Referat Demam Typhoid Pada Kehamilan 1 Oke
Referat Demam Typhoid Pada Kehamilan 1 Oke
Referat Demam Typhoid Pada Kehamilan 1 Oke
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Demam tifoid merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit ini
termasuk penyakit menular yang tercantum dalam undang-undang nomor 6 Tahun
1962. Kelompok penykit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular
dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah.
Insidens demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan
sanitasi lingkungan. Perbedaan insidens di perkotaan berhubungan erat dengan
penyediaan air bersih yang belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan
pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan lingkungan.1
1
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Demam Typhoid
Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi (s.typhi) atau Salmonella paratyphi (S.paratyphi) yang masuk dalam
tubuh manusia.1
Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia
tanpa keterlibatan struktur endothelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus
multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuclear dari hati, limpa kelenjar limfe usus dan
peyers patch.
Beberapa terminologi lain yang erat kaitannya adalah demam paratifoid dan
demam enteric. Demam Paratifoid secara patologik maupun klinis adalah sama
dengan demam tifoid namun biasanya lebih ringan.3
2
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
2.2. Epidemiologi
Surveilans Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian demam tifoid di
Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2 dan pada tahun 1994 terjadi peningkatan
frekuensi menjadi 15,4 per 10.000 penduduk. Dari survey berbagai rumah sakit di
Indonesia dari tahun 1981 sampai dengan 1986 memperlihatkan peningkatan jumlah
sekitar 35,8% yaitu dari 19,59% menjadi 26.606 kasus
Insiden demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan
sanitasi libngkungan; di daerah rural (Jawa Barat) 157 kasus per 100.00 penduduk,
sedangkan di daerah urban ditemukan 760-810 per 100.000 penduduk. Perbedaan
insiden di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air bersih yang belum
memadai serta sanitasi lingkungan dengan pembuangan sampah yang kurang
memenuhi syarat kesehatan lingkungan.1
Terjadinya penularan salmonella typhi sebagian besar melalui makanan/
minuman yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau pembawa
kuman.
Dapat juga terjadi transmisi transplasenta dari seorang ibu hamil yang berada
dalam bakteremia kepada bayinya. pernah dilaporkan pula transmisi oro-fekal dari
seorang ibu pembawa kuman pada saat proses kelahirannya kepada bayinya dan
sumber berasal dari laboratorium penelitian.3
2.4. Patofisiologi
3
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
akumulasi sel-sel mononuclear di dinding usus. Proses patologis jaringan limfoid ini
akan berkembng hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan dapat mengakibatkan
perforasi.
Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat
timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskular, pernapasan
dan gangguan organ lain.1
Pada minggu pertama ditemukan gejala klinis dan keluhan demam typhoid
seperti demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,
obstipasi, atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis.
Pada pemeriksaan fisik biasanya hanya ditemukan peningkatan suhu tubuh,
sifat demam adalah miningkat perlahan-lahan dan terutama pada soere dan
malam hari.
Pada minggu ke dua ditemukan gejala-gejala yang lebih jelas seperti demam,
bradikardi, lidah berselaput (kotor di bagian tengah tepi dan ujung merah),
hepatomegali,
splenomegali,
meteorismus,
gangguan
mental
berupa
a. Darah Rutin
Walaupun pada pemeriksaan darah perifer sering ditemukan leucopenia, dapat
pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis. Leukositosis dapat terjadi
walaupun tanpa disertai oleh infeksi sekunder. Selain itu pula ditemukan anemia
ringan dan trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi
aneosinofilia maupun limfopenia. Laju endap darah pada demam tifoid dapat
meningkat.1
b. Uji Serologi
Uji widal
Uji widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman S.typhi. pada uji
widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman S.typhi dengan antibody
yang disebut aglunitin. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspense
Salmonella yang sudah dimatikan dan di olah di laboratorium. Maksud uji widal
adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam
typhoid yaitu :
a. Aglutinin O : dari tubuh kuman
b. Aglutini H : flagella kuman
c. Aglutinin Vi : simpai kuman
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk
diagnosis demam tyfoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan
terinfeksi kuman ini.
Pembentukan aglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama demam,
kemudian akan meningkat secara cepat dan mencapai punjak pada minggu ke empat
dan tetap tinggi selama beberapa minggu. Pada fase akut mula-mula timbul aglutinin
O, kemudian di ikuti oleh aglutinin H. pada orang yang sudah sembuh aglutinin O
masih tetap dijumpai setelah 4-6 bulan, sedangkan aglutinin H menetap lebih lama
6
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
antara 9-12 bulan. Titer antibodi O > 1:320 atau antibodi H > 1: 640 menguatkan
diagnose pada gambaran klinis yang khas.1,2
Ada beberapa factor yang mempengaruhi uji Widal yaitu:
-
demam tifoid akibat infeksi demam typhoid masa lalu atau vaksinasi
Factor teknik pemeriksaan antar laboratorium, akibat aglutinasi silang dan
strain Salmonella yang digunakan untuk suspense antigen.
Saat ini belum ada kesamaan pendapat mengenai titer agglutinin yang
bermakna diagnostic untuk demam typoid. Batas titer yang sering di gunakan hanya
kesempakatan saja., hanya berlaku setempat dan batas ini bahkan dapat berbeda di
berbagai laboratorium setempat.1
7
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
negatif.
Volume darah yang kurang (diperlukan kurang lebih 5 cc).
Bila darah yang dibiakkan terlalu sedikit hasil biakan akan negatif. Darah
yang di ambil sebaiknya secara bedside langsung dimasukkan ke dalam media
negatif.
Saat pengambilan darah setelah minggu pertama, pada saat aglutinin semakin
meningkat.1,5
2.7. Diagnosis
Penegakan diagnosis sedini mungkin sangat bermanfaat agar bisa diberikan
terapi yang tepat dan meminimalkan komplikasi. Pengetahuan gambaran klinis
penyakit ini sangat penting untuk membantu mendeteksi secara dini. Walaupun pada
kasus tertentu di butuhkan pemeriksaan tambahan untuk membantu menegakkan
diagnosa.1
2.8. Penatalaksanaan
2.8.1
Pengobatan
Sampai saat ini masih dianut trilogy penatalaksanaan demam tifoid, yaitu:
rata-rata 7 hari.
Tiamfenikol
Dosis dan efektivitas tiamfeikol pada demam tyfoid hampir sama dengan
klorampenikol, akan tetapi komplikasi hematologi seperti kemungkinan
terjadianya anemia aplastik lebih rendah di bandingkan kloramfenikol.
Dosis tiamfenikol adalah 4 x 500 mg, demam rata-rata menurun pada hari
ke 5.
Kotrimoksazol
Efektivitas obat ini di laporkan hampir sama dengan kloramfenikol.
Dosis untuk orang dewasa adalah 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung
sulfametoksazol 400 mg dan 80 mg trimetoprim) di berikan selama 2
minggu.
Ampisilin dan amoksisilin
Kemapmpuan obat ini untuk menurunkan demam lebih redah di
bandingkan dengan kloramfenikol, dosis yang di ajnurkan berkiar 50-
trombositopenia.
Komplikasi paru : pneumonia, epiema, pleuritis.
Komplikasi hepatobilier : hepatitis, kolesistitis.
Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, perinefritis.
Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, arthritis.
Komplikasi neuropsikiatrik atau tifoid toksik.1,4
11
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Pengaruh pada kehamilan terjadi karena panas yang lama dan tinggi
disamping keadaan umum yang jelek sehingga menyebabkan keguguran, persalinan
premature, dan kematian janin intrautein terutama kalau terjadi infeksi pada trimester
pertama dan kedua. morbiditas dan mortalitas bias terjadi lebih tinggi dalam
kehamilan6
2.10.
12
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jenis-jenis vaksin
-
Vaksin oral : Ty21a (vivotif Berna). Vaksin ini belum beredar di Indonesia
Vaksin parenteral : ViCPS (typhim Vi/Pasteur Merieux), vaksin kapsul
polisakarida.
Indikasi vaksin
a. Populasi : anak usia sekolah di daerah endemic, personil militer, petugas
rumah sakit laboratorium kesehatan industry makanan dan minuman.
b. Individual : pengunjung atau wisatawan ke daerah endemik, orang yang
kontak erat dengan pengidap demam tifoid (karier)
Kontraindikasi
Vaksin hidup oral Ty21a secara teoritis dikontraindikasikan pada sasaran yang
alergi atau reaksi efek samping berat, penurunan imunitas, dan kehamilan. Bila
diberikan bersamaan dengan obat anti-malaria (klorokuin, meflokuin) dianjurkan
minimal setelah 24 jam pemberian obat baru dilakukan vaksinasi. Dianjurkan tidak
memberikan vaksinasi bersamaan dengan obat sulfonamide atau antimikroba
lainnya.1,5
13
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dan paratyphi. Kuman bersama makanan
atau minuman masuk ke tubuh melalui saluran cerna. Walaupun gejala demam tifoid
bervariasi, secara garis besar gejala yang muncul adalah demam > 7 hari, gangguan
saluran
cerna,
dan gangguan
kesadaran. Pemeriksaan
laboratorium untuk
menegakkan diagnosis demam tifoid meliputi biakan kuman dari spesimen penderita
(darah, sumsum tulang, urin, feses, cairan duodenum, dan rose spot), uji serologi
untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen Salmonella typhi dan menentukan adanya
antigen spesifik dari kuman, serta pemeriksaan dengan melacak DNA kuman.
Antibiotik kloramfenikol yang digunakan sebagai obat pilihan pada kasus demam
tifoid sekarang mulai resisten. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menjaga
higien pribadi, imunisasi, dan vaksinasi aktif sehingga dapat menekan angka insidensi
demam tifoid.
Pengaruh pada kehamilan terjadi karena panas yang lama dan tinggi
disamping keadaan umum yang jelek sehingga menyebabkan keguguran, persalinan
premature, dan kematian janin intrautein terutama kalau terjadi infeksi pada trimester
pertama dan kedua. morbiditas dan mortalitas bias terjadi lebih tinggi dalam
kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
14
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
1. Sudoyo W Aru.2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. FKUI. Jakarta
2. Tanto, C., dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Keempat. FKUI. Jakarta
3. Soemarmo S.S.P., dkk. 2015. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Ed Kedua.
Badan Penerbit IDAI : Jakarta.
4. Sudoyo, Aru W., dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta:
FKUI.
5.
FKUI.
6. Sarwono Prawirohardjo, 2011. Ilmu Kebidanan. Ed. 4. Jakarta: Penerbit PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. H. 917-918
7. Cunningham, F.G, dkk. Williams Obstetrics Ed. 23 rd. Infectious Diseases. U.S: The
MacGraw-Hill Companies, 2010
15
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara