JURNAL

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 8

PROPORSI DAN FAKTOR RISIKO SKABIES PADA SANTRI

DI PONDOK PESANTREN AL – HUSNA


KABUPATEN DELI SERDANG
TAHUN 2016

Agusti Tri Hidayati*), Umar Zein**), Juniar Siregar***)

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara,


Jl. Sisingamangaraja No 2A, Medan
Email: [email protected]

ABSTRAK

Skabies adalah penyakit kulit yang disebakan oleh infestasi dan sensititasi terhadap Sarcoptes scabiei
Var. hominis. Skabies merupakan salah satu penyakit yang sering diderita oleh penghuni pesantren. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana proporsi kejadian skabies dan menggambarkan faktor-faktor risiko
kejadian skabies pada santri di Pondok Pesantren Al-Husna Kabupaten Deli Serdang tahun 2016. Metode dalam
penelitian ini adalah desktiptif dengan desain cross-sectional dimana teknik pemilihan sampel yang digunakan
yaitu total sampling.
Hasil penelitian yang dilakukan pada 89 orang santri ditemukan 32 orang (35,9%) menderita skabies.
Terdiri dari 31 orang (34,8 %) laki-laki dan 1 orang (1,1%) perempuan dengan rentang usia 13 sampai 17 tahun
yang ditegakkan berdasarkan keluhan, pemeriksaan fisik, dan identifikasi tungau secara mikroskopis dengan
ditemukannya Sarcoptes scabiei. Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian skabies adalah faktor kebersihan
diri, perilaku, dan lingkungan.

Kata Kunci : Skabies, Proporsi, Faktor Risiko.

ABSTRACT

Scabies is a skin desease that cause by infestation and sensitization of Sarcoptes scabiei Var. hominis.
Scabies is one of diseases that often suffered by most of pesantren occupants. This study aims to determine how
much the incidence of scabies and describe risk factors incidence of scabies in students at Pondok Pesantren Al-
Husna Deli Serdang region 2016. The method in this study was a descriptive cross-sectional design where the
sample selection technique used is total sampling.
Results of study conducted on 89 students found 32 (35.9%) suffered from scabies. Consisting of 31
people (34.8%) men and 1 (1.1%) of women with aged 13 to 17 years were made on the basis of complaints,
physical examination, and identification of microscopic mites with the discovery of Sarcoptes scabiei. The risk
factors that affect the incidence of scabies is a factor of personal hygiene, behavioral, and environmental.

Keywords : Scabies, Proportion, Risk Factors.

PENDAHULUAN masyarakat terutama pada anak-anak. Sebagai


contoh yaitu permasalahan skabies pada kalangan
Skabies adalah infeksi kulit menular yang anak-anak pondok pesantren yang masih sering
menyebar dengan cepat dan ditemukan di seluruh terjadi karena kurangnya pengetahuan akan
dunia. Disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei berbagai faktor penyebab dari skabies serta
yang menimbulkan ruam pada kulit dan kurangnya kesadaran akan kebersihan diri. (Jauhari,
menyebabkan rasa gatal di seluruh tubuh, terutama 2015)
pada malam hari. (WHO, 2016) Meskipun sering terjadi pada anak-anak,
Skabies merupakan salah satu penyakit faktor predisposisi lainnya yaitu kepadatan
kulit yang paling sering terjadi di kalangan
penduduk, higiene yang buruk, gizi yang buruk, dan Masih ada pesantren tumbuh dengan
kontak seksual. (Gunning, 2013) lingkungan yang kumuh, tempat mandi dan WC
Memiliki sistem kekebalan tubuh yang yang kotor, lingkungan yang lembab, dan sanitasi
lemah juga meningkatkan risiko terkena skabies. yang buruk. Ditambah lagi dengan perilaku tidak
Orang tua dan orang-orang yang memiliki sistem sehat, seperti menggantungkan pakaian dalam
kekebalan tubuh lemah karena penyakit HIV/AIDS, kamar dan saling bertukar benda pribadi, seperti
limfoma, atau leukemia memiliki peningkatan handuk dan lain-lain. (Akmal, 2013)
resiko. Orang yang menerima transplantasi organ Pondok Pesantren Al-Husna merupakan
juga memiliki risiko yang lebih tinggi. (American sekolah islam berasrama dengan jumlah penghuni
Academy of Dermatology, 2016) yang cukup banyak. Berdasarkan survey awal,
Pemeliharaan personal hygiene sangat peneliti mendapatkan informasi dari pihak
berperan penting dalam pencegahan dan pengelola pesantren Al-Husna bahwa ada beberapa
pengendalian skabies. (WHO, 2016) Dimana santri yang mengeluhkan gatal terutama pada
individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi malam hari. Peneliti juga mendapatkan informasi
menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya bahwa sebelumnya tidak pernah dilakukan
penyakit. (Akmal, 2013) penelitian kesehatan di Pondok Pesantren Al-
Salah satu upaya pemeliharaan personal Husna. Hal inilah yang mendorong penulis ingin
hygiene adalah merawat kebersihan kulit karena melakukan penelitian mengenai proporsi dan faktor
kulit berfungsi untuk melindungi permukaan tubuh risiko skabies pada santri di Pondok Pesantren Al-
dan memelihara suhu tubuh. Mengingat kulit Husna Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016.
penting sebagai pelindung organ-organ tubuh, maka
perlu dijaga kesehatannya dari penyakit menular RUMUSAN MASALAH
seperti skabies. (Akmal, 2013)
Prevalensi skabies di seluruh dunia Bagaimanakah proporsi dan faktor risiko
diperkirakan terdapat sekitar 300 juta kasus per skabies pada santri di Pondok Pesantren Al-Husna
tahun. Skabies terjadi pada kedua jenis kelamin, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016?
pada semua usia, semua kelompok suku bangsa,
dan di semua tingkat sosial ekonomi. (Chosidow, TUJUAN PENELITIAN
2006)
Skabies tercatat memiliki proporsi besar Tujuan khusus penelitian ini adalah :
penyakit kulit di negara berkembang. Secara global, 1 Untuk mengetahui proporsi penyakit skabies
hal itu mempengaruhi lebih 130 juta orang setiap berdasarkan jenis kelamin pada santri di
saat. Dalam literatur terbaru, peningkatan skabies Pondok Pesantren Al-Husna Kabupaten Deli
terjadi dari 0,3% menjadi 46%. (WHO, 2016) Serdang Tahun 2016.
Di Indonesia, sebagai negara dengan 2 Untuk mengetahui proporsi penyakit skabies
jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia, berdasarkan usia pada santri di Pondok
terdapat 14.798 pondok pesantren dengan Pesantren Al-Husna Kabupaten Deli Serdang
prevalensi skabies cukup tinggi. Pada tahun 2003, Tahun 2016.
prevalensi skabies di 12 pondok pesantren di 3 Untuk mengetahui faktor resiko penyebab
Kabupaten Lamongan adalah 48,8% dan di penyakit skabies pada santri di Pondok
Pesantren An-Najach Magelang pada tahun 2008 Pesantren Al-Husna Kabupaten Deli Serdang
prevalensi skabies adalah 43%. (Ratnasari dan Tahun 2016.
Sungkar, 2014)
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya MANFAAT PENELITIAN
pada tahun 2015 di Puskesmas Mandala Kecamatan 1. Bagi peneliti, sebagai salah satu syarat
Medan Tembung, penderita skabies pada kasus kelulusan Program Pendidikan Dokter (S1) dan
baru sebanyak 130 orang (91%), sedangkan pada untuk menambah pengetahuan serta wawasan
kasus lama sebanyak 13 orang (9%), dengan tingkat peneliti terhadap penyakit kulit menular
prevalensi penderita skabies adalah 5,6%. terutama pada penyakit skabies.
Siswa pondok pesantren merupakan subjek 2. Bagi pengelola pondok pesantren, menentukan
penting dalam permasalahan skabies. Karena dari kebijakan dalam pengelolaan asrama yang
data-data yang ada, sebagian besar yang menderita memperhatikan kebersihan lingkungan dan
skabies adalah siswa pondok pesantren. menanamkan sikap positif dalam kebersihan diri
Penyebabnya adalah tinggal bersama dengan dengan melakukan upaya-upaya pencegahan
sekelompok orang di pondok pesantren memang penularan penyakit skabies serta menyediakan
berisiko mudah tertular berbagai penyakit kulit. fasilitas-fasilitas yang menunjang kesehatan
Perilaku hidup bersih dan sehat terutama kebersihan penghuni pondok pesantren.
perseorangan umumnya kurang mendapatkan 3. Bagi santri, agar mampu menanamkan sikap
perhatian. tentang kebersihan diri dan lingkungan sekitar
asrama sehingga terbebas dari penularan Penelitian ke pimpinan Pondok Pesantren Al-
penyakit skabies. Husna. Surat dapat dilihat pada lampiran.
METODE PENELITIAN Penelitian skabies ini dilaksanakan pada
tanggal 26 Desember 2016, bertempat di sebuah
Jenis Penelitian ruangan kelas di pesantren tersebut. Santri yang
bersedia mengisi lembar data diri dan informed
Penelitian ini dilakukan dengan metode consent yaitu sebanyak 89 orang (Lk = 40 orang, Pr
survey deskriptif, dan pendekatan Cross Sectional. = 49 orang).
Pada saat penelitian, dilakukan anamnesis
Waktu dan Tempat Penelitian pada santri yang telah bersedia menjadi responden.
Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik. Jika
Dijadwalkan mulai Desember 2016 sampai didapati dugaan skabies, dilakukan pemeriksaan
Februari 2017. Pondok Pesantren Al-Husna jalan kerokan kulit untuk menegakkan diagnosa pasti
Pelajar Pasar 3 Marendal 1 Kecamatan Patumbak skabies.
Kabupaten Deli Serdang. Pemeriksaan kerokan kulit di lakukan pada 5 orang
santri yang mempunyai ruam infeksi baru.
Sampel Sedangkan yang lainnya tidak dilakukan
pemeriksaan kerokan kulit karena lesi kulit sudah
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh kering dan tidak dapat dilakukan pengerokan, tetapi
santri di Pesantren Al-Husna Kabupaten Deli sudah di konfirmasi oleh dr. Siska Anggreni Lubis,
Serdang tahun 2016. M.Pd (Ked).,Sp.KK bahwa diagnosa pasti
berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik adalah
Kriteria Inklusi: skabies. Kemudian dilakukan pemeriksaan secara
1. Santri dengan ruam skabies (papul atau vesikel) mikroskopis di tempat penelitian. Untuk identifikasi
pada tempat predileksi. lanjut, dilakukan di Laboratorium Penyakit Tropis
2.Bersedia menjadi responden dengan dan Infeksi Dr. Umar Zein.
menandatangani Informed Consent.
Tabel 4.3 Data Responden Yang Dilakukan
Pemeriksaan Kerokan Kulit di Pondok
Kriteria Eksklusi: Pesantren Al - Husna Kabupaten Deli Serdang
1. Santri yang tidak ada ruam skabies (papul atau Tahun 2016
vesikel) pada tempat predileksi.
2. Menolak diambil kerokan lesi kulit.
No. Urut Jenis
Usia Hasil
Responden kelamin
Instrument Penelitian Sarcoptes
1 Lk 12 tahun
scabiei (+)
Alat Sarcoptes
Alat yang digunakan dalam penelitian ini 3 Lk 13 tahun
scabiei (+)
adalah mikroskop olympus 21 Sarcoptes
Bahan 8 Lk 12 tahun
scabiei (+)
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini Sarcoptes
adalah larutan KOH 10%, alkohol 70% , 20 Lk 14 tahun
scabiei (+)
skapel, gelas obyek, kapas, dan kaca Sarcoptes
penutup. 24 Lk 17 tahun
scabiei (+)

PROSEDUR PENELITIAN Di tempat penelitian dilakukan


pemeriksaan kerokan kulit + KOH 10% pada
responden yang diduga mengidap skabies.
Sebelum penelitian dilaksanakan, telah
Kemudian dilakukan pemeriksaan secara
dilakukan survei awal terlebih dahulu pada tanggal
mikroskopis di tempat penelitian oleh analis Sahat
7 oktober 2016 di Pondok Pesantren Al Husna Jl.
Siregar. Untuk identifikasi lanjut, dilakukan di
Pelajar Marendal 1 Kecamatan Patumbak
Laboratorium Penyakit Tropis dan Infeksi Dr.
Kabupaten Deli Serdang Medan Sumatera Utara.
Umar Zein. Dari pemeriksaan mikroskopis
Pada saat itu dijumpai kepala sekolah pesantren
didapatkan 5 orang positif skabies. Responden yang
guna memastikan pihak pesantren memberikan izin
dinyatakan positif skabies ditemukan Sarcoptes
pada penelitian ini dan penetapan tanggal penelitian
Scabiei.
agar dilakukan persiapan. Sebelumnya juga
dilakukan penyerahan surat Permohonan izin
orang), sedangkan remaja akhir sebesar 4,9% (4
orang). (Tabel 4.5)

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase


Responden Berdasarkan Faktor Kebersihan Diri
di Pondok Pesantren Al-Husna Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2016

Faktor Kebersihan Diri Jumlah (%)


Gambar 4. 1 Bentuk Ruam Pada Pasien
Frekuensi mandi/hari
a. 1 1,1
b. 81 91
c. 7 7,9
Pemakaian sabun
a. 88 97,8
b. 0 0
c. 1 1,1
Penggunaan sepatu dan kaus
Gambar 4.3 Hasil Pemeriksaan Kerokan Kulit kaki kering
dengan KOH 10% a. 74 83,1
b. 9 10,1
c. 6 6,7
Proporsi Kejadian Skabies
Dari faktor kebersihan kulit,
91%responden mengatakan 2 kali mandi dalam
Proporsi = 32 orang x 100 % = 35,9 %
sehari, 97,8% responden menyatakan selalu mandi
89 orang
dengan menggunakan sabun.Hasil penelitian untuk
faktor kebersihan kaki, responden selalu
menggunakan alas kaki yang kering sebanyak
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi dan Proporsi 83,1% responden. (Tabel 4.6)
Kejadian Skabies Berdasarkan Jenis Kelamin di
Pondok Pesantren Al-Husna Kabupaten Deli Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase
Serdang Tahun 2016 Responden Berdasarkan Faktor Kebersihan Diri
di Pondok Pesantren Al-Husna Kabupaten Deli
Jenis Kelamin F (orang) Proporsi (%) Serdang Tahun 2016
Laki - laki 31 34,8
Perempuan 1 1,1 Faktor Perilaku Jumlah (%)
Total 32 35,9 Frekuensi mengganti
pakaian/hari
Kejadian skabies berdasarkan jenis a. 33 37,1
kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu 34,8 % (31 b. 56 62,9
orang), sedangkan remaja akhir sebesar 1,1 % (1 c. 0 0
orang). (Tabel 4.4) Bergantian pakaian dengan
teman
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi dan Proporsi a. Kadang-
34 38,2
Kejadian Skabies Berdasarkan Usia Kelamin di kadang
53 59,6
Pondok Pesantren Al-Husna Kabupaten Deli b.
2 2,2
Serdang Tahun 2016 c.

Kategori F Proporsi
Usia
Usia (orang) (%) Menjemur pakaian dibawah
12 - 16 Remaja sinar matahari
28 31,4
tahun Awal a. 81 91,0
17 - 25 Remaja b. 1 1,1
4 4,9
tahun Akhir c. 7 7,9
Total 32 35,9 Frekuensi mengganti handuk
a. 68 76,4
Kejadian skabies berdasarkan usia b. 16 18,0
terbanyak adalah remaja awal yaitu 31,4 % (28 c. 5 5,6
Bergantian handuk dengan c. 1 1,1
teman
a. Kadang- 24 27,0 Dari faktor lingkungan, sebanyak 38,2%
b. Tidak 60 67,4 responden mengatakan tidak pernah menjemur
c. Sering 5 5,6 kasur, 29,2% responden mengatakan kadang-
Menjemur handuk sehabis kadang menjemur kasur. Untuk lamanya menjemur
mandi kasur, 46,1% responden mengatakan menjemur
a. Ya selalu 60 67,4 kasur selama > 6 jam, 25,7% responden
b. Tidak 4 4,5 mengatakan menjemur kasur selama 1 jam. Bahkan
c. Kadang- 25 28,1 ada responden yang tidak menjemur kasur sebanyak
38,2% responden dan 100% responden mengatakan
Dari faktor perilaku, sebanyak 62,9% tidak menggunakan sprei. Sebanyak 25,8%
responden mengatakan 2 kali mengganti pakaian responden mengatakan 2 orang pada satu tempat
dalam sehari, dan 37,1% mengganti pakaian 1 kali tidur dan 73% responden mengatakan 1 orang pada
dalam sehari, 38,2% responden mengatakan satu tempat tidur. (Tabel 4.8)
kadang-kadang saling berganti pakaian dengan
teman. Untuk menjemur pakaian dibawah sinar PEMBAHASAN PENELITIAN
matahari, 91,9% responden selalu menjemur
pakaian dibawah sinar matahari. Pondok pesantren merupakan sekolah
Sebanyak 76,4% responden mengatakan islam berasrama diamana santri dipisahkan dari
mengganti handuk 1 minggu sekali, 67,4% orang tua dan tinggal bersama dengan sekelompok
responden mengatakan tidak pernah berganti orang. Pondok pesantren sebagai suatu tempat
handuk dengan teman, dan 27% responden pendidikan merupakan suatu lingkungan yang
mengatakan kadang-kadang berganti handuk memungkinkan penyebaran penyakit menular pada
dengan teman, untuk menjemur handuk sehabis kulit, seperti skabies.
mandi 67,4% responden mengatakan selalu Dalam penelitian ini terdapat 89 orang
menjemur handuk sehabis mandi, dan 28,1% responden yang dilakukan anamnesis, pemeriksaan
responden mengatakan kadang-kadang menjemur fisik, dan untuk menegakkan diagnosa pasti
handuk sehabis mandi. (Tabel 4.7) dilakukan pemeriksaan kerokan kulit + KOH 10%.
Pemeriksaan kerokan kulit dilakukan pada santri
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase dengan ruam infeksi baru yaitu sebanyak 5 orang.
Responden Berdasarkan Faktor Lingkungan di Sedangkan responden lainnya tidak dilakukan
Pesantren Al-Husna Kabupaten Deli Serdang pemeriksaan kerokan kulit karena lesi sudah kering
Tahun 2016 sehingga tidak dapat dilakukan pengerokan, tetapi
sudah di konfirmasi oleh dr. Siska Anggreni Lubis,
Faktor Lingkungan Jumlah (%) M.Pd (Ked).,Sp.KK bahwa diagnosa pasti
Menjemur kasur berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik adalah
a. Ya selalu skabies. Kemudian dilakukan pemeriksaan secara
b. Tidak 29 32,6 mikroskopis di tempat penelitian. Untuk identifikasi
pernah 34 38,2 lanjut, dilakukan di Laboratorium Penyakit Tropis
d. Kadang- 26 29,2 dan Infeksi Dr. Umar Zein. Berdasarkan
kadang pemeriksaan kerokan kulit ditemukan tungau
Lamanya menjemu kasur Sarcoptes Scabiei pada 5 orang responden tersebut.
a. 1 jam Responden yang dinyatakan positif skabies
14 25,7 diberikan obat scabimite (permethrin 5%) krim dan
b. > 6 jam
41 46,1 diberikan edukasi kepada santri, yaitu mencuci
c. Tidak
34 38,2 pakaian yang sudah dipakai menggunakan air
menjemur kasur
Frekuensi mengganti sprei dengan suhu > 55℃ serta menjemur kasur di
a. 1 minggu bawah terik matahari selama > 6 jam untuk
sekali menhilangkan tungau pada kasur.
0 0
b. > 1 bulan Penemuan proporsi skabies sebesar 35,9%
0 0
sekali (Lk = 31 orang, Pr = 1 orang) pada Pondok
89 100
d. Tidak pakai Pesantren Al-Husna membuktikan bahwa proporsi
sprei penyakit ini pada lingkungan pondok pesantren
masih tinggi, karena hampir setengah dari populasi
santri menderita skabies. Banyaknya laki-laki
Jumlah orang pada satu dibandingkan perempuan yang menderita penyakit
tempat tidur ini disebabkan oleh pengaruh aktifitas dan
a. 1 orang 15 73,0 kebiasaan hidup. Laki-laki lebih aktif melakukan
b. 2 orang 23 25,8 aktifitas daripada perempuan, seperti dalam hal
olahraga. Kemudian dalam hal kebiasaan hidup pakaian 1 kali dalam sehari dan 34 orang (38,2%)
laki-laki lebih cenderung kurang menjaga responden mengatakan kadang-kadang berganti
kebersihan diri dibandingkan dengan perempuan. pakaian dengan teman. Tentu saja hal ini dapat
Penelitian ini setara dengan penelitian mempermudah terjadinya infestasi tungau dan
yang dilakukan di Panti Asuhan Yayasan Aman mudahnya terjadi penularan skabies antar santri.
Sosial Al-Wasliyah Medan, bahwa penderita Sebanyak 7 orang (7,9%) responden
skabies di panti asuhan tersebut adalah sebanyak 48 mengatakan kadang-kadang menjemur pakaian
orang (55,2%) dari 87 orang. Juga didominasi oleh dibawah sinar matahari, merupakan suatu angka
laki-laki yaitu sebanyak 31 orang (64.6%). (Jauhari, yang kecil tetapi tetap merupakan suatu ancaman
2015) terjadinya penularan skabies. Karena apabila baju
Penelitian yang dilakukan di Pondok tidak dijemur dengan kering dibawah sinar matahari
Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik Air Pacah maka penularan skabies akan mudah melalui
Kecamatan Koto Tangah Padang, bahwa sebanyak pakaian kita, karena Sarcoptes scabiei suka hidup
34 orang (26,4%) menderita skabies dari 138 orang. pada tempat yang lembab.
(Akmal, dkk., 2013) Sebanyak 16 orang (18%) responden
Faktor risiko yang ditemukan adalah faktor mengatakan mengganti handuk 2-4 minggu sekali
kebersihan diri, perilaku, dan lingkungan. Dari dan 5 orang (5,6%) responden mengganti handuk >
faktor kebersihan diri, sebagian kecil santri 1 bulan sekali. 25 orang (28,1%) responden
memiliki kebersihan yang jelek. Dapat dilihat dari mengatakan kadang-kadang menjemur handuk
hasil penelitian kebersihan kulit, hanya 1 orang sehabis mandi dan 24 orang (27%) responden
(1,1%) responden yang mengatakan mandi 1 kali mengatakan kadang-kadang berganti handuk
dalam sehari, 1 orang (1,1%) responden yang dengan teman, bahkan ada 5 orang (5,6%)
mengatakan kadang-kadang mandi memamakai mengatakan sering berganti handuk dengan teman,
sabun. Dari faktor kebersihan kaki, 6 orang (6,7%) dari faktor ini terlihat kebiasaan santri yang kurang
responden mengatakan kadang-kadang baik dan kurangnya pemahaman tentang penularan
menggunakan kaus kaki kering dan 9 orang penyakit skabies. Sebaiknya kebiasaan menyangkut
(10,1%) responden tidak menggunakan kaus kaki pinjam meminjam yang dapat mempengaruhi
kering. Oleh karena itu tungau Sarcoptes scabiei timbulnya penyakit menular skabies seperti baju,
akan lebih mudah menginfestasi individu dengan sabun mandi, handuk haruslah dihindari. Karena
kebersihan santri yang jelek dan sebaliknya lebih kebiasaan-kebiasaan itulah yang dapat
sukar menginfestasi individu dengan kebersihan menimbulkan suatu masalah kesehatan terutama
diri santri yang baik karena tungau dapat kesehatan kulit.
dihilangkan dengan mandi teratur, pakaian dan Hal ini berbeda dengan penelitian yang
handuk sering dicuci, dan kebersihan alas tidur dilakukan di Pondok Pesantren Sukahideng
selalu terjaga. Kabupaten Tasikmalaya Periode Januari- Desember
Hal ini berbeda dengan penelitian yang 2013 pada 72 responden, menjelaskan bahwa
dilakukan di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul sebagian besar responden memiliki perilaku yang
Hasanah medan pada 108 responden, menjelaskan baik, yaitu sebanyak 50 orang (69,4%) memiliki
bahwa sebagian besar santri memiliki kebersihan perilaku yang baik dengan kejadian skabies yaitu
jelek, yaitu 94 orang (87,04%) responden sebanyak 20 orang dan 22 orang (30,6%) memiliki
mengatakan kadang-kadang mandi dua kali dalam perilaku yang kurang dengan kejadian skabies
sehari, 4 orang (3,70%) responden mengatakan sebanyak 16 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa
kadang-kadang mandi dengan menggunakan sabun, sebagian besar responden memiliki perilaku yang
dan 74 orang (68,48%) responden mengatakan baik, tetapi juga dapat menimbulkan terjadinya
kadang-kadang menggunakan alas kaki yang kering penularan skabies. (Ratna, dkk., 2015)
setiap hari. (Tanjung, 2010) Berdasarkan survei yang dilakukan
Penelitian yang dilakukan di Pondok terhadap kebersihan lingkungan di Pondok
Pesantren Modern Misbahul Ulum Paloh Pesantren Al-Husna dikategorikan kurang baik, hal
Lhokseumawe Aceh Utara pada 140 responden, ini dapat dilihat ruang tidur santri yang kurang
menjelaskan bahwa sebagian besar santri memiliki bersih dan menampung santri dalam jumlah yang
kebersihan jelek, yaitu 50 (35,7%) responden banyak dalam satu kamar tidur, serta sarana air
menyatakan kadang-kadang mandi dua sampai tiga yang kurang bersih karena bak air mandi sama
kali sehari, 35 (25,0%) responden menyatakan tidak dengan bak mencuci pakaian.
pernah mandi dengan menggunakan sabun. (Bakri,
2013) Dalam penelitian ini, 89 orang (100%)
Dari faktor perilaku, banyak kebiasaan mengatakan tidak menggunakan sprei, sebanyak 26
santri yang kurang mendukung dalam tercapainya orang (29,2%) responden mengatakan kadang-
pola hidup sehat. Dapat dilihat dari hasil penelitian kadang menjemur kasur dan bahkan ada 34 orang
tentang perilaku santri menunjukkan bahwa 33 (38,2%) responden tidak pernah menjemur kasur.
orang (37,1%) responden mengatakan mengganti Terdapat 23 orang (25,8%) responden mengatakan
***)
2 orang pada satu tempat tidur. Dapat terlihat dr. Juniar Siregar, Sp.KK : Dosen Bidang
bahwa mudahnya terjadi penularan skabies, karena Penyakit Kulit Fakultas Kedokteran Universitas
tungau suka mengendap di kasur apalagi pada kasur Islam Sumatera Utara, Medan.
yang tidak pernah di jemur di bawah sinar matahari.
Karena tungau suka pada tempat yang lembab.
Ditambah dengan kebiasan santri yang selalu tidur DAFTAR PUSTAKA
beramai-ramai dan selalu tidur berpindah tempat
sesuai kemauan karena tidak adanya aturan yang Akmal, SC, Semiarty, R., dan Gayatri. (2013).
menetapkan agar santri harus tidur pada tempat Hubungan Personal Hygiene Dengan
khusus yang sudah dipersiapkan. Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren
Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik Air
Keterbatasan Penelitian Pacah, Kecamatan Koto Tangah Padang
1. Melakukan survei awal yang kurang cermat Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas.
sehingga hasilnya tidak seperti yang 2013; 2(3), 164-6.
diharapkan. American Academy of Dermatology. (2016).
2. Ada santri yang menolak menjadi responden Scabies. Available from :
dan ada yang tidak berada di lingkungan https://www.aad.org/public/diseases/conta
pesantren sewaktu penelitian berlangsung. gious-skin-diseases/scabies#overview
[Accessed November 22, 2016].
Bakri Z. (2013). Faktor - Faktor Yang
KESIMPULAN Berhubungan dengan Penyakit Skabies
Pada Santri di Pondok Pesantren Modern
Dari hasil penelitian didapatkan proporsi Misbahul Ulum Paloh Lhokseumawe Aceh
skabies sebanyak 32 orang (35,9%), terdiri dari 31 Utara. Skripsi. Fakultas Kedokteran
orang laki-laki (34,8%) dan 1 orang perempuan Universitas Islam Sumatera Utara.
(1,1%) dengan rentang umur 13 sampai 17 tahun. Boediardja, SA, dan Handoko, RP. (2015). Scabies.
Dari pemeriksaan kerokan kulit yang dilakukan Dalam: Menaldi SLSW, Bramono K,
pada 5 orang responden ditemukan tungau Indriatmi W (Editor). Ilmu penyakit kulit
Sarcoptes scabiei yang diperiksa secara dan kelamin. Ed 7. Jakarta : Badan
mikroskopis. Berdasarkan faktor risiko yang Penerbit FKUI, 137-40.
mempengaruhi skabies adalah dari faktor Chosidow, O. (2006). Scabies. N Engl J Med
kebersihan diri, perilaku, dan kebersihan 2006;354:1718-27.
lingkungan. Daili, SF, B. Makes, WI, dan Zubier, F. (2009).
Infeksi Menular Seksual. Ed 4. Jakarta :
SARAN FK UI, 197-202.
Gunning, K., Pippitt, K., Kiraly, B., and Sayler, M.
1. Membuat survei awal dengan lebih baik (2013). Pediculosis and Scabies : A
sehingga sewaktu penelitian mendapatkan Treatmet Update. Indian Journal of
hasil yang baik dan untuk peneletian Clinical Practice., Vol. 24, No. 3. August
selanjutnya disarankan didampingi dengan 2013, 211-16.
ahli parasitologi. Handoko, RP. (2013). Skabies. Dalam: Djuanda A,
2. Diperlukan adanya penyuluhan tentang Hamzah M, Aisah S (Editor). Ilmu
kebersihan diri, perilaku hidup bersih dan penyakit kulit dan kelamin. Ed 7. Jakarta :
sehat serta kebersihan lingkungan terutama Badan Penerbit FKUI, 137-40.
tempat tidur. Jauhari, MM. (2015). Prevalensi dan Gambaran
3. Kepada santri agar sebaiknya melakukan Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Skabies
perilaku hidup bersih dan sehat, khususnya di Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-
untuk merperhatikan kesehatan kulit dan Wasliyah Medan Tahun 2013, Karya Tulis
menghindari faktor-faktor yang dapat Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas
menimbulkan skabies. Sumatera Utara.
Maskur Z. (2015). Infeksi Parasit dan Gangguan
*)
Agusti Tri Hidayati : Mahasiswi Fakultas Serangga. Dalam: Harahap M (Editor).
Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates,
Medan. 109-13.
**)
Dr. dr Umar Zein, DTM & H. Sp.PD., KPTI : Murtiastutik D. (2009). HIV & AIDS dengan
Dosen Bidang Penyakit Dalam Fakultas Kelainan Kulit. Surabaya : Airlangga
Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, University Press, 87-9.
Medan. Nasution FS. (2014). Uji Diagnostik Pemeriksaan
Dermoskopi Dalam Mendiagnosis Skabies.
Tesis, Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Noor NN. (2008). Epidemiologi. Ed rev. Jakarta :
Rineka Cipta, 77-8.
Notoatmodjo S. (2012). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Ed rev. Jakarta : Rineka Cipta,
35-6.
Ratna I, Rusmartini T, dan Wiradihardja R. (2015).
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan
Perilaku Santri dengan Kejadian Skabies
di Pondok Pesantren Sukahideng
Kabupaten Tasikmalaya Periode Januari
– Desember 2013. Prosiding SPeSIA 2015.
Ratnasari AF dan Sungkar S. (2014). Prevalensi
Skabies dan Faktor-faktor yang
Berhubungan di Pesantren X, Jakarta
Timur. eJKI. Vol. 2, No. 1. 7-12
Siregar, RS. (2016). Atlas Berwarna Saripati
Penyakit Kulit. Jakarta : EGC, 166-9.
Susanto C dan Ari M. (2013). Penyakit Kulit dan
Kelamin. Yogyakarta : Nuha Medika, 37-
40.
Sutanto, I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, dan Sungkar
S. (2015). Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran. Ed 4. Jakarta : Badan Penerbit
FKUI, 297-300.
Tanjung SB, (2010). Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Skabies Pada
Santri di Pondok Pesantren Ar -
Raudhatul Hasanah Medan. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sumatera Utara.
WHO. (2015). Scabies. Available from :
http://www.who.int/lymphatic_filariasis/ep
idemiology/scabies/en/ [Accessed
November 22, 2016].
WHO. (2015). Water-related Diseases. Available
from :
http://www.who.int/water_sanitation_healt
h/diseases-risks/diseases/scabies/en/
[Accessed November 22, 2016]
Yani I. (2016). Prevalensi Penderita Skabies yang
Berkunjung di Puskesmas Mandala
Kecamatan Medan Tembung Tahun 2016.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai