Askep PM Batuk Pilek - Widyastuti

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn.

T DENGAN PENYAKIT MENULAR (BATUK PILEK)


PADA Ny. I DI DUSUN SARON RT 01 DESA RAMBEANAK WILAYAH KERJA PUSKESMAS
MUNGKID

Dosen Pembimbing : Ns. Enik Suhariyanti, S.Kep,M. Kep

Disusun oleh :

Widyastuti

NPM : 21.0604.0048

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2022

A. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga merupakan perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan
darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu
dengan yang lain (Mubarak, 2011).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Setiadi, 2012). Sedangkan menurut Friedman
keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya
dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga atau unit layanan
perlu di perhitungkan.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga yaitu sebuah ikatan
(perkawinan atau kesepakatan), hubungan (darah ataupun adopsi), tinggal dalam satu
atap yang selalu berinteraksi serta saling ketergantungan.

2. Fungsi Keluarga
Keluarga mempunyai 5 fungsi yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan
basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Keberhasilan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan
dari seluruh anggota keluarga. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah (Friedman, M.M et al., 2010) :
1) Saling mengasuh yaitu memberikan cinta kasih, kehangatan, saling menerima,
saling mendukung antar anggota keluarga.
2) Saling menghargai, bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim
positif maka fungsi afektif akan tercapai.
3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga di mulai sejak pasangan sepakat memulai
hidup baru.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi di mulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk
belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu dan
orang-orang yang ada disekitarnya. Dalam hal ini keluarga dapat Membina
hubungan sosial pada anak, Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan
tingkat perkembangan anak, dan Menaruh nilai-nilai budaya keluarga.
c. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah
meneruskan keturunan.
d. Fungsi Ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga
seperti memenuhi kebutuhan makan, pakaian, dan tempat tinggal.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan untuk melaksanakan praktik asuhan keperawatan, yaitu untuk
mencegah gangguan kesehatan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga
yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah
kesehatan.
3. Tahap-Tahap Perkembangan Keluarga
Berdasarkan konsep Duvall dan Miller, tahapan perkembangan keluarga dibagi menjadi
8:
a. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru nikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga
dalam tahap ini antara lain yaitu membina hubungan intim yang memuaskan,
menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain,
mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB, persiapan menjadi orangtua dan
memahami prenatal care (pengertian kehamilan, persalinan dan menjadi orangtua).
b. Keluarga dengan anak pertama < 30bln (child bearing)
Masa ini merupakan transisi menjadi orangtua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini antara lain yaitu adaptasi
perubahan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan
pasangan, membagi peran dan tanggung jawab, bimbingan orangtua tentang
pertumbuhan dan perkembangan anak, serta konseling KB post partum 6 minggu.
c. Keluarga dengan anak pra sekolah
Tugas perkembangan dalam tahap ini adalah menyesuaikan kebutuhan pada anak pra
sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang,

proses belajar dan kontak sosial) dan merencanakan kelahiran berikutnya.


d. Keluarga dengan anak sekolah (6-13 tahun)
Keluarga dengan anak sekolah mempunyai tugas perkembangan keluarga seperti
membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, mendorong anak untuk
mencapai pengembangan daya intelektual, dan menyediakan aktifitas anak.
e. Keluarga dengan anak remaja (13-20 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah pengembangan terhadap remaja,
memelihara komunikasi terbuka, mempersiapkan perubahan sistem peran dan
peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
f. Keluarga dengan anak dewasa
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam
keluarganya.
g. Keluarga usia pertengahan (middle age family)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini yaitu mempunyai lebih banyak waktu
dan kebebasan dalam mengolah minat sosial, dan waktu santai, memulihkan hubungan
antara generasi muda-tua, serta persiapan masa tua.
h. Keluarga lanjut usia
Dalam perkembangan ini keluarga memiliki tugas seperti penyesuaian tahap masa
pensiun dengan cara merubah cara hidup, menerima kematian pasangan, dan
mempersiapkan kematian, serta melakukan life review masa lalu.
4. Tugas keluarga dalam bidang kesehatan adalah sebagai berikut :
a. Keluarga mampu mengenal masalah kesehatan
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan
c. Keluarga mampu melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit
d. Keluarga mampu menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan
kesehatan
e. Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan
setempat
A. Tinjauan Teori Ispa

1. Definisi

Infeksi sluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran

pernapasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru

yang berlangsung kurang lebih 14 hari. ISPA mengenai struktur saluran

di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian

saluran atas dan bawah secara stimulant atau berurutan. (Nurrijal,

2009)

Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting yaitu infeksi, saluran

pernapasan, dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: infeksi adalah

masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan

berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran

pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga alveoli beserta

organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

Dengan demikian ISPA secara otomatis mencakup saluran pernapasan

bagian atas, saluran pernapasan bagian bawah (termasuk jaringan paru-

paru) dan organ adneksa saluran pernapasan. Sesuai dengan batasan ini

maka jaringan paru-paru termasuk saluran pernapasan. Infeksi akut

adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas 14 hari diambil

untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit


yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih

dari 14 hari. (Depkes, 2010).

2. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan

Gambar 2.1 Anatomi sistem pernapasan

a. Organ Pernafasan

1) Hidung

Hidung atau nasal merupakan saluran udara

yang pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi),

dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya

terdapat bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara,

debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung (Adib,

2017).

Fungsi hidung, terdiri dari :

a) Bekerja sebagai saluran udara pernafasan

b) Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh

bulu-bulu hidung

c) Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa


d) Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama

udara pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam

selaput lendir (mukosa) atau hidung.

2) Faring

Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan

antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah

dasar tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah

depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ

lain keatas berhubungan dengan rongga hidung, dengan

perantaraan lubang yang bernama koana. Ke depan

berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan

ini bernama istmus fausium. Ke bawah terdapat dua

lubang, ke depan lubang laring, ke belakang lubang esofagus

(Adib, 2017).

Menurut Graaff (2010 dalam Adib, 2017) Faring

dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:

a) Nasofaring,

b) Orofaring

c) Laringofaring

3) Laring

Pangkal Tenggorokan (laring) merupakan saluran

udara dan bertindak sebagai pembentukan suara terletak di

depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan


masuk ke dalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu

dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut

epiglotis, yang terdiri dari tulang- tulang rawan yang berfungsi

pada waktu kita menelan makanan menutupi laring (Adib,

2017).

4) Trakea

Batang Tenggorokan (trakea) merupakan lanjutan dari

laring yang terbentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-

tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda. Panjang trakea

9-11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi

oleh otot polos. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang

berbulu getar yang disebut sel bersilia hanya bergerak kearah

luar (Adib, 2017).

Trakea terletak di depan saluran esofagus, mengalami

percabangan di bagian ujung menuju ke paru-paru. Yang

memisahkan trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut

karina. Dinding-dinding trakea tersusun atas sel epitel bersilia

yang menghasilkan lendir. Lendir ini berfungsi untuk

penyaringan lanjutan udara yang masuk, menjerat partikel-

partikel debu, serbuk sari dan kontaminan lainnya. Sel silia

berdenyut akan menggerakan mukus ini naik ke faring yang

dapat ditelan atau dikeluarkan melalui rongga mulut. Hal ini


bertujuan untuk membersihkan saluran pernapasaan (Adib,

2017).

5) Bronkus

Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri,

bronkus lobaris kanan ( 3 lobus) dan bronkus lobaris kiri ( 2

bronkus). Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus

segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9

bronkus segmental. Bronkus segmentalis ini kemudian

terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi

oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan saraf

(Adib, 2017).

a) Bronkiolus

Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi

bronkiolus. Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa

yang memproduksi lendir yang membentuk selimut

tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan nafas.

b) Bronkiolus terminalis

Bronkiolus membentuk percabangan menjadi

bronkiolus terminalis (yang mempunyai kelenjar lendir

dan silia).

c) Bronkiolus respiratori

Bronkiolus terminalis kemudian menjadi

bronkiolus respirstori. Bronkiolus respiratori dianggap


sebagai saluran transisional antara lain jalan nafas

konduksi dan jalan udara pertukaran gas.

d) Duktus alveolar dan sakus alveolar

Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke

dalam duktus alveolar dan sakus alveolar. Dan kemudian

menjadi alveoli.

6) Paru-Paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang

sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa atau

alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan

endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90

m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara, O 2 masuk ke

dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya

gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-

paru kiri dan kanan) (Adib, 2017).

Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri

dari 3 lobus (belahan paru), lobus pulmo dekstra superior,

lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh

lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus

superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri dari belahan

yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10

segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah

segmen pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen


yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada

lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-

tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan

yang bernama lobulus (Adib, 2017).

Letak paru-paru di rongga dada datarannya

menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum.

Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada

mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh

selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu,

yang pertama pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu

selaput paru yang langsung membungkus paru- paru.

Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada

sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum

(hampa) sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan

juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk

meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan

antara paru-paru dan dinding dada sewaktu ada gerakan

bernapas (Adib, 2017).

b. Fisiologi sistem pernafasan

Oksigen dalam tubuh dapat diatur menurut keperluan.

Manusia sangat membutukan okigen dalam hidupnya, kalau tidak

mendapatkan oksigen selama 4 menit akan mengakibatkan

kerusakan pada otak yang tidak dapat diperbaiki lagi dan bisa
menimbulkan kematian. Kalau penyediaan oksigen berkurang akan

menimbulkan kacau pikiran dan anoksia serebralis (Adib, 2017).

Proses pertukaran oksigen dan karbondioksida terjadi

ketika konsentrasi dalam darah mempengaruhi dan merangsang

pusat pernapasan terdapat dalam otak untuk memperbesar

kecepatan dalam pernapasan, sehingga terjadi pengambilan O 2

dan pengeluaran CO2 lebih banyak. Darah merah (hemoglobin)

yang banyak mengandunng oksigen dari seluruh tubuh masuk ke

dalam jaringan, mengambil karbondioksida untuk dibawa ke paru-

paru dan di paru-paru terjadi pernapasan eksterna (Adib, 2017).

3. Penyebab

Depkes (2004) menyatakan penyakit ispa dapat disebabkan

oleh berbagai penyebab seperti bakteri, virus, mycoplasma, jamur dan

lain-lainnya. Ispa bagian atas umumnya disebabkan oleh virus,

sedangkan ispa bagian bawah dapat disebabkan oleh bakteri,

umumnya mempunyai manifestasi klinis yang berat sehingga

menimbulkan beberapa masalah dalam penanganannya.

Bakteri penyebab ispa antara lain adalah genus streptococcus,

stapilococus, pneumococus, haemophyllus, bordetella dan

corynobacterium. Virus penyebab ispa antara lain golongan

paramykovirus (termasuk didalamnya virus influenza, virus

parainfluenza dan virus campak), adenovirus, coronavirus,


picornavirus, herpesvirus, dan lain-lain. Di Negara-negara

berkembang umumnya kuman penyebab ispa adalah streptococcus

pneumonia dan haemopylus influenza.

4. Patofisiologi

Perjalanan klinis penyakit ispa dimulai dengan berinteraksinya

virus dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran

pernapasan menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran

napas bergerak keatas mendorong virus kearah faring atau dengan suatu

tangkapan reflex spasmus oleh laring. Jika reflex tersebut gagal maka

virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan.

Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut menyebabkan

timbulnya batuk kering. Kerusakan struktur lapisan dinding saluran

pernapasan menyebabkan kenaikan aktfitas kelenjar mucus yang banyak

terdapat pada dinding saluran napas, sehingga terjadi pengeluaran cairan

mukosa yang melebihi normal. Rangsangan cairan berlebihan tersebut

menimbulkan gejala batuk sehingga pada tahap awal gejala ispa paling

menonjol adalah batuk.

Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi

sekunder bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan

mekanisme mukosiliaris yang merupakan mekanisme perlindungan pada

saluran pernapasan terhadap infeksi bakteri sehingga memudahkan

bakteri-bakteri pathogen yang terdapat pada saluran pernapasan atas

seperti streptococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut. Infeksi


sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mucus bertambah banyak dan

dapat menyumbat saluran napas sehingga timbul sesak napas dan

juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini

dipermudah dengan adanya factor-faktor seperti kedinginan dan

malnutrisi. Suatu laporan penelitian menyebutkan bahwa dengan

adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran napas, dapat

menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak.

Virus yang menyerang saluran napas atas dapat menyebar

ketempat- tempat yang lain dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan

kejang, demam, dan juga bisa menyebar kesaluran napas bawah.

Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran napas

bawah, sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan

dalam saluran pernapasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat

menginfeksi paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia bakteri.

Penanganan penyalit saluran pernapsan pada anak harus

diperhatikan aspek imunologis saluran napas terutama dalam hal bahwa

system imun disaluran napas yang sebagian besar terdiri dari mukosa,

tidak sama dengan system imun sistemik pada umumnya. System imun

saluran napas yang terdiri dari folikel dan jaringan limfoid yang

tersebar, merupakan ciri khas system imun mukosa. Ciri khas

berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada saluran napas

bawah, diketahui pula bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan

dalam mempertahankan integritas mukosa saluran napas.


Dari uraian diatas, perjalanan klinis penyekit ispa ini

dapat dibagi menjadi 4 tahap, yaitu:

a. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi

penderita belum menunjukkan reaksi apa-apa.

b. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa.

Tubuh menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan

tubuh sebelumnya memang sudah rendah.

c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit,

timbul gejala demam dan batuk.

d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu dapat

sembuh sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi

kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia (Nurrijal, 2009).

5. Manifestasi Klinik

Ispa merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap

bagian saluran pernapasan atas maupun bawah, yang meliputi

infiltrate peradangan dan edema mukosa, kongestif vaskuler,

bertambahnya sekresi mucus serta perubahan struktur fungsi siliare.

(Muttaqim, 2008)

Depkes RI membagi tanda dan gejala ISPA menjadi tiga yaitu :

a. Gejala dari ispa ringan

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan

satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:


1) Batuk

2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan

suara

3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung

4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 C

b. Gejala dari ispa sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika ditemukan

satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Pernapasan cepat ( fast breathing) sesuai umur yaitu: untuk

kelompok umur kurang dari 2 bulan frekuensi napas 60 kali

per menit atau lebih untuk umur 2-<12 bulan dan 40 kali per

menit atau lebih padaumur 12 bulan-<5 tahun.

2) Suhu tubuh lebih dari 39°C

3) Tenggorokan berwarna merah

4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak

campak

5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga

6) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)

c. Gejala dari ispa berat

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ditemukan

satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Bibir atau kulit membiru

2) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun


3) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah

4) Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernapas

5) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba

6) Tenggorokan berwarna merah

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Foto rontgen leher AP

Mencari gambaran pembengkakan jaringan subglotis (steeple sign)

b. Pemeriksaan laboratorium

Gambaran darah dapat normal jika disertai infeksi sekunder maka

leukosit dapat meningkat.

c. Pemeriksaan kultur

Dapat dilakukan bila didapat eksudat di orofaring atau plica

vocalis. Dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab penyakit,

misalnya bakteri streptococcus grup A.

7. Komplikasi

Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang

sembuh sendiri 5-6 hari jika tidak terjadi invasi kuman lainnya.

Komplikasi yang dapat terjadi adalah sinusitis paranasal, penutupan

tuba eusthacii dan penyebaran infeksi.

a. Sinusitis paranasal

Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar karena

pada bayi dan anak kecil sinus paranasal belum tumbuh.

Gejala umum tampak lebih besar, nyeri kepala bertambah, rasa


nyeri dan nyeri tekan biasanya didaerah sinus frontalis dan

maksilaris. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen

dan transiluminasi pada anak besar.

Proses sinusitis sering menjadi kronik dengan gejala

malaise, cepat lelah dan sukar berkonsentrasi (pada anak besar).

Kadang-kadang disertai sumbatan hidung, nyeri kepala hilang

timbul, bersin yang terus menerus disertai secret purulen dapat

unilateral ataupun bilateral. Bila didapatkan pernafasan mulut yang

menetap dan rangsang faring yang menetap tanpa sebab yang jelas

perlu yang dipikirkan terjadinya komplikasi sinusitis. Sinusitis

paranasal ini dapat diobati dengan memberikan antibiotik.

b. Penutupan tuba eusthachii

Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan

infeksi dapat menembus langsung kedaerah telinga tengah dan

menyebabkan otitis media akut (OMA). Gejala OMA pada anak

kecil dan bayi dapat disertai suhu badan yang tinggi

(hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang demam.

Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala

digoyangkan atau memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga

dapat diketahui dengan menekan telinganya dan biasanya bayi

akan menangis keras). Kadang- kadang hanya ditemui gejala

demam, gelisah, juga disertai muntah atau diare. Karena bayi yang

menderita batuk pilek sering menderita infeksi pada telinga tengah


sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan sering menyebabkan

kejang demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian THT. Biasanya

bayi dilakukan parasentesis jika setelah 48-72 jam diberikan

antibiotika keadaan tidak membaik. Parasentesis (penusukan

selaput telinga) dimaksudkan mencegah membran timpani

pecah sendiri dan terjadi otitis media perforata (OMP).

Faktor-faktor OMP yang sering dijumpai pada bayi dan

anak adalah :

1) Tuba eustachii pendek, lebar dan lurus hingga merintangi

penyaluran sekret.

2) Posisi bayi anak yang selalu terlentang selalu memudahkan

perembesan infeksi juga merintangi penyaluran sekret.

3) Hipertrofi kelenjar limfoid nasofaring akibat infeksi telinga

tengah walau jarang dapat berlanjut menjadi mastoiditis atau

ke syaraf pusat (meningitis).

c. Penyebaran infeksi

Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah

seperti laryngitis, trakeitis, bronkitis dan bronkopneumonia. Selain

itu dapat pula terjadi komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis

purulenta.
8. Penatalaksanaan

a. Pemeriksaan

Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang

penyakit tersebut dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada

yang bersangkutan orangtua misalkan penderita ISPA pada anak-

anak atau balita.

b. Klasifikasi ISPA dalam pencegahan

Program pemberantasan ispa (P2 ISPA)

mengklasifikasi ispa sebagai berikut:

1) Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan

dinding dada kedalam.

2) Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat

3) Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa

disertai demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa

napas cepat.

Berdasrkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu

klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk

golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2

bulan sampai 5 tahun. Untuk golongan umur kurang 2 bulan

ada 2 klasifikasi penyakit yaitu:

1) Pneumonia berat: diisolasi dari cacing tanah oleh ruiz dan

kuat dinding pada bagian bawah atau napas cepat. Batas

napas
cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan yaitu 60 kali per

menit atau lebih.

2) Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan

tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau napas cepat

Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi

penyakit yaitu:

1) Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya

tarikan dinding dada bagian bawah kedalam pada waktu anak

menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam

keadaan tenang tidak menagis atau meronta).

2) Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat

ialah untuk usia 2-12 bulan adalah 50 kali per menit atau lebih

dan untuk usia 1-4 tahun 40 kali per menit atau lebih.

3) Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak

ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada

napas cepat.

9. Pengobatan

a. Pneumonia berat: dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotic

parenteral, oksigen dan sebagainya.

b. Pneumonia: diberi obat antibiotic kotrimoksasol peroral. Bila

penderita tidak mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata

dengan pemberian kontrimoksasol keadaan penderita menetap,

dapat
dipakai obat antibiotic pengganti yaitu ampisilin, amoksilin atau

penisilin prokain.

b. Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotic. Diberikan

perawatn di rumah, untuk batuk dapat digunakan obat batuk

tradisional atau obat batuk lain yang tidak mengandung

zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan

antihistamin bila deman diberikan obat.

c. Penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala batuk

pilek bila ada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak

nanah disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher,

dianggap sebagai radang tenggorokan oleh kuman streptococcus

dan harus diberi antibiotic( penisilin) selama 10 hari.


PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. DATA UMUM

1. Nama KK : Tn.T
2. Alamat : Saron Rt 01, Rambeanak, Mungkid
3. Pekerjaan KK : Petani
4. Pendidikan KK : SMP
5. Komposisi keluarga :

No. Nama L/P Umur Hubungan Pekerjaan Pendidikan


Keluarga
1. Tn. T L 60 Suami Petani SMP
2. Ny. I P 50 Istri Ibu rumah SMP
tangga
3. Tn. F L 29 Anak Pegawai SMA
swasta
4. Ny. S P 24 Anak Pegawai SMA
swasta

Genogram

Keterangan :

: perempuan

: laki-laki

: ikatan perkawinan
: klien (Ny. I)

6. Tipe keluarga
Keluarga Tn. T memiliki tipe keluarga inti yaitu keluarga yang
terdiri dari sepasang suami istri, dan anak-anaknya yang tinggal dalam
satu rumah. Masalah Ny. I mengalami batuk pilek sejak 7 hari yang lalu.
7. Suku bangsa : Jawa / Indonesia
Suku bangsa Tn. T merupakan suku Jawa, Bahasa yang digunakan
sehari-hari adalah bahasa Jawa, tidak ada kebiasaan keluarga yang
mempengaruhi oleh suku yang dapat mempengaruhi kesehatannya.
8. Agama
Keluarga Tn.T beragama islam. Tn.T dan istri selalu melaksanakan
ibadah sholat 5 waktu berjamaah di masjid dan mengikuti pengajian rutin
di kampungnya. Tn.T selalu mengajarkan keluarganya untuk menjunjung
tinggi agamanya.

9. Status Sosial Keluarga


Dalam keluarga yang bekerja adalah Tn.M sebagai kuli batu di
tempat tinggalnya. PenghasilanTn. T kira-kira Rp. 1.000.000,- per
bulannya. Digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sebagian
disisihkan untuk ditabung. Tn.T dan Ny.I juga memiliki tabungan untuk
cadangan jika sewaktu-waktu diperlukan. Pengeluaran tiap bulannya
hampir sama. Di dalam rumah ini mempunyai barang-barang elektronik
seperti: TV, rice cooker, dll. Dan alat transportasi 2 sepeda motor.
10. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga biasanya berkumpul setelah beraktivitas sehari-hari pada
sore harinya untuk menonton TV bersama dan sesekali bertamasya ke luar
kota. Kadang-kadang berkumpul dengan sanak saudara saat ada acara
keluarga dan lebaran.
II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

11. Tahap perkembangan keluarga saat ini


Tn.T memiliki 2 orang anak dan semua anaknya berkeja semua.
12. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Tahap perkembangan Tn.T masih dalam tahap perkembangan
keluarga dengan usia lanjut
13. Riwayat keluarga inti
Saat ini Tn. T tidak memiliki keluhan apapun, Ny. I mengeluh
batuk pilek selama 7 hari karena pengaruh cuaca yang tidak menentu.
14. Riwayat keluarga sebelumnya
Tidak ada penyakit keturunan.

III. Pengkajian Lingkungan

15. Karakteristik rumah

Rumah yang di huni Tn.M merupakan rumah sendiri, berukuran


24,5x10 m2 terdiri dari ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur, kamar mandi dan
WC. Jarak dengan septictank lebih dari 10 meter dari sumur, kondisi WC
bersih dengan model WC leher angsa. Lantai rumah yaitu keramik
dibagian depan dan dibagian belakang masih semen, rumah permanen,
sirkulasi udara diperoleh dari fentilasi udara, pintu depan, pintu belakang,
dan jendela. Keluarga mempunyai halaman rumah, sampah keluarga
diletakkan di tempat sampah tertutup. Kebersihan rumah cukup, air minum
sehari-hari diperoleh dari sumur dengan kondisi air bersih yang biasa
digunakan untuk mandi dan mencuci. Lingkungan rumah Tn.M cukup
bersih dan rapi.
16. Denah Rumah

TERAS RUMAH

RUANG TAMU RUANG KELUARGA

KAMAR KAMAR

DAPUR KAMAR MANDI

17. Karakteristik tetangga & komunitas RW


Keluarga Tn.T tinggal di daerah perkampungan, tetangga yang ada
di sekitar rumah semuanya ramah dan saling tolong menolong satu sama
lain. Warga sekitar sering mengadakan kegiatan kerja bakti membersihkan
lingkungan rutin di hari minggu setiap 1 bulan sekali.
18. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Tn.T sudah lama tinggal di rumah tersebut. Beberapa
anggota keluarga Tn.T tinggal tidak jauh dari rumahnya. Rumah Tn.T
jaraknya ±1 km dari jalan raya.
19. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Di dalam masyarakat Tn.T mengikuti pengajian bersama
masyarakat, Tn.T juga mengikuti tahlilan di lingkungannya begitu juga
dengan Ny.I disamping bersosialisasi dia juga melakukan pekerjaan
rumah.
20. Sistem pendukung keluarga
Semua anggota keluarga dalam keadaan sehat. Jika ada anggota
keluarga yang sakit segera periksa ke pelayanan kesehatan. Anggota
keluarga yang satu dengan yang lainnya saling menyayangi dan saling
membantu satu sama lain. Keluarga Tn.T sering tolong menolong begitu
juga dengan lingkungan sekitarnya.

IV. Struktur Keluarga

21. Pola komunikasi keluarga


Pola komunikasi yang digunakan komunikasi terbuka, tiap
keluarga berusaha mengungkapkan pendapatnya masing masing, hal ini
dapat dilihat pada waktu perawat melakukan pengkajian.
22. Struktur kekuatan keluarga
Keluarga selalu menyelesaikan masalah dengan musyawarah
sedang Ny.I hanya mengikuti saja apa hasil musyawarah, semua anggota
keluarga berperan sesuai perannya masing-masing, dan apabila masalah
tidak teratasi, maka keputusan ada di tangan Tn.T.
23. Struktur peran
Formal
a) Tn.T sebagai kepala keluarga sekaligus pencari nafkah untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya dismping itu Tn.T sebagai
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman pada keluarga
b) Ny.I berperan sebagai istri dan ibu bagi anak-anaknya, Ny.I sebagai
ibu yang memiliki peran untuk mengurusi rumah dan pendidik anak-
anaknya serta membantu suaminya bekerja.
Informal
a) Setiap anggota keluarga selalu memiliki peran sebagai pendorong bagi
yang lain
24. Nilai & norma keluarga
Keluarga menerapkan nilai-nilai agama pada setiap anggota
keluarga seperti sholat, mengaji, berpuasa.

V. Fungsi Keluarga

25. Fungsi afektif


Keluarga Tn.T saling mendukung kebutuhan sehingga dapat
terpenuhi kehidupan sehari-hari, dapat menyelesaikan masalah dengan
musyawarah dan keputusan keluarga yang terakhir ditentukan oleh Tn.T
sebagai kepala keluarga.
26. Fungsi sosialisasi
Tn.T dan Ny.I dapat membina sosialisasi pada anak-anaknya
sehingga dapat membentuk norma dan aturan-aturan sesuai dengan
perkembangan anak-anaknya, serta dapat meneruskan budaya.
27. Fungsi perawatan kesehatan
a) Kemampuan keluarga mengenal masalah
Keluarga Tn.T mengatakan bahwa Ny.I mengalami batuk
pilek sudah 7 hari.
b) Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Tn.T selalu mengambil keputusan secara tepat seperti
halnya jika ada anggota keluarga yang sakit ia membeli obat ke
apotek.
c) Kemampuan keluarga merawat anggota yang sakit
Tn.T dengan keluarga akan merawat anggota yang sakit
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
d) Kemampuan keluarga dalam memelihara lingkungan yang sehat
Tn.T mengerti cara memelihara rumah sehat dan
dampaknya jika tidak menjaga kebersihan rumah.
e) Kemampuan keluarga mengunakan fasilitas kesehatan
Fasilitas kesehatan yang terdekat dari rumahnya adalah
puskesmas dan bidan, keuntungan mengunakan fasilitas kesehatan
adalah kesehatan kami dapat teratasi, puskesmas dan bidan
merupakan tempat pelayanan kesehatan terdekat dengan rumah
kami.
28. Fungsi Reproduksi
Jumlah anak Tn.T adalah 2 orang, Ny.I dalam hal ini sudah tidak
mengikuti program KB karena usia sudah menginjak 50 tahun.
29. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn.T sudah tercukupi masalah kebutuhan pokok, tapi
masalah sandang keluarga hanya membeli setahun sekali.

VI. Stress dan Koping Keluarga

30. Stresor jangka pendek dan panjang

a. Pendek : Stressor jangka pendek yang dipikir keluarga saat ini yaitu
memikirkan agar penyakit Tn.T tidak kambuh lagi.
b. Panjang : Saat ini keluarga Tn.T memikirkan biaya untuk pengobatan
secara rutin Ny. I.
31. Kemampuan keluarga berespon thd situasi/stressor
Keluarga Tn.T selalu melakukan musyawarah dalam
menyelesaikan masalah baik dalam lingkungan keluarga atau masyarakat.
32. Sumber koping yang digunakan
Keluarga Tn.T apabila ada masalah baik dalam keluarga atau
masyarakat selalu menyelesaikannya dengan musyawarah.
33. Strategi adaptasi disfungsional
Dalam menghadapi masalah selalu berusaha dan berdoa tapi semua
kembali lagi pada Allah SWT.
VII. Pemeriksaan Fisik Anggota Keluarga

Pemeriksaan Fisik Tn.T Ny.I Tn. F Ny. S


Tekanan darah 121/80 mmHg 132/75 mmHg 110/70 mmHg 107/70mmHg
Nadi 80x/mnt 74x/mnt 89x/mnt 88x/mnt
Suhu 36,2 36,3 36,5 36,4
RR 20x/mnt 20x/mnt 20x/mnt 20x/mnt
BB 56 kg 55 kg 57 kg 45 kg
Keluhan Tidak ada Batuk pilek Tidak ada Tidak ada
keluhan sudah 7 hari keluhan keluhan
Riwayat penyakit Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
sebelumnya riwayat riwayat riwayat riwayat
penyakit penyakit penyakit penyakit
Kepala Mesochepal Mesochepal Mesochepal Mesochepal
Rambut Hitam bersih Hitam bersih Hitam bersih Hitam bersih
Kulit Sawo matang Sawo matang Sawo matang Sawo matang
Mata Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva konjungtiva
tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak anemis
dan sklera dan sklera dan sklera dan sklera
tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik, tidak ikterik,
penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan
baik baik baik baik
Hidung Bersih, fungsi Bersih, fungsi Bersih, fungsi Bersih, fungsi
penghidu baik penghidu baik penghidu baik penghidu
baik
Mulut & Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak Bersih, tidak
tenggorokan berbau, gigi berbau, gigi berbau, gigi berbau, gigi
bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak bersih, tidak
ada nyeri telan ada nyeri ada nyeri telan ada nyeri
telan telan
Telinga Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
baik, tidak baik, tidak baik, tidak baik, tidak
menggunakan menggunakan menggunakan menggunakan
alat bantu alat bantu alat bantu alat bantu
Leher Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar
tiroid
Dada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
wheezing wheezing wheezing wheezing
Perut Tidak Tidak Tidak Tidak
kembung, kembung, kembung, kembung,
tidak nyeri tidak nyeri tidak nyeri tidak nyeri
tekan tekan tekan tekan
Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
kelainan kelainan kelainan kelainan
bentuk bentuk bentuk bentuk

VIII. Harapan Keluarga

Harapan yang diinginkan keluarga Tn.T yaitu ingin agar anggota


keluarganya panjang umur selalu diberikan kesehatan, kesejahteraan, ketentraman
dan keluarga berharap agar dapat memperoleh informasi kesehatan yang seluas-
luasnya.
ANALISA DATA
No. Hari/ DATA ETIOLOGI MASALAH
tanggal
1. Senin, 20 DS : Ketidakmampuan Manajemen
des 2021 - Ny. I mengatakan keluarga merawat kesehatan keluarga
09:00 pilek sudah 7 hari anggota yang sakit tidak efektif
DO : (D.0115)
- Sudah membeli
obat dari apotek
tapi tidak kunjung
sembuh

2. Senin, 20 DS : Ketidakmampuan Kesiapan


des 2021 - Keluarga keluarga dalam peningkatan koping
09:00 mengatakan Ny. I mengambil keputusan keluarga (D.0090)
segera dibawa ke
layanan kesehatan

DO :
- Ny. I batuk terus
menerus

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif khususnya Ny. I b.d


ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit d.d batuk pilek tidak
menurun
2. Kesiapan peningkatan koping keluarga pada keluarga Tn. T khususnya Ny. I
b.d ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan
PRIORITAS MASALAH

1. Manajemen kesehatan keluarga tidak efektif khususnya Ny. I b.d


ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit d.d batuk pilek
tidak menurun
Kriteria Nilai Skor Pembenaran
Sifat masalah : actual 3/3 x 1 1 Batuk pilek pada Ny. I akan
menimbulkan masalah atau komplikasi
apabila tidak segera diatasi
Kemungkinan masalah 2/2 X 2 2 Masalah dapat diubah dengan mudah
untuk diubah : mudah dengan pengetahuan yang baik tentang
penyakit
Potensi masalah dapat 2/3 X 1 2/3 Batuk pilek dapat diobati apabila
dicegah : Cukup keluarga mengetahui cara
pencegahannya atau dengan pemberian
penyuluhan
Menonjolnya masalah 2/2 X 1 1 Keluarga merasa masalahnya berat
: masalah berat harus sehingga harus segera ditangani supaya
segera ditangani tidak menimbulkan masalah baru
Total skor 4 2/3

2. Kesiapan peningkatan koping keluarga pada keluarga Tn. T khususnya


Ny. I b.d ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan
Kriteria Nilai Skor Pembenaran
Sifat masalah : potensial 1/3 X 1 1/3 Masalah jarang muncul dan jarang
mengganggu

Kemungkinan masalah 2/2 X 2 2 Masalah dapat diubah dengan mudah


untuk diubah : mudah yaitu dengan pemberian penyuluhan
Potensi masalah dapat 1/1 X 1 1 Masalah dapat dicegah dengan
dicegah : rendah memberikan penyuluhan kepada
keluarga
Menonjolnya masalah : 0/2 X 1 0 Masalah dalam keluarga tidak
masalah tidak dirasakan dirasakan sehingga tidak perlu
ditangani dengan serius
Total skor 3 1/3
RENCANA KEPERAWATAN KELUARGA

No Hari/ Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional


tanggal (SLKI)
1. Senin, 20 Manajemen kesehatan Setelah dilakukan tindakan Edukasi kesehatan (I.12383) - Untuk menambah
des 2021 keluarga tidak efektif keperawatan keluarga selama 3x8 Observasi pengetahuan keluarga
09:00 khususnya Ny. I b.d jam diharapkan masalah dapat - Identifikasi kesiapan dan tentang bagaimana
ketidakmampuan keluarga teratasi dengan kritria hasil: kemampuan menerima dapat berperilaku
merawat anggota yang sakit Manajemen kesehatan (L.12104) informasi kepada keluarga hidup bersih dan sehat
d.d batuk pilek tidak - Melakukan tindakan untuk - Identifikasi factor-faktor yang dalam kehidupan
menurun mengurangi resiko meningkat dapat meningkatkan dan sehari-hari
- Menerapkan program menurunkan motivasi perilaku
perawatan meningkat bersih dan hidup sehat
- Aktivitas hidup sehari-hari Terapeutik
efektif memenuhi tujuan - Sediakan materi dan media
kesehatan pendidikan kesehatan
- Verbalisasi kesulitan dalam - Jadwalkan pendidikan
menjalani program kesehatan
perawatan/pengobatan - Berikan kesempatan untuk
menurun bertanya
Edukasi
- Jelaskan factor resiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
- Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
2. Senin, 20 Kesiapan peningkatan
Setelah dilakukan Pendidikan promosi koping (I.09312) - Untuk menambah
des 2021 kesehatan selama 3x8 jam pada Ny. I observasi pengetahuan
koping keluarga pada
09:00 diharapakan masalah dapat teratasi - Identifikasi kemampuan yang pemahaman tentang
keluarga Tn. T khususnyadengan kriteria hasil: dimiliki keluarga penyakit yang di
Status koping keluarga (L.09088) - Identifikasi pemahaman terkait derita keluarganya
Ny. I b.d ketidakmampuan
- Keterpaparan informasi proses penyakit yang dialami
keluarga dalam mengambil meningkat - Identifikasi metode
- Kekhawatiran tentang penyelesaian masalah pada
keputusan
anggota keluarga menurun keluarga
- Kemampuan memenuhi Terapeutik
kebutuhan anggota keluarga - Fasilitasi dalam memperoleh
menurun informasi yang dibutuhkan
- Komitmen pada keluarga
perawatan/pengobatan - Berikan pilihan realistis
menurun mengenai aspek-aspek tertentu
- Komunikasi antar anggota dalam perawatan dalam
keluarga menurun keluarga
- Perilaku sehat membaik - Tinjau kembali kemampuan
dalam pengambilan keputusan
Edukasi
- Ajarkan cara memecahkan
masalah secara konstruktif
VII. IMPLEMENTASI
No Hari/ Diagnosa keperawatan Implementasi Respon Paraf
tanggal
1. Senin, 20 Manajemen kesehatan - Melakukan identifikasi Ds: Widya
des 2021 keluarga tidak efektif factor-faktor yang dapat - Keluarga mengatakan
09:00 khususnya Ny. I b.d meningkatkan dan bahwa tidak selalu
ketidakmampuan keluarga menurunkan motivasi melakukan cuci tangan
merawat anggota yang perilaku hidup bersih dan setiap kali mau makan
sakit d.d batuk pilek tidak sehat
10:00 menurun - Memberikan jadwal Ds: Widya
pendidikan kesehatan - Keluarga mengatakan
siap menerima
pendidikan kesehatan
11:30 - Memberikan kesempatan Ds: Widya
untuk bertanya - Keluarga mengatakan
bagaimana supaya
terhindar dari penyakit

2, Selasa, 21 - Menyediakan materi dan Do: Widya


des 2021 media pendidikan kesehatan - Materi dan media sudah
09:30 tersedia
10:30 - Melakukan pendidikan Ds: Widya
kesehatan tentang PHBS - Keluarga mengatakan
rumah tangga faham dengan materi
yang diberikan
Do:
- Keluarga dapat
memehami materi
PHBS
- Mengajarkan perilaku hidup
11:45 Ds: Widya
bersih dan sehat
- Keluarga mengatakan
akan melakukan PHBS

- Memberikan kesempatan
12:15 Ds:
untuk bertanya
- Keluarga mengatakan
sudah faham dan tidak
ada pertanyaan
3. Rabu, 22 - Mengajarkan strategi yang Ds: Widya
des 2021 dapat digunakan untuk - Keluarga mengatakan
09:00 meningkatkan perilaku akan menerapkan
hidup bersih dan sehat PHBS
09:30 - Memberikan kesempatan Ds: Widya
untuk bertanya kepada - Keluarga sudah faham
keluarga dan tidak ada
pertanyaan

VII. EVALUASI KEPERAWATAN

No Hari/ tanggal Diagnosa keperawatan Evaluasi Paraf


1. Senin, 20 des Manajemen kesehatan keluarga S: Widya
2021 tidak efektif khususnya Ny. I b.d - Ny. I mengatakan masih mengeluh pilek
14:00 ketidakmampuan keluarga - Keluarga mengatakan bahwa tidak selalu
merawat anggota yang sakit d.d melakukan cuci tangan setiap kali mau makan
batuk pilek tidak menurun O:
- Keluarga memberikan obat yang dari apotek
A:
- Masalah manajemen kesehatan keluarga
belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Berikan pendidikan kesehatan tentang PHBS
rumah tangga
2. Selasa, 21 des S: Widya
2021 - Keluarga mengatakan ventilasi diruangan
14:00 masih kurang
O:
- Terdapat jendela tetapi tertutup hanya 2 yang
terbuka
A:
- Masalah manajemen kesehatan keluarga
belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Berikan strategi untuk meingkatkan PHBS
rumah tangga
3. Rabu, 22 des S: Widya
2021 - Keluarga mengatakan sudah mengerti apa
14:00 yang seharusnya dilakukan ketika ada
keluarga yang sakit
O:
- Jendela sudah dibuka semua
- Keluarga menjawab pertanyaan
A:
- Masalah manajemen kesehatan keluarga
teratasi
P:
- Intervensi dihentikan

DAFTAR PUSTAKA

Andrian Patica N. (E-journal keperawatan volume 4 nomor 1 Mei 2016). Hubungan Konsumsi Makanan dan Kejadian Hipertensi
pada Lansia di Puskesmas Ranomut Kota Manado.

Anggara, F.H.D., & Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah di Puskesmas Telaga Murni,
Cikarang Barat Tahun 2012. Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat STIKES MH. Thamrin. Jakarta. Jurnal Ilmiah Kesehata n. 5
(1) : 20-25.
Armilawaty, Amalia H, Amirudin R. (2007). Hipertensi dan Faktor Resikonya Dalam Kajian Epidemiologi. Bagian Epidemiologi
Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanudin Makasar.

Buckman. (2010). Apa yang Anda Ketahui Tentang Tekanan Darah Tinggi.

Yogyakarta: Citra Aji Parama.


Dina Savitri, S.ST. (2017). Cegah Asam Urat Dan Hipertensi. Yogyakarta: Healthy.

Friedman, M.M et al. (2010). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori, dan Praktik. Ed 5. Jakarta: EGC.

Heniwati. (2008). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Lansia Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kabupaten Aceh Timur. Tesis. Medan: Universitas Sumatera Utara.

H. Hadi Martono Kris Pranaka. (2014-2015). Geriatri Edisi ke-5. Jakarta: FKUI.

Irianto, Koes. (2014). Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular, Panduan Klinis. Bandung: Alfa Beta.

Mubarak, Wahid Iqbal. (2009). Ilmu Pengantar Komunitas. Jakarta: Salemba Medika.

Sarkomo. (2016). Mencegah Stroke Berulang. Diakses dari http://www.scribd.com/doc/1444261/ gambaran tingkat kecemasan
keluarga pasien stroke yang dirawat di ruang mawar, tanggal 06-09-2016 Jam 09.00 WIB.
Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Triyanto, Endang. (2014). Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi SecaraTerpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

WHO. (2014). Global Target 6:A 25% relative reduction in the prevalence of reise blood pressure or contain the according to national
circumstances
Wolf, II. (2008). Hipertensi. Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai