REFLUKS

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LABORATORIUM FITOKIMIA

JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA


“IDENTIFIKASI KOMPONEN SENYAWA KIMIA EKSTRAK KAYU
SECANG (Caesalpinia sappan L) DENGAN METODE KROMATOGRAFI
LAPIS TIPIS (KLT)”

OLEH :

KELOMPOK 1

A. AQILAH AMRAN (PO713251201001)


ADELIA PUTRI PRATIWI (PO713251201003)
ANDI KHAIRIYAH REZKY (PO713251201005)
ANDI NURFADHLIANTI ARDIANI (PO713251201006)
ANDRIANA NUR FATMA (PO713251201007)
CICI KURNIA PUTRI (PO713251201009)
FARNI MUTIA (PO713251201011)
FIQRIYAH ARIFAH (PO713251201012)
FIRA RAMADHANY (PO713251201013)
FURQAN ANDI MAPPASIATA S (PO713251201014)

JURUSAN FARMASI
POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan
rahmatnya, Karunia, dan hidayah-Nya penulis dapat menyusun makalah ini
sehingga selesai pada waktunya.

Laporan yang berjudul “IDENTIFIKASI KOMPONEN SENYAWA


KIMIA EKSTRAK KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L) DENGAN
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)” ini disusun dan dibuat
berdasarkan materi yang telah dirangkum dari sumber yang tepercaya. Selain
untuk memenuhi tugas mata kuliah Fitokimia, pembuatan makalah ini bertujuan
agar dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penulis mengharapkan
semoga laporan ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.

Ucapan terima kasih tak lupa penulis sampaikan kepada yang telah
membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Akhir kata, penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan
maupun materinya. Ucapan maaf dari penulis sendiri apabila terjadi kesalahan
pengetikan kata dan isi dalam makalah ini. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan
saran dari para pembaca untuk penyempurnaan laporan selanjutnya.

Makassar 30 Maret 2022

Kelompok 1
BAB I

PENDAHULLUAN

A. Latar Belakang
Ekstraksi adalah penguraian zat zat berkhasiat atau zat aktif dibagian
tanaman, hewan, dan beberapa jenis ikan pada umumnya mengandung
senyawa senyawa yang mudah larut dalam pelarut organik. Pada umumnya zat
aktif dapat tanaman dan hewan terdapat didalam sel namun sel tanaman da
hewan begitu pula ketebalan masing masing berbeda sehingga diperlukan
metode ekstraksi dan pelarut tertentu dalam mengeksrtaknya. Proses
terekstraknya zat aktif pada sel tanaman adalah pelarut organik akan
menembus dindidng sel dan masuk kadalam rongga sel yang mengandung zat
aktif, zat aktif akan larut pada pelarut organik tersebut hingga terjadi perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel da pelarut organic diluar sel,
maka larutan terpakat akan didistribusi keluar sel dan prose ini terulang sampai
terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif dan diluar sel.
Kandungan kimia dari suatu tanaman atau simplisia nabati yang berkasiat
obat umumnya mempunyai sifat kepolaran yang berbeda-beda, sehingga perlu
dipisahkan secara selektif menjadi kelompok-kelompok tertentu. Salah satu
contohnya adalah alkaloid yang banyak terdapat pada tanaman berbunga.
Secara kimia alkaloid merupakan basa organik yang mengandung satu atau
lebih atom nitrogen di dalam satu cincin. Alkaloid di dalam tanaman berada
dalam bentuk garam dari asam-asam organik lemah. Alkaloid bebas dapat larut
dalam pelarut organik seperti kloroform, sedangkan garam-garam organik larut
dalam larutan air (Agoes,2007).
Ekstrak dengan refluks saat ini menjadi metode ekstraksi yang paling
banyak diterapkan. Metode ini dinilai sebagai metode yang murah dan simpel
dengan rendemen yang cukup tinggi, jika dibandingkan dengan metode
maserasi atau perkolasi. Refluks berarti pelarut yang diputar kembali atau di
recycle secara kontonyu melalui pengkondensasianberulang pada sebuah alat
kondensor. Refluks merupakan metode ekstraksi dengan bantuan pemanasan.
B. Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Maksud percobaan
Untuk mengetahui komponen kimia ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia
sappan L) berdasarkan pengujian yang telah dilakukan.
2. Tujuan Percobaan

a. Untuk menentukan metode ekstraksi yang sesuai untuk sampel Kayu


Secang (Caesalpinia sappan L) berdasarkan pengujian yang telah
dilakukan.
b. Untuk menentukan senyawa kimia yang Kayu Secang (Caesalpnia
sappan L) dengan skrining fitokimia berdasarkan pengujian yang telah
dilakukan.
c. Untuk menetukan pola kromatografi sampel Kayu Secang (Caesalpinia
sappan L) berdasarkan pengujian yang telah dilakukan.

C. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui
komponen kimia yang terkandung pada ekstrak Kayu Secang (Caesalpinia
sappan L) dengan metode KLT berdasarkan pengujian yang telah dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Uraian Tanaman
1. Klasifikasi Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)

Gambar 1. Kayu secang (Caesalpinia sappan L)

(Dokumentasi pribadi, 2017)

Klasifikasi kayu secang menurut Heyne (1987) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Klas : Dicotyledonae

Sub klas : Aympetalae

Ordo : Rosales

Famili : Leguminosae

Genus : Caesalpinia

Spesies : Caesalpinia sappan L.

Secang atau sepang (Biancaea sappan L. Tod.) adalah perdu anggota


suku polong-polongan (Fabaceae) yang dimanfaatkan pepagan (kulit kayu)
dan kayunya sebagai komoditas perdagangan rempah-rempah.Asal usul
tumbuhan ini tidak diketahui dengan pasti; namun telah sejak lama
dibudidayakan orang di wilayah India, Asia Tenggara, Malesia,
hingga Pasifik, terutama sebagai penghasil bahan pewarna dan juga bahan
obat tradisional. Ia dikenal dengan berbagai nama,
seperti seupeuĕng (Aceh); sepang (Gayo); sopang (Toba); sapang,cacang (M
ink.); sĕpang, sĕcang (Btw.); sĕcang (Sd.); kayu secang, soga
jawa (Jw.); kajosècang (Md.); cang (Bl.); sĕpang (Sas.); supa,supang (Bm.); 
sapang (Mak.); sĕpang (Bug.); sèpè (Rote), sèpèl (Timor), hapé (Sawu), hon
g (Alor); sefèn (Weda), sawala, singiang, sinyianga, hinianga (aneka
dialekdi MalukuUtara), sunyiha (Ternate), roro (Tidore); sema (Man.), naga,
pasa, dolo (aneka di alek di Sulawesi Utara). Dalam bahasa asing dikenal
sebagai sappanwood (Ingg.), dan suou (Jp.).Kerabat dekatnya yang berasal
dari Amerika Selatan, kayu brazil atau brezel (P. echinata), juga
dimanfaatkan untuk hal yang sama.

2. Morfologi Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)

Secang memilki ciri dan karakteristik seperti tanaman perdu atau semak
pada umumnya. Ketinggian pohonnya berkisar antara 5 meter sampai 10
meter. Batang secang berbentuk bulat dengan warna hijau kecokelatan,
begitu pula bagian akarnya. Terdapat duri-duri bengkok yang tersebar pada
batang dan cabang pohon secang.

Daun secang berjenis majemuk menyirip ganda dengan panjang sekitar


25 cm sampai 40 cm. Pada setiap daun terdapat anak daun yang berjumlah
antara 10 hingga 20 pasang yang letaknya saling berhadapan. Ukuran anak
daun tersebut adalah panjangnya 10 mm sampai 25 mm dan lebarnya 3
mmsampai 11 mm dengan bentuk lonjong.

Pohon secang juga mempunyai bunga yang masuk dalam kelompok


majemuk. Bunga secang berbentuk malai dan tumbuh dari tangkai pohon
yang panjangnya antara 10 cm sampai 20 cm. Setiap gagang bunga
memiliki panjang sekitar 15 cm hingga 20 cm.

Pada kelopak bunganya terdapat rambut halus pada bagian pinggir.


Panjang kelopak bunga yang berada di bagian paling bawah adalah 10 mm
dan lebarnya 4 mm. Kelopak bunga secang berwarna kuning dan
membentuk bundaran dengan diameter antara 4 mm hingga 6 mm. Setiap
bunga tersusun atas empat kelopak serta memiliki benang sari dan putik.

Selain bunga, pohon secang juga mempunyai buah yang masuk ke dalam
kategori buah polong. Buah tersebut berbentuk pipih dan lonjong.
Panjangnya sekitar 8 cm sampai 10 cm dan lebarnya sekitar 3 cm sampai 4
cm. Setiap buah memiliki paling tidak 3 atau 4 biji. Warna buahnya hijau
dan akan berwarna hitam ketika masak

Biji yang terdapat dalam buah secang berbentuk bulat memanjang.


Ukuran panjangnya sekitar 15 mm hingga 18 mm, lebarnya 8 mm hingga 11
mm, dan tebalnya sekitar 5 mm hingga 7 mm. Biji secang berwarna kuning
kecokelatan.

3. Kandungan Kimia Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)


Kandungan kimia yang terdapat pada kayu secang, yaitu asam galat,
tanin, resin, resorsin, brazilin, brazilein, d-α-phellandrene, oscimene, dan
minyak atsiri (Heyne, 1987 dalam Sufiana dan Harlia, 2012). Uji fitokimia
menunjukkan bahwa kayu secang mengandung senyawa kimia dari
kelompok alkaloid, flavonoid, dan saponin. Senyawa fitokimia yang
berperan sebagai antioksidan pada kayu secang adalah brazilin dan
flavonoid (Shafwatunida, 2009 dalam Sufiana dan Harlia, 2012).
Widowati (2011) menyatakan bahwa ekstrak kayu secang juga
mengandung terpenoid yang tinggi. Aktivitas antioksidan yang tinggi dari
ekstrak kayu secang juga diduga karena kandungan terpenoid, seperti
monoterpen dan diterpen. Komposit brazilin merupakan senyawa subtipe
brazilin yang terdapat dalam kayu secang. Senyawa-senyawa yang termasuk
ke dalam komposit ini, yaitu brazilin, brazilein, dan 3-O-metilbrazilin
dengan brazilin sebagai konstituen utama dari ekstrak kayu secang (Oliveira
et al., 2002 dalam Astina, 2010).

4. Manfaat kayu secang


a. Pewarna
Sebagaimana kayu brazil, kayu sepang terutama dimanfaatkan sebagai
penghasil zat pewarna: makanan, pakaian, anyam-anyaman, dan barang-
barang lain.Rumphius mencatat bahwa "Lignum Sappan" ini pada masa
lalu ditanam orang hampir di semua pulau di Nusantara.Kayu ini menjadi
komoditas perdagangan antar bangsa hingga penghujung abad ke-19;
setelah itu nilainya terus menurun akibat persaingan dengan bahan
pewarna sintetik, dan kini hanya menjadi barang perdagangan di dalam
negeri.
b. Bahan obat
Kayu secang memiliki khasiat sebagai pengelat (astringensia).
Kandungan utamanya adalah brazilin, yakni zat warna merah-sappan,
asam tanat, dan asam galat. Simplisia kayu secang berupa irisan atau
keping-keping kecil kayu ini dikenal sebagai Sappan lignum dalam
sediaan FMSo (Formularium Medicamentorum Soloensis). Brazilin dari
kayu secang teruji secara ilmiah bersifat antioksidan, antibakteri, anti-
inflamasi, anti-photoaging, hypoglycemic (menurunkan kadar gula
darah), vasorelaxant (merelaksasi pembuluh darah), hepatoprotective
(melindungi hati) dan anti-acne (anti jerawat). Ekstrak kayu secang juga
ditengarai berkhasiat anti-tumor, anti-virus, immunostimulant dan lain-
lain. Secara tradisional, potongan-potongan kayu secang biasa digunakan
sebagai campuran bahan jamu di Jawa. Di samping itu, kayu secang
adalah salah satu bahan pembuatan minuman penyegar khas Yogyakarta
selatan (wedang secang dan wedang uwuh).
c. Lain-lain
Karena kekuatan, keawetan, dan keindahan warnanya, kayu secang juga
dimanfaatkan dalam pembuatan perkakas rumah tangga. Hanya, karena
tidak ada eksemplar kayu yang berukuran cukup besar dan panjang, kayu
ini melulu digunakan untuk pembuatan perkakas kecil-kecil, kayu lis dan
pigura, pasak dan paku kayu dalam pembuatan perahu, dan lain-lain.
Perdu secang yang banyak berduri biasa digunakan sebagai tanaman
pagar di lahan-lahan hutan jati di Jawa.

5. Efek Samping dari Kayu Secang (Caesalpinia sappan L)


Kayu secang dapat membawa efek samping bagi beberapa orang dengan
kondisi. Yang harus diketahui sebelum mengonsumsinya adalah;
 Kayu secang tidak boleh dikonsumsi selama kehamilan dan oleh para ibu
yang tengah aktif memberi ASI pada bayinya.
 Kayu secang juga tidak boleh diberikan kepada orang yang sedang
berada dalam kasus kekurangan darah tanpa stasis darah.
 Dalam buku Compendium of Materia Medica, disebutkan pula bahwa
kayu secang tidak boleh diberikan kepada orang yang menderita sakit
perut dan anemia.

B. Ekstrak dan Ekstraksi

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan menekstraksi zat aktif
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai,
kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk
yang diperoleh diperlukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Setyawan, 2015)

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan


menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi
dalam sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel
dengan penyaringan (Mukhriani, 2014).
C. Metode Ekstraksi
1. Pengertian
Pada metode ini bahan yang akan diekstrak direndam pada pelarut dalam
sebuah bejana/labu yang biasanya berbentuk bulat yang kemudian
ditempatkan pada sebuah pemanas (dapat menggunakan water bath, heating
mantle, atau hot plate). Bagian atas labu ada sebuah lubang yang
dihubungkan dengan alat pendingin balik (kondesor). Lubang pada bejana
tersebut juga berguna untuk memasukkan dan mengeluarkan bahan, pelarut,
maupun hasil ekstraknya.

2. Prinsip kerja
Ekstraksi dengan cara ini pada dasarnya adalah ekstraksi
berkesinambungan. Bahan yang akan diekstraksi direndam dengan cairan
penyari dalam labu alas bulat yang dilengkapi dengan alat pendingin tegak,
lalu dipanaskan sampai mendidih. Cairan penyari akan menguap, uap
tersebut akan diembunkan dengan pendingin tegak dan akan kembali
menyari zat aktif dalam simplisia tersebut. Ekstraksi ini biasanya dilakukan
3 kali dan setiap kali diekstraksi selama 4 jam (Depkes RI, 2006).
Selama proses pemanasan, pelarut akan mendidih dan menguap. Pada
fase ini pelarut panas akan merusak jaringan dan dinding sel yang kemudian
berpenetrasi ke bagian dalam sel dan melarutkan senyawa-senyawa
metabolit yang kemudian terlarut bersama pelarut. Pada saat pelarut
mendidih, maka zat-zat yang terlarut akan tertinggal di dalam labu ekstraksi.
Sementara itu, pelarut akan mendidih, menguap dan mengalir dengan
bergerak ke atas menuju kondensor. Pada saat yang sama, karena dialiri
dengan fluida dingin, maka suhu kondensor jauh di bawah suhu uap pelarut.
Dengan demikian uap pelarut akan cepat mengalami kondensasi
(pendinginan dan berubah wujud menjadi cair kembali) yang kemudian
mengalir ke bawah lagi menuju labu ekstraksi. Proses ini berlangsung secara
kontinyu sampai mekanisme pemanasan dihentikan.

3. Keuntungan dan kerugian


 Keuntungan Metode Refluks
1. Cairan penyari yang diperlukan lebih sedikit dan secara langsung
diperoleh hasil yang lebih pekat
2. Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, sehingga
dapat menyari zat aktif lebih banyak

 Kelemahan Metode Refluks


1. Simplisia yang digunakan sedikit, sehingga ekstrak yang diperoleh
juga sedikit
2. Cairan penyari yang digunakan terbatas pada cairan penyari dengan
titik didih rendah
3. Tidak bisa digunakan untuk simplisia yang mengandung komponen
kimia yang tidak tahan panas
4. Cairan penyari dapat mengalami penjenuhan

D. Ekstraksi Cair-Cair
1. Pengertian

Gambar 3 : alat ekstraksi cair-cair


Sumber : romansakimia.blogspot.com

Ekstraksi cair- cair adalah satu komponen bahan atau lebih dari satu
campuran dipisahkan dengan bantuan pelarut. Ekstraksi cair cair selalu
terdiri setidaknya dua tahap yaitu pencampuran secara intensif bahan
ekstraksi dengan pelarut dan pemisah, kedua fase cair itu sesempurna
mungkin. (Indra Wibawa,2012)

2. Prinsip Kerja
Prinsip metode ini adalah berdasarkan pada perbedaan koefisien disribusi
zat terlarut dalam dua larutan yang berbeda fasa dan tidak saling bercampur.
Bila sustu zat terlarut terdistribusi diantara dua larutan yang tidak saling
bercampur,berlaku hukum mengenai konsentrasi zat terlarut dalam dua fase
pada kesetimbangan. Prinsip kerjanya yaitu pemisahan berdasar perbedaan
kelarutan . Pelarut melarutkan sebagian bahan padatan sehingga bahan
terlarut yang diinginkan dapat diperoleh (Mizri gosan ,2006).
3. Keuntungan dan Kerugian
Adapun keuntungan dan kerugian dari metode ini adalah (Mizri gozan,
2006) :
a. Keuntungan
1. Kemudahan dan kecepatan proses
2. Kemurnian produk yang tinggi
3. Rendah polusi
4. Kebutuhan me-recovery logam dari larutannya
5. Efektivitas dan selektivitas
b. Kerugian
1. Tidak dapat menggunakan zat yang termolabil, karena akan mengubah
bentuk kimia sehingga koefisien distribusi dan efektifitas pelarut pun
berubah.
2. Dapat membentuk emulsi pada saat pengocokan sehingga tidak akan
jelas pemisahannya.
E. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
1. Pengertian
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan salah satu metode isolasi
yang terjadi berdasarkan perbedaan daya serap dan daya partisi serta
kelarutan dari komponen-komponen kimia yang akan bergearak mengikuti
eluen.(Hostettmann et al,1995).
2. Prinsip Kerja
Prinsip kerja untuk memisahkan komponen-komponen berdasarkan
perbedaan absorbs atau partisi oleh fase diam dibawah gerakan pelarut
pengembang. (Watson,2010)
3. Keuntungan dan Kerugian
Adapun keuntungan dan kerugian dari metode ini adalah (Gandjar dan
Rohman,2007).
a. Keuntungan
1. KLT lebih banyak digunakan untuk tujuan analisi
2. Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi
warna, flouresensi, atau dengan radiasi menggunakan sinar UV.
3. Dapat dilakukan elusi secara mekanik (ascending), menurun
(descending), atau dengan cara elusi dua dimensi.
4. Ketetapan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang
akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
5. Hanya membutuhkan sedikit pelarut
6. Yang dibutuhkan terjangkau
7. Jumlah perlengkapan sedikit
8. Preparasi sampel yang murah
9. Dapat untuk memisahkan senyawa hidrofobik (lipid dan hidrokarbon)
yang dengan metode kertas tidak bisa.

b. Kerugian
1. Butuh ketekunan dan kesabaran yang ekstra untuk mendapatkan
bercak/noda yang diharapkan.
2. Butuh sistem trial and eror untuk menentukan sistem eluen yang
cocok.
3. Memerlukan waktu yang cukup lama jika dilakukan secara tidak
tekun.
BAB III

METODE KERJA
A. Alat dan Bahan
1. Alat yang Digunakan
Alat yang digunakan adalah labu bulat, kondensor bulat, hot plate, corong,
gelas kimia, rotary evaporator, coromg pisah, statif, cawan porselin, batang
pengaduk, water bath, vial, aluminium foil, Erlenmeyer, timbangan digital,
kertas saring, kasa, pensil, kapas, toples kaca, toples plastic, moisture
balance, plat silika GF 254 dan UV 366 mm.
2. Bahan yang Digunakan
Bahan yang digunakan adalah Kayu Secang (Caesalpinia sappan L),
methanol, etanol, aquadest, kloroform, aquadest, asam pikrat, HCL 1%,
FeCl₃ NaOH 10 %, serbuk Magnesium, H₂SO₄.

B. Metode Kerja
1. Penyimpanan Sampel
Sampel yang telah diambil dibersihkan dari kotoran- kotoran yang
menempel dan dibuang bagian yang rusak, kemudian dicuci dengan air
mengalir samapi betul-betul bersih dan kemudian dikeringkan dibawah
matahari langsung. Setelah simplisia kering dibuang bagian yang tidak
dapat dibersihkan pada saat sortasi sebelumnya. Simplisia yang sudah
kering kemudian dihaluskan hingga menjadi serbuk kasar.
2. Ektraksi

1) Disiapakan alat dan bahan


2) Simplisia diserbukkan dengan derajat kehalusan yang sesuai
3) Dimasukkan kedalam labu bulat sebanyak 30 g
4) Dimasukkan pelarut (etanol) melewati permukaan bahan,
5) Dinyalakan Hot Plate
6) Setelah mendidih hitung selama 3-4 jam (refluks dilakukan selama 4 jam
setelah cairan penyari mendidih)
7) Ekstrak disaring kemudian ampas ditambahkan cairan penyari kemudian
di refluks Kembali.
8) Refluks dihentikan jika cairan ppenyari pada pipa sifon sudah jernih.

3. Skrinning Fitokimia

Skrining golongan senyawa alkaloid dengan cara mengambil 3 ml


ekstrak simplisia daun kelor dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan 1 ml HCl 1% dan dipanaskan di atas hot plate
selama ± 20 menit, dinginkan kemudian saring. Diambil 1 ml filtrat
kemudian ditambahkan asam pikrat. Hasil positif ditandai dengan larutan
filtrat menjadi keruh dan terdapat endapan.

Skrining golongan senyawa tanin dengan cara mengambil 1 ml ekstrak


simplisia daun kelor dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan 3 tetes FeCl₃. Hasil positif ditandai dengan terjadinya endapan
hijau – biru hitam.

Skrining golongan senyawa saponin dengan cara mengambil 1 ml ekstrak


simplisia daun kelor dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian
ditambahkan 10 ml air kemudian dikocok kuat. Hasil positif ditunjukkan
dengan timbulnya busa konstan atau stabil selama 30 detik dan hilang saat
ditetesi 1 tetes HCl 2N.
Skrining golongan senyawa flavonoid dengan cara mengambil 3 ml
ekstrak simplisia daun kelor dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan 1 ml NaOH 10%. Hasil positif ditandai dengan
larutan berwarna kuning. Jika, cara tersebut tidak berhasil. Maka dilakukan
skrining selanjutnya dengan cara mengambil 1 ml ekstrak simplisia daun
kelor dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 1 ml
HCl dan serbuk Mg, kemudian dikocok. Hasil positif ditandai dengan
larutan berwarna kuning – jingga – merah – ungu.

Skrining golongan senyawa steroid dengan cara mengambil 1 ml ekstrak


simplisia daun kelor dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudaian
ditambahkan 1 ml H₂SO₄. Hasil positif ditandai dengan larutan berwarna
kemerahan

4. Ekstraksi Cair
1) Disiapkan alat dan bahan
2) Dimasukkan ekstrak sampel yang telah diuapkan kedalam cawan
porselen dan ditambahkan ± 20 ml aquadest. Lalu dihomogenkan .
3) Dimasukkan kedalam corong pisah kemudian ditambahkan larutan eter,
lalu dikocok. Kemudian didiamkan beberapa menit sampai terjadi
pemisahan antara larutan air dengan larutan eter. Kemudian larutan
ekstrak eter dimasukkan kedalam vial.
4) Dimasukkan kembali ekstrak larutan air kedalam corong pisah kemudian
ditambahkan n-butaanol ± 20 ml, lalu dikocok. Kemudian didiamkan
beberapa menit sampai terjadi pemisahan antara larutan air, eter, dan n-
butanol. Kemudian larutan ekstrak n-butanol dimasukkan kedalam vial.
Larutan ekstrak n-butanol diuapkan hingga kental diatas hot plate.

5. Kromatografi lapis Tipis

Anda mungkin juga menyukai