Contoh Kasus Nur Nasution

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

Nama: Nur Hidayah Nasution

Nim: 11910320196

Kelas: BK3B

1. Contoh Kasus berdasarkan Teori Behavioral

Faisal merupakan anak yang pintar, hal ini terbukti ketika masih berada pada kelas X dia selalu
mendapatkan posisi 5 besar nilai tertinggi dikelasnya. Bahkan Faisal sempat mengikuti pelatihan untuk
perwakilan kelas tersebut dalam rangka kegiatan lomba cerdas cermat tingkat Nasional, meski akhirnya
Faisal tidak terpilih kedalam kontingen yang mewakili sekolah. Akan tetapi, semenjak kelas XI keadaan
berubah begitu drastis, Faisal sering tidur dikelas pada saat jam mata pelajaran, dan pernah suatu ketika
gurunya menjumpai Faisal sedang bermain game online hingga larut malam di warnet samping rumah
guru tersebut. Pernah juga faisal tidak masuk kelas meski pada saat itu jam belajar berlangsung, namun
dia sedang menikmati makanan di kantin. Hal ini yang mendorong Faisal untuk di konseling

Proses Konseling :

Konselor membentuk hubungan terapeutik dengan konseli dan konselor menentukelas.ujuan dan
mengeksplorasi pilihan konseling pada konseli. Setelah pembentukan hubungan yang terapeutik ini,
konselor mengeksplorasi penyebab konseli menjadi jarang masuk kelas. Dari sini ditemukan jawaban
yang jelas, bahwa alasan utama konseli tidak masuk kelas karena kurang menyukai guru mata pelajaran
matematika yang mengajar di kelas konseli. Hal tersebut didapati bahwa konseli merasa kurang nyaman
karena pernah dihardik dengan nada yang keras oleh guru tersebut.

Latihan asertif digunakan untuk melatih konseli yang mengalami kesulitan dalam membedakan
perbuatannya keluar dari kelas pada saat jam belajar itu adalah benar atau layak. Penerapan latihan
asertif ini dapat berguna bagi konseli untuk mengungkapkan perasaannya kepada guru mata pelajaran
tersebut. Maka konselor memainkan peran sebagai guru mata pelajaran, sedangkan konseli akan diajak
untuk berdiskusi dengan latihan ini. Diharapkan dengan latihan asertif ini, maka konseli dapat
mengeluarkan kecemasan yang selama ini dipendam untuk dicurahkan, sehingga konselor akan dapat
memahami lebih jauh tentang diri konseli.

Selanjutnya konselor menggunakan pengondisian aversi dengan menghilangkan kebiasaan dari konseli
saat guru mata pelajaran tersebut masuk di ruang kelas. Konseli yang biasanya sering tidur, cemas,
takut, dan menyepelekan guru tersebut dibuat kepekaan nya dalam mengamati stimulus yang akan
diberikan oleh konselor. Seperti misalnya pada saat konseli merasa cemas dengan guru mata pelajaran
tersebut, maka konselor memberikan respon bahwa guru tersebut selama memberikan jam di kelas
hanya sebentar saja, toh masih banyak guru mata pelajaran lainnya yang menyenangkan yang akan
memberikan pelajaran lainnya di kelas konseli. Satu hal yang tidak disukai oleh konseli terhadap sikap
guru tersebut adalah karena guru itu pernah menghardik konseli dengan suara yang keras. Karena
konseli berasal dari keluarga yang overprotektif terhadap anak, dan ketika dirumah, konseli selalu
dimanja serta tidak pernah dimarah, maka kondisi yang dialaminya di kelas.

2. Contoh Kasus Teori Adler

ada seorang laki-laki usia menengah yang merasa depresi ikut dalam terapi ini. Setelah asesmen gaya
hidup dilakukan, terapis mengidentifikasi kesalahan-kesalahan dasar, seperti :

· Ia meyakinkan dirinya sendiri bahwa tidak ada seorangpun yang benar-benar peduli padanya\

· Ia menolak orang lain sebelum orang tersebut memiliki kesempatan untuk menolaknya

· Ia bersikap sangat kritis terhadap dirinya sendiri dan mengharapkan kesempurnaan

· Ia memiliki banyak ekspektasi bahwa segala sesuatu jarang berjalan dengan baik

· Ia membebani dirinya sendiri dengan rasa bersalah karena ia yakin bahwa ia telah mengecewakan
orang lain

Meski pria ini mungkin mengembangkan gagasan-gagasan yang keliru tentang dirinya sendiri dan
kehidupannya ketika ia masih muda, ia tetap bertahan dengan gaya hidupnya tersebut. Sebagian besar
dari harapan-harapannya pesimistik dan cenderung untuk selalu dipenuhi karena dalam beberapa kasus
ia mencari cara untuk memvalidasi keyakinannya tersebut. Perasaan depresinya pada akhirnya akan
membantunya untuk menghindari kontak dengan orang lain, suatu tugas hidup yang dianggapnya telah
gagal. Dalam sesi terapi, pria ini akan belajar cara untuk menantang struktur dari private logic-nya.
Contoh silogisme dari kasus pria ini adalah sebagai berikut:

· Saya pada dasarnya tidak disukai.

· Dunia dipenuhi oleh orang-orang yang cenderung untuk menolak.

· Oleh karena itu, aku harus menahan diriku sendiri agar aku tidak tersakiti.

Pria ini memiliki beberapa kesalahan dasar dan private logic-nya memberikan suatu tekanan psikologis
pada intervensi. Tema utama dari keyakinannya dalam hidup adalah : “Saya harus mengontrol segalanya
dalam hidup saya sendiri. Saya harus sempurna dalam segala sesuatu yang saya kerjakan”.Mudah untuk
melihat bagaimana depresi dapat menjadi akibat dari pola pikirnya, meski Adlerian juga memandang
bahwa depresi menjadi dalih bagi klien untuk menarik diri dari kehidupannya.Penting bagi terapis untuk
mengetahui tujuan yang mendasari perilaku klien.Adlerian melihat perasaan sebagai sesuatu yang
selaras dengan pikiran dan sebagai dasar dari perilaku.Pertama-tama kita berpikir, lalu kita merasa, dan
kemudian kita bertindak. Karena emosi dan kognisi menjadi suatu tujuan, maka waktu terapi yang baik
dihabiskan untuk menyingkap dan memahami tujuan-tujuan tersebut dan untuk mengorientasikan klien
kembali menuju cara hidup yang lebih baik. Karena klien tidak dipandang oleh terapis sebagai seseorang
yang sakit secara mental atau terganggu emosionalnya, namun sebagai sosok yang utamanya
mengalami putus asa, sehingga terapis akan mendorong klien bahwa perubahan itu mungkin untuk
dilakukan. Melalui proses terapeutik, klien akan menemukan bahwa ia memiliki sumber daya dan pilihan
dalam menghadapi peristiwa dan tugas kehidupan yang signifikan.

Anda mungkin juga menyukai