Materi Dasar Pelayanan BK.
Materi Dasar Pelayanan BK.
Materi Dasar Pelayanan BK.
Pengertian Bimbingan
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan yang diberikan oleh seorang ahli kepada
individu baik perseorangan maupun secara kelompok dari segala usia agar individu yang dibimbing
dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan
individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma norma yang berlaku.
1. Mampu mengenal dan menerima diri sendiri secara objektif, posistif, dan dinamis
2. Mampu mengenal dan menerima lingkungan secara obejektif, positif dan dinamis
3. Mampu mengambil keputusan untuk dan oleh diri sendiri sesai dengan kondisi yang ada
4. Mampu mengarahkan diri (melaksanakan kegiatan) sesuai keputusan yang telah diambil
5. Mampun mewujudkan dan merealisasikan diri secara optimal suai dengan minat, potensi,
dan kemampuan kemampuan yang dimilikinya
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Marjohan. Pelayanan Profesional Konseling yang Berhasil. 2015: hal
38 Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. 2004
Konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang diberikan oleh seorang ahli (Konselor)
kepada individu (konseli) yang sedang mengalami masalah yang dilakukan secara tatap muka dalam
suasana profesional dan berdasar atas prinsip demokrasi guna membantu individu agar mampu
mengentaskan masalahnya dengan kekuatan dirinya sendiri sehingga memiliki kehidupan sehari-hari
yang efektif (mencapai KES)
Konseling adalah suatu proses pemberian pelayanan bantuan oleh ahli/tenaga profesional
(Konselor) kepada individu/kelompok (konseli) untuk Pengembangan kehidupan efektif seharihari
(KES) dan Penanganan Kehidupan efektif sehari-hari yang terganggu (KEST) dengan fokus pribadi
mandiri yang mampu mengendalikan diri melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan dan
kegiatan pendukung dalam proses pembelajaran.
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Marjohan 6 . Pelayanan Profesional Konseling yang Berhasil. 2015:
hal 37 BukuPrayitno.LandasanKeilmuandanKeprofesionalanBimbingandanKonseling.2018:39
1. Merespons secara bijak stimulus baik dalam maupun luar diri sendiri
2. Berwawasan luas sehingga dapatmenampung dan mempertimbangkan hal hal pokok yg
menjadi isi stimulus yang di maksud
3. Mempertimbangkan dan menerapkan nilai nilai dan moral yang sesuai untuk menangggapi
dan atau menindak lanjuti stimulus yang dimaksud
4. Mengambil keputusan yang terbaik untuk bertindak atau tidak bertindak dengan
memperhatikan kondisi diri dan lingkungan yang ada
5. Melaksanakan atau tidak itu keputusan sendiri dalam kategori positif tanpa kerugian
apapun (meskipun dengan pengorbanan) dengan keuntungan optimal.
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Marjohan. Pelayanan Profesional Konseling yang Berhasil. 2015:
hal 39
Konseling berisi penuh dengan BELAJAR dan PEMBELAJARAN. Apapun konteksnya, suasana
dalam proses konseling adalah untuk BELAJAR
❑Dimensi bertanggung jawab, dari tidak bertanggung jawab menjadi bertanggung jawab.
Sumber Kajian: Buku Prayitno. Landasan Keilmuan dan Keprofesionalan Bimbingan dan Konseling.
2018: Hal. 8 Buku Prayitno. Wawasan Profesional Konseling. 2009: Hal. 7
Suasana Belajar adalah Suasana/kondisi dimana seseorang sedang melakukan kegiatan belajar yang
mendorong terjadinya penguasaan sesuatu hal yang baru
Sumber Kajian: Buku Prayitno. Landasan Keilmuan dan Keprofesionalan Bimbingan dan Konseling.
2018: Hal. 8
Sumber Kajian: Buku Arah Persiapan dan Praktik Pelayanan Konseling Profesional. 2017: Hal 10
PROSES PEMBELAJARAN adalah interaksi antara peserta didik dan pendidik, dimana penddik
mengarahkan dan memfasilitasi peserta didik untuk menjalani susana belajar secara aktif.
Sumber Kajian: Buku Prayitno. Landasan Keilmuan dan Keprofesionalan Bimbingan dan Konseling.
2018: Hal. 9
PARADIGMA adalah Cara Pandang terhadap konseling yang akan mempengaruhi dalam berpikir,
(kognitif) bersikap (afektif), dan bertingkah laku (konatif).
Paradigma konseling konseling merupakan pelayanan psikopendidikan dalam bingkai budaya Artinya
pelayanan konseling berdasarkan kaidah kaidah ilmu dan teknologi pendidikan serta psikologi yang di
kemas dalam kaji terapan pelayanan konseling yang diwarnai oleh budaya lingkungan peserta didik.
Pertemuan 5
Sumber Kajian: Buku Prayitno. Wawasan Profesional Konseling. 2009 Buku Prayitno. Konseling
Profesional yang Berhasil layanan & Kegiatan Pendukung. 2017: Hal 44
Sumber Kajian: Buku Prayitno. Konseling Integritas (Pola Konseling Indonesia). 2015: hal 71-73
3) Dari sudut pandang profesi bantuan, pelayanan konseling diabdikan bagi peningkatan harkat
dan martabat kemanusiaan dengan cara memfasilitasi perkembangan individu atau kelompok
individu sesuai dengan kekuatan kemampuan potensial dan aktual serta peluang-peluang yang
dimilikinya, dan membantu mengatasi kelemahan, hambatan, serta kendala yang dihadapi
dalam perkembangan dirinya. Pandangan terhadap manusia dari segi potensi yang positif
adalah sesuatu yang memberikan ciri pelayanan konseling dalam konteks pendidikan yang
membedakan dari perspektif pelayanan medis/klinis yang cenderung melihat dari segi patologi.
Sumber Kajian: Buku Prayitno. Konseling Integritas (Pola Konseling Indonesia). 2015: hal 71-73
4) Konseling tidak lagi hanya dipelajari sebagai perangkat teknik, melainkan sebagai kerangka
berpikir dan bertindak yang bernuansa kemanusiaan dan keindividualan. Nuansa dimaksud
akan lebih tampak dalam masyarakat berbasis pengetahuan yang menempatkan orientasi
kemanusiaan dan belajar sepanjang hayat sebagai central feature kehidupan masyarakat masa
kini dan masa datang. Proses pembelajaran mencakup usaha secara sadar dan intensional
bertujuan untuk secara terus menerus meningkatkan dan/atau memperbaiki kondisi sasaran
pendidikan untuk berkiblat sesuai dengan norma yang berlaku. Kerangka konseling seperti ini
bersifat holistik yang menyatupadukan hakikat kemanusiaan, wawasan dan keilmuan,
keterampilan, nilai, serta sikap (WPKNS) dalam pelayanan.
Sumber Kajian: Buku Prayitno. Konseling Integritas (Pola Konseling Indonesia). 2015: hal 71-73
3 MISI KONSELING
1) Misi Pendidikan, yaitu mendidik peserta didik dan warga masyarakat melalui pengembangan
perilaku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan yang terkait dengan kehidupan
masa depan
Sumber Kajian: Buku Prayitno. Konseling Integritas (Pola Konseling Indonesia). 2015: hal 74
2) Misi Pengembangan, yaitu memfasilitasi perkembangan individu di dalam satuan pendidikan
formal dan nonformal, keluarga, instansi, dunia usaha dan industri, serta kelembagaan
masyarakat lainnya ke arah perkembangan optimal melalui strategi upaya pengembangan
individu, pengembangan lingkungan belajar, dan lingkungan lainnya, serta kondisi tertentu
sesuai dengan dinamika perkembangan masyarakat.
Sumber Kajian: Buku Prayitno. Konseling Integritas (Pola Konseling Indonesia). 2015: hal 7
3) Misi Pengentasan Masalah, yaitu membantu dan memfasilitasi pengentasan masalah
individu yang mengacu kepada kehidupan sehari-hari yang efektif.
Sumber Kajian: Buku Prayitno. Konseling Integritas (Pola Konseling Indonesia). 2015: hal 71-
73
1) Tujuan Umum
Bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan segala
potensi yang ada pada dirinya secara optimal dengan memperhatikan kondisi sekolah agar
peserta didik dapat mencapai keberhasilan dalam pendidikannya
2) Tujuan Khusus (sesuai dengan tujuan layanan yang diberikan) Bertujuan dalam Pendidikan
peserta didik guna mengembangkan kehidupan pribadi, sosial, belajar atau karir, yang
meliputi aspek:
a. Bakat
b. Minat
c. Kreativitas
d. Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan
e. Kemandirian
f. Kemampuan kehidupan keagamaan
g. Kemampuan sosial
h. Kemampuan belajar
i. Wawasan dan perencanaan karir
j. Kemampuan pemecahan masalah, dan lainnya
Sumber: Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. 2004: Hal. 114
Secara umum tujuan Bimbingan dan Konseling turut mewujudkan dan mengacu pada tujuan
pendidikan yang termaktub dalam UU SPN RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 3, yang berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
1. Fungsi Pemahaman → Agar konseli/pesdik dan pihak2 yang terkait memahami kondisi
dirinya sendiri dan lingkungannya.
2. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan → agar memelihara dan mengembangkan
kondisi positif yang ada pada diri konseli/pesdik.
3. Fungsi Pencegahan (Preventif)→ mencegah timbul / berkembangnya kondisi negatif pada
diri konseli/pesdik
4. Fungsi Pengentasan (Kuratif) → mengatasi kondisi KES-T pada diri konseli/pesdik agar
menjadi KES 5. Fungsi Pembelaan (Advokasi) → menegakkan kembali hakhak konseli/pesdik
yang terabaikan/dirugikan pihak lain
Sumber Kajian: Buku Prayitno. Wawasan Profesional Konseling. 2009: Hal. 22-23 Buku
Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. 2004: Hal. 196-2017 Buku
Prayitno. Arah Persiapan dan Praktik Pelayanan Konseling Profesional. 2017: 16 Buku
Prayitno. Landasan Keilmuan dan Keprofesionalan Bimbingan dan Konseling.2018 hal. 30
Buku Prayitno, dkk. Pembelajaran melalui Pelayanan BK di Satuan Pendidikan. 2015 hal. 118-
11
PRINSIP-PRINSIP BK
(Pokok Dasar Pemikiran sebagai Pedoman Pelaksanaan BK)
1. Tentang Sasaran Pelayanan (Klien):
➢ BK melayani semua individu tanpa memandang usia, jenis kelamin, suku, bangsa,
agama, dan status sosial-ekonomi.
BK terbatas hanya untuk klien tertentu saja? BK hanya melayani pesdik yang
bermasalah saja?
➢ BK berkaitan dengan pribadi dan tingkah laku klien yang terbentuk dari berbagai
aspek kepribadian yang kompleks dan unik.
➢ BK memperhatikan tahap dan segala aspek perkembangan individu
➢ BK memperhatikan perbedaan individual yang menjadi orientasi pokok pelayanan
Apakah Guru BK/Konselor menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua klien?
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
2004: Hal. 219 Buku Prayitno. Landasan Keilmuan dan Keprofesionalan Bimbingan dan
Konseling.2018 hal. 30-31
2. Tentang Konselor:
➢ Konselor harus mampu mengarahkan individu untuk pengembangan individu agar
membimbing diri sendiri dalam menghadapi permasalahan.
➢ Permasalahan individu harus ditangani oleh tenaga ahli (konselor) dalam bidang yang
relevan dengan permasalahan yang dihadapi.
➢ Kerjasama antara Guru BK, guru, dan orangtua menentukan hasil pelayanan BK.
BK Bekerja sendirian? BK aktif sedangkan yang lain pasif?
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
2004: Hal. 218-225 Buku Prayitno. Landasan Keilmuan dan Keprofesionalan Bimbingan
dan Konseling.2018 hal. 30-31
3. Tentang Masalah Individu:
➢BK berurusan dengan hal-hal yang menyangkut kondisi mental dan fisik individu
terhadap penyesuaian dirinya di lingkungan dan sebaliknya yaitu pengaruh lingkungan
terhadap kondisi mental dan fisik individu.
➢Kesenjangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan merupakan faktor timbulnya masalah
pada individu, dan hal ini menjadi perhatian utama pelayanan BK
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
2004: Hal. 220 Buku Prayitno. Landasan Keilmuan dan Keprofesionalan Bimbingan dan
Konseling.2018 hal. 30-31
4. Tentang Program BK:
➢ BK merupakan bagian integral dari proses pendidikan dan pengembangan individu,
karena itu, program BK harus disesuaikan dengan program pendidikan serta
pengembangan peserta didik. BK sama dengan pendidikan atau terpisah dari
pendidikan?
➢ Program BK harus fleksibel, disesuaikan dengan kebutuhan individu, masyarakat, dan
kondisi lembaga. Program BK disusun berdasarkan analisis kebutuhan pesdik melalui
aplikasi instrumentasi non-tes : AUM/DCM/ATP/dsb.
➢ Program BK disusun secara berkesinambungan dari jenjang pendidikan yang terendah
sampai yang tinggi.
➢ Isi dan pelaksanaan program BK perlu ada penilaian yang teratur dan terarah. Jadi,
apakah BK hanya menangani masalah insidental?
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
2004: Hal. 220-221 Buku Prayitno. Landasan Keilmuan dan Keprofesionalan Bimbingan
dan Konseling.2018 hal. 30-31
Pertemuan 6
12 ASAS BK
asas= norma/aturan/pedoman yang perlu senantiasa dijunjung dan diwujudkan
1. Asas Kerahasiaan
2. Asas Kesukarelaan
3. Asas Keterbukaan
4. Asas Kegiatan
5. Asas Kemandirian
6. Asas Kekinian
7. Asas Kedinamisan
8. Asas Keterpaduan
9. Asas Kenormatifan
10.Asas Keahlian
11.Asas alih tangan Kasus
12.Asas Tut wuri handayani
Sumber Kajian: Buku Prayitno. Landasan Keilmuan dan Keprofesian Bimbingan dan
Konseling. 2018: 31 Buku Prayitno & Erman Amti. Bimbingan dan Konseling. 2014: Buku
Prayitno. Wawasan Profesional Konseling. 2009: Hal. 21
1. Asas Kerahasiaan
➢ Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menuntut dirahasiakannya segenap
data dan keterangan tentang peserta didik/konseli, yaitu data atau keterangan yang
tidak boleh dan tidak layak diketahui oleh orang lain. Dalam hal ini guru BK
berkewajiban penuh memelihara dan menjaga semua data dan keterangan itu
sehingga kerahasiaannya benar-benar terjamin.
➢ Merupakan modal utama seorang guru BK/Konselor
➢ Menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan peserta didik/konseli terhadap guru
BK dan Konselor.
➢ “Saya ......... (nama konselor), mampu dan bersedia, menerima, menyimpan,
menjaga, memelihara dan merahasiakan semua data dan keterangan dari klien saya
atau dari siapapun juga, yaitu data atau keterangan yang tidak boleh dan/atau tidak
layak diketahui oleh orang lain. Pertanyaan: Bagaimana jika pihak sekolah/orangtua
dirasakan perlu mengetahui permasalahan siswa? pemberitahuan kepada pihak lain
HARUS ATAS SEIZIN PESDIK/KLIEN
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
2004: Hal. 115
2. Asas Kesukarelaan
➢ Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki adanya kesukaan dan
kerelaan klien/konseli mengikuti/menjalani pelayanan/kegiatan yang diperlukan
baginya. Dalam hal ini guru BK/Konselor berkewajiban membina dan
mengembangkan kesukarelaan pada diri klien/konseli
➢ Menekankan pentingnya kemauan Klien/konseli untuk mengikuti kegiatan
pelayanan.
➢ Makin tinggi tingkat kemauan atau motivasi untuk memperoleh layanan, makin
tinggi pula tingkat keterlibatan subjek dalam layanan konseling.
➢ Kondisi yang ideal ialah apabila subjek benar-benar sukarela dengan kemauan
sendiri (self-referal). Untuk bisa sukarela seperti itu subjek yang dilayani, selain
memahami dengan baik tujuan pelayanan konseling, terlebih lagi meyakini adanya
jaminan dari konmselor tentang diberlakukannya asas kerahasiaan.
➢ Untuk bisa membangun kesukarelaan pada diri klien/konseli, guru BK/ Konselor
harus terlebih dahulu menumbuhkan kesukarelaan pada diri sendiri.
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
2004: Hal. 116
3. Asas Keterbukaan
➢ Yaitu asas bimbingan dan konseling yang yang menghendaki agar Klien/Konseli
bersifat terbuka dan tidak berpura-pura, baik di dalam memberikan keterangan
tentang dirinya sendiri maupun dalam menerima berbagai informasi dan materi dari
luar yang berguna bagi pengembangan dirinya. Dalam hal ini guru BK/Konselor
berkewajiban mengembangkan keterbukaan Klien/Konseli.
➢ Agar konseli dapat terbuka, guru BK/Konselor harus terlebih dahulu bersikap
terbuka dan tidak berpura-pura.
➢ Asas Keterbukaan amat terkait pada terselenggaranya asas kerahasiaan dan
adanya kesukarelaan pada diri klien/konseli.
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
2004: Hal. 116
Pertemuan 7
7. Asas Kedinamisan
➢ Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar isi pelayanan
terhadap klien/konseli hendaknya selalu bergerak maju, tidak monoton, dan terus
berkembang serta berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan dan tahap
perkembangannya dari waktu ke waktu.
➢ Pelayanan BK dilaksanakan dengan mengacu pada tujuan yang jelas dan
mengupayakan berbagai cara guna tercapainya tujuan (sistematis dan terukur)
➢ 5 Tahapan Pelayanan Konseling: Lima-an/in sebagai ciri adanya kedinamisan
dalam pelayanan BK (lihat slide selanjutnya)
➢ 5 Tahap keefektifan layanan Konseling
(Lihat Buku sumber hal. 298) Sumber Kajian: Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-
Dasar Bimbingan dan Konseling. 2004: Hal. 118
1. Pengantaran - - introduction
2. Penjajakan - - investigation
3. Penafsiran - - interpretation
4. Pembinaan - - intervention
3 Sumber Kajian: Buku Prayitno. Konseling Integritas (Pola Konseling Indonesia). 2004: Hal. 102-104
1. Pengantaran, kegiatan awal untuk membangun keyakinan konseli dan suasana nyaman, dinamis,
positif, dan sukarela
2. Penjajakan, mengungkapkan kondisi diri klien (perasaannya, pikirannya, dan keinginannya)
3. Penafsiran, memahami dan mendalami berbagai hal melalui proses klien berpikir, merasa,
bersikap, kemungkinan bertindak, dan bertanggung jawab (mengarahkan konselor pada analisis
diagnosis dan prognosis)
4. Pembinaan, upaya konselor yang menunjang terbangunnya KES dan/atau teratasinya KES-T yang
terwujud dalam aksi nyata pada klien.
5. Penilaian, kegiatan untuk mengetahui hasil yang dicapai klien melalui pelaksanaan laiseg, laijapen,
dan laijapang
4 Sumber Kajian: Buku Prayitno. Konseling Integritas (Pola Konseling Indonesia). 2004: Hal. 102-104
8. Asas Keterpaduan
➢ Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar berbagai pelayanan
dan kegiatan BK, baik yang dilakukan oleh guru BK maupun pihak lain, baik di
sekolah maupun di rumah, saling menunjang, harmonis, dan terpadu. Untuk itu
kerja sama antara guru BK dan pihakpihak yang berperan dalam penyelenggaraan
pelayanan BK perlu terus dikembangkan. Koordinasi segenap pelayanan/kegiatan BK
itu harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
➢ Guru BK/konselor juga perlu memadukan berbagai data dan informasi tentang
diri siswa sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Jadi, Apakah BK berpusat pada
keluhan pertama saja?
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
2004: Hal. 118
9. Asas Kenormatifan
➢ Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar segenap pelayanan
BK didasarkan pada nilai dan norma yang ada dan tidak boleh bertentangan dengan
nilai dan norma yang ada, yaitu nilai dan norma agama, hukum dan peraturan, adat
istiadat, ilmu pengetahuan, dan kebiasaan yang berlaku.
➢ Bukanlah pelayanan atau kegiatan BK yang dapat dipertanggungjawabkan apabila
isi dan pelaksanaannya tidak berdasarkan nilai dan norma yang dimaksudkan itu.
Lebih jauh, pelayanan dan kegiatan bimbingan dan konseling justru harus dapat
meningkatkan kemampuan konseli (konseli) dalam memahami, menghayati, dan
mengamalkan nilai dan norma tersebut.
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
2004: Hal. 119 6
10. Asas Keahlian
➢ Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pelayanan dan
kegiatan BK diselenggarakan atas dasar kaidah-kaidah profesional. Dalam hal ini,
para pelaksana pelayanan dan kegiatan BK hendaklah tenaga yang benar-benar ahli
dalam bidang bimbingan dan konseling.
➢ Ahli = menempuh pendidikan yang relatif lama sesuai dengan bidang keahliannya
➢ Guru BK = lulusan S1 BK, Konselor = S1 BK + PPK
➢ Keprofesionalan guru BK harus terwujud baik dalam penyelenggaraan jenis-jenis
pelayanan dan kegiatan dan konseling maupun dalam penegakan kode etik BK.
Jadi, apakah BK dapat dilakukan oleh siapa saja?
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
2004: Hal. 119 7
11. Asas Alih Tangan Kasus (Referal)
➢ Yaitu asas bimbingan dan konseling yang menghendaki agar pihak-pihak yang
tidak mampu menyelenggarakan pelayanan BK secara tepat dan tuntas atas suatu
permasalahan Klien/konseli mengalihtangankan permasalahan itu kepada pihak
yang lebih ahli.
➢ Jika klien/konseli merasa tidak terentaskan masalahnya dikarenakan
membutuhkan ahli lain sesuai dengan permasalahan yang dialaminya
➢ Guru BK dapat menerima alih tangan kasus dari orang tua, guru-guru lain, atau
ahli lain; dan demikian pula guru BK dapat mengalihtangankan kasus kepada guru
mata pelajaran/praktik dan lain-lain.
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
2004: Hal. 119
Pertemuan 8
UTS
Pertemuan 9
1. Upaya konseling bertujuan untuk mengembangkan KES dan menangani KES-T dengan fokus
kemandirian pribadi dan pengendalian diri.
2. Upaya konseling terarah pada membelajarkan klien agar klien belajar dalam dimensi dari tidak
tahu menjadi tahu; dari tidak bisa menjadi bisa; dari tidak mau menjadi mau; dari tidak biasa
menjadi terbiasa; dan dari tidak bersyukur dan tidak ikhlas menjadi bersyukur dan ikhlas.
3. Konselor tidak pernah
Sumber Kajian: Buku Prayitno, dkk. Pembelajaran Melalui Pelayanan BK di Satuan Pendidikan
Pengembangan Manusia Seutuhnya. 2004: Hal. 18
(Diatur dalam Buku Kode Etik Profesi Konselor) Seorang Konselor/Guru BK hendaknya memiliki
Kesadaran dan Komitmen Etika Profesional dengan cara;
1. Menampilkan Keutuhan Pribadi Konselor, terdiri dari: • Iman dan Takwa • Tulus, ikhlas •
Hangat • Respek • Yakinkan Klien • Empati • Integritas • Toleran • Berpikir positif • Sabar
2. Berperilaku Etik Profesional, terdiri dari: • Sadar Nilai Pribadi • Bebas dari Prasangka dan
Stereotipe (label negatif) • Hargai Nilai Pribadi • Paham Kekuatan dan Keterbatasan •
Mengelola Diri • Bekerja Sama • Konsisten Penampilan
3. Berkomitmen Meningkatkan Kemampuan Profesional, meliputi: • Tanggung jawab dalam
menyelenggarakan layanan BK • berperilaku obyektif • Inisiatif terlibat profesi, pendidikan
dan Aktif dalam Organisasi profesi
6 Landasan BK
(1) Landasan Filosofis
bermakna bahwa segenap aspek pelayanan konseling dilandaskan pada pemahaman
akan hakikat manusia serta tujuan & Tugas-tugas
LANDASAN FILOSOFIS : Pelayanan BK → BIJAKSANA
HAKIKAT MANUSIA
• Mns adalah makhluk → mengabdi untuk kebahagiaan mns di dunia & akhirat
• Mns sbg makhluk yg tertinggi dan termulia derajatnya → berakal, mampu berpikir
rasional, punya kemampuan untuk mengarahkan dirinya, berdaulat.
• Mns memiliki dimensi kemanusiaan yang bisa dikembangkan agar kehidupannya
selaras, serasi, seimbang sehingga menjadi manusia seutuhnya.
TUJUAN DAN TUGAS KEHIDUPAN
1. SPIRITUALITAS : Kemampuan mns memberikan arti kehidupannya.
2. PENGATURAN DIRI : mns mampu→ mengarahkan diri, mengendalikan diri, mengelola
diri → upaya peningkatan diri
3. BEKERJA : memberikan keuntungan ekonomis dan psikologis ( Rasa PD, Pengendalian
diri, Perwujudan diri, perasaan berguna)
4. PERSAHABATAN : mns sbg makhluk sosial → persahabatan memberikan dukungan
emosional, dukungan keberadaan, dan dukungan informasi
5. CINTA : menimbulkan kebahagiaan → dengan berkeluarga (adanya suami-istri-anak)
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
2004: Hal. 137-146
LINGKUNGAN TUGAS KEHIDUPAN MANUSIA
12345
KETERANGAN:
1. Kehidupan Beragama
2. Kehidupan Berkeluarga
3. Kehidupan Berkarya
4. Kehidupan Bermasyarakat
5. Kehidupan Bernegara
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
2004: Hal. 137-146
(2) Landasan religious
bermakna bahwa segenap aspek pelayanan konseling secara kental mengacu kepada
terwujudnya HMM yang seluruhnya bersesuaian dengan kaidah-kaidah agama (2)
Landasan religius
Sumber Kajian: Buku Prayitno. Wawasan Profesional Konseling. 2009: Hal 27
LANDASAN RELIGIUS
MNS SBG MAKHLUK TUHAN
Beriman dan Bertakwa, Hubungan horizontal sesama manusia (habluminannas) &
Hubungan vertical mns dg Tuhan (habluminallah) dengan mewujudkan keimanan dan
ketakwaannya
SIKAP KEBERAGAMAAN
• Tidak merendahkan dan mengabaikan agama dalam kehidupan
• Menghayati kaidah-kaidah agama
• Meresapi dan mengamalkan kaidah-kaidah agama
• Memaknai agama sebagai petunjuk, pembimbing mns dalam bertingkahlaku
PERANAN AGAMA
Penting, diperlukan dalam kehidupan, unsur-unsur agama tidak boleh diabaikan dalam
pelayanan konseling
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
2004: Hal. 146-154
1. MOTIF DAN MOTIVASI → Motif = Motor penggerak, Motivasi = kuat lemahnya motif yang
sedang aktif, semua perbuatan hendaklah diniati untuk ibadah.
2. PEMBAWAAN DAN LINGKUNGAN → Pembawaan = apa yang dibawa sejak lahir, tumbuh dan
berkembang dg dipengaruhi faktor lingkungannya, konselor perlu memandang apa2 yg terdapat
di dlm pembawaan sbg aset/modal yg hrs ditumbuhkembangkan secara maksimal, perlu
pengkondisian lingkungan.
5. KEPRIBADIAN → individu unik, berbeda satu dg lainnya, namun ada ciri kepribadian
(kecenderungan) seperti: kepribadian berdasar pd bentuk tubuh, cairan dlm tubuh, plegmatis-
koleris-sanguinemelankolis, dsb. → namun konselor tidak boleh terlalu terpaku pada hal ini,
melainkan mengoptimalkan perkembangan dan pendayagunaan ciri kepribadian ke arah yg
positif sesuai dg tingkat perkembangan dan kebutuhannya.
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. 2004: Hal.
154-169
1. INDIVIDU SEBAGAI PRODUK LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA → suku jawa, sunda, batak,
minang, Bugis, Bali, Melayu, dsb.
2. BIMBINGAN DAN KONSELING ANTAR BUDAYA → KONSELING LINTAS BUDAYA → karena inti
proses pelayanan BK adalah komunikasi antara klien dan konselor, maka proses pelayanan BK
yang bersifat antar budaya (antara klien dengan konselor berasal dari latar belakang budaya
yang berbeda). Perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosial ekonomi dan pola
bahasa dapat menimbulkan masalah dalam proses konseling.
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. 2004: Hal.
168-177
(5) Landasan PEDAGOGIS
Konselor adalah pendidik, Konseling adalah pendidikan. Oleh karenanya segenap kaidah pokok
pendidikan harus dikuasai dan terapkan oleh konselor dalam pelayanan konseling. (5) Landasan
PEDAGOGIS
Sumber Kajian: Buku Prayitno. Wawasan Profesional Konseling. 2009: Hal 28
LANDASAN PEDAGOGIS
Definisi Pendidikan dalam UU No 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 1 Tentang SPN:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara”
Definisi Pendidik dalam UU No 20 Tahun 2003 Pasal 1 butir 6 Tentang SPN:
“Pendidik adalah Tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, Konselor,
pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lainyang sesuai
dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan.”
1. PENDIDIKAN SBG UPAYA PENGEMBANGAN INDIVIDU : BIMBINGAN MERUPAKAN BENTUK
UPAYA PENDIDIKAN → dalam BK ada proses mendidik, konselor adalah pendidik, Konseling
adalah pendidikan: merupakan usaha sadar, menyiapkan peserta didik, untuk peranannya di
masa depan (diwujudkan melalui tujuan-tujuan BK)
2. PENDIDIKAN SBG INTI PROSES BIMBINGAN KONSELING → dalam proses BK , klien
menjalani proses belajar, dan setiap kegiatan BK bersifat normatif. 3. PENDIDIKAN LEBIH
LANJUT SBG INTI TUJUAN BK → BK selain memiliki tujuan jangka pendek, juga memiliki
tujuan jangka panjang. Tujuan BK mengarah pada terwujudnya tujuan pendidikan. 18
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. 2004:
Hal. 180-188
(6) Landasan iptek
Pelayanan konseling bukanlah pelayanan seadanya; bukan pula pelayanan yang bisa
dilaksanakan oleh siapa saja; melainkan pelayanan profesional dengan ciri-ciri keilmuan dan
teknologis. Dasar keilmuan dan teknologi terwujud dalam kompetensi konselor sebagai
pelaksana pelayanan profesional konseling.
Sumber Kajian: Buku Prayitno. Wawasan Profesional Konseling. 2009: Hal 28
LANDASAN ILMIAH DAN TEKNOLOGIS
1. KEILMUAN BIMBINGAN DAN KONSELING → BK sbg ilmu, dengan ciri ilmu :
• Memiliki Objek kajiannya sendiri → upaya pemberian bantuan kepada individu yang
normal agar berkembang optimal, tercapai KES.
• Ada metode dalam menggali pengetahuan: melalui pengamatan, wawancara, analisis
dokumen, dsb (Tes dan non-tes)
• Logis dan Sistematis → terstruktur, menggunakan urutan tahapan yang logis. 1. PERAN
ILMU LAIN DAN TEKNOLOGI DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING → BK sebagai ilmu
yang multireferensial (rujukan dari berbagai ilmu lain) → ilmu psikologi,agama, filsafat,
sosiologi, statistik, biologi, dsb.
2. PENGEMBANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING MELALUI PENDIDIKAN → BK bersifat
dinamis dan berkembang, seiring dengan perkembangan ilmu lain dan perkembangan
budaya manusia → hal ini melatarbelakangi perlunya pengembangan teori-teori dan
pendekatan BK.
Sumber Kajian: Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling.
2004: Hal. 177-180
Pertemuan 10
7 Bidang Pengembangan BK
Beragama tidak hanya sekedar memberikan nuansa spiritual dan/atau ritual keagamaan
dalam kehidupan, melainkan sepenuhnya mendasari aktifitas individu dalam semua bidang,
bahkan sampai menjangkau kehidupan di akhirat. Dalam hal ini sering dipertanyakan,
bagaimana posisi “kehidupan beragama” dalam pelayanan konseling untuk anak-anak pada
tahap perkembangan usia dini dan pendidikan dasar dan menengah? Sesungguhnyalah posisi
yang dimaksud itu berada pada bidang pelayanan pengembangan pribadi. Untuk ini perlu
diketahui bahwa tanggung jawab atas arah dan aktifitas keagamaan anak pada taraf
perkembangan itu berada di tangan, bahkan menjadi hak, orang tua mereka. Setelah anak
menjadi dewasalah kehidupan beragama menjadi hak dan tanggung jawab individu dewasa.
Sumber Kajian: Buku Prayitno. Wawasan Profesional Konseling. 2009 :Hal 56-59, Buku
Prayitno. Pembelajaran melalui Pelayanan BK di Satuan Pendidikan. 2015: Hal 117-118
Pertemuan 11
KEGIATAN BK
10 JENIS LAYANAN
1. Layanan Orientasi (L. Orin)
2. Layanan Informasi (L.Info)
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran (L.PP)
4. Layanan Penguasaan Konten (L.Pko) di sekolah dikenal dengan layanan pembelajaran
5. Layanan Konseling Perorangan (L.KP)
6. Layanan Bimbingan Kelompok (L.BKp)
7. Layanan Konseling Kelompok (L. KKp)
8. Layanan Konsultasi (L.Ksi.)
9. Layanan Mediasi (L.Med)
10. Layanan Advokasi (L.Advo)
6 KEGIATAN PENDUKUNG
1. Aplikasi Instrumentasi (AI)
2. Himpunan Data (HD)
3. Kunjungan Rumah (KR) – Home Visit
4. Konferensi Kasus (KoKa)
5. Alih Tangan Kasus (ATK)
10 JENIS LAYANAN BK
1. Layanan Orientasi (L1 = L. ORIN) → Merupakan layanan konseling yang berfokus pada
penguasaan unsur-unsur situasi dan kondisi objek /lapangan tertentu dengan secara
langsung terlibat dengan objek yang dipelajari.
Contoh Layanan: Pengenalan lingkungan sekolah pada saat MOS, Fasilitas olahraga,
perpustakaan sekolah/ perpustakaan daerah, kantor/perusahaan/industri, tempat
peribadatan, rehabilitasi penderita narkoba, dsb. (terkait dengan bidang pengembangan)
Tujuannya: berupaya “mengantarkan” individu untuk memasuki suasana/ lingkungan
baru agar mampu menyesuaikan diri dengan suasana/ lingkungan baru yang akan
dijalani.
Fungsi yang dominan berjalan: Fungsi Pemahaman
Format Layanan: Lapangan, Klasikal, Kelompok, Individual, dan kolaboratif. Teknik
Layanan: Penyajian, Pengamatan, Partisipasi (langsung), Studi Dokumenter, atau
pemanfaatan media interaktif (komputer)
Operasionalisasi Layanan: (1) Perencanaan (penyusunan RPL), (2) Pengorganisasian
unsurunsur dan sasaran layanan, (3) Pelaksanaan layanan, (4) Penilaian (Laiseg-
LaijapenLaijapang), (5) Tindak lanjut dan laporan.
Keterkaitan dengan layanan lain dan kegiatan pendukung: Baca Buku Prayitno: Jenis
Layanan dan Kegiatan Pendukung hal. 41-46 atau Buku Prayitno: Konseling Profesional
yang berhasil. 2017 Hal. 49-64
Sumber Kajian: Buku Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling. 2004: Hal. 255-259; Buku Prayitno. Wawasan Profesional Konseling. 2009 :Hal
42; Buku Prayitno. Arah Persiapan dan Praktik Pelayanan Konseling Profesional. 2017:
Hal. 14-15; Buku Prayitno. Konseling Profesional yang Berhasil. 2017: Hal. 49-64; Buku
Prayitno. Pembelajaran melalui Pelayanan BK di Satuan Pendidikan. 2015: Hal 119-121;
Buku Prayitno. Landasan Keilmuan dan Keprofesionalan Bimbingan & Konseling. 2018:
Hal 65-66.
2. Layanan Informasi (L2 = L. INFO) → Merupakan layanan konseling yang berfokus pada
penguasaan informasi tertentu yang diperlukan oleh sasaran layanan agar terhindar dari
kondisi negatif yang disebabkan oleh ketidaktahuan/kurangnya informasi.
Tujuan Layanan: dikuasainya informasi tertentu oleh sasaran layanan guna keperluan
hidupnya sehari-hari, alternatif pilihan-pilihan, pengambilan keputusan dan
pengembangan dirinya.
Contoh Informasi: Perkembangan Diri, Karir, Hubungan antar pribadi-sosial, kegiatan
belajar, Perbedaan individual, keunikan diri, kiat berteman, Hubungan antar remaja,
Hubungan dalam keluarga, kiat belajar, Stop Bullying, Persyaratan Kerja, dsb. (terkait
dengan bidang pengembangan)
Fungsi yang dominan: Fungsi Pemahaman
Format Layanannya: Klasikal, Kelompok, Individu, Jarak jauh, lapangan, atau strategi.
Teknik layanannya: Ceramah/Tanya jawab/diskusi, media, acara khusus, nara sumber,
waktu & tempat, dan pemanfaatan media interaktif (komputer).
Operasionalisasi Layanan: (1) Perencanaan: Penyusunan RPL, (2) Pengorganisasian
unsurunsur dan sasaran layanan, (3) Pelaksanaan layanan, (4) Penilaian (Laiseg-
LaijapenLaijapang), (5) Tindak lanjut dan laporan.
Keterkaitan dengan layanan lain dan kegiatan pendukung: Baca Buku Jenis Layanan dan
Kegiatan Pendukung hal. 60-64 atau Buku Prayitno: Konseling Profesional yang berhasil.
2017 Hal. 65-77
Sumber Kajian: Buku Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling. 2004: Hal. 259-272; Buku Prayitno. Wawasan Profesional Konseling. 2009 :Hal
42; Buku Prayitno. Arah Persiapan dan Praktik Pelayanan Konseling Profesional. 2017:
Hal. 14-15; Buku Prayitno. Konseling Profesional yang Berhasil. 2017: Hal. 65-77; Buku
Prayitno. Pembelajaran melalui Pelayanan BK di Satuan Pendidikan. 2015: Hal 119-121;
Buku Prayitno. Landasan Keilmuan dan Keprofesionalan Bimbingan & Konseling. 2018:
Hal 65-66
3. Layanan Penempatan dan Penyaluran (L3 = L. PP) → Merupakan layanan konseling yang
berfokus pada tercapainya penempatan dan penyaluran (Seperti bakat dan minat)
sasaran layanan agar terhindar dari kondisi mismatch (kurang serasi) antara kondisi diri
dengan lingkungannya.
Tujuan Layanan: diperolehnya tempat (lingkungan secara fisik, sosial, budaya maupun
sosio-emosional) yang sesuai dengan sasaran layanan untuk pengembangan potensi
dirinya
Contoh Informasi: penempatan duduk siswa di dalam belajar/kelas, kelompok belajar,
ekstrakurikuler, kursus, penjurusan/peminatan, kepanitiaan, dsb.
Fungsi yang dominan: Fungsi Pencegahan
Format Layanannya: Kolaboratif, individual, dan kelompok.
Teknik layanannya: (1) studi awal, (2) bentuk penempatan, (3) Rencana bersama
(konselor-klien), Operasionalisasi Layanan: (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian unsur-
unsur dan sasaran layanan, (3) Pelaksanaan layanan, (4) Penilaian, (5) Tindak lanjut dan
laporan.
Keterkaitan dengan layanan lain dan kegiatan pendukung: Baca Buku Jenis Layanan dan
Kegiatan Pendukung hal. 81-84 atau Buku Prayitno: Konseling Profesional yang berhasil.
2017 Hal. 79-92
Sumber Kajian: Buku Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling. 2004: Hal. 272-279; Buku Prayitno. Wawasan Profesional Konseling. 2009 :Hal
42; Buku Prayitno. Arah Persiapan dan Praktik Pelayanan Konseling Profesional. 2017:
Hal. 14-15; Buku Prayitno. Konseling Profesional yang Berhasil. 2017: Hal. 79-92; Buku
Prayitno. Pembelajaran melalui Pelayanan BK di Satuan Pendidikan. 2015: Hal 119-121;
Buku Prayitno. Landasan Keilmuan dan Keprofesionalan Bimbingan & Konseling. 2018:
Hal 65-66
4. Layanan Penguasaan Konten/ Layanan Pembelajaran (L4 = L.PKo) → Merupakan Layanan
konseling yang berfokus pada penguasaan terhadap suatu konten/keterampilan tertentu
oleh sasaran layanan melalui kegiatan belajar.
Tujuan Layanan: dikuasainya suatu konten/keterampilan tertentu guna memenuhi
kebutuhannya sehari-hari dan mengatasi masalah-masalah yang dialaminya terkait
dengan konten yang dimaksud.
Contoh Konten: keterampilan pengambilan keputusan, keterampilan penyusunan jadwal
belajar, keterampilan bertanya, kemampuan berpidato, Menyusun jadwal belajar,
Menyusun makalah, Menyusun lamaran pekerjaan, dsb. (terkait dengan bidang
pengembangan)
Fungsi yang dominan: Fungsi Pemahaman
Format Layanannya: Klasikal, kelompok, atau individual.
Operasionalisasi Layanan: (1) Perencanaan: penyusunan RPL, (2) Pengorganisasian
unsurunsur dan sasaran layanan, (3) Pelaksanaan layanan: high touch & high tech (hal.
96), (4) Penilaian: dimensi belajar (dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi
bisa, dari tidak mau menjadi mau, dari tidak biasa menjadi biasa, dan dari tidak ikhlas
menjadi ikhlas) dan Laiseg-laijapen-laijapang, (5) Tindak lanjut dan laporan.
Keterkaitan dengan layanan lain dan kegiatan pendukung: Baca Buku Jenis Layanan dan
Kegiatan Pendukung hal. 100-102 atau Buku Prayitno: Konseling Profesional yang
berhasil. 2017 Hal. 93-105
Sumber Kajian: Buku Buku Prayitno & Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan
Konseling. 2004: Hal. 279-287; Buku Prayitno. Wawasan Profesional Konseling. 2009 :Hal
42; Buku Prayitno. Arah Persiapan dan Praktik Pelayanan Konseling Profesional. 2017:
Hal. 14-15; Buku Prayitno. Konseling Profesional yang Berhasil. 2017: Hal. 93-105; Buku
Prayitno. Pembelajaran melalui Pelayanan BK di Satuan Pendidikan. 2015: Hal 119-121;
Buku Prayitno. Landasan Keilmuan dan Keprofesionalan Bimbingan & Konseling. 2018:
Hal 65-66
Pertemuan 12
Pertemuan 13
LAYANAN MEDIASI (L. MED) KONDISI AWAL ANTARA KEDUA PIHAK (SEBELUM LAYANAN
MEDIASI)
1. Rasa bermusuhan terhadap pihak lain.
2. Adanya perbedaan/kesenjangan dibanding pihak lain
3. Sikap menjauhi pihak lain.
4. Sikap mau menang sendiri terhadap pihak lain.
5. Sikap ingin membalas.
6. Sikap kasar dan negatif.
7. Sikap mau benar sendiri.
8. Sikap bersaing.
9. Sikap destruktif terhadap pihak lain.
10. Layanan Advokasi (L10 = L. Advo) → Merupakan layanan BK yang berfokus pada upaya
memperjuangan hak-hak sasaran layanan yang terabaikan/ tercederai/ teraniaya oleh
pihak lain.
Tujuan Layanan: mengentaskan klien dari suasana yang menghimpit dirinya kareba hak-
hak yang hendak dilaksanakan terhambat dan terkekang sehingga keberadaannya,
kehidupannya, dan perkembangannya, khususnya dalam bidang pendidikan menjadi
tidak lancar, terganggu atau bahkan terhenti/terputus.
Contoh layanan advokasi: Peserta didik dilarang mengikuti pembelajaran di kelas karena
dikeluarkan oleh guru, peserta didik yang tidak dapat mengikuti ujian karena belum
melunasi pembayaran SPP, dsb.
Fungsi yang dominan: Fungsi Advokasi
Format Layanannya: Format Kolaboratif
Teknik layanannya: Teknik wawancara dan diskusi dengan seluruh pihak terkait, studi
dokumentasi, dan solusi dari pihak-pihak yang berwenang tentang pengembalian hak
klien. Operasionalisasi Layanan: : (1) Perencanaan, (2) Pengorganisasian unsur-unsur dan
sarana layanan, (3) Pelaksanaan layanan (4) Penilaian, (5) Tindak lanjut dan laporan.
Keterkaitan dengan layanan lain dan kegiatan pendukung: Baca Buku Jenis Layanan dan
Kegiatan Pendukung hal. 285-289 atau Buku Konseling Profesional yang Berhasil hal. 219-
232
Sumber Kajian: Wawasan Profesional Konseling. 2009 :Hal 42; Buku Prayitno. Arah
Persiapan dan Praktik Pelayanan Konseling Profesional. 2017: Hal. 14-15; Buku Prayitno.
Konseling Profesional yang Berhasil. 2017: Hal. 219-232; Buku Prayitno. Pembelajaran
melalui Pelayanan BK di Satuan Pendidikan. 2015: Hal 119-121; Buku Prayitno. Landasan
Keilmuan dan Keprofesionalan Bimbingan & Konseling. 2018: Hal 65
INGATTTT
Setiap layanan dapat saling terkait dan saling menunjang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan klien dan fungsi layanan yang terlaksanakan. Dalam Implementasi jenis-jenis
layanan, jika diperlukan data dan informasi tentang diri klien, dapat dilakukan kegiatan
pendukung guna kelancaran kegiatan layanan.
Pertemuan 14
6 Kegiatan Pendukung
(Satuan Pendukung = Satkung)
1. Aplikasi Instrumentasi (AI)
Merupakan kegiatan pendukung yang berfokus pada pengumpulan data yang
dilakukan dengan tes (Tes Psikologi, Tes Bakat, Tes Minat, Tes Kepribadian, Tes Hasil
Belajar) maupun Non-Tes (Observasi, Wawancara, Kuesioner, Alat Ungkap Masalah
(AUM), Sosiometri, dll.) yang diperlukan dalam kegiatan layanan guna memahami
diri klien.
Sumber Kajian: Wawasan Profesional Konseling. 2009 :Hal 42-43; Buku Prayitno.
Arah Persiapan dan Praktik Pelayanan Konseling Profesional. 2017: Hal. 15-16; Buku
Prayitno. Konseling Profesional yang Berhasil. 2017: Hal. 235-252; Buku Prayitno.
Pembelajaran melalui Pelayanan BK di Satuan Pendidikan. 2015: Hal 121-122; Buku
Prayitno. Landasan Keilmuan dan Keprofesionalan Bimbingan & Konseling. 2018: Hal
66
2. Himpunan Data (HD)
Merupakan kegiatan pendukung yang berupa pengumpulan berbagai data dan
keterangan yang terkait dengan diri klien yang sudah menjalani layanan. Setiap data
yang diperoleh, dihimpun dan disimpan untuk keperluan layanan. Data yang
dihimpun dapat berupa: Buku Pribadi (identitas diri), Hasil Tes Psikologis, Hasil
Rapport siswa, dsb.
Sumber Kajian: Wawasan Profesional Konseling. 2009 :Hal 42-43; Buku Prayitno.
Arah Persiapan dan Praktik Pelayanan Konseling Profesional. 2017: Hal. 15-16; Buku
Prayitno. Konseling Profesional yang Berhasil. 2017: Hal. 253-266; Buku Prayitno.
Pembelajaran melalui Pelayanan BK di Satuan Pendidikan. 2015: Hal 121-122; Buku
Prayitno. Landasan Keilmuan dan Keprofesionalan Bimbingan & Konseling. 2018: Hal
66
3. Kunjungan Rumah/ Home Visit (KR) Merupakan kegiatan pendukung yang berfokus
pada pemberdayaan peran orangtua dan keluarga/ lingkungan keluarga terhadap
kondisi diri klien. Melalui kunjungan rumah, dapat diperoleh data klien tentang
kondisi dan keadaan keluarga baik kondisi lingkungan secara fisik maupun sosio-
emosional.
Sumber Kajian: Wawasan Profesional Konseling. 2009 :Hal 42-43; Buku Prayitno.
Arah Persiapan dan Praktik Pelayanan Konseling Profesional. 2017: Hal. 15-16; Buku
Prayitno. Konseling Profesional yang Berhasil. 2017: Hal. 283-298; Buku Prayitno.
Pembelajaran melalui Pelayanan BK di Satuan Pendidikan. 2015: Hal 121-122; Buku
Prayitno. Landasan Keilmuan dan Keprofesionalan Bimbingan & Konseling. 2018: Hal
66
4. Konferensi Kasus (KK)
Merupakan kegiatan pendukung yang berfokus pada pembahasan kejadian atau
kasus tertentu terkait dengan kondisi KES atau KES-T klien atau siswa. Konferensi
kasus dilakukan bilamana memerlukan pihak-pihak lain yang terkait dengan kondisi
klien atau siswa di dalam pengambilan keputusan sehingga konselor/ guru BK perlu
melibatkan pihak-pihak tertentu. Dalam konferensi kasus, klien diikutsertakan dalam
kegiatannya.
Sumber Kajian: Wawasan Profesional Konseling. 2009 :Hal 42-43; Buku Prayitno.
Arah Persiapan dan Praktik Pelayanan Konseling Profesional. 2017: Hal. 15-16; Buku
Prayitno. Konseling Profesional yang Berhasil. 2017: Hal. 267-281; Buku Prayitno.
Pembelajaran melalui Pelayanan BK di Satuan Pendidikan. 2015: Hal 121-122; Buku
Prayitno. Landasan Keilmuan dan Keprofesionalan Bimbingan & Konseling. 2018: Hal
66
5. Alih Tangan Kasus/Referal (ATK)
Merupakan kegiatan pendukung yang berfokus pada kegiatan memindahkan
penanganan masalah klien/siswa kepada ahli lain yang lebih berwenang dan sesuai
dengan kebutuhan diri klien. ATK dilakukan karena permasalahan klien berada di luar
kewenangan konselor atau guru BK. Misal: siswa menurun nilainya dikarenakan
mengalami gangguan mata maka guru BK hendaknya mereferal kepada dokter, siswa
yang tidak lulus mata pelajaran dikarenakan keterlambatan dalam pemahaman
materi, perlu direferal kepada guru bidang studi yang sesuai untuk diberikan
remedial, dan masalah lainnya yang membutuhkan ahli lain.
Sumber Kajian: Wawasan Profesional Konseling. 2009 :Hal 42-43; Buku Prayitno.
Arah Persiapan dan Praktik Pelayanan Konseling Profesional. 2017: Hal. 15-16; Buku
Prayitno. Konseling Profesional yang Berhasil. 2017: Hal. 313-324; Buku Prayitno.
Pembelajaran melalui Pelayanan BK di Satuan Pendidikan. 2015: Hal 121-122; Buku
Prayitno. Landasan Keilmuan dan Keprofesionalan Bimbingan & Konseling. 2018: Hal
66