1232 2169 2 PB
1232 2169 2 PB
1232 2169 2 PB
ABSTRAK
Salah satu masalah kesehatan balita di Indonesia yang masih sering terjadi adalah diare. Diare merupakan
penyakit yang berisiko untuk menyebabkan kematian. Penyebab utama kematian diare adalah dehidrasi
akibat kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Berdasarkan laporan bulanan diare Pusat kesehatan
masyarakat (Puskesmas) Kalijudan tahun 2013 ditemukan adanya balita dengan usia 1–4 tahun yang
menderita dehidrasi akibat diare. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan karakteristik dan
pengetahuan ibu balita dengan kejadian dehidrasi diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kalijudan
Kota Surabaya. Penelitian ini termasuk observasional analitik dengan desain case control. Subjek penelitian
ditarik dari populasi dengan cara simple random sampling. Besar sampel yang diperoleh sebanyak 30
kelompok kasus dan 30 kelompok kontrol. Variabel bebas penelitian adalah karakteristik ibu balita (umur,
pendidikan, status bekerja, pendapatan keluarga) dan pengetahuan ibu balita. Pengumpulan data primer
dilakukan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan uji statistik Chi-square. Hasil analisis
bivariat diketahui bahwa variabel yang berhubungan dengan kejadian dehidrasi diare pada balita adalah
status bekerja ibu balita (p = 0,010), dan pengetahuan ibu balita (p = 0,002). Tidak ada hubungan umur ibu
balita (p = 0,779), pendidikan ibu balita (p = 0,797), dan pendapatan keluarga (p = 0,430). Kesimpulan yang
dapat ditarik adalah status bekerja dan pengetahuan ibu balita secara signifikan berhubungan dengan
kejadian dehidrasi diare pada balita. Diperlukan adanya pendidikan atau promosi kesehatan bagi ibu balita
tentang tata laksana diare yang benar dengan tujuh intervensi pencegahan diare.
ABSTRACT
One of the health problems of toddlers in Indonesia that still often occurs is diarrhea. Diarrhea is a disease
that can cause death. The main cause of diarrhea death is dehydration due to loss of fluid and electrolytes
through feces. Based on the monthly diarrhea report Public health center (PHC) of Kalijudan in 2013 found
toddlers aged 1-4 years who suffered dehydration due to diarrhea. This study aims to analyze the
relationship between characteristics and knowledge of mothers of children under five with the incidence of
diarrhea dehydration in children under five in the PHC of Kalijudan’s working area, Surabaya. This
research included analytic observational with a case-control design. Research subjects were drawn from the
population by simple random sampling. Samples obtained were 30 case groups and 30 control groups. The
independent variables of the study are the characteristics of mothers of children under five (age, education,
work status, family income) and mother's knowledge. Primary data collection was carried out using a
questionnaire. Data analysis uses Chi-square statistical tests. The results of the bivariate analysis revealed
that the variables associated with the incidence of diarrhea dehydration in toddlers were working status of
toddlers (p = 0.010), and knowledge of toddlers (p = 0.002). There was no relationship between the age of
the mother of children under five (p = 0.779), education of mother of children under five (p = 0.797), and
family income (p = 0.430). The conclusion that can be drawn is the working status and knowledge of toddler
mothers significantly related to the incidence of diarrhea dehydration in toddlers. There is a need for
education or health promotion for mothers of children under five about the proper management of diarrhea
with seven diarrhea prevention interventions.
297
Meivi Yusinta Christy, Faktor yang Berhubungan dengan… 298
episode diare per tahun (Widoyono, 2011). Apabila mengalami dehidrasi akibat diare perlu dilakukan
balita mengalami diare, mereka akan lebih berisiko salah satu upaya pokok yang berupa pengobatan
terkena dehidrasi dan komplikasi lainnya yang dan perawatan penderita. Pengobatan utama yang
dapat mengarah pada malnutrisi hingga terjadi harus dilakukan terhadap diare terutama dehidrasi
kematian. diare adalah rehidrasi dan penggantian air serta
Hasil Survei Morbiditas yang dilakukan elektrolit yang hilang, upaya tersebut dikenal
oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2010 dengan Upaya Rehidrasi Oral (URO). Selain itu
menunjukkan bahwa proporsi terbesar penderita menurut Depkes (1990) dalam mengobati
diare pada balita adalah kelompok umur 6–11 bulan dehidrasi perlu diketahui derajat keparahan
yaitu sebesar 21,65%, kelompok umur 12–17 bulan dehidrasi karena pengobatannya digolongkan
sebesar 14,43%, kelompok umur 24–29 bulan berdasarkan derajat keparahan dehidrasi yaitu tanpa
sebesar 12,37%, dan proporsi terkecil pada dehidrasi (rencana A), dehidrasi ringan/ sedang
kelompok umur 54–59 bulan yaitu 2,06% (rencana B), dan dehidrasi berat (rencana C). Peran
(Anggraeni dan Farida, 2011). Sementara hasil ibu sangat penting dalam kejadian diare pada
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) balita karena jika balita terserang diare maka ibu
menunjukkan bahwa proporsi terbesar penderita akan melakukan beberapa tindakan terkait upaya
diare pada balita adalah kelompok umur 12–23 pengobatan dan perawatan. Upaya yang telah
bulan yaitu sebesar 713 balita (BPS, 2012). dilakukan ibu juga akan sangat menentukan
Jumlah perkiraan kasus diare di Puskesmas perjalanan penyakit anaknya. Bentuk tindakan
Kalijudan berdasarkan profil kesehatan Surabaya tersebut dipengaruhi berbagai hal, salah satunya
tahun 2012 yakni sebanyak 2997 kasus. Sementara adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan
jumlah kasus diare yang ditangani sebanyak domain perilaku seseorang di mana perilaku yang
292,93% atau 5752 kasus. Dilihat dari besaran didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
masalah yang ada, jumlah kasus diare yang terjadi daripada perilaku yang tidak didasari oleh
di Puskesmas Kalijudan bukan merupakan jumlah pengetahuan
yang sedikit dibandingkan dengan puskesmas (Notoatmodjo, 2010).
lainnya seperti Puskesmas Sidotopo Wetan Tingkat pengetahuan yang rendah akan
sebanyak 2542 kasus dan Puskesmas Peneleh 1979 menyebabkan ibu balita tidak dapat melakukan
kasus (Dinkes, 2012). upaya pencegahan maupun perawatan pada anak
Penyebab utama kematian diare adalah diare (Sulisnadewi dkk., 2012). Sebuah penelitian
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit menemukan bahwa faktor pengetahuan ibu
melalui feses. Sementara penyebab lainnya adalah merupakan faktor yang paling dominan daripada
disentri, kurang gizi, dan infeksi. Pada balita yang faktor lingkungan dan sosial ekonomi dalam
mengalami diare berkepanjangan akan mempengaruhi kejadian diare akut pada balita
menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi akibat diare (Warman dalam Sulisnadewi dkk., 2012). Selain
tergantung pada persentase cairan tubuh yang itu sebuah penelitian oleh Bachrach dan Gardner
hilang. Dehidrasi diare yang terjadi dikategorikan dalam Sulisnadewi (2012) juga menunjukkan
menjadi diare tanpa dehidrasi, dehidrasi bahwa kurangnya pengetahuan pengasuh balita
ringan/sedang, dan berat (Widoyono, 2011). tentang rehidrasi oral dapat meningkatkan risiko
Hasil laporan bulanan diare Puskesmas anak untuk mengalami dehidrasi dan dirawat di
Kalijudan tahun 2013 ditemukan adanya balita rumah sakit. Dalam melakukan upaya pencegahan
dengan umur 1–4 tahun yang menderita dehidrasi dan upaya agar anak terhindar dari dampak buruk
diare dengan jumlah yang tidak sedikit (Puskemas diare seperti dehidrasi, kekurangan gizi dan risiko
Kalijudan, 2013). Kasus dehidrasi diare tersebut kematian sangat diperlukan pengetahuan ibu yang
terjadi pada bulan April, Mei, Juni, Agustus dan baik tentang diare (Sulisnadewi, 2012).
Desember yang diimbangi dengan terjadinya Pengetahuan yang dimiliki ibu tersebut
peningkatan kasus yang diawali pada bulan Mei. dilatarbelakangi oleh karakteristik ibu seperti umur,
Dehidrasi yang dialami balita memerlukan pendidikan, status bekerja, pendapatan keluarga dan
penanganan yang tepat karena mengingat bahaya sebagainya.
yang disebabkan dehidrasi cukup fatal yaitu Uraian latar belakang di atas membuat peneliti
kehilangan cairan yang dapat berujung pada tertarik untuk menganalisis apakah ada hubungan
kematian. Untuk mencegah agar balita tidak karakteristik dan pengetahuan ibu balita dengan
kejadian dehidrasi diare pada balita di wilayah kerja
Puskesmas Kalijudan Kota Surabaya.
Meivi Yusinta Christy, Faktor yang Berhubungan dengan… 300
balita, pendidikan ibu balita, status bekerja ibu pendapatan keluarga baik pada kelompok kontrol
balita, pendapatan keluarga, dan pengetahuan ibu maupun kelompok kasus termasuk dalam kategori
balita. pendapatan keluarga kurang yaitu sebanyak 20
orang (66,6%) pada kelompok kontrol dan 16
Karakteristik Ibu Balita
orang (53,3%) pada kelompok kasus. Sementara
Umur kategori pendapatan keluarga cukup berjumlah 10
Variabel umur ibu balita dalam penelitian ini orang (33,4%) pada kelompok kontrol dan 14 orang
dikategorikan menjadi dua yaitu < 38 tahun dan (46,7%) pada kelompok kasus.
≥ 38 tahun. Pada kelompok kontrol maupun
Pengetahuan Ibu Balita
kelompok kasus, kategori umur ibu balita terbanyak
adalah umur <38 tahun yaitu sebanyak 20 orang Gambaran pengetahuan ibu balita yang
(66,7%) pada kelompok kontrol dan 22 orang diperoleh adalah pada kelompok kontrol, ibu balita
(73,3%) pada kelompok kasus. yang termasuk dalam kategori pengetahuan rendah
dan pengetahuan tinggi jumlahnya sama yaitu 15
Pendidikan ibu balita (50%) berpengetahuan rendah dan 15
Variabel pendidikan dalam penelitian ini ibu balita (50%) berpengetahuan tinggi. Berbeda
dikategorikan menjadi dua yaitu pendidikan ≤ 9 pada kelompok kasus, sebagian besar ibu balita
tahun (tidak sekolah, tamat SD, dan tamat SMP) mempunyai pengetahuan rendah yaitu sebanyak
dan > 9 tahun (tamat SMA, dan tamat Akademi/ 27 orang (90%) dan ibu balita yang mempunyai
Perguruan Tinggi). Gambaran pendidikan ibu balita pengetahuan tinggi berjumlah 3 orang (10%). Hasil
yang diperoleh adalah sebagian besar ibu balita karakteristik dan pengetahuan ibu balita disajikan
termasuk dalam kategori pendidikan ≤ 9 tahun yaitu pada tabel 1 berikut ini:
sebanyak 16 orang (53,3%) pada kelompok kontrol. Tabel 1. Distribusi Karakteristik dan Pengetahuan
Sementara sebanyak 14 ibu balita (46,7%) termasuk Ibu Balita di Wilayah Kerja Puskesmas
dalam kategori pendidikan > 9 tahun. Sebaliknya Kalijudan Kota Surabaya, Tahun 2014
pada kelompok kasus, sebagian besar ibu balita
termasuk dalam kategori pendidikan > 9 tahun yaitu Kejadian Dehidrasi Diare
sebanyak 16 orang (53,3%). Sementara sebanyak Tanpa Dehidrasi
Variabel Penelitian
14 ibu balita (46,7%) termasuk dalam kategori Dehidrasi** Ringan/Sedang*
pendidikan ≤ 9 tahun. n % n %
Umur Ibu Balita
Status Bekerja < 38 tahun 2066,722 73,3
≥ 38 tahun 1033,38 26,7
Status bekerja ibu balita dalam penelitian ini
baik pada kelompok kontrol maupun kelompok Pendidikan Ibu
kasus menggambarkan bahwa sebagian besar ibu Balita
balita berstatus tidak bekerja yaitu sebanyak 16 ≤ 9 tahun 16 53,3 14 46,7
> 9 tahun 14 46,7 16 53,3
orang (55,3%) pada kelompok kontrol dan 26 orang
(86,6%) pada kelompok kasus. Sementara ibu Status Bekerja Ibu
balita yang bekerja berjumlah 14 orang (46,7%) Balita
pada kelompok kontrol dan 4 orang (13,4%) pada Tidak bekerja 16 53,3 26 86,6
kelompok kasus. Bekerja 14 46,7 4 13,4
Pendapatan
Pendapatan Keluarga keluarga
Kurang 20 66,6 16 53,3
Variabel pendapatan keluarga dikategorikan Cukup 10 33,4 14 46,7
menjadi dua yaitu pendapatan keluarga kurang
Pengetahuan Ibu
(< UMK) dan pendapatan keluarga cukup (≥ UMK)
Balita
dengan nilai Upah Minimum Kota Surabaya tahun Rendah 15 50 27 90
2013 sebesar Rp 1.740.000,00. Sebagian besar Tinggi 15 50 3 10
Kelompok kasus Kelompok kontrol
Meivi Yusinta Christy, Faktor yang Berhubungan dengan… 302
sebanyak 20 orang (66,7%) pada kelompok kontrol Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 tentang wajib
dan 22 orang (73,3%) pada kelompok kasus. Hasil belajar 9 tahun (Depag, 2008).
penelitian tersebut selaras dengan penelitian Pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa
Hamzah B., dkk (2012) di Kecamatan Belawa Indonesia (KBBI) adalah proses pengubahan sikap
Kabupaten Wajo yang menunjukkan bahwa umur dan tata laku seseorang atau kelompok orang
ibu balita paling banyak terdapat pada umur 29–32 dalam usaha mendewasakan manusia melalui
tahun yaitu sebanyak 33 orang (24,3%). upaya pengajaran dan pelatihan. Dengan adanya
Umur < 38 tahun termasuk umur dewasa di pendidikan akan membantu seseorang memperoleh
mana pada umur tersebut seseorang berada pada informasi-informasi baru yang dapat menambah
masa-masa produktif. Kehidupan berumah tangga wawasan. Pendidikan juga merupakan suatu faktor
akan dilalui seseorang pada saat mereka sudah yang mempengaruhi seseorang dalam menyerap
menginjak umur dewasa. Demikian juga seorang dan memahami pengetahuan yang telah diperoleh.
wanita akan mulai beradaptasi maupun belajar Semakin tinggi pendidikan ibu maka akan lebih
untuk menjadi ibu rumah tangga pada saat mereka mudah menerima pesan-pesan kesehatan dan cara-
beranjak dewasa. Pada umur dewasa tersebut cara pencegahan penyakit yang dialami dalam hal
seorang ibu akan melewati masa bermasalah, masa ini penyakit diare dan dehidrasi diare. Serta
ketegangan sosial, masa komitmen, dan masa semakin banyak informasi yang masuk, maka
penyesuaian dengan hidup baru. Selain itu ketika semakin banyak pula pengetahuan yang diperoleh,
ibu balita berada dalam kategori umur yang dewasa, termasuk pengetahuan kesehatan.
mereka akan dituntut untuk bersikap bijaksana Program-program kesehatan akan sangat
terhadap setiap keputusan yang akan diambil dalam memerlukan usaha-usaha konkret dan positif agar
bertindak menangani balitanya jika mengalami diperoleh perubahan perilaku yang sesuai dengan
dehidrasi diare. Sehingga dengan mengambil norma-norma kesehatan. Salah satu strategi
keputusan yang tepat maka ibu akan dapat oleh World Health Organization (WHO) untuk
mencegah balitanya mengalami komplikasi diare memperoleh perubahan perilaku tersebut melalui
yaitu dehidrasi. cara pendidikan atau promosi kesehatan.
Umur ibu balita bukan suatu tolak ukur Pendidikan atau promosi kesehatan yang dilakukan
kemampuan ibu dalam melakukan perawatan diawali dengan cara memberikan informasi-
terhadap balita dan kemampuan preventif terhadap informasi kesehatan di mana akan meningkatkan
diare (Wijaya, 2012). Ada beberapa faktor lain yang pengetahuan masyarakat (Notoatmodjo, 2010).
menunjukkan tingkat kematangan ibu balita dalam Distribusi ibu balita menurut pendidikan
merawat balitanya ketika mengalami diare terutama dalam penelitian ini menggambarkan bahwa pada
dehidrasi diare yaitu faktor lingkungan, perilaku, kelompok kasus, sebagian besar ibu balita termasuk
pelayanan kesehatan dan faktor personal (Wijaya, dalam kategori pendidikan > 9 tahun yaitu sebanyak
2012). Keempat faktor tersebut memungkinkan 16 orang (53,3%). Hasil penelitian tersebut selaras
untuk saling berinteraksi sehingga berperan lebih dengan penelitian Kasman (2004) di Puskesmas
besar terhadap kejadian diare (Notoatmodjo dalam Air Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang
Wijaya, 2012). Sumatera Barat yang menunjukkan bahwa sebanyak
37,8% ibu balita berpendidikan terakhir SMA.
PENDIDIKAN Namun berbeda dengan hasil penelitian pada
kelompok kontrol, yang menunjukkan bahwa
Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk
sebagian besar ibu balita termasuk dalam kategori
memperoleh pengetahuan. Variabel pendidikan
pendidikan ≤ 9 tahun yaitu sebanyak 16 orang
dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua
(53,3%).
yaitu pendidikan ≤ 9 tahun dan > 9 tahun. Kategori
pendidikan ≤ 9 tahun yang dimaksud meliputi Status Bekerja
tidak sekolah, tamat Sekolah Dasar (SD) dan tamat
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sementara Bekerja menurut Kamus Besar Bahasa
untuk kategori pendidikan > 9 tahun meliputi tamat Indonesia (KBBI) adalah mata pencaharian; sesuatu
Sekolah Menengah Atas (SMA) dan tamat Akademi yang dilakukan untuk mencari nafkah. Sehingga
atau Perguruan Tinggi (PT). Kategori tersebut seringkali bekerja cukup memakan banyak waktu,
didasarkan atas Peraturan Pemerintah Republik terutama untuk ibu yang memiliki balita. Di era
modern
Meivi Yusinta Christy, Faktor yang Berhubungan dengan… 304
ini dengan keadaan perekonomian yang semakin Pendapatan keluarga adalah salah satu variabel
sulit sudah banyak ibu balita yang bekerja untuk yang sangat erat hubungannya dengan status sosial
membantu penghasilan suami dalam memenuhi ekonomi (Noor, 2008). Apabila pendapatan
kebutuhan hidup. keluarga yang diperoleh setara atau diatas UMK
Hasil penelitian di wilayah kerja Puskesmas maka dapat dikatakan status ekonominya termasuk
Kalijudan menggambarkan bahwa baik pada tinggi.
kelompok kontrol maupun kelompok kasus, Hasil penelitian yang diperoleh adalah baik
sebagian besar ibu balita berstatus tidak bekerja pada kelompok kontrol maupun kelompok kasus,
yaitu sebanyak 16 orang (55,3%) pada kelompok kategori pendapatan keluarga terbanyak adalah
kontrol dan 26 orang (86,6%) pada kelompok kasus. kategori pendapatan keluarga kurang yaitu
Hal tersebut selaras dengan penelitian Anggrayani sebanyak 20 orang (66,6%) pada kelompok
Dwi dan Herlina (2013) di wilayah Puskesmas kontrol dan 16 orang (53,3%) pada kelompok
Pondok Ranji yang menunjukkan bahwa lebih kasus. Hasil penelitian tersebut berbeda dengan
banyak ibu balita yang tidak bekerja yaitu sebanyak penelitian Kasman (2004) yang menunjukkan
38 orang (71,7%). Begitu pula dengan penelitian bahwa pendapatan keluarga di Puskesmas Air
Achyar (2012) di Puskesmas Lubuk Buaya Padang Dingin Kecamatan Koto Tangah Kota Padang
yang menunjukkan bahwa sebanyak 93,8% ibu Sumatera Barat di atas Upah Minimum Propinsi
balita berstatus tidak bekerja atau sebagai ibu (86,0%) atau dapat dikatakan termasuk dalam
rumah tangga. kategori pendapatan keluarga cukup.
Pendapatan Keluarga Pengetahuan Ibu Balita
Kategori pendapatan keluarga didasarkan Diare merupakan salah satu infeksi saluran
pada nilai nominal Upah Minimum Kota Surabaya pencernaan, bila tidak segera ditangani dapat
tahun 2013 yaitu sebesar Rp. 1.740.000,00 di mana berakibat kematian. Pengetahuan ibu tentang
pendapatan keluarga yang berada di bawah nilai pencegahan diare dapat diberikan melalui suatu
nominal UMK termasuk dalam ketegori kurang pendidikan kesehatan. Dengan pendidikan
sedangkan untuk pendapatan keluarga yang setara kesehatan maka pengetahuan, sikap, dan perilaku
atau di atas nilai nominal UMK merupakan kategori ibu balita dapat diubah sehingga ibu balita tahu
cukup. Kategori pendapatan keluarga tersebut bagaimana cara dalam mengambil suatu tindakan
didasarkan pada Peraturan Gubernur Jawa Timur dalam mencegah diare agar dapat meningkatkan
Nomor 72 Tahun 2012 tentang Upah Minimum derajat kesehatan balitanya.
Kabupaten/Kota di Jawa Timur Tahun 2013 Wijaya dalam Anggrayani Dwi dan Herlina
(Gubernur Jatim, 2012). (2013) mengungkapkan bahwa masih tingginya
Pendapatan keluarga adalah hasil atau upah kejadian diare pada balita dipengaruhi oleh
dari usaha bekerja suami atau istri yang sangat kurangnya pengetahuan keluarga terutama ibu
besar manfaatnya dalam memenuhi kebutuhan dalam melakukan perawatan diare di rumah. Hasil
hidup. Besar atau kecil suatu pendapatan keluarga penelitian Anggrayani Dwi dan Herlina (2013)
ditentukan berdasarkan jenis pekerjaan dan menunjukkan sebanyak 50% ibu balita belum
keterampilan suami atau istri dalam bekerja. Selain memahami cara tata laksana diare di rumah dengan
itu tingkat pendapatan keluarga juga berhubungan baik. Sehingga dapat disimpulkan pengetahuan
dengan lokasi tempat tinggal, kebiasaan hidup ibu balita masih pada tingkatan tahu (know), di
keluarga termasuk kebiasaan makan, kemampuan mana menurut Notoadmodjo dalam Anggrayani
menjangkau pelayanan kesehatan, tersedianya Dwi dan Herlina (2013) tahu merupakan tingkatan
fasilitas kesehatan, jenis rekreasi keluarga dan pengetahuan yang paling rendah.
lain sebagainya (Noor, 2008). Dengan pendapatan Distribusi ibu balita menurut pengetahuan
keluarga yang cukup maka akan lebih mampu menggambarkan bahwa pada kelompok kontrol, ibu
menjangkau fasilitas atau pelayanan kesehatan balita yang termasuk dalam kategori pengetahuan
dalam upaya pencegahan maupun pengobatan rendah dan pengetahuan tinggi jumlahnya sama.
terhadap penyakit diare terutama dehidrasi diare. Di mana 15 ibu balita (50%) termasuk dalam
Semakin tinggi pendapatan keluarga, semakin baik kategori pengetahuan rendah dan 15 ibu balita
juga fasilitas dan cara hidup mereka yang terjaga. (50%) termasuk dalam kategori pengetahuan tinggi.
Berbeda pada kelompok kasus, sebagian besar ibu
balita termasuk dalam kategori pengetahuan yang
30 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 3 September 2014: 297–
rendah yaitu sebanyak 27 orang (90%) dan ibu mengurus dan mengasuh anak, memperhatikan
balita yang termasuk dalam kategori pengetahuan kesehatan anak, serta dapat melakukan tindakan-
tinggi sebanyak 3 orang (10%). Hasil penelitian tindakan pencegahan diare kepada anak. Namun
tersebut selaras dengan penelitian Kasman (2004) pada ibu balita yang bekerja tentunya akan
yang menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita memiliki waktu yang lebih sedikit untuk mengurus
di Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah balitanya sehingga mempunyai risiko lebih besar
Kota Padang Sumatera Barat memiliki pengetahuan untuk terpapar dengan penyakit.
yang rendah tentang diare yaitu sebanyak 69,9%. Ibu yang tidak bekerja akan lebih fokus
untuk mengasuh anak sehingga mereka akan lebih
Hubungan Status Bekerja Ibu Balita dengan
memperhatikan kesehatan si anak. Apabila pada
Kejadian Dehidrasi Diare pada Balita
ibu balita yang tidak bekerja, ketika balitanya
Bekerja mempunyai hubungan yang erat sedang mengalami dehidrasi diare maka ibu
dengan status sosial ekonomi, sedangkan berbagai akan mempunyai waktu yang lebih banyak untuk
jenis penyakit yang timbul dalam keluarga melakukan upaya-upaya pengobatan kepada
sering berkaitan dengan jenis pekerjaan yang balitanya sesuai dengan program LINTAS Diare.
mempengaruhi pendapatan keluarga (Noor, Selain itu ibu balita yang tidak bekerja juga akan
2008). Seperti contoh angka kematian bayi yang memiliki banyak waktu untuk memperoleh informasi
mempunyai hubungan erat dengan pekerjaan dan kesehatan baik dari membaca buku, media massa
pendapatan kepala keluarga, dan telah diketahui maupun elektronik sehingga dapat menambah
bahwa pada umumnya angka kematian bayi dan pengetahuan mereka (Notoatmodjo, 2005). Salah
balita meningkat pada status sosial ekonomi rendah satu contohnya mereka memperoleh informasi
(Noor, 2008). tentang diare yang berasal dari promosi kesehatan
Gambaran yang diperoleh terhadap variabel yang terdapat pada sarana-sarana kesehatan seperti
penelitian status bekerja ibu balita adalah baik pada puskesmas, rumah sakit, klinik dan lain-lain.
kelompok kontrol maupun kelompok kasus,
sebagian besar ibu balita berstatus bekerja. Hubungan Pengetahuan Ibu Balita dengan
Sementara ibu balita yang berstatus tidak bekerja Kejadian Dehidrasi Diare pada Balita
diketahui sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010)
hasil Uji Chi Square diperoleh ada hubungan status adalah hasil dari rasa keingintahuan seseorang
bekerja ibu balita dengan kejadian dehidrasi diare melalui perantara yaitu hasil pengindaraan
pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kalijudan di yang dimilikinya (mata, telinga, mulut, dan
mana p = 0,010 < α (0,05). Menurut Riduwan sebagainya) terhadap suatu obyek. Pengetahuan
L.T. (2010) dengan nilai p value 0,010 yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh intensitas
menunjukkan bahwa keeratan hubungan kedua perhatian dan persepsi terhadap obyek selama
variabel tergolong rendah. Penelitian ini selaras pengindraan berlangsung. Namun, pengetahuan
dengan penelitian Kasman (2004) yang sering kali diperoleh melalui indra penglihatan
menunjukkan bahwa ada hubungan status bekerja dan pendengaran. Adapun pengetahuan seseorang
ibu balita dengan kejadian diare pada balita di terhadap objek memiliki tingkatan yang berbeda-
Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tangah beda yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis,
Kota Padang Sumatera Barat tahun 2003 dimana p sintesis dan evaluasi (Notoatmodjo, 2010).
= 0,033 < α (0,05). Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010)
Peran seorang ibu sangatlah banyak di samping mencoba menganalisis perilaku manusia dari
ia bekerja untuk mencari nafkah tambahan bagi tingkat kesehatan. Perilaku kesehatan seseorang
keluarganya. Ibu adalah sebagai seorang istri dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu faktor
bagi suaminya, sebagai seorang ibu bagi anak- predisposisi, faktor pemungkin dan faktor
anaknya, sebagai pengasuh dan pendidik bagi anak- pendorong atau penguat. Pengetahuan seseorang
anakya, bertugas mengurus rumah tangga, termasuk dalam faktor predisposisi yang mana
senantiasa melindungi anak-anaknya, sebagai salah dapat mempengaruhi perubahan perilaku kesehatan
satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai seseorang bersamaan dengan kedua faktor lainnya
anggota masyarakat dari lingkungannya. Hal yaitu faktor pemungkin dan faktor penguat.
tersebut selaras dengan hasil penelitian yang Variabel pengetahuan masih sering menjadi
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita yang bahan penelitian kesehatan. Hal ini dikarenakan
berstatus tidak bekerja akan mempunyai banyak
waktu untuk
Meivi Yusinta Christy, Faktor yang Berhubungan dengan… 306
faktor pengetahuan secara langsung maupun tidak Hasil uji Chi Square terhadap variabel
langsung dapat mempengaruhi derajat kesehatan pengetahuan menunjukkan bahwa ada hubungan
seseorang. Menurut Notoatmodjo (2010) perilaku pengetahuan ibu balita tentang diare dan dehidrasi
kesehatan seseorang atau masyarakat ditentukan diare dengan kejadian dehidrasi diare pada balita
oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi di wilayah kerja Puskesmas Kalijudan di mana
dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang p = 0,002 < α (0,05). Menurut Riduwan L.T. (2010)
bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, dengan nilai p value 0,002 menunjukkan bahwa
sikap dan perilaku para petugas kesehatan terhadap keeratan hubungan kedua variabel tergolong
kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat sedang. Hasil penelitian tersebut selaras dengan
terbentuknya perilaku. penelitian Mauliku dan Eka (2008) yang juga
Gambaran pengetahuan ibu balita tentang diare menunjukkan bahwa pengetahuan ibu balita
dan dehidrasi diare yang diperoleh adalah pada berhubungan dengan terjadinya diare pada balita di
kelompok kontrol, ibu balita yang termasuk dalam Puskesmas Batujajar Kabupaten Bandung Barat di
kategori pengetahuan rendah dan pengetahuan mana p = 0,006 < α (0,05). Begitu pula dengan
tinggi jumlahnya sama. Berbeda pada kelompok penelitan Kasman (2004) yang menunjukkan bahwa
kasus yang mana sebagian besar ibu balita pengetahuan ibu balita berhubungan dengan
mempunyai pengetahuan rendah. Hal tersebut kejadian diare pada balita di Puskesmas Air Dingin
menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita pada Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Sumatera
kelompok kasus akan mengalami kebingungan Barat tahun 2003 di mana p = 0,000 < α (0,05).
dalam memahami upaya pengobatan diare Faktor pengetahuan merupakan faktor yang
termasuk dehidrasi diare. Sementara itu penanganan penting dalam perubahan perilaku kesehatan
diare harus dilakukan dengan cepat dan tepat agar ibu balita yang juga akan berpengaruh terhadap
tidak terjadi dehidrasi. Oleh karena itu penting bagi status kesehatan balitanya. Dengan pengetahuan
ibu balita untuk mempunyai pengetahuan yang baik yang dimiliki ibu balita maka akan menimbulkan
tentang penanggulangan diare sehingga dapat kesadaran ibu balita, dan akhirnya akan
dijadikan upaya pencegahan terjadinya dehidrasi menyebabkan ibu balita berperilaku sesuai dengan
baik ringan/sedang maupun berat. Apabila terjadi pengetahuan yang dimilikinya itu. Perubahan
dehidrasi dan tidak segera dilakukan tindakan perilaku yang didasari oleh kesadaran ibu balita
penanganan maka akan menyebabkan kematian. sendiri akan bersifat langgeng atau bukan suatu
Karena dehidrasi merupakan penyebab kematian paksaan (Notoatmodjo, 2010).
pada penyakit diare. Ibu yang mengetahui cara
penanggulangan kejadian diare secara dini dengan
baik, maka balitanya yang mengalami diare tidak KESIMPULAN DAN SARAN
akan sampai mengalami dehidrasi ringan/sedang Kesimpulan
atau berat karena sudah dapat ditanggulangi sendiri
di rumah (Malikhah dkk., 2012). Karakteristik ibu balita di wilayah kerja
Banyaknya ibu balita yang mempunyai Puskesmas Kalijudan dengan ibu balita sebagai
pengetahuan yang rendah tentang diare dan kelompok kontrol diperoleh kesimpulan yaitu
dehidrasi di wilayah kerja Puskesmas Kalijudan sebagian besar termasuk dalam kategori umur <
juga berkaitan dengan kurangnya pengetahuan ibu 38 tahun, berpendidikan ≤ 9 tahun, berstatus tidak
balita terhadap program LINTAS diare. Oleh karena bekerja, dan dengan kategori pendapatan keluarga
itu perlu adanya kerja sama lintas sektor untuk kurang. Sementara ibu balita sebagai kelompok
menyosialisasikan program LINTAS Diare secara kasus sebagian besar termasuk dalam kategori umur
rutin. Salah satu cara meningkatkan pengetahuan <38 tahun, berpendidikan > 9 tahun, berstatus tidak
ibu balita tentang program LINTAS Diare dapat bekerja, dan dengan kategori pendapatan keluarga
dilakukan melalui pendidikan atau promosi kurang.
kesehatan. Promosi kesehatan tidak hanya mampu Gambaran pengetahuan ibu balita yang
menyadarkan seseorang dalam hal pemberian dan diperoleh yaitu ibu balita yang termasuk dalam
peningkatan pengetahuan dalam bidang kesehatan kategori pengetahuan rendah dan pengetahuan
saja, melainkan juga suatu upaya yang mampu tinggi jumlahnya sama pada kelompok kontrol,
menjembatani adanya perubahan perilaku seseorang sedangkan pada kelompok kasus sebagian besar ibu
(Mubarak dkk., 2007). balita termasuk dalam kategori pengetahuan yang
rendah.
30 Jurnal Berkala Epidemiologi, Vol. 2, No. 3 September 2014: 297–
Hasil tabulasi silang variabel bebas dengan informasi-informasi kesehatan secara langsung di
variabel terikat menunjukkan bahwa ada hubungan fasilitas pelayanan kesehatan (puskesmas, rumah
yang signifikan status bekerja ibu balita dan sakit, klinik, dan lain-lain) akibat keterbatasan
pengetahuan ibu balita dengan kejadian dehidrasi waktu mereka.
diare pada balita di wilayah kerja Puskesmas
Kalijudan. Sementara tidak ada hubungan umur
ibu balita, pendidikan ibu balita dan pendapatan REFERENSI
keluarga dengan kejadian dehidrasi diare pada Achyar, N., 2012. Hubungan Tingkat Pengetahuan
balita di wilayah kerja Puskesmas Kalijudan. Ibu Tentang Hygiene Makanan dengan Kejadian
Diare pada Balita di Puskesmas Lubuk Buaya
Saran
Padang Tahun 2012. Prosiding Seminar Ilmiah
Saran yang dapat dipertimbangkan sebagai Nasional Kesehatan, Nomor 2338-2694: 23
perbaikan berdasarkan hasil penelitian yang telah Anggraeni, N.D., dan Farida. S., 2011. Situasi Diare
diperoleh yaitu meningkatkan pengetahuan ibu di Indonesia. Buletin Jendela Data dan
balita di wilayah kerja Puskesmas Kalijudan Informasi Kesehatan, Triwulan II: 1-6
melalui pendidikan atau promosi kesehatan tentang Anggrayani, D., dan Herlina, 2013. Hubungan
dehidrasi diare (meliputi gejala/tanda, derajat Pengetahuan Ibu Tentang Tatalaksana Diare di
keparahan, upaya pencegahan, upaya pengobatan, Rumah dengan Kesembuhan Diare pada Balita
dan lain-lain) yang dilakukan secara rutin yaitu di Wilayah Puskesmas Pondok Raji. Academia.
seminggu sekali. Ibu balita juga harus didorong edu, Nomor 1367
untuk berperan aktif dalam proses promosi BPS, 2012. Survei Demografi dan Kesehatan
kesehatan yang berlangsung. Selain itu hendaknya Indonesia. Jakarta; Badan Pusat Statistik: 23.
salah satu poin LINTAS Diare yaitu pemberian Depag. R.I., 2008. Peraturan Pemerintah Republik
nasehat kepada ibu balita atau anggota keluarga Indonesia Nomor 47 Tahun 2008 Tentang Wajib
juga terus dilakukan yang secara langsung juga Belajar. Jakarta; Departemen Agama R.I
dapat meningkatkan pengetahuan ibu balita. Depkes. R.I., 1990. Buku Ajar Diare. Jakarta;
Meningkatkan penggunaan cairan tingkat Ditjen PPM & PLP: 31-40.
rumah tangga dan tetap memberikan makanan dan Dinkes Kota Surabaya., 2012. Profil Kesehatan
minuman pada penderita diare serta merujuk ke Tahun 2012. Surabaya; Dinas Kesehatan: tabel
fasilitas pelayanan kesehatan terdekat bila diare 16.
berlanjut menjadi dehidrasi. Gubernur Jatim, 2012. Peraturan Gubernur Jawa
Menyosialisasikan program LINTAS Diare yang Timur Nomor 72 Tahun 2012 Tentang Upah
berkesinambungan bagi petugas kesehatan termasuk Minimum Kabupaten/Kota Di Jawa Timur
para kader posyandu yang kemudian informasi Tahun 2013. Surabaya; Gubernur Jawa Timur.
tersebut dapat disalurkan kepada ibu-ibu balita. Hamzah, B., Arsunan, A., dan Jumriani, A., 2012.
Meningkatkan tindakan pencegahan diare yang Relationship Clean And Healthy Behavior With
benar dan efektif (pemberian ASI, pemberian MP- The Incidence Of Diarrhea In Children Under
ASI, menggunakan air bersih yang cukup, mencuci Five Years In Sub District Belawa District Wajo
tangan, menggunakan jamban, membuang tinja 2012. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/
bayi yang benar, dan pemberian imunisasi campak) handle/123456789/4340/HAMZAH_K11109015.
melalui pendidikan kesehatan dengan metode pdf?sequence = 1 (sitasi 18 Juli 2014).
diskusi partisipasi yang bersifat dua arah. Kasman, 2004. Faktor-Faktor yang Berhubungan
Meningkatkan upaya promosi kesehatan dengan Kejadian Diare pada Balita di
melalui penambahan beberapa media informasi Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tengah
yang baru serta modern seperti sosial media yang Kota Padang Sumatera Barat.
dapat diakses lewat internet. Di mana melalui sosial http://repository.usu.ac.id/bitstr
media tersebut akan lebih memudahkan ibu balita eam/123456789/14570/1/011000288.pdf (sitasi
yang bekerja dalam memperoleh informasi 18 Juli 2014).
kesehatan. Mengingat ibu balita yang bekerja tidak Kemenkes. R.I., 2011. Panduan Sosialisasi
dapat memperoleh Tatalaksana Diare pada Balita. Jakarta; Ditjen
PP & PL: 9.
Meivi Yusinta Christy, Faktor yang Berhubungan dengan… 308
Malikhah, L., Sari, F., dan Bangun, S., 2012. Notoatmodjo, S., 2005. Promosi Kesehatan Teori
Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu dalam dan Aplikasi. Rineka Cipta. Jakarta.
Pencegahan dan Penanggulangan Secara Dini Notoatmodjo, S., 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.
Kejadian Diare pada Balita di Desa Hegarmanah Rineka Cipta. Jakarta: 27-29.
Jatinangor. Students e-Journals, Volume 1, Puskesmas Kalijudan, 2013. Laporan Bulanan Diare.
Nomor 1 Surabaya; Puskesmas Kalijudan.
Mauliku, N.E., dan Eka, W., 2008. Hubungan Riduwan, L.T., 2001. Dasar-Dasar Statistik.
antara Faktor Perilaku Ibu dengan Kejadian Bandung; Alfabeta: 123
Diare pada Balita di Puskesmas Batujajar Sulisnadewi, N.L.K., Nani, N., dan Dewi, G.,
Kabupaten Bandung Barat. Jurnal Kesehatan 2012. Pendidikan Kesehatan Keluarga Efektif
Kartika Stikes Meningkatkan Kemampuan Ibu dalam Merawat
A. Yani, Nomor 38: 45
Anak Diare. Jurnal Keperawatan Indonesia,
Mubarak, dkk., 2007. Promosi Kesehatan: Sebuah
Volume 15, Nomor 3: 166.
Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam
Widoyono, 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi,
Pendidikan. Graha Ilmu. Yogyakarta: 1.
Penularan, Pencegahan & Pemberantasannya.
Murti, B., 1997. Prinsip dan Metode Riset
Edisi Kedua. Erlangga. Ciracas: 193-199.
Epidemiologi. Gadjah Mada University Press.
Wijaya, Y., 2012. Fakto Risiko Kejadian Diare
Yogyakarta: 110, 219-220.
Balita di Sekitar TPS Banaran Kampus UNNES.
Ngastiyah, 1997. Perawatan Anak Sakit. Penerbit
Unnes Journal of Public Health, Volume 1,
Buku Kedokteran EGC. Jakarta: 143-146.
Nomor 2.
Noor, N.N., 2008. Epidemiologi. Rineka Cipta.
Jakarta: 29, 97-101, 107