JURNAL
JURNAL
JURNAL
ABSTRAK
Skabies adalah penyakit kulit yang disebakan oleh infestasi dan sensititasi terhadap Sarcoptes scabiei
Var. hominis. Skabies merupakan salah satu penyakit yang sering diderita oleh penghuni pesantren. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana proporsi kejadian skabies dan menggambarkan faktor-faktor risiko
kejadian skabies pada santri di Pondok Pesantren Al-Husna Kabupaten Deli Serdang tahun 2016. Metode dalam
penelitian ini adalah desktiptif dengan desain cross-sectional dimana teknik pemilihan sampel yang digunakan
yaitu total sampling.
Hasil penelitian yang dilakukan pada 89 orang santri ditemukan 32 orang (35,9%) menderita skabies.
Terdiri dari 31 orang (34,8 %) laki-laki dan 1 orang (1,1%) perempuan dengan rentang usia 13 sampai 17 tahun
yang ditegakkan berdasarkan keluhan, pemeriksaan fisik, dan identifikasi tungau secara mikroskopis dengan
ditemukannya Sarcoptes scabiei. Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian skabies adalah faktor kebersihan
diri, perilaku, dan lingkungan.
ABSTRACT
Scabies is a skin desease that cause by infestation and sensitization of Sarcoptes scabiei Var. hominis.
Scabies is one of diseases that often suffered by most of pesantren occupants. This study aims to determine how
much the incidence of scabies and describe risk factors incidence of scabies in students at Pondok Pesantren Al-
Husna Deli Serdang region 2016. The method in this study was a descriptive cross-sectional design where the
sample selection technique used is total sampling.
Results of study conducted on 89 students found 32 (35.9%) suffered from scabies. Consisting of 31
people (34.8%) men and 1 (1.1%) of women with aged 13 to 17 years were made on the basis of complaints,
physical examination, and identification of microscopic mites with the discovery of Sarcoptes scabiei. The risk
factors that affect the incidence of scabies is a factor of personal hygiene, behavioral, and environmental.
Kategori F Proporsi
Usia
Usia (orang) (%) Menjemur pakaian dibawah
12 - 16 Remaja sinar matahari
28 31,4
tahun Awal a. 81 91,0
17 - 25 Remaja b. 1 1,1
4 4,9
tahun Akhir c. 7 7,9
Total 32 35,9 Frekuensi mengganti handuk
a. 68 76,4
Kejadian skabies berdasarkan usia b. 16 18,0
terbanyak adalah remaja awal yaitu 31,4 % (28 c. 5 5,6
Bergantian handuk dengan c. 1 1,1
teman
a. Kadang- 24 27,0 Dari faktor lingkungan, sebanyak 38,2%
b. Tidak 60 67,4 responden mengatakan tidak pernah menjemur
c. Sering 5 5,6 kasur, 29,2% responden mengatakan kadang-
Menjemur handuk sehabis kadang menjemur kasur. Untuk lamanya menjemur
mandi kasur, 46,1% responden mengatakan menjemur
a. Ya selalu 60 67,4 kasur selama > 6 jam, 25,7% responden
b. Tidak 4 4,5 mengatakan menjemur kasur selama 1 jam. Bahkan
c. Kadang- 25 28,1 ada responden yang tidak menjemur kasur sebanyak
38,2% responden dan 100% responden mengatakan
Dari faktor perilaku, sebanyak 62,9% tidak menggunakan sprei. Sebanyak 25,8%
responden mengatakan 2 kali mengganti pakaian responden mengatakan 2 orang pada satu tempat
dalam sehari, dan 37,1% mengganti pakaian 1 kali tidur dan 73% responden mengatakan 1 orang pada
dalam sehari, 38,2% responden mengatakan satu tempat tidur. (Tabel 4.8)
kadang-kadang saling berganti pakaian dengan
teman. Untuk menjemur pakaian dibawah sinar PEMBAHASAN PENELITIAN
matahari, 91,9% responden selalu menjemur
pakaian dibawah sinar matahari. Pondok pesantren merupakan sekolah
Sebanyak 76,4% responden mengatakan islam berasrama diamana santri dipisahkan dari
mengganti handuk 1 minggu sekali, 67,4% orang tua dan tinggal bersama dengan sekelompok
responden mengatakan tidak pernah berganti orang. Pondok pesantren sebagai suatu tempat
handuk dengan teman, dan 27% responden pendidikan merupakan suatu lingkungan yang
mengatakan kadang-kadang berganti handuk memungkinkan penyebaran penyakit menular pada
dengan teman, untuk menjemur handuk sehabis kulit, seperti skabies.
mandi 67,4% responden mengatakan selalu Dalam penelitian ini terdapat 89 orang
menjemur handuk sehabis mandi, dan 28,1% responden yang dilakukan anamnesis, pemeriksaan
responden mengatakan kadang-kadang menjemur fisik, dan untuk menegakkan diagnosa pasti
handuk sehabis mandi. (Tabel 4.7) dilakukan pemeriksaan kerokan kulit + KOH 10%.
Pemeriksaan kerokan kulit dilakukan pada santri
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase dengan ruam infeksi baru yaitu sebanyak 5 orang.
Responden Berdasarkan Faktor Lingkungan di Sedangkan responden lainnya tidak dilakukan
Pesantren Al-Husna Kabupaten Deli Serdang pemeriksaan kerokan kulit karena lesi sudah kering
Tahun 2016 sehingga tidak dapat dilakukan pengerokan, tetapi
sudah di konfirmasi oleh dr. Siska Anggreni Lubis,
Faktor Lingkungan Jumlah (%) M.Pd (Ked).,Sp.KK bahwa diagnosa pasti
Menjemur kasur berdasarkan gejala dan pemeriksaan fisik adalah
a. Ya selalu skabies. Kemudian dilakukan pemeriksaan secara
b. Tidak 29 32,6 mikroskopis di tempat penelitian. Untuk identifikasi
pernah 34 38,2 lanjut, dilakukan di Laboratorium Penyakit Tropis
d. Kadang- 26 29,2 dan Infeksi Dr. Umar Zein. Berdasarkan
kadang pemeriksaan kerokan kulit ditemukan tungau
Lamanya menjemu kasur Sarcoptes Scabiei pada 5 orang responden tersebut.
a. 1 jam Responden yang dinyatakan positif skabies
14 25,7 diberikan obat scabimite (permethrin 5%) krim dan
b. > 6 jam
41 46,1 diberikan edukasi kepada santri, yaitu mencuci
c. Tidak
34 38,2 pakaian yang sudah dipakai menggunakan air
menjemur kasur
Frekuensi mengganti sprei dengan suhu > 55℃ serta menjemur kasur di
a. 1 minggu bawah terik matahari selama > 6 jam untuk
sekali menhilangkan tungau pada kasur.
0 0
b. > 1 bulan Penemuan proporsi skabies sebesar 35,9%
0 0
sekali (Lk = 31 orang, Pr = 1 orang) pada Pondok
89 100
d. Tidak pakai Pesantren Al-Husna membuktikan bahwa proporsi
sprei penyakit ini pada lingkungan pondok pesantren
masih tinggi, karena hampir setengah dari populasi
santri menderita skabies. Banyaknya laki-laki
Jumlah orang pada satu dibandingkan perempuan yang menderita penyakit
tempat tidur ini disebabkan oleh pengaruh aktifitas dan
a. 1 orang 15 73,0 kebiasaan hidup. Laki-laki lebih aktif melakukan
b. 2 orang 23 25,8 aktifitas daripada perempuan, seperti dalam hal
olahraga. Kemudian dalam hal kebiasaan hidup pakaian 1 kali dalam sehari dan 34 orang (38,2%)
laki-laki lebih cenderung kurang menjaga responden mengatakan kadang-kadang berganti
kebersihan diri dibandingkan dengan perempuan. pakaian dengan teman. Tentu saja hal ini dapat
Penelitian ini setara dengan penelitian mempermudah terjadinya infestasi tungau dan
yang dilakukan di Panti Asuhan Yayasan Aman mudahnya terjadi penularan skabies antar santri.
Sosial Al-Wasliyah Medan, bahwa penderita Sebanyak 7 orang (7,9%) responden
skabies di panti asuhan tersebut adalah sebanyak 48 mengatakan kadang-kadang menjemur pakaian
orang (55,2%) dari 87 orang. Juga didominasi oleh dibawah sinar matahari, merupakan suatu angka
laki-laki yaitu sebanyak 31 orang (64.6%). (Jauhari, yang kecil tetapi tetap merupakan suatu ancaman
2015) terjadinya penularan skabies. Karena apabila baju
Penelitian yang dilakukan di Pondok tidak dijemur dengan kering dibawah sinar matahari
Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik Air Pacah maka penularan skabies akan mudah melalui
Kecamatan Koto Tangah Padang, bahwa sebanyak pakaian kita, karena Sarcoptes scabiei suka hidup
34 orang (26,4%) menderita skabies dari 138 orang. pada tempat yang lembab.
(Akmal, dkk., 2013) Sebanyak 16 orang (18%) responden
Faktor risiko yang ditemukan adalah faktor mengatakan mengganti handuk 2-4 minggu sekali
kebersihan diri, perilaku, dan lingkungan. Dari dan 5 orang (5,6%) responden mengganti handuk >
faktor kebersihan diri, sebagian kecil santri 1 bulan sekali. 25 orang (28,1%) responden
memiliki kebersihan yang jelek. Dapat dilihat dari mengatakan kadang-kadang menjemur handuk
hasil penelitian kebersihan kulit, hanya 1 orang sehabis mandi dan 24 orang (27%) responden
(1,1%) responden yang mengatakan mandi 1 kali mengatakan kadang-kadang berganti handuk
dalam sehari, 1 orang (1,1%) responden yang dengan teman, bahkan ada 5 orang (5,6%)
mengatakan kadang-kadang mandi memamakai mengatakan sering berganti handuk dengan teman,
sabun. Dari faktor kebersihan kaki, 6 orang (6,7%) dari faktor ini terlihat kebiasaan santri yang kurang
responden mengatakan kadang-kadang baik dan kurangnya pemahaman tentang penularan
menggunakan kaus kaki kering dan 9 orang penyakit skabies. Sebaiknya kebiasaan menyangkut
(10,1%) responden tidak menggunakan kaus kaki pinjam meminjam yang dapat mempengaruhi
kering. Oleh karena itu tungau Sarcoptes scabiei timbulnya penyakit menular skabies seperti baju,
akan lebih mudah menginfestasi individu dengan sabun mandi, handuk haruslah dihindari. Karena
kebersihan santri yang jelek dan sebaliknya lebih kebiasaan-kebiasaan itulah yang dapat
sukar menginfestasi individu dengan kebersihan menimbulkan suatu masalah kesehatan terutama
diri santri yang baik karena tungau dapat kesehatan kulit.
dihilangkan dengan mandi teratur, pakaian dan Hal ini berbeda dengan penelitian yang
handuk sering dicuci, dan kebersihan alas tidur dilakukan di Pondok Pesantren Sukahideng
selalu terjaga. Kabupaten Tasikmalaya Periode Januari- Desember
Hal ini berbeda dengan penelitian yang 2013 pada 72 responden, menjelaskan bahwa
dilakukan di Pondok Pesantren Ar-Raudhatul sebagian besar responden memiliki perilaku yang
Hasanah medan pada 108 responden, menjelaskan baik, yaitu sebanyak 50 orang (69,4%) memiliki
bahwa sebagian besar santri memiliki kebersihan perilaku yang baik dengan kejadian skabies yaitu
jelek, yaitu 94 orang (87,04%) responden sebanyak 20 orang dan 22 orang (30,6%) memiliki
mengatakan kadang-kadang mandi dua kali dalam perilaku yang kurang dengan kejadian skabies
sehari, 4 orang (3,70%) responden mengatakan sebanyak 16 orang. Hal ini mengindikasikan bahwa
kadang-kadang mandi dengan menggunakan sabun, sebagian besar responden memiliki perilaku yang
dan 74 orang (68,48%) responden mengatakan baik, tetapi juga dapat menimbulkan terjadinya
kadang-kadang menggunakan alas kaki yang kering penularan skabies. (Ratna, dkk., 2015)
setiap hari. (Tanjung, 2010) Berdasarkan survei yang dilakukan
Penelitian yang dilakukan di Pondok terhadap kebersihan lingkungan di Pondok
Pesantren Modern Misbahul Ulum Paloh Pesantren Al-Husna dikategorikan kurang baik, hal
Lhokseumawe Aceh Utara pada 140 responden, ini dapat dilihat ruang tidur santri yang kurang
menjelaskan bahwa sebagian besar santri memiliki bersih dan menampung santri dalam jumlah yang
kebersihan jelek, yaitu 50 (35,7%) responden banyak dalam satu kamar tidur, serta sarana air
menyatakan kadang-kadang mandi dua sampai tiga yang kurang bersih karena bak air mandi sama
kali sehari, 35 (25,0%) responden menyatakan tidak dengan bak mencuci pakaian.
pernah mandi dengan menggunakan sabun. (Bakri,
2013) Dalam penelitian ini, 89 orang (100%)
Dari faktor perilaku, banyak kebiasaan mengatakan tidak menggunakan sprei, sebanyak 26
santri yang kurang mendukung dalam tercapainya orang (29,2%) responden mengatakan kadang-
pola hidup sehat. Dapat dilihat dari hasil penelitian kadang menjemur kasur dan bahkan ada 34 orang
tentang perilaku santri menunjukkan bahwa 33 (38,2%) responden tidak pernah menjemur kasur.
orang (37,1%) responden mengatakan mengganti Terdapat 23 orang (25,8%) responden mengatakan
***)
2 orang pada satu tempat tidur. Dapat terlihat dr. Juniar Siregar, Sp.KK : Dosen Bidang
bahwa mudahnya terjadi penularan skabies, karena Penyakit Kulit Fakultas Kedokteran Universitas
tungau suka mengendap di kasur apalagi pada kasur Islam Sumatera Utara, Medan.
yang tidak pernah di jemur di bawah sinar matahari.
Karena tungau suka pada tempat yang lembab.
Ditambah dengan kebiasan santri yang selalu tidur DAFTAR PUSTAKA
beramai-ramai dan selalu tidur berpindah tempat
sesuai kemauan karena tidak adanya aturan yang Akmal, SC, Semiarty, R., dan Gayatri. (2013).
menetapkan agar santri harus tidur pada tempat Hubungan Personal Hygiene Dengan
khusus yang sudah dipersiapkan. Kejadian Skabies Di Pondok Pesantren
Pendidikan Islam Darul Ulum, Palarik Air
Keterbatasan Penelitian Pacah, Kecamatan Koto Tangah Padang
1. Melakukan survei awal yang kurang cermat Tahun 2013. Jurnal Kesehatan Andalas.
sehingga hasilnya tidak seperti yang 2013; 2(3), 164-6.
diharapkan. American Academy of Dermatology. (2016).
2. Ada santri yang menolak menjadi responden Scabies. Available from :
dan ada yang tidak berada di lingkungan https://www.aad.org/public/diseases/conta
pesantren sewaktu penelitian berlangsung. gious-skin-diseases/scabies#overview
[Accessed November 22, 2016].
Bakri Z. (2013). Faktor - Faktor Yang
KESIMPULAN Berhubungan dengan Penyakit Skabies
Pada Santri di Pondok Pesantren Modern
Dari hasil penelitian didapatkan proporsi Misbahul Ulum Paloh Lhokseumawe Aceh
skabies sebanyak 32 orang (35,9%), terdiri dari 31 Utara. Skripsi. Fakultas Kedokteran
orang laki-laki (34,8%) dan 1 orang perempuan Universitas Islam Sumatera Utara.
(1,1%) dengan rentang umur 13 sampai 17 tahun. Boediardja, SA, dan Handoko, RP. (2015). Scabies.
Dari pemeriksaan kerokan kulit yang dilakukan Dalam: Menaldi SLSW, Bramono K,
pada 5 orang responden ditemukan tungau Indriatmi W (Editor). Ilmu penyakit kulit
Sarcoptes scabiei yang diperiksa secara dan kelamin. Ed 7. Jakarta : Badan
mikroskopis. Berdasarkan faktor risiko yang Penerbit FKUI, 137-40.
mempengaruhi skabies adalah dari faktor Chosidow, O. (2006). Scabies. N Engl J Med
kebersihan diri, perilaku, dan kebersihan 2006;354:1718-27.
lingkungan. Daili, SF, B. Makes, WI, dan Zubier, F. (2009).
Infeksi Menular Seksual. Ed 4. Jakarta :
SARAN FK UI, 197-202.
Gunning, K., Pippitt, K., Kiraly, B., and Sayler, M.
1. Membuat survei awal dengan lebih baik (2013). Pediculosis and Scabies : A
sehingga sewaktu penelitian mendapatkan Treatmet Update. Indian Journal of
hasil yang baik dan untuk peneletian Clinical Practice., Vol. 24, No. 3. August
selanjutnya disarankan didampingi dengan 2013, 211-16.
ahli parasitologi. Handoko, RP. (2013). Skabies. Dalam: Djuanda A,
2. Diperlukan adanya penyuluhan tentang Hamzah M, Aisah S (Editor). Ilmu
kebersihan diri, perilaku hidup bersih dan penyakit kulit dan kelamin. Ed 7. Jakarta :
sehat serta kebersihan lingkungan terutama Badan Penerbit FKUI, 137-40.
tempat tidur. Jauhari, MM. (2015). Prevalensi dan Gambaran
3. Kepada santri agar sebaiknya melakukan Faktor-Faktor Resiko Terjadinya Skabies
perilaku hidup bersih dan sehat, khususnya di Panti Asuhan Yayasan Amal Sosial Al-
untuk merperhatikan kesehatan kulit dan Wasliyah Medan Tahun 2013, Karya Tulis
menghindari faktor-faktor yang dapat Ilmiah, Fakultas Kedokteran Universitas
menimbulkan skabies. Sumatera Utara.
Maskur Z. (2015). Infeksi Parasit dan Gangguan
*)
Agusti Tri Hidayati : Mahasiswi Fakultas Serangga. Dalam: Harahap M (Editor).
Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta : Hipokrates,
Medan. 109-13.
**)
Dr. dr Umar Zein, DTM & H. Sp.PD., KPTI : Murtiastutik D. (2009). HIV & AIDS dengan
Dosen Bidang Penyakit Dalam Fakultas Kelainan Kulit. Surabaya : Airlangga
Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, University Press, 87-9.
Medan. Nasution FS. (2014). Uji Diagnostik Pemeriksaan
Dermoskopi Dalam Mendiagnosis Skabies.
Tesis, Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Noor NN. (2008). Epidemiologi. Ed rev. Jakarta :
Rineka Cipta, 77-8.
Notoatmodjo S. (2012). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Ed rev. Jakarta : Rineka Cipta,
35-6.
Ratna I, Rusmartini T, dan Wiradihardja R. (2015).
Hubungan Tingkat Pengetahuan dan
Perilaku Santri dengan Kejadian Skabies
di Pondok Pesantren Sukahideng
Kabupaten Tasikmalaya Periode Januari
– Desember 2013. Prosiding SPeSIA 2015.
Ratnasari AF dan Sungkar S. (2014). Prevalensi
Skabies dan Faktor-faktor yang
Berhubungan di Pesantren X, Jakarta
Timur. eJKI. Vol. 2, No. 1. 7-12
Siregar, RS. (2016). Atlas Berwarna Saripati
Penyakit Kulit. Jakarta : EGC, 166-9.
Susanto C dan Ari M. (2013). Penyakit Kulit dan
Kelamin. Yogyakarta : Nuha Medika, 37-
40.
Sutanto, I, Ismid IS, Sjarifuddin PK, dan Sungkar
S. (2015). Buku Ajar Parasitologi
Kedokteran. Ed 4. Jakarta : Badan Penerbit
FKUI, 297-300.
Tanjung SB, (2010). Faktor – Faktor yang
Mempengaruhi Kejadian Skabies Pada
Santri di Pondok Pesantren Ar -
Raudhatul Hasanah Medan. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Sumatera Utara.
WHO. (2015). Scabies. Available from :
http://www.who.int/lymphatic_filariasis/ep
idemiology/scabies/en/ [Accessed
November 22, 2016].
WHO. (2015). Water-related Diseases. Available
from :
http://www.who.int/water_sanitation_healt
h/diseases-risks/diseases/scabies/en/
[Accessed November 22, 2016]
Yani I. (2016). Prevalensi Penderita Skabies yang
Berkunjung di Puskesmas Mandala
Kecamatan Medan Tembung Tahun 2016.
Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Sumatera Utara.