Kti Diare
Kti Diare
Kti Diare
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Diare merupakan suatu kondisi umum yang ditandai dengan peningkatan frekuensi
buang air besar dan peningkatan likuiditas dari tinja.Meskipun diare akut biasanya dapat
sembuh sendiri, dapat memburuk dan menyebabkan dehidrasi yang memburuk, yang dapat
menyebabkan volume darah abnormal, tekanan darah menurun,dan kerusakan pada ginjal,
jantung, hati, otak dan organ tubuh lainnya.Diare akut dapat penyebab utama kematian bayi
di seluruh dunia (Gidudu et al.,2011).
Menurut World Health Organization (WHO) dan UNICEF , ada sekitsr 2 juta kasus
diare penyakit di seluruh dunia setiap tahun dan 1,9 juta anak-anak lebih mudah dari 5 tahun
meninggal karena diare setiap tahun, terutama di Negara-negara berkembang. Jumblah ini
18% dari semua kematian anak-anak di bawah usia 5 dan berarti bahwa > 5000 anak-anak
meninggal setiap hari akibat diare penyakit (WHO,2013)
Kematian akibat penyakit diare ini biasanya terjadi di awal masa bayi dan anak-anak
dengan dehidrasi berat (Hayajneh et al.,2010). Dehidrasi itu sendiri diartikan sebagai
kehilangan air dan garam (terutama natrium klorida) atau cairan ekstraseluler. Penyebab
tersering yang terjadi pada bayi karena diare yang disebabkan oleh infeksi virus dan bakteri
(Finberg,2002).
Insiden dan period prevalence diare untuk seluruh kelompok umur di Indonesia
adalah 3,5% dan 7,0% lima provinsi dengan insiden dan period prevalen diare tertinggi
adalah Papua (6,3% dan 14,7%), Sulawesi Selatan (5,2% dan 10,2%), Aceh(5,0% dan 9,3%),
Sulawesi Barat(4,7% dan 10,1%), dan Sulawesi tengah(4,4% dan 8,8%). Insiden diare pada
kelompok usia balita di Indonesia adalah 6,7% lima provinsi dengan insiden diare tertinggi
adalah Aceh (10,2%), Papua (9,6%), DKI Jakarta(8,9%), Sulawesi Selatan( 8,1%), dan
Banten( 8,0%) (Riskesdas, 2013)
Berdasarkan data yang diperoleh, insiden diare balita tertinggi di Indonesia pada
tahun 2013 terjadi pada kelompok 12-23 bulan (7,6%) umur 0-11 bulan (5,5%), umur 24-35
bulan (5,8%), umur 36-47 bulan (4,3%), dan umur 48-59 bulan (3,05) (Riskesdas,2013
Pada tahun 2012, dari 559.011 perkiraan kasus diare yang ditemukan dan ditangani
adalah sebanyak 216.175 atau 38,67%, sehingga angka kesakitan (IR) diare per 1.000
penduduk mencapai 16,36% pencapaian ini mengalami penurunan di bandingkan tahun 2011
yaitu 19,35% dan 2010 yaitu 18,73% pencapaian IR ini jauh dibawah target program yaitu
220 per 1.000 penduduk.Rendahnya IR dikhawatirkan bukan merefleksikan menurunya
penyakit diare pada masyarakat tetapi lebih dikarenakan banyaknya kasus yang tidak terdata
( Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara,2012).
Berdasarkan data yang telah di kumpulkan, perkiraan kasus diare yang terjadi di kota
Medan pada tahun 2012 yaitu sebanyak 89.795 kasus. Berdasarkan jenis kelamin kasus yang
terjadi pada laki-laki sebanyak 44.325 sedangkan pada perempuan sebanyak 45.469 kasus
diare. Dari perkiraan kasus diare tersebut kasus diare yang ditangani sekitar 33,90%(Profi
kesehatan Provinsin Sumatera Utara,2012).
Perilaku manusia berasal dari doronganyang ada dalam diri manusia dan dorongan itu
merupakan salah satu usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia.
Dengan adanya dorongan trsebut menumbulkan seseorang melakukan sebuah tindakan atau
perilaku khusus yang mengarah pada tujuan. Sementara itu, parah sosiolog melihatnya bahwa
perilaku manusia tidak bias dipisahkan dari konteks setting sosialnya. Dalam kaitanya dengan
perilaku kesehatan atau lebih spesifik lagi yaitu derajat kesehatan perilaku manusia
merupakan faktor utama untuk terwujudnya derajat kesehatan individu secara prima. Perilaku
individu memiliki pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan layanan kesehatan.
Sementara faktor genetis hanya berpengaruh sebesar 5%. Dari pernyataan diatas seolah-olah
menegaskan bahwa layanan kesehatan hanya fakto kecil untuk meningkatkan derajad
kesehatan sedangkan faktor perilaku dilingkungan merupakan faktor yang sangat besar dalam
mendukung derajat kesehatan manusia. Dalam konteks inilah pendidikan atau promosi
kesehatan memiliki peranan yang penting dalam mendukung angka partisipasi kesehatan
masyarakat dalam mendukung kualitas kesehatan masyarakat. Secara umum, tujuan dari
promosi kesehatan ini adalah perubahan perilaku individu dan budaya masyarakat sehinga
mampu menunjukan perilaku dan budaya yang sehat (Sudarma,2008).
Berdasarkan data-data yang diatas, penulis tertarik untuk meneliti mengenai hubungan
tingkat pengetahuan dan tindakan ibu dengan diare akut yang disertai dehidrasi pada anak
balita di RSUP Haji Adam Malik Medan. Selain untuk mengetahui angka kejadian diare akut
sekaligus juga untuk mengetahui pengetahuan dan tindakan ibu dalam mengatasi diare yang
terjadi pada anaknya .
B.Rumus Masalah
C.Tujuan Penelitian
a.Tujuan Umum
Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan tindakan ibu dengan diare akut yang
disertai dehidrasi pada anak balita di RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2014.
b. Tujuan khusus
1. Mengetahui jumblah kasus pasien yang mengalami diare akut pada anak balita.
D.Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang
diare akut yang disertai dehidrasi pada anak balita.
3. Bagi Masyarakat
Sebagai data dasar atau pembading bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian
selanjutnya.
BAB II
TINJAU PUSTAKA
Diare
1. Definisi
Menurut WHO (2005) Jumlah pengeluaran tinja yang dikeluarkan dalam sehari
bervariasi sesuai diet dan usia. Diare di definisikan sebagai tinja yang mengandung lebih
banyak air dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam sehari. Tinja tersebut mungkin juga
dapat bercampur dengan darah, dalam hal ini tersebut dengan disentri. Bayi dibawa 6 bulan
yang hanya meminum ASI umunya memiliki tinja yang lunak tetapi keadaan ini tidak disebut
dengan diare.
Diare akut didefinisikan sebagai prningkatan frekuensi buang air besar ( tiga kali atau
lebih per hari atau setidaknya 200 gram tinja per hari) yang berlangsung kurang dari 14 hari,
bias disertai dengan mual, muntah, kram perut, gejala sistemik yang signifikan secara klinis,
atau malnutrisi (Thie Iman dan Richard, 2004) menurut Friedman dan Kurt (1995) diare
harus dibedakan pseudodiare atau hiperdefikasi yang merupakan peningkatan frekuensi
defekasi tanpa peningkatan jumlah tinja diatas normal, keadaan bias terjadi pada pasien
irritable bowel syndrome. Diare juga harus dibedakan dengan inkontinensia fekal yang
merupakan pelepasan isi rektum tanpa disadari.
2. Etiologi
Virus adalah penyebab utama penyakit diare akut. Secara khusus, grup A rotavirus (RV)
adalah penyebab tersering penyakit diare yang parah dan dehidrasi, yang sering menyebabkan
rawat inap bayi dan anak-anak diseluruh dunia. Agen virus lainnya termasuk adenovirus
enterik (Adv) Astroviruses (AstV), dan Human calicivirus (HucV) Seperti norovirus ( NOV)
dan sapovirus (SAV), juga diyakini sebagai penyebab utama kasus sporadic dan wabahdiare
anak(Yabo et al.,2012).
Table 1 overview of causative agents in diarhe
Agen bakteri
Di negara berkembang, bakteri enterik dan parasit lebih umum dari pada virus dan
biasanya mencapai puncak selama musim panas. Campylobacter adalah bakteri yang lazim
pada orang dewasa dan merupakan salah satu bakteri yang paling sering di isolasi dari tinja
bayi dan anak-anak di Negara berkembang. Shigella dysenteriae tipe 1 menghasilkan toksin
Shiga, seperti halnya enterohemorrhagic E.coli (EHEC) yang memiliki cirri khas diare
dengan lendir berdarah ini telah menyebabkan epidemic diare berdarah dengan tingkat
fatalitas kasus mendekati 10% di Asia, Afrika,Dan Amerika Tengah. V.cholerae serogrup 01
dan 0139 menyebabkan deplesi cairan yang cepat dan berat dan bilah tidak di tangani dengan
cepat dapat mengakibatkan kematian dalam waktu 12-18 jam. Salmonella sangat beresiko
pada bayi dan orang tua, salmonella typhi atau para typhy A,B atau C mengakibatkan demam
tipoid (WGO,2008).
Agen virus
Virus merupakan penyebab utama diare akut yang terjadi terutama di Negara-negara
maju. Rotavirus penyebab terparah dehidrasi akibat gastroenteritis pada anak-anak. Insiden
pucak penyakit pada anak- anak antara 4-23 bulan. Human Calicivirus yang sebelumnya
disebu dengan “Norwalk-Like Virus” mungkin merupakan agen virus paling umum ke dua
setelah Rotavirus. Infeksi Adenovirus paling sering menyebabkan penyakit pada system
pernapasan. Namun tergantung pada serotipe yang mengimfeksi dan terutama pada anak-
anak, mereka mungkin juga menyebabkan gastroenteritis (WGO 2008).
Rotavirus dapat dilihat dengan mikroskop elektro dalam sediaan tinja dari 20-40%
anak berumur 5 tahun kebawa yang menderita gastroenteritis akut. Prevalensi tertinggi di
dapat pada musim dingin. Adenovirus dapat ditemukan pada 5-10% penderitan gastroenteritis
dan spesifik bagi calcivirus astrovirus dapat ditemukan pada 1-5% anak lainnya
(Karsinah,1994).
Agen parasit
1. Kesulitan Makan
2. Defek anatomis
Malrotasi
Penyakit hirchsprung
Short bowel syndrome
Atrofi mikrovilli
Stricture
3. Malabsorpsi
defisiensi disakaridase
malabsorpsi glukosa galaktosa
cholestosis
penyakit celiac
4. Endokrinopati
Tyrotoksikosis
Penyakit Addison
Sindroma adrenogenital
5. Keracunan makanan
Logam berat
Mushrooms
6. Neoplasma
Neuroblastoma
Sidroma zollinger Ellison
7. Lain-lain:
Infeksi non gastrointestinal
Alergi susu sapi
Penyakit crohn
Defisiensi imun
Ganguan motilitas usus
3.faktor resiko
Menurut Subagyo dan Nurtjahjo (2009) penularan diare pada umumnya melalui fekal-
oral dari makanan atau minuman yang telah tercemar oleh enteropatogen. Beberapa factor
yang berpengaruh untuk terjadinya diare antara lain :
1. faktor umur
sebagian besar terjadi pada usia 2 tahun pertama kehidupan insiden tertinggi terjadi pada
kelompok umur 6-11 bulan.
2. Infeksi asimtomatik
Sebagian besar infeksi usus bersifat asimtomatik dan kejadian ini meningkat setelah umur 2
tahun karena pembentukan imunitas aktif tubuh penderita yang asimtomatik pada tinjanya
dapat mengandung virus, bakteri atau kista protozoa yang infeksius. Orang dengan infeksi
asimtomatis ini biasanya berperan penting dalam penyebaran banyak enteropatogen, tidak
menjaga kebersihan dan berpndah-pindah tempat ke tempat lain.
3. Faktor musim
Insiden diare dapat terjadi menurut letak geografis suatu daerah. Di daerah sub tropic, diare
karena bakteri lebih sering terjadi pada musi panas, sedangkan akibat virus lebih sering terjadi
pada musim dingin. Sedangkan pada daerah tropik seperti Indonesia, diare yang di sebabkan
rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dan meningkat pada musim kemarau, dan pada musim
hujan lebih disebabkan akibat bakteri.
4. Epidemi dan pandemik
Vibrio cholera dan shigella dysentriae dapat mengakibatkan epidemi dan pandemi yang
mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada semua golongan usia.
5. Faktor ASI
Menurut Sutoto (1992) dalam Ishak (2010) Insiden diare meningkat pada saat anak untuk
pertama kali mengenal makanan tambahan dan makin lama makin meningkat. Pemberian ASI
penuh akan memberikan perlindungan diare 4 kali daripada bayi dengan ASI disertai susu
botol. Bayi dengan susu botol saja akan mempunyai resiko diaare lebih besar dan bahkan 30
kali lebih banyak daripada bayi dengan ASI secara penuh.
Menurut Simatupang (2004) dalam Ishak (2010) beberapa faktor lain juga mempengaruhi
terjadinya diare akut yaitu:
6. Faktor Pendidikan
Tingginya angka kesakitan dan kematian (morbiditas dan mortalitas) karena diare di Indonesia
disebabkan oleh faktor kesehatan lingkungan yang belum memadai,keadaan gizi,
kependudukan, pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan perilaku masyarakat yang secara
langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi keadaan penyakit diare. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Erial,B. et al, 1994 ditemukan bahwa kelompok ibu dengan ststus
pendidikan SLTP keatas mempunyai kemungkinan 1,6 kali memberikan cairan rehidrasi oral
dengan baik pada balita dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD
kebawah.
7. Faktor Pekerjaan
Ayah dan ibu yang bekerja sebagai pegawai negri atau swasta rata-rata mempunyai pendidikan
yang lebih tinggi dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja sebagai buruh atau petani Jenis
pekerjaan umumnya berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang
bekerja harus membiarkan anaknya diasuh oleh orang lain, sehingga mempunyai resiko lebih
besar untuk terpapar dengan penyakit diare.
8. Faktor Jamban
Resiko kejadian diare lebih besar pada keluarga yang tidak mempunyai fasilitas jamban
keluarga dan penyedian saran jamban umum dapat menurunkan resiko kemungkinan
terjadinya diare. Berkaitan dengan personal hygiene dari masyarakat yang ditunjang dengan
situasi kebiasaan yang menimbulkan pencemaran lingkungan sekitarnya dan terutama di
daerah-daerah dimana air merupakan masalah dan kebiasaan buang air besar yang tidak sehat.
9. Faktor Sumber Air
Sumber air adalah tempat mendapatkan air yang digunakan air baku tersebut sebelum
digunakan adalah yang diolah dulu,namun ada pula yang langsung digunakan oleh
masyarakat. Kualitas air baku pada umumnya tergantung darimana sumber air tersebut
didapat. Ada beberapa macam sumber air misalnya: air huja air tanah (sumur gali, sumur
pompa), air permukaan (sungai, danau) dan mata air. Apabila kualitas air dari sumber air
tersebut telah memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan peraturan yang berlaku, dapat langsug
dipergunakan tetapi apabila belum memenuhi syarat, harus melalui proses pengolahan air
telebih dahulu. Berdasarkan survey demografi dan kesehatan tahun 1997, kelompok anak-anak
dibawah lima tahun yang keluarganya menggunakan sarana sumur gali mempunyai resiko
terkena diare 1,2 kali dibandingkan dengan kelompok anak yang keluarganya menggunakan
sumber sumur pompa.
4. Patofisiologi Diare
Menuurt Simadbrata dan Daldiyono (2009) diare dapat disebabkan oleh beberapa
patofisiolog sbagai berikut:
1. Diare osmotic
Diare ini terjadi akibat peningkatan tekanan osmotik intralumen dari usus halus yang
disebabkan oleh obat-obatan/zat kimia yang hiperosmtik seperti MgSO4, Mg(OH)2
dan defek dalam absorpsi mukosa usus misal pada defisiesi disakaridase,
malabsorpsi glukosa/galaktosa
2. Diare sekretori
Diare tipe ini disebabkan peningkatan sekresi air dan elektrolit dari usus, atau
penurunan absorpsi dengan gejala khas peningkatan volume tinja. Penyebab
tersering akibat efek enterotoksin infeksi Vibrio Cholerea, atau Escherichia Coli.
3. Malabsorpsi asam empedu malabsopsi lemak
Diare tipe ini didapatkan gangguan pembentukan micelle empedu.
4. Defek sistem pertukaran anoin/transport elektrolit aktif di enterosit
Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif
Na+K+ATP ase di enterosit dan absorpsi Na+ dan air yang abnormal
5. Motilitas dan waktu transit usus abnormal
Diare tipe ini disebabkan hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus hingga
mengakibatkan absorpsi yang abnormal di usus halus
6. Gangguan pemeabilitas usus
Diare ini terjadi akibat adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus
halus menyebabkan permeabilitas usus menjadi abnormal.
7. Diare inflamatotik
Diare ini karena kerusakan mukosa usus akibat imflamasi, sehingga terjadi produksi
mucus yang berlebiha dan eksudasi air dan elektrolit kedalam lumen juga gangguan
absobsi air-elektrolit.
8. Diare infeksi
Diiare ini merupakan tipe diare yang terserig terbagi atas bakteri invasive (merusak
mukosa) dan non-infasif ( tidak merusak mukosa).
5. Klasifikasi Diare
Menurut WHO (2005) diare terbagi atas diare akut dan persisten. Diare akut
dimulai secara tiba-tiba dan dapat berlanjut selama beberapa hari. Hal ini disebabkan
oleh infeksi usus.
Menurut Simadibrata dan Daldiyono (2009) diare diklasifikasikan berdasarkan :
1. Lama waktu diare : diare akut apabila diare berlangsung kurang dari 15
dan kronik bila diare berlangsung 15 hari lebih.
2. Mekanisme patofisiologi : osmotik, sekretorik dll.
3. Berat ringan diare : kecil atau besar.
4. Penyebabnya : infeksi atau non infeksi
5. Organik atau fungsional.
6.Diagnosa diare
Menurut WGO guideline (2008) ada beberapa hal yang perlu diperlukan untuk
mendiagnosa suatu diare akut antara lain:
Gambar klinis pasien diare infeksius yang akut secara khas ditemukan dengan gejala
seperti mual, muntah, nyeri abdomen, panas dan diare yang bisa encer, malabsorpsi atau
berdarah menurut penyebabnya. Pasien yang termakan toksin atau dengan infeksi toksigenik
secara khas akan mengalami mual dan muntah sebagai gejala yang menonjol tetapi jarang
mengalami panas tinggi. Nyeri abdomen yang terjadi bersifat ringan, difus serta kram dan
mengakibatkan diare cair. Muntah dimulai dalam waktu beberapa jam setelah mengkonsumsi
suatu makan harus dicuriga kemungkinan keracunan makanan disebabkan oleh toksin yang
terbentuk.parasit yang tidak menginvasi mukosaintensinal seperti Giardia lamblia dan
cryptostoridium biasanya hanya menibulkan perasaan tidak enak diperut yang ringan. Bakteri
invasif seperti campylobacter, salmonella serta shigella dan organisme yang menghasilkan
sitotoksinseperti C.Difficile serta organism enterohhemorhagik Escherichia coli
menyebabkan inflamasi insterstinal yang serta, nyeri abdomen dan sering pula demam yang
tinggi.bakteri yesrsenia sering menginfeksi ileum terminalis serta sekum dan ditemukan
dengan nyeri dan nyeri tekan pabdomen kuadran kanan bawa yang dapat diduga kearah
apendisitis akut. Diare enncer merupakan cirikas organisme epitel intestinal dengan inflansi
ringan, seperti virus enterik, atau oraganisme yang menempel tanpa merusak epitel tersebut,
seperti kuman enteropategenik atau adheren E. coli protozoa dan helmintes( friedman dan
kurt 1994).
Clinical Features
Pathogen
Abdominal Fecal Vonotting Hemme- Blody
pain Fever Evidence of Nause Positive Stool
inflammation Stool
Shiggella ++ ++ ++ ++ +/- +
Salmonella ++ ++ ++ + +/- +
Campylobacter ++ ++ ++ + +/- +
Yersinia ++ ++ + + + +
Norovirus ++ +/- - ++ - -
Vihrio +/- +/- +/- +/- +/- +/-
Cycospora +/- +/- - + - -
Cryptosporidiem +/- +/- + + - -
Giardia ++ - - + - -
Entanoeba + + +/- +/- ++ +/-
histolytica + + ++ - + +
Clostridium ++ 0 0 + ++ ++
difficile
Shiga toxin
producing
Menurut WHO (2005) ketika seseoran mengalami diare , langkah pertama yang perlu dinilai
adalah tanda-tanda dehidrasi.
Cubitan kulit Segera kembali Kembali < 2 detik Kembali > 2 detik
Capillary refill Normal Memanjang Memanjang ,minimal
Penilai turgor kulit dilakukan untuk menilai apakah kulit dapat kembali dengan cepat,
lambat, sangat lambat (lebih dari 2 detik). Pada bayi dilakukan pencubitan pada bagian perut
ataupun paha. Mencubit kulit juga dapat memberikan informasi yang salah apabilah
dilakukan pada pasien yang memiliki malnutrisi yang berat, karena kulit akan kembali secara
lambat bahkan ketika pasien dapat mengalaami dehidrasi. Sedangkan pada pasien yang
obisitas, kulit dapat kembali dengan cepat meskipun pasien pasien mengalami
dehidrsi(WHO,2005).
Pengambilan suhu pada anak untuk menilai apakah anak mengalami demam atau
tidak. Penilaian suhu menggunakan yang dilakukan pada rectal harus disterilkan terlebih
dahulu setiap kali digunakan. Jika mengunakan suhu aksila harus ditambahkan 0,80c untuk
mendapatkan suhu yang setara dengan suhu rectal (WHO,2005).
3.Laboratorium
Menurut subagyo dan nurtjahjo (2009) pemeriksaan lengkap umumnya tidak begitu
diperlukan pada kasus diare akut, hanya pada keadaan tertentu seperti apabila penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab lain dan pada keadaan dehidrasi.
1. Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
tes kepekaan terhadap antibiotic
a. Urin :urin lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotic.
2. Tinja :
Pemeriksaan makroskopik:
Pemeriksaan tinja sangat diperlukan meskipun laboratorium tidak dilakukan. Tinja yang
sifatnya watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus,
protozoa atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja yang mengandung
darah atau mukus biasanya disebabkan oleh bakteri yang menghasilkan sitotoksin, bakteri
enteroinvasifyang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti :E hystolitika.
B. coli dan T. trichiura. apabila dapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada
infeksi E. histolistica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC
terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja yang berbau busuk didapatkan pada infeksi
dengan Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strogyloides.
Pemeriksaan mikroskopik :
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat adanya lekosit yang memberikan informasi tentang
penyebab dari diare, letak anatomis serta adanya proses peradangan dari mukosa. Lekosit
dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon.
Pemeriksaan lekosit yang positif pada pemeriksaan tinja menunjukan adanya kuman invasive
atau kuman yang menghasilkan sitotoksin seperti Shigella, Salmonella, C. Jejuni, EIEC, C.
Difficile, Y. Enterocolitica. Lekosit yang ditemukan umumnya lekosit PMN, kecuali s. typhii
lekosit mononuclear. Parasit yang menyebabkan diare pada umumnya tidak memproduksi
lekosit dalam jumblah yang banyak. Pasien yang dicurigai menderita diare yang disebabkan
giardiasis, cryptosporiodiosis, isosporiasis dan strongyloides dengan memeriksa tinja
negative, aspirasi atau biopsi duodenum atau yeyunum bagian atas mungkin diperlukan. E
.histolitica dapat didiagnose dengan pemeriksaan mikroskopik tinja segar. Tropozoit biasanya
ditemukan pada tinja cair sedangkan kista ditemukan pada tinja yang berbentuk.
7.komplikasi diare
Menurut subagyo dan nurtjahjo (2009) komplikasi diare akut pada anak yaitu :
a. Hipernatremia
b. Hiponatremia : anak denga diare yang hanya meminum air putih atau cairan yang
mengandung sedikit garam dapat terjadi hiponatremia Na<130 mol/L. hiponatremi
sering terjadi pada anak dengan shigellosis dan anak dengan malnutrisi berat disertai
oedema.
c. Hiperkalemia :jika K>5mEq/L.
d. Hipokalemi : jika K< 3,5mEq/L dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik usus,
gangguan funsi ginjal dan aritmia jantung.
8.Pencegahan Diare
Menurut subagyo dan nurtjahjo (2009) pencegahan diare dapat dilakukan beberapa cara yaitu
:
Studi menunjukan bahwa ASI yang meliputi oligosakarida dalam bentuk bebas dan
terkonjugasi mereka, merupakan bagian dari mekanisme imonologi alami yang dapat
melindungi bayi terhadap terjadinya penyakit diare, selain itu bayi yang menyusui dapat
mengurangi paparanterkonraminasi cairan dan makanan, dan memberikan nutrisi yang
memadai bagi bayi dengan demikian kekebalan tubuh bayi menjadi lebih baik. WHO
merekomendasikan pemberian ASI eksklusif pada enam bulan pertama kehidupan. Pentinnya
ASI juga melindungi bayi terhadap morbiditas dan mortalitas akibat diare terutama selama 2
tahun pertama ( Lamberti et al ;2011).
Bayi kurang dari 3 bulan jarang menderita diare rotavirus, diduga berhubungan
dengan antibody ibu terhadap rotavirus yang disalurkan melalui plasenta dan air susu ibu.
Disamping itu lactadherin pada air susu ibu diketahui berperan menggangu proses replikasi
virus rotavirus, dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan atau
lebih ,bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif berisiko 2 kali lebih sering menderita diare
rotavirus. Anak umur 6-23 bulan rentan terkena infeksi rotavirus karena kadar antibody ibu
yang diperoleh ASI mulai menurun dan mulai memasuki faseoral ketika suka memasukan
semua benda yang dipegang kedalam mulut. Temuan tersebut mendukung rekomendasi
WHO tentang waktu pemberian imunisasi rotavirus pada bayi usia dini ( lebih kurang dari 6
bulan) (Widowati et al 2012).
Dehidrasi
I. Definisi Dehidrasi
Menurut Muscari (2005) dehidrasi adalah kehilangan cairan dari jaringan tubuh yang
berlebihan. dehidrasi merupakan gangguan yang umum terjadi pada anak-anak ketika
pengeluaran cairan total melebihi asupan cairan total.
Bikabonas 27 10
Fosfat 2 103
Sulfat 1 20
Asam organic (laktat,piruvat) 6 10
Protein 16 57
155 202
Sumber : Almatsier, 2009
WHO (2005) anak dengan diare tanpa dehidrasi membutuhkan cairan tambahan untuk
mencegah cairan dehidrasi. Seorang anak dengan tidak ada tanda- tanda dehidrasi
memerlukan perawatan rumah. Empat aturan perawatan dirumah adalah :
Cairan rumah tangga juga dapat diberikan untuk mencegah dehidrasi seperti air tajin,
larutan gula garam, kuah sayur- sayuran dan sebagainya. Jumlah cairan yang diberikan yaitu
10 ml/kgBB atau untuk anak usia < 1 tahun adalah 50-100 ml,1-5 tahun 100-200 ml, 5-12
tahun adalah 200-300 ml dewasa 300-400 ml setiap BAB. Untuk anak dibawah 2 tahun
diberikan dengan sendok tiap 1-2 menit. Pemberian tidak diberikan dengan menggunakan
botol dan bila terjadi muntah hentikan dulu selam 10 menit kemudian mulai lagi secara
perlahan ( Subagyo dan Nurtjahjo,2009).
Pada oralit dengan tingkat osmolaritas rendah lebih mendekati dengan osmolaritas
plasma sehinga kurang menyebabkan resiko terjadinya hipernatermia (subagyo dan
Nurtjhajo, 2009).
Zink merupakan senyawa ensesial yang berperan penting dalam banyak fungsi tubuh.
Sebagian besar dari enzim atau sebagai kofaktor pada kegiatan lebih dari dua ratus enzim,
seng berperan dalam berbagai aspek metabolisme, seperti reaksi-reaksi yang berkaitan
dengan sintesis dan degradasi karbohidrat, protein, lipida dan asam nukleat. Seng juga
berperan dalam pembentukan kulit, metabolism jaringan ikat dan penyembuhan luka.
Defensiensi seng sering terjadi pada golongan rentan, yaitu anak-anak, ibu hamil,dan
menyusui serta orang tua. Tanda-tanda kekurangan seng adalah gangguan pertumbuhan,
fungsi pencernaan karena gangguan pembentukan kilomikron dan kerusakan permukaan
saluran cerna, gangguan fungsi kekebalan tubuh, gangguan nafsu makan dan lain-lain
(Almatsier, 2009).
Anak dengan tanda-tanda dehidrasi berat membutukan cairan tambahan. Seorang anak
yang telah diklasifikasikan dengan dehidrasi berat membutuhkan cairan cepat. Perlakukan
dengan IV (intravena) cairan harus segera dilakukan. Anak-anak dengan dehidrasi berat harus
ditangani oleh infus dan rawat dirumah sakit atau pusat kesehatan. Jika fasilitas kesehatan
dengan IV tidak dalam waktu 30 menit, penggunaan NGT dianjurkan. Oralit harus diberikan
segera setelah anak bisa menerimanya, bahkan sementara IV sedang berjalan. Ketika
dehidrasi berat dikoreksi, pasien harus dikelola seperti diatas termasuk terapi zink ketika anak
bisa makan (WHO,2005). Untuk dehidrasi parental dapat digunakan cairan Ringer Laktat
dengan dosis 100 ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk < 1 tahun 1 jam pertama 30 ml/kgBB,
dilanjutkan 5 jam berikutnya 70 ml/kgBB, diatas 1 tahun ½ jam pertama 30 ml/kgBB
dilanjutkan 2 ½ jam berikutnya 70 ml/kgBB. Setelah 6 jam pada bayi dan 3 jam pada anak
yang lebih besar lakukan evaluasi, pilih pengobatan lanjutan dengan pengobatan diare ringan
sedang atau diare tanpa dehidrasi (Subagyo dan Nurtjahjo, 2009).
Pengetahuan
I. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera
manusia,yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang ( Notoatmodjo, 2003).
1. Tahu ( know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang di pelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang
apa yang di pelajari antara lain menyebutkn, menguraikan, mengidentifikasi,
menyatakan, dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya.
3. Menerapkan(application)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai
aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya
dalam konteks atau situasi yang nyata.
4. Analisa (analysis)
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek kedalam
komponen-kompone tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada
ndirikata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan,
memisahkan,menggelompokan dan sebagainya.
5. Sintesa (synthesis)
Menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain,
sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evalution)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian-penilaian ini berdasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
Tindakan
I. Pengertian Tindakan
Perilaku atau tindakan merupakan cara masyarakat bertindak atau berkelakuan
yang sama dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut. Perilaku juga
merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang
terwujud dalam bentuk pengetahuan ,sikap, dan tindakan sehingga diperoleh keadaan
seimbang antara kekuatan pendorong dan kekuatan penahan. Perilaku kesehatan
adalah suatu respon seseorang terhadap stimulsi atau objek yang berhubungan dengan
sakit dan penyakit, sistem pelayaan kesehatan, makanan dan minuman serta
lingkungan. Perilaku seseorangdapat berubah jika terjadi ketidakseimbangan antara
kedua kekuatan didalam diri seseorang tersebut. Perilaku merupakan faktor terbesar
kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok,
atau masyarakat. Oleh sebab itu, untuk membina dan meningkatkan kesehatan
masyarakat, intervensi atau upaya yang ditunjukan kepada faktor perilaku sangat
penting dan strategis, mengingat pengaruh yang ditimbulkannya (Maulana, 2009).
Perilaku tentang bagaimana seseorang managgapi rasa sakit dan penyakit bersifat
respon internal ( berasal dari dalam dirinya ) maupun ekstrenal (dari luar dirinya),
baik respon pasif maupun respon aktif (praktik).
Perilaku ini adalah respon individu terhadap sistem pelayanan kesehatan modern
maupun tradisional, meliputi :
Peilaku ini meliputi pengetahuan, persepsi, sikap dan praktik terhadap makanan serta
unsur-unsur yang terkandung didalamnya ( gizi, vitamin), dan pengelolahan makanan
sehubungan kesehatan tubuh kita.
BAB 3
Tingkat pengetahuan
ibu
Diare akut disertai
dehidrasi pada anak
balita
Tindakan ibu
B. Definisi operasional
No Variable Definisi Alat ukur Cara ukur Hasil ukur Skala
operasional
1 Pengetahuan Segala Kuesione Angket 1. Baik Ordinal
ibu sesuatu r 2. Kurang
Tentang diare yang
diketahui
ibu
mengenai
diare pada
balita
meliputi :
Pengertian,
gejala
klinis ,
pengobatan
,
komplikasi,
dan 1. Baik
pencegah 2. Kurang
C. Hipotesis alternative
Terhadap hubungan antara tingkat pengetahuan dan tindakan ibu dengan diare akut
yang disertai dehidrasi pada anak balita di RSUP H. Adam Malik Medan, tahun 2014.