Makalah Asuhan Keperawatan Stroke: Disusun Oleh: ERNI ANDRIANI (NIM 012019004)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN STROKE

Disusun Oleh :

ERNI ANDRIANI (NIM 012019004)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

INSTITUT KESEHATAN DAN BISNIS

KURNIA JAYA PERSADA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah ini. Makalah ini
kami buat dalam memenuhi tugas mata kuliah ”Keperawatan Gawat Darurat”. Makalah ini
kami buat untuk membantu memahami tentang “Stroke” baik teori maupun Asuhan
Keperawatan.
Dengan adanya makalah ini, para pembaca diharapkan mampu mengembangkan dan
menambah pengetahuan mereka disamping adanya buku – buku referensi dan makalah yang
lain, makalah ini bukan suatu hasil yang sempurna, dengan adanya waktu - waktu yang akan
datangdiperlukan proses perbaikan dan penyempurnaan.
Apabila Makalah ini terdapat kekurangan - kekurangan, maka kami sebagai penyusun
makalah ini mengharapkan kritikan dan saran dari para pembaca.
Harapan kami semoga makalah ini berguna bagi semua pembaca. Kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan untuk pembelajaran berikutnya.

Palopo, 12 Juni 2022

Erni Andriani

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2

BAB II KONSEP TEORI 3

A. Definisi 3
B. Klasifikasi 3
C. Etiologi 4
D. Manifestasi Klinik 4
E. Patofisiologi 4
F. Pemeriksaan Diagnostik 5
G. Komplikasi 5
H. Penatalaksanaan 6

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 8

A. Pengkajian 8
B. Diagnosa Keperawatan 12
C. Intervensi Keperawatan 13

BAB IV PENUTUP 24
A. Kesimpulan 24
B. Saran 24

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stroke adalah penyakit kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh berhentinya
suplai darah ke bagian otak. Berdasarkan data WHO, diseluruh dunia tahun 2002
diperkirakan 5,5 juta orang meninggal akibat stroke. Di Asia khususnya Indonesia
kasus stroke menduduki peringkat pertama , setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang
mengalami serangan stroke. Sekitar 28,5 % klien dengan penyakit stroke di Indonesia
meninggal dunia dan diperkirakan tahun 2020 penyakit jantung dan stroke menjadi
penyebab utama kematian di dunia ( Yayasan Stroke Indonesia, 2009 ).
Semakin meningkatnya arus globalisasi di segala bidang telah ba nyak membawa
perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat. Perubahan tersebut tanpa
disadari telah memberi pengaruh terhadap terjadinya transisi epidemiologi, yaitu
perubahan pola penyakit dari penyakit menular ke penyakit tidak menular yang
ditandai dengan semakin meningkatnya kasus penyakit tidak menular di masyarakat
(Bustan, M.N., 1997; Depkes RI, 2001).
Seiring dengan peningkatan umur harapan hidup dan insiden be berapa penyakit
seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes mellit, dan hiperkolesterolemia, salah
satu penyakit tidak menular yang di perkirakan insidennya semakin meningkat adalah
stroke (Bustan, M.N., 1997; Tri Makmur dkk, 2002).
Stroke adalah gangguan neurologis berat yang paling sering di jumpai dimana
dengan serangannya yang akut dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat
ataupun kecacatan seumur hidup , baik kecacatan fisik maupun mental. Stroke dapat
terjadi pada usia pro duktif dan usia lanjut yang berdampak pada sosial ekonomi (Tri
Mak mur dkk, 2002 Nasution D., 1995).
Stroke dapat menimbulkan penderitaan, baik bagi penderita maupun bagi
keluarganya. Seorang penderita stroke tidak mungkin kembali bekerja seperti keadaan
sebelum terjadinya serangan stroke: dia juga akan kehilangan kemampuan untuk
berkomunikasi dengan orang lain ataupun merawat dirinya sendiri.
Penanganan stroke harus dilakukan dengan segera karena jika tidak segera
ditangani maka dapat menyebabkan kecacatan permanen bahkan kematian. Di unit
gawat darurat, pasien yang datang dengan serangan stroke penting dilakukan
pengkajian dan penatalaksanaan ABCDE agar dapat segera tertangani. Penderita

1
stroke tidak dapat disembuhkan secara total, namun apabila ditangani dengan baik
maka akan meringankan beban penderita, meminimalkan kecacatan dan mengurangi
ketergantungan pada orang lain dalam beraktivitas. Pasien stroke membutuhkan
penanganan yang komprehensif, termasuk upaya pemulihan dan rehabilitasi dalam
jangka lama untuk menghindari terjadinya serangan ulang ( Haryono, 2004 ).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah: Bagaimana
gambaran Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Stroke.
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui gambaran Asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke
2. Mengetahui apa itu stroke
3. Mengetahui apa saja etiologi stroke
4. Mengetahui patofisiologi stroke
5. Mengetahui apa saja manifestasi klinik stroke
6. Mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostic stroke
7. Mengetahui bagaimana pengobatan/farmakologi stroke
8. Mengetahui apa saja komplikasi stroke

2
BAB II

KONSEP TEORI

A. Definsi Stroke
Stroke merupakan deficit neurologis yang mempunyai aitan tiba-tiba yang
berlangsung selama 24 jam dan disebabkan oleh penyakit serebrovaskular, yang dapat
mengakibatkan kematian atau kecacatan. Stroke terjadi karena saat terdapat gangguan
aliran darah ke otak (Fitzimons dan Bohan, 2013)
Strok merupakan gangguan fungsi syaraf yang disebabkan adanya ketidakseimbangan
aliran darah dalam otak, dan dapat timbul secara mendadak (dalam waktu beberapa
detik) atau secara cepat (dalam waktu beberapa jam), dengan gejala dan tanda-tanda
yang sesuai dengan daerah otak yang mengalami gangguan pasokan darah (Mulyadi,
dkk, 2007).
B. Klasifikasi Stroke
Secara klinis stroke di bagi menjadi 2 jenis yaitu stroke non hemoragik dan stroke
hemoragik.
1. Stroke non hemoragik (Iskemik)
Secara patofisiologis stroke non hemoragik (Iskemik) adalah kematian jaringan
otak karena pasokan darah yang tidak adekuat. Secara klinis stroke non hemoragik
(Iskemik) merupakan deficit neurologis fokal yang timbul akut dan berlangsung
lebih lama dari 24 jam serta tidak disebabkan oleh perdarahan.
2. Stroke hemoragik
Stroke hemoragik disebabkan oleh perdarahan non traumatic di otak. Menurut
WHO International Classification of Disease (ICD) stroke hemoragik dibagi atas
a. Perdarahan intra serebral (PIS) adalah perdarahan primer yang berasal dari
pembuluh darah parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma. Perdarahan
ini paling banyak disebabkan oleh hipertensi. Pada hipertensi kronis dapat
terjadi aneurisma mikro disepanjang arteri. Arteri tadi dapat pecah atau robek
b. Perdarahan Sub Arachnoidal (PSA) adalah keadaan akut dimana terdapatnya
atau masuknya darah ke dalam ruangan subaraknoid. Penyebab utama PSA
adalah aneurisma intracranial (Bustan, M..N., 1997; Harsono, 2003;
PERDOSSI, 1996; Lumbantobing, SM., 2001; Shimberg, EF., 1998)

3
C. Etiologi Stroke
Penyebab stroke adalah sumbatan pembuluh darah (thrombus dan embolus), penyebab
lainnya adalah penyakit vascular (menyebabkan perdarahan intraserebral), rupture
aneurisma. Faktor resiko stroke diantaranya usia, jenis kelamin, ras dan keturunan,
Hipertensi, penyakit jantung, Diabetes melitus, perokok, Alkohol, dan obesitas.
D. Manifestasi Klinik Stroke
Kelemahan wajah secara tiba-tiba, kelemahan unilateral (termasuk lengan, kaki atau
keduanya secara tiba-tiba), kesulitan berbicara, sakit kepala, mual dan muntah tiba-tiba,
kesulitan menelan, gangguan visual mendadak, hilang penglihatan, adanya vertigo,
ataxia, mati rasa atau kesemutan mendadak.
E. Patofisiologi
Otak memiliki fungsi vital dan merupakan bagian tubuh yang sangat sensitif karena
jaringan yang lunak. Ada dua mekanisme tubuh untuk melindungi otak dengan yang
berperan yaitu mekanisme anastomosis dan autoregulasi. Mekanisme anastomosis
berhubungna dengan suplay darah ke otak untuk pemenuhan kebutuhan oksigen dan
glukosa, sedangkan mekanisme autoregulasi adalah bagaimana otak melakukan
maekanisme sendiri dalam menjaga keseimbangan. Pada saat darah mengalir keotak
terhambat akibat trombosit atau embolus hipoksia jaringan cerebral mulai dapat
menyebabkan gejala reversible seperti kehilangan kesadaran (O'Donnell & Yuan, 2018).
Kekurangan oksigen selama periode yang lama dapat menyebabkan nekrosis
mikroskopik pada neuron area nekrotik yang selanjutnya menjadi infark. Deprivasi
oksigen awal dapat disebabkan oleh iskemia umum akibat henti jantung / hipotensi dan
hipoksia. Pada stroke karena embolus yang disebabkan oleh bekuan darah darah,
pecahan plak, ateroskelerosis, lemak dan udara. Embolus di otak seringkali berasal dari
jantung sekunder akibat infark miokardium atau fibrilasi atrial, jika perdarahan adalah
etiologi stroke hipertensi merupakan faktor presipitasi kelainan pembuluh darah seperti
malformasi dan aneurisme cerebral lebih rentan mengalami ruptur dan menyebabkan
perdarahan jika ada hipertensi. Sulit untuk memprediksikan besarnya iskemia otak dan
infak yang disebabkan oleh struktur trombotik atau emboli. Stroke bisa saja meluas
seranganya dan memungkinkan terjadinya edema serebral dan peningkatan TIK, herniasi
dan kematian. Stroke emboli pada pasien juga berisiko mengalami serangan stroke
berikutnya jika penyebab tidak diobati. Jika luasnya jaringan otak yang rusak akibat
stroke hemoragik tidak luas dan bukan di area vital pasien dapat pulih dengan defisit.
Sebaliknya jika stroke hemoragik meluas dna mengenai area vital pasien mungkin tidak

4
akan pulih/meninggal, namun jika perdarahan intraserebral tidak masif pasien
kemungkinan dapat bertahan hidup (Fitzimons dan Bohan, 2013; Minteier and Biby,
2018; Kuriakose, D., & Xiao, Z, 2020).
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT scan : mengetahui area infark, edema, hematoma struktur dan sistem ventrikel
otak
2. Magneting resonan imaging (MRI): menunjukkan daerah yang mengalami infark,
hemoragik, malforasi arteriolovena
3. Electroencephalogram (EEG): mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang
otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
4. Angiografi serebral: membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik
5. Sinar X tengkorak: mengetahui adanya klasifikasi karotis pada thrombosis serebral
6. Pungsi lumbal: menunjukkan adanya tekanan normal. Jika tekanan meningkat dan
cairan mengandung darah menunjukkan hemoragic subhracnoid atau perdarahan
intracranial
G. Komplikasi
Serangan stroke tidak berakhir dengun akibat pada otak saja. Gangguan fisik dan
emosional akibat terbaring lama tanpa dapat ber gerak di tempat tidur adalah dampak
yang tidak dapat dihindarkan.
Pertama, Depresi . Inilah dampak yang paling sulit bagi penderita dan orang - orang
sekitarnya. Oleh karena keterbatasan akibat lumpuh dan sulit berkomumkasi
menyebabkan penderita stroke sering meng alami depresi.
Kedua, Darah Beku. Darah beku mudah terbentuk pada jaringan yang lumpuh
terutama pada kaki sehingga menyebabkan pembeng kakan yang mengganggu. Selain itu
pembekuan darah juga dapat terjadi pada arteri yang mengalirkan darah pada paru - paru
sehingga penderita sulit bernafas dan dalam beberapa kasus mengalami kematian
Ketiga, Infeksi. Jika penderita stroke menjadi lumpuh, penderita harus sering
dipindahkan dan digerakkan secara teratur agar bagian pinggul, sendi kaki, dan tumit
tidak terluka. Bila huka - luka tidak dira wat, bisa terjadi infeksi.
Keempat, Pneumonia (radang paru-paru). Ketidakmampuan berge rak setelah
mengalami siroke membuat penderita mengalami kesuli tan menelan dengan sempurmi
atau sering terbank - batuk sehingga cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya dapat
mengakibatkan pneumonia.

5
H. Penatalaksaan Stroke
Pada prinsipnya pengobatan harus dilakukan sedini mungkin de ngan cara yang tepat .
Penderita serangan akut sangat dianjurkan dirawat di Rumah Sakit dengan tujuan :
1. Mencari penyebab dan faktor risiko serta mengobatinya
2. Mempertahankan jaringan otak yang iskemik tidak berkembang menjadi nekrosis
dengan memperbaiki metabolis me otak
3. Menekan morbiditas
4. Menghindari kecacatan yang le bih berat
5. Mencegah komplikasi akibat perawatan yang tidak benar (Lumbantobing, SM ,
1998; Susanto, 1999; Misbach, J, 1999)
Pada umumnya penatalaksanaan stroke akut selama dilakukan pe rawatan di Rumah
Sakit adalah :
1. Perawatan Umum Stroke
a. Pernapasan. Jalan napas harus bebas dari benda asing seperti: gigi palsu,
muntahan, lendir harus dikeluarkan dari mulut dan tenggorokan
b. Tekanan Darah. Tekanan darah harus dipertahankan pada posisi yang optimal
supaya cukup memberikan aliran darah ke otak tetap adekuat, Jumlah hemo
globin juga dipertahankan cukup untuk menyediakan oksigenasi otak, kadar
glukosa darah di kontrol
c. Bila kejang , dihentikan karena akan menambah kerusakan sel otak
d. Buang air kecil. Produksi urine diperhatikan supaya infeksi kandung kencing
dapat dihindar kan
e. Feses (defekasi). Hindarkan obstipasi atau kesulitan buang air besar
2. Pengobatan Spesifik Stroke
a. Pengobatan Stroke Non Hemoragik. Pengobatan medik yang spesifik
dilakukan dengan prin sip dasar yaitu pengobatan untuk memulihkan sirkulasi
otak di daerah yang terkena stroke, kalau mungkin sampai keadaan sebelum
sakit. Untuk tujuan khusus ini digunakan obat - obat yang dapat menghan
curkan emboli atau trombus pada pembuluh darah . Jenis obat yang digunakan
antara lain :
1) Terapi reperfusi, antara lain dengan pemakaian 1 - TPA (recom binant
tissue plasmanogen activator) yang diberikan pada penderita stro ke akut
baik intravena maupun intra arterial dalam waktu kurang dari 3 jam setelah
onset stroke, Diharapkan dengan pengobatan ini, terapi penghancuran

6
trombus dan reperfusi jaringan otak terjadi sebelum ada perubahan
irreversibel pada otak yang terkena terutama didaerah yang iskemik
( penumbra)
2) Pengobatan Anti Platelet
3) Obat obat defibrinasi , mempunyai efek terhadap defibrinasi cepat ,
mengura ngi viskositas darah dan efek antikoagulasi
4) Terapi neuroproteksi , dengan menggunakan obat - obat " neuroprotektor "
yaitu obat yang men cegah dan memblok proses yang menyebabkan
kematian sel - sel terutama didaerah penumbra . Jenis obat - obat ini antara
lain phenytoin, Cachannel blocker, Pentoxyfilline, Pirasetam
b. Pengobatan Stroke Hemoragik. Penanganan stroke hemoragik dapat bersifat
medik atau bedah tergantung keadaan penderita . Pe nanganan medik fase akut
dilakukan pada penderita stroke hemoragik dengan menurunkan tekanan darah
sistemik yang tinggi dengan obat obat anti hipertensi yang biasanya short
acting untuk mencapai tekanan darah pre morbid atau diturunkan kira - kira 20
% dari tekanan darah waktu masuk Rumah Sakit. Pemberian analgesik untuk
nyeri kepala, pemberian terapi anti fibrinolitik untuk mencegah perdarahan
ulang.

7
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN STROKE NON HEMORAGIK


(ISKEMIK) DAN STROKE HEMORAGIK

A. Stroke Non Hemoragik


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya
untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan data,
identitas dan evaluasi status kesehatan klien (Tarwoto, 2013). Hal-hal yang perlu
dikaji antara lain:
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register dan diagnosis medis.
b. Keluhan utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah
kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, tidak dapat
berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke sering kali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah
bahkan kejang sampai tidak sadar, selain gejala kelumpuhan separuh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
Adanya penurunan atau perubahan pada tingkat kesadaran disebabkan
perubahan di dalam intrakranial. Keluhan perubahan perilaku juga umum
terjadi. Sesuai perkembangan penyakit, dapat terjadi letargi, tidak
responsif dan koma.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, riwayat stroke sebelumnya, diabetes melitus,
penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang
lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat
adiktif dan kegemukan. Pengkajian pemakaian obat-obat yang sering
digunakan klien, seperti pemakaian obat antihipertensi, antilipidemia,

8
penghambat beta dan lainnya. Adanya riwayat merokok, penggunaan
alkohol dan penggunaan obat kontrasepsi oral. Pengkajian riwayat ini
dapat mendukung pengkajian dari riwayat penyakit sekarang dan
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan
tindakan selanjutnya.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes melitus,
atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu
f. Pengkajian psikososiospiritual
Pengkajian psikologis klien stroke meliputi beberapa dimensi yang
memungkinkan perawat untuk rnemperoleh persepsi yang jelas mengenai
status emosi, kognitif dan perilaku klien. Pengkajian mekanisme koping
yang digunakan klien juga penting untuk menilai respons emosi klien
terhadap penyakit yang dideritanya dan perubahan peran klien dalam
keluarga dan masyarakat serta respons atau pengaruhnya dalam kehidupan
sehari-harinya, baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat
g. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran Biasanya pada pasien stroke mengalami tingkat kesadaran
pasien mengantuk namun dapat sadar saat dirangsang (samnolen),
pasien acuh tak acuh terhadap lingkungan (apati), mengantuk yang
dalam (sopor), spoor coma, hingga penrunn kesadaran (coma), dengan
GCS < 12 pada awal terserang stroke. Sedangkan pada saat pemulihan
biasanya memiliki tingkat kesadaran letargi dan compos mentis dengan
GCS 13-15.
2. Tanda-tanda Vital
a) Tekanan darah Biasanya pasien dengan stroke non hemoragik
memiliki riwata tekanan darah tinggi dengan tekanan systole > 140
dan diastole > 80. Tekanan darah akan meningkat dan menurun
secara spontan. Perubahan tekanan darah akibat stroke akan
kembali stabil dalam 2-3 hari pertama.
b) Nadi Nadi biasanya normal 60-100 x/menit
c) Pernafasan Biasanya pasien stroke non hemoragik mengalami
gangguan bersihan jalan napas

9
d) Suhu Biasanya tidak ada masalah suhu pada pasien dengan stroke
non hemoragik
3. Rambut Biasanya tidak ditemukan masalah rambut pada pasien stroke
non hemoragik
4. Wajah
Biasanya simetris, wajah pucat. Pada pemeriksaan Nervus V
(Trigeminus) : biasanya pasien bisa menyebutkan lokasi usapan dan
pada pasien koma, ketika diusap kornea mata dengan kapas halus,
pasien akan menutup kelopak mata. Sedangkan pada nervus VII
(facialis) : biasanya alis mata simetris, dapat mengangkat alis,
mengerutkan dahi, mengerutkan hidung, menggembungkan pipi, saat
pasien menggembungkan pipi tidak simetris kiri dan kanan tergantung
lokasi lemah dan saat diminta mengunyah, pasien kesulitan untuk
mengunyah.
5. Mata
Biasanya konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor,
kelopakmata tidak oedema. Pada pemeriksaannervus II (optikus):
biasanya luas pandang baik 90°, visus 6/6. Pada nervus III
(okulomotorius): biasanya diameter pupil 2mm/2mm, pupil kadang
isokor dan anisokor, palpebral dan reflek kedip dapat dinilai jika
pasien bisa membuka mata. Nervus IV (troklearis): biasanya pasien
dapat mengikuti arah tangan perawat ke atas dan bawah. Nervus VI
(abdusen): biasanya hasil yang di dapat pasien dapat mengikuti arah
tangan perawat ke kiri dan kanan.
6. Hidung Biasanya simetris kiri dan kanan, terpasang oksigen, tidak ada
pernapasan cuping hidung. Pada pemeriksaan nervus I (olfaktorius):
kadang ada yang bisa menyebutkan bauyang diberikan perawat namun
ada juga yang tidak, dan biasanya ketajaman penciuman antara kiri dan
kanan berbeda danpada nervus VIII (vetibulokoklearis): biasanya pada
pasoien yang tidak lemah anggota gerak atas, dapat melakukan
keseimbangan gerak tangan – hidung.
7. Mulut dan gigi
Biasanya pada pasien apatis, spoor, sopor coma hingga coma akan
mengalami masalah bau mulut, gigi kotor, mukosa bibir kering. Pada

10
pemeriksaan nervus VII (facialis): biasanya lidah dapat mendorong
pipi kiri dan kanan, bibir simetris, dan dapat menyebutkanrasa manis
dan asin. Pada nervus IX (glossofaringeus): biasanya ovule yang
terangkat tidak simetris, mencong kearah bagian tubuh yang lemah dan
pasien dapat merasakan rasa asam dan pahit. Pada nervus XII
(hipoglosus) : biasanya pasien dapat menjulurkan lidah dan dapat
dipencongkan ke kiri dan kanan, namun artikulasi kurang jelas saat
bicara. menjulurkan lidah dan dapat dipencongkan ke kiri dan kanan,
namun artikulasi kurang jelas saat bicara
8. Telinga
Biasanya sejajar daun telinga kiri dan kanan. Pada pemeriksaan nervus
VIII (vestibulokoklearis): biasanya pasien kurang bisa mendengarkan
gesekan jari dariperawat tergantung dimana lokasi kelemahan dan
pasien hanya dapat mendengar jika suara dan keras dengan artikulasi
yang jelas.
9. Leher
Pada pemeriksaan nervu X (vagus): biasanya pasien stroke non
hemoragik mengalami gangguan menelan. Pada pemeriksaan kaku
kuduk biasanya (+) dan bludzensky 1 (+)
10. Paru-paru
Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan
Palpasi : biasanya fremitus sama antara kiri dan kanan
Perkusi : biasanya bunyi normal sonor
Auskultasi : biasanya suara normal vesikuler
11. Jantung
Inspeksi : biasanya iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : biasanya iktus kordis teraba
Perkusi : biasanya batas jantung normal
Auskultasi : biasanya suara vesikuler
12. Abdomen
Inspeksi : biasanya simetris, tidak ada asites
Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar
Perkusi : biasanya terdapat suara tympani

11
Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar Pada
pemeriksaan reflek dinnding perut, pada saat perut pasien digores,
biasanya pasien tidak merasakan apa-apa.
13. Aktivitas dan Istirahat
a. Gejala : merasa kesulitan untuk melakukann aktivitas karena
kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis (hemiplegia), merasa
mudah lelah, susah untuk beristirahat (nyeri atau kejang otot).
b. Tanda : gangguan tonus otot, paralitik (hemiplegia), dan
terjadikelemahan umum, gangguan pengelihatan, gangguan tingkat
kesadaran.
14. Sirkulasi
a. Gejala : adanya penyakit jantung, polisitemia, riwayat hipertensi
postural.
b. Tanda : hipertensi arterial sehubungan dengan adanya embolisme
atau malformasi vaskuuler, frekuensi nadi bervariasi dan disritmia
15. Makanan atau Cairan
a. Gejala : nafsu makan hilang,mual muntah selama fase akut,
kehilangan sensasi pada lidah dan tenggorokan, disfagia, adanya
riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah
b. Tanda : kesulitan menelan dan obesitas
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons
klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017).
Berikut adalah uraian dari diagnosa yang timbul bagi klien stroke non
hemoragik dengan menggunakan Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia dalam
Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2017:
a. Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif (D.0017)
b. Nyeri Akut (D.0077)
c. Defisit Nutrisi (D.0019).
d. Gangguan Persepsi Sensori (D.0085).
e. Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054).

12
f. Gangguan Integritas Kulit/jaringan (D.0129)
g. Risiko Jatuh (D.0143).
h. Gangguan Komunikasi Verbal (D.0119).
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan keperawatan atau intervensi keperawatan adalah perumusan
tujuan, tindakan dan penilaian rangkaian asuhan keperawatan pada pasien/klien
berdasarkan analisa pengkajian agar masalah kesehatan dan keperawatan pasien
dapat diatasi (Nurarif Huda, 2016).

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1. Risiko Perfusi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Peningkatan tekanan
Serebral Tidak keperawatan selama .... jam intrakranial (I.06194)
Efektif dibuktikan diharapkan perfusi serebral 1. Identifikasi penyebab
dengan Embolisme (L.02014) dapat peningkatan tekanan intrakranial
(D.0017). adekuat/meningkat dengan (TIK)
Kriteria hasil : 2. Monitor tanda gejala
1. Tingkat kesadaran peningkatan tekanan intrakranial
meningkat (TIK)
2. Tekanan Intra Kranial 3. Monitor status pernafasan pasien
(TIK) menurun 4. Monitor intake dan output cairan
3. Tidak ada tanda tanda 5. Minimalkan stimulus dengan
pasien gelisah. menyediakan lingkungan yang
4. TTV membaik tenang
6. Berikan posisi semi fowler
7. Pertahankan suhu tubuh normal
8. Kolaborasi pemberian obat
deuretik osmosis
2. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan keperawatan selama … jam 1. Identifikasi lokasi ,
dengan agen diharapkan tingkat nyeri karakteristik, durasi, frekuensi,
pencedera fisiologis (L.08066) menurun dengan kulaitas, intensitas nyeri
(iskemia) (D.0077) Kriteria Hasil : 2. Identifikasi skala nyeri
1. Keluhan nyeri menurun. 3. Identifikasi respon nyeri non
2. Meringis menurun verbal
3. Sikap protektif menurun 4. Berikan posisi yang nyaman

4. Gelisah menurun. 5. Ajarkan teknik

13
5. TTV membaik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri (misalnya
relaksasi nafas dalam)
6. Kolaborasi pemberian
analgetik
3. Defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I.03119)
berhubungan keperawatan selama … jam 1. Identifikasi status nutrisi
dengan diharapkan ststus nutrisi 2. Monitor asupan makanan
ketidakmampuan (L.03030) adekuat/membaik 3. Berikan makanan
menelan makanan dengan kriteria hasil: 4. ketika masih hangat
(D.0019). 1. Porsi makan 5. Ajarkan diit sesuai yang
dihabiskan/meningkat diprogramkan
2. Berat badan membaik 6. Kolaborasi dengan ahli gizi
3. Frekuensi makan dalam pemberian diit yang
membaik tepat

4. Nafsu makan membaik


5. Bising usus membaik
6. Membran mukosa
membaik

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus
kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter &
Perry, 2011).
Komponen tahap implementasi antara lain:
a. Tindakan keperawatan mandiri.
b. Tindakan keperawatan edukatif
c. Tindakan keperawatan kolaboratif.
d. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan
keperawatan

14
B. Stroke Hemoragik
1. Pengkajian
Adapun Fokus pengkajian pada klien dengan Stroke Hemoragik menurut Tarwoto
(2013) yaitu:
a. Identitas Kien
Meliputi identitas klien (nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat,
pendidikan, diagnosa medis, tanggal MRS, dan tanggal pengkajian diambil) dan
identitas penanggung jawab (nama, umur, pendidikan, agama, suku, hubungan
dengan klien, pekerjaan, alamat).
b. Keluhan Utama
Adapun keluhan utama yang sering dijumpai yaitunya klien mengalami
kelemahan anggota gerak sebelah badan, biasanya klien mengalami bicara pelo,
biasanya klien kesulitan dalam berkomunikasi dan penurunan tingkat kesadaran.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Keadaan ini berlangsung secara mendadak baik sedang melakukan aktivitas
ataupun tidak sedang melakukan aktivitas. Gejala yang muncul seperti mual,
nyeri kepala, muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, kelumpuhan separuh
badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Adapun riwayat kesehatan dahulu yaitunya memiliki riwayat hipertensi, riwayat
DM, memiliki penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, riwayat
kotrasepsi oral yang lama, riwayat penggunan obat-obat anti koagulasi, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Adanya riwayat keluarga dengan hipertensi, adanya riwayat DM, dan adanya
riwayat anggota keluarga yang menderita stroke.
f. Riwayat Psikososial
Adanya keadaan dimana pada kondisi ini memerlukan biaya untuk pengobatan
secara komprehensif, sehingga memerlukan biaya untuk pemeriksaan dan
pengobatan serta perawatan yang sangat mahal dapat mempengaruhi stabilitas
emosi dan pikiran klien dan keluarga.
g. Pemeriksaan Fisik

15
1) Tingkat Kesadaran Gonce (2002) tingkat kesadaran merupakan parameter
untama yang sangat penting pada penderita stroke. Perludikaji secara teliti
dan secara komprehensif untuk mengetahui tingkat kesadaran dari klien
dengan stroke. Macam-macam tingkat kesadaran terbagi atas:
Metoda Tingkat Responsivitas
a) Composmentis : kondisi sesorang yang sadar sepenuhnya, baik terhadap
dirinya maupun terhadap dirinya maupun terhap lingkungannya dan dapat
menjawab pertanyaan yang dinyatakan pemeriksa dengan baik
b) Apatis : yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak acuh
terhadap lingkungannya
c) Derilium : yaitu kondisi sesorang yang mengalami kekacauan gerakan,
siklus tidur bangun yang terganggu dan tampak gaduh gelisah, kacau,
disorientasi srta meronta-ronta
d) Somnolen : yaitu kondisi sesorang yang mengantuk namun masih dapat
sadar bila diransang, tetapi bila rangsang berhenti akan tertidur kembali
e) Sopor : yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun
masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang
nyeri, tetapi tidak terbangun sempurna dan tidak dapat menjawab
pertanyaan dengan baik.
f) Semi-Coma : yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons
terhadap pertanyaan, tidak dapat dibangunkan sama sekali, respons
terhadap rangsang nyeri hanya sedikit, tetapi refleks kornea dan pupil
masih baik.
g) Coma : yaitu penurunan kesadaran yang salangat dalam, memberikan
respons terhadap pernyataan, tidak ada gerakan, dan tidak ada respons
terhadap rangsang nyeri.
Berikut tingkat kesadaran berdasarkan skala nilai dari skor yang
didapat dari penilaian GCS klien :
a) Nilai GCS Composmentis : 15 – 14
b) Nilai GCS Apatis : 13 – 12
c) Nilai GCS Derilium : 11 – 10
d) Nilai GCS Somnolen : 9 – 7
e) Nilai GCS Semi Coma : 4
f) Nilai GCS Coma : 3

16
2) Tanda-tanda Vital
Tanda-tanda klasik dari peningkatan tekanan intra cranial meliputi kenaikan
tekanan sistolik dalam hubungan dengan tekanan nadi yang membesar, nadi
lemah atau lambat dan pernapasan tidak teratur
2. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko perfusi serebral tidak efektif b/d penurunan kinerja ventrikel kiri, tumor
otak, cidera kepala, infark miokard akut, hipertensi dan hiperkolesteronemia.
2. Pola napas tidak efektif b/d depresi pusat pernapasan, hambatan upaya napas,
gangguan neuromuskular dan gangguan neurologis.
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d spasme jalan napas, disfungsi
neuromuskuler dan sekresi yang tertahan.
4. Gangguan mobilitas fisik b/d gangguan neuromuskuler dan kelemahan anggota
gerak
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Standar luaran Standar Intervensi Keperawatan


Keperawatan Indonesia Indonesia (SIKI)
(SLKI)
1. Resiko perfusi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Peningkatan
serebral tidak Keperawatan 3x 24 jam Tekanan Intrakranial Observasi
efektif b/d diharapkan perfusi jaringan 1. Identikasi penyebab peningkatan
hipertensi serebral pasien menjadi TIK
efektif dengan kriteria hasil 2. Monitor tanda/gejala
1. Tingkat kesadaran peningkatan TIK
kognitif meningkat 3. Monitor MAP, CVP, PAWP,
2. Gelisah menurun PAP, ICP, dan CPP, jika perlu
3. Tekanan intrakranial 4. Monitor gelombang ICP
menurun 5. Monitor status pernapasan
4. Kesadaran membaik 6. Monitor intake dan output cairan
7. Monitor cairan serebro-spinal
Terapeutik
1. Minimalkan stimulus dengan
menyediakan lingkungan yang

17
tenang
2. Berikan posisi semi fowler
3. Hindari manuver Valsava
4. Cegah terjadinya kejang
5. Hindari penggunaan PEEP
6. Atur ventilator agar PaCO2
optimal
7. Pertahankan suhu tubuh normal
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian sedasi dan
anti konvulsan, jika perlu
2. Kolaborasi pemberian diuretik
osmosis
3. Kolaborasi pemberian pelunak
tinja
Pemantauan Neurologis
Observasi
1. Monitor ukuran, bentuk,
kesimetrisan, dan reaktifitas
pupil.
2. Monitor tingkat kesadaran
3. Monitor tanda-tanda vital
4. Monitor status pernapasan :
analisa gas darah, oksimetri
nadi, kedalaman napas, pola
napas, dan usaha napas
5. Monitor refleks kornea
6. Monitor kesimetrisan wajah
7. Monitor respons babinski
8. Monitor respons terhadap
pengobatan.
Terapeutik
1. Tingkatkan frekuensi
pemantauan neurologis, jika
perlu
2. Hindari aktivitas yang dapat

18
meningkatkan tekanan
intrakranial
3. Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
4. Dokumentasikan hasil
pemantauan.
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan.
2. Pola Nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen nafas Observasi
Efektif b/d asuhan keperawatan 3x 24 1. Monitor pola napas (frekuensi,
hambatan upaya jam diharapkan pola nafas kedalaman,usaha napas)
nafas pasien menjadi efektif 2. Monitor bunyi napas
dengan kriteria hasil: tambahan(mis: wheezing)
1. Frekuensi napas membaik Terapeutik
2. Kedalaman napas 1. Posisikan semi fowler atau
membaik fowler
3. Ekskursi dada membaik 2. Pertahankan kepatenan jalan
nafas dengan headtilt dan chin-
lift
3. Berikan minum hangat
4. Lakukan fisioterapi dada
5. Lakukan penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
6. Berikan oksigen Edukasi 1.
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,mukolitik
Dukungan Ventilasi Observasi
1. Identifikasi adanya kelelahan
otot bantu napas
2. Identifikasi efek perubahan
posisi terhadap status pernapasan
3. Monitor status respirasi dan

19
oksigenasi (frekuensi, dan
kedalaman napas, penggunaan
otot bantu napas, bunyi napas
tambahan, saturasi oksigen)
Terapeutik
1. Pertahankan kepatenan jalan
napas
2. Berikan posisi semi fowler atau
fowler
3. Fasilitasi mengubah posisi
senyaman mungkin
4. Berikan oksigenasi sesuai
kebutuhan
Edukasi
1. Ajarkan melakukan teknik
relaksasi napas dalam
2. Ajarkan mengubah posisi secara
mandiri
3. Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,jika perlu
3. Bersihan jalan Setelah dilakukan Tindakan Pemantauan Respirasi Observasi
nafas tidak efektif asuhan keperawatan 3x24 1. Monitor frekuensi, irama,
b/d spasme jalan jam diharapkan bersihan kedalaman dan upaya napas.
napas, disfungsi jalan napas tetap paten 2. Monitor pola napas
neuromuskuler dan dengan Kriteria Hasil : 3. Monitor kemampuan batuk
sekresi yang 1. Batuk efektif meningkat efektif
tertahan. 2. Produksi sputum 4. Monitor adanya produksi sputum
menurun 5. Monitor adanya sumbatan jalan
3. Frekuensi napas dan pola napas
napas membaik 6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor nilai AGD
8. Monitor hasil X-Ray toraks
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan

20
respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu.
Penghisapan Jalan Napas
Observasi
1. Identifikasi kebutuhan dilakukan
penghisapan
2. Monitor status oksigenasi, status
neurologis, dan status
hemodinamik sebelum, selama
dan setelah tindakan
3. Monitor dan catat warna, jumlah
dan konsistensi secret
Terapeutik
1. Gunakan tindakan aseptik
2. Gunakan prosedural steril dan
disposibel
3. Gunakan teknik penghisapan
tertutup,sesuai indikasi
4. Berikan oksigen dengan
konsentrasi tinggi (100%) paling
sedikit 30 detik sebelum dan
setelah tindakan
5. Lakukan penghisapan lebih dari
15 detik
6. Hentikan penghisapan dan
berikan terapi oksigen jika
mengalami kondisi-kondisi
seperti bradikardi, penurunan
saturasi
Edukasi

21
1. Anjurkan melakukan teknik
napas dalam, sebelum
melakukan penghisapan
2. Anjurkan bernapas dalam dan
pelan selama insersi kateter
suction

22
BAB II

PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke merupakan kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke
bagian otak. Kemudian terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan kelumpuhan
pada anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam pengaturan nafas, tekanan darah,
bahkan menyebabkan penurunan kesadaran. Stroke terbagi menjadi 2 jenis yaitu : Stroke
Hemoragik disebabkan oleh perdarahan non traumatic di otak dan stroke non hemoragik
adalah kematian jaringan otak karena pasokan darah yang tidak adekuat. Secara klinis
stroke non hemoragik (Iskemik) merupakan deficit neurologis fokal yang timbul akut
dan berlangsung lebih lama dari 24 jam serta tidak disebabkan oleh perdarahan.
B. Saran
1. Pemberian pertolongan gawat darurat pada Stroke sangat perlu untuk diketahui. Hal
ini untuk mengantisipasi adanya kematian
2. Penulis menyarankan kepada pembaca agar tidak bosan untuk memperluas tentang
stroke dengan membaca literature-literatur kesehatan lainnya
3. Ktitik dan saran sangat diharapkan penulis demi pengembangan makalah berikutnya

23
DAFTAR PUSTAKA

Ns. Rizky Shodiqurrahman, S. N. (2022). KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN DAN


KEPERAWATAN KRITIS. (S. M. Ns. Arif Muandar, Ed.) Bandung - Jawa Barat: CV. MEDIA
SAINS INDONESIA.

Hutagalung, M. S. (2019). PANDUAN LENGKAP STROKE Mencegah, Mengobati dan


Menyembuhkan (1 ed.). (Q. '. Abata, Ed.) Bandung: Penerbit Nusa Media.

SULISTIYAWATI (2020). KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA


KLIEN DENGAN STROKE NON HEMORAGIK YANG DI RAWAT DI RUMAH
SAKIT. Balikpapan http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/1079/1/KTI
%20SULISTIYAWATI.pdf

JUNI HARTATI, S.Kep (2020). KARYA ILMIAH AKHIR NERS (KIA-N) ASUHAN
KEPERAWATAN PADA TN.Y DENGAN STROKE HEMORAGIK DALAM
PEMBERIAN INOVASI INTERVENSI POSISI ELEVASI KEPALA 30 DERAJAT DI
RUANGAN NEUROLOGI RSUD Dr.ACHMAD MOCHTAR BUKITTINGGI TAHUN
2020. Bukittinggi

24

Anda mungkin juga menyukai