Makalah Teknik Pembenihan Ikan Air Laut
Makalah Teknik Pembenihan Ikan Air Laut
Makalah Teknik Pembenihan Ikan Air Laut
Disusun Oleh :
Bagus Sanjaya 20744005
Dodi Busadi 20744008
Fajar Cahyo Bawono 20744009
Ferdy Dwi Mulyana 20744010
Dosen Pengampu :
Dr. Nuning M. Noor, S.Pi., M.P.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah budidaya
teripang yang merupakan salah satu penilaian dalam mata kuliah Teknik Pembenihan
Ikan Air Laut.
Dalam pembuatan makalah, penulis banyak mendapat kesulitan. Oleh karena
itu, kami ingin menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan serta dukungannya dalam pembuatan dan penyusunan laporan
ini.
Dalam penyusunannya, penulis menyadari akan segala kekurangan yang ada
sehubungan dengan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh
kami maka kami mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya apabila baik dalam
penulisan maupun penyajian makalah ini terdapat banyak kesalahan. Dengan tangan
terbuka kami akan menerima segala saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca.
Penulis
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................I
DAFTAR ISI.................................................................................................................II
BAB 1............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................2
BAB 2............................................................................................................................3
ISI..................................................................................................................................3
2.1 Taksonomi dan Morfologi Teripang...............................................................3
2.2 Habitat dan Penyebaran..................................................................................5
2.3 Pakan dan Kebiasaan Makan..........................................................................5
2.4 Siklus Reproduksi...........................................................................................6
2.5 Pemeliharaan Induk dan Pemijahan................................................................7
2.6 Pemeliharaan Juwena......................................................................................8
2.7 Hama dan Penyakit.........................................................................................9
2.8 Pengelolaan Kualitas Air..............................................................................10
BAB 3..........................................................................................................................11
PENUTUP...................................................................................................................11
3.3 Kesimpulan...................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................III
II
BAB 1
PENDAHULUAN
1
pasir (Holothuria scabra) untuk menjamin kelestarian produksi telah dilakukan di
Laboratorium Bididaya Laut, Balitbang Sumberdaya Laut – LIPI Mataram (Eddy,
2004).
1.2 Tujuan
1. Memahami tentang biologi teripang.
2. Mengetahui tentang teknik pembenihan teripang.
2
BAB 2
ISI
Kelas : Holothuroidea
Ordo : Aspidochirota
Famili : Holothuroidae
3
menurut jenis dan umur, berkisar antara 3 cm sampai 150 cm. Bentuk tubuh teripang
merupakan ciri taksonomiknya pada tingkat Bangsa (ordo) dan suku (family),
khususnya untuk Suku-suku dari Bangsa Aspidochirotida.
Teripang pada umumnya mempunyai warna kulit yang kusam, seperti abu-abu.
coklat, hijau lurnut, atau hitam. Sisi ventralnya biasanya berwarna lebih cerah dari
pada sisi dorsal, seperti putih, kuning, merah muda atau merah. Beberapa jenis
teripang memiliki kulit dengan pola bercak-bercak atau garis-garis Teripang memiliki
lima daerah "ambulakra" yang memanjang secara oral-aboral. Tiga daerah ambulakra
berada disisi ventral, sedangkan dua lainnya disisi dorsal. Masing-masing sisi
"trivium" dan "bivium". Kaki tabung disisi ventral lebih banyak. Lebih besar, dan
merniliki penghisap pada ujungnya, sedangkan kaki tabung disisi dorsal termodifikasi
sebaga papila yang lebih sedikit dan lebih kecil. Ada tidaknya kaki tabung juga
merupakan salah satu dasar klasifikasi teripang pada tingkat Bangsa .Pada sekeliling
mulut, kaki tabung termodifikasi menjadi tentakel. Jumlah tentakel bervariasi dari 10
sampai 30, biasanya merupakan kelipatan lima. Panjang tentakel pada setiap individu
umumnya sama. Bentuk tentakel teripang bermacam-macam, seperti bentuk perisai
(peltate), bentuk dendrit (dendritic), bentuk menyirip (pinnate) maupun bentuk
menjari (digitate) dan bentuk perisai menjari (peltato-digitate). Jumlah dan bentuk
tentakel merupakan ciri taksonomik dalam klasifikasi teripang pada tingkat Bangsa
dan Suku.
Permukaan tubuh teripang pada umumnya kasar karena adanya "spikula” pada
dinding tubuh hewan tersebut. Spikula merupakan endoskeleton yang telah tereduksi
menjadi berukuran mikroskopis dan tertanam dalam lapisan dermis dinding tubuh
teripang. Senyawa utama pembentuk spikula adalah kalsium karbonat yang larut
dalam larutan asam. Spikula teripang, seperti halnya endoskeleton echinoderm
lainnya, memiliki struktur berpori. Pori-pori tersebut dapat mencapai lebih dari 50 %
volume total endoskeleton. Susunan dan ukuran pori-pori sangat bervariasi. Pada
hewan yang masih hidup, pori-pori terisi oleh serat-serat jaringan pengikat. Bentuk
spikula bermacam-macam dan khas untuk masing-masing jenis. Oleh karena itu,
spikula menjadi ciri teripang pada tingkat Marga (genus) dan jenis (species). Variasi
4
bentuk spikula teripang bermacam-macam, mulai bentuk yang sederhana seperti
batang (rod), batang bercabang (branched rod), lempengan (plate), roset (rosette),
kancing (button), dan jangkar (anchor) sampai kebentuk-bentuk yang lebih
kompleks, seperti bentuk meja (table).
5
konsumsi makanan kelompok diatom untuk Holothuria leucospilota sebesar 64,89;
butiran pasir 8,31; serat tumbuhan 0,15 dan detritus 0,49. Stichopus variegatus
mengkonsumsi plankton kelompok diatom sebesar 56,17; butiran pasir 4,22 dan
detritus 1,42 Yusron Sjafei 1997. Teripang mempunyai pola waktu yang dapat dibagi
menjadi dua, yaitu makan setiap saat seperti Holothuria atra, H. flavomaculata, dan
H. eduilis dan berhenti makan satu sampai tiga kali pada siang hari dan selama
istirahat membenamkan diri dalam pasir seperti Stichopus variegatus, S. chloronatus,
Holothuria scabra, H. impatiens, H. lecanora (Bakus 1973 in Gultom 2004).
6
tersebut dipengaruhi oleh factor luar diantaranya, suhu, salinitas, kelimpahan
makanan, serta intensitas cahaya matahari. Selain itu perubahan salinitas karena
masuknya air bersih sewaktu musim hujan berlangsung dapat menyebabkan
pemijahan pada teripang pasir dan organism laut tropis lainnya.
7
1. Pemijahan alami : Pada pemijahan tipe ini, teripang akan memijah secara
alami tanpa adanya rangsang buatan. Teripang jantan biasanya akan
mengelurakan sperma terlebih dulu lalu merangsang betina untuk memijah
dengan selang waktu sekitar 30 menit.
2. Pemijahan dengan pembedahan : Metode ini dilakukan dengan cara membelah
teripang pada bagian bawah tubuhnya, dari anus menuju ke atas. Setelah
dibelah, gonad dikeluarkan dan diletakkan pada wadah kering. Pada teripang
betina, akan ditemukan kantung telur yang kemudian ditoreh dan telur
dimasukkan ke tempat pemijahan yang berisi air laut bersih. Sementara pada
teripang jantan, akan ditemukan testis yang kemudian dipotong menjadi
beberapa bagian. Dengan demikian sperma dapat keluar dan ditampung di
wadah lain yang berisi air laut. Setelah itu, sperma dan telur dicamput menjadi
satu kemudian diaduk lalu didiamkan. Telur yang diabuahi dipanen dan
dipindahkan ke tempat pemeliharaan larva.
3. Pemijahan dengan perangsang kejut suhu : Prinsip yang digunakan pada
metode ini adalah dengan cara meningkatkan suhu air. Peningkatan suhu air
dapat dilakukan dengan cara menjemur bak pemijahan di bawah terik
matahari, merebus air, atau pemanasan dengan menggunakan pemanas
elektrik sehingga suhu air menjadi 5-7 o C lebih tinggi dari suhu sebelumnya.
8
perubahan tahap terjadi maka akan dikurangi kepadatannya menjadi 100 – 150 sel/l
untuk mengurangi adanya persaingan makanan. Selama 7 hari perubahan akan terus
diamati hingga Doliolaria menjadi Pentacula. Pada tahap pentacula disiapkan daun
lamun untuk fase penempelan, wadah yang akan digunakan adalah wadah plastik
berukuran 15 L dengan kepadatan 50 – 100 sel/L dengan pakan berupa Diatome.
Pelaksanaan larva dengan metode tersebut didukung oleh pernyataan Marzlan
(2015) Larva ditebar dalam bak fiber 1.000 L dengan kepadatan stoking larva 200
hingga 250 per liter. Tangki dipenuhi dengan 1 µm UV mensterilkan air pada suhu
antara 26 – 30°C. Salinitas dirawat di antara 32 dan 36 ppt, dan pH antara 8,0 dan 8.2.
Larva diperiksa setiap hari untuk perubahan dalam bentuk, ukuran dan tahap, sebagai
baik untuk kehadiran bakteri dan predator. Larva diberi pakan fitoplankton, dan
konsentrasi fitoplankton di tangki pemeliharaan dipertahankan di 20.000 – 35.000
sel/ml, tergantung pada tahap pertumbuhan. Fitoplankton terdiri dari Pavlova lutheri,
Chaetoceros muelleri Isochrysis galbana, Nitzschia acicularis dan Navicula sp. Aerasi
terus – menerus diberikan pada bak fiber pemeliharaan larva. Saringan 75 µm
ditempatkan di dalam tangki untuk mencegah larva dari mengalir keluar saat
pergantian air. Bagian bawah tangki tersedot keluar setiap hari untuk menghapus
apapun sedimen, tahapan ini dilakukan hingga telur berubah menjadi Auricularia.
Tahap Doliolaria mulai 11 hari setelah pemeliharaan larva Auricularia. Larva
dipindahkan ke bak fiber berisi air laut yang masih belum diisi larva.
Pemeliharaan Doliolaria sama dengan tahap sebelumnya, tetapi pemberian pakan
lebih diutamakan menggunakan Spirulina. Setelah tujuh hari, Doliolaria berubah
menjadi Pentactula dan aktif mencari makan, pakan yang diberikan adalah bentik
Diatome, alga mati, padang lamun, bubuk rumput laut dan Spirulina. Larva dipanen
setelah mereka mencapai panjang rata-rata 15 mm.
9
famili Holothuroidae belum banyak diketahui karena budi dayanya masih belum
berkembang.
10
BAB 3
PENUTUP
3.3 Kesimpulan
Pemijahan teripang pasir (Holothuria scabra) menggunakan metode
manipulasi lingkungan, yaitu dengan meningkatkan suhu air. Metode tersebut dapat
efisien dilakukan pada teripang yang memiliki syarat, yaitu berat 300 – 700 gr,
matang gonad, dan tidak cacat. Teripang pasir dapat memijah dipengaruhi dua faktor
eksternal, yaitu : suhu dan cahaya. Pada pemijahan teripang suhu air yang
ditingkatkan masuk ke dalam tubuh teripang, kemudian suhu tersebut merangsang
hormon Gth yang menyebabkan terjadinya pengeluaran sperma dan telur. Wadah
pemijahan teripang pasir ditutup dengan plastik hitam untuk membuat suasana
nyaman. Diduga teripang memijah pada malam hari, karena pada saat pengeluaran
sperma dan telur cahaya dengan intensitas tinggi sangat mengganggu, hal tersebut
membuat teripang pasir tidak mau memijah.
11
DAFTAR PUSTAKA
III
Sutaman, 1993. Petunjuk Praktis Budidaya Teripang. Kanisius. Yogyakarta
Tsiresy G, Pascal B, & Plotieau T. 2011. An assessment of Holothuria scabra growth
in marine micro-farms in South-Western Madagascar. SPC Beche-de-mer
Information Bulletin : 31.
http://leeshakartika.blogspot.com/2012/10/budidaya-teripang.html, diakses pada
tanggal 16 Mei 2022 pukul 14.00 WIB.
http://news.unair.ac.id/2020/05/04/studi-pembenihan-teripang-pasir/, diakses pada
tanggal 16 Mei 2022 pukul 14.30 WIB.
IV