Askep Seminar e Atas Fix
Askep Seminar e Atas Fix
Askep Seminar e Atas Fix
Di Susun Oleh :
210141040013
KONSEP TEORI
1. DEFINISI
Demam thypoid atau enteric fever adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran
pencernaan dengan gejala demam lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan
gangguan keasadaran. Demam thypoid disebabkan oleh infeksi salmonella typhi. (Lestari Titik,
2016).
Thypoid fever atau demam tifoid adalah penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan gangguan
kesadaran. (Wijayaningsih kartika sari, 2013).
Demam thypoid merupakan salah satu penyakit sistemik yang bersifat akut, yang disebabkan oleh
bakteri jenis Salmonella typhi, penyakit ini sering dijumpai di negara yang beriklim tropis, untuk
salah satunya gejala awal penyakit ditandai dengan demam atau peningkatan suhu tubuh yang
berkepanjangan, demam thypoid merupakan satu satunya bentuk infeksi salmonella typhi sistemik
sebagai akibat dari bakteriemia yang terjadi, bakteremia tanpa perubahan pada sistem endotel atau
endokardial, invasi dan multiplikasi bakteri dalam sel pagosit mononuklear pada hati, limpa,
lymphnode dan plaque peyer (Sucipta, 2015).
2. ETIOLOGI
Menurut Inawati, (2017) demam thypoid timbul yang di akibat dari infeksi oleh bakteri golongan
salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui pada sistem saluran pencernaan (mulut,
esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar) yang akan masuk kedalam tubuh manusia
bersama bahan makanan atau minuman yang sudah tercemar.
Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin,
makanan/minuman yang terkontaminasi, formalitas dan lain sebagainya. (Lestari Titik, 2016).
Penyebab utama demam typoid adalah Salmonella Typhi. Salmonella typhi sama dengan
Salmonela yang lain adalah bakteri Gram-negatif, mempunyai flagela, tidak berkapsul, tidak
membentuk spora, fakultatif anaerob. Mempunyai antigen somatik (O) yang terdiri dari
oligosakarida, flagelar antigen (H) yang terdiri dari protein dan envelope antigen (K) yang terdiri
dari polisakarida. Mempunyai makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis
luar dari dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh plasmid
faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multipel antibiotik (Sumarmo, Herry, dkk,
2012).
3. MANIFESTASI KLINIS
Demam
Pada kasus yang khas, demam berlangsung 3 minggu bersifat febris remitten dan suhu tidak tinggi
sekali. Minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur naik setiap hari, menurun pada pagi hari dan
meningkat lagi pada sore dan malam hari. Dalam minggu ketiga suhu berangsur turun dan normal
kembali.
Gangguan pada saluran pencernaan
Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah (ragaden). Lidah
tertutup selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen dapat di temukan
keadaan perut kembung. Hati dan limpa membesar disertai nyeri dan peradangan.
Gangguan kesadaran
Umumnya kesadaran pasien menurun, yaitu apatis sampai samnolen. Jarang terjadi supor, koma
atau gelisah (kecuali penyakit berat dan terlambat mendapatkan pengobatan). Gejala yang juga
dapat ditemukan pada punggung dan anggota gerak dapat ditemukan reseol, yaitu bintik- bintik
kemerahan karena emboli hasil dalam kapiler kulit, yang ditemukan pada minggu pertama demam,
kadang-kadang ditemukan pula trakikardi dan epistaksis.
Sedangkan menurut Sumarmo, Herry dan kawan-kawan (2012), pada anak, periode inkubasi
demam tifoid antara 5-40 hari dengan rata-rata 10- 14 hari. Gejala klinis demam tifoid sangat
bervariasi, dari gejala klinis ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus sampai dengan berat
sehingga harus dirawat. Variasi gejala disebabkan faktor galur Salmonela, status nutrisi dan
imunologik pejamu serta lama sakit dirumahnya.
Gejala sistemik lain yang menyertai timbulnya demam adalah nyeri kepala, malaise, anoreksia,
nausea, mialgia, nyeri perut dan radang tenggorokan. Gejala gastrointestinal pada kasus demam
tifoid sangat bervariasi. Pasien dapat mengeluh diare, obstipasi, atau obstipasi kemudian disusul
episode diare, pada sebagian pasien lidah tampak kotor dengan putih di tengah sedang tepi dan
ujungnya kemerahan.
4. KOMPLIKASI
Komplikasi intestinal : perdarahan usus, perporasi usus dan ilius paralitik.
Komplikasi extra intestinal :
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis,
tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia dan syndroma uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, dankolesistitis.
5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis danperinepritis.
6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis danarthritis.
7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meninggiusmus, meningitis,polineuritis perifer,
sindroma guillain bare dan sindroma katatonia. (Lestari Titik, 2016).
5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang demam typhoid dapat dilakukan
dengan 5 cara sebagai berikut:
1) Pemeriksaan Darah Perifer Lengkap
Dapat ditemukan leukopeni, dapat pula leukositosis atau kadar leukosit normal. Leukosit dapat
terjadi walaupun tanpa infeksi sekunder.
2) Pemeriksaan SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) dan SGPT (serum glutamic
oyruvic transaminase) SGOT dan SGPT sering meningkat, tetapi akan kembali normal setelah
sembuh. Peningkatan SGOT dan SGPT ini tidak memerlukan penanganan khusus.
3) Pemeriksaan Uji Widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi adanya anti body terhadap bakteri Salmonella tiphi. Uji
widal dimaksudkan untuk menetukan adanya aglutinin dalam serum penderita demam typoid.
Akibat adanya infeksi oleh Salmonella tiphi maka penderita membuat antibody (aglutinin).
4) Kultur
Kultur darah : bisa positif pada minggu pertama
Kultur urin : bisa positif pada akhir minggu kedua
Kultur feses: bisa positif dari minggu kedua hingga minggu ketiga
6. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis
Pengobatan yang dilakukan untuk penderita penyakit demam thypoid yang dirawat di rumah sakit
terdapat pengobatan berupa suportif meliputi istirahat atau bedrest dan pengaturan diet makanan
yang dikonsumsi dan obat dalam pengobatan (medikamentosa). Pasien dengan demam thypoid
diharuskan untuk istirahat hal ini berguna untuk mencegah komplikasi penyakit yang lebih parah
serta istirahat dapat mempercepat dalam proses penyembuhan. Penderita harus menjalani istirahat
tirah baring absolut sampai minimal 7 hari bebas demam atau kurang lebih 1 hari. Mobilisasi
dilakukan bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien, untuk program diet yang dikonsumsi
serta terapi penunjang lainnya, makanan yang diberikan pertama, pasien diberikan bubur saring,
selanjutnya diberikan bubur kasar dan nasi sesuai dengan tingkat kemampuan atau kesembuhan
pada pasien, selain itu juga pasien perlu untuk diberikan vitamin dan mineral untuk mendukung
keadaan umum pasien (Widodo, 2014).
Kasus demam thypoid berat dapat diberi Seftriakson dengan dosis 50 mg/hari/berat badan dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/hari/berat badan sehari sekali, intravena, selama 5-7 hari. Bila
tak terawat, demam thypoid dapat berlangsung selama 3 minggu sampai sebulan. Pengobatan
penyakit tergantung macamnya, untuk kasus berat dan dengan manifestasi neurologik menonjol,
diberi deksametason dosis tinggi dengan dosis awal 3 mg/hari/berat badan, intravena perlahan
(selama 30 menit). Kemudian disusul pemberian dengan dosis 1 mg/hari/berat badan dengan
tenggang waktu 6 jam sampai 7 kali pemberian (Widodo, 2014).
b. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawatan yang dilakukan untuk penderita penyakit demam Thypoid Menurut
Nugroho (2011) yaitu :
a. Mencukupi kebutuhan pada cairan dan juga nutrisi :
1) Edukasi pentingnya nutrisi yang adekuat bagi tubuh
2) Tentukan kebutuhan kalori harian yang realistis dan adekuat, serta konsulkan kepada ahli
gizi.
3) Lakukan penimbangan BB secara berkala.
4) Ciptakan suasana yang dapat membangkitkan selera makan pada pasien seperti pada
mengatur susasana makan yang tenang, berada di lingkungan yang bersih, cara penyajian
makanan yang masih dalam keadaan hangat, penampilan makanan yang menarik, makan
bersama.
5) Pertahankan kebersihan mulut
6) Anjurkan klien yang mengalami nafsu makan untuk: makan makanan kering saat bangun,
makan kapan saja bila dapat ditoleransi, makan dalam porsi kecil tapi sering.
7) Pantau asupan makan klien dan pantau adanya tanda-tanda komplikasi seperti : perdarahan,
digestif dan abdomen tegang.
b. Gangguan termoregulasi (Hipertermi)
1) Kaji apa yang menjadi penyebab pasien mengalami hipertemi
2) Jelaskan kepada pasien dan juga keluarga untuk mempertahankan asupan cairan yang
adekuat yang berguna untuk mencegah terjadinya dehidrasi.
3) Ajarkan cara atau upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hipertermi yaitu dengan
cara kompres hangat, memakai pakaian longgar dan kering, mengatur sirkulasi yang sesuai,
serta membatasi dalam aktivitas.
4) Jelaskan kepada pasien gejala yang dialami saat hipertermi yaitu seperti kepala terasa sakit,
nafsu makan berkurang, kulit kemerahan serta badan terasa letih.
PATHWAY
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI
1. Pengkajian
a. Biodata Klien dan penanggung jawab (nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat)
b. b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya klien dirawat di rumah sakit dengan keluhan sakit kepala, demam, dan pusing
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan pusing, berat berkurang, klien
mengalami mual, muntah dan anoreksia, klien merasa diperut dan diare, klien mengeluh
nyeri otot.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit lain/pernah menderita penyakit seperti sebelumnya
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama (penularan).
c. Pemeriksaan Fisik
1) Pengkajian umum
Tingkat kesadaran : composmentis, apatis, somnolen,supor, dan koma Keadaan
umum : sakit ringan, sedang, berat
Tanda-tanda vital
2) Pengkajian sistem tubuh
a) Pemeriksaan kulit dan rambut
Kaji nilai warna, turgor, tekstur dari kulit dan rambut pasien
b) Pemeriksaan kepala dan leher
Pemeriksaan mulai dari kepala, mata, hidung, telinga, mulut dan leher. kesimetrisan, edema, lesi,
maupun gangguan pada indera.
c) Pemeriksaan dada
Paru-paru
Inspeksi : kesimetrisan, gerak napas
Palpasi : kesimetrisan taktil fremitus
Perkusi : suara paru (pekak, redup, sono, hipersonor, timpani) Jantung
Inspeksi : amati iktus cordis
Palpalsi : raba letak iktus cordis
Perkusi : batas-batas jantung
d) Pemeriksaan abdomen
Inspeks : keadaan kulit, besar dan bentuk abdomen, gerakan
Palpasi : hati, limpha teraba/tidak, adanya nyeri tekan Perkusi
: suara peristaltic usus
Auskultasi : frekuensi bising usus
e) Pemeriksaan ekstremitas
Kaji warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya alat bantu.
3) Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan
a) Riwayat prenatal : ibu terinfeksi TORCH selama hamil, preeklamsi, BB naik, pemantauan
kehamilan secara berkala. Kehamilan dengan resiko tidak dipantau secara berkala dapat mengganggu
tumbang anak
b) Riwayat kelahiran : cara melahirkan anak, keadaan anak saat lahir, lamadan anak yang lahir
dengan bantuan alat/ forcep dapat mengganggu tumbang anak
c) Pertumbuhan fisik : BB (1,8-2,7kg), TB (BB/TB, BB/U, TB/U), lingkar kepala 50cm), LILA,
lingkar dada, lingkar dada > dari lingkar kepala,
d) Pemeriksaan fisik : bentuk tubuh, keadaan jaringan otot (cubitan tebal pada lengan atas, pantat dan
paha mengetahui lemak subkutan), keadaan (cubitan tipis pada kulit dibawah tricep dan subskapular),
tebal/ tipis dan / tidak akarnya dicabut, gigi (14- 16 biji), ada tidaknya udem, anemia gangguan
lainnya.
e) Perkembangan : melakukan aktivitas secara mandiri (berpakaian) , kemampuan anak berlari
dengan seimbang, menangkap benda tanpa jatuh, memanjat, melompat, menaiki tangga, menendang
bola dengan seimbang, egosentris menggunakan kata ” Saya”, menggambar lingkaran, mengerti
dengan kata bertanya, mengungkapkan kebutuhan dan keinginan, menyusun jembatan dengan kotak –
kotak.
4) Riwayat imunisasi
Riwayat sosial: bagaimana klien berhubungan dengan orang lain.
d. Pengkajian Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola sehat – sejahtera yang dirasakan, pengetahuan
tentang gaya hidup dan berhubungan dengan sehat, pengetahuan tentang praktik kesehatan
preventif, ketaatan pada ketentuan media keperawatan. Biasanya anak-anak belum mengerti
tentang manajemen kesehatan, sehingga perlu perhatian dari orang tuanya.
2) Pola nutrisi metabolik
Yang perlu dikaji adalah pola makan biasa dan masukan cairan klien, tipe makanan dan
cairan, peningkatan / penurunan berat badan, nafsu makan, pilihan makan.
3) Pola eliminasi
Yang perlu dikaji adalah pola defekasi klien, berkemih, penggunaan alat penggunaan obat-
obatan.
4) Pola aktivas latihan
Yang perlu dikaji adalah pola aktivitas klien, latihan dan rekreasi, kemampuan untuk
mengusahakan aktivitas sehari-hari (merawat diri, bekerja), dan kardiovaskuler serta
pernapasan saat melakukan aktivitas.
5) Pola istirahat tidur
Yang perlu dikaji adalah bagaimana pola tidur klien selama 24 jam, bagaimana kualitas dan
kuantitas tidur klien, apa ada gangguan tidur dan penggunaan untuk mengatasi gangguan
tidur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Nursalam dkk, (2015), Asuhan Keperawatan bayi dan anak, Jakarta, Salemba
Medika.
2. Ngastiyah, (2015), Perawat Anak Sakit. Edisi 2, Jakarta, EGC.
3. Hidayat AA, (2016), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (Edisi 1), Jakarta,
Salemba Medika.
4. Brunner & Suddart. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8volume
2.Jakarta.EGC.
5. Nurarif, A.H. & Kusuma, H.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Nic-Noc.Jogjakarta.Mediaaction
ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN R.S DENGAN MASALAH DEMAM
THYPOID DI RUANGAN IRINA E ATAS
I. PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : Diane N.S Siswojo
NIM : 210141040013
Ruang : IRINA E ATAS
Tanggal Pengkajian : Senin, 07 November 2022
Tanggal Praktik : 07 November 2022 – 10 November 2022
A. IDENTITAS PASIEN
No. Rekam Medis : 773236
Nama Klien : An RS
Tempat/tanggal Lahir : Tateli, 17-08-2020
Umur : 2 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Bahasa Yang Dimengerti : Bahasa Manado
Orangtua/Wali : Ny.SS
Pekerjaan Ayah/Ibu/Wali : IRT
Pendidikan : SMK
Alamat Ayah/Ibu/Wali : Desa Tateli
B. KELUHAN UTAMA
Demam naik turun, BAB cair
Polio
3. 2,3,4 bulan Demam
Ny TS/27 th
th
Ny KS/30
3. Tn HS/31 th Ny ES/22 th
Ny VS/25 th Tn OS/28 th
Tn JS/29 th Ny PS/25
Ny.SS/29th Tn.BS/32th
An.RS/2th
KETERANGAN :
: Laki laki : meninggal : Pasien
: Perempuan : Tinggal serumah
narasi
F. RIWAYAT SOSIAL
a. An RS diasuh oleh kedua orang tuanya yaitu Ny SS dan Tn BS
b. Hubungan An RS dengan keluarganya baik
c. Ny SS mengatakan An RS sering berinteraksi ketika di ajak bermain
dengan teman sebayanya, orang sekitar maupun keluarga
J. PEMERIKSAAN PERKEMBANGAN
Membalik : 4 bulan
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 7 bulan
Merangkak : 7 bulan
Berdiri : 12 bulan
Berjalan : 14 bulan
Tertawa : 3 bulan
Berceloteh : 2 bulan
Memanggil mama : 12 bulan
Memanggil papa : 12 bulan
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Risiko defisit nutrisi ditandai dengan keengganan untuk makan ditandai dengan :
Faktor Risiko :
Orang tua mengatakan An.RS mengalami mual muntah
Orang tua mengatakan An.RS mengalami penurunan nafsu makan dan minum
Orang tua mengatakan apabila makan An.RS hanya menghabiskan 2-3 sendok
dari porsi makanan Rumah Sakit
BB sebelum : 11 kg
BB sekarang 9 kg
INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
1 Hipovolemia bd Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipovolemia ( I. 03116 )
kehilangan cairan keperawatan selama 3 x 8 Observasi :
aktif, kekurangan jam, diharapkan 1. Periksa tanda dan gejala
intake cairan keseimbangan cairan hypovolemia
meningkat dengan kriteria 2. Monitor intake dan output cairan
hasil : Terapeutik :
1. Asupan cairan meningkat 3. Hitung kebutuhan cairan
(skor 4) 4. Berikan asupan cairan oral (oralit,
2. Membran mukosa air mineral, susu )
membaik (skor 4) Edukasi :
3. Mata cekung membaik 5. Anjurkan memperbanyak asupan
(skor 4) cairan oral
Kolaborasi :
6. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis ( glukosa 2,5%, Nacl
0,45%)
7. Kolaborasi pemberian obat ( Zinc
20 mg PO )
2 Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hipertermia
berhubungan dengan keperawatan selama 3 x 8 Observasi
proses penyakit jam, diharapkan 1. Identifikasi penyebab hipertermia
(infeksi) termoregulasi membaik 2. Monitor suhu tubuh
dengan kriteria hasil : 3. Monitor kadar elektrolit
1. Suhu tubuh membaik Terapeutik
(skor 5) 4. Longgarkan pakaian
2. Pucat menurun (skor 4) 5. Berikan cairan (IVFD D5 ½ NS
(HS) 500 ml )
6. Ganti linen jika mengalami keringat
berlebih
7. Lakukan pendinginan eksternal
(mis. kompres hangat pada dahi,
leher, dada, abdomen aksila)
Edukasi
8. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena (IVFD D5 ½ NS
(HS) 500 ml )
10. Kolaborasi pemberian obat
( Parasetamol 100 mg PO,
Ceftriaxone 500 mg IV )
3 Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi (I.03119)
ditandai dengan keperawatan selama 3 x 8 Observasi :
keengganan untuk jam, diharapkan status nutrisi 1. Identifikasi alergi dan intoleransi
makan membaik dengan kriteria makanan
hasil : 2. Identifikasi kebutuhan kalori dan
1. Porsi makanan yang jenis nutrient
dihabiskan meningkat 3. Monitor asupan makanan
(skor 4) 4. Monitor berat badan
2. Nafsu makan membaik Terapeutik :
(skor 4) 5. Fasilitasi menentukan program diet
6. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
7. Berikan suplemen makanan
Edukasi :
8. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Kolaborasi :
9. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI HARI - 1 ( Selasa, 08 November 2022 )
No DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI
KEPERAWATAN
1 Hipovolemia bd 08.00 Memeriksa tanda dan gejala Pukul 14.00
kehilangan cairan hypovolemia S:
aktif, kekurangan Hasil : membrane mukosa - Ny SS mengatakan An
intake cairan tampak kering, mata tampak RS masih mengalami
cekung, turgor kulit kembali muntah dan BAB cair
lambat O:
08.00 Memonitor intake dan output - Tampak membrane
cairan per 7 jam mukosa kering
Intake cairan - Mata anak tampak
Infus : 250 cc cekung
Minum : 250 cc - Turgor kulit Kembali
Makan : 50 cc lambat
Total : 550 cc - Total balance intake
Output cairan dan output = -100
Urin : 200 ml ml/7 jam
Muntah : 200 ml - Terpasang IVFD D5%
BAB : 250 ml dan ½ NS di tangan
Total : 650 ml kanan dengan 41ml/
Hasil : total balance intake – jam
output A:
550-650 = -100 - Hypovolemia belum
08.30 Mengitung kebutuhan cairan teratasi
Hasil : 900 ml P:
11.00 Memberikan asupan cairan Intervensi lanjut :
oral (oralit, air mineral ) - Memonitor intake dan
Hasil : pasien diberikan oralit output cairan per 7
100 ml jam
11.15 Menganjurkan - Memberikan asupan
memperbanyak asupan cairan cairan oral
oral - Menganjurkan
Hasil : Orang tua mengerti memperbanyak asupan
tentang anjuran yang cairan oral
diberikan - Berkolaborasi dalam
11.30 Berkolaborasi dalam pemberian cairan IV
pemberian cairan IV hipotonis hipotonis
( glukosa 2,5%, Nacl 0,45%) - Berkolaborasi
Hasil : terpasang IVFD D5% pemberian obat
dan ½ NS di tangan kanan
dengan 41ml/ jam
Berkolaborasi pemberian obat
( Zinc 20 mg PO )
12.00 Hasil : anak diberikan obat
zinc 200 mg PO
2 Hipertermia
berhubungan dengan 08.05 Mengidentifikasi penyebab Pukul 14.00
proses penyakit hipertermia S:
(infeksi) Hasil : An.RS mengalami demam - Orang tua mengatakan
thypoid yang disebabkan karena anak masih demam
infeksi bakteri namun di alami naik
08.10 Memonitor suhu tubuh turun
Hasil : SB 38.6oC
08.20 Memonitor kadar elektrolit : O:
Hasil : Natrium serum 129 - SB 38oC
mmol/L, Kalium serum 2.9 - An.RS masih tampak
mmol/L, Klorida serum 94 pucat
mmol/L
08.22 Menganjurkan memberikan A:
pakaian yang longgar - Hipertermia belum
Hasil : An.RS dikenakan pakaian teratasi
longar
09.00 Menganjurkan dalam pemberian P:
cairan Lanjutkan Intervensi :
Hasil : Orang tua mengatakan - Memonitor suhu tubuh
An.RS diberikan air mineral - Menganjurkan
namun dimuntahkan memberikan pakaian
09.10 Menganjurkan memberikan yang longgar
kompres dengan air hangat ketika - Menganjurkan dalam
demam naik pemberian cairan
Hasil : Orang tua tampak - Menganjurkan
memberikan kompres air hangat memberikan kompres
kepada An.RS dengan air hangat
12.00 ketika demam naik
Berkolaborasi pemberian obat
- Berkolaborasi
Hasil : Pasien mendapat
pemberian obat
paracetamol 100 mg PO
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.