Laporan BIOTAN (Monolit) Kel 4

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI TANAH
MONOLIT

PADA LAHAN TANAMAN SEMUSIM

OLEH

KELOMPOK IV ( EMPAT )

1. SEPTIKA ROHAYANI ( 1810231010 )


2. AKRAM TRI AGUSTI ( 1810231013 )
3. SINTHYA JUNITA ( 1810231017 )
4. RAHMAT IKBAL ( 1810231027 )
5. DITA IMRAATUL KHAIRAT ( 1810232041 )
6. VIRA PUTRI INDRIANI ( 1810233005 )

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020
HASIL

Perlakuan
Jenis Organisme yang
Monolit pada Pada Lapisan Jumlah
ditemukan
Lahan
Pada Lahan 14
Tanaman
Semusim

Cacing
0-10 cm
4

Anai anai

10-20 cm 5

Cacing

2
Anai anai
1

Lipan

Cacing putih

Cacing

20-30 cm 1

Anai anai

Total organisme yang ditemukan 32


PEMBAHASAN
Pada Praktikum Biologi Tanah tentang objek monolit, kami melakukan
perlakuan monolit pada tanah tanaman semusim. Kami menggunakan tanah
tanaman semusim pada tanah tanaman jagung. Alat yang kami gunakan pada
perlakuan monolit ini adalah cangkul, pisau komando. Tujuan dari pengambilan
sampel dengan monolit adalah untuk mengamati makroorganisme dan
mikroorganisme tanah. Sedangkan metoda yang dilakukan adalah pengamatan
makroorganisme tanah secara lansung per lapisannya.

Monolit merupakan contoh profil tanah tidak terganggu yang dibuat


sebagai alat bantu visual untuk mengamati aktivitas organisme tanah seperti
aktivitas cacing, semut, dan organisme lainnya. Monolit tanah menggambarkan
penampang vertikal dari profil tanah di lapangan yang direkatkan pada kerangka
yang terbuat dari papan untuk dipajang. Monolit tanah menggambarkan irisan
vertikal tanah sesuai dengan posisi alaminya di lapangan. Contoh profil tanah
diambil di lapangan menggunakan kotak yanag terbuat dipapan berukuran lebar
15 – 30 cm dengan tinggi 130-150 cn dan tebal 10-15 cm.

Penggunaan lahan memberikan pengaruh nyata pada kondisi lingkungan


yaitu iklim mikro hal ini disebabkan karena adanya perbedaan diversitas
( keragaman ) tanaman. Jumlah populasi biota tanah pada lahan semusim lebih
sedikit dibandingkan dengan biota pada tanah lahan hutan dan rumput. Hal ini
disebabkan pada tanah hutan adanya naungan pohon memberikan kelembaban
yang tinggi dan ini tidak terjadi pada lahan tanaman semusim Zea mays.

Tanah yang subur sering kali dikaitkan dengan jumlah keanekaragaman


organisme tanah di dalamnya, semakin tinggi keanekaragaman dan populasinya
dalam tanah maka kesuburan tanah semakin tinggi. Keberadaan organisme di
dalam tanah adalah sebagai indikator kesehatan tanah, dimana mencerminkan
struktur dan fungsi proses ekologi serta respon terhadap perubahan kondisi tanah
yang dihasilkan oleh praktek pengelolaan lahan. Keberadaan serta aktivitas biota
tanah dapat memberikan pengaruh positif bagi sistem budidaya tanaman serta
meningkatkan kesuburan tanah, karena makrofauna tanah seperti cacing,
serangga, nematoda, keong, siput, bekicot, sangat penting peranannya dalam
proses dekomposisi bahan organik tanah, sedangkan mikroorganisme tanah
berperan penting dalam proses transformasi unsur hara.

Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi aktivitas organisme tanah


yaitu iklim (curah hujan, suhu), tanah (kemasaman kelembaban, suhu tanah, hara),
dan vegetasi (hutan, padang rumput) serta cahaya matahari. Penggunaan dan
pengelolaan lahan memberikan pengaruh besar terhadap lingkungan sekitar,
termasuk pengaruhnya terhadap organisme tanah.

Pada perlakuan tanah monolit ini, kami membagi lapisan monolit menjadi
tiga bagian, 0-10 cm disebut lapisan epigie, lapisan 10-20 cm disebut lapisan
anecie dan lapisan 20-30 cm disebut lapisan endogie. Dari hasil yang didapatkan
pada perlakuan monolit, jumlah jenis organisme yang ditemukan 4 jenis yaitu
cacing, anai anai, cacing putih, dan lipan. Dari setiap lapisan jumlah organisme
tanah yang ditemukan paling banyak terdapat pada lapisan 0-10 cm. hal ini sesuai
dengan literatur Alexander (1977) bahwa jumlah biota tanah yang ada didalam
tanah dipengaruhi oleh berbagai kondissi yang mempengaruhi pertumbuhannya
sebagai, temperature, kelembaban, aerasi dan sumber energi. Tetapi secara umum
populasi yanag terbesar terdapat di horizon permukaan. Makroorganisme tanah
lebih banyak ditemukan pada permukaan tanah karena bahan organik lebih
tersedia. Oleh karena itu makaroorganisme lebih banyak berada pada lapisan
tanah yang paling atas.

Pada kedalaman 0-10 cm jumlah total biota tanah 18 biota. Hal ini karena
pada kedalaman tersebut termasuk dalam zona perakaran, dimana pada zona
perakaran, makroorganisme dapat hidup dengan baik. Hal ini seperti pernyataan
Winarso (2005) makroorganisme didalam tanah banyak ditemukan didaerah
perakaran ( rizhosphere ). Selain itu makroorganisme juga dapat tumbuh dengan
baik pada lapisan atas atau horizon permukaan.

Pada kedalaman 10-20 cm jumlah biota tanah adalah sebesar 11 biota, jika
dibandingkan dengan kedalaman 0-10 cm, jumlah total makroorganisme tanah
mengalami penurunan. Hal ini karena pada kedalaman 10-20 cm factor factor
yang mempengaruhi makroorganisme tanah seperti bahan organic dan
ketersediaan humus tidak tersedia dengan baik. Menurut Sutedjo (1996)
ketersediaan bahan organic dan humus dalam tanah menjadi sumber energy bagi
perkembangan makroorganisme. Bahan organik dan humus menyediakan unsur
unsur penting yang diperlukan makroorganisme tanah.

Pada kedalaman 20-30 cm jumlah total biota tanah adalah 3 biota lebih
kecil dibandingkan dengan kedalaman 0-10 cm dan 10-20 cm, hal ini diduga
karena factor factor yang mempengaruhi aktivitas mikroorganisme seperti bahan
mineral, bahan organic, dan humus tidak tersedia dalam jumlah yang banyak,
menurut Sutedjo (1996) bahan organik tanah mempunyai peran yang penting
dalam aktivitas organisme didalam tanah.

Berdasarkan data yang diperoleh didapatkan frekuensi jenis biota tanah


pada tanah tanaman jagung pada biota jenis cacing, didapatkan hasil 0,65625,
biota jenis anai anai didapatkan hasil 0,21875, biota jenis lipan didapatkan hasil
0,03125, dan biota jenis cacing putih didapatkan hasil 0,09375. Data nilai
kekayaan jenis diperoleh hasil 0,08656170252

Dari hasil indeks nilai kekayaan jenis yang didapatkan yaitu


0,08656170252 dapat disimpulkan nilai kekayaan jenis biota tanah pada tanah
tanaman semusim jagung tergolong rendah, hal ini sesuai dengan Maguran (1988)
menyatakan bahwa kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan
kemerataan Evenness yaitu : < 3,5 = kekayaan jenis rendah,  3,5 – 5  =
kekayaan jenis sedan,  > 5 = kekayaan jenis tinggi. Dapat disimpulkan bahwa
semakin banyak jenis spesies yang ada di suatu daerah, semakin tinggi tingkat
kekayaannya.
LAMPIRAN
A. Perhitungan

1. Frekuensi keberadaan jenis

 Cacing tanah

Σ Individu A
Frekuensi keberadaan jenis =
Σ Total Individu

21
=
32

= 0 , 65625

 Anai anai
Σ Individu A
Frekuensi keberadaan jenis =
Σ Total Individu

7
=
32

= 0 , 21875
 Lipan
Σ Individu A
Frekuensi keberadaan jenis =
Σ Total Individu

1
=
32

= 0 , 3125
 Cacing Putih
Σ Individu A
Frekuensi keberadaan jenis =
Σ Total Individu

3
=
32

= 0 , 09375
2. Nilai Kekayaan Jenis
( S−1)
Nilai Kekayaan Jenis ( Ds) =
ln N

( 4−1)
=
ln 32

3
=
3,4657359
= 0,08656170252
B. Dokumentasi

No Biota Lapisan
1

Penampang monolit
tahan pada lahan
tanaman jagung

Pengamatan biota
tanah dengan tanah
monolit per
kedalaman /lapisan

2 Pada lapisan

0 -10 cm
10-20 cm
20-30 cm

Cacing
3

Pada lapisan

10-20 cm

Cacing Putih

Pada lapisan

10-20 cm

Lipan
5

Pada lapisan

0 -10 cm
10-20 cm
20-30 cm

Anai anai

Anda mungkin juga menyukai