Askep Kelompok 1 Melati
Askep Kelompok 1 Melati
Askep Kelompok 1 Melati
OLEH :
KELOMPOK 1
2021/2022
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui,
Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
berkat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA NY. Y DENGAN GANGGUAN OKSIGENASI PADA
PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE STAGE V DI RUANGAN MELATI RSUD
BEM MBOI”.
Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini, penulis menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan-kekurangan, Hal ini karena terbatasnya kemampuan penulis, baik
dalam pengumpulan materi tentang “Gangguan Oksigenasi” maupun dari pengetahuan dan
pengalaman. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun, Penulis
terima dengan senang hati .
Penulis sangat berharap semoga laporan pendahuluan sederhana ini dapat berguna
bagi pengetahuan kami sendiri maupun para pembaca.
PENULIS
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..............................................................................................7
BAB II LAPORAN PENDAHULUAN.............................................................10
A. Definisi............................................................................................................10
B. Anatomi Fisiologi ...........................................................................................59
C. Etiologi ...........................................................................................................60
D. Patofisiologi dan Patoflowdiagram.................................................................61
E. Manifestasi Klinis............................................................................................62
F. Pemeriksaan Diagnostik .................................................................................60
G. Komplikasi .....................................................................................................61
H. Penatalaksanaan .............................................................................................62
BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN .........................67
A. Pengkajian ......................................................................................................67
B. Pemeriksaan Penunjang...................................................................................67
C. Analisa Data ...................................................................................................68
D. Diagnosa Keperawatan...................................................................................61
E. Rencana Keperawatan ....................................................................................62
F. Implementasi Keperawatan ............................................................................60
G. Evaluasi ..........................................................................................................61
BAB IV PEMBAHASAN....................................................................................1
BAB V PENUTUP...............................................................................................10
A. Kesimpulan.....................................................................................................10
B. Saran ...............................................................................................................59
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam system (kimia atau
fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Pemberian O2 Binasal merupakan
pemberian oksigen melalui hidung dengan kanula ganda. Oksigenasi adalah
memberikan aliran gas oksigen (O2) lebih dari 21% pada tekanan 1 atmosfer
sehingga konsentarasi oksigen meningkat dalam tubuh (Rosdal & Kowalski, 2020).
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan
fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk
kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan hidupnya, dan untuk
aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit orang tidak
mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat
diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal. Dalam keadaan biasa manusia
membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24 jam) atau sekitar 0,5 cc tiap
menit. Respirasi berperan dalam mempertahakan kelangsungan metabolisme sel.
Sehingga di perlukan fungsi respirasi yang adekuat. Terapi oksigen merupakan
salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi yang bertujuan
untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah serta menurunkan
upaya bernafas dan mengurangi stress pada miokardium (Rosdal & Kowalski,
2020).
Beberapa metode pemberian oksigen :
Paru-paru sebagai alat pernafasan utama terdiri atas dua bagian, yaitu
paru-paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ jantung
beserta pembuluh darah yang berbentuk kerucut, dengan bagian puncak disebut
apeks. Paru-paru memiliki jaringan yang bersifat elastis, berpori, serta berfungsi
sebagai tempat pertukaran gas oksigen dan karbondioksida.
a. Ventilasi Paru
C. Etiologi
1. Lingkungan
Selain itu, kadar oksigen di udara juga dipengaruhi oleh polusi udara. Udara
yang dihirup pada lingkungan yang mengalami polusi udara memiliki
konsentrasi oksigen rendah. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan oksigen
dalam tubuh tidak terpenuhi secara optimal. Respon tubuh terhadap lingkungan
polusi udara diantaranya mata perih, sakit kepala, pusing, batuk dan merasa
tercekik.
2. Latihan
3. Emosi
4. Gaya Hidup
5. Status Kesehatan
6. Saraf Otonom
Rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat
mempengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat
ketika terjadi rangsangan baik oleh simpatis maupun parasimpatis. Ujung saraf
dapat mengeluarkan neurotransmiter (simpatis mengeluarkan noradrenalin yang
berpengaruh pada bronkhodilatasi, sedangkan parasimpatis mengeluarkan
asetilkolin yang berpengaruh pada bronkhokonstriksi) karena terdapat reseptor
adrenergik dan reseptor kolinergik pada saluran pernafasan.
Banyak faktor yang menimbulkan keadaan alergi antara lain debu, bulu
binatang, serbuk benang sari bunga, kapuk, makanan, dan lain-lain. Hal-hal
tersebut dapat menyebabkan bersin apabila ada rangsangan di daerah nasal,
batuk apabila rangsangannya di saluran nafas bagian atas, bronkhokontriksi
terjadi pada asma bronkhiale, dan rhinitis jika rangsangannya terletak di saluran
nafas bagian bawah.
9. Faktor Perkembangan
10. Usia
Dinding nada dan jalan napas menjadi lebih kaku dan kurang elastis.
Jumlah pertukaran udara menurun.
Refleks batuk dan kerja silia berkurang.
Membran mukosa menjadi lebih kering dan lebih rapuh.
Terjadi penurunan kekuatan otot dan daya tahan.
Apabila terjadi osteoporosis, keadekuatan ekspansi paru dapat menurun.
Terjadi penurunan efesiensi sistem imun.
Penyakit refluks gastroesofagus lebih sering terjadi pada lansia dan
meningkatkan risiko aspirasi. Aspirasi isi lambung ke dalam paru sering
kali menyebabkan bronkospasme dengan menimbulkan respon
inflamasi.
11. Gaya Hidup
12. Stres
Sesak
Sianosis
Dispnea
Takhipnea
Ortopnea
Sputum
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Metode morfologis
Radiologi
Parenkim paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil
terhadap jalannya sinar X sehingga memberi bayangan yang sangat
memancar. Bagian padat udara akan memberikan udara bayangan yang
lebih padat karena sulit ditembus sinar X. benda yang padat memberi
kesan warna lebih putih dari bagian berbentuk udara.
Bronkoskopi
Pemeriksaan Biopsi
Pemeriksaan Sputum
2. Metode fisiologis
Tes fungsi paru menggunakan spirometer akan menghasilkan :
Volume Alun Napas (Tidal Volume – TV), yaitu volume udara yang
keluar masuk paru pada keadaan istirahat (±500ml)
Volume Cadangan Inspirasi (Inspiration Reserve Volume – IRV), yaitu
volume udara yang masih dapat masuk paru pada inspirasi maksimal
setelah inspirasi secara biasa. L = ±3300ml, P= ±1900ml.
Volume Cadangan Ekspirasi (Ekspirasi Reserve Volume – ERV), yaitu
jumlah udara yang dapat dikeluarkan secara aktif dari paru melalui
kontraksi otot ekspirasi setelah ekspirasi biasa. L = ±1000ml, P =
±700ml.
Volume Residu (Residu Volume – RV), yaitu udara yang masih tersisa
dalam paru setelah ekspirasi maksimal. L = ± 1200 ml, P = ± 1100ml.
Kapasitas pulmonal sebagai hasil penjumlahan dua jenis volume atau
lebih dalam satu kesatuan.
Kapasitas Inspirasi (Inspirasi Capacity – IC), yaitu jumlah udara yang
dapat dimasukkan ke dalam paru setelah akhir ekspirasi biasa (IC = IRV
+ TV).
Kapasitas Residu Fungsional (Fungtional Residual Capacity – FRC),
yaitu jumlah udara paru pada akhir respirasi biasa (FRC = ERV + RV).
Kapasitas Vital (Vital Capacity – VC), yaitu volume udara maksimal
yang dapat masuk dan keluar paru selama satu siklus pernapasan yaitu
setelah inspirasi dan ekspirasi maksimal (VC = IRV + TV + ERV).
Kapasitas Paru – Paru Total (Total Lung Capacity – TLC), yaitu jumlah
udara maksimal yang masih ada di paru – paru (TLC = VC + RV). L = ±
6000ml, P= ± 4200ml.
Ruang Rugi (Anatomical Dead Space), yaitu area disepanjang saluran
napas yang tidak terlibat proses pertukaran gas (±150ml). L = ±500ml.
Frekuensi napas (f), yaitu jumlah pernapasan yang dilakukan permenit
(±15 x/menit). Secara umum, volume dan kapasitas paru akan menurun
bila seseorang berbaring dan meningkat saat berdiri. Menurun karena isi
perut menekan ke atas atau ke diafragma, sedangkan volume udara paru
meningkat sehingga ruangan yang diisi udara berkurang.
Analisis Gas Darah (Analysis Blood Gasses – ABGs). Sampel darah
yang digunakan adalah arteri radialis.
G. Komplikasi
1. Hipoksemia
Merupakan keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah
arteri atau saturasi arteri dibawah normal. Keadaan hipoksemia tubuh akan
melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan, meningkatkan
stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkatan nadi. Tanda dan
gejala hipoksemia diantaranya sesak napas, frekuensi napas cepat, nadi dan
dangkal serta sianosis.
2. Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya
pemenuhan kebutuhan oksigen pada tinggi seluler. Hipoksia dapat terjadi
setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Penyebab lain hipoksia antara lain :
Menurun hemoglobin
Berkurangnya konsentrasi oksigen
Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen
Menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah seperti pada
pneumonia.
Menurunnya perfusi jaringan seperti syok; dan
Kerusakan atau gangguan ventilasi
H. Penatalaksanaan
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
a. Pembersihan jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Pemberian terapi nebulizer atau Suctioning
d. Jalan nafas buatan
2. Pola Nafas Tidak Efektif
a. Atur posisi pasien (semi fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Teknik bernafas dan relaksasi
3. Gangguan Pertukaran Gas
a. Atur posisi pasien (posisi fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Suctioning
c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigen dan
karbondioksida antara lain batuk, peningkatan produksi sputum, dispnea,
hemoptisis, wheezing, stridor, dan chest pain.
adanya sesak napas yang akan menggangu proses tidur, kesulitan makan
karena sesak napas, sesak napas saat beraktivitas serta munculnya rasa
cemas karena sesak napas.
Tingkat kesehatan klien dimasa lalu juga menentukan ada atau tidaknya
masalah oksigenasi. Pada seseorang yang sehat, sistem kardiovaskuler
dan pernapasan secara normal menyediakan oksigen bagi kebutuhan
tubuh. Pada penyakit kardiovaskuler, hal ini sering kali berdampak
terhadap pengangkutan oksigen ke sel tubuh, sedangkan penyakit sistem
pernapasan dapat mempengaruhi oksigenasi dalam darah.
2. Pola aktivitas dan latihan : pola aktivitas perlu dikaji karena pada
klien dengan oksigenasi mengalami keletihan, dan kelemahan dalam
melakukan
aktivitas karena adanya dispnea yang dialami.
3. Pola istirahat dan tidur : gangguan yang terjadi pada pasien dengan
oksigenasi salah satunya adalah gangguan pertukaran gas, karena
pasien terlalu sering menghirup udara yang tidak bersih sehingga
mengakibatkan dyspnea.
8. Pola persepsi dan konsep diri : akan terjadi perubahan jika pasien
tidak memahami cara yang efektif untuk mengatasi masalah
kesehatannya dan konsep diri yang meliputi (body Image, identitas
diri, peran diri,
ideal diri dan harga diri).
9. Pola reproduksi dan seksual : Pada pola reproduksi dan seksual pada
pasien yang sudah menikah akan mengalami perubahan.
10. Pola mekanisme koping: Masalah timbul jika pasien tidak efektif
dalam mengatasi masalah kesehatannya, termasuk dalam
memutuskan untuk menjalani pengobatan yang intensif.
11. Pola nilai dan kepercayaan: Adanya kecemasan dalam sisi spiritual
akan menyebabkan masalah yang baru yang ditimbulkan akibat dari
ketakutan akan kematian dan akan mengganggu kebiasaan
ibadahnya.
e. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum :
2) Tingkat kesadaran :
Pernapasan : Takipnea.
Nadi : Takikardia.
4) Kepala : normachepal.
5) Mata :
9) Kulit :
10) Thoraks
Paru – paru :
Jantung :
11) Abdomen :
13) Ekstremitas :
2. Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan obstruksi jalan napas
3. Intervensi Keperawatan
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. Y. N
Usia : 51Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Menikah
Suku : Manggarai
Agama : Katolik
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Tuke
Penanggung Jawab : Tn. P
B. Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama : Pasien mengatakan merasa lemah selama 1 minggu ini, sulit
makan dan minum, hanya 2-3 suap saja.1 minggu ini sulit berjalan tangan dan kaki
bengkak, pasien sesak, batuk dan pilek, mual dan nyeri ulu hati.
2. Keluhan saat pengkajian : Ny. Y Mengatakan mengeluh sesak saat bernafas
3. Riwayat penyakit sekarang : Pasien dengan riwayat DM Tipe 2 sejak 4 tahun
yang lalu keluarga pasien mengatakan pasien jarang mengontrol kesehatan dengan
memeriksa gula darah dan ataupun suntik karena sebelumnya pasien sering di
suntik insulin . Pasien dibawakan kerumah sakit karena naiknya gula darah tangan
dan kaki bengkak, pasien merasa lemah untuk beraktifitas.
4. Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengatakan sudah menderita penyakit
diabetes mellitus tipe 2 sejak 4 tahun lalu.
C. Pengkajian Pola Gordon
1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Sebelum Sakit : Pasien mengatakan penyakit yang dideritannya hanya penyakit
ringan, sehingga pasien berpikir lama – kelamaan akan senbuh sendiri membuat
pasien malah untuk memeriksa gula darah secara teratur dan terapi insulin tidak
diberikan secara terarur.
Saat sakit : Pasien mengatkan merasa lemah karena dalam seminggu harus 2 x
cuci darah. keluarga pasien juga mengatakan pasien sulit untuk mobilisasi di tempat
tidur karena merasa sesak, mudah lelah, dan pasien merasa nyeri ulu hati dan merasa
mual dan muntah.
2. Pola nutrisi dan metabolic
Sebelum sakit : Pasien selama 1 minggu sulit makan dan minum hanya 2-3, suap
makan saja, pasien merasa mual dan nyeri ulu hati.
Saat sakit :Selama perawatan pasien terpasang selang NGT dan menerima
makan minum melalui selang NGT. Pasien masih mengeluh mual dan nyeri ulu hati,
dan pasien terpasang infuse RL.
3. Pola eliminasi
Sebelum sakit :pasien mengatakan BAB 1 kali dengan kosistensi keras, warna
coklat, dan pasien mengatakan selalu merasa ingin BAK
Saat sakit : pasien memakai pampers, konsistensi BAB cair dan warna
kecoklatan, terpasang katetar, dan urin warna kuning.
4. Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : pasien mengatakan aktivitas yang dilakukannya, hanya bisa
melakukan aktivitas yang ringan seperti menyapu rumah karena pasien mudah
merasa lelah.
Saat sakit : Pasien mengeluh sesak kalau berjalan Selama perawatan aktivitas
pasien terbatas, pasien hanya terbaring ditempat tidur,dalam pemenuhan ADL
dibantu oleh keluarga.
5. Pola tidur dan istirahat
Sebelum sakit : pasien mengatakan tidur siang ± 2 jam dan tidur malam 4-6 jam
mulai dari pukul 21.00 malam dan ketika bangun pasien merasa cukup untuk
istirahat.
Saat sakit : selama perawatan pasien mengatakan tidur kurang cukup, sering
terbangun karena merasakan sedikit sesak dan nyeri ulu hati.
6. Pola persepsi dan konsep diri
Sebelum sakit : pasien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya dan pasien tidak
merasa malu dengan penyakitnya, pasien merupakan ibu rumah tangga dan
berhubungan baik dengan tetangganya
Saat sakit : pasien mengatakan lebih tenang setelah dirawat dan ingin lekas
senbuh,segera pulang kerumah dan berkumpul dengan keluarganya, dan pasien tidak
merasa malu dengan penyakitnya dan pasien selalu optimis untuk sembuh.
7. Pola sensori dan kognitif
Sebelum sakit :pasien mengatakan tidak mengalami gangguan
penglihatan,pendengaran, berbicara dan meningat.
Saat sakit : Selama perawatan pasien mengatakan nyeri ulu hati
8. Pola reproduksi seksual
Sebelum sakit :Pasien berjenis kelamin perempuan berumur 51tahun, pasien sudah
menopause, pasien selalu membersihkan area genital.
Saat sakit :Pasien menggunakan pampers, keluarga pasien selalu
membersihkan area genital, dan tidak terdapat lesi ataupun kemerahan.
9. Pola penanggulangan stress
Sebelum sakit : Pasien mengatakan lebih sering mengambil keputusan sendiri.
Saat sakit :Selama Perawatan pasien mengatakan dalam mengambil keputusan
berbicara dengan keluarganya. Pasien mengatakan agar sabar dalam merawatnya
hingga sembuh dan bisa pulang .
10. Pola nilai dan kepercayaan
Sebelum sakit :Pasien mengatakan tidak terlalu sering berdoa dan yang jarang ke
gereja
Saat sakit :Selama perawatan pasien mengatakan selalu berdoa supaya diberi
kesembuhan dan yakin bahwa Allah akan menyembuhkan sakitnya.
11. Pola persepsi dan konsep diri
Sebelum sakit :Pasien mengatakan berhubungan baik dengan siapa saja
Saat sakit :Selama perawatan pasien terlihat berhubungan baik dengan
kesehatan maupun pasien yang satu kamar dengannya.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum : Sedang, Compos mentis
Eye :4
Motoric : 6
Verbal : 5
TOTAL : 15
2. Tingkat kesadaran : compos mentis
3. Tanda –tanda vital :
TD : 98/61 MmH Suhu : 36,2 celcius
Nadi : 95 x/menit Sp02 : 96 %
4. Pengukuran antropometri
BB : 46 kg
TB : 145 cm
5. Pengukuran balance cairan
IWL : 46 kg x 10 cc/24 jam = 460 cc/24 jam
Total : 19,17 = 19 cc/jam
6. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala bulat, terdapat rambut uban, penyebaran rambut rata,
tidak terdapat lesi dan massa pada kepala, konjungtiva anemis kulit dan bibir tampak
pucat.
Mata : klien tampak anemis pada saat pemeriksaan konjungtiva
Hidung : Pasien tidak tampak pernapasan cuping hidung, ataupun
penggunaan otot bantu pernapasan,Tidak ada polip hidung atau masa di hidung
Mulut : Tampak bersih, tidak ada karies giigi.
7. Leher dan tenggorokan
Inspeksi : Tidak tampak pembesaran kelenjar tidoid, tidak terdapat lesi, JVP <
3 cm
Palpasi : Tidak teraba pembesaran kelenjar tiroid, tidak teraba pembesaran
kelenjar tiroid
8. Paru dan jantung
a. Paru – paru
Inspeksi : Bentuk dada tampak simetris kiri dan kanandan tidak
menggunkanan otot bantu pernapasan , retaraksi dada sama, tidak terdapat lesi
Palpasi : Vokal vermitus kiri dan kanan memiliki getaran yang sama
Auskultasi : Terdengar bunyi napas tambahan dilapang paru ( ronkhi)
Perkusi : Bunyi redup
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak/terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS IV dan tidak ada pembesaran
Perkusi : Suara pekak pada batas kanan atas : ICS II linea sternalis kanan, Batas kiri
bawah ICS IV linea midclavikularis kiri.
Auskultasi : Terdengar suara regular (Lupdup)( Terdengar bunyi jantung 1 dan
Bunyi jantung 2, dan tidak adanya bunyi jantung tambahan ).
9. Abdomen
Inspeksi : Tampak simetris
Auskultasi : Bising usus (+) , frekuensi 13 x/Menit
Palpasi : Tidak teraba ada masa di 4 kuadran , dan tidak teraba adanya
pembesaran hepar dan pasien merasa nyeri pada ulu hati kuadran kanan atas
Perkusi : Suara tympani
10. Genital : Pasien terpasang kateter dan menggunakan pempers, bagian anus
tampak bersih
11. Ekstremitas : Tampak edema pada tangan dan kaki, akral teraba dingin, CRT < 3
detik Kekuatan otot : Ekstremitas atas mampu menahan tegak dan mampu
melawan tekanan, ekstremitas bawah mampu menahan tekanan tapi tidak mampu
melawan tekanan. Pada ekstremitas kiri atas (+) untuk pemasangan HD
12. Kulit : Turgor kulit tidak elastis, tidak terdapat lesi.
c. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan Laboratorium
2. Terapi
Analisa Data
Implementasi keperawatan
Nama klien : Ny. Y
Usia : 51 Tahun
Implementasi keperawatan
Nama klien : Ny. Y
Usia : 51 Tahun
Tanggal Waktu DP Implementasi Nama perawat
Ke
Evaluasi Keperawatan
Nama klien : Ny. Y
Usai : 51 Tahun
Unit/ kamar : Ruang Melati/ kelas 3 wanita
TGL / DIAGNOSA KPERAWATAN NAMA
WAKTU SOAP PERAWAT
Implementasi keperawatan
Nama klien : Ny. Y
Usia : 51 Tahun
Evaluasi Keperawatan
Nama klien : Ny. Y
Usai : 51 Tahun
Unit/ kamar : Ruang Melati/ kelas 3 wanita
TGL / DIAGNOSA KPERAWATAN NAMA
WAKTU SOAP PERAWAT