LP Hipertermi Primayanti
LP Hipertermi Primayanti
LP Hipertermi Primayanti
OLEH:
NI KOMANG PRIMAYANTI
NIM. 2114901086
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN 2021
A. Konsep Teori
1. Definisi
Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu tubuh di atas rentang normal
tubuh. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Hipertermi merupakan keadaan di mana
individu mengalami atau berisiko mengalami kenaikan suhu tubuh >37,80°C
(100°F) per oral atau 38,80°C (101°F) per rektal yang sifatnya menetap karena
faktor eksternal (Carpenito, 2012). Hipertermia merupakan keadaan peningkatan
suhu tubuh (suhu rektal > 38,80°C (100,4°F)) yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun mengurangi produksi
panas (Perry & Potter, 2010). Hipertermia adalah kondisi di mana terjadinya
peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh untuk
meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas (Perry & Potter,
2010).
Hipertermia merupakan suatu kondisi di mana terjadinya peningkatan suhu
tubuh di atas 37,20°C akibat dari system pertahanan tubuh dari infeksi (viremia).
(Sudoyo, Aru W, dkk, 2010). Jadi hipertermia merupakan salah satu gejala klinis
yang ditemukan pada DHF sehingga dimungkinkan bahwa hipertermi juga
berpengaruh terhadap derajat keparahan penyakit DHF.
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang
dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh. Untuk mempertahankan suhu tubuh
manusia dalam keadaan konstan, diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh
manusia diatur dengan mekanisme umpan balik (feedback) yang diperankan oleh
pusat pengaturan suhu di hipotalamus. Apabila pusat temperatur hipotalamus
mendeteksi suhu tubuh yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme
umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati
batas toleransi tubuh untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set
point). Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 37°C.
Apabila suhu tubuh meningkat lebih dari titik tetap, hipotalamus akan merangsang
untuk melakukan serangkaian mekanisme untuk mempertahankan suhu dengan cara
menurunkan produksi panas dan meningkatkan pengeluaran panas sehingga suhu
kembali pada titik tetap.
2. Anatomi Fisiologi
Bagian otak yang berpengaruh terhadap pengaturan suhu tubuh adalah
hipotalamus anterior dan hipotalamus posterior. Hipotalamus anterior (AH/POA)
berperanan meningkatkan hilangnya panas, vasodilatasi dan menimbulkan keringat.
Hipotalamus posterior (PH/ POA) berfungsi meningkatkan penyimpanan panas,
menurunkan aliran darah, piloerektil, menggigil, meningkatnya produksi panas,
meningkatkan sekresi hormon tiroid dan mensekresi epinephrine dan
norepinephrine serta meningkatkan basal metabolisme rate. Jika terjadi penurunan
suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme homeostasis yang membantu
memproduksi panas melalui mekanisme feedback negatif untuk dapat
meningkatkan suhu tubuh ke arah normal (Tortora, 2000). Thermoreseptor di kulit
dan hipotalamus mengirimkan impuls syaraf ke area preoptic dan pusat peningkata
panas di hipotalamus, serta sel neurosekretory hipotalamus yang menghasilkan
hormon TRH (Thyrotropin releasing hormon) sebagai tanggapan.hipotalamus
menyalurkan impuls syaraf dan mensekresi TRH, yang sebaliknya merangsang
Thyrotroph di kelenjar pituitary anterior untuk melepaskan TSH (Thyroid
stimulating hormon). Impuls syaraf dihipotalamus dan TSH kemudian
mengaktifkan beberapa organ efektor.
Berbagai organ fektor akan berupaya untuk meningkatkan suhu tubuh untuk
mencapai nilai normal, diantaranya adalah :
a. Impuls syaraf dari pusat peningkatan panas merangsang syaraf sipatis yang
menyebabkan pembuluh darah kulit akan mengalami vasokonstriksi.
Vasokonstriksi menurunkan aliran darah hangat, sehingga perpindahan
panas dari organ internal ke kulit. Melambatnya kecepatan hilangnya panas
menyebabkan temperatur tubuh internal meningkatkan reaksi metabolic
melanjutkan untuk produksi panas.
b. Impuls syaraf di nervus simpatis menyebabkan medulla adrenal merangsang
pelepasan epinephrine dan norepinephrine ke dalam darah. Hormon
sebaliknya, menghasilkan peningkatan metabolisme selular, dimana
meningkatkan produksi panas.
c. Pusat peningkatan panas merangsang bagian otak yang meningkatkan tonus
otot dan memproduksi panas. Tonus otot meningkat, dan terjadi siklus yang
berulang-ulang yang disebut menggigil. Selama menggigil maksimum,
produksi panas tubuh dapat meningkat 4x dari basal rate hanya dalam waktu
beberapa menit.
d. Kelenjar tiroid memberikan reaksi terhadap TSH dengan melepaskan lebih
hormon tiroid kedalam darah. Peningkatan kadar hormon tiroid secara
perlahan-lahan meningkatkan metabolisme rate, dan peningkatan suhu
tubuh. Jika suhu tubuh meningkat diatas normal maka putaran mekanisme
feedback negatif berlawanan dengan yang telah disebutkan diatas.
Tingginya suhu darah merangsang termoreseptor yang mengirimkan impuls
syaraf ke area preoptic, dimana sebaliknya merangsang pusat penurun panas
dan menghambat pusat peningkatan panas. Impuls syaraf dari pusat penurun
panas menyebabkan dilatasi pembuluh darah di kulit. Kulit menjadi hangat,
dan kelebihan panas hilang ke lingkungan melalui radiasi dan konduksi
bersamaan dengan peningkatan volume aliran darah dari inti yang lebih
hangat ke kulit yang lebih dingin. Pada waktu yang bersamaan, metabolisme
rate berkurang, dan tidak terjadi menggigil. Tingginya suhu darah
merangsang kelenjar keringat kulit melalui aktivasi syaraf simpatis
hipotalamik. Saat air menguap melalui permukaan kulit, kulit menjadi lebih
dingin. Respon ini melawan efek penghasil panas dan membantu
mengembalikan suhu tubuh kembali normal. Skema Mekanisme Feedback
Negatif Menghemat Atau Meningkatkan Produksi Panas Menurun.
3. Faktor Predisposi
a. Variasi diluar
Kegiatan tubuh sepanjang hari dapat bervariasi, penggunaan energy dalam
metabolisme selalu timbul panas. Kegiatan otot(organ yang paling banyak pada
tubuh manusia) banyak menimbulkan panas sistem saraf yang lebih berperan
pada waktu kegiatan jasmani meningkat. Biasanya pada siang hari suhu tubuh
lebih tinggi dari pada malam hari.
b. Umur
pada bayi yang baru lahir, suhu tubuh masih belum mantap dalam masa ini suhu
tubuhnya masih mudah dipengaruhi oleh lingkungan. Pada dewasa muda, suhu
tubuh tetap mantap, sedangkan pada usia lanjut suhu tubuhnya akan lebih
rendah sehubung dengan laju metabolism pada golongan umur.
c. jenis kelamin
Sesuai dengan kegiatan metabolism, suhu tubuh pria lebih tinggi dari pada
wanita. Disamping itu suhu tubuh wanita juga dipengaruhi oleh siklus
menstruasi, pada waktu terjadi ovulasi suhu menurun 0,2 derajat celcius
sedangkan setelah haid suhu tubuh naik 0,1-0,6 derajat celcius.
d. Lingkungan
Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh yang terdapat
dalam tubuh, serta akibatnya pada laju metabolism. Udara lingkungan yang
lembap, yang menyebabkan hambatan pada penguapan keringan akan
meningkatkan suhu tubuh.
4. Gangguan Terkait Hipertermi
Diantaranya disebabkan oleh:
a. Demam
Demam merupakan mekanisme pertahanan yang penting. Peningkatan
ringan suhu sampai 39°C meningkatkan sistem imun tubuh. Demam juga
meruapakan bentuk pertarungan akibat infeksi karena virus menstimulasi
interferon (substansi yang bersifat melawan virus).Pola demam berbeda
bergantung pada pirogen. Peningkatan dan penurunan jumlah pirogen berakibat
puncak demam dan turun dalam waktu yang berbeda.Selama demam,
metabolisme meningkat dan konsumsi oksigen bertambah. Metabolisme tubuh
meningkat 7% untuk setiap derajat kenaikan suhu. Freku ensi jantung dan
pernapasan meningkat untuk memenuhi kebutuhan metabolik tubuh terhadap
nutrient. Metabolisme yang meningkat menggunakan energi yang
memproduksi panas tambahan.
b. Kelelahan akibat panas
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaforesis yang banyak mengakibatkan
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan
yang terpajan panas. Tanda dan gejala kurang volume cairan adalah hal yang
umum selama kelelahan akibat panas. Tindakan pertama yaitu memindahkan
klien ke lingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki keseimbangan cairan
dan elektrolit.
c. Hipertermia
Peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas
adalah hipertermia. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Hipertermia malignan adalah
kondisi bawaan tidak dapat mengontrol produksi panas, yang terjadi ketika
orang yang rentan menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.
d. Heat stroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu
tinggi dapat mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut
heat stroke, kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yang
tinggi. Klien beresiko termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua, yang
memiliki penyakit kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik.
Yang termasuk beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat yang
menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan panas (mis. fenotiazin,
antikolinergik, diuretik, amfetamin, dan antagonis reseptor beta-adrenergik) dan
mereka yang menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat (mis. atlet, pekerja
konstruksi dan petani). Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi,
delirium, sangat haus, mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan
inkontinensia. Tanda lain yang paling penting adalah kulit yang hangat dan
kering. Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit
sangat berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu yang lebih
besar dari 40,5°C mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ
tubuh. Tanda vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45°C,
takikardia dan hipotensi. Otak mungkin merupakan organ yang terlebih dahulu
terkena karena sensitivitasnya terhadap keseimbangan elektrolit. Jika kondisi
terus berlanjut, klien menjadi tidak sadar, pupil tidak reaktif. Terjai kerusakan
neurologis yang permanen kecuali jika tindakan pendinginan segera dimulai.
e. Hipotermia
Pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
memengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas sehingga akan
mengakibatakan hipotermia. Tingkatan hipotermia :
1) Ringan 34,6 - 36,5°C per rektal
2) Sedang 28,0 - 33,5°C per rektal
3) Berat 17,0 - 27,5°C per rektal
4) Sangat berat 4,0 - 16,5°C per rektal
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara berangsur dan tidak
diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35°C, orang
yang mengalami hipotermia mengalami gemetar yang tidak terkontrol, hilang
ingatan, depresi, dan tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh turun dibawah
34,4°c, frekuensi jantung, pernapasan, dan tekanan darah turun. Jika hipotermia
terus berlangsung, disritmia jantung akan berlangsung, kehilangan
kesadaran, dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri.
5. Pemeriksaan Suhu Tubuh
Kita dapat mengukur suhu tubuh pada tempat-tempat berikut:
a. ketiak/ axilae: termometer didiamkan selama 10-15 menit
b. anus/ dubur/ rectal: termometer didiamkan selama 3-5 menit
c. mulut/ oral: termometer didiamkan selama 2-3 meniT
Adapun suhu tubuh normal menurut usia dapat dilihat pada tabel berikut:
USIA SUHU(DERAJAT CELCIUS)
3 Bulan 37,5 °C
6 Bulan 37,5 °C
1 Tahun 37,7°C
3 Tahun 37,2°C
5 Tahun 37,0°C
7 Tahun 36,8°C
9 Tahun 36,7°C
11 Tahun 36,7°C
13 Tahun 36,6°C
Dewasa 36,4°C
>70 Tahun 36,0°C
6. Manifestasi Klinis
Pasien dengan gangguan typoid akan mengalami :
Minggu I
Pada umumnya demam berangsur naik , terutama sore hari dan malam hari.
Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anoreksia,
dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
Minggu II
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah
yang khas ( putih, kotor pinggir hiperemi ) hepatomegaly, meteorismus,
penurunan kesadaran.
7. Komplikasi
Menurut Nurarif (2015) komplikasi dari demam adalah:
a. Dehidrasi
b. Kejang demam
8. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kania dalam Wardiyah, (2016) penanganan terhadap demam
dapat dilakukan dengan tindakan farmakologis, tindakan non
farmakologis maupun kombinasi keduanya. Beberapa tindakan yang
dapat dilakukan untuk menangani demam pada anak :
a. Tindakan farmakologis
Tindakan farmakologis yang dapat dilakukan yaitu memberikan
antipiretik berupa:
1) Paracetamol
Paracetamol merupakan obat pilihan pertama untuk
menurunkan suhu tubuh. Dosis yang diberikan antara 10 -15
mg/Kg BB akan menurunkan demam dalam waktu 30 menit
dengan puncak pada 2 jam setelah pemberian. Demam dapat
muncul kembali dalam waktu 3-4 jam. Paracetamol dapat
diberikan kembali dengan jarak 4-6 jam dari dosis sebelumnya.
Penurunan suhu yang diharapkan 1,2 – 1,4°C, sehingga jelas
bahwa pemberian obat paracetamol bukan untuk menormalkan
suhu namun untuk menurunkan suhu tubuh. Paracetamol tidak
dianjurkan diberikan pada bayi < 2 bualn karena alasan
kenyamanan. Bayi baru lahir umumnya belum memiliki fungsi
hati yang sempurna, sementara efek samping paracetamol adalah
hepatotoksik atau gangguan hati. Selain itu, peningkatan suhu
pada bayibaru lahir yang bugar (sehat) tanpa resiko infeksi
umumnya diakibatkan oleh factor lingkungan atau kurang cairan.
Efek samping parasetamol antara lain : muntah, nyeri perut, reaksi,
alergi berupa urtikaria (biduran), purpura (bintik kemerahan di
kulit karena perdarahan bawah kulit), bronkospasme
(penyempitan saluran napas), hepatotoksik dan dapat
meningkatkan waktu perkembangan virus seperti pada cacar air
(memperpanjang masa sakit).
2) Ibuprofen
Ibuprofen merupakan obat penurun demam yang juga
memiliki efek antiperadangan. Ibuprofen merupakan pilihan
kedua pada demam, bila alergi terhadap parasetamol. Ibuprofen
dapat diberikan ulang dengan jarakantara 6-8 jam dari dosis
sebelumnya. Untuk penurun panas dapat dicapai dengan dosis
5mg/Kg BB. Ibuprofen bekerja maksimal dalam waktu 1jam dan
berlangsung 3-4 jam. Efek penurun demam lebih cepat dari
parasetamol. Ibuprofen memiliki efek samping yaitu mual,
muntah, nyeri perut, diare, perdarahan saluran cerna, rewel, sakit
kepala, gaduh, dan gelisah. Pada dosis berlebih dapat
menyebabkan kejang bahkan koma serta gagal ginjal.
b. Tindakan non farmakologis
Tindakan non farmakologis terhadap penurunan panas yang dapat
dilakukan seperti (Nurarif, 2015):
1. Memberikan minuman yang banyak
2. Tempatkan dalam ruangan bersuhu normal
3. Menggunakan pakaian yang tidak tebal
4. Memberikan kompres.
Kompres adalah metode pemeliharaan suhu tubuh dengan
menggunakan cairan atau alat yang dapat menimbulkan hangat
atau dingin pada bagian tubuh yang memerlukan. Kompres
meupakan metode untuk menurunkan suhu tubuh (Ayu, 2015).
Ada 2 jenis kompres yaitu kompres hangat dan kompres dingin.
Pada penelitian ini Peneliti menerapkan penggunaan kompres
hangat. Kompres hangat adalah tindakan dengan menggunakan
kain atau handuk yang telah dicelupkan pada air hangat, yang
ditempelkan pada bagian tubuh tertentu sehingga dapat
memberikan rasa nyaman dan menurunkan suhu tubuh (Isfarida,
Eka. 2010). Kompres hangat yang diletakkan pada lipatan tubuh
dapat membantu proses evaporasi atau penguapan panas tubuh
(Dewi, 2016). Penggunaan Kompres hangat di lipatan ketiak dan
lipatan selangkangan selama 10 – 15 menit dengan temperature air
30-32°C, akan membantu menurunkan panas dengan cara panas
keluar lewat pori-pori kulit melalui proses penguapan. Pemberian
kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif karena pada daerah
tersebut lebih banyak terdapat pembuluh darah yang besar dan
banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai
banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang
mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan
perpindahan panas dari tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat
lebih banyak (Ayu, 2015).
c. Perencanaan
1) Prioritas Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan resiko penyakit
2) Rencana Asuhan Keperawatan
a) Hipertermi berhubungan dengan resiko penyakit
b) Tujuan :
Peningkatan Suhu tubuh berkurang/hilang setelah di lakukan
tindakan keperawatan selama……x 5 jam
Kriteria hasil :
a) Suhu tubuh dalam rentan normal
b) Nadi dan RR dalam rentan normal
c) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak
ada pusing Intervensi :
a) Monitor suhu sesering mungkin
Rasionalnya: untuk mengetahui adanya peningkatan suhu tubuh
b) Monitor tanda-tanda hipertermi dan hipotermi
Rasionalnya: untuk memantau adanya peningkatan atau
penurunan suhu tubuh
c) Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
Rasionalnya: untuk membantu menurunkan suhu tubuh
d) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Rasionalnya: untuk memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi
e) Kolaborasi pemberian cairan intravena
Rasionalnya: pemberian cairan intravena dapat membantu
menurunkan suhu tubuH
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan yang dimulai setelah rencana keperawatan
yang disusun dan ditunjukkan pada nursing oders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang di harapkan. Implementasi dilakukan sesuai dengan
intervensin yang telah dibuat.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan Tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan,
rencana keperawatan, dan pelaksanaan keperawatan.
WOC
Infeksi atau
cedera jaringan
Inflamasi
Pelepasan pyrogen
endogen (sitokin)
Merangsang saraf
vagus
Sinyal mencapai
sistem saraf pusat
Pembentukan
prostaglandin otak
Merangsang hipotalamus
meningkatkan suhu
Menggigil,
meningkatkan suhu basal
HIPERTERMI
DAFTAR PUSTAKA