Referat Demam Typhoid Pada Kehamilan 1 Oke

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

Referat Kehamilan Dengan Demam Typhoid

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Demam tifoid merupakan penyakit endemik di Indonesia. Penyakit ini
termasuk penyakit menular yang tercantum dalam undang-undang nomor 6 Tahun
1962. Kelompok penykit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular
dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah.
Insidens demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan
sanitasi lingkungan. Perbedaan insidens di perkotaan berhubungan erat dengan
penyediaan air bersih yang belum memadai serta sanitasi lingkungan dengan
pembuangan sampah yang kurang memenuhi syarat kesehatan lingkungan.1

1
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Referat Kehamilan Dengan Demam Typhoid

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi Demam Typhoid
Demam tifoid adalah penyakit sistemik yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi (s.typhi) atau Salmonella paratyphi (S.paratyphi) yang masuk dalam
tubuh manusia.1
Penyakit ini ditandai oleh panas berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia
tanpa keterlibatan struktur endothelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus
multiplikasi ke dalam sel fagosit mononuclear dari hati, limpa kelenjar limfe usus dan
peyers patch.
Beberapa terminologi lain yang erat kaitannya adalah demam paratifoid dan
demam enteric. Demam Paratifoid secara patologik maupun klinis adalah sama
dengan demam tifoid namun biasanya lebih ringan.3

2
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Referat Kehamilan Dengan Demam Typhoid

2.2. Epidemiologi
Surveilans Departemen Kesehatan RI, frekuensi kejadian demam tifoid di
Indonesia pada tahun 1990 sebesar 9,2 dan pada tahun 1994 terjadi peningkatan
frekuensi menjadi 15,4 per 10.000 penduduk. Dari survey berbagai rumah sakit di
Indonesia dari tahun 1981 sampai dengan 1986 memperlihatkan peningkatan jumlah
sekitar 35,8% yaitu dari 19,59% menjadi 26.606 kasus
Insiden demam tifoid bervariasi di tiap daerah dan biasanya terkait dengan
sanitasi libngkungan; di daerah rural (Jawa Barat) 157 kasus per 100.00 penduduk,
sedangkan di daerah urban ditemukan 760-810 per 100.000 penduduk. Perbedaan
insiden di perkotaan berhubungan erat dengan penyediaan air bersih yang belum
memadai serta sanitasi lingkungan dengan pembuangan sampah yang kurang
memenuhi syarat kesehatan lingkungan.1
Terjadinya penularan salmonella typhi sebagian besar melalui makanan/
minuman yang tercemar oleh kuman yang berasal dari penderita atau pembawa
kuman.
Dapat juga terjadi transmisi transplasenta dari seorang ibu hamil yang berada
dalam bakteremia kepada bayinya. pernah dilaporkan pula transmisi oro-fekal dari
seorang ibu pembawa kuman pada saat proses kelahirannya kepada bayinya dan
sumber berasal dari laboratorium penelitian.3

2.3 Etiologi Demam Typhoid


Etiologi demam tifoid adalah salmonella typhi dan salmonella paratyphi
bioserotipe A, B atau C. Kedua spesies salmonella ini berbentuk batang. berflagel
,aerobik, serta gram negative.2

2.4. Patofisiologi
3
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Referat Kehamilan Dengan Demam Typhoid

2.4.1. Proses perjalanan penyakit


Salmonella typhi masuk ke tubuh manusia melalui makanan dan air yang
tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus. Setelah mencapai usus, Salmonella Typhosa menembus ileum di
tangkap oleh sel mononeklear, disusul bakteremi I. bila respon imunitas humoral
mukosa (IgA) usus kurang baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel (terutama
sel M) dan selanjutnya ke lamina propia. Di lamina propia kuman berkembang biak
dan difagosit oleh terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak
di dalam makrofag dan selanjutnya di bawa ke plague Peyeri ileum distal dan
kemudian ke kelenjar getah bening Mesenterika. Selanjutnya melalui duktus torasikus
kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk ke sirkulasi darah sehingga
mengakibtkan bakteramia pertama yang simtomatik) dan menebar ke seluruh organ
retikuloendotetial tubuh terutama hati dan limpa. Di organ-organ ini kuman
meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembangbiak di luar sel atau ruang
sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi sehingga
mengakibatkan bakteremia yang keduadengan disertai tanda dan gejala penyakit
infeksi sistemik.1
Di dalam hati kuman akan masuk ke dalam empedu, berkembangbiak dan
bersama cairan empedu di ekskresikan secara intermittent ke dalam lumen usus.
Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian lagi masuk ke dalam
sirkulasi darah setelah menembus usus. Proses yang sama berulang kembali,
berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat fagositosis Salmonella
terjadi pelepasan beberapa mediator imflamasi yang selanjutnyaakan menimbulkan
gejala reaksi imflamasi sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit
perut, intabilitas vascular, gangguan mental dan koagulasi.
Di dalam plague Peyeri makrofag hiperaktif menimbulkan hyperplasia
jaringan pada organ. Perdarhan salran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah
sekitar plague Peyeri

yang sedang mengalami nekrosis dan hyperplasia akibat


4

Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Referat Kehamilan Dengan Demam Typhoid

akumulasi sel-sel mononuclear di dinding usus. Proses patologis jaringan limfoid ini
akan berkembng hingga ke lapisan otot, serosa usus, dan dapat mengakibatkan
perforasi.
Endotoksin dapat menempel di reseptor sel endotel kapiler dengan akibat
timbulnya komplikasi seperti gangguan neuropsikiatrik, kardiovaskular, pernapasan
dan gangguan organ lain.1

2.5. Manifestasi Klinis


Manifestasi gejala mental kadang mendominasi gambaran klinis, yaitu
konfusi, stupor, psikotik, atau koma,nyeri perut kadang tidak dapat dibedakan dengan
apendisitis. Pada tahap lanjut dapat muncul gambaran peritonitis akibat perforasi
usus.1
Masa tunas demam typoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala-gejala klinis
yang di timbul sangat bervarisi dariringan hingga berat, dari asimtomatik hingga
gambaran penyakit yang khas di sertai komplikasi.1,2
-

Pada minggu pertama ditemukan gejala klinis dan keluhan demam typhoid
seperti demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,
obstipasi, atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis.
Pada pemeriksaan fisik biasanya hanya ditemukan peningkatan suhu tubuh,
sifat demam adalah miningkat perlahan-lahan dan terutama pada soere dan

malam hari.
Pada minggu ke dua ditemukan gejala-gejala yang lebih jelas seperti demam,
bradikardi, lidah berselaput (kotor di bagian tengah tepi dan ujung merah),
hepatomegali,

splenomegali,

meteorismus,

gangguan

mental

berupa

:stuporkoma, delirium, atau psikosis.1

2.6. Pemeriksaan Penunjang


2.6.1. Pemeriksaan Laboratorium
5
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Referat Kehamilan Dengan Demam Typhoid

a. Darah Rutin
Walaupun pada pemeriksaan darah perifer sering ditemukan leucopenia, dapat
pula terjadi kadar leukosit normal atau leukositosis. Leukositosis dapat terjadi
walaupun tanpa disertai oleh infeksi sekunder. Selain itu pula ditemukan anemia
ringan dan trombositopenia. Pada pemeriksaan hitung jenis leukosit dapat terjadi
aneosinofilia maupun limfopenia. Laju endap darah pada demam tifoid dapat
meningkat.1
b. Uji Serologi
Uji widal
Uji widal dilakukan untuk deteksi antibody terhadap kuman S.typhi. pada uji
widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman S.typhi dengan antibody
yang disebut aglunitin. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah suspense
Salmonella yang sudah dimatikan dan di olah di laboratorium. Maksud uji widal
adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita tersangka demam
typhoid yaitu :
a. Aglutinin O : dari tubuh kuman
b. Aglutini H : flagella kuman
c. Aglutinin Vi : simpai kuman
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang digunakan untuk
diagnosis demam tyfoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan
terinfeksi kuman ini.
Pembentukan aglutinin mulai terjadi pada akhir minggu pertama demam,
kemudian akan meningkat secara cepat dan mencapai punjak pada minggu ke empat
dan tetap tinggi selama beberapa minggu. Pada fase akut mula-mula timbul aglutinin
O, kemudian di ikuti oleh aglutinin H. pada orang yang sudah sembuh aglutinin O
masih tetap dijumpai setelah 4-6 bulan, sedangkan aglutinin H menetap lebih lama
6
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Referat Kehamilan Dengan Demam Typhoid

antara 9-12 bulan. Titer antibodi O > 1:320 atau antibodi H > 1: 640 menguatkan
diagnose pada gambaran klinis yang khas.1,2
Ada beberapa factor yang mempengaruhi uji Widal yaitu:
-

Pengobatan dini dengan antibiotik


Gangguan pembentukan antibody dan pemberian kortikosteroid
Waktu pengambilan darah
Daerah endemic atau non-endemik
Riwayat vaksinasi
Reaksi anamnestik, yaitu peningkatan titer aglutinin pada infeksi bukan

demam tifoid akibat infeksi demam typhoid masa lalu atau vaksinasi
Factor teknik pemeriksaan antar laboratorium, akibat aglutinasi silang dan
strain Salmonella yang digunakan untuk suspense antigen.
Saat ini belum ada kesamaan pendapat mengenai titer agglutinin yang

bermakna diagnostic untuk demam typoid. Batas titer yang sering di gunakan hanya
kesempakatan saja., hanya berlaku setempat dan batas ini bahkan dapat berbeda di
berbagai laboratorium setempat.1

Pemeriksaan SGOT dan SGPT


Pada pemeriksaan SGOT dan SGPT seringkali meningkat, tetapi akan kembali
menjadi normal setelah sembuh. Kenaikan SGOT dan SGPT tidak memerlukan
penanganan khusus.1
d. Kultur darah
Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan tetapi hasil
negative tidak menyikirkan demam tyfoid, karena mungkin disebabkan beberapa hal
berikut:

7
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Referat Kehamilan Dengan Demam Typhoid

Telah mendapat terapi antibiotic.


Bila pasien sebelum dilakukan kultur darah telah mendapat antibiotik,
pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan hasil mungkin

negatif.
Volume darah yang kurang (diperlukan kurang lebih 5 cc).
Bila darah yang dibiakkan terlalu sedikit hasil biakan akan negatif. Darah
yang di ambil sebaiknya secara bedside langsung dimasukkan ke dalam media

cair empedu (oxgall) untuk pertumbuhan kuman.


Riwayat vaksinasi.
Vaksinasi di masa lampau menimbulkan antibody dalam darah pasien.
Antibodi (aglutinin) ini dapat menekan bakteremia hingga biakan darah dapat

negatif.
Saat pengambilan darah setelah minggu pertama, pada saat aglutinin semakin
meningkat.1,5

2.7. Diagnosis
Penegakan diagnosis sedini mungkin sangat bermanfaat agar bisa diberikan
terapi yang tepat dan meminimalkan komplikasi. Pengetahuan gambaran klinis
penyakit ini sangat penting untuk membantu mendeteksi secara dini. Walaupun pada
kasus tertentu di butuhkan pemeriksaan tambahan untuk membantu menegakkan
diagnosa.1

2.8. Penatalaksanaan
2.8.1

Pengobatan
Sampai saat ini masih dianut trilogy penatalaksanaan demam tifoid, yaitu:

a. Istirahat dan Perawatan


Dengan tujuan mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan.
b. Diet dan terapi penunjang (simtomatik dan suportif)
Dengan tujuan mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara
optimal.
c. Istirahat dan perawatan
8
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Referat Kehamilan Dengan Demam Typhoid

Tirah baring dan perawatan professional bertujuan untuk mencegah


komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti
makan, minum, mandi, buang air kecil dan buang air besar akan membantu
dan mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan perlu sekali di jaga
kebersihan tempat tidur, pakaian dan perlengkapan yang di pakai. Posisi
pasien perlu di awasi untuk mencegah dekubitus dan pneumonia ortostatik
sehingga hiene perorangan tetap perlu di perhatikan dan di jaga.
d. Diet dan terapi penunjang
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan peyakit
demam tifoid, karena makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum
dan gizi penderita akan semakin turun dan proses penyembuhan akan menjadi
lama.
Di masa lampau penderita demam tifoid di beri diet bubur saring, kemudian di
tingkatkan menjadi bubur kasar, dan akhirnya diberikan nasi, yang perubahan
diet tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan pasien. Pemberian bubur
saring tersebut ditunjukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran
cerna atau perforasi usus. Beberapa peneliti menunjukkan bahwa pemberian
makanan padat dini yaitu nasi dengan lauk pauk rendah selulosa (menghindari
sementara sayuran yang berserat) dapat diberikan dengan aman pada pasien
demam tifoid.
e. Pemberian antimikroba
Dengan tujuan menghentikan dan mencegah penyebaran kuman.
Obat-obat antimikroba yang sering digunakan untuk mengobati demam tifoid
adalah sebagai berikut:
- Kloramfenikol
Di indonesia kloramfenikol masih merupakan obat pilihan utama untuk
mengobai demam tifoid. Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari
dapat diberikan secara oral atau intravena. Diberikan sampa dengan 7
hari bebas panas. Penyuntikan intramuskuar tidak di anjurkan oleh karena
hidrolisis ester ini tidak dapat diramalkan dan tempat suntikan terasa
9
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Referat Kehamilan Dengan Demam Typhoid

nyeri. Dari pengalaman penggunaan obat ini dapat menurunkan demam


-

rata-rata 7 hari.
Tiamfenikol
Dosis dan efektivitas tiamfeikol pada demam tyfoid hampir sama dengan
klorampenikol, akan tetapi komplikasi hematologi seperti kemungkinan
terjadianya anemia aplastik lebih rendah di bandingkan kloramfenikol.
Dosis tiamfenikol adalah 4 x 500 mg, demam rata-rata menurun pada hari
ke 5.

Kotrimoksazol
Efektivitas obat ini di laporkan hampir sama dengan kloramfenikol.
Dosis untuk orang dewasa adalah 2 x 2 tablet (1 tablet mengandung
sulfametoksazol 400 mg dan 80 mg trimetoprim) di berikan selama 2

minggu.
Ampisilin dan amoksisilin
Kemapmpuan obat ini untuk menurunkan demam lebih redah di
bandingkan dengan kloramfenikol, dosis yang di ajnurkan berkiar 50-

150mg/kgBB di gunakan selam 2 minggu.


Sefalosforin generasi ke tiga
Hingga saat ini golongan sefalosporin generasi ke 3 yang terbukti efektif
untuk demam tifoid adalah seftriakson, dosis yang di anjurkan adalah
antara 3-4 gr salam dextrosa 100 cc diberikan selama jam perinfus

sekai sehari, di berikan selama 3 hingga 5 hari.


Golongan Flurokuinolon
Golongan ini beberapa jenis bahan sediaan dan atura pemberiannya :
(1) Norfloksasin, dosis 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
(2) Siprofloksasin, dosis 2 x 500 mg/hariselama 6 hari
(3) Ofloksasin, dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
(4) Fleroksasin, dosis 400 mg/hari selama 7 hari
(5) Peflokssin, dosis 400 mg/hari selama 7 hari
Kombinasi obat antimikroba
Kombinasi 2 antibiotik atau lebih diindikasikan hanya pada keadaan
tertentu saja antara lain toksik tifoid peritonitis atau perforasi serta syok
10

Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Referat Kehamilan Dengan Demam Typhoid

septic, yang pernah terbukti ditemukan 2 macam organism dalam kultur


-

darah selain kuman salmonella.


Kortikosteroid
Penggunaan steroid di indikasikan pada toksik tifoid atau demam tifoid
yang mengalami syok septic dengan dosis 3 x 5 mg.

2.8.2. Pengobatan Demam Typhoid Pada Wanita Hamil


Kloramfenikol dan Tiamfenikol merupakan obat yang cukup manjur, tetapi
hati-hati terhadap penekanan fungsi sumsum tulang dengan segala akibatnya.
Flourokuinolon dikatakan merupakan obat yang paling efektif dan kepada ibu hamil
dapat diberikan juga sefalosporin generasi ketiga secara intravena dan azitromisin.
vaksin tifoid tampaknya tidak menimbulkan efek yang merugikan jika diberikan pada
wanita hamil dan perlu diberikan jika terjadi epidemic atau sebelum berpergian ke
daerah endemik6,7

2.9. Komplikasi Demam Typhoid


Sebagai suatu penyakit iskemik maka hampir semua organ terutama tubuh
dapat diserang dan berbagai komplikasi serius dapat terjadi. Beberapa komplikasi
yang dapat terjadi pada demam tifoid, yaitu:
- Komplikasi instestinal : perdarahan usus, perforasi usus, ileus paralitik, dan
pancreatitis.
- Komplikasi ekstra-intestinal
(1) Komplikasi kardiovaskular : gagal sirkulasi perifer, miokarditis,
tromboflebitis.
(2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, KID, thrombosis, dan
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

trombositopenia.
Komplikasi paru : pneumonia, epiema, pleuritis.
Komplikasi hepatobilier : hepatitis, kolesistitis.
Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis, perinefritis.
Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis, arthritis.
Komplikasi neuropsikiatrik atau tifoid toksik.1,4

11
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Referat Kehamilan Dengan Demam Typhoid

Pengaruh pada kehamilan terjadi karena panas yang lama dan tinggi
disamping keadaan umum yang jelek sehingga menyebabkan keguguran, persalinan
premature, dan kematian janin intrautein terutama kalau terjadi infeksi pada trimester
pertama dan kedua. morbiditas dan mortalitas bias terjadi lebih tinggi dalam
kehamilan6

2.10.

Pencegahan Demam Typhoid

Pencegahan demam tifoid melalui gerakan nasional sangat diperlukan karena


akan berdampak cukup besar terhadap penurunan kesakitan dan kematian akibat
demam tifoid , menurunkan anggaran pengobatan pribadi maupun Negara,
mendatangkan visa Negara yang berasal dari wisatawan mancanegara karena telah
hilangnya predikat Negara endemic dan hiperendemik sehingga mereka tidak takut
lagi terserang tifoid saat berada di daerah kunjungan wisata.1
2.10.1. Vaksinasi
Vaksin pertama kali ditemukan pada tahun 1896 dan setelah tahun
1960mefektivitas vaksinasi telah ditegakkan, keberhasiln proteksi sebesar 51-88%
(WHO) dan sebesar 67% (universitas Maryland) bila terpapar 105 bakteri tetapi tidak
mampu proteksi bila terpapar 107 bakteri.
Vaksinasi tisoid belum dianjurkn secara rutin di USA, demikian juga di daerah
lain. Indkasi vaksinasi adalah bila:
-

Bila hendak mengujungi daerah endemic, risiko terserang demam tifoid

semakin tinggi untuk daerah berkembang (Amerika Latin, Asia, Afrika)


Orang yang terpapar dengan penderita karier tifoid
Petugas laboratorium/mikrobiologi kesehatan.

12
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Referat Kehamilan Dengan Demam Typhoid

Jenis-jenis vaksin
-

Vaksin oral : Ty21a (vivotif Berna). Vaksin ini belum beredar di Indonesia
Vaksin parenteral : ViCPS (typhim Vi/Pasteur Merieux), vaksin kapsul
polisakarida.

Indikasi vaksin
a. Populasi : anak usia sekolah di daerah endemic, personil militer, petugas
rumah sakit laboratorium kesehatan industry makanan dan minuman.
b. Individual : pengunjung atau wisatawan ke daerah endemik, orang yang
kontak erat dengan pengidap demam tifoid (karier)
Kontraindikasi
Vaksin hidup oral Ty21a secara teoritis dikontraindikasikan pada sasaran yang
alergi atau reaksi efek samping berat, penurunan imunitas, dan kehamilan. Bila
diberikan bersamaan dengan obat anti-malaria (klorokuin, meflokuin) dianjurkan
minimal setelah 24 jam pemberian obat baru dilakukan vaksinasi. Dianjurkan tidak
memberikan vaksinasi bersamaan dengan obat sulfonamide atau antimikroba
lainnya.1,5

13
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Referat Kehamilan Dengan Demam Typhoid

BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dan paratyphi. Kuman bersama makanan
atau minuman masuk ke tubuh melalui saluran cerna. Walaupun gejala demam tifoid
bervariasi, secara garis besar gejala yang muncul adalah demam > 7 hari, gangguan
saluran

cerna,

dan gangguan

kesadaran. Pemeriksaan

laboratorium untuk

menegakkan diagnosis demam tifoid meliputi biakan kuman dari spesimen penderita
(darah, sumsum tulang, urin, feses, cairan duodenum, dan rose spot), uji serologi
untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen Salmonella typhi dan menentukan adanya
antigen spesifik dari kuman, serta pemeriksaan dengan melacak DNA kuman.
Antibiotik kloramfenikol yang digunakan sebagai obat pilihan pada kasus demam
tifoid sekarang mulai resisten. Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menjaga
higien pribadi, imunisasi, dan vaksinasi aktif sehingga dapat menekan angka insidensi
demam tifoid.
Pengaruh pada kehamilan terjadi karena panas yang lama dan tinggi
disamping keadaan umum yang jelek sehingga menyebabkan keguguran, persalinan
premature, dan kematian janin intrautein terutama kalau terjadi infeksi pada trimester
pertama dan kedua. morbiditas dan mortalitas bias terjadi lebih tinggi dalam
kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA
14
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Referat Kehamilan Dengan Demam Typhoid

1. Sudoyo W Aru.2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. FKUI. Jakarta
2. Tanto, C., dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Keempat. FKUI. Jakarta
3. Soemarmo S.S.P., dkk. 2015. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Ed Kedua.
Badan Penerbit IDAI : Jakarta.
4. Sudoyo, Aru W., dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Jakarta:
FKUI.
5.

. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Jakarta:

FKUI.
6. Sarwono Prawirohardjo, 2011. Ilmu Kebidanan. Ed. 4. Jakarta: Penerbit PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. H. 917-918
7. Cunningham, F.G, dkk. Williams Obstetrics Ed. 23 rd. Infectious Diseases. U.S: The
MacGraw-Hill Companies, 2010

15
Bagian Ilmu Kebidanan Dan Penyakit Kandungan
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara

Anda mungkin juga menyukai