Kelompok 2 - Hipertermia
Kelompok 2 - Hipertermia
Kelompok 2 - Hipertermia
DISUSUN OLEH :
NAMA
o CHRISTO LEONARDO A. HE
o DIAN KURNIAWATI LEUWAYAN
o ELVYNIAWATI R. MINYA
o FREDERIKA R. K. KAWURUNG
o IKA T. MAY
o INDARTI U. MBEWA
o INTAN DJ. KAMUNGGUL
o IRENI HADA INDA
o BASTIAN
TINGKAT : 2A
MATA AJARAN : KMB2
KODE MA : WAT 5.04
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karna atas berkat dan rahmatNya
kami dapat menyelesaikan Makalah kami ini yang berjudul “HIPERTERMIA “, Secara tepat
waktu.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah KMB2. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang ap aitu
HPERTERMIA bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu selaku dosen pembiming kami pada
maakuliah KMB2 yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kami.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis,
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Menurut Wong (2008) terdapat empat jenis demam yang umum terjadi yaitu demam
intermiten, remiten, kambuhan, dan konstan. Selama demam intermiten, suhu tubuh akan
berubah-ubah dalam interval yang teratur, antara periode demam dan periode suhu normal serta
subnormal. Selama demam remiten, terjadi fluktuasi suhu dalam rentang yang luas (lebih dari
2oC) dan berlangsung selama 24 jam, dan selama itu suhu tubuh berada di atas normal. Pada
demam kambuhan, masa febril yang pendek selama beberapa hari diselingi dengan periode suhu
normal selama 1 – 2 hari. Selama demam konstan, suhu tubuh akan sedikit berfluktuasi, tetapi
berada di atas suhu normal.
Tanda-tanda klinis demam dapat bervariasi, bergantung pada awitan, penyebab, dan tahap
pemulihan demam. Semua tanda tersebut muncul akibat2 adanya perubahan set point pada
mekanisme pengontrolan suhu yang diatur oleh hipotalamus. Pada kondisi normal, ketika suhu
inti naik diatas 37oC, laju pengeluaran panas akan meningkat sehingga suhu tubuh akan turun ke
tingkat set point. Sebaliknya, ketika suhu inti kurang dari 37oC, laju produksi panas akan
meningkat sehingga suhu tubuh akan naik ke tingkat set point. Dalam keadaan ini termostat
hipotalamus berubah secara tiba-tiba dari tingkat normal ke tingkat yang lebih tinggi akibat
pengaruh kerusakan sel, zat-zat pirogen, atau dehidrasi pada hipotalamus. Selama fase interval,
terjadi respons produksi panas yang biasanya muncul, yakni meriang, kedinginan, kulit dingin
akibat vasokontriksi, dan menggigil yang dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh pada anak
yang mengalami hipertermia
Hipertermia yang berhubungan dengan infeksi yang dapat berupa infeksi lokal atau
sistemikharus ditangani dengan benar karena terdapat beberapa dampak negatif yang
ditimbulkan (Kolcaba,2007, dalam Setiawati,2009). Hipertermi disebabkan karena berbagai
faktor. Jika tidak di manajemen dengan baik, hipertermi dapat menjadi hipertermi
berkepanjangan. Hipertermi berkepanjangan merupakan suatu kondisi suhu tubuh lebih dari
38oC yang menetap selama lebih dari delapan hari dengan penyebab yang sudah atau belum
diketahui. Tiga penyebab terbanyak demam pada anak yaitu penyakit infeksi (60%-70%),
penyakit kolagen-vaskular, dan keganasan.Walaupun infeksi virus sangat jarang menjadi
penyebab demam berkepanjangan, tetapi 20% penyebab adalah infeksi virus (Sari Pediatri,2008).
1.2. TUJUAN
1. Tujuan Umum Melaporkan penurunan suhu tubuh pada anak yang mengalami
hipertermia yang diberikan tindakan kompres tepid sponge hangat.
2. Tujuan Khusus
f. Mampu menganalisispenurunan suhu tubuh anak dengan hipertermia yang diberikan kompres
tepidsponge hangat
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pasien Memberikan informasi dan motivasi kepada klien dan keluarga untuk memilih
dan menerapkan perawatan demam dengan tepat dan mandiri.
2. Bagi Instansi Pelayanan Kesehatan Sebagai bahan masukan dalam menciptakan pemberian
pelayanan kesehatan dan lebih meningkatkan mutu pelayanan serta meningkatkan kemampuan
dalam bidang keperawatan pada klien dengan hipertermi khususnya pada area keperawatan anak.
TINJAUAN TERI
1. PENGERTIAN
5. PATHWAY
HIPERTERMI
Ketidaknyamanan
Merangsang endotelum
metalamus
Gangguan pola
eliminasi ansietas Nyeri akut
Pyrogen eksogen dan
aliran urin
terganggu
Kurang Kerusakan
informasi jaringan
Stimulus leukosit
Prepusium
menyepit pembedahann
menyempit
Prepusium melekat
pada gland penis
Infeksi prepusium
Perpisahan 2 lapisan
kulit tidak terjadi
Bakteri masuk
PELAKSANAAN MEDIS
kongenital
1) Jauhkan anak atau pasien dari sumber panas, dan dibandingkan udara ruangan,
apabila sedang dibawah terik matahari, segeralah berteduh, apabila sedang di dalam
mobil yang tak berpendingin udara, ajak anak keluar dari kendaraan.
2) Lepaskan selimut anak, juga sebaiknya bayi tidak dibedong, di takutkan karena bayi
terbiasa di bedong maka bila akan mengigil. Apabila hal itu terjadi maka waspadalah
kemungkinan suhu yang meningkat itu demam.
3) Pakailah baju bayi yang sesuai dengan iklim tropis, seperti katun atau bahan lain
yang menyerap keringat.
4) Setelah itu atur suhu anak dengan termometer apabila hasilnya menunjukan angka
36-36,7oc itu berarti ia masih normal jika lebih dari 37,5oc berarti dia sudah demam
tinggi apbila jika sampai 49oc lebih, berarti dia megalami hipertemi.
5) Bayi dipindahkan ke ruangan yang sejuk dengan suhu kamar seputar 26°C- 28°C
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Penatalaksanaan hipertermia pada demamtyphoid dibagi menjadi dua bagian besar yaitu
penatalaksanaan umum yang bersifat suportif dan penatalaksanaan khusus berupa pemberian
antibiotik.
a. Penatalaksanaan suportif merupakan hal yang sangat penting dalam menangani demam
typhoid selain penatalaksanaan utama berupa antibiotik. Penatalaksanaan suportif pada
demam typhoid yaitu pemberian rehidrasi oral ataupun parental, pemberian antipiretika,
bila perlu diberikan laksansia, tirah baring selama demam untuk mencegah komplikasi
pendarahan usus atau perforasi usus, neminsasi bertahap bila tidak panas sesuai dengan,
diet pada permukaan diet makanan yang tidak merangsang saluran cerna dalam bentuk
saring atau lemak, pemberian nutrisi yang adekuat sesuai perkembangan keluhan
gastrointertinal sampai makanan biasa serta tindakan transfuse bila diperlukan pada
komplikasi perdarahan, dan tindakan komplikasi bila ada komplikasi perforasi.
b. Penatalaksanaan antibiotik yang biasa digunakan pada penderita demam typhoid adalah
kloram penikol, tiam fenikal, kontra makzasol, ampizilin dan amoksilin
8. PENDIDIKAN KESEHATAN
(SAP)
Pukul : 12.00-12.40
A. Latar Belakang
Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau beresiko
untuk mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus menerus lebih tinggi dari 37
derajat celcius(peroral) atau 38,8 derajat celcius (perektal) karena peningkatan
kerentanan terhadap factor – factor eksternal. Hipertermi merupakan keadaan
yang dimna tubuh mengalami peningkatan suhu diakibatkan oleh adanya infeksi
bakteri atau virus. Secara tidak langsung peningkatan susu tersebut berakibat
seseorang mengalami demam.
B. Tujuan
Tujuan umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang hipertermi diharapkan
masyarakat mampu mengerti, memahami tentang hipertermi.
Tujuan khusus
Setelah diberikan penyuluhan 30 menit diharapkan keluarga pasien mampu:
1. Menjelaskan perngertian HIPERTERMI
2. Menyebutkan penyebab hipeERTERMI
3. Menyebutkan gejala HIPERTERMI
4. Menjelaskan tentang penanganan HIPERTERMI
C.Metode dan Media
Metode yang digunakan adalah ceramah
Media yang digunakan powerpoint
D. Materi Penyuluhan
1. pengertian hipertermi
2. penyebab hipertermi
4. penaganan HIPERTERMI
E. Materi
Terlampir
F. Proses Belajar :
MATERI
A. Pengertian
Hipertermi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami atau beresiko untuk
mengalami kenaikan suhu tubuh secara terus-menrrus lebih tinggi dari 37 derajat celcius
(peroral) atau 38,8 derajat(perektal) karena peningkatan kerentaan terhadap faktor2
eksternal.
A. Etiologi
1. Dehidrasi
3. Peradangan
B. Manifestasi Klinis
2. Kulit kemerahan
3. Hangat pada sentuhan
4. Menggigil
5. Dehidrasi
6. Kehilangan nafsu makan
C. Penatalaksanaan
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1.1 PENGKAJIAN
Pengkajian merupakan tahap pertama dalam proses keperawatan. Tahap ini penting dalam
menentukan tahap-tahap selanjutnya. Data yang komperehensif dan valid akan menentukan
penetapan diagnosis keperawatan dengan tepat dan benar, serta selanjutnya akan berpengaruh
dalam perencanaan keperawatan. Jadi, tujuan dari pengkajian adalah didapatkannya data yang
komprehensif yang mencakup dan biopsiko dan spiritual,(Tarwoto dan Wartonah, 2015).
Menurut (Rekawati Susilaningrum Nursalam & Sri Utami, 2013) Pengkajian pada demam
typhoid meliputi :
a. Identitas Klien
b. Keluhan utama
berupa perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, kurang
bersemangat, dan nafsu makan kurang (terutama selama masa inkubasi).
c. Kasus demam yang khas berlangsung tiga minggu, bersifat febris remiten, dan tidak
tinggi sekali. Selama minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari,
biasanya menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.Dalam
minggu kedua, pasien terus berada dalam keadaan demam.Pada minggu ketiga suhu
berangsur turun dan normal kembali pada akhir minggu ketiga.
d. Pemeriksaan fisik.
Pada pemeriksaan fisik yang harus di kaji adalah terdapat nafas berbau tidak
sedap, bibir kering, dan pecah-pecah (ragaden) Lidah tertutup selaput putih kotor
(coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan, jarang disertai tremor, pada bagian 13
abdomen dapat ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus), bisa terjadi
konstipasi dapat juga diare atau normal dan pada hati dan limpa membesar disertai
nyeri pada perabaan.
e. Pemeriksaan laboratorium.
Pelaksanaan atau implementasi merupakan bagian aktif dalam asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat sesuai dengan rencana tindakan. Tindakan keperawatan meliputi,
tindakan keperawatan, observasi keperawatan pendidikan kesehatan/keperawatan, tindakan
medis yang dilakukan oleh perawat atau tugas limpah,(Suprajitno, 2014).
Evaluasi adalah membandingkan status keadaan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil
yang ditetapkan.Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan untuk dapat
menentukan suatu keberhasilan asuhan keperawatan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk
SOAP (subjektif, objektif, assessment, planning). Adapun evaluasi keperawatan yang diharapkan
pada pasien dengan hipertermi yaitu menggigil menurun,kulit merah menurun, takikardi
menurun, takipnea menurun, suhu tubuh membaik (dalam rentang normal 36,5ºC – 37,5ºC), suhu
kulit membaik, tekanan darah membaik (117/77 mmHg).
BAB IV
4.1 KESIMPULAN
Saran kami agar pembaca bisa lebih memahami apa yang kami sampaikan dan juga
adanya timbal balik anatara pembaca dan penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Scribd.com
Academia.edu