LP Typhoid Fever

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK USIA PRA SEKOLAH DENGAN TYPHOID


FEVER PADA AN. D DI SURABAYA

Dosen: Agustin Nugrahani, S.Kep.,Ns.

OLEH
Devi Kumala Sari
NRP: 9102320031

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
2021
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK USIA PRA SEKOLAH DENGAN TYPHOID


FEVER PADA AN. D DI SURABAYA

Dokumentasi asuhan keperawatan ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dalam


menyelesaikan Pratikum Klinik Keperawatan Anak Mahasiswa Program Profesi Ners

Surabaya,
Pembimbing Akademik

Agustin Nugrahani, S.Kep.,Ns.


DAFTAR HADIR PEMBIMBING PRAKTIK PROFESI
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2021/2022
===============================================
BIDANG KEPERAWATAN : Anak
PERIODE : 2021/2022
NAMA MAHASISWA/NRP : Devi Kumala Sari / 9102320031
N MATERI TTD TTD MHS KETERANGAN
O BIMBINGAN PRESEPTOR
26/07/2021
Pembagian kasus I
1. - Kerjakan laporan
pedahuluan.

2.

3.

4.
5.

Surabaya,
*Kepala Ruang / Preseptor

Agustin Nugrahani, S.Kep.,Ns.


BAB 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Demam typhoid menjadi masalah kesehatan, yang umumnya terjadi di negara
yang sedang berkembang karena akibat kemiskinan, kriminalitas dan kekurangan air
bersih yang dapat diminum. Diagnose dari pelubangan penyakit thypoid dapat sangat
berbahaya apabila terjadi selama kehamilan atau pada periode setelah melahirkan.
Kebanyakan penyebaran penyakit demam thypoid ini tertular pada manusia pada
daerah – daerah berkembang, ini dikarenakan pelayanan kesehatan yang belum baik,
hygiene personal yang buruk. Salah satu contoh yaitu di Negara Nigeria, dimana
terdapat 467 kasus dari tahun 1996 sampai dengan 2000.
Morbiditas di seluruh dunia, setidaknya 17 juta kasus baru dan hingga 600.000
kematian dilaporkan tiap tahunnya. Di negara berkembang, diperkirakan sekitar 150
kasus/ juta populasi/ tahun di Amerika Latin. Hingga 1.000 kasus/ juta populasi/ tahun
di beberapa negara Asia. Penyakit ini jarang dijumpai di Amerika Utara, yaitu sekitar
400 kasus dilaporkan tiap tahun di United State, 70% terjadi pada turis yang
berkunjung ke negara endemis. Di United Kingdom, insiden dilaporkan hanya 1
dalam 100.000 populasi. Di Indonesia, demam thypoid masih tetap merupakan
masalah kesehatan masyarakat, berbagai upaya yang dilakukan untuk memberantas
penyakit ini tampaknya belum memuaskan. Di seluruh dunia WHO memperkirakan
pada tahun 2000 terdapat lebih dari 21,65 juta penderita demam tifoid dan lebih dari
216 ribu diantaranya meninggal . Di Indonesia selama tahun 2006, demam thypoid
dan demam paratifoid merupakan penyebab morbiditas peringkat a dan 3 setelah diare
dan Demam Berdarah Dengue.
Penyebab Thypoid adalah salmonella thypii. Salmonella para typhi A,B dan C.
Ada dua sumber penularan salmonella thypi yaitu pasien dengan demam typhoid dan
pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam thypoid dan
masih terus mengekresi salmonella thypii dalam tinja dan air kemih selama lebih dari
1 tahun. Salmonella thyposa merupakan basil garam negatif yang bergerak dengan
bulu getar, tidak berspora. Di Indonesia, thypoid terdapat dalam keadaan endemik.
Perlu penanganan yang tepat dan komprehensif agar dapat memberikan
pelayanan yang tepat terhadap pasien. Tidak hanya dengan pemberian antibiotika,
namun perlu juga asuhan keperawatan yang baik dan benar serta pengaturan diet yang
tepat agar dapat mempercepat proses penyembuhan pasien dengan demam tifoid.
Serta penderita demam tifoid disarankan untuk bedrest sementara agar suhu tubuhnya
tidak semakin meningkat karena adanya pergerakan.
Berdasarkan uraian diatas penulis memutuskan untuk membuat asuhan
keperawatan anak pada pasien dengan demam typhoid atau typhoid fever.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana pelaksanaan Asuhan Keperawatan Anak pada pasien dengan
demam typhoid atau typhoid fever?

1.3 Tujuan Umum dan Khusus


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pelaksanaan Asuhan Keperawatan Anak pada pasien
dengan demam typhoid atau typhoid fever.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Melakukan pengkajian Keperawatan Anak pada pasien dengan demam
typhoid atau typhoid fever
2. Menegakkan diagnosa Keperawatan Anak pada pasien dengan demam
typhoid atau typhoid fever
3. Menyusun perencanaan keperawatan Anak pada pasien dengan demam
typhoid atau typhoid fever
4. Melakukan implementasi keperawatan Anak pada pasien dengan demam
typhoid atau typhoid fever
5. Melakukan evaluasi keperawatan Anak pada pasien dengan demam
typhoid atau typhoid fever
BAB 2
Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi
Merupakan suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan
bacteremia tanpa keterlibatan struktur endothelia atau endokardial dan invasi bakteri
sekaligus multiplikasi kedalam sel fagosit monocular dari hati, limpa, kelenjar limfe
usus dan peyer’s patch dan dapat menular pada orang lain melalui makanan atau air
yang terkontaminasi. (Nurarif, 2016)
Demam tifoid dan paratifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus.
Sinonim dari demam tifoid dan paratifoid adalah typhoid dan paratyphoid fever,
enteric fever, tifus, dan paratifus abdominalis. Demam paratifoid menunjukkan
manifestasi yang sama dengan tifoid, namun biasanya lebih ringan. (Mansjoer, 2008)

2.2 Etiologi
Salmonella typhisama dengan salmonella yang lain adalah bakteri Gram-
negatif, mempunyai flagella, tidak berkapsul, tidak membentuk spora, fakultatif
anaerob. Mempunyai antigen somatic (O) yang terdiri dari oligosakarida, flagelar
antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri dari
polisakarida. Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang
membentuk lapis luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin.Salmonella typhi
juga dapat memperoleh plasmid factor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap
multiple antibiotic. (Nurarif, 2016)

2.3 Web of Cautation (WOC)

2.4 Manifestasi Klinis (Nurarif, 2016)


1. Gejala pada anak: inkubasi antara 5-40 hari dengan rata-rata 10-14 hari
2. Demam meninggi sampai akhir minggu pertama
3. Demam turun pada minggu ke empat, kecuali demam tidak tertangani akan
menyebabkan syok, Stupor, koma.
4. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan bertambah selama 2-3hari
5. Nyeri kepala, nyeri perut
6. Kembung, mual, muntah, diare, konstipasi
7. Pusing, bradikardi, nyeri otot
8. Batuk
9. Epistaksis
10. Lidah yang berselaput (kotor ditengah, tepi dan ujung merah serta tremor)
11. Hepatomegali, splenomegali, meteroismus
12. Gangguan mental berupa samnolen
13. Delirium atau psikosis
14. Dapat timbul dengan gejala yang tidak tipikal terutama pada bayi muda
sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermia.
Periode infeksi demam typhoid, tanda dan gejala :
Keluhan Dan Gejala Demam Tifoid
Minggu Keluhan Gejala Patologi
Minggu pertama Panas Gangguan saluran Bakteremia
berlangsung cerna
insidious, tipe
panas stepladder
39-40̊C,
menggigil, nyeri
kepala
Minggu kedua Rash,myeri Rose sport, Vaskulitis,
abdomen, diare splenomegaly, hiperplasi pada
atau konstipasi, hepatomegali peyer’s patches,
delirium nodul tifoid pada
limpa dan hati
Minggu ketiga Komplikasi; Melena, ilius, Ulserasi pada
perdarahan ketegangan payer’s patches,
saluran cerna, abdomen, koma nodul tifoid pada
perforasi, syok limpa dan hati
kolelitiasis,
carrier kronik
Minggu Keluhan Tampak sakit Kolelitiasis,
keempat,dst menurun, relaps, berat, kakeksia carrier kronik
penurunan BB
2.6 Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang (Nurarif, 2016)
2.6.1 Pemeriksaan Fisik
1. Adanya suhu yang tinggi pada penderita
2. Bau mulut karena demam lama
3. Bibir kering dan pecah-pecah
4. Lidah kotor dan ditutupi selaput putih (coated tongue), namun jarang
ditemui pada anak-anak
5. Ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor
6. Nyeri tekan region epigastrik (nyeri ulu hati)
7. Adanya hepatomegali
8. Bradikardia relative (peningkatan suhu tubuh yang tidak diikuti oleh
peningkatan frekuensi nadi)
Pemeriksaan fisik pada keadaan lanjut :
1. Penurunan kesadaran ringan sering terjadi berupa apatis dengan
kesadaran seperti berkabut. Bila klinis berat, pasien dapat menjadi
somnolen dan koma atau dengan gejala-gejala psikosis (organic
brain syndrome).
2. Pada penderita dengan toksik, gejala delirium lebih menonjol.
2.6.2 Pemeriksaan Penunjang (Mansjoer, 2008)
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit
normal. Leukositosit dapat terjadi walaupun disertai infeksi sekunder.
2. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan
khusus.
3. Pemeriksaan Uji Widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibody terhadap
bakteri Salmonella typhi.Uji widal dimakhsudkan untuk adanya agglutinin
dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella
typhi maka penderita membuat antibody (agglutinin).
4. Kultur
Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama
Kultur urin : bisa positif pada akhir minggu kedua
Kultur feces : bisa posistif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
5. Anti Salmonella Tiphy IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut
Salmonella typhi, karena antibody IgM muncul pada hari ke-3 dan 4 terjadinya
demam.

2.7 Penatalaksaan Medis (Nurarif, 2016)


1. Non Farmakologi
- Bed rest
- Diet; diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai
dengan tingkat kesembuhan pasien. Diet berupa makanan rendah serat.
2. Farmakologi
- Kloramfenikol, dosis 50 mg/kgBB/hari terbagi dalam 3-4 kali pemberiaan,
oral atau IV selama 14 hari.
- Bila ada kloramfenikol diberikan ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari,
terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, intravena saat belum dapat minum obat,
selama 21 hari, atau amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi
dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena selama 21 hari kontrimoksasol
dengan dosis (tmp) 8mg/kgBB/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral,
selama 14 hari.
- Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50mg/kgBB/kali dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kgBB/hari, sekali sehari, intravena, selama
5-7 hari.
- Pada kasus yang di duga mengalami MDR, amak pilihan antibiotika adalah
meropenem, azithromosin dan fluorequinolon.

2.8 Komplikasi (Nuarif, 2016)


Komplikasi demam thypoid dibagi dalam:
a. Komplikasi Intestinal
1) Pendarahan usus
2) Perforasi usus
3) Ileus paralitik
b. Komplikasi Ektraintestinal
1) Komplikasi Kardiovaskuler
Kegagalan sirkulasi perifel (renjatan sepsis) miokarditis, trombosis dan
tromboflebitis.
2) Komplikasi Darah
Anemia hemolitik, trombositoperia dan sidroma uremia hemolitik.
3) Komplikasi Paru
Pneumonia, emfiema, dan pleuritic
4) Komplikasi Hepair dan Kandung Empedu
Hepatitis dan kolesistitis
5) Komplikasi Ginjal
Glomerulonefritis, periostitis, spondilitis, dan arthritis
6) Komplikasi Neuropsikiatrik
Delirium, meningismus, meningistis, polyneuritis perifer, sindrom, katatoni

2.9 Tumbuh Kembang Anak


Menurut Jean Piaget pada usia 2 – 7 tahun merupakan fase pra konseptual di
mana fase ini dibagi menjadi dua, yaitu fase para konseptual dan fase intuitif. Fase pra
konseptual (2-4 tahun). Di sini anak mulai mengembangkan kemampuan bahasa yang
memungkinkan untuk berkomunikasi dan bermasyarakat dengan dunia kecilnya. Fase
intuitif (4-7 tahun) anak makin mampu bermasyarakat namun ia belum dapat berfikir
secara timbal balik. Ia banyak memperhatikan dan meniru perilaku orang dewasa.

2.10 Pengkajian Data Dasar


1. Anamnese (Data Subyektif)
- Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, jenis kelamin, usia, agama, suku
bangsa, pendidikan, nomor registrasi, dan penanggung jawab (Elyas, 2013).
2. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan oleh pasien yaitu panas naik turun.
Jika pasien sadar maka perawat dapat langsung menanyakan pada pasien tetapi jika
pasien tidak sadar maka keluhan yang dirasakan pasien dapat ditanyakan pada orang
tua pasien karena mereka sering berinteraksi dengan pasien (Utomo, 2017).
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Ditemukan adanya peningkatan suhu tubuh >37,5℃ selama lebih dari 1 minggu,
disertai menggigil. Naik turunnya panas terjadi pada waktu pagi dan sore dan
berlangsung selama lebih dari 1 minggu. Keadaan semakin lemah, kadang disertai
dengan keluhan pusing, akral hangat, takikardia, serta penurunan kesadaran
(Purwanti, 2015).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Apakah pasien pernah menderita penyakit demam typhoid atau menderita penyakit
lainnya (Elyas, 2013).
5. Riwayat Imunisasi
Pada anak usia pra sekolah biasanya sudah mendapatkan imunisasi lengkap seperti
BCG, Polio, Campak, DPT, Hepatitis dengan pengulangan dan juga ada beberapa
imunisasi tambahan yang bisa didapatkan seperti rubella, difteri, influenza, dan PCV.
No Jenis Imunisasi Waktu Pemberian Reaksi Klien
.
1. BCG Umur 6 bln sekali Panas
2. DPT (I,II,III) Umur 5 bln inter 5 mg Panas
3. POLIO (I,II,III,IV) Tidak diketahui Tidak diketahui
4. CAMPAK Tidakdiketahui Panas
5. HEPATITIS Tidak diketahui Panas

6. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI

- Pertama kali disusui : Sejak dilahirkan


- Cara Pemberian : Menetek/Disusui langsung
- Lama pemberian : Sampai anak usia 2 Tahun
B. Pemberian Susu Formula
- Alasan pemberian : Pemberian asi sudah cukup selama 2 tahun dan
setelah itu dilanjutkan dengan susu formula
- Jumlah pemberian : 2 gelas / hari atau kira-kira 400 ml
- Cara Pemberian : Dengan menggunakan gelas
C. Pemberian makanan tambahan
- Pertama kali diberikan usia : 5 bulan
- Jenis : Bubur lunak dan pisang
D. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai pada nutrisi saat ini:

Usia Jenis Nutrisi Lama pemberian

1. 0 – 4 Bulan Air Susu Ibu (ASI) 4 Bulan


2. 4 – 12 Bulan Asi + bubur lunak 8 Bulan
3. 1 – 3 Tahun Asi + Susu formula 2 Tahun
4. 3 – 6 Tahun Susu formula + Nasi + 3 Tahun
Lauk 3 Tahun

7. Reaksi Hospitalisasi
A. Pemahaman anak tentang sakit dan rawat inap
- Pasien sadar bahwa dirinya berada dirumah sakit dan menjalani perawatan
- Pasien tidak tahu apa yang menyebabkan dirinya sakit
- Pasien merasa cemas dan tidak ingin berlama-lama di rumah sakit
B. Pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
- Ibu pasien mengerti anaknya sakit sehingga membawa anaknya ke rumah
sakit
- Perasaan orang tua lebih tenang karena anaknya dirawat dengan baik
dirumah sakit

8. Pemeriksaan Fisik
1) B1 (Breathing)
Sistem pernafasan biasanya tidak ditemukan adanya kelainan.
2) B2 (Blood)
Penurunan tekanan darah, keringat dingin, dan diaphoresis sering didapatkan
pada minggu pertama. Kulit pucat dan akral dingin berhubungan dengan
penurunan kadar hemoglobin.
Suhu: Pada fase 7-14 hari didapatkan suhu tubuh meningkat 39- 41̊C pada
malam hari dan biasanya turun pada pagi hari.
Nadi: pada pemeriksaan nadi ditemukan penurunan frekuensi nadi (bradikardi
relatif).
Pernafasan: Meningkat.
Tekanan darah: Cenderung menurun.
3) B3 (Brain)
Pada pasien dengan dehidrasi berat akan terjadi penurunan perfusi serebral
dengan manifestasi nyeri kepala, perasaan lesu, gangguan mental seperti
halusinasi dan delirium. Pada beberapa pasien bisa di dapatkan kejang umum
yang merupakan respon terlibatnya system saraf pusat oleh infeksi S. Typhi.
4) B4 (Bladder)
Sistem perkemihan biasanya tidak ditemukan adanya kelainan.
5) B5 (Bowel)
(1). Inspeksi:
(1)). Lidah kotor berselaput putih dan tepi hiperemis disertai mistomatitis.
Tanda ini jelas mulai Nampak pada minggu kedua berhubungan dengan
infeksi sistemik dan endotoksin kuman.
(2)). Sering muntah
(3)). Perut kembung
(4)). Distensi abdomen
(2). Auskultasi:
Didapatkan penurunan bising usus kurang dari 5 kali per menit pada minggu
pertama dan terjadi kontipasi, serta selanjutnya meningkat akibat diare.
(3). Perkusi:
Didapatkan suara timpani abdomen akibat kembung.
(4). Palpasi:
(1)). Hepatomegali dan splenomegali. Pembesaran hati dan limfa
mengindikasikan infeksi yang mulai terjadi pada minggu kedua.
(2)). Nyeri tekan abdomen merupaan tanda terjadinya perforasi dan peritonitis.
6) B6 (Bone)
Respon sistemik akan menyebabkan maise. Kelemahan fisik umum dan
didapatkan kram otot ekstermitas. Pemeriksaan integument sering didapatkan
kulit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam, dan terpenting sering
didapatkan tanda roseola (bintik merah pada leher, punggung dan paha).
Roseola merupakan suatu nodul kecil sedikit menonjol dengan diameter 2-4
mm berwarna merah, pucat, serta hilang pada penekanan, lebih sering terjadi
pada akhir minggu pertama dan awal minggu kedua.
2.11 Analisa Data
DATA ETIOLOGI PROBLEM
DS: Demam Thypoid Hipertermi
- Pasien mengeeluh demam
- Pasien mengeluh lemas Invasi ke otak
DO:
- Kenaikan suhu tubuh diatas rentang Pelepasan
normal 36,5-37,5 endotoksin
- Kulit kemerahan dan kering
- Takikardi Pelepasan zat
pirogen oleh
leukosit

Merangsang set
point

Hipertermi
DS: Demam Thypoid Defisit Nutrisi
- Pasien mengeluh mengalami
penurunan nafsu makan Peningkatan kerja
DO: usus
A: IMT <18
B: Hb rendah < 10 HCL meningkat
C: Klien tampak lemas
D: Nutrisi tinggi kalori Mual, muntah
 Mual
 Muntah Lemah,pucat, lesu

 Mukosa bibir kering


 Turgor kulit buruk Defisit Nutrisi

 Perubahan bising usus

2.12 Diagnosa Keperawatan


1. Hipertermi berhubungan dengan fluktasi suhu lingkungan, proses penyakit yang
dibuktikan dengan pasien mengeeluh demam, pasien mengeluh lemas, kenaikan suhu
tubuh diatas rentang normal 36,5-37,5, kulit kemerahan dan kering, takikardi.
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat dan peningkatan suhu
tubuh dibuktikan dengan pasien mengeluh nafsu makannya menurun, IMT<18, HB
rendah<10, mual, muntah, mukosa bibir kering, turgor kulit buruk, perubahan bising
usus.
2.13 Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia:
dengan fluktasi suhu keperawatan selama 2x24 jam, Observasi:
lingkungan, proses penyakit hipertermia dapat teratasi dengan - Identifkasi penyebab - Untuk mengetahui penyebab
yang dibuktikan dengan kriteria hasil: hipertermi (mis. dehidrasi hipertermi sehingga perawat
pasien mengeeluh demam, - Pasien dan keluarga terpapar lingkungan panas dapat menentukan tindakan
pasien mengeluh lemas, pasien kooperatif penggunaan inkubator) selanjutnya yang berkaitan
kenaikan suhu tubuh diatas - Pasien tidak mengeluh - Monitor suhu tubuh dengan perkembangan pasien.
rentang normal 36,5-37,5, demam Terapeutik
kulit kemerahan dan kering, - Pasien tidak mengeluh - Sediakan lingkungan yang - Lingkungan yang dingin,
takikardi. lemas dingin melonggarkan pakaian, dan
- Suhu pasien turun - Longgarkan atau lepaskan kompres dingin menghambat
- Kulit kemerahan dan pakaian evaporasi karena terjadi
lembab - Lakukan pendinginan vasokontriksi.
eksternal (mis. kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila
Edukasi:
- Tirah baring dan perawatan
- Anjurkan tirah baring
profesional bertujuan untuk
mencegah komplikasi
Kolaborasi:
- Kolaborasi cairan dan
elektrolit intravena, jika - Untuk memenuhi kebutuhan
perlu cairan pasien dan mencegah
adanya dehidrasi karena
hipertermi
2. Defisit Nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
dengan intake yang tidak keperawatan selama 2x24 jam Observasi:
adekuat dan peningkatan diharapkan defisit nutrisi dapat - Identifikasi status nutrisi - Untuk mengetahui penyebab
suhu tubuh dibuktikan teratasi dengan kriteria hasil: - Identifikasi makanan yang defisit nutrisi sehingga
dengan pasien mengeluh - Pasien dan keluarga disukai perawat dapat menentukan
nafsu makannya menurun, pasien kooperatif - Monitor asupan makanan tindakan selanjutnya yang
IMT<18, HB rendah<10, - Pasien mengungkapkan - Monitor hasil pemeriksaan berkaitan dengan
mual, muntah, mukosa bibir nafsu makannya laboratorium perkembangan pasien.
kering, turgor kulit buruk, meningkat
perubahan bising usus. - Pasien tidak mual muntah Terapeutik:
- Mukosa bibir pasien - Lakukan oral hygiene - Menghilangkan rasa tak
lembab sebelum makan, jika perlu enak dan dapat
- Turgor kulit baik - Fasilitasi menentukan meningkatkan nafsu
- Tidak terjadi perubahan pedoman diet (mis. Piramida makan.
bising usus makanan) - Meningkatkan masukan
meskipun nafsu makan
- Sajikan makanan secara mungkin lambat untuk
menarik dan suhu yang sesuai kembali
Edukasi:
- Ajarkan diet yang - Untuk mendapatkan
diprogramkan program diet sehingga
dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi.
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

YAYASAN WIDYA MANDALA SURABAYA


UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
FAKULTAS KEPERAWATAN
Jl.Kalisari Selatan 7, Lantai 8, Tower A, Pakuwon City Surabaya, Telp.(031) 99005307 ext 10853, Fax (031)
99005278 Email: [email protected] ; [email protected], Website:http://www.wima.ac.id

PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

3.1 Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 28/07/2021 Jam : 19.00
IDENTITAS KLIEN
No. Register : 0157112
Nama : An. A
Umur : 5 Thn
Jenis kelamin : L
Agama : Islam
Alamat : Surabaya
Suku : Jawa
Pekerjaan : Swasta
Tanggal/Jam MRS: -
Diagnosis Masuk: Typhoid Fever
Jenis Operasi (bila ada): - Post op hari ke : -
Keluarga yang dapat dihubungi : Orang tua

IDENTITAS Orang Tua


Nama Ayah : Tn. B
Nama Ibu : Ny. I
Pekerjaan Ayah/Ibu : Wiraswasta
Pendidikan Ayah/Ibu : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Alamat : Surabaya
Informasi dari : □ Pasien
√ Keluarga, Hubungan : Orang tua Nama : Tn.B dan Ny.I
□ Orang lain, Hubungan : Nama :
Asal masuk RS : □ IGD □ IRJA □ Rujukan
Cara masuk : □ Jalan □ Kursi Roda □ Kereta dorong

RIWAYAT KESEHATAN

Riwayat Keperawatan Sekarang


 Keluhan utama :
Ibu pasien mengatakan anaknya panas kurang lebih 5 hari dan tidak mau
makan.

 Riwayat Penyakit Saat Ini :


Ibu pasien mengatakan anaknya panas 5 hari sejak tanggal 22 Juli 2021 dan
juga mengalami diare serta merasa mual dan ingin memuntahkan makanan
pada saat makan, kemudian pada tanggal 27 Juli 2021 ibu pasien membawa
anaknya ke puskesmas dan pasien mendapat terapi infus dengan cairan ringer
laktat 10 tpm dan mendapat injeksi ceftriaxone 1 gr serta ondansentron 4 mg.
Namun karena sedang masa pandemi Covid-19 dan PPKM maka orang tua
pasien membawa pasien pulang dan tetap melakukan rawat jalan atas
persetujuan dokter serta pasien harus tetap melakukan bedrest.
Masalah Keperawatan: Hipertermia dan Defisit Nutrisi

Riwayat Keperawatan Sebelumnya

Riwayat kesehatan yang lalu

 Penyakit yang pernah diderita:


√ Demam  Kejang √ Batuk /Pilek

 Mimisan  Lain- lain: -

 Operasi:  Ya √ Tidak  Tahun: -


Jenis Operasi :

 Alergi:  Makan  Obat  Udara


 Debu √ Lain –lain, sebutkan : tidak ada alergi

 Imunisasi: √ BCG √ Polio 4x √ DPT 5x


√ Campak 2x √ Hepatitis 4x

Imunisasi lainnya : Imunisasi Rubella 1x dan Imunisasi Difteri 3x

 Riwayat Pengobatan : √ Tidak □Ya, Kapan :


Diagnosa :
 Obat dari rumah : √ Tidak □ Ya, (Lengkapi data di Form
Rekonsiliasi)
 Riwayat ketergantungan : √ Tidak
□ Obat Sebutkan :
Sejak :
□ Napza Sebutkan : Sejak :
□ Jamu Sebutkan : Sejak

□ Rokok Jumlah : Sejak

□ Alkohol Jumlah : Sejak :


 Riwayat Transfusi Darah : √ Tidak □ Ya,
Reaksi: □ Tidak □ Ya, sebutkan :

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

Riwayat Kesehatan Keluarga

 Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga


Tidak ada
 Lingkungan rumah dan komunitas
Di depan rumah pasien dan di sekitar rumah pasien terdapat banyak
tumbuhan karena orang tua pasien suka memelihara tumbuhan.
 Perilaku yang mempengaruhi Kesehatan
Ibu pasien mengatakan jika ia rutin membawa anaknya ke Posyandu.
 Persepsi keluarga terhadap penyakit Anak
Orang tua pasien menganggap penyakit yang diderita pasien disebabkan
oleh kebiasaan pasien yang terkadang suka membeli jajanan di sekitar rumah.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

 BB : 15,9 kg,TB : 108 cm, LK : - cm, LD : - cm, LLA : - cm


 KPSP : sesuai/meragukan/menyimpang
 Tahap perkembangan Psikososial berdasarkan Erik H. Erikson :
Ibu pasien mengatakan jika anaknya sangat bersemangat pada saat sekolah
meskipun sekolahnya secara daring dan tidak secara langsung

 Tahap perkembangan psikoseksual berdasarkan Freud :


Ibu pasien mengatakan jika anaknya mulai suka berteman dengan teman
seusianya laki-laki maupun perempuan
 Dampak hospitalisasi bagi anak dan keluarga
Tidak ada

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

GENOGRAM

5 thn
Keterangan:

: laki-laki

: meninggal

: perempuan

5 thn : pasien
thn

Tanda-tanda vital
Tekanan darah : Tidak terkaji mmHg
Suhu : 37,5 ℃ √ Aksila □ Rectal
RR : Tidak terkaji x/mnt □ Teratur □ Tidak teratur
Nadi : Tidak terkaji x/mnt □ Teratur □ Tidak teratur □ Kuat
□ Lemah

OKSIGENASI
Pergerakan dada : √ Simetris □ Asimetris
Pola nafas : Irama √ Teratur □ Tidak teratur
Jenis □ Biot □ Cheyne stokes □ Kusmaul
Suara nafas : √ Vesikuler □ Ronchi …../….. □ Wheezing ../..
Sesak nafas : □ Tidak □Ya, Pada saat : □ Inspirasi □ Ekspirasi
□ Istirahat □ Aktifitas
Otot bantu nafas : √ Tidak □ Ya, Jenis : -
Batuk : √ Tidak □ Ya, Produksi sputum : √ Tidak
□ Ya, Warna:
Penggunaan alat medis : √ Tidak □ Ya, sebutkan : -
SpO2 : Tidak terkaji %
Keluhan lain : Tidak ada

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

SIRKULASI
Irama jantung : √ Reguler □ Ireguler
Suara jantung : □ S1/S2 tunggal □ Mur-Mur □ Gallop
Akral : □ Hangat □ Panas □ Dingin kering □ Dingin basah
CRT : √ < 2 dt □ >2 dt
Anemis : √ Tidak □ Ya, Hb : mg/dl
Distensi vena jugular : √ Tidak □ Ya
Penggunaan alat medis : √ Tidak □ Ya, sebutkan :
Keluhan lain :-
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

PERSEPSI DAN SENSORI


Reflek fisiologis : □ Patela □ Triseps □ Biseps
Reflek Patologis : □ Babinsky □ Brudzinsky □ Kernig
Penglihatan (Mata) : □ Normal □ Kabur □ Diplopia □ Buta, D / S
□ Strabismus, D / S
Pendengaran (telinga) : □ Normal □ Berkurang □ Serumen □Tuli, D / S
□ Tinitus, D / S
Penciuman (Hidung) : □ Normal □ Berkurang □ Epistaksis □ Sekret □
Tersumbat
Sensibilitas : □ Normal □ Kesemutan □ Baal □ Hiperestesi,
Lokasi:
Bicara : √ Normal □ Afasia sensorik /motorik
Kejang : √ Tidak □ Ya
Kaku kuduk : √ Tidak □ Ya
Keluhan pusing : √ Tidak □ Ya
GCS : 4 /5 /6
Pupil : √ Isokor □ Anisokor D / S : ……../……… mm
Reaksi cahaya : +/
Penggunaan alat bantu : √ Tidak □Ya, sebutkan……….
Nyeri : √ Tidak □ Ya, Pencetus : - Skala : -
Kualitas : - Waktu : -
Radiasi/ Lokasi : -
Nyeri berkurang dengan: □ Istirahat □ Kompres panas/ dingin □ Obat, sebutkan :
Nyeri mempengaruhi : □ Tidak □ Tugas □ Tidur □ Konsentrasi
□ Aktifitas fisik
Keluhan lain : tidak mampu melakukan keterampilan sesuai usia
sebayanya, respon soisal mengalami keterlambatan.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

ELIMINASI
Kandung kemih : √ Supel □ Keras □ Nyeri tekan
Pola BAK : Frekuensi: 4-5x/hari Warna : kuning/amoniak
Gangguan : √ Tidak □ Retensi □ Inkontinensia □ Anuri
□ Oliguri □ Hematuri □ Lain lain :
Penggunaan alat medis : √ Tidak □ Ya, sebutkan: - Tanggal pasang : -
BAB : √ Normal □ Konstipasi □ Diare Frekuensi :1x/hari
□ Melena Konsistensi :
Warna:
Inkontinentia : √ Tidak □ Ya
Penggunaan alat medis : √ Tidak □ Ileostomy □ Colostomy
Keluhan lain :-
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

CAIRAN DAN NUTRISI


Berat badan : 15,9 kg Tinggi badan : 108 cm
Keluhan : □ Tidak √ Mual □ Muntah
Mulut : √ Bersih □ Bau □ Lidah kotor
Mukosa bibir : □ Normal √Kering/ pecah
Gigi : √ Normal □ Karies □ Gigi Palsu
Abdomen : √ Supel □ Distensi □ Meteorismus □ Asites
Peristaltik usus : □ Baik □ Meningkat □ Lemah
Frekuensi : x/mnt
Nafsu makan : □ Baik □ Meningkat √ Menurun
Asupan makan berkurang : □ Tidak √ Ya
Pantangan/ diet : □Tidak √ Ya, sebutkan: diet makanan rendah serat
Pola makan : Frekuensi : 3 x hari √ Pagi √ Siang √ Sore
Jenis makanan : nasi, lauk pauk, suka sama roti
Pola minum : Jumlah : 400-500 cc/ gelas / hari
Jenis minuman : air putih, teh, susu
Penggunaan alat medis : √ Tidak □ NGT, No. : …… Tanggal pasang: ……
Jenis makanan per sonde: tidak ada

Skrining Gizi

Pasien dengan diagnosa khusus? √ Tidak □ DM □ CKD □ Kanker

Apakah pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak diinginkan dalam 6
bulan terakhir?

Parameter Skor
a. Tidak ada penurunan BB 0
b. Tidak yakin/ tidak tahu/ baju terasa longgar 2
c. Jika ya, berapa penurunan BB tersebut 1 - 5 Kg 1
6 - 10 Kg 2
11 - 15 Kg 3
> 15 Kg 4
Catatan: Jika skor ≧ 2 dan / atau pasien dengan diagnosa khusus, pengkajian
lanjutan dilakukan oleh dietisen

- Keluhan lain : Ibu pasien mengatakan nafsu makan anaknya


menurun, ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau makan dan merasa
mual, ibu pasien mengatakan berat badan anaknya turun sebanyak 0,5 kg

Masalah Keperawatan : Defisit Nutrisi


AKTIVITAS DAN LATIHAN
Ekstremitas
Patah tulang : √ Tidak □ Ya, lokasi: -
Kontraktur/deformitas: √ Tidak □ Ya, lokasi: -
Kekuatan otot ekstrimitas : 5 5 □ Hemi / paraparese
□ Hemi / paraplegi
5 5

Mobilisasi
Penggunaan alat bantu: √ Tidak □ Ya, sebutkan: -

Indeks KATS Hasil indeks KATS Tingkat ketergantungan

Mandi : □ Mandiri √ Dibantu □ Semua mandiri √Minimal Care


Berpakaian : √ Mandiri □ Dibantu □ 1dari 6 dibantu □ Partial Care
Toileting : √ Mandiri □ Dibantu □ 2 dari 6 dibantu □ Total Care
Kontrol bab/bak: □ Mandiri √ Dibantu □ 3 dari 6 dibantu
Berpindah : √ Mandiri □ Dibantu □ 4 dari 6 dibantu
Makan : √ Mandiri □ Dibantu □ 5 dari 6 dibantu
□ Semua dibantu
Keluhan lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

INTEGRITAS KULIT dan HYGIENE


Warna : □ Ikterik □ Sianosis □ Oedem □ Tidak □ Ya, lokasi:
Turgor : √ Baik □ Menurun □ Tekstur □ Halus □ Keriput
Luka : √ Tidak □ Ya, lokasi: - (lengkapi form asesmen luka)
Glamorgan Scale (Pediatric pressure ulcer)
Faktor Resiko Skor
Anak tidak dapat berpindah tanpa kesulitan/ perubahan kondisi 20
Tidak mampu merubah posisi anak tanpa bantuan 15
Mampu sedikit bergerak tapi tidak sesuai umur anak 10
Pergerakan normal sesuai umur anak 0
Peralatan/ benda/ permukaan kasar menekan/ bergesekan dengan kulit 15
Anemia signifikan (Hb < 90 g/l) 1
Demam persisten (> 380C lebih dari 4 jam) 1
Perfusi perifer buruk 1
Nutrisi inadekuat 1
Serum albumin rendah (< 35 g/l) 1
Berat < 10 sentil 1
Inkontinensia tidak sesuai umur anak 1
Total skor
Keluhan lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

ENDOKRIN
Pembesaran kel. Thyroid : √ Tidak □ Ya
Pembesaran kel. Getah bening: √ Tidak □ Ya
Hyperglikemi : √ Tidak □ Ya, Sebutkan
Keluhan lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

REPRODUKSI
WANITA PRIA
Status Paritas : G P □ Prostat √ Normal □
Kelainan:
Menopause : □ Belum □ Ya, Sejak ………. □ Scrotum √ Normal □
Kelainan:
Genetalia eksterna : □ Bersih □ Fluor albus

Keluhan lain : Tidak ada keluhan


Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

KEAMANAN DAN KENYAMANAN


Riwayat pemasangan restrain : √ Tidak □ Ya, sebutkan……….
Asesmen risko jatuh : □ Rendah □ Sedang □ Tinggi Skor :
Keluhan lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

ISTIRAHAT DAN TIDUR


Lama tidur : √ Malam, sebutkan : 8 Jam Siang, sebutkan : 2 Jam
Gangguan istirahat tidur : √ Tidak □ Ya, sebutkan……….
Penggunaan obat tidur : √ Tidak □ Ya, sebutkan……….
Keluhan lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

PSIKOSOSIAL, SPIRITUAL DAN KULTURAL


Status mental : □ Demensia □ Menyerang √ Tidak
merespon
□ Letargi □ Mudah tersinggung
Perasaan : □ Tenang □ Sedih □ Gelisah/cemas
□ Takut □ Panik
Hubungan sosial : □ Kooperatif □ Menarik diri □ Tidak kontak mata
□ Menolak berkomunikasi
Tinggal bersama : □ Sendiri √ Keluarga inti □ Panti asuhan
Kebiasaan berdoa : √ Sesuai ajaran agama □ Kadang kadang □ Tidak
pernah
Bantuan pemuka agama : √ Tidak □ Ya, sebutkan……….
Persepsi terhadap sakitnya : √ Cobaan Tuhan □ Hukuman
Ekspresi terhadap sakitnya : □ Marah/ menangis □ Tenang √ Gelisah □ Rendah
diri
Nilai nilai & keyakinan: Keluaraga optimis anaknya bisa segera sembuh jika rajin
minum obat
Orang yg paling dekat : Ibu dan ayah
Mengisi waktu luang : Bermain
Keluhan lain : Ibu pasien mengatakan anaknya terlihat gelisah dan lemas,
ibu pasien mengatakan anaknya merasa bingung
Masalah Keperawatan : Ansietas

KEBUTUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN


Bahasa : √ Indonesia √ Bahasa lain sebutkan: Jawa
Perlu Penterjemah : √ Tidak □ Ya, sebutkan……….
Cara belajar yang disukai : □ Ceramah □ Diskusi simulasi □ Demonstrasi
Hambatan belajar : √ Tidak □ Ada, sebutkan:
Edukasi yang dibutuhkan : √ Proses penyakit □ Rehabilitasi Medik
□ Rencana perawatan □ Terapi/obat
□ Manajemen nyeri □ Penggunaan alat medis
√ Diet/ nutrisi □ Lain lain :
Keluhan lain : Tidak ada keluhan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

PERENCANAAN PULANG
Jaminan kesehatan :-
Pekerjaan penganggungjawab pasien : -
Orang yang membantu perawatan di rumah : -

Kriteria Rencana Pemulangan (Discharge Planning)


Keterbatasan mobilitas : □ Tidak □ Ya, sebutkan……….
Perawatan/ pengobatan lanjutan : √ Tidak □ Ya, sebutkan: terapi syaraf
dan terapi listrik
Bantuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari : √ Tidak √ Ya,
sebutkan………..

Bila salah satu jawaban diatas "Ya", maka dilanjutkan perencanaan sbb:
Perawatan hygiene perseorangan (mandi, keramas, eliminasi dll): √ Tidak □
Ya, sebutkan:
Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan dengan atau tanpa alat bantu:
□ Tidak √ Ya, sebutkan…….
Latihan fisik lanjutan, perlu rujuk Rehab Medik:
√ Tidak □ Ya, sebutkan:
Pemantauan pemberian obat:
terapi syaraf dan terapi listrik
√Tidak □ Ya, sebutkan……….
Bantuan tenaga medis dan atau perawatan di rumah (home care):
√ Tidak □ Ya, sebutkan….
Lain lain : -

Perawat yang mengkaji

Devi Kumala Sari


TERAPI MEDIK

Nama obat Dosis Frekuensi Cara pemberian Indikasi Kontraindikasi Efek samping Keterangan

Sanmol 250 mg 3x1 Oral Meredakan nyeri Pasien dengan riwayat Reaksi -
seperti sakit hipersensitivitas dan hematologi,
kepala, sakit penyakit hepar aktif reaksi kulit,
gigi, serta derajat berat. dan reaksi
demam yang alergi lainnya,
menyertai flu kerusakan hati
dan setelah pada
imunisasi. penggunaan
jangka lama
dan overdosis.

Cefotaxim 500 mg 2x1 Oral Untuk Pasien dengan riwayat Mual dan
e membunuh alergi, dan harus muntah.
bakteri dan berhati-hati digunakan
menghambat pada pasien dengan
pertumbuhannya. abnormalitas darah
atau riwayat
hipersensitivitas
terhadap penicillin.
Pemeriksaan Penunjang / Hasil LAB:
3.2 Analisa Data

NO. DATA ETIOLOGI PROBLEM


1. DS: Demam Typhoid Hipertermia
- Ibu pasien mengatakan anaknya panas kurang
lebih 5 hari Invasi ke otak
- Ibu pasien mengatakan anaknya tampak lemas
DO: Pelepasan endotoksin
- Suhu tubuh pasien 37,5 0C
- Kulit kemerahan dan kering Pelepasan zat pirogen oleh leukosit

Merangsang set point

Hipertermia
2. DS: Demam Typhoid Defisit Nutrisi
- Ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau
makan Peningkatan kerja usus
- Ibu pasien mengatakan nafsu makan anaknya
menurun HCL meningkat
- Ibu pasien mengatakan anaknya merasa mual
- Ibu pasien mengatakan berat badan anaknya Mual, muntah
turun sebanyak 0,5 kg
DO: Lemah,pucat, lesu
- Mukosa bibir kering
Defisit Nutrisi
3. DS: Demam Typhoid Ansietas
- Ibu pasien mengatakan anaknya terlihat gelisah
dan lemas Hospitalisasi
- Ibu pasien mengatakan anaknya merasa bingung
DO: - - Berpisah dengan teman dan lingkungan
yang disayangi
- Takut akan prosedur tindakan
- Tidak kooperatif dengan petugas
kesehatan
- Banyak bertanya

Ansietas
3.3 Rumusan Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit dibuktikan dengan ibu pasien
mengatakan anaknya panas kurang lebih 5 hari, ibu pasien mengatakan anaknya
tampak lemas, suhu tubuh pasien 37,5 0C, kulit kemerahan dan kering.
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
dibuktikan dengan ibu pasien mengatakan anaknya tidak mau makan, ibu pasien
mengatakan nafsu makan anaknya menurun, ibu pasien mengatakan anaknya merasa
mual, ibu pasien mengatakan berat badan anaknya turun sebanyak 0,5 kg, mukosa
bibir kering.
3. Ansietas berhubungan dengan prognosis penyakit dan kurang terpapar informasi
dibuktikan dengan ibu pasien mengatakan anaknya terlihat gelisah dan lemas, ibu
pasien mengatakan anaknya merasa bingung.
3.4 Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional


1. Hipertermia berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia:
dengan proses penyakit keperawatan selama 2x24 jam, Observasi:
dibuktikan dengan ibu pasien hipertermia dapat teratasi dengan - Identifkasi penyebab - Untuk mengetahui penyebab
mengatakan anaknya panas kriteria hasil: hipertermi (mis. dehidrasi hipertermi sehingga perawat
kurang lebih 5 hari, ibu Termoregulasi L.14134 hal 129 terpapar lingkungan panas dapat menentukan tindakan
pasien mengatakan anaknya - Pasien dan ibu pasien penggunaan inkubator) selanjutnya yang berkaitan
tampak lemas, suhu tubuh kooperatif - Monitor suhu tubuh dengan perkembangan pasien.
pasien 37,5 0C, kulit - Suhu tubuh membaik Terapeutik
kemerahan dan kering. - Kulit merah menurun - Sediakan lingkungan yang - Lingkungan yang dingin,
dingin melonggarkan pakaian, dan
- Longgarkan atau lepaskan kompres dingin menghambat
pakaian evaporasi karena terjadi
- Lakukan pendinginan vasokontriksi.
eksternal (mis. kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila
- Tirah baring dan perawatan
Edukasi:
profesional bertujuan untuk
- Anjurkan tirah baring
mencegah komplikasi.

Regulasi Temperatur
Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian - Untuk menentukan
antipiretik, jika perlu tindakan selanjutnya yang
berkaitan dengan
perkembangan pasien.
- Antipiretik digunakan
untuk mengurangi
demam dengan aksi
sentralnya pada
hipotalamus.
2. Defisit Nutrisi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
dengan ketidakmampuan keperawatan selama 2x24 jam Observasi:
mengabsorbsi nutrient diharapkan defisit nutrisi dapat - Identifikasi status nutrisi - Untuk mengetahui penyebab
dibuktikan dengan ibu pasien teratasi dengan kriteria hasil: - Identifikasi makanan yang defisit nutrisi sehingga
mengatakan anaknya tidak Status Nutrisi L.03030 hal 121 disukai perawat dapat menentukan
mau makan, ibu pasien - Pasien dan ibu pasien - Monitor berat badan anak tindakan selanjutnya yang
mengatakan nafsu makan kooperatif berkaitan dengan
anaknya menurun, ibu pasien - Berat badan membaik perkembangan pasien.
mengatakan anaknya merasa - Membran mukosa
mual, ibu pasien mengatakan membaik - Menghilangkan rasa tak
berat badan anaknya turun Fungsi Gastrointestinal L.03019 Terapeutik: enak dan dapat
sebanyak 0,5 kg, mukosa hal 25 - Lakukan oral hygiene meningkatkan nafsu
bibir kering. - Nafsu makan meningkat sebelum makan, jika perlu makan.
- Mual menurun - Sajikan makanan secara - Meningkatkan masukan
menarik dan suhu yang sesuai meskipun nafsu makan
Edukasi: mungkin lambat untuk
- Ajarkan diet yang kembali
diprogramkan

Kolaborasi: - Untuk mendapatkan


- Kolaborasi dengan ahli gizi program diet sehingga
untuk menentukan jumlah dapat memenuhi
kalori dan jenis nutrient yang kebutuhan nutrisi.
dibutuhkan, jika perlu
3. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan Reduksi Ansietas
dengan prognosis penyakit keperawatan selama 2x24 jam Observasi:
dan kurang terpapar diharapkan defisit nutrisi dapat - Identifikasi saat tingkat - Untuk mengetahui
informasi dibuktikan dengan teratasi dengan kriteria hasil: ansietas berubah (mis. penyebab ansietas
ibu pasien mengatakan Tingkat Ansietas L.09093 hal 132 kondisi, waktu, stressor) sehingga perawat dapat
anaknya terlihat gelisah dan - Pasien dan ibu pasien - Monitor tanda-tanda ansietas menentukan tindakan
lemas, ibu pasien kooperatif (verbal dan nonverbal) selanjutnya yang berkaitan
mengatakan anaknya merasa - Verbalisasi kebingungan dengan perkembangan
bingung. menurun pasien.
- Perilaku gelisah menurun
Teraupetik:
- Ciptakan suasana teraupetik - Memberikan perasaan
untuk menumbuhkan yang nyaman pada pasien
kepercayaan dan ibu pasien.
- Temani pasien untuk - Dapat memberikan
mengurangi kecemasan, jika kenyamanan pada pasien
memungkinkan dan ibu pasien sehingga
- Tempatkan barang pribadi dapat menurunkan cemas
yang memberikan yang dirasakan.
kenyamanan - Untuk mengalihkan
perasaan cemas yang
dirasakan oleh pasien.
Edukasi:
- Informasikan secara factual - Agar orang tua pasien
mengenai diagnosis, mengerti proses penyakit
pengobatan, dan prognosis yang dialami oleh pasien
- Anjurkan keluarga untuk sehingga tidak
tetap bersama pasien, jika menimbulkan rasa cemas
perlu yang berlebihan.
- Latih kegiatan pengalihan - Agar pasien tetap merasa
untuk mengurangi ketegangan nyaman sehingga tidak
banyak melamun karena
ditemani oleh orang
tuanya.
3.5 Implementasi Keperawatan

Tanggal Jam No. Implementasi Dan Respon Hasil TTD


Dx

29/07/2021 10.00 1 1) Mengidentifkasi penyebab hipertermi (mis. dehidrasi Devi


terpapar lingkungan panas penggunaan inkubator).
Respon:
- Ibu pasien mengatakan setelah anaknya membeli jajanan di
sekitar rumah dan memakannya terus menerus tiba-tiba pasien diare dan
badannya panas selama 5 hari.
10.05 2) Monitoring suhu tubuh. Devi
Respon:
- Suhu tubuh pasien saat diukur oleh ibunya adalah 36,8 0C.
3) Menyediakan lingkungan yang dingin.
10.05 Devi
Respon:
- Ibu pasien menurunkan suhu AC yang ada di kamar tidur
10.07 anaknya. Devi
4) Melonggarkan pakaian.
Respon:
- Ibu pasien mengganti pakaian anaknya ke pakaian yang lebih
10.15 longgar dan lebih mudah menyerap keringat. Devi
5) Melakukan pendinginan eksternal (mis. kompres dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila).
Respon:
- Ibu pasien mengatakan sudah memberikan kompres dingin pada
10.16 Devi
anaknya satu jam yang lalu.
6) Menganjurkan tirah baring.
Respon:
- Ibu pasien mengatakan anaknya tidak bisa diam (bergerak terus menerus
untuk memiringkan posisi ke kanan dan ke kiri).
12.00 - Ibu pasien memberikan posisi supinasi pada anaknya. Devi
7) Memberikan antipiretik sanmol dengan dosis 250 mg dan frekuensi 3x sehari.
Respon:
- Ibu pasien memberikan obat kepada anaknya dan anaknya mau
meminum obat yang diberikan.
17.11 2 1) Identifikasi status nutrisi Cahya
Respon:
- Ibu pasien mengatakan berat badan anaknya saat ini 15,9 kg dan
tinggi badan anaknya saat ini 108 cm.
17.11 -
Cahya
2) Identifikasi makanan yang disukai
3) Monitor berat badan anak
4) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Cahya
5) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
17.12 6) Ajarkan diet yang diprogramkan
7) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu

17.14 Cahya

17.15
Cahya
17.18

Cahya

17.20 III 1. Melatih keterampilan sosial secara bertahap Cahya


Respon klien: Cahya
- Ibu klien mengatakan setiap hari diajak untuk berkomunikasi supaya anaknya
ada kemajuan dalam berbicara dan berinteraksi dan an.h diajarkan berkenalan
17.21 dengan teman di sekitar lingkungan tempat tinggal.
2. Memotivasi untuk berlatih keterampilan sosial
Keterampilan sosial merupakan kemampuan positif yang dapat membantu anak
untuk berinteraksi dengan orang lain dalam situasi sosial, keterampilan sosial
yang dimiliki merupakan perilaku-perilaku yang muncul selama interaksi
sosial berlangsung, keterampilan sosial perlu dimiliki oleh setiap anak terutama
pada anak dengan down syndrom.
Respon klien: Cahya
17.22 - Ibu klien mengatakan sebelum mengikuti terapi, klien lebih banyak berada
dengan orang tuanya.
3. Memberi umpan balik positif

Respon klien: Cahya


17.23 - Mengajak mengobrol dengan berkenalan pada klien, tetapi respon klien tidak
mahu berkenalan dan tampak terlihat bermain sendiri.
4. Mengidentifikasi penyebab kurangnya ketrampilan sosial. Cahya

17.23 Respon klien:


- Klien dan ibu klien kooperatif
- Ibu klien mengatakan An.H mengalami keterlambatan berbicara dan tidak bisa
bermain sendiri seperti anak seumurnnya.
5. Melibatkan keluarga selama latihan keterampilan,jika perlu

Respon klien:
- Ibu klien kooperatif dan mengatakan bersedia saat mendampingi anaknya
latihan.

Daftar Pustaka

Nurarif, H.A., dan Kusuma Hadi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta: MediAction Jogjakarta.
Doenges, Marylin E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
Mansjoer A., Suprohaita, Wardhani WI., Setiowulan W. 2008. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai