsi otak yang terjadi secara tiba-tiba, yang

dapat menyebabkan penurunan kesadaran ataupun penurunan fungsi neurologi

lainnya, yang terjadi lebih dari 24 jam dimana penyebabnya adalah gangguan

sirkulasi aliran darah ke otak (Anurogo, 2014). Stroke iskemik adalah stroke yang

disebabkan oleh karena adanya oklusi yang terjadi akibat pembentukan trombus.

Resiko diatas 55 tahun Wanita lebih tinggi dibanding laki-laki (Munir, 2016).

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi

Sistem saraf manusia mempunyai struktur yang kompleks dengan berbagai

fungsi yang berbeda dan saling mempengaruhi. Satu fungsi saraf terganggu secara

fisiologi akan berpengaruh terhadap fungsi tubuh yang lain. Sistem saraf

dikelompokan menjadi dua bagian besar yaitu susunan saraf pusat/central nervous

system (CNS) dan susunan saraf perifer/peripheral nervous system (PNS). Susunan

saraf pusat terdiri dari otak dan medulla spinalis, sedangkan saraf perifer terdiri atas

saraf-saraf yang keluar dari otak (12 pasang) dan saraf-saraf yang keluar dari
medulla spinalis (31 pasang). Menurut fungsinya saraf perifer dibagi atas saraf

afferent (sensorik) dan efferent (motorik). Saraf afferent (sensorik) menghantarkan

informasi dari reseptor- reseptor khusus yang berada

pada organ permukaan atau bagian dalam ke otak dan medulla spinal ke

organ-organ tubuh seperti otot rangka, otot jantung, otot- otot bagian dalam dan

kelenjer-kelenjer. Saraf motorik kemudian dibagi menjadi dua yaitu system saraf

somatic dan system saraf otonomik. Sistem saraf somatic berperan dalam interaksi

antara tubuh dengan lingkungan luar. Serabut sarafny berada pada sel-sel otot rangka.

Sistem saraf otonomik dibagi atas simpatis dan parasimpatis yang berperan dalam

interaksi dengan lingkungan internal seperti pada otot janntung, kelenjar dan lain-

lain. (Tarwoto edisi II).

Gambar 2.1 Otak (Tarwoto Edisi II)


a. Pembagian Sistem Saraf

1. Sistem Saraf Pusat

a. Otak

b. Medulla Spinalis

2. Sistem Saraf Perifer

a. Afferent (sensorik)

b. Efferent (motorik)

1). Sistem saraf somatik.

2). Sistem saraf otomatik.

1. Sistem Saraf Pusat

a. Otak

Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh

tubuh manusiadan terutama berasal dari proses metabolisme oksidasi

glukosa.Otak berada pada ruang cranial dan dilindungi oleh tulang-tulang

tengkorak yang disebut cranium.

b. Tulang – tulang cranium

Otak terletak dalam ruang tertutup oleh cranium, tulang tulang penyusun

cranium disebut tengkorak yang berfungsi melindungi organ-organ vital. Ada

Sembilan tulang yang membentuk cranium yaitu tulang frontal oksipital,


sphenoid, etmoid, temporal dua buah, parental dua buah. Tulang- tulang

tengkorak dihubungkan oleh sutura

c. Meningen

Meningen adalah jaringan membrane penghubung yang melampisi otak dan

medulla spinalis. Ada tiga lapisan meningen yaitu : duramater, arachnoid, dan

piamater. Duramater adalah lapisan luar meninges, merupakan lapisan yang

liat, kasar dan mempunyai dua lapisan membrane. Arachnoid adalah

membrane bagian tengah, tipis dan terbentuk lapisan laba-laba. Sedangkan

piamater merupakan lapisan paling dalam, tipis, merupakan membrane

vaskuler yang membungkus seluruh lapisan otak antara lapisan satu dengan

lainya terdapat suatu meningeal yaitu : ruang epidural merupakan ruang antara

tengkorak dan lapisan luar duramater, ruang supdural yaitu ruang antara

lapisan dalam duramater dengan membrane arachnoid, ruang subarachnoid

yaitu ruang antara aracnoid dengan piamater. Pada ruang subarachnoid ini

terdapat cairan cerebrospinal (CSF)

d. Korteks Serebri.

Merupakan lapisan bagian atas dari cerebrum yang tebalnya 2-5mm dan

tersusun sebagian besar oleh gray matter dan hampir 75% sel bodi saraf dan

denrit berada pada korteks serebri. Semua aktivitas tubuh dikendalikan oleh

korteks serebri sesuai dengan areanya. Pada korteks serebri terdapat area-area
tertentu yang dipetakan menggunakan angka oleh Brodmann (1909). Menurut

Brodmann permukaan korteks dapat dibagi menjadi sebagian besar daerah-

daerah artitektural sel-sel. Masing-masing area mempunyai arti fungsional

yang jelas dan spesifik.

e. Cerebrum.

Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar, kira-kira 80% dari berat otak.

Cerebrum mempunyai dua hemisfer yang dihubungkan oleh korpus kallosum

yaitu hemisfer kanan dan hemisfer kiri. Baik hemisfer kanan dan kiri,

menginterprestasi data sensori yang masuk, menyimpan memori belajar.

Namun demikian masing-masing hemisfer mempunyai dominasi tertentu,

seperti pada hemisfer kanan lebih dominan dalam mengasimilasi pengalaman

sensori visual, informasi, aktivitas music, seni, menari. Pada hemisfer kiri

lebih dominan pada kemampuan analisis, bahasa, bicara, matematik dan

berfikir abstrack. Setiap hemisfer terbagi atas empat lobus yaitu :

1. Lobus frontal

Area ini mengandung daerah-daerah motori dan pramotorik, berfungsi

sebagai aktivitas motorik, fungsi intektual, emosi dan fungsi fisik.

Pada frontal bagian kiri terdapat area broca yang berfungsi sebagai

pusat motorik bahasa. Kerusakan area broca dapat mengakibatkan

aphasia motorik (ekpresif) yang ditandai ketidakmampuan pasien


untuk mengungkapkan pikiran-pikiran yang dapat dimengerti dalam

bentuk bicara.

2. Lobus parietal

Adalah daerah korteks yang terletak di belakang sulkus

sentralis.Lobus ini merupakan daerah sensorik primer otak untuk

sensori peraba dan pendengaran.

3. Lobus temporal

Adalah area asosiasi primer untuk informasi auditorik dan mencakup

area Wernicke tempat interpretasi bahasa.Lobus ini juga terlibat dalam

interpretasi baud an penyimpanan ingatan.

4. Lobus oksipital

Adalah lobus posterior korteks serebrum terletak di sebelah .Lobus ini

terlibat dalam interprestasi bau dan penyimpanan ingatan.

f. Diencephalon

yang merupakan area korteks asosiasi pendengaran. Kerusakan pada area ini

dapat mengakibtkan gangguan bicara atau menulis karena ketidakmampuan

menangkap suara dari luar. Pada lobus temporal bagian medial terdapat

hypocampus yang berperan dalam proses memori.


1. Lobus oksipital mengandung area fisual otak, berfungsi

sebagai penerima informasi dan menafsirkan warna, reflek

visual. Pada lobus ini terdapat korteks area penglihatan primer

(area brodmann 17). Inpuls penglihatan akan dihantarkan ke

area 17 kemudian akan dihantarkan area brodmann 18 dan 19

yang merupakan korteks area assosiasi penglihatan untuk di

asosiasikan.

g. Diencephalon

Dienchepalon terletak diatas batang otak dan terdiri atas tiga bagian

yaitu :

1) Thalamus

Adalah masa sel saraf besar yang berbentuk telor, terletak pada

subtansi alba. Thalamus berfungsi sebagai stasiun relay dan

integrasi dari medulla spinalis ke korteks cerebri dan bagian

lain dari otak.

2) Hypothalamus

Terletak dibawah thalamus, berfungsi dalam mempertahankan

hoemostasis seperti pengaturan suhu tubuh, rasa haus, lapar,

respon system saraf otonom dan control terhadap seksresi

hormone dalam kelenjar pituitary.


3) Epitalamus

Dipercaya berperan dalam pertumbuhan fisik dan

perkembangan seksual.

4) Batang Otak

Terdiri atas otak tengah (mensecephalon), pons dan medulla

oblongata. Batang otak berfungsi pengaturan reflek untuk

fungsi vital tubuh. Otak tengah mempunyai fungsi utama

sebagai stimulus penggerakan otot dari dan keotak. Misalnya

control reflex pergerakan mata akibat adanya stimulus pada

nervous cranial III dan IV. Pon menghubungkan otak

tengah dengan medulla oblongata, berfungsi sebagai pusat-

pusat reflex pernafasan dan mempengaruhi tingkat karbon

dioksida, aktivitas fasomotor. Medulla oblongata didalamnya

terdapat pusat reflek pernafasan, bersin, menelan, batuk,

muntah, sekresi salifa dan vasokonstruksi. Saraf cranial IX, X,

XI, dan XII keluar dari medulla oblongata. Pada batang otak

terdapat juga system retikularis yaitu system sel saraf dan

serat penghubungnya dalam otak yang menghubungkan

semua traktus ascendens dan decendes dengan semua bagian

lain dari system saraf pusat. System ini berfungsi sebagai

integrator seluruh system saraf seperti dalam tidur, kesadaran,

regulasi suhu, respirasi dan metabolism.


5) Reticular Formation

Merupakan tempat kumpulan jaringan kompleks dari graimater

yang meliputi jalur assending reticular yang mehubungkan

jalur medulla spinalis ke diencephalon basal ganglia serebrum

dan serebellum. Reticular formation berperan dalam membantu

pengaturan pergerakan otot rangka dan reflex spinal. Salah satu

komponen reticular formation adalah reticular actitiviting

system yang berperan dalam pengaturan tidur dan tingkat

kesadaran.

2.1.3 Etiologi

Stroke biasanya diakibatkan dari salah satu dari empat kejadian :

a. Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak atau leher)

b. Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke

otak dari bagian tubuh yang lain)

c. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak)

d. Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan

perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak).

Akibatnya adalah penghentian suplai darah ke otak, yang menyebabkan

kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori bicara, atau sensasi.
Trombosis serebral. Arteosklerosis serebral dan pelambatan sirkulasi serebral adalah

penyebab utama trombosis serebral, yang adalah penyebab paling umum stroke.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau

bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi

kolateral. Pada stroke Iskemik, gejala klinis meliputi:

a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparise) atau hemiplegia

(paralisis) yang timbul secara mendadak. Kelumpuhan terjadi akibat adanya

kerusakan pada area motorik di korteks bagian frontal, kerusakan ini bersifat

kontralateral artinya jika terjadi kerusakan pada hemisfer kanan maka

kelumpuhan otot pada sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan kontrol otot

vulenter dan sensorik sehingga pasien tidak dapat melakukan ekstensi maupun

fleksi.

b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan.Gangguan

sensibilitas terjadi karena kerusakan system saraf otonom dan gangguan saraf

sensorik.

c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor, atau koma), terjadi

akibat perdarahan, kerusakan otak kemudian menekan batang otak atau

terjadinya gangguan metabolik otak akibat hipoksia.


d. Afasia (kesulitan dalam bicara)Afasia adalah defisit kemampuan komunikasi

bicara, termasuk dalam membaca, menulis dan memahami bahasa. Afasia

terjadi jika terdapat kerusakan pada area pusat bicara primer yang berada pada

hemisfer kiri dan biasanya terjadi pada stroke dengan gangguan pada arteri

middle sebelah kiri.

Afasia dibagi menjadi 3 yaitu:

1) Afasia motorik

Afasia motorik atau ekspresif terjadi jika area pada area Broca, yang terletak pada

lobus frontal otak. Pada afasia jenis ini pasien dapat memahami lawan bicara tetapi

pasien tidak dapat mengungkapkan dan kesulitan dalam mengungkapkan bicara.

2) Sensorik

Afasia sensorik terjadi karena kerusakan pada area Wernicke,yang terletak pada

lobus temporal. Pada afasia sensori pasien tidak dapat menerima stimulasi

pendengaran tetapi pasien mampu mengungkapkan pembicaraan. Sehingga respon

pembicaraan pasien tidak nyambung atau koheren.

3) Afasia global

Pada afasia global pasien dapat merespon pembicaraan baik menerima maupun

mengungkapkan pembicaraan.
e. Disatria (bicara cedel atau pelo)

Merupakan kesulitan bicara terutama dalam artikulasi sehingga ucapannya

menjadi tidak jelas. Namun demikian, pasien dapat memahami pembicaraan, menulis,

mendengarkan maupun membaca. Disartria terjadi karena kerusakan nervus cranial

sehingga terjadi kelemahan dari otot bibir, lidah dan laring.Pasien juga terdapat

kesulitan dalam mengunyah dan menelan.

f. Gangguan penglihatan, diplopia.

Pasien dapat kehilangan penglihatan atau juga pandangan menjadi ganda,

gangguan lapang pandang pada salah satu sisi. Hal ini terjadi karena kerusakan pada

lobus temporal atau parietal yang dapat menghambat serat saraf optik pada korteks

oksipital.Gangguan penglihatan juga dapat disebabkan karena kerusakan pada saraf

cranial III, IV dan VI.

g. Disfagia

Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus cranial IX.

Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottis menutup kemudian makanan

masuk ke esophagus.

h. Inkontinensia.

Inkontinensia baik bowel maupun badder sering terjadi karena terganggunya saraf

yang mensarafi bladder dan bowel.


2.1.5 Penatalaksanaan

1. Fase akut

Pasien yang koma dalam pada saat masuk ruamah sakit dipertimbangkan

mempunyai prognosis buruk. Sebaliknya,pasien sadar penuh menghadapi hasil yang

lebih dapat diharapkan. Fase akut biasanya berakhir 48 sampai 72 jam.Dengan

mempertahankan jalan napas dan ventilasi adekuat adalah prioritas dalam fase akut

ini.

a) Pasien ditempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala

tempat tidur agak ditinggikan sampai tekanan vena serebral berkurang.

b) Intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik perlu untuk pasien dengan stroke

masif, kerena henti pernafasan biasanya faktor yang mengancam

kehidupan pada situasi ini.

c) Pasien dipantau untuk adanya komplikasi pulmonal (aspirasi,

atelektasis, pneumonia), yang mungkin berkaitan dengan kehilangan refleks

jalan napas, immobilitas, atau hipoventilasi.

d) Jantung diperiksa untuk abnormalitas dalam ukuran dan irama serta tanda

gagal jantung kongestif.


2.1.6 Komplikasi

Komplikasi stroke meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran darah serebral,

dan luasnya area cedera.

a) Hipoksia serebral diminimalkan dengan memberi oksigenasi darah

adekuat ke otak. Fungsi otak bergantung pada ketersediaan oksigen yang

dikirimkan ke jaringan.Pemberian oksigen suplemen dan mempertahankan

hemoglobin serta hematrokrit pada tingkat dapat diterima akan membantu

dalam mempertahankan oksigenisasi jaringan.

b) Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah.Curah jantung, dan

integritas pembuluh darah serebral.Hidrasi adekuat (cairan intravena)

harus menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah

serebral. Hiprtensi atau hipotensi eksterm perlu dihindari dari untuk mencegah

perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.

c) Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi

atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan

menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah

serebral.Disritmia dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan

pengehentika trombus lokal. Selain itu,disritmia dapat menyebebkan embolus

serebral dan harus diperbaiki.


BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

I. Identitas Klien

Nama : Tn.S Umur : 65 Tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki Status : Kawin

Agama : Islam Pekerjaan : Pedagang

Pendidikan : SD Alamat : Payakumbuh

No.mr : 491847 Ruang Rawat : Ruang rawat neurologi

Tgl.masuk : 18 Juni 2019 Tgl.pengkajian : 20 Juni 2019

Penanggung Jawab

Nama : Ny.R Umur : 60 Tahun

Hub.keluarga : Adik Pekerjaan : Pensiunan

II. Alasan Masuk

Pasien masuk RS Universitas Sumatera Utara melalui IGD pada tanggal 26 juni

2021, pasien dengan penurunan kesadaran,

III. Riwayat Kesehatan

A. Riwayat Kesehatan Sekarang


Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 26 Juni 2021 jam 23:12 WIB di dapatkan

data Keluarga pasien menyatakan esktremitas sebelah kiri pasien lemah sejak 4 hari

yang lalu, Keluarga menyatakan bicara klien pelo, pasien tampak lemah, anggota

gerak lemah sebelah kiri dan bicara pasien kurang jelas dari hasil pemeriksaan

tingkat kesadaran di dapatkan GCS 11 (E3 V5 M3) dan keluarga menyatakan sudah

4 hari klien tidak BAB.

B. Riwayat Kesehatan Dahulu

Keluarga menyatakan pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama dan

tidak ada menderita penyakit kronis lainnya. pasien menyatakan ada riwayat asam

urat .

IV. Pemeriksaan Fisik

Kesadaran : Delirium

GCS : 11 (E3 V5 M3)

BB/TB : 70 kg /165 cm

Tanda-tanda vital (terpasang monitor)

Suhu :37°C

Nadi :102 x/menit

Pernafasan :23 x/menit


Tekanan darah :182/115 mmHg

A. Kepala

 Rambut : Rambut pasien keseluruhannya beruban, kepala tampak berminyak

dan tidak ada nyeri tekan pada kulit kepala.

 Mata : Simetris kiri dan kanan ,pupil pasien tampak isokor diameter 2mm,

mata pasien tampak bersih dan konjungtifa anemis.

 Telinga : Simetris kiri kanan, telinga pasien normal tidak ada pakai alat bantu

dengar,dan telinga pasien tampak bersih, tidak ada pembengkakan atau nyeri

tekan pada telinga pasien.

 Hidung : Hidung pasien tampak bersih

 Mulut dan gigi : Mulut pasien tampak kering dan mulut pasien tampak

pencong sebelah kiri.Gigi pasien tampa kotor,gigi tidak lengkap dan terdapat

caries gigi

B. Leher

Dileher pasien tidak ada pembengkakan tiroid dan tidak ada nyeri tekan atau lesi.

C. Thorax

 Paru-Paru

I : Pergerakan dinding dada kiri dan kanan sama,tidak ada lesi.

P : Tidak ada nyeri tekan pada dada klien,tidak ada penurunan


maupun peningkatan getaran antara paru kanan dan kiri.

P : Terdengar sonor.

A : Suara nafas Vesikuler. Tidak ada nafas tambahan

 Jantung

I : Dada simetris kiri dan kanan,tidak ada pembengkakan sekitar dada.

P : Tidak ada nyeri tekan sekitar dada.

P : Terdengar redup

A : Suara jantung normal 1 lup, 2dub

D. Abdomen

I : Perut pasien tampak datar dan simetris, warna kulit sawo matang ,tidak ada

pembengkakan dan lesi pada perut klien.

P : Tidak ada nyeri tekan pada perut pasien.

P : tympani

A : Bising usus (+) 8 kali/menit.

E. Punggung

I : Tidak terdapat luka atau jejas pada punggung,dan tidak kelainan pada tulang
punggung klien.

F. Ekstremitas

Atas : Pada ekstremitas atas pasien tampak terpasang infus RL 8 jam/kolov di

tangan sebelah kanan,tidak ada nyeri tekan pada ekstremitas bagian atas.

Bawah : simetris kiri dan kanan tidak ada luka lecet dan nyeri tekan pada

ekstremitas bawah.

- Kekuatan Otot

- Reflek Babinski : ekstremitas : tungkai bawah sebelah kiri psotif.

G. Genetalia

pasien menggunakan Pempers dengan ukuran XL

H. Intigumen

Tidak ada lesi pada kulit klien,dan kulit klien berwarna sawo matang.

I. Pemeriksaan Nervus

1) Olfaktori

a. Pada saat dilakukan pengkajian klien tidakm mampu melakukannya

2) Optikus
a. Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan pandangan agak kabur

dan menggunakan kaca mata di rumah.Post OP katarak mata sebelah kiri satu

bulan lalu.

3) Okulomotorius,Abdusen dan Trochlearis

a. Pada saat dilakukan pengkajian klien mampu melakukannya dengan baik.

4) Trigeminus

a. Pada saat dilakukan pengkajian pasien tidak mampu melakukannya

dengan baik

5) Fasialis

a. Pada saat dilakukan pengkajian ekspresi wajah pasien tampak terganggu

6) Vestibulocochlearis

a. Pada saat dilakukan pengajian klien mampu mendengarnya dengan baik.

7) Glosofaringeus

a. Pada saat dilakukan pengkajian klien mampu membedakan rasa dengan

baik.

8) Vagus

a. Pada saat dilakukan pengkajian klien tampak terpasang NGT.


9) Aksesoris

a. Pada saat dilakukan pengkajian bagian kiri bahu klien tidak mampu

melakukan karna lemah tubuh sebelah kiri.

10) Hipoglasus

a. Pada saat dilakukan pengkajian klien tidak mampu melakuannya.


I Data Biologis

Tabel 3.1 Data Biologis


Tn.S

AKTIVITAS SEHAT SAKIT


Makanan dan Minuman
MAKANAN
-menu Nasi+ikan nila Makanan cair (NGT)
-porsi 3x1 sehari 300 cc
-makanan kesukaan Ikan nila Susu
-pantangan Kacang-kacangan Kacang-kacangan
MINUMAN
-Jumlah 8 gelas/hari 2-4 gelas/hari
-Minuman Kesukaan The manis Air putih
-Pantangan Tidak ada Tidak ada

Elaminasi
BAB
-Frekuensi 1x sehari Klien
-Warna Kuning belum BAB sejak 4
-Bau Khas hari yang lalu karna
-Konsistensi Padat kurang aktifitas.
BAK
-Frekuensi 4x sehari Terpasang kateter
-Warna Kuning Kuning pekat
-Bau Khas Khas
(Output ±250cc)
Istirahat dan Tidur
-Waktu tidur Malam hari Siang dan malam hari
-Lama tidur ± 8jam ± 6jam
-Kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada

Personal Hygiene
-Mandi 2x sehari 1x sehari(di lap).
-Cuci rambut 2x sehari 1x2 hari
-Gosok gigi 2x sehari -
-Potong kuku 1x seminggu Kuku klien panjang
dan kotor
VI Riwayat Alergi

Keluarga pasien menyatakan klien tidak memiliki riwayat alergi makanan dan

obat obatan.

VII. Data Psikologis

Keluarga berharap pasien cepat sembuh dan kembali ke rumah agar bisa

berkumpul dengan keluarga.

VIII .Data Sosial dan Ekonomi

Pada saat sehat pasien selalu mengikuti kegiatan social serta keagamaan yang ada

di lingkungannya dan menjadi tulang punggung keluarganya.Setelah pasien sakit

pasien tidak mampu lagi untuk menafkahi keluarganya karena tubuh pasien terbaring

lemah.

IX Data Spiritual

Pada saat sehat keluarga mengatakan bahwa klien shalat lima waktu sehari

semalam ,Keluarga mengatakan Tn. S seorang muslim dan berkepecayaan kepada

ALLAH SWT.

II Data Penunjang

 Pemeriksaan CT Scan Tanggal 27 Juni 2021


Gambar 3.1 CT Scan Tn.S
Tampak lesi hipodens luas di grey-white matter lobus,

frontotemporoparietooccipikal kanan dan kapsula interna kanan. Tidak tampak

midline shift. Kalsifikasi fisiologis di pleksus koroideus bilateral, basal ganglia

bilateral dan pineal body. Tidak tampak kelainan di daerah CPA dan serebelli.

Mastoid aircells dan sinus paranasal baik.Orbita dan bolbus okuli kanan kiri baik.

Tulang kepala intak.

Kesan:

Infark luas di grey-white matter lobus frontotemporoparietooccipital kanan dan

kapsula interna kanan


III Data Pengobatan

 Pengobatan intravena Infus RL 20 tetes 8 jam/ kolov.

 Jenis-jenis obat yang di pakai.

Tabel 3.4 Data Pengobatan

Tanggal Nama obat Manfaat Efek samping


Dosis
27 Juni Ranitidine 2x1 Obat untuk -Sakit kepala.
2021 mengurangi jumlah -Mengantuk,
asam lambung dalam pusing.
perut serta untuk -Masalah
mencegah rasa panas tidur.
perut ,maag, dan sakit - Gairah seks
perut yang di menurun.
sebabkan oleh tua -Mual.
lambung. -Diare atau
konstipasi.
Dexamethason 3x1 Untuk mengobati -Masalah
kondisi seperti tidur.
arthritis,gangguan -perubahan
darah suasana hati
/hormone/system -jerawat,ulit
kekebalan kering.
tubuh,reaksi -
alergi,masalah kulit Penyembuhan
dan mata luka yang
tertentu,masalah lambat.
pernafasan,gangguan -keringat
usus tertentu,dan berlebih.
kanker tertentu. - Sakit kepala
-Mual
-kelemahan
otot.
CPG 1x1 Mencegah -Lebam dan
penggumpalan darah perdarahan
penderita serangan bawah kulit.
jantung,stroke -Mimisan.
iskemik,penyakit -konstipasi
arteri ferifer,penyakit -Gangguan
jantung koroner,dan pencernaan.
pemasangan ring,baik
pada pembuluh darah
arteri jantung atau
pembuluh darah arteri
lainnya.

IV Data Fokus

Data Subjektif

1. Keluarga mengatakan pasien susah untuk bergerak.

2. Keluarga mengatakan semua aktifitas di bantu.

3. Keluarga mengatakan pasien belum mandi atau di lap.

4. Keluarga mengatakan pasien susah beraktivitas.

5. Keluarga menyatakan berbicara kurang jelas.

6. Klien mengatakan tangan dan kaki kiri susah untuk di gerakan.

Data Objektif
1. Pasien tampak pergerakan terbtas.

2. Pasien tampak semua aktifitas di bantu keluarga.

3. Pasien tampak lemah sisi tubuh sebelah kiri

4. Pasien tampak susah beraktifitas .

5. Pasien tampak sendi kaku

6. Klien tampak berbicara kurang jelas atau pelo

7. Klien tampak susah menggerakan tangan kiri dan kaki kiri.

8. Klien tampak belum BAB sejak 4 hari yang lalu.

9. CT Scan.

10. Saat pengkajian TTV klien : -TD : 118/75 mmHg


-Suhu : 36,8˚C

-Nadi : 64 kali/menit

-Pernafasan : 23 kali/menit .

11. tampak kekuatan otot

Anda mungkin juga menyukai