REFLUKS
REFLUKS
REFLUKS
JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
OLEH :
KELOMPOK 1
JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan
rahmatnya, Karunia, dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun makalah ini
sehingga selesai pada waktunya.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata, penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Ucapan maaf dari penulis sendiri apabila terjadi kesalahan
pengetikan kata dan isi dalam makalah ini. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan
saran dari para pembaca untuk penyempurnaan laporan selanjutnya.
Kelompok 1
BAB I
PENDAHULLUAN
A. Latar Belakang
Ekstraksi adalah penguraian zat zat berkhasiat atau zat aktif dibagian
tanaman, hewan, dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung
senyawa senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik. Pada umumnya zat
aktif dapat tanaman dan hewan terdapat didalam sel namun sel tanaman da
hewan begitu pula ketebalan masing masing berbeda sehingga diperlukan
metode ekstraksi dan pelarut tertentu dalam mengeksrtaknya. Proses
terekstraknya zat aktif pada sel tanaman adalah pelarut organik akan
menembus dindidng sel dan masuk kadalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut pada pelarut organik tersebut hingga terjadi perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel da pelarut organic diluar sel,
maka larutan terpakat akan didistribusi keluar sel dan prose ini terulang sampai
terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif dan diluar sel.
Kandungan kimia dari suatu tanaman atau simplisia nabati yang berkasiat
obat umumnya mempunyai sifat kepolaran yang berbeda-beda, sehingga perlu
dipisahkan secara selektif menjadi kelompok-kelompok tertentu. Salah satu
contohnya adalah alkaloid yang banyak terdapat pada tanaman berbunga.
Secara kimia alkaloid merupakan basa organik yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen di dalam satu cincin. Alkaloid di dalam tanaman berada
dalam bentuk garam dari asam-asam organik lemah. Alkaloid bebas dapat larut
dalam pelarut organik seperti kloroform, sedangkan garam-garam organik larut
dalam larutan air (Agoes,2007).
Ekstrak dengan refluks saat ini menjadi metode ekstraksi yang paling
banyak diterapkan. Metode ini dinilai sebagai metode yang murah dan simpel
dengan rendemen yang cukup tinggi, jika dibandingkan dengan metode
maserasi atau perkolasi. Refluks berarti pelarut yang diputar kembali atau di
recycle secara kontonyu melalui pengkondensasianberulang pada sebuah alat
kondensor. Refluks merupakan metode ekstraksi dengan bantuan pemanasan.
B. Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Maksud percobaan
Untuk mengetahui komponen kimia ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia
sappan L) berdasarkan pengujian yang telah dilakukan.
2. Tujuan Percobaan
C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
komponen kimia yang terkandung pada ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia
sappan L) dengan metode KLT berdasarkan pengujian yang telah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Klas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Leguminosae
Genus : Caesalpinia
Secang memilki ciri dan karakteristik seperti tanaman perdu atau semak
pada umumnya. Ketinggian pohonnya berkisar antara 5 meter sampai 10
meter. Batang secang berbentuk bulat dengan warna hijau kecokelatan,
begitu pula bagian akarnya. Terdapat duri-duri bengkok yang tersebar pada
batang dan cabang pohon secang.
Selain bunga, pohon secang juga mempunyai buah yang masuk ke dalam
kategori buah polong. Buah tersebut berbentuk pipih dan lonjong.
Panjangnya sekitar 8 cm sampai 10 cm dan lebarnya sekitar 3 cm sampai 4
cm. Setiap buah memiliki paling tidak 3 atau 4 biji. Warna buahnya hijau
dan akan berwarna hitam ketika masak
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan menekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang diperoleh diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Setyawan, 2015)
2. Prinsip kerja
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan. Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak,
lalu dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari akan menguap, uap
tersebut akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali
menyari zat aktif dalam simplisia tersebut. Ekstraksi ini biasanya dilakukan
3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam (Depkes RI, 2006).
Selama proses pemanasan, pelarut akan mendidih dan menguap. Pada
fase ini pelarut panas akan merusak jaringan dan dinding sel yang kemudian
berpenetrasi ke bagian dalam sel dan melarutkan senyawa-senyawa
metabolit yang kemudian terlarut bersama pelarut. Pada saat pelarut
mendidih, maka zat-zat yang terlarut akan tertinggal di dalam labu ekstraksi.
Sementara itu, pelarut akan mendidih, menguap dan mengalir dengan
bergerak ke atas menuju kondensor. Pada saat yang sama, karena dialiri
dengan fluida dingin, maka suhu kondensor jauh di bawah suhu uap pelarut.
Dengan demikian uap pelarut akan cepat mengalami kondensasi
(pendinginan dan berubah wujud menjadi cair kembali) yang kemudian
mengalir ke bawah lagi menuju labu ekstraksi. Proses ini berlangsung secara
kontinyu sampai mekanisme pemanasan dihentikan.
D. Ekstraksi Cair-Cair
1. Pengertian
Ekstraksi cair- cair adalah satu komponen bahan atau lebih dari satu
campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair cair selalu
terdiri setidaknya dua tahap yaitu pencampuran secara intensif bahan
ekstraksi dengan pelarut dan pemisah, kedua fase cair itu sesempurna
mungkin. (Indra Wibawa,2012)
2. Prinsip Kerja
Prinsip metode ini adalah berdasarkan pada perbedaan koefisien disribusi
zat terlarut dalam dua larutan yang berbeda fasa dan tidak saling bercampur.
Bila sustu zat terlarut terdistribusi diantara dua larutan yang tidak saling
bercampur,berlaku hukum mengenai konsentrasi zat terlarut dalam dua fase
pada kesetimbangan. Prinsip kerjanya yaitu pemisahan berdasar perbedaan
kelarutan . Pelarut melarutkan sebagian bahan padatan sehingga bahan
terlarut yang diinginkan dapat diperoleh (Mizri gosan ,2006).
3. Keuntungan dan Kerugian
Adapun keuntungan dan kerugian dari metode ini adalah (Mizri gozan,
2006) :
a. Keuntungan
1. Kemudahan dan kecepatan proses
2. Kemurnian produk yang tinggi
3. Rendah polusi
4. Kebutuhan me-recovery logam dari larutannya
5. Efektivitas dan selektivitas
b. Kerugian
1. Tidak dapat menggunakan zat yang termolabil, karena akan mengubah
bentuk kimia sehingga koefisien distribusi dan efektifitas pelarut pun
berubah.
2. Dapat membentuk emulsi pada saat pengocokan sehingga tidak akan
jelas pemisahannya.
E. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1. Pengertian
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan salah satu metode isolasi
yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta
kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergearak mengikuti
eluen.(Hostettmann et al,1995).
2. Prinsip Kerja
Prinsip kerja untuk memisahkan komponen-komponen berdasarkan
perbedaan absorbs atau partisi oleh fase diam dibawah gerakan pelarut
pengembang. (Watson,2010)
3. Keuntungan dan Kerugian
Adapun keuntungan dan kerugian dari metode ini adalah (Gandjar dan
Rohman,2007).
a. Keuntungan
1. KLT lebih banyak digunakan untuk tujuan analisi
2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi
warna, flouresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar UV.
3. Dapat dilakukan elusi secara mekanik (ascending), menurun
(descending), atau dengan cara elusi dua dimensi.
4. Ketetapan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang
akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
5. Hanya membutuhkan sedikit pelarut
6. Yang dibutuhkan terjangkau
7. Jumlah perlengkapan sedikit
8. Preparasi sampel yang murah
9. Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon)
yang dengan metode kertas tidak bisa.
b. Kerugian
1. Butuh ketekunan dan kesabaran yang ekstra untuk mendapatkan
bercak/noda yang diharapkan.
2. Butuh sistem trial and eror untuk menentukan sistem eluen yang
cocok.
3. Memerlukan waktu yang cukup lama jika dilakukan secara tidak
tekun.
BAB III
METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan adalah labu bulat, kondensor bulat, hot plate, corong,
gelas kimia, rotary evaporator, coromg pisah, statif, cawan porselin, batang
pengaduk, water bath, vial, aluminium foil, Erlenmeyer, timbangan digital,
kertas saring, kasa, pensil, kapas, toples kaca, toples plastic, moisture
balance, plat silika GF 254 dan UV 366 mm.
2. Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan adalah Kayu Secang (Caesalpinia sappan L),
methanol, etanol, aquadest, kloroform, aquadest, asam pikrat, HCL 1%,
FeCl₃ NaOH 10 %, serbuk Magnesium, H₂SO₄.
B. Metode Kerja
1. Penyimpanan Sampel
Sampel yang telah diambil dibersihkan dari kotoran- kotoran yang
menempel dan dibuang bagian yang rusak, kemudian dicuci dengan air
mengalir samapi betul-betul bersih dan kemudian dikeringkan dibawah
matahari langsung. Setelah simplisia kering dibuang bagian yang tidak
dapat dibersihkan pada saat sortasi sebelumnya. Simplisia yang sudah
kering kemudian dihaluskan hingga menjadi serbuk kasar.
2. Ektraksi
3. Skrinning Fitokimia
4. Ekstraksi Cair
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dimasukkan ekstrak sampel yang telah diuapkan kedalam cawan
porselen dan ditambahkan ± 20 ml aquadest. Lalu dihomogenkan .
3) Dimasukkan kedalam corong pisah kemudian ditambahkan larutan eter,
lalu dikocok. Kemudian didiamkan beberapa menit sampai terjadi
pemisahan antara larutan air dengan larutan eter. Kemudian larutan
ekstrak eter dimasukkan kedalam vial.
4) Dimasukkan kembali ekstrak larutan air kedalam corong pisah kemudian
ditambahkan n-butaanol ± 20 ml, lalu dikocok. Kemudian didiamkan
beberapa menit sampai terjadi pemisahan antara larutan air, eter, dan n-
butanol. Kemudian larutan ekstrak n-butanol dimasukkan kedalam vial.
Larutan ekstrak n-butanol diuapkan hingga kental diatas hot plate.