Kelompok 3 - BK ABK - Makalah Rational Emotif

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

RATIONAL EMOTIF

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Bimbingan dan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus
Dosen Pengampu : Erma Kumalasari, M.Psi

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Alifia Rizka Rahmanda (K5118001)
Anisia Sholikhati A. K. (K5118007)
Annisa Husnayain (K5118008)
Ardhian Yanuar T. A. (K5118010)
Hafidz Zulaila (K5118031)
Haya Indriati A. W. R. (K5118032)
Sa’adatul Firdaus (K5118061)
Zuhria Azka (K5118077)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
A. KONSEP DASAR
Rational Emotive Therapy (RET) merupakan salah satu pendekatan dari
bimbingan dan konseling. Rational Emotive Therapy dipelopori oleh Albert Ellis, yang
merupakan seorang ahli klinis terkemuka sejak tahun 1955. Ellis menyusun teori ini
dikarenakan banyak anak yang tidak mampu mencapai suatu kemajuan dan
perkembangan karena tidak memiliki pemahaman yang tepat pada hubungan dengan
peristiwa yang telah terjadi. Rational Emotive Therapy merupakan terapi yang
menekankan bahwa terdapat hubungan antara kognisi, emosi, dan tingkah laku yang
ketiganya saling mempengaruhi satu sama lain.
Rational emotif mengaitkan antara pemikiran irasional dengan permasalahan
emosi manusia, serta mengetengahkan pendapat bahwa manusia mempunyai pilihan
untuk terus menyumbang kepada permasalahan yang dihadapi atau mengambil langkah
untuk menghentikan proses (Aina Razlin, 2014). Terapi Rational emotif berasumsi bahwa
pribadi yang sehat merupakan individu yang mampu mengaktualisasikan diri, sedangkan
pribadi yang tidak sehat merupakan pribadi yang berpikiran irasional (tidak berdasarkan
penalaran yang sehat). Dalam terapi rational emotif, berusaha untuk menghilangkan
pemikiran-pemikiran irasional atau tidak logis dengan mengubah pemikiran irasional
menjadi pemikiran yang rasional atau logis melalui menentang, mendebat, dan
mempertanyakan hal-hal yang berkaitan dengan keyakinan (belief) irasional konseli.
Pendekatan rational emotif berpandangan bahwa manusia adalah subyek alam yang sadar
akan dirinya dan sadar akan objek-objek yang dihadapinya.
Dalam rational emotif terdapat teori ABCD, A (Acitivity event) merupakan
peristiwa, kegiatan atau situasi yang menggerakkan individu. B (Belief) merupakan
keyakinan yang muncul sebagai respon dari suatu peristiwa, yang terdiri dari keyakinan
rasional dan keyakinan irasional. C (Consequence) merupakan konsekuensi bila rasional
maupun irasional yang berasal dari activity dan dipengaruhi oleh keyakinan. D (Dispute)
merupakan keyakinan rasional dalam diri individu yang saling bertentangan dengan
keyakinan irasional. E (Effect) merupakan efek atau dampak dari terjadinya pertentangan
dalam keyakinan irasional yang dimiliki, yang berupa kognitif maupun perilaku.

B. TUJUAN
Tujuan umum Konseling rasional emotif perilaku yaitu membantu individu
mengidentifikasi sistem keyakinannya yang tidak rasional dan kemudian
memodifikasinya agar menjadi lebih rasional. Secara Konseling rasional emotif perilaku
memusatkan perhatian pada upaya membantu individu untuk belajar memperoleh
keterampilan yang memudahkannya untuk membentuk pikiran-pikiran yang lebih
rasional, mengarahkan pada penerimaan diri dan kebahagiaan yang lebih besar dan
mendorong kesanggupan untuk dapat lebih menikmati hidupnya (Prochaska & Norcross,
2007). Menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti
rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah.
Secara terperinci terapi ini bertujuan untuk
1. Memperbaiki dan mengubah segala perilaku, sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan
serta pandangan-pandangan yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis
agar konseli dapat mengembangkan dirinya.
2. Menghilangkan gangguan emosional yang merusak seperti rasa takut, rasa bersalah,
rasa berdosa, rasa cemas, merasa was-was, rasa marah.
3. Untuk membangun Self Interest (minat), Self Direction (pengendalian/ pengarahan
diri), Tolerance (toleransi), Acceptance of Uncertainty (kesediaan menerima
ketidakpastian), Fleksibel, Commitment (komitmen terhadap sesuatu), Scientific
Thinking (berpikir logis), Risk Taking (keberanian mengambil resiko), dan Self
Acceptance (penerimaan diri) klien.

C. PROSES
1. Proses Konseling/Tahapan
Menurut Corey (2012), pelaksanaan Konseling Rasional emotif perilaku,
terdiri dari tiga tahapan, yaitu initial stage, working stage dan final stage. Siklus terapi
didasarkan atas formulasi Dobson (2013) dan Ellis (2008), peneliti mengintegrasikan
siklus tersebut dalam tahapan Konseling emotif behavior, yaitu:
a. Initial Stage
Sesi pertama, bertujuan melakukan assesment sebagai baseline dari kondisi
pra-konseling. Assesment dilakukan, terhadap believe yang ditengarai
mempengaruhi Activating event dan consequence individu (konseli) tersebut,
selanjutnya, dilakukan interpretasi dan pengujian belief atau bisik diri, konseli yang
bersifat rasional ataupun irasional.
Menurut Corey (2012), Belief (B) adalah keyakinan, pandangan, nilai, atau
verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa yang mengarah pada respon
activating event dan consequence. Menurut Jose A. Corraliza (2008) belief
memiliki peran yang lebih besar untuk mengubah lingkungan dibanding kebutuhan
dan pengetahuan.
Pada sesi ini konselor harus dapat mengidentifikasi masalah secara spesifik,
konseli diperkenankan untuk menceritakan terlebih dahulu hal-hal yang membuat
mereka ingin mengikuti konseling dan masalah yang dialami, diskusi mengenai
harapan konseli membuat mereka lebih santai. Setelah diketahui semua keterkaitan
dan kedalaman dari masing-masing aspek, serta bentuk permasalahanya, konselor
merumuskan tujuan konseling yang akan dilaksanakan.
b. Working Stage
Setelah perumusan tujuan, dilakukan perencanaan dan perumusan treatment
bersama dengan konseli, serta dilakukan kontrak atau komitmen secara prosedural
dan terjadwal. Pada tahap ini, konseli diajak untuk menjalankan peran aktifnya
dalam mengatasi permasalahan, konseli dibantu untuk yakin bahwa pemikiran dan
perasaan negatif tersebut dapat ditantang dan diubah. Konseli mengeksplorasi ide-
ide untuk menentukan tujuan-tujuan rasional. Konselor juga mendebat pikiran
irasional konseli (dispute) dengan menggunakan teknik-teknik konseling untuk
menantang validitas ide tentang diri, orang lain dan lingkungan sekitar.
c. Final stage
Menurut Corey (2012, p. 359), pada tahap ini pilihan kegiatan yang
dilaksanakan oleh konselor adalah:
1) Memberi dan menerima balikan
2) Memberi kesempatan untuk mempraktikan perilaku baru
3) Belajar lebih lanjut dari pengembangan perencanaan yang spesifik untuk
mengaplikasikan perubahan pada situasi diluar terapi (konseling)
4) Mempersiapkan untuk menghadapi adanya kemungkinan memburuk
5) Mendampingi dalam meninjau pengalaman dan pemaknaan bagi dirinya.

2. Fungsi dan Peran Konselor


Fungsi konselor dalam pendekatan neotradisional pada Konseling Rasional
Emotif (RET) adalah membimbing konseli untuk kembali berfikir rasional dan logis
dengan merubah dan atau memperbaiki sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan
hingga pandanganya. Hal ini perlu dilakukan melalui diskusi secara terbuka dan terus
terang agar konseli mampu mengembangkan dirinya serta meningkatkan self-
actualizationnya seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang
positif.
Berikut ini adalah beberapa peran konselor dalam Konseling Rasional Emotif
(RET), diantaranya :
a. Usaha menyadarkan kepada konseli bahwa masalah yang dihadapi berhubungan
dengan keyakinan konseli yang irasional.
b. Usaha menyadarkan kepada konseli bahwa masalah yang dihadapi pemecahanya
menjadi tanggung jawab konseli itu sendiri.
c. Usaha mengajak kepada konseli untuk menghilangkan cara berfikir dan gagasan
yang irasional.
d. Usaha mengembangkan pandangan yang realistis serta menghindari keyakinan
yang irasional.
e. Usaha mendorongg konseli untuk menggunakan kemampuan rasionalnya
dibanding penggunaan emosinya.

3. Pengalaman Konseli
Menurut ellis (2008) secara singkatnya REB akan mengarahkan konseli
dengan tahapan yaitu Mengaktifkan Peristiwa (A) setiap hari, didorong untuk melihat,
menafsirkan, atau berpikir tentang apa yang terjadi. Interpretasi konseli tentang
peristiwa menghasilkan Keyakinan (B) tentang peristiwa, dunia, dan peran kita dalam
peristiwa tersebut. Begitu konseli mengembangkan keyakinan, konseli akkan
mengalami Konsekuensi Emosional (C) berdasarkan keyakinan keyakianan konseli itu
sendiri. ada pula 4 pengalaman yang ditawarkan dari penggunaan pendekatan REB
terhadap konseli:
a. Rasional Emotif menawarkan dimensi kognitif dan menantang konseli untuk
meneliti rasionalitas dari keputusan yang telah diambil serta nilai yang konseli
yakini.
b. Rasional Emotif memberikan penekanan untuk mengaktifkan pemahaman yang di
dapat oleh konseli sehingga konseli akan langsung mampu mempraktekkan
perilaku baru mereka.
c. Rasional emotif menekankan pada praktek terapeutik yang komprehensif dan
eklektik.
Rasional emotif mengajarkan konseli cara-cara mereka bisa melakukan terapi
sendiri tanpa intervensi langsung dari terapis. Berdasarkan uraian diatas maka dapat
disimpulkan keunggulan teknik REBT pada pendekatan Rational Emotive yang di
kembangkan oleh Albert Ellis adalah Rasional Emotif menawarkan dimensi kognitif
atau pengetahuannya sendiri untuk mengambil keputusan yang konseli yakini,
memberikan penekanan untuk mengaktifkan pemahaman konseli akan langsung
mampu mempraktekkan perilaku baru mereka mengajarkan konseli cara-cara mereka
bisa melakukan terapi sendiri.

4. Hubungan Konselor dan Konseli


Konseling yang hangat, bisa menerima dan efektif dalam aplikasi prosedur
konseling memerlukan kualitas hubungan antar pribadi yang baik antara konselor dan
konseli. Hubungan antar pribadi adalah proses sosial dimana individu-individu yang
terlibat didalamnya saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Lebih lanjut
hubungan antar pribadi adalah suatu hubungan dimana orang-orang yang terlibat
dalam komunikasi menganggap orang lain sebagai pribadi dan bukan sebagai obyek
yang disamakan dengan benda. Jadi dalam hubungan antar pribadi kedudukan dan
fungsi antara individu yang satu dengan yang lain, yaitu antara konselor dan konseli
adalah setara.
Kualitas hubungan antar pribadi konselor dan konseli ini dalam konseling
realitas akan sangat menentukan dalam :
a. Mempermudah memahamkan konseli tentang Teori Kontrol
b. Memaksimalkan fungsi dan peranan konselor
c. Mewujudkan konsep Jantera Konseling (Cycle of Counseling ) yang baik
d. Menerapkan dengan baik teknik- teknik khusus dalam konseling realitas.
Hubungan antar pribadi antara konselor dan konseli secara garis besar
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
1) Faktor Psikis meliputi kepribadian, sikap, motivasi, kebutuhan, kecenderungan,
karakter konseli dan konselor akan sangat mempengaruhi pola hubungan yang
dibina. Konselor harus memahami karakteristik masing-masing konseli dan bisa
memperlakukannya dengan tepat, agar konseli merasa memperoleh dukungan yang
tepat dari konselor berkaitan dengan tugas-tugasnya ataupun terkait masalah-
masalah pribadinya.
2) Faktor fisik bukan hanya menyangkut fisik konseli dan konselor, tetapi termasuk di
dalamnya ruangan yang nyaman , sekolah yang nyaman, situasi yang didukung
fasilitas yang memadai, serta situasi sekolah secara keseluruhan akan
mempengaruhi hubungan antara klien dan konselor.

D. TEKNIK
Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan pada konseling REB dalam
mengubah sistem keyakinan, antara lain yaitu:
1. Teknik Kognitif
Teknik-teknik yang dilakukan dalam teknik koginitif rational emotive
behavior adalah sebagai berikut:
a. Homework Assigments, merupakan teknik yang dilaksanakan dengan memberikan
berbagai tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri dan menginternalisasikan
sistem nilai tertentu yang menuntut pola perilaku yang diharapkan. Dengan tugas
rumah, diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan ide serta perasaan
irrasional. Teknik ini bertujuan untuk membina dan mengembangkan sikap
tanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan untuk pengarahan
diri pengelolaan diri konseli dan mengurangi ketergantungan pada konselor.
b. Latihan Assertive, teknik ini bertujuan untuk melatih keberanian konseli dalam
mengekspresikan tingkah laku tertentu yang diharapkan. Teknik ini dilakukan
melalui berbagai kegiatan seperti bermain peran, latihan atau meniru model-model
sosial. Tujuan utama teknik ini adalah: 1) mendorong kemampuan konseli untuk
mengekspresikan berbagai hal yang berhubungan dengan emosinya; 2)
membangkitkan kemampuan konseli dalam mengungkapkan hak asasinya tanpa
menolak atau memusuhi orang lain; 3) mendorong konseli dalam meningkatkan
kepercayaan dan kemampuan diri, serta 4) meningkatkan kemampuan untuk
memilih tingkah laku asertif yang sesuai dengan diri.
c. Disputing Irrational Beliefs, bertujuan untuk menerapkan pola pikir bahwa jika
kita tidak mendapatkan sesuatu yang kita inginkan maka hal tersebut bukanlah
akhir dari dunia atau kehidupan.
d. Doing cognitive homeworks, penerpan dari teori ABC dalam menghadapi setiap
permasalahan di kehidupan sehari-hari, menempatkan diri individu pada situasi
yang beresiko dalam menantang keyakinan membatasi diri (self limitinf) serta
mengganti pernyataan-pernyataan terkait diri dari yang negatif menjadi pesan yang
positif.
2. Teknik Pencitraan (Imagery)
Teknik pencitraan merupakan suatu teknik konseling rational emotive behavior
yang dapat dipelajari diluar sesi pertemuan konseling. Teknik ini dapat digunakan
untuk memunculkan keyakinan rasional yang dapat digunakan untuk mengatasi
pengaruh dan konsekuensi negatif dari adversitas masa lalu, tekanan dari masa kini
maupun di masa yang akan datang di luar kendali. Sehingga diharapkan individu
dapat berubah menjadi pribadi yang resilien. Teknik pencitraan dapat dilakukan
dengan menggunakan tiga macam strategi, yaitu:
a. Pencitraan rasional emotif, konseli diminta untuk membayangkan gambaran
mengenai suatu peristiwa negatif yang menjadi pemicu dan mengubah emosi
negatif tidak sehat yang mengiringi peristiwa negatif tersebut menjadi emosi
negatif yang sehat.
b. Coping imagery, konseli diminta membayangkan suatu situasi dimana ia
menggunakan keyakinan irrasional kemudian menggantinya dengan keyakinan
rasional.
c. Proyeksi waktu, konseli diminta untuk memilih titik waktu dari peristiwa “buruk”.
Kemudian konseli diminta untuk membayangkan bagaimana kehidupan pada
interval waktu pasca peristiwa terjadi.

3. Teknik emotif
Teknik-teknik yang dilakukan dalam teknik emotif rational emotive behavior
adalah sebagai berikut:
a. Assertive adaptive, teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong dan
membiasakan konseli untuk secara terus-menerus melakukan penyesuaian diri
dengan tingkah laku yang diinginkan. Latihan yang diberikan bersifat
pendisiplinan diri konseli.
b. Bermain peran (role playing), teknik yang dilakukan guna menekan serta
mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan negatif) melalui
suatu kondisi yang sedemikian rupa. Sehingga konseli dapat secara bebas
mengungkapkan diri sendiri melalui peran tertentu.
c. Imitasi, teknik yang dilakukan dengan cara menirukan secara berkelanjutan terkait
suatu model tingkah laku tertentu dengan maksud untuk menghadapi dan
menghilangkan tingkah laku sendiri yang negatif.
4. Teknik behavioristic
Dalam penerepan teknik behavioristik, konselor dapat menerapkan berbagai
teknik sebagai berikut:
a. Reinforcement, bertujuan untuk membongkar sistem nilai dan keyakinan yang
irrasional pada diri konseli dan menggantinya dengan sistem penilaian yang positif.
Dengan memberikan rewards dan punishment, sehinggan konseli dapat
menginternalisasikan sistem penilaian yang diharapkan padanya.
b. Social Modeling, teknik yang digunakan untuk membentuk tingkah laku-tingkah
laku baru pada konseli. Teknik ini bertujuan agar konseli dapat hidup dalam model
sosial yang diharapkan dengan menerapkan berbagai cara, seperti meniru (imitasi),
observasi, melakukan penyesuaian diri serta menginternalisasi norma-norma sistem
model sosial dengan masalah tertentu yang telah disiapkan oleh konselor.
KESIMPULAN

Rational Emotive Therapy merupakan terapi yang menekankan bahwa terdapat


hubungan antara kognisi, emosi, dan tingkah laku yang ketiganya saling mempengaruhi satu
sama lain. Terapi ini memiliki tujuan utama yaitu membantu individu mengidentifikasi sistem
keyakinannya yang tidak rasional dan kemudian memodifikasinya agar menjadi lebih
rasional. Dalam pelaksanaannya, konselor dan konseli dapat menggunakan beberapa teknik
yang ada pada terapi rasional emotif.

Keberhasilan dari Rational Emotive Therapy juga dipengaruhi oleh hubungan antara
konselor dan konseli. Oleh karena itu sebisa mungkin antara konselor dan konseli manjalin
hubungan yang baik. Hubungan yang baik ini membantu konselor dan konseli untuk
memiliki komunikasi dan diskusi yang terbuka dan terus terang. Sehingga dari hal itu konseli
dengan mudah mampu mengembangkan dirinya serta meningkatkan self- actualizationnya
seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif.
DAFTAR PUSTAKA

Alang, H. M. S. (2019). Proses Pelaksanaan Terapi Rasional Emotif. Al-Irsyad Al-Nafs,


Jurnal Bimbingan Penyuluhan Islam, 6(2), 15-26.

Habsy, B. A. (2018). Konseling Rasional Emotif Perilaku: Sebuah Tinjauan Filosofis.


Indonesia Journal Of Education Counseling, 2(1), 13-30.

Hartati, Sri. (2017). Konsep Pendkeatan rational Emotive Behavior Therapy (REBT)
Berbasis Islam Untuk Membangun Perilaku Etis Siswa. Genta Mulia, 8(2), 13-26.

Mashudi, E. A. (2016). Konseling Rational Emotive Behavior Dengan Teknik Pencitraan


Untuk Meningkatkan Resiliensi Mahasiswa berstatus sosial ekonomi lemah.
Psikopedagogia, 5 (1), 66-78.

Sakina, Ainun. (2019). Rational Emotive Therapy Dalam Menangani Negative Thinking
Perspektif Positivisme Logis. Jurnal Transformatif, 3(1), 85-98.

Sudrajat, A. (2008). Konseling Rasional Emotif (RET). Dikutip dari


https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/23/pendekatan-konseling-rasional-
emotif/ pada 15 September 2021.

Tirtawati, A. A .R. (2017). Pentingnya Kualitas Hubungan antar Pribadi Konselor


dalam Konseling Realitas. Jurnal Kajian Pendidikan Widya Accarya FKIP
Universitas Dwijendra, ISSN NO. 2085-0018

Anda mungkin juga menyukai