Askep Gastroenteritis
Askep Gastroenteritis
Askep Gastroenteritis
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gastroenteritis biasa disebut diare adalah salah satu penyakit yang
banyak terjadi di Indonesia. Gastroenteritis dapat menyerang pada semua
kelompok usia, Tidak jarang penyakit ini menyebabkan kematian pada si
penderita. Hal ini dikarenakan oleh ketidakmampan si penderita menoleransi
kehilangan elektrolit dan cairan dari tubuhnya.Gastroenteritis adalah
peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare
dengan atau tanpa dehidrasi disertai muntah. Gastroenteritis diartikan sebagai
buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi yang lebih banyak dari biasa (Sowdent, 2005).
Angka kejadian diare, di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat
ini masih tinggi. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004
angka kematian akibat diare 23 per 100 ribu penduduk. Selama tahun 2006
sebanyak 41 kabupaten di 16 provinsi melaporkan KLB diare di wilayahnya.
Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya
menyebabkan kematian. Hal tersebut, utamanya disebabkan rendahnya
ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat (Tadda,
asri. 2010).
Untuk angka kejadian kasus gastroenteritis di Rumah Sakit PKU
Muhammadiyah Surakarta tercatat pada tahun 2011 terdapat 688 kasus
gastroenteritis dan pada tahun 2012 sampai akhir April terdapat 213 kasus
gastroenteritis. Sebenarnya banyak hal yang bisa dilakukan untuk mencegah
terjadinya diare, seperti masyarakat harus menyadari bahwa kesehatan itu
lebih dari segalanya. Berdasarkan hal di atas kami tertarik untukmenyusun
asuhan keperawatan dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan
Gangguan Gastroentritis.
1
B. Ruang Lingkup Penulisan
Penulisan asuhan keperawatan ini hanya di fokuskan pada pasien
dengan gangguan sistem pencernaan: gastroenteritis secara teori.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Agar penulis mampu menerapkan tindakan asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan Gastroenteritis.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa/i mampu mengetahui penyakit Gastroenteritis.
b. Mahasiswa/i mampu melakukan pengkajian pada pasien Gastroenteritis
c. Mahasiswa/i mampu merumuskan diagnosa keperawatan yang muncul.
d. Mahasiswa/i mampu menyusun intervensi keperawatan pada pasien
dengan Gastroenteritis
e. Mahasiswa/i mampu melakukan tindakan keperawatan.
f. Mahasiswa/i mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2
Gastroenteritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan
usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa dehidrasi disertai
muntah. Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak
normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi yang lebih banyak
dari biasa (Sowdent, 2005).
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan
usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal
dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta
ketidaknyamanan abdomen (Arif Muttaqin, 2011).
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan
usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal
dengan manifestasi diare dengan atau tanpa disertai muntah,serta
ketidaknyamanan abdomen.sangat banyak definisi dari diare, tetapi pada
situasi Gastroenteritis, diare merupakan suatu keadaan dengan peningkatan
frekuensi, konsistensi feces yang lebih cair, feces dengan kandungan air
yang banyak, dan feces bisa disertai dengan darah atau lendir.
Gastroentritis ( GE ) adalah peradangan yang terjadi pada lambung
dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah
(Sowden,etall.1996).
Gastroenteritis diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal
atau bentuk tinja yang encer dengan frekwensi yang lebih banyak dari
biasanya (FKUI,1965).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan
intestinal yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang patogen
(Whaley & Wongs,1995).
2. Anatomi Fisiologi
3
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut
sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk
menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,
menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem
pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran
pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
a. Mulut
Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan
dan air pada hewan dan manusia. umumnya merupakan bagian awal
dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut
merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ
perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif
sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Sedangkan
penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan teriri dari
berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di
kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham) menjadi bagian-bagian
kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan
4
membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-
enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan
menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara
sadar dan berlanjut secara otomatis.
b. Tenggorokan ( Faring)
Tenggorokan adalah penghubung antara rongga mulut dan
kerongkongan. Berasal dari bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam
lengkung faring terdapat tonsil ( amandel ) yaitu kelenjar limfe yang
banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan
terhadap infeksi, disini terletak persimpangan antara jalan nafas dan
jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung,
didepan ruas tulang belakang. Keatas bagian depan berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,
keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan
lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari; Bagian superior
= bagian yang sangat tinggi dengan hidung, bagian media = bagian
yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior = bagian yang
sama tinggi dengan laring.
Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara
tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga,
Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas kedepan sampai
diakar lidah. Bagian inferior disebut laring gofaring yang
menghubungkan orofaring dengan laring
c. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata
yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam
lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan
menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus(dari
bahasa Yunani: i, oeso membawa, dan , phagus
5
memakan). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
belakang.
Menurut histology Esofagus dibagi menjadi tiga bagian: bagian
superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran
otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari
otot halus).
d. Lambung
Lambung adalah organ otot berongga yang besar dan berbentuk
seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian yaitu Kardia, Fundus,
Antrum. Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan
melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan
menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya
kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi
sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim.Sel-sel yang melapisi
lambung menghasilkan 3 zat penting :
1) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh
asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa
menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya
tukak lambung.
2) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang
diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung
yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi
dengan cara membunuh berbagai bakteri.
3) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
6
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-
pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan
sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan
usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar
( M sirkuler ), lapisan otot memanjang (M Longitidinal) dan lapisan
serosa ( Sebelah Luar ).
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1) Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus
halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke
usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan
bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan
berakhir di ligamentum Treitz. Usus dua belas jari merupakan
organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh
selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar
pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara
saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum
berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua
belas jari. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas
jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus.
Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus
dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh,
duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti
mengalirkan makanan.
7
usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus
(vili), yang memperluas permukaan dari usus. Secara histologis
dapat dibedakan dengan usus dua belas jari, yakni berkurangnya
kelenjar Brunner.
Secara hitologis pula dapat dibedakan dengan usus
penyerapan, yakni sedikitnya sel goblet dan plak Peyeri. Sedikit
sulit untuk membedakan usus kosong dan usus penyerapan secara
makroskopis. Jejunum diturunkan dari kata sifat jejune yang berarti
lapar dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal dari
bahasa Laton, jejunus, yang berarti kosong.
8
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, buta) dalam
istilah anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus
penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini
ditemukan pada mamalia, burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian
besar herbivora memiliki sekum yang besar, sedangkan karnivora
eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau seluruhnya
digantikan oleh umbai cacing.
9
Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material
di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan
keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering
kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air
akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang
lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana
bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari
permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus. Pembukaan
dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari
tubuh melalui proses defekasi (buang air besar BAB), yang
merupakan fungsi utama anus.
3. Etiologi
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral : Infeksi saluran pencernaan makanan yang
merupakan penyebab utama diare pada anak meliputi infeksi
enteral sebagai berikut :
a) Infeksi bakteri : Vibrio, ecoli, salomonela, shigela, complyloba
cter, virginia, aeromonas, dll.
b) Infeksi virus : enterovirus (virus echo, loksicicihie,
plyomielitis) adenovirus, rotavirus,aslecovirus, dll.
c) Infeksi parasit : cacing (oscaris, trichuris, dxyuris,
strongloides)
protozoa(eutamoebo hystolitica, glardia lambia,trichomonasho
mini) jamur (candida albicaus).
2) Infeksi parenteral : Infeksi diluar alat pencernaan makanan
seperti:otitis media akut, tonsilitis, broncop, pneumonia,
ensetalitis, dll. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak berumur
dibawah 2 th.
b. Faktor malabsorbsi
Malabsorbsi karohidrat : disakarida (intoleransi ketosa, maltosa
dan sukrosa) monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan laktosa).
10
Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi
pada anak yang lebih besar).(Abdul Latief, 2007)
c. Toksisitas Makanan
d. Keracunan Kerang atau Binatang dari Laut
e. Obat-Obatan
f. Makanan dan Minuman
4. Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis terdiri dari faktor infeksi, faktor
malabsorbsi, faktor makanan, dan faktor psikologis. Pertama, faktor infeksi
akan mengalami reaksi inflamasi sehingga terjadi peningkatan sekresi
cairan dan elektrolit yang menyebabkan isi rongga usus meningkat. Kedua,
faktor malabsorbsi makanan di usus menyebabkan tekanan osmotik
meningkat dan terjadi pergeseran cairan & elektrolit ke usus, sehingga juga
meneybabkan isi rongga usus meningkat. Ketiga faktor makanan, dimana
faktor makanan disini adalah makanan yang beracun, basi maupun alergi
terhadap makanan dimana hal ini akan menyebabkan gangguan motilitas
usus. Keempat, faktor psikologis (cemas atau rasa takut yag berlebih) yang
menyebabkan adanya rangsangan simpatis dan juga terjadi gangguan
motilitas usus. Gangguan motilitas usus terbagi menjadi 2, yaitu
hipermotilitas dan hipomotilitas. Hipermotilitas akan menyebabkan
terjadinya peningkatan sekresi air & elektrolit, sedangkan hipomotilitas
akan menyebabkan adanya pertumbuhan bakteri. Terjadinya peningkatan di
isi rongga usus, sekresi air dan elektrolit, serta adanya pertumbuhan bakteri
menyebabkan terjadi penyakit gastroenteritis.
Gastroenteritis memiliki gejala dehidrasi yaitu kehilangan cairan &
elektrolit tubuh dimana pada saat itu terjadi penurunan volume cairan
ekstra sel dan juga terjadi penurunan cairan interstesial yang menyebabkan
turgor kulit menurun, maka dalam hal ini timbul masalah yaitu kekurangan
volume cairan dan cemas pada kliennya. Gejala yang kedua yaitu
kerusakan mukosa usus yang menyebabkan si penderita merasakan nyeri.
Gejala yang ketiga adalah sering terjadinya defekasi yang menyebabkan
terjadi resiko kerusakan integritas kulit. Gejala selanjutnya adalah
11
terjadinya peningkatan eksresi sedangakan asupan nutrisi tidak terpenuhi,
pada hal terjadi ketidakseimbangan nutrisi.
5. komplikasi
a. Dehidrasi
b. Bakterimia
c. Kejang
d. Syok hipovolemik
e. Hipoglikemia
f. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
g. Mencakup disritmia jantung akibat ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit(kalium).
h. Haluaran urine kurang dari 30 ml/jam
i. Kelemahan otot
j. Hipotensi
k. Anoreksia
l. Mengantuk( laporkan apabila kadar kalium kurang dari 3,5 meq/L(3,5
mmol/L)
m. Kematian( jika ketidakseimbangan semakin parah)
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang meliputi :
a. Pemeriksaan Tinja
Makroskopis dan mikroskopis.
pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet
dinistest, bila diduga terdapat intoleransi gula.
Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.
b. Pemeriksaan Darah
pH darah dan cadangan dikali dan elektrolit ( Natrium, Kalium,
Kalsium, dan Fosfor ) dalam serum untuk menentukan
keseimbangan asama basa.
Kadar ureum dan kreatmin untuk mengetahui faal ginjal.
12
Untuk mengatahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan
kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
pemeriksaan endoskopik
Apabila penyebab tidak jelas: hitung sel darah lengkap; kimia
serum; urinalisis; pemeriksaan feses rutin; dan pemeriksaan feses
untuk mengetahui adanya organisme parasit atau infeksius,toksin
bakteri, darah, lemak, elektrolit, dan sel darah putih.
7. Manifestasi Klinik
a. Nyeri perut ( abdominal discomfort )Rasa perih di ulu hati
b. Mual, kadang-kadang sampai muntah
c. Nafsu makan berkurang
d. Rasa lekas kenyang
e. Perut kembung
f. Rasa panas di dada dan perut
g. Regurgitasi ( keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba )
h. Diare
i. Demam
j. Membran mukosa mulut dan bibir kering
k. Lemah
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medik
Penatalaksanan medis primer diarahkan pada upaya pengontrolan
gejala, mencegah komplikasi dan menyingkirkan atau mengatasi
penyakit penyebab.
Medikasi tertentu( mis, antibiotik, agens anti- inflamasi) dan anti
diare( mis, loperamida [imodium], difenoksilat[lomotil]) dapat
mengurangi tingkat keparahan diare dan penyakit tersebut.
Menambah cairan oral; larutan elektrolit dan glukosa oral dapat
diprogramkan.
Antimikroba diprogramkan ketika agens infeksius telah
terindentifikasi atau diare tergolong berat.
Terapi IV digunakan untuk tindakan hidrasi cepat pada pasien yang
sangat muda atau lansia.
b. penatalaksanaan keperawatan
Dapatkan riwayat kesehatan lengkap untuk mengindentifikasi
karakter dan pola diare, serta berikut ini:setiap tanda dan genjala
13
yang berkaitan, terapi medikasi saat ini, asupan dan pola diet harian,
riwayat pembedahan dan medis terkait, serta baru-baru ini terpapar
penyakit akut atau berpergian ke wilayah geografis lain.
Lakukan pengkajian fisik lengkap,beri perhatian khusus pada
auskultasi( bising usus karakteristik ), palpasi adanya nyeri pada
tekanan abdomen, inpeksi feses( ambil sampel untuk pemeriksaan).
inspeksi membran mukosa dan kulit untuk mengetahui status hidrasi,
dan kaji area perinal
ajurkan pasien istirahat, minum cairan secukupnya.
anjurkan diet lembut
anjurkan pasien untuk membatasi asupan kafein dan minuman
bersoda
14
dilakukan pada diare yang lebih dari satu bulan akan berbeda
dengan diare yang terjadi kurang dari satu minggu.
b. Dengan keluhan muntah
Pengkajian adanya keluhan muntah pada pasien akan
menentukan intervensi selanjutnya. Muntah merupakan gejala
gastroenteritis dengan keterlibatan bagian proksimal intestinal respons
dan inflamasi khususnya dari neurotoksin yang diproduksi oleh agen
infeksi.
c. Dengan keluhan demam
Peningkatan suhu tubuh secara umum merupakan respons
sistemik dari ainvasi agen infeksi penyebab gastroenteritis. Penurunan
volume cairan tubuh yang terjadi secara akut juga merangsang
hipotalamus dalam meningkatkan suhu tubuh. Keluhan demam sering
didapatkan pada pasien gastroenteritis.
d. Nyeri abdomen
Keluhan nyeri pada abdomen dapat dikaji dengan pendekatan
PQRST.
1) P : keluhan nyeri dicetuskan akibat perasaan mules, sering mual/
muntah dan keinginan untuk melakukan BAB.
2) Q : keluhan nyeri sulit digambarkan oleh pasien, khususnya pada
pasien anak-anak. Ketidaknyamanan abdomen bisa bersifat kolik
akut atau perut seperti dikocok-kocok akibat mules.
3) R : keluhan nyeri berlokasi pada seluruh abdomen dengan tidak ada
pengiriman respons nyeri ke organ lain.
4) S : skala nyeri pada pasien GE bervariasi pada rentang 1-4 (nyeri
ringan sampai nyeri tak tertahankan)
5) T : tidak ada waktu spesifik untuk munculnya keluhan nyeri. Nyeri
pada GE biasanya berhubungan dengan adanya mules dan
keinginan untuk BAB yang tinggi.
e. Kondisi feses
Keluhan perubahan kondisi feses bervariasi pada pasien
GE. Keluhan yang lazim adalah konsistensi feses yang encer,
15
sedangkan beberapa pasien lain mengeluh feses dengan lendir dan
darah.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Donna L. Wong (2009) dan Sodikin (2011), Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul antara lain sebagai berikut :
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
yang berlebihan dari traktus gastrointestinal dalam feses atau
muntahan (emesis).
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kehilangan cairan akibat diare, dan asupan cairan yang tidak adekuat.
c. Resiko menularkan infeksi berhubungan dengan mikroorganisme yang
menginvasi traktus gastroentestinal.
d. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi karena defekasi
yang sering dan feses yang cair.
e. Ansietas (takut) berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua,
lingkungan tidak kenal, prosedur yang menimbulkan stress.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa1: Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan yang berlebihan dari traktus gastrointestinal dalam feses atau
muntahan (emesis).
a. Beri larutan rehidrasi oral untuk rehidrasi dan penggantian
kehilangan cairan melalui feses.
Rasional : Berikan larutan rehidrasi oral sedikit tapi sering,
khususnya bila anak muntah, karena muntah bukan merupakan
kontraindikasi pemberian oralit kecuali pada muntah yang hebat.
b. Berikan dan pantau pemberian cairan infus sesuai program .
Rasional : untuk mengatasi dehidrasi dan vomitus yang hebat.
c. Berikan oralit secara bergantian dengan cairan rendah natrium
seperti ASI atau susus formula.
Rasional : untuk terapi rumatan (kebanyakan pakar susu formula
yang diberikan harus bebas laktosa jika bayi tidak dapat
mentoleransi susu formula biasa).
d. Setelah rehidrasi, berikan makanan seperti biasa pada anak, selama
makanan tersebut dapat ditoleransi.
16
Rasional : pemberian kembali secara dini makanan yang biasa
dikonsumsi akan membawa manfaat mengurangi frekuensi defekasi
dan meminimalkan penurunan berat badan serta memperpendek
lama sakit.
e. Pertahankan asupan dan keluaran cairan (urine, feses dan cairan).
Rasional : untuk mengevaluasikeefektifan intervensi.
f. Pantau berat jenis urine setiap 8 jam atau sesuai indikasi.
Rasional : untuk menilai status hidrasi.
g. Timbang berat badan anak
Rasional : untuk menilai keadaan dehidrasi.
h. Kaji tanda-tanda vital (TTV), turgor kulit, membran mukosa, dan
status mental.
Rasional : untuk menilai status hidrasi.
i. Hindari masukan cairan seperti jus buah, minuman berkarbonat, dan
gelatin.
Rasional : Karena cairan ini biasanya tinggi karbohidrat, rendah
elektrolit dan mempunyai osmolalitas tinggi.
4. Implementasi
Pada tahap ini perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan apa yang telah dibuat di intervensi
5. Evaluasi
S: Subjek ( Data dari pasien)
O: Objek ( data pemeriksaan)
A: Analisis ( intervensi teratasi)
P: Planing ( intervensi dihentikan)
17
18
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gastroenteritis (biasa disebut diare) adalah peradangan pada lambung
dan usus yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit yang pathogen dimana
gejala yang umum terjadi adalah diare (bentuk tinja yang encer) dalam
frekuensi yang lebih banyak dari biasanya. Gastroenteritis dapat menyerang
semua usia. Masalah keperawatan yang sering terjadi pada penderita
gastroenteritis adalah kekurangan volume cairan, nyeri akut, resiko kerusakana
integritas kulit, san ketidakseimbangan nutrisi: kurangan dari kebutuhan tubuh.
B. Saran
Dengan adanya asuhan keperawatan ini kami berharap agar masalah
kesehatan khususnya gastroenteritis teratasi dengan baik, pola hidup sehat bisa
lebih diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan semoga asuhan
keperawatan ini bermanfaat, dapat menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca
dan khususnya kami sendiri.
19