1232 2169 2 PB

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEHIDRASI

DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KALIJUDAN


Factors Associated with Diarrheal Dehydration in Toddlers at Kalijudan Health Center Work Area

Meivi Yusinta Christy


FKM Universitas Airlangga, [email protected]
Alamat Korespondensi: Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

ABSTRAK
Salah satu masalah kesehatan balita di Indonesia yang masih sering terjadi adalah diare. Diare merupakan
penyakit yang berisiko untuk menyebabkan kematian. Penyebab utama kematian diare adalah dehidrasi
akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Berdasarkan laporan bulanan diare Pusat kesehatan
masyarakat (Puskesmas) Kalijudan tahun 2013 ditemukan adanya balita dengan usia 1–4 tahun yang
menderita dehidrasi akibat diare. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik dan
pengetahuan ibu balita dengan kejadian dehidrasi diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kalijudan
Kota Surabaya. Penelitian ini termasuk observasional analitik dengan desain case control. Subjek penelitian
ditarik dari populasi dengan cara simple random sampling. Besar sampel yang diperoleh sebanyak 30
kelompok kasus dan 30 kelompok kontrol. Variabel bebas penelitian adalah karakteristik ibu balita (umur,
pendidikan, status bekerja, pendapatan keluarga) dan pengetahuan ibu balita. Pengumpulan data primer
dilakukan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan uji statistik Chi-square. Hasil analisis
bivariat diketahui bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian dehidrasi diare pada balita adalah
status bekerja ibu balita (p = 0,010), dan pengetahuan ibu balita (p = 0,002). Tidak ada hubungan umur ibu
balita (p = 0,779), pendidikan ibu balita (p = 0,797), dan pendapatan keluarga (p = 0,430). Kesimpulan yang
dapat ditarik adalah status bekerja dan pengetahuan ibu balita secara signifikan berhubungan dengan
kejadian dehidrasi diare pada balita. Diperlukan adanya pendidikan atau promosi kesehatan bagi ibu balita
tentang tata laksana diare yang benar dengan tujuh intervensi pencegahan diare.

Kata kunci: karakteristik, pengetahuan, ibu balita, dehidrasi diare, balita

ABSTRACT
One of the health problems of toddlers in Indonesia that still often occurs is diarrhea. Diarrhea is a disease
that can cause death. The main cause of diarrhea death is dehydration due to loss of fluid and electrolytes
through feces. Based on the monthly diarrhea report Public health center (PHC) of Kalijudan in 2013 found
toddlers aged 1-4 years who suffered dehydration due to diarrhea. This study aims to analyze the
relationship between characteristics and knowledge of mothers of children under five with the incidence of
diarrhea dehydration in children under five in the PHC of Kalijudan’s working area, Surabaya. This
research included analytic observational with a case-control design. Research subjects were drawn from the
population by simple random sampling. Samples obtained were 30 case groups and 30 control groups. The
independent variables of the study are the characteristics of mothers of children under five (age, education,
work status, family income) and mother's knowledge. Primary data collection was carried out using a
questionnaire. Data analysis uses Chi-square statistical tests. The results of the bivariate analysis revealed
that the variables associated with the incidence of diarrhea dehydration in toddlers were working status of
toddlers (p = 0.010), and knowledge of toddlers (p = 0.002). There was no relationship between the age of
the mother of children under five (p = 0.779), education of mother of children under five (p = 0.797), and
family income (p = 0.430). The conclusion that can be drawn is the working status and knowledge of toddler
mothers significantly related to the incidence of diarrhea dehydration in toddlers. There is a need for
education or health promotion for mothers of children under five about the proper management of diarrhea
with seven diarrhea prevention interventions.

Keywords: characteristics, knowledge, mother’s toddler, diarrhea dehydration, toddler

297
Meivi Yusinta Christy, Faktor yang Berhubungan dengan… 298

PENDAHULUAN prevalensi diare menurut provinsi di Indonesia


Balita merupakan kelompok umur yang rentan dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini:
terhadap berbagai penyakit. Hal ini dikarenakan
daya tahan tubuh balita yang masih lemah. Selain
itu kehidupan balita juga masih sangat bergantung
kepada orang tua terutama pada ibu, sehingga
masalah kesehatan pada balita pun menjadi
tanggung jawab orang tua yang tidak bisa dianggap
remeh. Salah satu masalah kesehatan balita di
Indonesia yang masih sering terjadi adalah diare.
Diare merupakan suatu keadaan di mana pada bayi
frekuensi buang air besar lebih dari empat kali dan
pada anak lebih dari tiga kali dengan konsistensi
feses yang encer, berwarna hijau atau dapat
juga bercampur lendir dan darah atau lendir saja
(Ngastiyah, 1997). Gambar 1. Prevalensi Diare Menurut Provinsi
Diare masih menjadi salah satu masalah (Anggraeni dan Farida, 2011)
kesehatan masyarakat yang perlu mendapat
perhatian karena angka morbiditas dan
mortilitasnya masih tinggi. Data dari Riskesdas Gambar 1 di atas menunjukkan bahwa
2007 menyebutkan bahwa penyakit diare dari tahun prevalensi diare untuk Provinsi Jawa Timur sendiri
ke tahun masih menjadi penyebab utama kematian mencapai 7,9% (Anggraeni dan Farida, 2011). Pada
bayi dan balita di Indonesia (Anggraeni dan Farida, gambar tersebut prevalensi diare Provinsi Jawa
2011). Di dunia sekitar lima juta anak meninggal Timur menduduki peringkat ke-10 dari 33
dunia karena diare akut, dimana sebagian besar prevalensi menurut provinsi di Indonesia.
terjadi di negara berkembang termasuk Indonesia Prevalensi diare berdasarkan kelompok umur
(Widoyono, 2011). Beberapa survei menunjukkan tertinggi terdapat pada kelompok umur balita (1-4
bahwa diare masih menjadi penyebab kematian tahun) yaitu sebesar 16,7% (Anggraeni dan Farida,
balita (Kemenkes, 2011). Menurut SKRT 2001 2011). Adapun gambar prevalensi diare menurut
menyebutkan angka mortilitas balita mencapai kelompok umur sebagai berikut:
13%; Studi Mortalitas Dunia 2005 menyebutkan
angka mortilitas anak karena diare sebanyak 17%;
WHO (Asia) sebesar 15%; dan Riskesdas 2007
menyebutkan angka mortilitas karena diare balita
(1–4 tahun) sebesar 25,2% (Kemenkes, 2011).
Kementerian Kesehatan R.I tahun 2011
menyatakan bahwa penyebab kematian bayi (umur
29 hari-11 bulan) yang terbanyak adalah diare
(31,4%) dan pneumonia (23,8%). Demikian pula
penyebab kematian anak balita (umur 12-59 bulan),
terbanyak adalah diare (25,2%) dan pnemonia
(15,5%). Sehingga perlu adanya suatu upaya untuk Gambar 2. Prevalensi Diare Menurut Kelompok
menurunkan angka mortilitas balita yang masih Umur (Anggraeni dan Farida, 2011)
tinggi. Upaya tersebut sejalan dengan salah satu
target MDG’s (Goal ke-4) yaitu menurunkan angka
kematian bayi dan balita hingga 2/3 bagian dalam
Gambar 2 di atas menunjukkan bahwa balita
kurun waktu 1990–2015.
lebih berisiko mengalami diare daripada orang
Prevalensi diare klinis berdasarkan data
dewasa. Balita memilki komposisi tubuh yang
Riskesdas 2007 adalah 9% (Anggraeni dan Farida,
lebih banyak mengandung air dibanding orang
2011). Adapun rentang prevalensi tersebut yaitu
dewasa sehingga balita lebih rentan mengalami
4,2–18,9% (Anggraeni dan Farida, 2011). Data
diare. Golongan usia ini sedikitnya mengalami 2–3
29 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 3 September 2014: 297–

episode diare per tahun (Widoyono, 2011). Apabila mengalami dehidrasi akibat diare perlu dilakukan
balita mengalami diare, mereka akan lebih berisiko salah satu upaya pokok yang berupa pengobatan
terkena dehidrasi dan komplikasi lainnya yang dan perawatan penderita. Pengobatan utama yang
dapat mengarah pada malnutrisi hingga terjadi harus dilakukan terhadap diare terutama dehidrasi
kematian. diare adalah rehidrasi dan penggantian air serta
Hasil Survei Morbiditas yang dilakukan elektrolit yang hilang, upaya tersebut dikenal
oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2010 dengan Upaya Rehidrasi Oral (URO). Selain itu
menunjukkan bahwa proporsi terbesar penderita menurut Depkes (1990) dalam mengobati
diare pada balita adalah kelompok umur 6–11 bulan dehidrasi perlu diketahui derajat keparahan
yaitu sebesar 21,65%, kelompok umur 12–17 bulan dehidrasi karena pengobatannya digolongkan
sebesar 14,43%, kelompok umur 24–29 bulan berdasarkan derajat keparahan dehidrasi yaitu tanpa
sebesar 12,37%, dan proporsi terkecil pada dehidrasi (rencana A), dehidrasi ringan/ sedang
kelompok umur 54–59 bulan yaitu 2,06% (rencana B), dan dehidrasi berat (rencana C). Peran
(Anggraeni dan Farida, 2011). Sementara hasil ibu sangat penting dalam kejadian diare pada
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) balita karena jika balita terserang diare maka ibu
menunjukkan bahwa proporsi terbesar penderita akan melakukan beberapa tindakan terkait upaya
diare pada balita adalah kelompok umur 12–23 pengobatan dan perawatan. Upaya yang telah
bulan yaitu sebesar 713 balita (BPS, 2012). dilakukan ibu juga akan sangat menentukan
Jumlah perkiraan kasus diare di Puskesmas perjalanan penyakit anaknya. Bentuk tindakan
Kalijudan berdasarkan profil kesehatan Surabaya tersebut dipengaruhi berbagai hal, salah satunya
tahun 2012 yakni sebanyak 2997 kasus. Sementara adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan
jumlah kasus diare yang ditangani sebanyak domain perilaku seseorang di mana perilaku yang
292,93% atau 5752 kasus. Dilihat dari besaran didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
masalah yang ada, jumlah kasus diare yang terjadi daripada perilaku yang tidak didasari oleh
di Puskesmas Kalijudan bukan merupakan jumlah pengetahuan
yang sedikit dibandingkan dengan puskesmas (Notoatmodjo, 2010).
lainnya seperti Puskesmas Sidotopo Wetan Tingkat pengetahuan yang rendah akan
sebanyak 2542 kasus dan Puskesmas Peneleh 1979 menyebabkan ibu balita tidak dapat melakukan
kasus (Dinkes, 2012). upaya pencegahan maupun perawatan pada anak
Penyebab utama kematian diare adalah diare (Sulisnadewi dkk., 2012). Sebuah penelitian
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit menemukan bahwa faktor pengetahuan ibu
melalui feses. Sementara penyebab lainnya adalah merupakan faktor yang paling dominan daripada
disentri, kurang gizi, dan infeksi. Pada balita yang faktor lingkungan dan sosial ekonomi dalam
mengalami diare berkepanjangan akan mempengaruhi kejadian diare akut pada balita
menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi akibat diare (Warman dalam Sulisnadewi dkk., 2012). Selain
tergantung pada persentase cairan tubuh yang itu sebuah penelitian oleh Bachrach dan Gardner
hilang. Dehidrasi diare yang terjadi dikategorikan dalam Sulisnadewi (2012) juga menunjukkan
menjadi diare tanpa dehidrasi, dehidrasi bahwa kurangnya pengetahuan pengasuh balita
ringan/sedang, dan berat (Widoyono, 2011). tentang rehidrasi oral dapat meningkatkan risiko
Hasil laporan bulanan diare Puskesmas anak untuk mengalami dehidrasi dan dirawat di
Kalijudan tahun 2013 ditemukan adanya balita rumah sakit. Dalam melakukan upaya pencegahan
dengan umur 1–4 tahun yang menderita dehidrasi dan upaya agar anak terhindar dari dampak buruk
diare dengan jumlah yang tidak sedikit (Puskemas diare seperti dehidrasi, kekurangan gizi dan risiko
Kalijudan, 2013). Kasus dehidrasi diare tersebut kematian sangat diperlukan pengetahuan ibu yang
terjadi pada bulan April, Mei, Juni, Agustus dan baik tentang diare (Sulisnadewi, 2012).
Desember yang diimbangi dengan terjadinya Pengetahuan yang dimiliki ibu tersebut
peningkatan kasus yang diawali pada bulan Mei. dilatarbelakangi oleh karakteristik ibu seperti umur,
Dehidrasi yang dialami balita memerlukan pendidikan, status bekerja, pendapatan keluarga dan
penanganan yang tepat karena mengingat bahaya sebagainya.
yang disebabkan dehidrasi cukup fatal yaitu Uraian latar belakang di atas membuat peneliti
kehilangan cairan yang dapat berujung pada tertarik untuk menganalisis apakah ada hubungan
kematian. Untuk mencegah agar balita tidak karakteristik dan pengetahuan ibu balita dengan
kejadian dehidrasi diare pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Kalijudan Kota Surabaya.
Meivi Yusinta Christy, Faktor yang Berhubungan dengan… 300

METODE Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja


Jenis penelitian yang dilakukan adalah Puskesmas Kalijudan Kota Surabaya yang meliputi
observasional analitik yaitu studi epidemiologi Kelurahan Kalijudan, Dukuh Sutorejo, dan
yang dilakukan dengan hanya mengamati Kalisari. Dengan waktu penelitian dimulai pada
perjalanan alamiah peristiwa, membuat catatan bulan Desember 2013–Juli 2014. Pemilihan lokasi
siapa yang terpapar dan tidak terpapar faktor penelitian tersebut berdasarkan data profil kesehatan
penelitian, dan siapa mengalami dan tidak Kota Surabaya tahun 2012 yang menunjukkan
mengalami penyakit yang diteliti serta bertujuan bahwa Puskesmas Kalijudan merupakan puskesmas
untuk memperoleh penjelasan tentang faktor- yang menangani kasus diare terbanyak di Kota
faktor risiko dan penyebab penyakit (Murti, Surabaya.
1997). Sementara untuk rancang bangun penelitian Variabel penelitian dibagi menjadi dua yaitu
ini menggunakan studi kasus kontrol yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebas dalam
mempelajari hubungan antara paparan penyakit penelitian ini adalah karakteristik ibu balita (umur,
(faktor penelitian) dan penyakit, dengan cara pendidikan, status bekerja, pendapatan keluarga)
menentukan sekelompok orang yang berpenyakit dan pengetahuan ibu balita. Variabel terikat adalah
(disebut kasus) dan sekelompok orang yang tidak kejadian dehidrasi diare pada balita.
berpenyakit (disebut kontrol), kemudian Data yang digunakan dalam penelitian ini
dibandingkan berdasarkan status paparannya adalah data primer dan data sekunder di mana
(Murti, 1997). instrumen pengumpulan data primer pada penelitian
Populasi dalam penelitian ini dibagi dalam dua ini dengan menggunakan kuesioner. Pengumpulan
kelompok yaitu populasi kasus dan populasi data primer didapatkan dengan cara ibu balita
kontrol. Populasi kasus adalah ibu yang memiliki mengisi sendiri kuesioner yang telah disediakan
balita yang menderita dehidrasi diare dengan selama 20-30 menit namun tetap didampingi oleh
umur 1–5 tahun di wilayah kerja Puskesmas peneliti. Sedangkan untuk data sekunder didapatkan
Kalijudan. Sedangkan populasi kontrol adalah ibu melalui laporan yang telah diolah oleh Puskesmas
yang memiliki balita yang menderita diare tanpa Kalijudan yaitu regisiter umum dan laporan bulanan
dehidrasi dengan umur 1–5 tahun di wilayah kerja diare.
Puskesmas Kalijudan. Data yang telah dikumpulkan, kemudian
Sampel kasus adalah 30 ibu yang memiliki dianalisis dengan analisis univariat dan bivariat.
balita yang menderita dehidrasi diare dengan umur Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan
1–5 tahun di wilayah kerja puskesmas Kalijudan distribusi variabel penelitian dengan menampilkan
pada bulan Januari 2013–Mei 2014. Sedangkan frekuensi dan persentase setiap variabel. Sedangkan
sampel kontrol adalah 30 ibu yang memiliki balita analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan
yang menderita diare tanpa dehidrasi dengan umur variabel bebas dengan variabel terikat.
1-5 tahun di wilayah kerja puskesmas Kalijudan Pengolahan data dilakukan dengan
pada bulan Januari 2013–Mei 2014. menggunakan software computer. Uji Chi Square
Hasil perhitungan besar sampel penelitian digunakan untuk menguji hubungan antara variabel
yang diperoleh yaitu sebanyak 30 ibu balita bebas dengan variabel terikat. Apabila uji Chi
sebagai kelompok kontrol dan 30 ibu balita sebagai Square tidak memenuhi syarat, maka alternatif uji
kelompok kasus. yang dapat digunakan adalah Fisher’s Exact Test.
Cara penentuan sampel dalam penelitian ini Interpretasi hasil menggunakan derajat kemaknaan
dengan menggunakan register umum Puskesmas (α) sebesar 5%, dimana jika p value < 0,05 maka
Kalijudan. Selanjutnya dilihat data pasien balita Ho ditolak, dengan kata lain ada hubungan antara
penderita diare tanpa dehidrasi dan diare disertai dua variabel yang diuji. Sebaliknya, jika p value >
dehidrasi yang ditemukan di sarana kesehatan 0,05 maka Ho diterima yang berarti tidak ada
pada bulan Januari 2013–Mei 2014. Sarana hubungan antara dua variabel yang diuji.
kesehatan yang dimaksud berada di wilayah kerja
Puskesmas Kalijudan (Kelurahan Kalijudan, Dukuh HASIL
Sutorejo, dan Kalisari) seperti contoh Puskesmas
Pembantu. Pengambilan sampel dilakukan dengan Analisis Univariat
menggunakan teknik Simple Random Sampling Analisis univariat menampilkan distribusi
yaitu teknik pemilihan sampel secara acak frekuensi karakteristik dan pengetahuan ibu balita.
sederhana dengan menggunakan undian. Variabel yang ditampilkan antara lain umur ibu
30 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 3 September 2014: 297–

balita, pendidikan ibu balita, status bekerja ibu pendapatan keluarga baik pada kelompok kontrol
balita, pendapatan keluarga, dan pengetahuan ibu maupun kelompok kasus termasuk dalam kategori
balita. pendapatan keluarga kurang yaitu sebanyak 20
orang (66,6%) pada kelompok kontrol dan 16
Karakteristik Ibu Balita
orang (53,3%) pada kelompok kasus. Sementara
Umur kategori pendapatan keluarga cukup berjumlah 10
Variabel umur ibu balita dalam penelitian ini orang (33,4%) pada kelompok kontrol dan 14 orang
dikategorikan menjadi dua yaitu < 38 tahun dan (46,7%) pada kelompok kasus.
≥ 38 tahun. Pada kelompok kontrol maupun
Pengetahuan Ibu Balita
kelompok kasus, kategori umur ibu balita terbanyak
adalah umur <38 tahun yaitu sebanyak 20 orang Gambaran pengetahuan ibu balita yang
(66,7%) pada kelompok kontrol dan 22 orang diperoleh adalah pada kelompok kontrol, ibu balita
(73,3%) pada kelompok kasus. yang termasuk dalam kategori pengetahuan rendah
dan pengetahuan tinggi jumlahnya sama yaitu 15
Pendidikan ibu balita (50%) berpengetahuan rendah dan 15
Variabel pendidikan dalam penelitian ini ibu balita (50%) berpengetahuan tinggi. Berbeda
dikategorikan menjadi dua yaitu pendidikan ≤ 9 pada kelompok kasus, sebagian besar ibu balita
tahun (tidak sekolah, tamat SD, dan tamat SMP) mempunyai pengetahuan rendah yaitu sebanyak
dan > 9 tahun (tamat SMA, dan tamat Akademi/ 27 orang (90%) dan ibu balita yang mempunyai
Perguruan Tinggi). Gambaran pendidikan ibu balita pengetahuan tinggi berjumlah 3 orang (10%). Hasil
yang diperoleh adalah sebagian besar ibu balita karakteristik dan pengetahuan ibu balita disajikan
termasuk dalam kategori pendidikan ≤ 9 tahun yaitu pada tabel 1 berikut ini:
sebanyak 16 orang (53,3%) pada kelompok kontrol. Tabel 1. Distribusi Karakteristik dan Pengetahuan
Sementara sebanyak 14 ibu balita (46,7%) termasuk Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
dalam kategori pendidikan > 9 tahun. Sebaliknya Kalijudan Kota Surabaya, Tahun 2014
pada kelompok kasus, sebagian besar ibu balita
termasuk dalam kategori pendidikan > 9 tahun yaitu Kejadian Dehidrasi Diare
sebanyak 16 orang (53,3%). Sementara sebanyak Tanpa Dehidrasi
Variabel Penelitian
14 ibu balita (46,7%) termasuk dalam kategori Dehidrasi** Ringan/Sedang*
pendidikan ≤ 9 tahun. n % n %
Umur Ibu Balita
Status Bekerja < 38 tahun 2066,722 73,3
≥ 38 tahun 1033,38 26,7
Status bekerja ibu balita dalam penelitian ini
baik pada kelompok kontrol maupun kelompok Pendidikan Ibu
kasus menggambarkan bahwa sebagian besar ibu Balita
balita berstatus tidak bekerja yaitu sebanyak 16 ≤ 9 tahun 16 53,3 14 46,7
> 9 tahun 14 46,7 16 53,3
orang (55,3%) pada kelompok kontrol dan 26 orang
(86,6%) pada kelompok kasus. Sementara ibu Status Bekerja Ibu
balita yang bekerja berjumlah 14 orang (46,7%) Balita
pada kelompok kontrol dan 4 orang (13,4%) pada Tidak bekerja 16 53,3 26 86,6
kelompok kasus. Bekerja 14 46,7 4 13,4
Pendapatan
Pendapatan Keluarga keluarga
Kurang 20 66,6 16 53,3
Variabel pendapatan keluarga dikategorikan Cukup 10 33,4 14 46,7
menjadi dua yaitu pendapatan keluarga kurang
Pengetahuan Ibu
(< UMK) dan pendapatan keluarga cukup (≥ UMK)
Balita
dengan nilai Upah Minimum Kota Surabaya tahun Rendah 15 50 27 90
2013 sebesar Rp 1.740.000,00. Sebagian besar Tinggi 15 50 3 10
Kelompok kasus  Kelompok kontrol
Meivi Yusinta Christy, Faktor yang Berhubungan dengan… 302

Analisis Bivariat Tabel 3. Hubungan Pengetahuan Ibu Balita dengan


Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui Kejadian Dehidrasi Diare pada Balita di
hubungan status bekerja dan pengetahuan ibu balita Wilayah Kerja Puskesmas Kalijudan Kota
dengan kejadian dehidrasi diare pada balita. Surabaya, Tahun 2014
Kejadian Dehidrasi Diare
Hubungan Status Bekerja Ibu Balita dengan Pengetahuan Tanpa Dehidrasi Ringan/
Kejadian Dehidrasi Diare pada Balita Dehidrasi Sedang
n % n %
Tabulasi silang status bekerja ibu balita dengan
Rendah 15 50 27 90
kejadian dehidrasi diare pada balita dilakukan untuk Tinggi 15 50 3 10
mengetahui apakah ada hubungan status bekerja Total 30 100 30 100
ibu balita dengan kejadian dehidrasi diare pada
Keterangan: p value = 0,002
balita. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
2 berikut ini.
Tabel 3 di atas menunjukkan bahwa hasil uji
Chi Square yang diperoleh sebesar p = 0,002
Tabel 2. Hubungan Status Bekerja Ibu Balita dengan α = 0,05 di mana p < α, maka H0 ditolak
dengan Kejadian Dehidrasi Diare pada dan H1 diterima. Dari hasil uji statistik tersebut
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas dapat diartikan bahwa pengetahuan tentang diare
Kalijudan Kota Surabaya, Tahun 2014 dan dehidrasi diare yang dimiliki oleh ibu balita
Kejadian Dehidrasi Diare bermakna secara statistik atau pengetahuan ibu
balita berhubungan dengan
Status Tanpa Dehidrasi kejadian dehidrasi diare pada balita.
Bekerja Dehidrasi Ringan/Sedang
n % n % PEMBAHASAN
Tidak Bekerja 16 53,3 26 86,6
Bekerja 14 46,7 4 13,4 Karakteristik Ibu Balita
Total 30 100 30 100 Umur
Keterangan: p value = 0,010 Umur sebagai salah satu sifat karakteristik
tentang orang yang dalam studi epidemiologi
Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa hasil uji merupakan variabel yang cukup penting karena
Chi Square yang diperoleh sebesar p = 0,010 cukup banyak penyakit ditemukan dengan berbagai
dengan α = 0,05 di mana p < α, maka H0 ditolak variasi frekuensi yang disebabkan oleh umur (Noor,
dan H1 diterima. Dari hasil uji statistik tersebut 2008). Beberapa penelitian kesehatan juga masih
dapat diartikan bahwa status bekerja ibu balita banyak yang menggunakan umur sebagai variabel
bermakna secara statistik atau status bekerja ibu yang diteliti.
balita berhubungan dengan kejadian dehidrasi diare Umur adalah indikator kedewasaan dalam
pada balita. setiap pengambilan keputusan untuk melakukan
sesuatu yang didasari dari pengalamannya. Peranan
Hubungan Pengetahuan Ibu Balita dengan variabel umur menjadi cukup penting karena studi
Kejadian Dehidrasi Diare pada Balita tentang hubungan variasi suatu penyakit dengan
Pengetahuan ibu balita tentang diare dan umur dapat memberikan gambaran tentang faktor
dehidrasi diare diukur dengan menggunakan penyebab penyakit tersebut (Noor, 2008). Selain itu
kuesioner yang kemudian diberi skor untuk menilai umur dapat merupakan faktor sekunder yang harus
jawaban. Berdasarkan data yang telah diperoleh, diperhitungkan dalam mengamati atau meneliti
selanjutnya pengolahan data dilakukan dengan perbedaan frekuensi penyakit terhadap variabel
membuat tabulasi silang pengetahuan ibu balita lainnya (Noor, 2008).
dengan kejadian dehidrasi diare pada balita yang Tabel distribusi umur ibu balita
kemudian dilakukan uji statistik untuk mengetahui menggambarkan bahwa baik pada kelompok
apakah ada hubungan pengetahuan ibu balita kontrol maupun kelompok kasus, kategori umur
dengan kejadian dehidrasi diare pada balita. Untuk ibu balita terbanyak dalam penelitian ini adalah
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: umur < 38 tahun yaitu
30 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 3 September 2014: 297–

sebanyak 20 orang (66,7%) pada kelompok kontrol Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang wajib
dan 22 orang (73,3%) pada kelompok kasus. Hasil belajar 9 tahun (Depag, 2008).
penelitian tersebut selaras dengan penelitian Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa
Hamzah B., dkk (2012) di Kecamatan Belawa Indonesia (KBBI) adalah proses pengubahan sikap
Kabupaten Wajo yang menunjukkan bahwa umur dan tata laku seseorang atau kelompok orang
ibu balita paling banyak terdapat pada umur 29–32 dalam usaha mendewasakan manusia melalui
tahun yaitu sebanyak 33 orang (24,3%). upaya pengajaran dan pelatihan. Dengan adanya
Umur < 38 tahun termasuk umur dewasa di pendidikan akan membantu seseorang memperoleh
mana pada umur tersebut seseorang berada pada informasi-informasi baru yang dapat menambah
masa-masa produktif. Kehidupan berumah tangga wawasan. Pendidikan juga merupakan suatu faktor
akan dilalui seseorang pada saat mereka sudah yang mempengaruhi seseorang dalam menyerap
menginjak umur dewasa. Demikian juga seorang dan memahami pengetahuan yang telah diperoleh.
wanita akan mulai beradaptasi maupun belajar Semakin tinggi pendidikan ibu maka akan lebih
untuk menjadi ibu rumah tangga pada saat mereka mudah menerima pesan-pesan kesehatan dan cara-
beranjak dewasa. Pada umur dewasa tersebut cara pencegahan penyakit yang dialami dalam hal
seorang ibu akan melewati masa bermasalah, masa ini penyakit diare dan dehidrasi diare. Serta
ketegangan sosial, masa komitmen, dan masa semakin banyak informasi yang masuk, maka
penyesuaian dengan hidup baru. Selain itu ketika semakin banyak pula pengetahuan yang diperoleh,
ibu balita berada dalam kategori umur yang dewasa, termasuk pengetahuan kesehatan.
mereka akan dituntut untuk bersikap bijaksana Program-program kesehatan akan sangat
terhadap setiap keputusan yang akan diambil dalam memerlukan usaha-usaha konkret dan positif agar
bertindak menangani balitanya jika mengalami diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan
dehidrasi diare. Sehingga dengan mengambil norma-norma kesehatan. Salah satu strategi
keputusan yang tepat maka ibu akan dapat oleh World Health Organization (WHO) untuk
mencegah balitanya mengalami komplikasi diare memperoleh perubahan perilaku tersebut melalui
yaitu dehidrasi. cara pendidikan atau promosi kesehatan.
Umur ibu balita bukan suatu tolak ukur Pendidikan atau promosi kesehatan yang dilakukan
kemampuan ibu dalam melakukan perawatan diawali dengan cara memberikan informasi-
terhadap balita dan kemampuan preventif terhadap informasi kesehatan di mana akan meningkatkan
diare (Wijaya, 2012). Ada beberapa faktor lain yang pengetahuan masyarakat (Notoatmodjo, 2010).
menunjukkan tingkat kematangan ibu balita dalam Distribusi ibu balita menurut pendidikan
merawat balitanya ketika mengalami diare terutama dalam penelitian ini menggambarkan bahwa pada
dehidrasi diare yaitu faktor lingkungan, perilaku, kelompok kasus, sebagian besar ibu balita termasuk
pelayanan kesehatan dan faktor personal (Wijaya, dalam kategori pendidikan > 9 tahun yaitu sebanyak
2012). Keempat faktor tersebut memungkinkan 16 orang (53,3%). Hasil penelitian tersebut selaras
untuk saling berinteraksi sehingga berperan lebih dengan penelitian Kasman (2004) di Puskesmas
besar terhadap kejadian diare (Notoatmodjo dalam Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang
Wijaya, 2012). Sumatera Barat yang menunjukkan bahwa sebanyak
37,8% ibu balita berpendidikan terakhir SMA.
PENDIDIKAN Namun berbeda dengan hasil penelitian pada
kelompok kontrol, yang menunjukkan bahwa
Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk
sebagian besar ibu balita termasuk dalam kategori
memperoleh pengetahuan. Variabel pendidikan
pendidikan ≤ 9 tahun yaitu sebanyak 16 orang
dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua
(53,3%).
yaitu pendidikan ≤ 9 tahun dan > 9 tahun. Kategori
pendidikan ≤ 9 tahun yang dimaksud meliputi Status Bekerja
tidak sekolah, tamat Sekolah Dasar (SD) dan tamat
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sementara Bekerja menurut Kamus Besar Bahasa
untuk kategori pendidikan > 9 tahun meliputi tamat Indonesia (KBBI) adalah mata pencaharian; sesuatu
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan tamat Akademi yang dilakukan untuk mencari nafkah. Sehingga
atau Perguruan Tinggi (PT). Kategori tersebut seringkali bekerja cukup memakan banyak waktu,
didasarkan atas Peraturan Pemerintah Republik terutama untuk ibu yang memiliki balita. Di era
modern
Meivi Yusinta Christy, Faktor yang Berhubungan dengan… 304

ini dengan keadaan perekonomian yang semakin Pendapatan keluarga adalah salah satu variabel
sulit sudah banyak ibu balita yang bekerja untuk yang sangat erat hubungannya dengan status sosial
membantu penghasilan suami dalam memenuhi ekonomi (Noor, 2008). Apabila pendapatan
kebutuhan hidup. keluarga yang diperoleh setara atau diatas UMK
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas maka dapat dikatakan status ekonominya termasuk
Kalijudan menggambarkan bahwa baik pada tinggi.
kelompok kontrol maupun kelompok kasus, Hasil penelitian yang diperoleh adalah baik
sebagian besar ibu balita berstatus tidak bekerja pada kelompok kontrol maupun kelompok kasus,
yaitu sebanyak 16 orang (55,3%) pada kelompok kategori pendapatan keluarga terbanyak adalah
kontrol dan 26 orang (86,6%) pada kelompok kasus. kategori pendapatan keluarga kurang yaitu
Hal tersebut selaras dengan penelitian Anggrayani sebanyak 20 orang (66,6%) pada kelompok
Dwi dan Herlina (2013) di wilayah Puskesmas kontrol dan 16 orang (53,3%) pada kelompok
Pondok Ranji yang menunjukkan bahwa lebih kasus. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan
banyak ibu balita yang tidak bekerja yaitu sebanyak penelitian Kasman (2004) yang menunjukkan
38 orang (71,7%). Begitu pula dengan penelitian bahwa pendapatan keluarga di Puskesmas Air
Achyar (2012) di Puskesmas Lubuk Buaya Padang Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang
yang menunjukkan bahwa sebanyak 93,8% ibu Sumatera Barat di atas Upah Minimum Propinsi
balita berstatus tidak bekerja atau sebagai ibu (86,0%) atau dapat dikatakan termasuk dalam
rumah tangga. kategori pendapatan keluarga cukup.
Pendapatan Keluarga Pengetahuan Ibu Balita
Kategori pendapatan keluarga didasarkan Diare merupakan salah satu infeksi saluran
pada nilai nominal Upah Minimum Kota Surabaya pencernaan, bila tidak segera ditangani dapat
tahun 2013 yaitu sebesar Rp. 1.740.000,00 di mana berakibat kematian. Pengetahuan ibu tentang
pendapatan keluarga yang berada di bawah nilai pencegahan diare dapat diberikan melalui suatu
nominal UMK termasuk dalam ketegori kurang pendidikan kesehatan. Dengan pendidikan
sedangkan untuk pendapatan keluarga yang setara kesehatan maka pengetahuan, sikap, dan perilaku
atau di atas nilai nominal UMK merupakan kategori ibu balita dapat diubah sehingga ibu balita tahu
cukup. Kategori pendapatan keluarga tersebut bagaimana cara dalam mengambil suatu tindakan
didasarkan pada Peraturan Gubernur Jawa Timur dalam mencegah diare agar dapat meningkatkan
Nomor 72 Tahun 2012 tentang Upah Minimum derajat kesehatan balitanya.
Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2013 Wijaya dalam Anggrayani Dwi dan Herlina
(Gubernur Jatim, 2012). (2013) mengungkapkan bahwa masih tingginya
Pendapatan keluarga adalah hasil atau upah kejadian diare pada balita dipengaruhi oleh
dari usaha bekerja suami atau istri yang sangat kurangnya pengetahuan keluarga terutama ibu
besar manfaatnya dalam memenuhi kebutuhan dalam melakukan perawatan diare di rumah. Hasil
hidup. Besar atau kecil suatu pendapatan keluarga penelitian Anggrayani Dwi dan Herlina (2013)
ditentukan berdasarkan jenis pekerjaan dan menunjukkan sebanyak 50% ibu balita belum
keterampilan suami atau istri dalam bekerja. Selain memahami cara tata laksana diare di rumah dengan
itu tingkat pendapatan keluarga juga berhubungan baik. Sehingga dapat disimpulkan pengetahuan
dengan lokasi tempat tinggal, kebiasaan hidup ibu balita masih pada tingkatan tahu (know), di
keluarga termasuk kebiasaan makan, kemampuan mana menurut Notoadmodjo dalam Anggrayani
menjangkau pelayanan kesehatan, tersedianya Dwi dan Herlina (2013) tahu merupakan tingkatan
fasilitas kesehatan, jenis rekreasi keluarga dan pengetahuan yang paling rendah.
lain sebagainya (Noor, 2008). Dengan pendapatan Distribusi ibu balita menurut pengetahuan
keluarga yang cukup maka akan lebih mampu menggambarkan bahwa pada kelompok kontrol, ibu
menjangkau fasilitas atau pelayanan kesehatan balita yang termasuk dalam kategori pengetahuan
dalam upaya pencegahan maupun pengobatan rendah dan pengetahuan tinggi jumlahnya sama.
terhadap penyakit diare terutama dehidrasi diare. Di mana 15 ibu balita (50%) termasuk dalam
Semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin baik kategori pengetahuan rendah dan 15 ibu balita
juga fasilitas dan cara hidup mereka yang terjaga. (50%) termasuk dalam kategori pengetahuan tinggi.
Berbeda pada kelompok kasus, sebagian besar ibu
balita termasuk dalam kategori pengetahuan yang
30 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 3 September 2014: 297–

rendah yaitu sebanyak 27 orang (90%) dan ibu mengurus dan mengasuh anak, memperhatikan
balita yang termasuk dalam kategori pengetahuan kesehatan anak, serta dapat melakukan tindakan-
tinggi sebanyak 3 orang (10%). Hasil penelitian tindakan pencegahan diare kepada anak. Namun
tersebut selaras dengan penelitian Kasman (2004) pada ibu balita yang bekerja tentunya akan
yang menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita memiliki waktu yang lebih sedikit untuk mengurus
di Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah balitanya sehingga mempunyai risiko lebih besar
Kota Padang Sumatera Barat memiliki pengetahuan untuk terpapar dengan penyakit.
yang rendah tentang diare yaitu sebanyak 69,9%. Ibu yang tidak bekerja akan lebih fokus
untuk mengasuh anak sehingga mereka akan lebih
Hubungan Status Bekerja Ibu Balita dengan
memperhatikan kesehatan si anak. Apabila pada
Kejadian Dehidrasi Diare pada Balita
ibu balita yang tidak bekerja, ketika balitanya
Bekerja mempunyai hubungan yang erat sedang mengalami dehidrasi diare maka ibu
dengan status sosial ekonomi, sedangkan berbagai akan mempunyai waktu yang lebih banyak untuk
jenis penyakit yang timbul dalam keluarga melakukan upaya-upaya pengobatan kepada
sering berkaitan dengan jenis pekerjaan yang balitanya sesuai dengan program LINTAS Diare.
mempengaruhi pendapatan keluarga (Noor, Selain itu ibu balita yang tidak bekerja juga akan
2008). Seperti contoh angka kematian bayi yang memiliki banyak waktu untuk memperoleh informasi
mempunyai hubungan erat dengan pekerjaan dan kesehatan baik dari membaca buku, media massa
pendapatan kepala keluarga, dan telah diketahui maupun elektronik sehingga dapat menambah
bahwa pada umumnya angka kematian bayi dan pengetahuan mereka (Notoatmodjo, 2005). Salah
balita meningkat pada status sosial ekonomi rendah satu contohnya mereka memperoleh informasi
(Noor, 2008). tentang diare yang berasal dari promosi kesehatan
Gambaran yang diperoleh terhadap variabel yang terdapat pada sarana-sarana kesehatan seperti
penelitian status bekerja ibu balita adalah baik pada puskesmas, rumah sakit, klinik dan lain-lain.
kelompok kontrol maupun kelompok kasus,
sebagian besar ibu balita berstatus bekerja. Hubungan Pengetahuan Ibu Balita dengan
Sementara ibu balita yang berstatus tidak bekerja Kejadian Dehidrasi Diare pada Balita
diketahui sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010)
hasil Uji Chi Square diperoleh ada hubungan status adalah hasil dari rasa keingintahuan seseorang
bekerja ibu balita dengan kejadian dehidrasi diare melalui perantara yaitu hasil pengindaraan
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kalijudan di yang dimilikinya (mata, telinga, mulut, dan
mana p = 0,010 < α (0,05). Menurut Riduwan sebagainya) terhadap suatu obyek. Pengetahuan
L.T. (2010) dengan nilai p value 0,010 yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh intensitas
menunjukkan bahwa keeratan hubungan kedua perhatian dan persepsi terhadap obyek selama
variabel tergolong rendah. Penelitian ini selaras pengindraan berlangsung. Namun, pengetahuan
dengan penelitian Kasman (2004) yang sering kali diperoleh melalui indra penglihatan
menunjukkan bahwa ada hubungan status bekerja dan pendengaran. Adapun pengetahuan seseorang
ibu balita dengan kejadian diare pada balita di terhadap objek memiliki tingkatan yang berbeda-
Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah beda yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis,
Kota Padang Sumatera Barat tahun 2003 dimana p sintesis dan evaluasi (Notoatmodjo, 2010).
= 0,033 < α (0,05). Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010)
Peran seorang ibu sangatlah banyak di samping mencoba menganalisis perilaku manusia dari
ia bekerja untuk mencari nafkah tambahan bagi tingkat kesehatan. Perilaku kesehatan seseorang
keluarganya. Ibu adalah sebagai seorang istri dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu faktor
bagi suaminya, sebagai seorang ibu bagi anak- predisposisi, faktor pemungkin dan faktor
anaknya, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak- pendorong atau penguat. Pengetahuan seseorang
anakya, bertugas mengurus rumah tangga, termasuk dalam faktor predisposisi yang mana
senantiasa melindungi anak-anaknya, sebagai salah dapat mempengaruhi perubahan perilaku kesehatan
satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai seseorang bersamaan dengan kedua faktor lainnya
anggota masyarakat dari lingkungannya. Hal yaitu faktor pemungkin dan faktor penguat.
tersebut selaras dengan hasil penelitian yang Variabel pengetahuan masih sering menjadi
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita yang bahan penelitian kesehatan. Hal ini dikarenakan
berstatus tidak bekerja akan mempunyai banyak
waktu untuk
Meivi Yusinta Christy, Faktor yang Berhubungan dengan… 306

faktor pengetahuan secara langsung maupun tidak Hasil uji Chi Square terhadap variabel
langsung dapat mempengaruhi derajat kesehatan pengetahuan menunjukkan bahwa ada hubungan
seseorang. Menurut Notoatmodjo (2010) perilaku pengetahuan ibu balita tentang diare dan dehidrasi
kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan diare dengan kejadian dehidrasi diare pada balita
oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi di wilayah kerja Puskesmas Kalijudan di mana
dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang p = 0,002 < α (0,05). Menurut Riduwan L.T. (2010)
bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, dengan nilai p value 0,002 menunjukkan bahwa
sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap keeratan hubungan kedua variabel tergolong
kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat sedang. Hasil penelitian tersebut selaras dengan
terbentuknya perilaku. penelitian Mauliku dan Eka (2008) yang juga
Gambaran pengetahuan ibu balita tentang diare menunjukkan bahwa pengetahuan ibu balita
dan dehidrasi diare yang diperoleh adalah pada berhubungan dengan terjadinya diare pada balita di
kelompok kontrol, ibu balita yang termasuk dalam Puskesmas Batujajar Kabupaten Bandung Barat di
kategori pengetahuan rendah dan pengetahuan mana p = 0,006 < α (0,05). Begitu pula dengan
tinggi jumlahnya sama. Berbeda pada kelompok penelitan Kasman (2004) yang menunjukkan bahwa
kasus yang mana sebagian besar ibu balita pengetahuan ibu balita berhubungan dengan
mempunyai pengetahuan rendah. Hal tersebut kejadian diare pada balita di Puskesmas Air Dingin
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita pada Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Sumatera
kelompok kasus akan mengalami kebingungan Barat tahun 2003 di mana p = 0,000 < α (0,05).
dalam memahami upaya pengobatan diare Faktor pengetahuan merupakan faktor yang
termasuk dehidrasi diare. Sementara itu penanganan penting dalam perubahan perilaku kesehatan
diare harus dilakukan dengan cepat dan tepat agar ibu balita yang juga akan berpengaruh terhadap
tidak terjadi dehidrasi. Oleh karena itu penting bagi status kesehatan balitanya. Dengan pengetahuan
ibu balita untuk mempunyai pengetahuan yang baik yang dimiliki ibu balita maka akan menimbulkan
tentang penanggulangan diare sehingga dapat kesadaran ibu balita, dan akhirnya akan
dijadikan upaya pencegahan terjadinya dehidrasi menyebabkan ibu balita berperilaku sesuai dengan
baik ringan/sedang maupun berat. Apabila terjadi pengetahuan yang dimilikinya itu. Perubahan
dehidrasi dan tidak segera dilakukan tindakan perilaku yang didasari oleh kesadaran ibu balita
penanganan maka akan menyebabkan kematian. sendiri akan bersifat langgeng atau bukan suatu
Karena dehidrasi merupakan penyebab kematian paksaan (Notoatmodjo, 2010).
pada penyakit diare. Ibu yang mengetahui cara
penanggulangan kejadian diare secara dini dengan
baik, maka balitanya yang mengalami diare tidak KESIMPULAN DAN SARAN
akan sampai mengalami dehidrasi ringan/sedang Kesimpulan
atau berat karena sudah dapat ditanggulangi sendiri
di rumah (Malikhah dkk., 2012). Karakteristik ibu balita di wilayah kerja
Banyaknya ibu balita yang mempunyai Puskesmas Kalijudan dengan ibu balita sebagai
pengetahuan yang rendah tentang diare dan kelompok kontrol diperoleh kesimpulan yaitu
dehidrasi di wilayah kerja Puskesmas Kalijudan sebagian besar termasuk dalam kategori umur <
juga berkaitan dengan kurangnya pengetahuan ibu 38 tahun, berpendidikan ≤ 9 tahun, berstatus tidak
balita terhadap program LINTAS diare. Oleh karena bekerja, dan dengan kategori pendapatan keluarga
itu perlu adanya kerja sama lintas sektor untuk kurang. Sementara ibu balita sebagai kelompok
menyosialisasikan program LINTAS Diare secara kasus sebagian besar termasuk dalam kategori umur
rutin. Salah satu cara meningkatkan pengetahuan <38 tahun, berpendidikan > 9 tahun, berstatus tidak
ibu balita tentang program LINTAS Diare dapat bekerja, dan dengan kategori pendapatan keluarga
dilakukan melalui pendidikan atau promosi kurang.
kesehatan. Promosi kesehatan tidak hanya mampu Gambaran pengetahuan ibu balita yang
menyadarkan seseorang dalam hal pemberian dan diperoleh yaitu ibu balita yang termasuk dalam
peningkatan pengetahuan dalam bidang kesehatan kategori pengetahuan rendah dan pengetahuan
saja, melainkan juga suatu upaya yang mampu tinggi jumlahnya sama pada kelompok kontrol,
menjembatani adanya perubahan perilaku seseorang sedangkan pada kelompok kasus sebagian besar ibu
(Mubarak dkk., 2007). balita termasuk dalam kategori pengetahuan yang
rendah.
30 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 3 September 2014: 297–

Hasil tabulasi silang variabel bebas dengan informasi-informasi kesehatan secara langsung di
variabel terikat menunjukkan bahwa ada hubungan fasilitas pelayanan kesehatan (puskesmas, rumah
yang signifikan status bekerja ibu balita dan sakit, klinik, dan lain-lain) akibat keterbatasan
pengetahuan ibu balita dengan kejadian dehidrasi waktu mereka.
diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Kalijudan. Sementara tidak ada hubungan umur
ibu balita, pendidikan ibu balita dan pendapatan REFERENSI
keluarga dengan kejadian dehidrasi diare pada Achyar, N., 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan
balita di wilayah kerja Puskesmas Kalijudan. Ibu Tentang Hygiene Makanan dengan Kejadian
Diare pada Balita di Puskesmas Lubuk Buaya
Saran
Padang Tahun 2012. Prosiding Seminar Ilmiah
Saran yang dapat dipertimbangkan sebagai Nasional Kesehatan, Nomor 2338-2694: 23
perbaikan berdasarkan hasil penelitian yang telah Anggraeni, N.D., dan Farida. S., 2011. Situasi Diare
diperoleh yaitu meningkatkan pengetahuan ibu di Indonesia. Buletin Jendela Data dan
balita di wilayah kerja Puskesmas Kalijudan Informasi Kesehatan, Triwulan II: 1-6
melalui pendidikan atau promosi kesehatan tentang Anggrayani, D., dan Herlina, 2013. Hubungan
dehidrasi diare (meliputi gejala/tanda, derajat Pengetahuan Ibu Tentang Tatalaksana Diare di
keparahan, upaya pencegahan, upaya pengobatan, Rumah dengan Kesembuhan Diare pada Balita
dan lain-lain) yang dilakukan secara rutin yaitu di Wilayah Puskesmas Pondok Raji. Academia.
seminggu sekali. Ibu balita juga harus didorong edu, Nomor 1367
untuk berperan aktif dalam proses promosi BPS, 2012. Survei Demografi dan Kesehatan
kesehatan yang berlangsung. Selain itu hendaknya Indonesia. Jakarta; Badan Pusat Statistik: 23.
salah satu poin LINTAS Diare yaitu pemberian Depag. R.I., 2008. Peraturan Pemerintah Republik
nasehat kepada ibu balita atau anggota keluarga Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib
juga terus dilakukan yang secara langsung juga Belajar. Jakarta; Departemen Agama R.I
dapat meningkatkan pengetahuan ibu balita. Depkes. R.I., 1990. Buku Ajar Diare. Jakarta;
Meningkatkan penggunaan cairan tingkat Ditjen PPM & PLP: 31-40.
rumah tangga dan tetap memberikan makanan dan Dinkes Kota Surabaya., 2012. Profil Kesehatan
minuman pada penderita diare serta merujuk ke Tahun 2012. Surabaya; Dinas Kesehatan: tabel
fasilitas pelayanan kesehatan terdekat bila diare 16.
berlanjut menjadi dehidrasi. Gubernur Jatim, 2012. Peraturan Gubernur Jawa
Menyosialisasikan program LINTAS Diare yang Timur Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Upah
berkesinambungan bagi petugas kesehatan termasuk Minimum Kabupaten/Kota Di Jawa Timur
para kader posyandu yang kemudian informasi Tahun 2013. Surabaya; Gubernur Jawa Timur.
tersebut dapat disalurkan kepada ibu-ibu balita. Hamzah, B., Arsunan, A., dan Jumriani, A., 2012.
Meningkatkan tindakan pencegahan diare yang Relationship Clean And Healthy Behavior With
benar dan efektif (pemberian ASI, pemberian MP- The Incidence Of Diarrhea In Children Under
ASI, menggunakan air bersih yang cukup, mencuci Five Years In Sub District Belawa District Wajo
tangan, menggunakan jamban, membuang tinja 2012. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/
bayi yang benar, dan pemberian imunisasi campak) handle/123456789/4340/HAMZAH_K11109015.
melalui pendidikan kesehatan dengan metode pdf?sequence = 1 (sitasi 18 Juli 2014).
diskusi partisipasi yang bersifat dua arah. Kasman, 2004. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Meningkatkan upaya promosi kesehatan dengan Kejadian Diare pada Balita di
melalui penambahan beberapa media informasi Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tengah
yang baru serta modern seperti sosial media yang Kota Padang Sumatera Barat.
dapat diakses lewat internet. Di mana melalui sosial http://repository.usu.ac.id/bitstr
media tersebut akan lebih memudahkan ibu balita eam/123456789/14570/1/011000288.pdf (sitasi
yang bekerja dalam memperoleh informasi 18 Juli 2014).
kesehatan. Mengingat ibu balita yang bekerja tidak Kemenkes. R.I., 2011. Panduan Sosialisasi
dapat memperoleh Tatalaksana Diare pada Balita. Jakarta; Ditjen
PP & PL: 9.
Meivi Yusinta Christy, Faktor yang Berhubungan dengan… 308

Malikhah, L., Sari, F., dan Bangun, S., 2012. Notoatmodjo, S., 2005. Promosi Kesehatan Teori
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta.
Pencegahan dan Penanggulangan Secara Dini Notoatmodjo, S., 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.
Kejadian Diare pada Balita di Desa Hegarmanah Rineka Cipta. Jakarta: 27-29.
Jatinangor. Students e-Journals, Volume 1, Puskesmas Kalijudan, 2013. Laporan Bulanan Diare.
Nomor 1 Surabaya; Puskesmas Kalijudan.
Mauliku, N.E., dan Eka, W., 2008. Hubungan Riduwan, L.T., 2001. Dasar-Dasar Statistik.
antara Faktor Perilaku Ibu dengan Kejadian Bandung; Alfabeta: 123
Diare pada Balita di Puskesmas Batujajar Sulisnadewi, N.L.K., Nani, N., dan Dewi, G.,
Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Kesehatan 2012. Pendidikan Kesehatan Keluarga Efektif
Kartika Stikes Meningkatkan Kemampuan Ibu dalam Merawat
A. Yani, Nomor 38: 45
Anak Diare. Jurnal Keperawatan Indonesia,
Mubarak, dkk., 2007. Promosi Kesehatan: Sebuah
Volume 15, Nomor 3: 166.
Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam
Widoyono, 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi,
Pendidikan. Graha Ilmu. Yogyakarta: 1.
Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya.
Murti, B., 1997. Prinsip dan Metode Riset
Edisi Kedua. Erlangga. Ciracas: 193-199.
Epidemiologi. Gadjah Mada University Press.
Wijaya, Y., 2012. Fakto Risiko Kejadian Diare
Yogyakarta: 110, 219-220.
Balita di Sekitar TPS Banaran Kampus UNNES.
Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit. Penerbit
Unnes Journal of Public Health, Volume 1,
Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 143-146.
Nomor 2.
Noor, N.N., 2008. Epidemiologi. Rineka Cipta.
Jakarta: 29, 97-101, 107

Anda mungkin juga menyukai