7240 18927 1 PB
7240 18927 1 PB
7240 18927 1 PB
ISSN :http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/contagion
Abstract
The increasing prevalence of skin diseases throughout Indonesia in 2012 was 8.46%,
increasing in 2013 by 9% and scabies ranks third of the 12 most common skin diseases.
Tahtul Yaman Public Health Center in Jambi City has 391 cases of scabies in 2018. The
purpose of this study is to find out the description and identify the relationship between
personal hygiene and environmental sanitation against the incidence of scabies skin
disease in students of Sa'datuddaren Islamic Boarding School in Tahtul Public Health
Center, Yaman City Jambi
This research is a quantitative research with Cross Sectional approach. Data collection
was done by observation and interviews and then analyzed by Univariate and Bivariate
using chi square test. The instrument used was a questionnaire and the Pesantren
99
Sanitation Check Form. The total population of this study was 85 students. From 85
respondents 57.7% of respondents suffered from scabies and 42.3% of respondents did
Page
not suffer from scabies. The results showed that there was no relationship between
Personal Hygiene (p = 0.832) with scabies cases in Pesantren Sa’adatuddaren 2019. It is
expected that students need to maintain personal hygiene and maintain environmental
conditions in order to stay clean.
Keywords: Personal Hygiene, scabies,environment
Vol 2
100
Ahsani Nadiya dkk/ Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 99-106
1. Pendahuluan
Penyakit kulit merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat Indonesia, bahkan Skabies di Indonesia menduduki urutan ke tiga dari dua belas
penyakit kulit tersering diderita(Aminah, 2015). Menurut data depkes RI prevalensi penyakit
kulit diseluruh Indonesia ditahun 2012 adalah 8,46 % kemudian meningkat ditahun 2013
sebesar 9 % dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit yang tersering
(Kementerian Kesehatan RI, 2018). Skabies adalah penyakit kulit menular yang disebabkan
oleh infestasi dan sensitisasi Sarcoptes scabiei var. hominis. Tungau ini tidak bisa terbang
atau melompat tapi merangkak dengan kecepatan 2,5 cm per menit pada kulit yang hangat.
Tungau skabies dapat bertahan selama 2-6 jam pada suhu ruangan dan masih tetap mampu
berpenetrasi. Skabies menular dengan dua cara yaitu secara kontak langsung dan tidak
langsung (Ratnasari, 2014) .
Penyakit skabies adalah penyakit gatal pada kulit, yang disebabkan oleh kepadatan,
kelembapan, diabaikannya personal higiene. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tanpa
memandang status sosial ekonomi, jenis kelamin, dan tingkatan usia. Para santri di pondok
pesantren juga bisa saja terserang penyakit skabies (Muafidah, 2017). Penyakit ini sering
dianggap biasa, bahkan diremehkan oleh penderitanya. Padahal penyakit ini berpotensi
menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri yang berbahaya (Sa’adatin, 2015). Infeksi
sekunder muncul akibat luka garukan sehingga bakteri dapat masuk melalui luka garukan dari
kulit yang terbuka. Sebanyak 14% santri telah mengalami infeksi sekunder, yang ditandai
dengan adanya luka bernanah pada kulit yang terinfeksi (Setyaningrum, 2016)
Masyarakat dengan sumber daya yang rendah sangat rentan terjangkit penyakit skabies
(Afienna, 2018). Faktor yang berperan pada tingginya angka kejadian skabies terkait dengan
kemiskinan yang berhubungan dengan rendahnya tingkat kebersihan diri (personal hygiene),
akses air yang sulit, dan kepadatan penduduk (Triani, 2017). Perilaku hidup bersih dan sehat
terutama kebersihan perseorangan umumnya kurang mendapatkan perhatian dari para santri
(Angga, 2017). Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di pesantren memang
100
berisiko mudah tertular berbagai penyakit kulit, khusunya penyakit skabies (Syahputra,
2016).
Page
Di Indonesia pada tahun 2014 jumlah penderita skabies sebesar 6.915.135 atau 2,9 % dari
jumlah penduduk 238.452.952 jiwa. Pada tahun 2012 jumlah penderita skabies meningkat
sebesar 3,6 % dari jumlah penduduk (Kemenkes RI, 2015). Sebanyak 14 provinsi mempunyai
prevalensi penyakit kulit diatas prevalensi nasional, yaitu Nangroe Aceh Darussalam,
101
Ahsani Nadiya dkk/ Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 99-106
Sumatera Barat, Bengkulu, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Kakimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi
Tengah, dan Gorontalo (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Menurut Data Dinas Kesehatan Kota Jambi sepanjang tahun 2018 tercatat 1861 Kasus.
Hal tersebut diantaranya karena disebabkan adanya penemuan penderita scabies secara aktif
di beberapa wilayah Kota Jambi. Hasil penelitian Ridwan (2017) menunjukkan bahwa
personal hygiene baik pada responden maka kecil kemungkinan terjadinya skabies, karena
skabies mudah menular pada santri yang personal hygiene kurang baik. Analisis hubungan
faktor personal hygiene, sanitasi lingkungan, dan status nutrisi santri terhadap kejadian
penyakit scabies (Desmawati, 2015). Hasil penelitian Zarkasi (2019) menunjukkan bahwa
ada hubungan faktor personal hygiene, sanitasi lingkungan, dan status nutrisi santri terhadap
kejadian penyakit scabies di Pondok Pesantren Nurul Ummah Kotagede Yogyakarta.
Lingkungan yang sehat akan berkaitan dengan derajat kesehatan individu dan masyarakat
yang ada disekitarnya (Ashar, 2020).
Berdasarkan data dari Pondok Pesantren Sa’adatuddaren di Wilayah Kerja Puskesmas
Tahtul Yaman Kota Jambi pada tahun 2018 – 2019 menunjukkan bahwa jumlah santri yaitu
709 orang dimana semua nya berjenis kelamin Laki – Laki. Hasil survei awal yang dilakukan
oleh peneliti pada tanggal 19 Juni 2019 menunjukkan bahwa jumlah sampel di Pondok
Pesantren Sa’adatuddaren sebanyak 85 santri. Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan
di Pesantren Sa’adatuddaren, dari 6 orang santri didapatkan 4 orang santri tidak memotong
kuku seminggu sekali, terdapat 6 orang santri menggunakan peralatan mandi seperti sabun
batangan secara bergantian, terdapat 4 orang santri tidak mengganti Sprei 2 minggu sekali.
Berdasarkan Observasi kondisi fisik lingkungan di Pondok Pesantren Sa’adatuddaren
menunjukkan bahwa tedapat lantai dan dinding yang kotor, penyusunan tempat tidur yang
tidak rapi, ventilasi yang tidak terbuka, air kamar mandi yang keruh, air yang tidak cukup
untuk per orang/santri, serta ruang kelas yang kotor.
Berdasarkan uraian diatas maka akan dilakukan penelitian apakah ada hubungan antara
personal hygiene dan sanitasi lingkungan terhadap kejadian Penyakit kulit Scabies pada santri
101
Pondok Pesantren Sa’adatuddaren di Wilayah Kerja Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi.
Page
2. Metode
Penelitian ini adalah penelitian kuntitatif dengan pendekatan cross sectional yang
bertujuan untuk mengetahui gambaran dan mengidentifikasi kan ada nya hubungan
personal hygiene dan sanitasi lingkungan terhadap kejadian penyakit kulit skabies pada
102
Ahsani Nadiya dkk/ Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 99-106
santri Pondok Pesantren Sa’adatuddaren di Wilayah Kerja Puskesmas Tahtul Yaman Kota
Jambi. Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi menggunakan IKL, Lembar Dokter
dan wawancara menggunakan kuesioner untuk mengukur variabel Personal Hygiene dan
Kondisi Lingkungan. Populasi penelitian ini adalah Seluruh Santri yang ada di Pesantren
Sa’adatuddaren. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 85 responden. Data dianalisis secara univariat dan
bivariat kemudian dianalisis menggunakan Uji Chi-Square.
.
3. Hasil
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Higiene Sanitasi, Kondisi Lingkungan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di peroleh hasil bahwa dari 85 responden
terdapat, 39 responden (45,9%) memiliki personal hygiene yang tidak baik, 46 responden
(54,1%) memiliki personal hygiene yang baik, 85 (100%) responden memiliki kondisi
lingkungan yang tidak memenuhi syarat
Tabel 2
Hubungan Personal Hygiene dan Kondisi Lingkungan dengan Kejadian
Skabies di PesantrenSa’adatuddaren di Wilayah Kerja Puskesmas Tahtul
Yaman Kota Jambi Tahun 2019
Baik TidakBaik
n % n % n %
Page
Personal Hygiene
Baik 27 55,1 19 52,8 46 54,1 0,832
TidakBaik 22 44,9 17 47,2 39 54,9
103
Ahsani Nadiya dkk/ Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 99-106
Kondisi Lingkungan
Memenuhi Syarat 0 0 0 0 0 0 -
Tidak Memenuhi Syarat 49 100 36 100 85 100
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa:
a. Tidak Terdapat hubungan yang bermakna antara Personal Hygiene dengan Kejadian
Skabies di Pesantren Sa’adatuddaren di wilayah kerja Puskesmas Tahtul Yaman
Kota Jambi Tahun 2019
b. Tidak Terdapat hubungan yang bermakna antara Kondisi Lingkungan dengan
Kejadian Skabies di pesantren Sa’adatuddaren di wilayah kerja Puskesmas Tahtul
Yaman Kota Jambi Tahun 2019.
4. Pembahasan
Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat,
tidak bau, tidak malu, tidak menyebar kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi
diri sendiri maupun orang lain, kersihan badan meliputi kebersihan diri sendiri ,
seperti mandi, menyikat gigi, mencuci tangan, dan memaka pakaian yang bersih
(Wulandari, 2018). Personal hygiene adalah upaya untuk memelihara hidup sehat
berupa perilaku menjaga kebersihan pribadi. Menurut Romadlon (2016) bahwa
personal hygiene meliputi perilaku mandi, perilaku berpakaian, perilaku mencuci
tangan, dan perilaku tidur.
Berdasarkan Hasil uji statistik didapatkan nilai p-value = 0,832, berarti pada
alpa 5% terlihat tidak ada hubungan yang signifikan antara personal hygiene dengan
kasus skabies di Pesantren Sa’adatuddaren Tahun 2019. Hasil penelitian ini sama
dengan hasil penelitian Desmawati (2015) menunjukan bahwa tidak ada hubungan
antara Personal Hygiene dengan kejadian scabies.Secara teori penyakit skabies sangat
103
erat kaitannya dengan kondisi higiene perorangan sehingga pencegahan penyakit ini
dapat dilakukan dengan menjaga menjaga kebersihan diri antara lain dengan
Page
mencuci pakaian, handuk dan sprei sekebiasaan rutin, menjemur kasur dan bantal
dibawah sinar matahari sekebiasaan berkala (Aprilianto, 2015).
Mandi dua kali dalam sehari adalah salah satu upaya menjaga kebersihan
tubuh serta memberikan rasa nyaman pada diri, menjaga kebersihan tubuh adalah hal
yang sangat penting dalam menjaga kesehatan karna kulit yang kotor akan
memudahkan bakteri-bakteri berkembang sehingga dapat mempengaruhi derajat
kesehatan terutama penyakit kulit (Afriani, 2017).
Menurut Rinaldi (2015) bahwa skabies dapat terjadi disebabkan tinggal
bersama dengan sekelompok orang di pondok pesantren memang beresiko mudah
tertular berbagai penyakit terutama penyakit kulit. Perilaku hidup bersih dan sehat
terutama kebersihan perseorangan umumnya kurang mendapatkan perhatian dari para
santri. Tinggal bersama dengan sekelompok orang seperti di pesantren memang
berisiko mudah tertular berbagai penyakit kulit, khusunya penyakit skabies.
Hasil dalam penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan, masih
ada faktor lainnya yang dapat mempengaruhi. Menurut Peneliti ketidak sesuaian yang
menyebabkan tidak ada hubungan yang siginifikan antara hubungan personal hygiene
dengan Penyakit Skabies adalah dikarenakan peneliti tidak spesifik dalam melakukan
wawancara hanya terpaku pada kuesioner saja sehingga jawaban yang di berikan
responden hanya yang baik saja.
hubungan yang signifikan antara Kondisi lingkungan dengan penyakit skabies. Hasil
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sa’adatin (2015) tentang hubungan kondisi
sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies bahwa tidak mempunyai hubungan
terhadap kejadian skabies di Pondok Pesantren Al Itqon Semarang. Hal tersebut dapat
105
Ahsani Nadiya dkk/ Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 99-106
di lihat dari p=0,832 sehingga sanitasi lingkungan bukan merupakan faktor risiko
kejadian skabies pada santri di Pondok Pesantren Al Itqon Semarang.
Menurut Peneliti ketidaksesuaian yang menyebabkan tidak ada hubungan yang
siginifikan antara hubungan personal hygiene dan sanitasi lingkungan dengan
penyakit skabies adalah data yang di dapatkan berasal dari hasil wawancara
responden dan penilaian lingkungan tempat responden. Menurut peneliti pada
penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan dikarenakan peneliti tidak
spesifik dalam melakukan wawancara hanya terpaku pada kuesioner saja sehingga
jawaban yang di berikan responden hanya yang baik saja. Dan untuk lingkungan
peneliti hanya melakukan penilaian di satu tempat sehingga hasil yang di dapat adalah
homogen. Upaya yang dapat di lakukan bagi pihak Pesantren adalah tetap menjaga
personal hygiene para santri dan tetap menjaga lingkungan Pesantren agar tetap bersih
dan rapi. Pihak pesantren juga dapat mengundang petugas kesehatan untuk
memberikan penyuluhan kepada santri tentang penyebab skabies sehingga
pengetahuan santri tentang skabies meningkat
5. Kesimpulandan Saran
Tidak Terdapat hubungan yang bermakna antara Personal Hygiene dengan Kejadian
Skabies di Pesantren Sa’adatuddaren di wilayah kerja Puskesmas Tahtul Yaman Kota
Jambi Tahun 2019. Tidak Terdapat hubungan yang bermakna antara Kondisi
Lingkungan dengan Kejadian Skabies di pesantren Sa’adatuddaren di wilayah kerja
Puskesmas Tahtul Yaman Kota Jambi Tahun 2019.
Bagi Pondok Pesantren Sa’adatuddaren Memberikan informasi lebih lanjut tentang
kejadian scabies melalui penyuluhan tentang pencegahan scabies kepada santri
Menjaga lingkungan Pondok Pesantren agar tetap bersih dan rapi. Perlu meningkatkan
pengetahuan dan tindakan pencegahan scabies dengan menjaga kebersihan diri santri
terutama kebersihan kulit, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan genital, kebersihan
105
pakaian, kebersihan handuk dan kebersihan tempat tidur dan sprei dengan seperti
menyediakan sarana CTPS, melakukan gotongroyong membersihkan kamar santri
Page
setiap minggu, memeriksa kuku santri setiap minggu, menjemur kasur dan mencuci
sprei 2 minggu sekali, tidak bertukar pakaian dengan santri lain, menggunakan
pakaian dalam dengan keadaan kering, tidak menggunakan handuk secara bergantian
dan mandi 2x sehari menyediakan sabun cuci tangan. Untuk para santri membuat
106
Ahsani Nadiya dkk/ Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 99-106
DaftarPustaka
Afienna, H. (2018). Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian
Penyakit Scabies di Pondok Pesantren Marifatul Ulum Bringin Kabupaten Ngawi.
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun.
Afriani, B. (2017). Hubungan Personal Hygiene Dan Status Sosial Ekonomi Dengan
Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren. Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(1), 1–10.
Aminah. (2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Kejadian Skabies. Majority, 5(4),
54–59.
Angga, P. (2017). Faktor Risiko Hygiene Perorangan Santri Terhadap Kejadian Penyakit
Kulit Skabies di Pesantren AL-Baqiyatushshalihat Tanjung Jabung Barat. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 17(3), 2017.
Aprilianto, D. (2015). Hubungan Personal Hygiene dan Sanitasi Lingkungan dengan
Kejadian Scabies di Pondok Pesantren Al Musyaffa’ Desa Sudipayung Kecamatan
Ngampel Kabupaten Kendal Tahun 2015. Universitas Negeri S Universitas Negeri
Semarangemarang.
Ashar, Y. K. (2020). Level Of Knowledge And Attitude Of Waste Management In Faculty Of
Public Health Students Uin Sumatera Utara Medan. Contagion : Scientific Periodical of
Public Health and Coastal Health, 2(1), 28–38.
Budiman. (2015). Hubungan Kebersihan Perorangan dan Kondisi Fisik Air dengan Kejadian
Scabies di Desa Wombo Kecamatan Tanantovea Kabupaten Donggala. Higiene, 1(3),
162–167.
Desmawati. (2015). Hubungan Personal Hygiene Dan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian
Skabies Di Pondok Pesantren Al-Kautsar Pekanbaru. JOM, 2(1), 629–637.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas 2018.
http://www.kemkes.go.id/resources/download/info-terkini/hasil-riskesdas-2018.pdf
Muafidah, N. dan Santoso, I. (2017). Hubungan Personal Higiene dengan Kejadian Skabies
pada Santri Pondok Pesantren Al Falah Putera Kecamatan Liang Anggang Tahun 2016.
Journal of Health Science and Prevention, 1(1), 1–9.
Mutiara, H. (2016). Skabies. Majority, 5(2), 37–42.
Ratnasari, A. (2014). Prevalensi Skabies dan Faktor-faktor yang Berhubungan di Pesantren
106
Dengan Gejala Penyakit Skabies Pada Santri Di Pondok Pesantren Darul Muklisin Kota
Kendari 2017. JIMKESMAS (Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat), 2(6),
1–8.
Rinaldi, R. (2015). Pengaruh Permainan Mencocokan Tulisan Dengan Gambar Beserta
Video Terhadap Peningkatan Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Mengenai Penyakit
Skabies Pada Siswa Kelas Vii Dan VIII Pondok Pesantren Darul Mukhlisin Kota
107
Ahsani Nadiya dkk/ Scientific Periodical of Public Health and Coastal2(2),2020 , halaman 99-106
107
Page