LP
LP
LP
DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH :
NIM : 1914401038
A. KONSEP PENYAKIT
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman Salmonella Typhi, typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut yang
biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala demam lebih dari 7 hari,
gangguan kesadaran dan saluran pencernaan(Mansjoer,2003).
Typus abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan
demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan
atau tanpa gangguan kesadaran. Penyakit ini disebabkan oleh Salmonella typhosadan
hanya didapatkan pada manusia. Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui
makanan dan minuman yang terkontaminasi (Rampengan, 2007).
Typus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada saluran pencernaan yang
berpotensi menjadi penyakit multisistemik yang disebabkan oleh Salmonella
typhi(Muttaqin dan Sari, 2011).
Typus abdominalis adalah sebuah penyakit infeksi pada usus yang menimbulkan
gejala-gejala sistematik yang disebabkan oleh ‘Salmonella Typhosa”, Salmonella
Paratyphi”A, B, dan C. penularan terjadi secara fekal oral, melalui makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Sumber infeksi terutama “carrier”ini mungkin
penderita yang sedang sakit (“carrierakut”), “carrier” menahun yang terus
mengeluarkan kuman atau “carrier” pasif yaitu mereka yang mengeluarkan kuman
melalui eksketa tetapi tak pernah sakit, penyakit ini endemic di Insonesia (Ngastiyah,
2005).
2. Etiologi
3.Antigen V1= Kapsul = merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan
melindungi antigen O terhadap fagositosis.
3. Patofisiologi
Kuman Salmonella thypiyang masuk ke saluran cerna akan di telan oleh sel-
sel fagosit ketika masuk melewati mukosa dan oleh makrofag yang yang ada di dalam
lamina propia. Sebagian dari salmonella thypi ada yang masuk ke usus halus
mengadakan invaginasi ke jaringan limfoid usus halus (plak Peyer) dan jaringan
limfoid mesenterika. Kemudian Salmonella thypimasuk melalui folikel limpa ke
saluran limpatik dan sirkulasi darah sisitemik sehingga terjadi bakterimia. Bakteremia
pertama-tama menyerang sistem retikulo endothelial (RES) yaitu : hati, limpa dan
tulang kemudian selanjutnya mengenai seluruh organ di dalam tubuh yaitu sistem
saraf pusat, ginjal, dan jaringan limpa.
Usus yang terserang umumnya ileum distal, tetapi kadang bagian usus halus
yang lain dan kolon proksimal juga terserang. Pada mulanya, plakat Peyer penuh
dengan fagosit, membesar, menonjol, dan tampak seperti infiltrate atau hyperplasia di
mukosa usus.
Pada akhir minggu pertama infeksi, terjadi nekrosis dan tukak. Tukak ini lebih
besar di ileum daripada di kolon sesuai dengan ukuran plak Peyer yang ada di sana.
Kebanyakan tukaknya dangkal, tetapi kadang lebih dalam sampai menimbulkan
perdarahan. Perforasi terjadi pada tukak yang menembus serosa. Setelah penderita
sembuh, biasanya ulkus membaik tanpa meninggalkan jaringanparut dan fibrosa.
Masuknya kuman dalam intestinal terjadi pada minggu pertama dengan tanda dan
gejala suhu tubuh naik turun khususnya suhu akan naik pada malam hari dan akan
menurun menjelang pagi hari. Demam yang terjadi pada masa ini deisebut demam
intermitten. Disamping peningkatan suhu tubuh, juga akan terjadi obstipasi sebagai
akibat penurunan motilitas usus, namun hal ini tidak selalu terjadi. Setelah kuman
melewatai fase awal intestinal, kemudian masuk ke sirkulasi sistemik dengan tanda
peningkatan suhu tubuh yang sangat tinggi dan tanda-tanda infeksi pada RES seperti
nyeri perut kanan atas, splenomegali, dan hepatomegali.
Pada minggu selanjutnya dimana infeksi fokal intestinal terjadi dengan tanda-
tanda suhu tubuh masih tetap tinggi, tetapi nilainya lebih rendah dari fase bakterimia
dan berlangsung terus-menerus (demam kontinu), lidah kotor, tepi lidah hiperemis,
penurunan peristaltic, gangguan digesti dan absorbsi sehingga akan terjadi distensi,
diare dan pasien merasa tidak nyaman. Pada masa ini dapat terjadi perdaraha usus,
perforasi dan peritonitis dengan tanda distensi abdomen berat, peristaltic menurun
bahkan hilang, melena, syok, dan penurunan kesadaran.
Masa inkubasi typus abdominalis berlangsung selama 7-14 hari (bervariasi antara
3-60 hari) bergantung jumlah strain kuman yang tertelan. Selama masa inkubasi
penderita tetap dalam keadaan asimptomatis (Soegeng, 2002).
Setelah masa inkubasi penderita menujukkan gejala klinis. penyakit ini berjalan
secara perlahan tetapi bisa juga timbul secara tiba-tiba. Demam makin lama makin
tinggi tetapi dapat pula remiten atau menetap. Pada awalnya suhu meningkat secara
bertahap menyerupai anak tangga selama 2-7 hari, lebih tinggi pada sore dan malam
hari. Akan tetapi demam bisa pula mendadak tinggi (Soegeng, 2002).
Setelah suhu mencapai sekitar 400C kemudian akan menetap selama minggu
kedua, mulai menurun secara tajam pada minggu ketiga dan mencapai normal
kembali pada minggu keempat. Sedangkan bayi dan anak kecil mempunyai pola
panas yang tidak beraturan. Pada anak besar demam sering kali disertai menggigil
(Soegeng, 2002).
Gejala penyakit ini baru bisa diketahui secara spesifik setelah virus telah cukup
berkembang biak di organ, yang kadang kurang memicu kesadaran jadi sering kali
baru diobati dengan benar setelah gejala terindentifikasi dengan spesifik dan jelas,
bahkan ketika gejala stadium penyakit sudah cenderung kritis.
1. Gejala awal yang perlu dikenali, yang dialami selama beberapa hari yaitu :
2. Gejala tipus ringan (paratipus), yaitu:
3. Gejala tipus stadium lanjut, yaitu: muncul gejala kuning, karena pada tipus
organ hati bisa membengkak seperti gejala hepatitis.
Demam lebih seminggu, mulainya seperti flu akan tetapi jika tipus umumnya
muncul sore dan malam hari.
Demam sukar turun
Nyeri kepala hebat
Perut terasa tidak enak
Tidak bisa buang air besar
Sedangkan komplikasi yang akan terjadi pada penyakit tipus, pada umumnya
muncul setelah minggu kedua demam, yaitu jika mendadak suhu turun dan disangka
sakit sudah sembuh, sementara itu denyut nadi makin meinggi, perut melilit dan
pasien tampak sakit berat. Kondisi seperti membutuhkan pertolongan gawat darurat,
karena isi usu yang tumpah ke ronggo perut harus secepatnya dibersikan.
5. Pemeriksaan Penunjang
6. Penatalaksanaan Medis
2.Diet
Di masa lalu, penderita diberi diet yang terdiri dari bubur saring, kemudian bubur
kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan penderita. Banyak
pendderita tidak senang diet demikian karena tidak sesuai dengan seleradan ini
mengakibatkan keadaan umum dan gizi penderita semakin mundur dan masa
penyembuhan menjadi semakin lama.
Beberapa peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan
keadaan penderita dengan memperhatikan segi kualitas ataupun kuantitas dapat
diberikan dengan aman. Kualitas makanan disesuaikan kebutuhan baik kalori,
protein,elektrolit, vitamin, maupun mineral, serta diusahakan makanan yang
rendah/bebas selulosa dan menghindari makanan yang sifatnya iritatif. Pada penderita
dengan gangguan kesadaran pemasukan makanan harus lebih diperhatikan.
Pemberian makanan padat dini banyak memberikan keuntungan, seperti dapat
menekan turunnya berat badan selama perawatan, masa di rumah sakit lebih
diperpendek, dapat menekan penurunan kadar albumin dalam serum dan dapat
mengurangi kemungkinan kejadian infeksi lain selama perawatan.
3.Obat-obatan
Typus abdominalismerupakanpenyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi
sebelum adanya obat-obatan antimikroba (10-15%). Sejak adanya obat antimkroba
terutama kloramfenikol angka kematian menurun secara drastis (1-4%).
b.Tiampenikol Dosis dan efektivitas tiampenikol pada typus hampir sama dengan
klorampenikol. Akan tetapi kemungkinan terjadi anemia aplastic lebih rendah dari
klorampenikol. Dosis 4 x 500mg diberikan sampai hari ke 5 dan ke 6 bebas demam.
7. Referensi
https://adhienbinongko.wordpress.com/2012/12/01/typhus-abdominalis-eidemiologi-
penyakit-menular/
http://perpustakaan.poltekkes-
malang.ac.id/assets/file/kti/P17210176028/12_BAB_2.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/127/jtptunimus-gdl-wahyuniuta-6308-2-
bab2.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/126/jtptunimus-gdl-extaribdiy-6273-2-
babii.pdf
B. KONSEP KEBUTUHAN DASAR
C. PROSES KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
Pada pasien Thypoidbiasanya mengeluh perut merasa mual dankembung, nafsu
makan menurun, panas dan demam.
f. Riwayat Psikososial
Psikososial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis pasien, dengan timbul
gejala-gejala yang dialami, apakah pasien dapat menerima pada apa yang dideritanya.
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien
akan mengalami keterbatasan gerak akibat penyakitnya.
Kebiasaan dalam buang air kecilakan terjadi retensi bila dehidrasi karena
panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
Pada pola reproduksi dan seksual pada pasien yang telah atau sudah menikah
akan terjadi perubahan.
Stres timbul apabila seorang pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah
penyakitnya.
Timbulnya distres dalam spiritual pada pasien, maka pasien akan menjadi
cemas dan takut akan kematian, serta kebiasaan ibadahnya akan terganggu.
h. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas,pucat, mual, perut
tidak enak, anoresia.
d. Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping
hidung.
e. Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang
meningkat akan tetapi bisa didapatkan denyut nadi meningkat saat pasien mengalami
peningkatan suhu tubuh.
f. Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
g. Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare karena mal absorbsi nuutrien atau
konstipasikarena efek dehidrasi dalam waktu lama, sehingga produk kemih pasien
bisa mengalami penurunan (kurang dari normal).
h. Sistem muskuloskeletal
Apakah ada gangguan pada ekstremitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.
i. Sistem endokrin
j. Sistem persyarafan
Apakah kesadaran itu penuh atau apatis, somnolen dan koma pada penderita
penyakit thypoid.
i. Pemeriksaan penunjang.
a). Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia, limfositosis relatif,
dan aneosinofilia pada permukaan sakit.
c). Biakan empedu basil salmonella typhosa dapat ditemukan dalam darah pasien
pada minggu pertama sakit. Selanjutnya lebih sering ditemukan dalamurine dan feces.
2). Aglutinin H: karena rangsangan antigen H yang berasal dari flagella bakteri.
2. PERENCANAAN
a. Diagnosa Keperawatan :
Dari analisa data yang diperoleh maka diagnosa keperawatan yang muncul pada
kasus demam typhus abdominalis yaitu sebagai berikut :
a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
makanan yang tidak adekuat, karena pasien tidak nafsu makan, mual, dan kembung.
c. Risiko tinggi terjadinya kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan
kurangnya asupan (intake) cairan dan peningkatan suhu tubuh.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan tidak adekuatnya masukan nutrisi (mual
dan muntah) dan pembatasan aktivitas.
e. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit yang diderita berhubungan dengan
kurangnya informasi.
d. Rencana tindakan
Rencana keperawatan yang digunakan untuk memberikan asuhan keperawatan
klien pada dasarnya sesuai dengan masalah yang ditemukan pada klien dengan
demam tifoid dan hal ini sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ada.
Perencanaan berisi suatu tujuan pelayanan keperawatan dan rencana tindakan yang
akan digunakan itu untuk mencapai tujuan, kriteria hasil dan rasionalisai berdasarkan
susunan diagnosa keperawatan diatas, maka perencanaan yang dibuat sebagai berikut
:
Intervensi Rasional
Kaji dan catat suhu tubuh setiap 2 Tindakan ini sebagai dasar untuk
atau 4 jam. menentukan intervensi.
Observasi membrane mukosa, Untuk mengidentifikasi tanda-
pengisian kapiler, dan turgor tanda dehidrasi akibat panas.
kulit. Kebutuhan cairan dalam tubuh
Berikan minum 2-2,5 liter sehari cukup mencegah terjadinya panas.
selama 24 jam. Kompres hangat memberi efek
Berikan kompres hangat pada vasodilatasi pembuluh darah,
dahi, ketiak, dan lipat paha. sehingga mempercepat penguapan
Anjurkan pasien untuk tirah tubuh.
baring (bed rest) sebagai upaya Menurunkan kebutuhan
pembatasanaktivitas selama fase metabolisme tubuh sehingga turut
akut. menurunkan panas.
Anjurkan pasien untuk 6. Pakaian tipis memudahkan
menggunakan pakaian yang tipis penguapan panas. Saat suhu tubuh
dan menyerap keringat. naik, pasien akan banyak
Berikan terapi obat golongan mengeluarkan keringat.
antipiretik sesuai program medis Untuk menurunkan atau
evaluasi efektivitasnya. mengontrol panas badan.
Pemberian antibiotik sesuai Untuk mengatasi infeksi dan
program medis. mencegah penyebaran infeksi.
Pemberian cairan parenteral Penggantian cairan akibat
sesuai program medis. penguapan panas tubuh.
Intervensi Rasional
Observasi tanda-tanda vital setiap Hipotensi, takikardia, dan demam
4 jam. menunjukkan respon terhadap
Monitor tanda-tanda kekurangan kehilangan cairan tubuh.
cairan (turgor kulit tak elastis, Tanda-tanda tersebut
produksi urine menurun, menunjukkan kehilangan cairan
membran mukosa kering, bibir berlebihan/dehidrasi.
pecah-pecah, dan pengisian Untuk mendeteksi keseimbangan
kapiler lambat). cairan dan elektrolit.
Observasi dan catat masukan serta Untuk pemenuhan kebutuhan
keluaran cairan setiap 8 jam. cairan tubuh.
Berikan cairan per oral 2-2,5 liter Berat badan merupakan indikator
per hari, jika pasien tidak muntah. kekurangan cairan dan status
Timbang berat badan pasien nutrisi.
setiap hari dengan alat ukur yang Untuk memperbaiki kekurangan
sama. volume cairan.
Berikan cairan parenteral sesuai Indikator status cairan pasien,
program medis. evaluasi adanya hemokonsentrasi.
Awasi data laboratorium
(hematokrit).
Intervensi Rasional
Kaji tingkat toleransi pasien Sebagai dasar untuk menentukan
terhadap aktivitas. intervensi
Kaji jumlah makanan yang Untuk mengidentifikasi asupan
dikonsumsi pasien. nutrisi pasien
Anjurkan tirah baring (bed rest) Untuk menurunkan metabolisme
selama fase akut. tubuh dan mencegah iritasi usus
Jelaskan pentingnya pembatasan Untuk mengurangi gerak
aktivitas selama perawatan. peristaltik usus, sehingga
Bantu pasien melakukan mencegah iritasi usus.
aktivitas sehari-hari sesuai Kebutuhan aktivitas pasien
kebutuhan. terpenuhi dengan energi
Melibatkan keluarga dalam minimal, sehingga mengurangi
pemenuhan kebutuhan gerak peristaltik usus.
kebutuhan aktivitas sehari-hari. Partisipasi keluarga
Berikan kesempatan kepada meningkatkan sikap bekerja
pasien untuk melakukan sama pasiendalam perawatan.
aktivitas sesuai kondisinya (jika Meningkatkan partisipasi pasien
telah bebas panas selama dapat meningkatkan harga diri
beberapa hari, hasil laboratorium pasien dan meningkatkan
menunjukkan perbaikan. toleransi aktivitas
Berikan terapi multivitamin Meningkatkan daya tahan tubuh,
sesuai program terapi medis. sehingga meningkatkan aktivitas
pasien
Intervensi Rasional
Kaji tingkat pengetahuan pasien Sebagai dasar menentukan
tentang penyakitnya. intervensi.
Jelaskan pada pasien tentang Pasien mendapat kejelasan
penyakit Typhus abdominalis tentang penyakitnya.
(pengertian, penyebab, tanda, Pasien mendapat kejelasan
dan gejala, pengobatan, serta tentang perawatan di rumah
komplikasi penyakit). setelah pulang dari rumah sakit.
Jelaskan pada pasien tentang Untuk mencegah terulangnya
perawatan penyakit. infeksi usus yang yang berasal
Jelaskan kepada pasien tentang dari makanan, alat makan, dan
pentingnya menjaga kebersihan kebersihan diri yang kurang.
makanan dan kebersihan diri. Agar pasien mudah mengingat
Berikan catatan tertulis waktu kapan waktu kontrol yang tepat.
kontrol ulang setelah sakit.