Laporan Kasus RS Usu Ruang Icu
Laporan Kasus RS Usu Ruang Icu
Laporan Kasus RS Usu Ruang Icu
OLEH
PENDAHULUAN
(WHO) adalah “tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi
otak fokal atau global karena adanya sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di
otak dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih”. Klasifikasi
patologis, secara garis besar stroke dibagi dalam 2 tipe yaitu: ischemic stroke disebut
dalam arteri yang menuju keotak yang sebelumnya sudah mengalami proses
aterosklerosis (Arifianto,2014).
Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah infark miokard dan
kanker serta penyebab kecacatan nomor satu diseluruh dunia. Dampak stroke tidak
hanya dirasakan oleh penderita, namun juga oleh keluarga dan masyarakat
negara berkembang, termasuk Indonesia (Endriyani, dkk., 2011; Halim dkk., 2016).
Menurut WHO, sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit stroke tahun
2017. Dari jumlah tersebut 5,5 juta jiwa telah meninggal dunia. Diperkirakan jumlah
stroke iskemik terjadi 85% dari jumlah stroke yang ada. Penyakit darah tinggi atau
hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia. Di Indonesia stroke
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan kanker.
Prevalensi stroke mencapai 8,3 per 1000 penduduk, 60,7 persennya disebabkan oleh
stroke non hemoragik. Sebanyak 28,5 % penderita meninggal dunia dan sisanya
mengalami kelumpuhan total atau sebagian. Hanya 15 % saja yang dapat sembuh
total dari serangan stroke atau kecacatan (Nasution, 2013; Halim dkk., 2017)
Stroke iskemik adalah gangguan pada fungsi otak yang terjadi secara tiba-tiba,
lainnya, yang terjadi lebih dari 24 jam dimana penyebabnya adalah gangguan
sirkulasi aliran darah ke otak (Frotscher& Mathias, 2010). Hipoksia yang berlangsung
lama dapat menyebabkan iskemik otak, iskemik yang terhadi dalam waktu yang
singkat kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit sementara dan bukan
defisit permanen. sebangkan iskemik yang terjadi dalam waktu yang lama dapat
menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infark pada otak (Batticaca,
2018).
Faktor yang memicu tingginya angka kejadian stroke iskemik adalah faktor yang
tidak dapat dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti usia, ras 2 gender,
genetik, dan riwayat transient ischemic attack atau stroke sebelumnya. Sedangkan
Tanda dan gejala pada klien stroke biasanya mengalami gangguan atau kesulitan
saat berjalan karena mengalami gangguan pada kekuatan otot dan keseimbangan
tubuh. Seseorang yang mengalami gangguan gerak atau gangguan pada kekuatan
penyakit lain, maka perlu dilakukan latihan mobilisasi. Mobilisasi adalah kemampuan
seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk
sebagai perawat klinis edukator dan pemberi asuhan keperawatan, sehingga dapat
Maka dari itu muncul gagasan untuk mengurangi agar tidak muncul penderita
pasien dan keluarga pasien dan dari latar belakang tersebut penulis mengambil kasus
Keperawatan Pada Tn. S Dengan Stroke Iskemik di Ruangan ICU Rumah Sakit
1.2 Tujuan
Stroke Iskemik di di Ruangan ICU Rumah Sakit Universitas Sumatera tahun 2021.
2021.
2021.
2021.
Stroke Iskemik dan sebagai salah satu syarat Laporan Dinas Rumah Sakit di
TINJAUAN TEORITIS
darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti (Nurarif & Kusuma, 2016). Stroke
iskemik merupakan gangguan pada fungsi otak yang terjadi secara tiba-tiba, yang
lainnya, yang terjadi lebih dari 24 jam dimana penyebabnya adalah gangguan
sirkulasi aliran darah ke otak (Anurogo, 2014). Stroke iskemik adalah stroke yang
disebabkan oleh karena adanya oklusi yang terjadi akibat pembentukan trombus.
Resiko diatas 55 tahun Wanita lebih tinggi dibanding laki-laki (Munir, 2016).
fungsi yang berbeda dan saling mempengaruhi. Satu fungsi saraf terganggu secara
fisiologi akan berpengaruh terhadap fungsi tubuh yang lain. Sistem saraf
dikelompokan menjadi dua bagian besar yaitu susunan saraf pusat/central nervous
system (CNS) dan susunan saraf perifer/peripheral nervous system (PNS). Susunan
saraf pusat terdiri dari otak dan medulla spinalis, sedangkan saraf perifer terdiri atas
saraf-saraf yang keluar dari otak (12 pasang) dan saraf-saraf yang keluar dari
medulla spinalis (31 pasang). Menurut fungsinya saraf perifer dibagi atas saraf
pada organ permukaan atau bagian dalam ke otak dan medulla spinal ke
organ-organ tubuh seperti otot rangka, otot jantung, otot- otot bagian dalam dan
kelenjer-kelenjer. Saraf motorik kemudian dibagi menjadi dua yaitu system saraf
somatic dan system saraf otonomik. Sistem saraf somatic berperan dalam interaksi
antara tubuh dengan lingkungan luar. Serabut sarafny berada pada sel-sel otot rangka.
Sistem saraf otonomik dibagi atas simpatis dan parasimpatis yang berperan dalam
interaksi dengan lingkungan internal seperti pada otot janntung, kelenjar dan lain-
a. Otak
b. Medulla Spinalis
a. Afferent (sensorik)
b. Efferent (motorik)
a. Otak
Otak merupakan jaringan yang paling banyak memakai energi dalam seluruh
Otak terletak dalam ruang tertutup oleh cranium, tulang tulang penyusun
c. Meningen
medulla spinalis. Ada tiga lapisan meningen yaitu : duramater, arachnoid, dan
vaskuler yang membungkus seluruh lapisan otak antara lapisan satu dengan
lainya terdapat suatu meningeal yaitu : ruang epidural merupakan ruang antara
tengkorak dan lapisan luar duramater, ruang supdural yaitu ruang antara
yaitu ruang antara aracnoid dengan piamater. Pada ruang subarachnoid ini
d. Korteks Serebri.
Merupakan lapisan bagian atas dari cerebrum yang tebalnya 2-5mm dan
tersusun sebagian besar oleh gray matter dan hampir 75% sel bodi saraf dan
denrit berada pada korteks serebri. Semua aktivitas tubuh dikendalikan oleh
korteks serebri sesuai dengan areanya. Pada korteks serebri terdapat area-area
tertentu yang dipetakan menggunakan angka oleh Brodmann (1909). Menurut
e. Cerebrum.
Cerebrum adalah bagian otak yang paling besar, kira-kira 80% dari berat otak.
yaitu hemisfer kanan dan hemisfer kiri. Baik hemisfer kanan dan kiri,
sensori visual, informasi, aktivitas music, seni, menari. Pada hemisfer kiri
1. Lobus frontal
Pada frontal bagian kiri terdapat area broca yang berfungsi sebagai
bentuk bicara.
2. Lobus parietal
3. Lobus temporal
4. Lobus oksipital
f. Diencephalon
yang merupakan area korteks asosiasi pendengaran. Kerusakan pada area ini
menangkap suara dari luar. Pada lobus temporal bagian medial terdapat
asosiasikan.
g. Diencephalon
Dienchepalon terletak diatas batang otak dan terdiri atas tiga bagian
yaitu :
1) Thalamus
Adalah masa sel saraf besar yang berbentuk telor, terletak pada
2) Hypothalamus
perkembangan seksual.
4) Batang Otak
XI, dan XII keluar dari medulla oblongata. Pada batang otak
kesadaran.
2.1.3 Etiologi
kehilangan sementara atau permanen gerakan, berpikir, memori bicara, atau sensasi.
Trombosis serebral. Arteosklerosis serebral dan pelambatan sirkulasi serebral adalah
penyebab utama trombosis serebral, yang adalah penyebab paling umum stroke.
Menurut Tarwoto (2013), manifestasi klinis stroke tergantung dari sisi atau
bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan adanya sirkulasi
kerusakan pada area motorik di korteks bagian frontal, kerusakan ini bersifat
kelumpuhan otot pada sebelah kiri. Pasien juga akan kehilangan kontrol otot
vulenter dan sensorik sehingga pasien tidak dapat melakukan ekstensi maupun
fleksi.
sensibilitas terjadi karena kerusakan system saraf otonom dan gangguan saraf
sensorik.
terjadi jika terdapat kerusakan pada area pusat bicara primer yang berada pada
hemisfer kiri dan biasanya terjadi pada stroke dengan gangguan pada arteri
1) Afasia motorik
Afasia motorik atau ekspresif terjadi jika area pada area Broca, yang terletak pada
lobus frontal otak. Pada afasia jenis ini pasien dapat memahami lawan bicara tetapi
2) Sensorik
Afasia sensorik terjadi karena kerusakan pada area Wernicke,yang terletak pada
lobus temporal. Pada afasia sensori pasien tidak dapat menerima stimulasi
3) Afasia global
Pada afasia global pasien dapat merespon pembicaraan baik menerima maupun
mengungkapkan pembicaraan.
e. Disatria (bicara cedel atau pelo)
menjadi tidak jelas. Namun demikian, pasien dapat memahami pembicaraan, menulis,
sehingga terjadi kelemahan dari otot bibir, lidah dan laring.Pasien juga terdapat
gangguan lapang pandang pada salah satu sisi. Hal ini terjadi karena kerusakan pada
lobus temporal atau parietal yang dapat menghambat serat saraf optik pada korteks
g. Disfagia
Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus cranial IX.
Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glottis menutup kemudian makanan
masuk ke esophagus.
h. Inkontinensia.
Inkontinensia baik bowel maupun badder sering terjadi karena terganggunya saraf
1. Fase akut
Pasien yang koma dalam pada saat masuk ruamah sakit dipertimbangkan
mempertahankan jalan napas dan ventilasi adekuat adalah prioritas dalam fase akut
ini.
a) Pasien ditempatkan pada posisi lateral atau semi telungkup dengan kepala
b) Intubasi endotrakea dan ventilasi mekanik perlu untuk pasien dengan stroke
d) Jantung diperiksa untuk abnormalitas dalam ukuran dan irama serta tanda
serebral. Hiprtensi atau hipotensi eksterm perlu dihindari dari untuk mencegah
perubahan pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
atrium atau dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
I. Identitas Klien
Penanggung Jawab
Pasien masuk RS Universitas Sumatera Utara melalui IGD pada tanggal 26 juni
data Keluarga pasien menyatakan esktremitas sebelah kiri pasien lemah sejak 4 hari
yang lalu, Keluarga menyatakan bicara klien pelo, pasien tampak lemah, anggota
gerak lemah sebelah kiri dan bicara pasien kurang jelas dari hasil pemeriksaan
tingkat kesadaran di dapatkan GCS 11 (E3 V5 M3) dan keluarga menyatakan sudah
Keluarga menyatakan pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama dan
tidak ada menderita penyakit kronis lainnya. pasien menyatakan ada riwayat asam
urat .
Kesadaran : Delirium
BB/TB : 70 kg /165 cm
Suhu :37°C
A. Kepala
Mata : Simetris kiri dan kanan ,pupil pasien tampak isokor diameter 2mm,
Telinga : Simetris kiri kanan, telinga pasien normal tidak ada pakai alat bantu
dengar,dan telinga pasien tampak bersih, tidak ada pembengkakan atau nyeri
Mulut dan gigi : Mulut pasien tampak kering dan mulut pasien tampak
pencong sebelah kiri.Gigi pasien tampa kotor,gigi tidak lengkap dan terdapat
caries gigi
B. Leher
Dileher pasien tidak ada pembengkakan tiroid dan tidak ada nyeri tekan atau lesi.
C. Thorax
Paru-Paru
P : Terdengar sonor.
Jantung
P : Terdengar redup
D. Abdomen
I : Perut pasien tampak datar dan simetris, warna kulit sawo matang ,tidak ada
P : tympani
E. Punggung
I : Tidak terdapat luka atau jejas pada punggung,dan tidak kelainan pada tulang
punggung klien.
F. Ekstremitas
tangan sebelah kanan,tidak ada nyeri tekan pada ekstremitas bagian atas.
Bawah : simetris kiri dan kanan tidak ada luka lecet dan nyeri tekan pada
ekstremitas bawah.
- Kekuatan Otot
G. Genetalia
H. Intigumen
Tidak ada lesi pada kulit klien,dan kulit klien berwarna sawo matang.
I. Pemeriksaan Nervus
1) Olfaktori
2) Optikus
a. Pada saat dilakukan pengkajian klien mengatakan pandangan agak kabur
dan menggunakan kaca mata di rumah.Post OP katarak mata sebelah kiri satu
bulan lalu.
4) Trigeminus
dengan baik
5) Fasialis
6) Vestibulocochlearis
7) Glosofaringeus
baik.
8) Vagus
a. Pada saat dilakukan pengkajian bagian kiri bahu klien tidak mampu
10) Hipoglasus
Elaminasi
BAB
-Frekuensi 1x sehari Klien
-Warna Kuning belum BAB sejak 4
-Bau Khas hari yang lalu karna
-Konsistensi Padat kurang aktifitas.
BAK
-Frekuensi 4x sehari Terpasang kateter
-Warna Kuning Kuning pekat
-Bau Khas Khas
(Output ±250cc)
Istirahat dan Tidur
-Waktu tidur Malam hari Siang dan malam hari
-Lama tidur ± 8jam ± 6jam
-Kesulitan tidur Tidak ada Tidak ada
Personal Hygiene
-Mandi 2x sehari 1x sehari(di lap).
-Cuci rambut 2x sehari 1x2 hari
-Gosok gigi 2x sehari -
-Potong kuku 1x seminggu Kuku klien panjang
dan kotor
VI Riwayat Alergi
Keluarga pasien menyatakan klien tidak memiliki riwayat alergi makanan dan
obat obatan.
Keluarga berharap pasien cepat sembuh dan kembali ke rumah agar bisa
Pada saat sehat pasien selalu mengikuti kegiatan social serta keagamaan yang ada
pasien tidak mampu lagi untuk menafkahi keluarganya karena tubuh pasien terbaring
lemah.
IX Data Spiritual
Pada saat sehat keluarga mengatakan bahwa klien shalat lima waktu sehari
ALLAH SWT.
II Data Penunjang
bilateral dan pineal body. Tidak tampak kelainan di daerah CPA dan serebelli.
Mastoid aircells dan sinus paranasal baik.Orbita dan bolbus okuli kanan kiri baik.
Kesan:
IV Data Fokus
Data Subjektif
Data Objektif
1. Pasien tampak pergerakan terbtas.
9. CT Scan.
-Nadi : 64 kali/menit
-Pernafasan : 23 kali/menit .