Dewa Aldiansyah - 19025010071 KEMANTAPAN AGREGAT TANAH
Dewa Aldiansyah - 19025010071 KEMANTAPAN AGREGAT TANAH
Dewa Aldiansyah - 19025010071 KEMANTAPAN AGREGAT TANAH
Oleh :
Dewa Aldiansyah
19025010071
Golongan B1
FAKULTAS PERTANIAN
METODELOGI PRAKTIKUM
4.1 Hasil
Tabel 4.1 Hasil pengukuran mencari jari-jari tetesan air pada kemantapan agregat tanah
Pacet
Tabel 4.2 Hasil pengukuran mencari jari-jari tetesan air pada kemantapan agregat tanah
Kutorejo
Tabel 4.3 Hasil pengukuran mencari jumlah tetesan air pada kemantapan agregat tanah
Pacet.
Tabel 4.4 Hasil pengukuran mencari jumlah tetesan air pada kemantapan agregat tanah
Kutorejo.
Perhitungan Rata-rata
a. Tanah Pacet
15+25+14+ 27+14
- Tanah Pecah =
5
= 19
102+ 232+134 +164+104
- Tanah Hancur =
5
= 147,2
b. Tanah Kutorejo
10+27+15+21+25
- Tanah Pecah =
5
= 19,6
118+208+103+123+ 170
- Tanah Hancur =
5
= 144,4
Perhitungan Xi2
a. Tanah Pacet
- Tanah Pecah = 152 + 252 + 142 + 272 + 142
= 225 + 625 + 196 + 729 + 196
= 1971
- Tanah Hancur = 1022 + 2322 + 1342 + 1642 + 1042
= 10404 + 53824 + 17956 + 26896 + 10816
= 119896
b. Tanah Kutorejo
- Tanah Pecah = 102 + 272 + 152 + 212 + 252
= 100 + 729 + 225 + 441 + 625
= 2120
- Tanah Hancur = 1182 + 2082 + 1032 + 1232 + 1702
= 13924 + 43264 + 10609 + 15129 + 28900
= 111826
Perhitungan (∑Xi2)
a. Tanah Pacet
- Tanah Pecah = (15 + 25 + 14 + 27 + 14)2
= 9025
- Tanah Hancur = (102 + 232 + 134 + 164 + 104)2
= 541696
b. Tanah Kutorejo
- Tanah Pecah = (10 + 27 + 15 + 21 + 25)2
= 9604
- Tanah Hancur = (118 + 208 + 103 + 123 + 170)2
= 521284
Perhitungan SD
SD = √ ∑ n . Xi2−¿ ¿¿ ¿
a. Tanah Pacet
9025
- Tanah Pecah =
√ 5 . 1971−
=√ 2012,5
5−1
5
= 44,86
541696
- Tanah Hancur =
√ 5 . 119896−
= √ 122785,2
5−1
5
= 350,41
b. Tanah Kutorejo
9604
- Tanah Pecah =
√ 5 . 2120−
= √ 2169,8
5−1
5
= 46,58
521284
- Tanah Hancur =
√ 5 . 111826−
= √ 113718,3
5−1
5
= 337,22
4.2 Pembahasan
Kemantapan agregat tanah dapat didefinisikan sebagai kemampuan tanah untuk bertahan
terhadap gaya – gaya pukulan hujan, daya urai air pengairan dan beban pengolahan tanah.
Kemantapan tergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan
segmentasi atau pengikatan. Kemantapan agregat sangat penting bagi tanah pertanian dan
perkebunan. Agregat yang stabil akan menciptakan kondisi yang baik bagi pertumbuhan
tanaman (Santi, 2015)
Salah satu cara menentukan kemantapan agregat adalah metode vilensky, yaitu pengukuran
kemantapan agregat tanah bersiameter 2-3 mm dengan jalan menghitung volume tetesan air
yang dibutuhkan untuk menghancurkan agregat tersebut. Ukuran tetesan air diperbesar akan
membuat volume tetesan air semakin membesar dan massa nya semakin besar. Besarnya massa
mempengaruhi besarnya energi potensial dan berujung pada semakin cepatnya batu
pecah/hancur, maka semakin sedikit jumlah tetesan yang diperlukan untuk memecahkan dan
menghancurkan agregat. Digunakan nya rumus SD ( Standard Deviasi ) karena Apabila
penyebarannya data sangat besar terhadap nilai rata-rata maka nilai Sx akan besar, tetapi
apabila penyebaran data sangat kecil terhadap nilai rata-rata maka nilai Sx akan kecil
( Kurniati, 2016)
Penetapan kemantapan agregat dilakukan pada dua sampel tanah yaitu sampel Pacet dan
Kutorejo. Penetapan kemantapan agregat didapatkan dengan menggunakan metode Vilensky.
Data yang didapatkan dari pengamatan, tanah dengan sampel Pacet memiliki rata – rata jumlah
tetesan saat agregat mulai pecah sebesar 19 tetes sedangkan pada sampel Kutorejo sebanyak
19,6 tetes. Rata – rata jumlah tetesan air pada saat agregat hancur pada sampel Pacet sebanyak
147,2 tetes dan pada sampel Kutorejo sebanyak 337,22 tetes. Hal tersebut menunjukkan
sampel tanah Kutorejo lebih besar kemantapan tanahnya dibanding dengan sampel Pacet.
Agregat tanah yang mantap akan mempertahankan sifat-sifat tanah yang baik untuk
pertumbuhan tanaman, seperti porositas dan ketersediaan air lebih lama dibandingkan dengan
agregat tanah tidak mantap. Agregat yang stabil dapat menciptakan lingkungan fisik yang
baik untuk perkembangan akar tanaman. Tanah yang agregatnya kurang stabil bila terkena
gangguan maka agregat tanah tersebut akan mudah hancur. Butir-butir halus hasil
hancuran akan menghambat pori-pori tanah sehingga bobot isi tanah meningkat, aerasi
buruk dan permeabilitas menjadi lambat. Mengingat pentingnya kemantapan agregat dalam
tanah, maka perlu upaya untuk memperbaikinya. Salah satu upaya untuk memperbaiki
kemantapan agregat adalah dengan pemberian bahan organik. Bahan organik berperan
terhadap proses pembentukan dan mempertahankan kestabilan struktur tanah, menciptakan
drainase yang baik sehingga mudah melalukan air, dan mampu memegang air lebih
banyak. Bahan organik sangat berperan pada proses pembentukan dan pengikatan serta
penstabilan agregat tanah (Junedi dan Fathia, 2015).
Bahan organik merupakan pemantap agregat tanah, pengatur aerasi dan cenderung
meningkatkan jumlah air tersedia bagi tanaman. Lebih dari itu, bahan organik tanah berfungsi
sebagai pengikat butiran primer tanah menjadi butiran sekunder dalam pembentukan
agregat yang mantap ( Nurhayati dan Salim, 2012).
Kemantapan agregat mempengaruhi ketahanan tanah terhadap air. Makin tinggi gaya ikat
antar molekul partikel tanah, maka sulit tanah tersebut terpengaruhi oleh gaya rusah yang
berasal dari pukulan air hujan. Jadi kemantapan agregat terhadap air dapat dipakai sebagai
petunjuk ketahanan tanah terhadap erosi. (Sutanto, 2014).
BAB V
KESIMPULAN
Junaedi H dan Fathia N.M.E.. 2015. Peningkatan Kemantapan Agregat Tanah pada Ultisol
melalui Aplikasi Ara Sungsang (Asystasia gangetica (L.) T. Anders.). Palembang :
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015
Kurniati. 2017. Analisa Puncak Banjir dengan Metode MAF ( Studi Kasusu Sungai Krueng
Kerueto ). Politeknik Negeri Lhokseumawe. Aceh
Nurhayati dan A Salim. 2012. Pemanfaatan produk samping pertanian sebagai pupuk organik
berbahan lokal di Kota Dumai Provinsi Riau. Dalam Putu Wigena IG, NL Nurida, D
Setyorini, Husnain, E Husen, E Suryani (eds.). Prosiding Seminar Nasional Teknologi
Pemupukan dan Pemulihan Lahan Terdegradasi. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor, 29-30 Juni 2012, 551-560.
Santi, L. P., Ai Dariah dan D.H.Goenadi. 2015. Peningkatan kemantapan agregat tanah
mineral oleh bakteri penghasil eksopolisakarida. Menara Perkebunan 76 (2): 93-103.
Sutanto. 2014. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Konsep dan Kenyataan). Kanisius. Yogyakarta.