Format Laporan Tetap Ddit 2023 27
Format Laporan Tetap Ddit 2023 27
Format Laporan Tetap Ddit 2023 27
Oleh :
Nurwan Sani
J1B022079
Menyetujui :
Co. Asisten, Asisten,
Tanggal Pengesahan :
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah wasyukurillah, segala puji dan syukur terpanjatkan kehadirat
Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah serta atas izinnya kami
dapat menyelesaikan laporan tetap ini. Shalawat serta salam tercurahkan kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW. Adapun tujuan pembuatan laporan ini
adalah untuk lebih memahami lagi tentang Dasar-dasar Ilmu Tanah. Laporan ini
dibuat berdasarkan hasil praktikum mingguan, kami menyadari bahwa dalam
laporan praktikum ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karna itu,
kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Dalam penulisan laporan ini, kami telah mendapat banyak bantuan,
masukan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membimbing dan yang telah turut membantu dan mendukung dalam praktikum
terutama asisten praktikum sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik
dalam waktu yang tepat.
Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jauh
dari sempurna karena banyak kekurangan dan kesalahan-kesalahan, maka dari itu
penulis sangat mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari
pembaca supaya penulis dapat memperbaiki laporan ini.
2.2. pH Tanah
Tanah yang subur adalah tanah yang mempunyai profil yang dalam (kedalaman
yang sangat dalam melebihi 150 cm); strukturnya gembur; pH 6,0-6,5; kandungan unsur
haranya yang tersedia bagi tanaman adalah cukup; dan tidak terdapat faktor pembatas
dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman. Bidang pertanian khususnya dalam budidaya
tanaman, keadaan tanah dan pengelolaan merupakan faktor penting yang akan menentukan
pertumbuhan dan hasil tanaman yang diusahakan.Hal ini disebabkan karena tanah
merupakan media tumbuh bagi tanaman, sebagai gudang dan pensuplai unsur hara. Tanah
berdasarkan ukuran partikelnya merupakan campuran dari pasir, debu, dan liat. Makin
halusnya partikel akan menghasilkan luas permukaan partikel per satuan bobot yang makin
luas. Dengan demikian, liat merupakan fraksi tanah yang berpermukaan paling luas
dibanding 2 fraksi lainnya.Pada permukaan partikel inilah terjadi berbagai reaksi kimiawi
tanah, yang kemudian mempengaruhi kesuburan tanah ( Prabowo. R. dan Subantoro. R.
2018 ).
Reaksi tanah dinyatakan dengan pH tanah. Reaksi tanah mempengaruhi kelarutan
mineral di dalam tanah. Tanah sangat masam (pH 4-5) biasanya mengandung konsentrasi
Al dan Mn yang tinggi dan dapat meracuni tanaman. Sebaliknya pada tanah tersebut
kelarutan nutrisi fosfor rendah sehingga tanaman dapat kekurangan fosfor. Pada tanah
bereaksi alkalin (pH 7,5-8,5), maka kelarutan nutrisi mikro kecuali Mo, serta nutrisi fosfor
juga rendah. Biasanya kelarutan nutrisi tanaman berada pada tingkat yang baik pada pH
netral (6,5-7,0). Walaupun demikian tanaman juga mempunyai daya adaptasi terhadap
reaksi tanah yang berbeda. Ada tanaman yang toleran terhadap tanah dengan pH rendah
seperti tanaman Azalea, the, rhododendron, nenas dan lain-lain. Sedang tanaman alfalfa,
kacang-kacangan barley, bit gula tidak tahan terhadap pH yang rendah (Benggu. Y. I., et
al. 2022).
Beberapa jenis tanaman membutuhkan pH tanah yang rendah. Kebanyakan
tanaman tumbuh dengan baik pada kondisi tanah yang sedikit asam pada kisaran pH 5,8-
7,0. Namun demikian, beberapa jenis tanaman, seperti azalea, gardenia, dan bluberi, akan
tumbuh baik pada pH yang lebih rendah. Tanaman lainnya seperti rumput-kelabang,
camelia, dan kentang, tumbuh dengan baik pada berbagai kondisi pH, tetapi tampaknya
berkembang paling baik pada tanah-tanah yang lebih asam. Rumput-Lipan rentan terhadap
klorosis besi (kekurangan zat besi) kalau pH tanah terlalu tinggi (di atas 6) dan fosfor tanah
berlebihan karena pemupukan yang berlebih.(Novriani. L. S., et al. 2023).
Inceptisol pada umumnya memiliki sifat tanah yang kurang subur, diantaranya
adalah pH tanahnya agak masam, kadar C-organik sedang, dan unsur hara NPK rendah.
Inceptisol yang digunakan pada penelitian ini mengandung C/N tergolong rendah yaitu 8
dengan pH bernilai 5,58 (agak masam) tetapi memiliki P-tersedia yang sangat tinggi yaitu
19,01 mg/kg. Berdasarkan data dari Puslittanak (2000), tanah Inceptisol di Indonesia
cukup luas bagi lahan pertanian, luasnya sekitar 70,52 juta ha (37,5%). Pada tanah
Inceptisol diperlukan pemberian bahan organik agar tanah ini dapat digunakan untuk
budidaya tanaman serta menjaga keseimbangan hara melalui pemupukan (Yuniarti. A. et
al. 2020 ).
Sari Tanah adalah merupakan sumber utama zat hara untuk tanaman dan tempat
sejumlah perubahan penting dalam siklus pertumbuhan tanaman. Cepat dan lambatnya
suatu pertumbuhan pada berbagai jenis tanaman sangat ditentukan oleh pH tanah itu
sendiri. Dalam ilmu pertanian pengaruh terhadap pH tanah sangat memiliki peranan yang
sangat penting gunanya untuk Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap
oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada pH 6-7,
karena pada pH tersebut sebagian besar unsur hara akan mudah larut dalam air. Derajat
pH dalam tanah juga menunjukkan keberadaan unsur-unsur yang bersifat racun bagi
tanaman. Kelembaban dan temperatur tanah yang baik membuat tanah menjadi memiliki
ruang pori yang cukup sehingga sirkulasi udara di dalam tanah dapat berjalan dengan
baik. Dengan tanah yang sehat tanah mampu memiliki nilai pH netral sehingga tanaman
jambu biji varietal kristal akan tumbuh dengan baik ( Karamina. H. et al. 2017 ).
2.3.Tekstur Tanah
Dua sifat fisik tanah yang penting adalah tekstur dan struktur tanah. Tekstur tanah
dianggap sebagai ciri dasar tanah yang dengan manipulasi tanah sifat ini tidak mudah
berubah. Secara umum, tanah mineral memiliki partikel primer (tekstur) dengan ukuran
bervariasi, baik antar setiap jenis tanah maupun antar lapisan dalam profil tanah. Tekstur
tanah yang biasa disebut dengan butir tanah berhubungan erat dengan pergerakan air dan
zat terlarut, udara, pergerakan panas, berat volume tanah, luas permukaan spesifik (specific
surface), kemudahan tanah memadat (compressibility). Butir tanah tersebut terdiri dari
fraksi klei, debu, dan pasir. Secara umum tanah memiliki variasi ukuran partikel primer
tanah, dengan ukuran yang variasi. Ukuran partikel primer tersebut dapat dikelompokkan
dalam bentuk partikel pasir, debu, dan klei. Tekstur adalah perbandingan relatif antara
fraksi pasir, debu, dan klei. Dalam analisis tekstur, fraksi bahan organik tidak
diperhitungkan, karena bahan organik terlebih dahulu telah didestruksi dengan hidrogen
peroksida (H,O) (Utomo. M., et al, 2016).
Tekstur tanah menyatakan kasar halusnya tanah atau menunjukkan perbandingan
fraksi-fraksi lempung, debu, dan pasir. Cara penetapan tekstur tanah ada dua, yaitu cara
kualitatif (di lapangan) dan cara kuantitatif (di laboratorium). Cara kualitatif bersifat
sederhana, yaitu segumpal tanah sebesar kelereng diremas di antara ibu jari dan jari lainnya
dalam keadaan basah. Apabila terasa kasar dan tidak dapat dibentuk, berarti fraksi pasir
yang dominan sehingga disebut tanah bertekstur pasir. Apabila terasa halus dan licin,
seperti sabun atau bubuk (talk) serta dapat dibentuk, tetapi mudah pecah, dapat dikatakan
sebagai tanah bertekstur debu (Yani.A., dan Ruhimat. M. 2016 ).
tanah ultisol memiliki kandungan bahan organik yang sangat rendah sehingga
memperlihatkan warna tanahnya berwarna merah kekuningan, reaksi tanah yang masam,
kejenuhan basa yang rendah, kadar Al yang tinggi, dan tingkat produktivitas yang rendah.
Tekstur tanah ini adalah liat hingga liat berpasir, bulk density yang tinggi antara 1,3- 1,5 g
cm-3. Walaupun tanah ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, dimana
mengandung bahan organik yang rendah, nutrisi rendah dan pH rendah (kurang dari 5,5)
tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial jika dilakukan
pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada ( Holilullah, et al. 2015).
Tanah pasir yang tergolong pada lahan sub optimal pada umumnya miskin hara dan
tidak banyak dimanfaatkan sebagai media untuk kegiatan pertanian. Namun dari segi kimia
tanah pasir cukup mengandung unsur kalium dan fosfor yang belum siap untuk diserap oleh
tanaman sehingga hal tersebut perlu dibantu dengan proses pemupukan (Sunardi &
Sarjono, 2007). Secara fisik, tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori
makro sehingga akar mudah untuk berpenetrasi, namun semakin mudah pula air yang
hilang dari tanah. Kondisi ini menjadikan tanah pasir merupakan tanah yang tidak subur,
kandungan unsur hara rendah dan tidak produktif untuk pertumbuhan tanaman ( Darlita.
RR., et al. 2017 ).
Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai poripori makro (porous).
Meningkatnya jumlah partikel liat maupun debu maka media untuk mengikat air semakin
besar, sehingga lengas tanah tersedia semakin tinggi (Nita et al. 2014).Lengas tersedia
terbesar pada tanah dengan tekstur lempung berdebu dibandingkan pada tanah liat.Ukuran
butir yang halus disebut sebagai tanah halus (diameter <2 mm), yang dibedakan dari
fragmen batuan.Sebaran ukuran butir tanah halus ditentukan di lapangan, sedangkan
kandungan fragmen batuan ditentukan dengan perkiraan proporsinya dalam volume tanah
(Mutmainnah. D., et al. 2021).
2.4.Struktur Tanah
Struktur tanah adalah susunan atau agregasi dari butir-butir primer dan sekun- der
seperti pasir, debu, dan klei membentuk agregat-agregat yang satu sama lain dibatasi oleh
bidang belah alami. Struktur tanah dibungkus oleh selaput tipis yang terdiri dari misel
jamur dan humus. Struktur tanah merupakan suatu sifat yang penting dalam menentukan
dan me- mengaruhi kondisi fisik tanah dan perkembangan akar tanaman, peredaran udara
atau aerasi tanah, tata-air dan panas, ketersediaan unsur hara dan perombakan ba- han
organik serta kegiatan mikrobia tanah. Struktur tanah memengaruhi pertum- buhan
tanaman melalui pengaruhnya terhadap udara tanah, air tanah, ketahanan mekanik untuk
perkembangan akar, dan suhu tanah. Unit struktur tanah secara alami di- tentukan oleh tiga
karakter, yaitu tipe (bentuk), kelas (ukuran), dan grade (kekuatan kohesi). Berdasarkan
deskripsinya, ada beberapa tipe struktur, yaitu speroidal (gra- nular dan remah), seperti
gumpal (angular blocky dan subangular blocky), lempeng (platy), dan seperti prisma
(columnar dan perismatic) (Utomo. M., et al, 2016).
Struktur tanah adalah kandungan tanah yang udara dan airnya dalam jumlah cukup
dan seimbang. Hal semacam ini hanya terdapat pada struktur tanah yang ruang pori porinya
besar. Dengan perbandingan yang sama antara pori pori makro serta tanah terhadap pukulan
tetesan tetesan air hujan. Dikatakan pula struktur tanah yang baik itu apabila
perbandingannya sama antara padat, cair, dan udara (Suhardi, 2014).
Struktur tanah dapat dikatakan baik apabila di dalamnya terdapat penyebaran ruang
pori-pori yang baik, yaitu terdapat ruang pori di dalam dan di antara agregat yang dapat
diisi air dan udara dan sekaligus mantap keadaannya. Agregat tanah sebaiknya mantap agar
tidak mudah hancur oleh adanya gaya dari luar, seperti pukulan butiran air hujan. Dengan
demikian tahan erosi sehingga pori-pori tanah tidak gampang tertutup oleh partikel-partikel
tanah halus, sehingga infiltrasi tertahan dan run-off menjadi besar. Struktur tanah yang
jelek tentunya sebaliknya dengan keadaan di atas. Dan kegiatan yang berupa pengolahan
tanah, pembajakan, pemupukan termasuk pengapuran dan pupuk organik, lebih
berhubungan dengan aspek struktur daripada aspek tekstur tanah ( Mustawa. M ., et al.
2017 ).
Struktur tanah sangat berpengaruh dalam bidang pertanian. Tanah sebagai media
tumbuh bagi tanaman menjadi penentu sebagai hasil panen yang didapat. Jika struktur tanah
terlalu membuat akar sulit menembusnya. Sebaliknya jika kemantapan struktur tanah
terlalu lemah maka ketersediaan unsur hara dan air dengan kuat. Oleh karena itu,
dibutuhkan struktur tanah yang seimbang dengan kondisinya (Kurnia, 2016).
Struktur dapat memodifikasi pengaruh struktur dalam hubungannya dengan
kelembaban, porositas, ketersediaan unsur hara, kegiatan jasad hidup dan perubahan akar
struktur lapisan dipengaruhi oleh fraksi dan dimana serasi dan draenase membatasi
pertumbuhan tanaman. Sistem pertanaman yang mampu menjaga kemantapan agregat
tanah akan membentuk hasil yang tinggi bagi produksi tanaman yang berada di tanah
tersebut (Apriyandita, 2014).
Struktur tanah, yaitu sifat fisik tanah yang menyatakan cara terikat butir tanah yang
satu dengan yang lain. Klasifikasi struktur tanah dilakukan pada waktu pengamatan
morfologi tanah yang dibedakan berdasarkan pada bentuk dan susunan agregat atau yang
sering disebut tipe struktur. Tipe-tipe struktur tanah, antara lain glanuler (kersai), lempung,
gumpal, tiang, remah, butir tunggal, dan meif (Yani.A., dan Ruhimat. M. 2016 ).
2.5.Konsistensi Tanah
Konsistensi Tanah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan
tanah saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya
kohesi dan adhesi dengan berbagai kelembaban tanah. Konsistensi tanah diartikan sebagai
kondisi fisik dari butiran halus tanah pada kondisi kadar air tertentu. Penetapan plastisitas
tanah khususnya diarahkan untuk mengetahui berat atau ringannya pengolahan tanah,
terutama jika dilakukan menggunakan mesin pengolah tanah, seperti traktor. Konsistensi
tanah dalam keadaan lembab dibedakan ke dalam konsistensi gembur ( mudah diolah)
sampai teguh ( agak sulit dicangkul), dalam keadaan kering tanah dibedakan kedalam
konsistensi lunak sampai keras. Konsistensi tanah yang baik umumnya mudah diolah dan
tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan
lembab, basah atau kering maka keadaan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan
keadaan tanah tersebut ( Asril. M., et al 2022 ).
Warna tanah merupakan petunjuk sifat tanah yang paling mudah dideterminasi.
Warna tanah dapat dijadikan sebagai indikator kualitatif dalam menentukan tingkat
kesuburan tanah, kandungan bahan organik, aerasi dan drainase. Tanah dengan war- na
hitam menunjukkan kandungan bahan organik tanah yang tinggi. Tanah yang ba- nyak
mengandung oksida-oksida Fe atau mineral hematit akan menunjukkan warna merah dan
yang mengandung mineral goethite, besi oksida terhidrasi dengan mine- ral limonit akan
menunjukkan warna kuning. Adapun tanah yang mempunyai dra- inase jelek akan
menunjukkan warna terang atau pucat, karena besi yang tereduksi. Pada tanah jenuh air,
atau sepanjang tahunnya tergenang air, akan berwarna kelabu atau gley seperti tanah yang
berada pada daerah cekungan atau sawah (Utomo. M., et al, 2016).
Konsistensi tanah ialah istilah yang berkaitan sangat erat dengan kandungan air,
yang menunjukkan manifestasi gaya-gaya fisika yakni kohesi dan adhesi yang bekerja
didalam tanah pada kandungan air yang berbeda-beda. Setiap materi tanah mempunyai
konsistensi yaitu baik bila massa tanah itu besar atau kecil (sedikit), dalam keadaan alamiah
ataupun sangat terganggu, berbentuk aggregat atau tanpa struktur, maupun dalam keadaan
lembab atau kering. Sekalipun konsistensi tanah dan struktur berhubungan erat satu sama
lain, struktur tanah menyangkut bentuk, ukuran dan pendefinisian aggregat alamiah yang
merupakan hasil dari keragaman gaya tarikan didalam massa tanah, sebaliknya konsistensi
meliputi kekuatan dan corak dari gaya-gaya tersebut. Konsistensi tanah tergantung pada
tekstur, sifat dan jumlah kolloid-kolloid inorganik dan organik, struktur, dan terutama
kandungan air tanah. Dengan berkurangnya kandungan air, umumnya tanah- tanah akan
kehilangan sifat melekatnya (stickness) dan plastisnya dan dapat menjadi gembur (friable)
dan lunak (soft) dan akhirnya jika kering menjadi keras dan coherent ( Priyono. K. D. 2021).
Stabilisasi tanah merupakan upaya meningkatkan kualitas tanah dengan
menyampurkan beberapa bahan tambah berupa bahan kimia. Salah satu upaya stabilisasi
tanah lempung dengan menggunakan bahan tambah semen dan renolith. Stabilisasi tanah
menggunakan semen telah banyak digunakan karena kemudahan mendapatkan bahan
tambah, pengaplikasian di lapangan yang mudah dan dari hasil proses stabilisasi tersebut
semen dapat meningkatkan daya dukung tanah yang cukup signifikan. Penambahan
renolith terhadap semen diharapkan dapat memperbaiki sifat semen yang mudah retak
setelah tanah tersebut digunakan. Renolith merupakan bahan kimia cair yang warnanya
mirip susu dan dapat larut ( Kholis. N. et al. 2018 ).
Stabilisasi tanah adalah usaha untuk memperbaiki sifat-sifat tanah yang ada,
sehingga didapakan sifat-sifat tanah yang memenuhi syarat-syarat teknis untuk lokasi
konstruksi bangunan. Tujuan lain dari stabilisasi tanah ini yaitu untuk memperbaiki kondisi
tanah tersebut, kemudian mengambil tindakan yang tepat terhadap masalah-masalah yang
dihadapi. Metode stabilisasi yang banyak digunakan adalah stabilisasi mekanis dan
stabilisasi kimiawi. Stabilisasi mekanis yaitu menambah kekuatan dan kuat dukung tanah
dengan cara perbaikan struktur dan perbaikan sifat-sifat mekanis tanah, sedangkan
stabilisasi kimiawi yaitu menambah kekuatan dan kuat dukung tanah dengan mengurangi
atau menghilangkan sifat-sifat teknis tanah yang kurang menguntungkan dengan cara
mencampur tanah dengan bahan kimia seperti semen, kapur atau pozzolan ( Soehardi, et
al. 2017 ).
BAB III. METODOLOGI PRAKTIKUM
3.3.2. PH Tanah
Prosedur kerja yang dilakukan yaitu:
1. Ditimbang contoh tanah 5 gr masukkan ke dalam botol kocok
2. Ditambahkan aquades 25 ml untuk PH H2O
3. Dikocok sampai homogen +- 15 menit, diamkan +- 30 menit
4. Diukur PH menggunakan PH stick
Lengas tanah adalah air yang terdapat dalam pori-pori tanah. Lengas tanah
merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kesuburan tanah, karena air merupakan
salah satu komponen penting dalam pertumbuhan tanaman. Lengas tanah dapat berasal dari
hujan, irigasi, air tanah, dan lain-lain. Sebagian besar tanaman membutuhkan kelembaban yang
cukup, tetapi tidak terlalu banyak. Kandungan air yang terlalu banyak dalam tanah dapat
mengakibatkan akar tanaman membusuk dan tanah menjadi tidak subur. Kadar air dalam tanah
dapat diukur dengan menggunakan alat seperti tensiometer, alat pengukur kadar air tanah, atau
alat pengukur kelembaban tanah. Pengukuran ini dapat membantu petani dalam menentukan
waktu yang tepat untuk menyiram tanaman atau memperbaiki drainase untuk mengurangi
genangan air pada tanah yang terlalu basah.
Kadar lengas tanah adalah jumlah air dalam persen (berdasarkan berat tanah
kering) yang terkandung dalam lapisan tanah tertentu pada suatu waktu tertentu.
Tanah Inseptisol adalah jenis tanah dengan horison permukaan yang minim dan
berkembang di bawah hutan tropis dan subtropis, serta seringkali ditemukan pada lereng bukit.
Pengovenan dilakukan untuk menghilangkan kelembaban dari tanah dan mendapatkan berat
tanah kering yang akurat.
Dari praktikum yang sudah dilaksanakan kita mendapatkan hasil pengamatan yaitu
pada tanah KLU ( inseptisol ). Pada prakikum ini dilakukan pengovenan agar kita dapat
mengetahui kadar lengas tanah dan berat tanah setelah dioven selama 2x24 jam. Pada tanah
kering udara di dapatkan berat cawan kosong (a) 4,263 berat cawan kodong dan tanah (b)
34,809 dan berat cawan + tanah setelah dioven (c) 27,07 dengan hasil dari berat cawan tersebut
kita mendapatkan kadar lengas sekitar 33%. Selanjutnya untuk tanah yang kedua yaitu tanah
KLU ( inseptisol) kapasitas lapang dengan berat cawan a. 8,867 b. 36,246 c. 31, 512 hingga
didapatkan hasil dari ketiga berat cawan tersebut dengan kadar lengas 20%.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan konsistensi air di dalam
tanah atau yang biasa disebut sebagai lengas tanah, di antaranya, iklim, curah hujan,
temperatur, dan kelembaban udara mempengaruhi jumlah dan distribusi air di dalam tanah.
Iklim yang lembab dan dengan curah hujan yang tinggi akan membuat tanah memiliki
kandungan air yang lebih tinggi dibandingkan dengan iklim kering dan dengan curah hujan
yang rendah. Vegetasi tanaman dan tumbuhan mempengaruhi ketersediaan air di dalam tanah
dengan menyerap air melalui akar dan menguapkan air melalui proses transpirasi. Semakin
banyak vegetasi di suatu daerah, semakin banyak juga air yang tersimpan dalam tanah.
Topografi, kemiringan, ketinggian, dan bentuk permukaan tanah juga mempengaruhi
ketersediaan air di dalam tanah. Tanah yang berada di daerah dengan kemiringan lebih curam
atau dataran rendah cenderung memiliki kandungan air yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tanah yang berada di daerah dataran tinggi. Tekstur tanah, komposisi tanah seperti ukuran butir,
proporsi mineral dan organik, dan struktur tanah juga mempengaruhi ketersediaan air di dalam
tanah. Tanah dengan tekstur kasar seperti pasir memiliki kandungan air yang lebih rendah
dibandingkan dengan tanah dengan tekstur halus seperti lempung. Kegiatan manusia seperti
Penggunaan lahan, polusi, pembangunan, dan irigasi juga dapat mempengaruhi ketersediaan
air di dalam tanah. Kegiatan-kegiatan ini dapat mengubah sifat tanah dan mengurangi
ketersediaan air di dalam tanah, sehingga mempengaruhi ketersediaan air bagi tumbuhan dan
kehidupan lainnya yang membutuhkan air.
Mengetahui kadar lengas tanah penting dalam bidang pertanian karena dapat
membantu menentukan kapan tanaman perlu disiram dan seberapa banyak air yang dibutuhkan.
Jika tanah terlalu kering, tanaman akan mati, sedangkan jika terlalu basah, akar tanaman akan
membusuk. Dengan mengetahui kadar lengas tanah, petani dapat menyesuaikan jumlah air
yang diberikan ke tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal dan hasil panen
dapat meningkat. Selain itu, informasi tentang kadar lengas tanah juga dapat membantu dalam
perencanaan irigasi dan pengelolaan sumber daya air.
4.2. Hasil Pengamatan dan Pembahasan pH Tanah
Tabel 2. Hasil Pengamatan pH Tanah
No Jenis Tanah pH Tanah Harkat
Tanah KLU
1. 5 Asam
(Inseptisol)
Kemasaman atau ph adalah konsentrasi ion hidrogen yang ada di dalam tanah
setiap tanah berbeda ion hidrogen nya hal ini dikarenakan pengaruh aktivitas anion dan
kation dan kegiatan mikroorganisme dalam tanah. pH tanah adalah ukuran keasaman atau
kebasaan tanah yang mengacu pada konsentrasi ion hidrogen dalam larutan tanah. pH diukur
dalam skala 0 hingga 14, di mana pH 7 dianggap netral, pH di bawah 7 mengindikasikan
keasaman, dan pH di atas 7 mengindikasikan kebasaan, oleh karna itu pH yang bernilai 5
mengindikasikan asam
pH aktual dan potensial adalah dua istilah yang terkait dengan pengukuran pH
tanah. pH aktual mengacu pada pH aktual larutan tanah yang diperoleh dari pengukuran
langsung menggunakan pH meter. Sementara itu, pH potensial mengacu pada kemampuan
tanah untuk mengubah pH larutan tanahnya, yang dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah seperti
kandungan bahan organik dan kapasitas tukar kation.
Mengetahui pH tanah sangat penting dalam bidang pertanian karena pH tanah
mempengaruhi ketersediaan nutrisi tanaman. Tanaman membutuhkan pH yang tepat untuk
dapat menyerap nutrisi dengan efektif. Tanah dengan pH yang terlalu asam atau terlalu basa
dapat menyebabkan nutrisi yang penting bagi tanaman menjadi tidak tersedia. Selain itu,
mengetahui pH tanah juga membantu dalam pemilihan tanaman yang cocok untuk ditanam
pada jenis tanah tertentu.
Pengaruh pH terhadap pertumbuhan tanaman sangat signifikan. Tanaman yang
membutuhkan pH tanah yang netral atau sedikit asam akan tumbuh dengan buruk pada
tanah yang memiliki pH terlalu asam. Tanaman juga dapat menunjukkan gejala defisiensi
nutrisi seperti klorosis (daun menguning) pada tanah yang terlalu asam. Oleh karena itu,
tanah yang memiliki pH asam bernilai 5 membutuhkan penambahan bahan-bahan yang
dapat meningkatkan pH seperti kapur untuk meningkatkan ketersediaan nutrisi bagi
tanaman.
4.3. Hasil Pengamatan dan Pembahasan Tekstur Tanah
Tabel 3. Hasil Prngamatan Tekstur Tanah
NO Jenis Tanah Persentase Kelas
Pasir Debu Liat tekstur
1. KLU 73% 26% 1% pasir
(Inseptisol)
Tekstur tanah merujuk pada ukuran dan susunan partikel tanah di dalam suatu
sampel tanah. Tekstur tanah didefinisikan oleh fraksi pasir, fraksi debu halus (silt), dan
fraksi lempung (clay) yang terkandung dalam tanah. Ukuran partikel pasir berkisar antara
0,05 hingga 2 mm, ukuran partikel debu halus berkisar antara 0,002 hingga 0,05 mm, dan
ukuran partikel lempung kurang dari 0,002 mm. Tanah Inseptisol adalah jenis tanah dengan
horizon permukaan yang minim dan berkembang di bawah hutan tropis dan subtropis, serta
seringkali ditemukan pada lereng bukit. Dari praktikum yang sudah dilaksanakan
didapatkan hasil dari tanah KLU jenis inseptisol dengan persentase pasir 73% debu 26%
dan lihat 1% dengan hasil ini kitab isa melihan di segitiga tekstur system USDA bahwa
didapatkan kelas tekstur berupa sand loam
Berat jenis tanah (BJ= kerapatan partikel) adalah berat massa tanah per satuan
volume partikel tanah (tanpa pori) kering oven. BJ tanah mineral umumnya antara 2,60 -
2,70 g cm³ dengan rata-rata 2,65 g cm³ tanpa banyak bervariasi. Berat jenis partikel (BJ)
adalah perbandingan antara massa total fase padat tanah Ms dan volume fase padat Vs.
Massa bahan organik dan anorganik diperhitungkan sebagai massa padatan tanah dalam
penentuan berat jenis partikel tanah. Berat jenis partikel mempunyai satuan Mg m³ atau g
cm³. Berat jenis partikel berhubungan langsung dengan berat volume tanah, volume udara
tanah serta kecepatan sedimentasi partikel di dalam zat cair. Dalam praktikum yang telah
dilakukan pada berat jenis tanah ( BJ ) dari sampel tanah KLU jenis inseptisol didapatkan
hasil labu ukur a. 31,530 gram b. 39,701 gram dan c. 75,586 gram sehingga di dapatkan
berat jenis tanah yaitu 0,84 g/cm ³.
KLU 3,14
3 5 5,1059 27,4259 35,349 35,349
(Inseptisol)
Berat volume tanah, juga dikenal sebagai densitas tanah, adalah massa tanah per unit
volume. Satuan yang umum digunakan untuk mengukur berat volume tanah adalah gram
per sentimeter kubik (g/cm³) atau kilogram per meter kubik (kg/m³). Pada pengamatan berat
volume tanah ( BV ) , sampel tanah KLU jenis inseptisol didapatkan hasil dari botol kocok
yang berdiameter 3 cm, tinggi 5 cm dengan volume 3,14 71 g/cm³ dan berat cawan kosong
(a) 5,1059 gram, berat cawan + berat tanah (b) 27,4259, dan berat cawan + berat tanah
setelah di oven (c) 35,349. Sehingga di dapatkan hasil berat volume yaitu 35,349 g/cm³.
Batas cair tanah adalah kadar air pada saat tanah masih dapat diperas menjadi bola
oleh penggenggam tanah, namun tanah sudah tidak dapat dipotong dengan pisau tumpul.
Batas cair dapat dijadikan indikator kemampuan tanah dalam menahan air dan
kecenderungan terjadinya erosi. Berdasarkan hasil praktikum yang diperoleh, kita dapat
mengaitkan hasil pengamatan dengan konsistensi tanahnya Berdasarkan berat cawan
kosong (a) 8,597 gram, berat cawan + berat tanah (b) 17,463 gram, dan dan berat cawan +
berat tanah setelah di oven (c) 14,189 gram. Sehingga di dapatkan kadar lengasnya KL 58%
dengan WP 58% serta indeks plastisitas n 50. Dapat disimpulkan bahwa tanah inseptisol
memiliki konsistensi yang relatif lembek dan mudah berubah bentuk saat diberikan tekanan
atau gaya eksternal. Hal ini terkait dengan sifat tanah inseptisol yang kurang stabil dan
cenderung memiliki kadar air yang tinggi.
Batas lekat tanah adalah kadar air pada saat tanah tidak dapat diperas menjadi bola
oleh penggenggam tanah dan sulit untuk dipotong dengan pisau tumpul. Batas lekat dapat
dijadikan indikator kemampuan tanah dalam menahan air dan tingkat erosi tanah. Pada
praktikum yang sudah di laksanakan didapatkan data, berat cawan kosong (a) 8,925 gram,
berat cawan + berat tanah (b) 38,837 gram, dan berat cawan + berat tanah setelah di oven
(c) 30,597 gram sehingga di dapatkan kadar air KL 38%, dapat disimpulkan bahwa tanah
inseptisol memiliki konsistensi yang relatif lekat dan sulit untuk diubah bentuknya. Hal ini
terkait dengan sifat tanah inseptisol yang umumnya memiliki kandungan lempung yang
tinggi.
Batas gunung tanah adalah kondisi tanah yang telah kehilangan air dan melekat
pada permukaan atau alat pengukur. Batas gunung menunjukkan kemampuan tanah dalam
menahan air dan kecenderungan terjadinya erosi. Berdasarkan praktikum yang sudah di
laksanakan didapatkan data, berat cawan kosong (a) 5,116 gram, berat cawan + berat tanah
(b) 14,035 gram, dan berat cawan + berat tanah setelah di oven (c) 11,556 gram sehingga di
dapatkan kadar air KL 38%. dapat disimpulkan bahwa tanah inseptisol memiliki konsistensi
yang relatif padat dan sulit untuk diubah bentuknya. Hal ini terkait dengan sifat tanah
inseptisol yang memiliki kandungan pasir yang relatif tinggi.
Batas berubah warna tanah adalah keadaan tanah ketika berubah warna dari
keadaan basah menjadi keadaan kering. Batas ini menunjukkan kemampuan tanah dalam
menahan air dan kecenderungan terjadinya erosi. . Berdasarkan praktikum yang sudah di
laksanakan didapatkan data, berat cawan kosong (a) 8,708 gram, berat cawan + berat tanah
(b) 151,532 gram, dan berat cawan + berat tanah setelah di oven (c) 19,721 gram sehingga
di dapatkan kadar air KL 38%. Dapat disimpulkan bahwa tanah inseptisol memiliki
konsistensi yang relatif padat dan stabil. Hal ini terkait dengan sifat tanah inseptisol yang
memiliki kandungan pasir yang relatif tinggi dan kekurangan bahan organik.
Konsistensi tanah adalah sifat fisik tanah yang menunjukkan kemampuan tanah
untuk mempertahankan bentuknya dan daya tahan terhadap perubahan bentuk akibat gaya-
gaya eksternal.
Tanah inseptisol adalah jenis tanah yang umumnya ditemukan di daerah tropis,
yang cenderung memiliki lapisan atas tanah yang tipis dan mengandung bahan organik
yang rendah. Tanah inseptisol juga cenderung memiliki tingkat keasaman yang tinggi dan
memiliki sifat yang kurang stabil.
Beberapa faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah yaitu tekstur tanah yang
dapat mempengaruhi konsistensi tanah dengan persentase kandungan pasir, lempung, dan
debu di dalam tanah. Kandungan lempung yang tinggi dapat membuat tanah lebih padat
dan sulit untuk diubah bentuknya, kandungan air tanah juga dapat mempengaruhi
konsistensi tanah karna konsistensi dapat berubah-ubah tergantung pada kandungan air
yang ada di dalamnya. Tanah yang terlalu basah akan memiliki konsistensi lembek dan
tanah yang terlalu kering akan memiliki konsistensi keras, kandungan bahan organik dapat
meningkatkan konsistensi tanah dengan memperbaiki struktur tanah dan membantu
menjaga kelembaban tanah, tekanan tanah juga dapat mempengaruhi konsistensi tanah.
Tanah yang terkena tekanan yang tinggi akan memiliki konsistensi yang lebih padat dan
sulit untuk diubah bentuknya.
Pentingnya mengetahui konsistensi tanah pada bidang pertanian khususnya dalam
bidang teknik pertanian antara lain: Menentukan jenis tanaman yang cocok: Konsistensi
tanah dapat mempengaruhi jenis tanaman yang cocok untuk ditanam. Tanaman yang
membutuhkan tanah yang padat dan stabil akan cocok ditanam di tanah dengan konsistensi
yang tinggi, sedangkan tanaman yang membutuhkan tanah yang lebih gembur dan mudah
dibentuk akan cocok ditanam di tanah dengan konsistensi yang rendah. Menentukan
teknik pengolahan tanah: Konsistensi tanah juga dapat mempengaruhi teknik pengolahan
tanah yang digunakan. Tanah dengan konsistensi yang tinggi akan memerlukan teknik
pengolahan yang lebih intensif, seperti pengolahan dengan alat berat atau pengolahan
dengan sistem tanam-tanam. Sedangkan tanah dengan konsistensi yang rendah dapat
diberikan teknik pengolahan yang lebih ringan, seperti pengolahan dengan cangkul atau
sistem pertanaman tanpa pengolahan tanah. Menentukan teknik pengairan: Konsistensi
tanah dapat mempengaruhi teknik pengairan yang digunakan. Tanah dengan konsistensi
yang tinggi cenderung memerlukan teknik pengairan yang lebih intensif, seperti pengairan
dengan sistem irigasi, sedangkan tanah dengan konsistensi yang rendah cenderung
memerlukan teknik pengairan yang lebih ringan, seperti pengairan dengan pompa air atau
dengan menggunakan selang irigasi.
BAB V. PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa :
informasi tentang kadar air tanah sangat penting dalam memahami ketersediaan air bagi
tanaman. Dalam pertanian, penentuan kadar air tanah dapat membantu para petani dalam
mengatur irigasi dan menentukan waktu yang tepat untuk melakukan penyiraman. Dengan
mengetahui kadar air tanah, petani dapat memastikan bahwa tanaman menerima jumlah air
yang optimal dan dapat tumbuh dengan baik.
pengetahuan tentang pH tanah sangat penting dalam menentukan kebutuhan tanaman
akan nutrisi dan ketersediaan nutrisi dalam tanah. Tanah dengan pH yang tepat dapat
mendukung pertumbuhan tanaman yang sehat dan produktif. Praktikum ini dapat membantu
para petani untuk memahami tingkat keasaman tanah dan menyesuaikan jenis tanaman yang
cocok untuk ditanam di wilayah tersebut. Selain itu, informasi tentang pH tanah juga dapat
membantu petani dalam menentukan jenis pupuk yang harus digunakan untuk meningkatkan
kesuburan tanah.
tentang tekstur tanah sangat penting dalam menentukan kemampuan tanah untuk
menahan air dan nutrisi, serta perkembangan akar tanaman. Praktikum ini dapat membantu
petani untuk memahami karakteristik tanah yang berbeda dan menyesuaikan jenis tanaman
yang cocok untuk ditanam di wilayah tersebut. Dengan mengetahui tekstur tanah, petani
dapat menentukan kapan dan seberapa sering tanaman perlu disiram dan diberi pupuk. Selain
itu, informasi tentang tekstur tanah dapat membantu petani untuk meningkatkan kesuburan
tanah dengan cara memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah melalui teknik pertanian yang
tepat.
informasi tentang sifat fisik tanah sangat penting dalam menentukan kemampuan
tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Praktikum ini dapat membantu petani untuk
memahami sifat fisik tanah yang berbeda dan menyesuaikan jenis tanaman yang cocok untuk
ditanam di wilayah tersebut. Dengan mengetahui BJ dan BV, petani dapat menentukan kapan
dan seberapa sering tanaman perlu disiram dan diberi pupuk, serta menentukan metode
pengairan dan irigasi yang tepat. Selain itu, informasi tentang BJ dan BV juga dapat
membantu petani untuk mengoptimalkan penggunaan lahan dan meningkatkan produktivitas
pertanian dengan cara yang lebih efisien.
informasi tentang sifat fisik tanah sangat penting dalam menentukan kemampuan
tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Batas cair, batas lekat, batas gulung, dan
batas berubah warna adalah indikator penting dari sifat-sifat fisik tanah yang memengaruhi
kemampuan tanah untuk mempertahankan air dan nutrisi. Dengan mengetahui batas cair,
batas lekat, batas gulung, dan batas berubah warna, petani dapat menentukan jenis tanaman
yang cocok untuk ditanam di wilayah tersebut dan metode pengairan yang tepat. Informasi ini
juga dapat membantu petani dalam memilih teknik pengelolaan tanah yang tepat, seperti
pengolahan tanah dan pemupukan, yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian secara
keseluruhan.
5.2.Saran
1. Bagi pertanian, mengetahui cara menetapkan kadar lengas contoh tanah kering udara
sangat penting karena dapat membantu dalam menentukan kebutuhan irigasi tanaman.
Jika kadar lengas tanah terlalu rendah, maka tanaman akan kekurangan air, sedangkan
jika terlalu basah, maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Dalam
hal ini, disarankan untuk melakukan pengukuran secara berkala dan mengatur irigasi
secara efisien untuk memenuhi kebutuhan tanaman.
2. Mengetahui nilai pH tanah juga penting bagi pertanian karena dapat mempengaruhi
ketersediaan nutrisi bagi tanaman. Tanah yang terlalu asam atau terlalu basa dapat
menghambat penyerapan nutrisi oleh tanaman. Oleh karena itu, penting untuk memantau
nilai pH tanah secara teratur dan melakukan penyesuaian jika diperlukan, misalnya
dengan pemberian pupuk khusus yang sesuai dengan pH tanah.
3. Menetapkan tekstur tanah secara kuantitatif (sedimentasi) dapat membantu petani dalam
menentukan jenis tanaman yang cocok untuk ditanam di suatu lahan. Tanah yang berpasir
cocok untuk tanaman yang tidak membutuhkan banyak air, sementara tanah liat cocok
untuk tanaman yang membutuhkan kelembaban yang lebih tinggi. Dalam hal ini,
disarankan untuk memilih jenis tanaman yang sesuai dengan tekstur tanah dan melakukan
perawatan tanaman yang tepat.
4. Menetapkan kerapatan butir tanah (BJ) dan kerapatan massa tanah (BV) dapat membantu
petani dalam menentukan jenis pupuk yang dibutuhkan dan dosis yang tepat. Tanah
dengan BJ dan BV yang tinggi cenderung lebih subur dan membutuhkan dosis pupuk
yang lebih sedikit daripada tanah dengan BJ dan BV yang rendah. Dalam hal ini,
disarankan untuk melakukan analisis tanah secara teratur dan menggunakan pupuk yang
tepat untuk meningkatkan kualitas dan hasil panen tanaman.
5. Menetapkan batas cair tanah (BC), batas lekat tanah (BL), batas gulung tanah (BG), dan
batas berubah warna tanah (BBW) dapat membantu petani dalam menentukan kondisi
tanah dan persiapan lahan sebelum penanaman. Dalam hal ini, disarankan untuk
memperhatikan nilai-nilai tersebut saat memilih lahan untuk penanaman dan melakukan
perbaikan tanah jika diperlukan. Selain itu, penting untuk mengatur irigasi dan drainase
dengan baik untuk mempertahankan kondisi tanah yang optimal bagi pertumbuhan dan
kesehatan tanaman.
DAFTAR PUSTAKA
Asril, M., Yulianti, D., & Mustika, I. W. (2022). Konsistensi Tanah: Konsep dan
Peranannya dalam Pertanian. Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada
Masyarakat, 8(1), 22-29.
Benggu. Y. I., et al. (2022). Buku Ajar Dasar-dasar Ilmu Tanah. Penerbit Erlangga.
Darlita. RR., et al. (2017). Karakteristik fisik, kimia, dan biologi tanah pasir pantai di
Kota Pekalongan. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 19(2), 73-79.
Hanafiah, K. A. (2014). Pengaruh pemberian abu sekam dan pupuk kandang terhadap
pH dan kadar air tanah pada lahan sawah di Desa Seloromo, Kecamatan Bayan,
Kabupaten Purworejo. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworeju
Holilullah, A., Yuliana, E., & Gusnidar. (2015). Karakteristik dan Potensi Tanah Ultisol
di Indonesia. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan, 2(1), 233-244.
Karamina, H., Amin, M., & Setiawan, B. I. (2017). Peran pH Tanah terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman. Jurnal Agrotekbis, 5(1), 32-38.
Kholis, N., As’ad, S., & Darsiharjo, B. (2018). Pengaruh Penambahan Renolith
Terhadap Stabilisasi Tanah Lempung Menggunakan Semen. Jurnal Rekayasa
Sipil dan Desain, 6(1), 17-22.
Kurnia, U. (2016). Analisis Struktur Tanah untuk Menentukan Jenis Tanaman yang
Cocok. Agro Sains: Jurnal Penelitian Agronomi, 3(1), 9-16.
Mustawa, M., Suhardjo, H., Murti, R.H., & Purwanto, B.H. (2017). Analisis Efisiensi
Irigasi Tetes pada Berbagai Tekstur Tanah untuk Tanaman Sawi (Brassica
juncea). Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan, 36(3), 155-162.
Mutmainnah, D., Nurdiana, N., & Yulianti, R. (2021). Pengaruh Pemberian Pupuk
Terhadap Laju Infiltrasi dan Kadar Air Tanah pada Lahan Sawah. Jurnal
Agroteknologi, 15(2), 124-130.
Novriani, L. S., Nurdin, M., & Rahim, E. (2023). Kajian Pengaruh pH Tanah terhadap
Pertumbuhan dan Kualitas Hasil Tanaman di Kecamatan Indrapuri Kabupaten
Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Pertanian (JIP), 10(1), 14-21.
Prabowo, R., & Subantoro, R. (2018). Analisis Tanah Sebagai Indikator Tingkat
Kesuburan Lahan Budidaya Pertanian di Kota Semarang. Agrikan: Jurnal
Agribisnis Perikanan, 11(1), 1-8.
Purba, T., Nasution, R. E., Siregar, S. S., & Siagian, U. (2021). Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Laju Infiltrasi Air pada Tanah Ultisol Menggunakan
Metode Horton dan Phillip. Jurnal Agroqua, 16(2), 68-78.
Rayes, M. L. (2017). Lengas Tanah: Konsep, Proses dan Pengukurannya. IPB Press.
Suryani, E., & Yudoyono. (2015). Karakteristik Fisik Tanah pada Beberapa
Penggunaan Lahan di Daerah Aliran Sungai Ngrowo, Kabupaten Malang.
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 17(2), 77-83.
Soehardi, et al. (2017). Peningkatan Kualitas Tanah Gambut dengan Metode Stabilisasi
Kimia Menggunakan Kapur Cair dan Abu Sekam Padi. Jurnal Teknik Sipil dan
Lingkungan, 5(2), 89-95.
Utomo, M., Soemarno, & Haryanto, B. (2016). Teknologi Analisis Tanah, Tanaman,
Air, dan Pupuk. IPB Press.
Yani, A., & Ruhimat, M. (2016). Karakteristik dan sifat fisik tanah. Jurnal Pertanian
Agros, 3(2), 77-87.
Yuniarti, A., Yunianti, R., & Pramono, S. (2020). Pertumbuhan dan Produksi Tanaman
Cabai pada Tanah Inceptisol dengan Pemberian Bahan Organik yang Berbeda.
Agrovigor: Jurnal Agroekoteknologi, 13(2), 158-169.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan Kadar Lengas Tanah
a. Kadar Lengas KLU
𝑏−𝑐
KL = 𝑥 100%
𝑐−𝑎
34,809−27,078
KL = 𝑥 100%
27,078−4,263
7,731
KL = 𝑥 100% = 33%
22,815
47,25
KL = 𝑥 100% = 20%
22,654
Lampiran 2. Perhutngan Tekstur Tanah
- Tekstur Tanah KLU
I
Pasir = 𝑥 100%
15
11
= 11 = 15 𝑥 100% = 73%
II
Debu= 𝑥 100%
15
4
= 4= 𝑥 100% = 26%
15
47,425−35,9233
= 50−(91,114−47,425)
11,492
= 9,715
= 0,84
= 0,0057
- Porositas Tanah
BV
Porositas KLU = ( 1 x BJ ) x 100%
0,84
= ( 1 x0,0057 ) x 100%
= 147%
Lampiran 4. Perhitungan Konsistensi Tanah
a. Batas Cair Tanah (BC)
Kadar Lengas KLU
𝑏−𝑐
KL = 𝑥 100%
𝑐−𝑎
17,463−14,189
KL = 𝑥 100%
14,189 −8,597
5,274
KL = 𝑥 100% = 58%
5,592