Laporan Pendahuluan Hiperemesis Gravidarum FIX

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PASIEN DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A. KONSEP DASAR HIPEREMESIS GRAVIDARUM


1. Definisi
Salah satumasalah yang terjadi pada masa kehamilan atau penyakit yang bisa meningkatkan
derajat kesakitan adalah terjadinya gestosis pada masa kehamilan atau penyakit yang khas terjadi
pada masa kehamilan, dan salah satu gestosis dalam kehamilan adalah hiperemesis gravidarum
(Rukiyah, 2010).Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita hamil,
sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, sebagai
akibatnya terjadilah dehidrasi (Hidayati, 2009). Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana
penderita mual dan muntah berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga
menggganggu kesehatan dan pekerjaan sehari hari (Arief, 2009).

2. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Beberapa faktor
predisposisi dan faktor lain yang menjadi penyebab Hiperemesis Gravidarum adalah:
a. Faktor konsentrasi human chorionic gonadothropin (HCG) yang tinggi : sering terjadi pada
kehamilan primigravida, Molahidatidosa, kehamilan ganda, dan hidramnion.
b. Faktor organik, karena masuknya vili khoriales ke dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik.
c. Faktor Psikologis: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut pada kehamilan
dan persalinan, takut memikul tanggung jawab, dan sebagainya (Hidayati, 2009).
d. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dsb.
e. Faktor gizi / anemia meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum. (Manuaba, dkk, 20
3. Faktor Resiko
Ada 2 faktor risiko hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut yaitu :
a. Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6,
nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis
korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Oleh
karena itu, untu hiperemesis tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan
(Prawirohardjo, 2010).
Melalui muntah dikeluarkan sebagian cairan lambung serta elektrolit, natrium, kalium,
dan kalsium. Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah, sehingga makin berkurang
kalium dalam keseimbangan tubuh serta makin menambah berat terjadinya muntah. Muntah
yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler pada lambung dan
esophagus , sehingga muntah bercampur darah (Manuaba, 2010)
b. Fetal
Menurut Tiran (2008) "Wanita yang memiliki kadar HCG di bawah rentang normal lebih
sering mengalami hasil kehamilan yang buruk, termasuk keguguran, pelahiran prematur, atau
retardasi pertumbuhan intrauterus (IUGR )". Selain itu, penurunan berat badan yang kronis
akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR)
(Prawirohardjo, 2010).
Muntah yang berlebihan menyebabkan dapat menyebabkan cairan tubuh makin
berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang dapat memperlambat
peredaran darah yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke jaringan berkurang. Kekurangan
makanan dan O2 ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah
beratnya keadaanjanindanwanitahamil (Manuaba, 2010).

4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala hiperemesis gravidarum dibagi menjadi tiga tingkatan gejala antara lain yaitu:
a. Hiperemesis Gravidarum Tingkat I
1) Termasuk tingkat ringan
2) Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan
turun dan nyeri pada epigastrium, denyut nadi meningkat, tekanan darah turun, turgor kulit
kurang, lidah kering, serta mata cekung.
b. Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
1) Termasuk tingkat sedang
2) Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah, apatais,
turgor kulit mulai buruk, lidah kering dan kotor, nadi teraba lemah dan cepat, suhu badan
naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tekanan darah menurun,
hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi, dapat juga terjadiasetonuria,
sertanapasbauaseton.
c. Hiperemesis Gravidarum Tingkat III
1) Termasuk tingkat berat
2) Keadaan umum buruk, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi teraba
lemah dan cepat, dehidrasi berat, suhu badan naik, tekanan darah turun, serta terjadi
ikterus. Jika sampai timbul komplikasi dapat berakibat fatal, berupa: memengaruhi susunan
saraf pusat, ensefalopati wernicke dengan adanyanistagmus, diplopia, danperubahan
mental.

5. Patofisiologi
Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya bila terjadi
iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah merupakan refleks
terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama yaitu detector muntah, mekanisme
integratif dan efektor yang bersifat otonom somatik. Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan
melalui saraf vagus dan aferen simpatis menuju pusat muntah. Pusat muntah juga menerima
rangsangan dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada sereberal, dari chemoreceptor trigger zone
(CTZ) pada area postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum. Beberapa signal perifer
mem-bypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui nucleus traktus solitarius. Pusat muntah
sendiri berada pada dorsolateral daerah formasi retikularis dari medula oblongata. Pusat muntah
ini berdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat vasomotor. Rangsang aferen dari pusat
muntah dihantarkan melalui saraf kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui
saraf spinal ke diapragma, otot iga dan otot abdomen (Widayana, dkk, 2012).
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda
terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan
alkalosis hipokloremik.Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi.Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam
darah.Kekurangan volume cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan
dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.Natrium dan khlorida air kemih
turun.Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah
berkurang.Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal
menambah frekuensi muntah muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran
yang sulit dipatahkan.Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi
robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan akibat
perdarahan gastrointestinal.Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti
sendiri, jarang sampai diperlukantransfusiatautindakanoperatif (Wiknjosastro, 2005).

6. Pathway

7. Komplikasi
a. Dehidrasi berat
b. Takikardi
c. Ensefalopati Wernicke dengan gejala nistagmus
d. Diplopia dan perubahan mental
e. Alkalosis
f. Ikterik
g. payah hatidengangejalatimbulnyaikterus
(Arif, 2001).

8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan antara lain:
a. Hospitalisasi
Tujuan penatalaksanaan hiperemesis gravidarum, saat ibu dihospitalisasi, adalah
merehidrasi ibu, memperbaiki gangguan elektrolit dan hematologis lain, mencegah komplikasi
dan memindahkan ibu ke rumah sakit dengan segera, meskipun banyak wanita memiliki angka
yang tinggi untuk masuk kembali ke rumah sakit.Penyebab muntah yang terjadi secara
berlebihan harus diidentifikasi, bukan semata-mata untuk membuat diagnosis banding, tetapi
juga untuk mempertimbangkan faktor lain seperti masalah psikologis, yang dapat menambah
keparahan ibu (Tiran, 2008).
Menurut (Runiari, 2010), Manifestasi klinik yang ditimbulkan dari kasus hiperemesis
gravidarum menjadikan klien harus dirawat di rumah sakit, indikasinya adalah sebagai berikut:
1) Memuntahkan semua yang dimakan dan yang diminum, apalagi bila telah berlangsung
lama
2) Berat badan turun lebih dari 10% dari berat badan normal
3) Dehidrasi yang ditandai dengan turgor yang kurang dan lidah kering
4) Adanya aseton dalam urin.
b. Obat-obatan Sedativa: Phenobarbital, Vitamin: Vitamin C, B1 dan B6 atau B kompleks, Anti
histamine: dramamin, avomin, Anti emetik (pada keadaan lebih berat): Dislikomin hidrokloride
atau khlorpromasine. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di
rumah sakit
c. Cairan parenteral: cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5%
dalam cairan fisiologis (23 liter/hari), dapat ditambah kalium yang diperlukan untuk kelancaran
metabolisme dan vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan protein dapat
diberiakan asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan
keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair.
Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejalagejala akan berkurang dan
keadaanakanbertambahbaik (Wiknjosastro, 2007).
9. Penatalaksanaan Keperawatan
a. IsolasidanTerapiPsikologis
1) Isolasi di ruangan yang dilakukan dengan baik dapat meringankan gravidarum karena
perubahan suasana rumah tangga.
2) Konseling dan edukasi (KIE) tentang kehamilan yang dilakukan untuk menghilangkan
factor psikis rasa takut.
3) Memberikan informasi tentang diet ibu hamil dengan makan tidak sekaligus banyak, tetapi
dalam porsi yang sedikit namun sering.
4) Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, karena akan membuat ibu hamil mengalami
pusing, mual, dan muntah (Hidayati, 2009).
b. Terapipsikologika
Perludiyakinkankepedapenderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut
oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik.
c. TerapiAlternatif
Ada beberapamacampengobatanalternatif bagi hiperemesis gravidarum, antara lain:
1) Vitamin B6
Vitamin B6 merupakankoenzim yang berperandalam metabolisme lipid, karbohidrat
dan asam amino. Peranan vitamin B6 untuk mengatasi hiperemesis masih kontroversi.
Dosis vitamin B6 yang cukup efektif berkisar 12,5 - 25 mg per haritiap 8 jam.
Vitamin B6 merupakanko-enzimberbagaijalurmetabolisme protein
dimanapeningkatan kebutuhan protein pada trimester I diikuti peningkatan asupan
vitamin B6. Vitamin B6 diperlukanuntuksintesa serotonin dari tryptophan.Defisiensi vitamin
B6 akan menyebabkan kadar serotonin rendah sehingga saraf panca indera akan semakin
sensitif yang menyebabkan ibu mudah mual dan muntah. Pada wanita hamil terjadi
peningkatan kynurenic dan xanturenic acid di urin. Kedua asam ini diekskresi apabila jalur
perubahan tryptophan menjadi niacin terhambat. Hal ini dapat juga terjadi karena defisiensi
vitamin B6. Kadar hormon estrogen yang tinggi pada ibu hamil juga menghambat kerja
enzim kynureninase yang merupakan katalisator perubahan tryptophan menjadi niacin,
yang mana kekurangan niacin juga dapat mencetuskanmualdanmuntah (Widayana, dkk,
2012).
2) Jahe (zingiberofficinale)
Pemberiandosisharian 250 mg sebanyak 4 kali perhari lebih baik hasilnya
dibandingkan plasebo pada wanita dengan hiperemesis gravidarum. Salah satu studi di
Eropa menunjukan bubuk jahe (1 gram per hari) lebih efektif dibandingkan plasebo dalam
menurunkan gejala hiperemesis gravidarum. Belum ada penelitian yang menunjukan
hubungan kejadian abnormalitas pada fetus dengan jahe. Namun, harus diperhatikan
bahwa akar jahe diperkirakan mengandung tromboksan sintetase inhibitor dan dapat
mempengaruhi peningkatan reseptor testoteron fetus (Widayana, dkk, 2012).
3) Aromaterapi
Aromaterapiadalahsalahsatu pengobatan alternatif yang dapat diterapkan dengan
menggunakan minyak esensial tumbuhan dan herbal. Penggunaan minyak esensial sejak
zaman dahulu telah digunakan di Mesir, italia, india, dan cina. Kimiawan Prancis, Rene
Maurice Gattefosse menyebutnya dengan istilah aromaterapi pada tahun 1937, ketika ia
menyaksikan kekuatan penyembuhan minyak lavender pada kulit dengan luka bakar.
Setiap minyak esensial memiliki efek farmakologis yang unik, seperti anti bakteri, antivirus,
diuretik, vasodilator, penenang dan merangsang adrenal. Minyak atsiri dapat digunakan
dirumah dalam bentuk uap yang dapat dihirup atau pernafasan topikal.Penghirupan uap
sering digunakan untuk kondisi pernafasan dan mengurangi mual.inhalasi uap dilakukan
dengan cara menambahkan 2-3 tetes minyak esensial eucalyptus, rosemary, pohon teh,
atau minyak kedalam air panas. Beberapa tetes minyak esensial juga dapat ditambahkan
untukmandi, kompresataupijat (Runiari, 2010).

10. Pemeriksaan Penunjang


a. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat)
b. Pemeriksaan darah lengkap
c. Kadar gula darah
d. Analisis gas darah
e. Urinalisis: kultur, mendeteksi bakteri, BUN (Blood Urea Nitrogen)
f. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dankadar LDH
(Hazlynpotc, 2013).

11. Manajemen Diet


a. Diet hiperemesis I diberikanpadahiperemesistingkat III
Makanan yang diberikanberupa roti kering dan buah-buahan.Cairan tidak diberikan bersama
makanan tetapi 1 2 jam setelah makan.Diet itu kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin
C, sehingga diberikan hanya selama beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikanjika rasa mualdanmuntahberkurang
Pemberiandilakukansecarabertahap untuk makanan yang bernilai gizi tinggi.Minuman tidak
diberikan bersama makanan.Diet itu rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Pemberian
minuman dapat diberikan bersama makanan. Diet ini cukupdalamsemuazatgizi, kecualikalsium
(Baskoro, 2013).

12. Pencegahan
Prinsippencegahanadalahmengobati emesis agar ridak terjadi hipermesis gravidarum dengan
cara :
a. Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik.
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang kadang muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
c. Menganjurkan mengubah makan sehari hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih dahulu
makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat
e. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
f. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
g. Menghindari kekurangan kardohidrat merupakan factor penting, dianjurkanmakanan yang
banyakmengandunggula.(Wiknjosastro, 2007).

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPEREMESIS GRAVIDARUM


1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan
sistematis akan membantu pemantauan status kesehatan dan pola pertahanan pasien,
mengidentifikasi kekuatan pasien serta merumuskan diagnosa keperawatan (Mocthar, 2006).
Data dasar pengkajian
a. Aktifitas istirahat; tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (>100 kali per menit)
b. Integritas ego; konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan persepsi tentang
kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
c. Eliminasi; perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan frekuensi berkemih Urinalis
;peningkatan konsistensi urine.
d. Makanan/cairan; mual dan muntah yang berlebihan (4-8 minggu), nyeri epigastrium,
pengurangan berat badan (5-10 kg), membrane mukosa mulut iritasi dan merah, Hb dan Ht
rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit berkurang, mata cekung dan lidah kering.
e. Pernafasan; frekuensi pernapasan meningkat.
f. Keamanan; suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh dalam koma
g. Seksualitas; penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka dilakukan
abortus terapeutik.
h. Interaksi sosial; perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan peran, respon
anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospotalisasi dan sakit, system pendukung
yang kurang.
i. Pembelajaran dan penyuluhan; segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, apalagi kalau
berlangsung lama, berat badan turun lebih dari 1/10 dari berat badab normal, turgor kulit, lidah
kering, adanya aseton dalam urine.

2. DiagnosaKeperawatandanIntervensi
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nausea dan vomitus yang
menetap.
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat vomitus dan asupan
cairan yang tidak adequat.
c. Ketakutan berhubungan dengan efek hiperemesis pada kesejahteraan janin.
d. Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) berhubungan dengan muntah yang berlebihan,
peningkatan asam lambung.
e. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan
informasi.
f. Resiko perubahan integritas kulit berhubungan dengan penurunan darah dan nutrisi
kejaringan-jaringan sekunder akibat dehidrasi
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber energi sekunder.

3. Intervensi Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nausea dan vomitus yang
menetap.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Klien akan mengkonsumsi asupan oral diet yang mengandung zat gizi yang adequat.
2) Klien tidak mengalami nausea dan vomitus.
3) Klien akan menoleransi diit yang telah di programkan.
4) Klien akan mengalami peningkatan berat badan yang sesuai selama hamil.

Intervensi Rasional

1. Catat intake dan output 1. Menentukan hidrasi cairan dan


pengeluaran melalui muntah.
2. Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi 2. Dapat mencukupi asupan nutrisi yang
sering dibutuhkan tubuh.
3. Anjurkan untuk menghindari makanan 3. Dapat merangsang mual dan muntah
yang berlemak.
4. anjurkan untuk makan makanan 4. Makanan selingan dapat mengurangi
selingan seperti biskuit, roti dan teh atau menghindari rangsang mual
(panas) hangat sebelum bagun tidur muntah yang berlebih.
pada siang hari dan sebelum tidur.
5. Catal intake TPN, jika intake oral tidak 5. Untuk mempertahankan keseimbangan
dapat diberikan dalam periode nutrisi.
tertentu.
6. Inspeksi adanya iritasi atau Iesi pada 6. Untuk mengetahui integritas inukosa
mulut. mulut.
7. Kaji kebersihan oral dan personal 7. Untuk mempertahankan integritas
hygiene serta penggunaan cairan mukosa mulut.
pembersih mulut sesering mungkin.
8. Pantau kadar Hemoglobin dan 8. Mengidenfifikasi adanya anemi dan
Hemotokrit potensial penurunan kapasitas
pcmbawa oksigen ibu. Klien dengan
kadar Hb < 12 gr/dl atau kadar Ht < 37
% dipertimbangkan anemi pada
trimester I.
9. Test urine terhadap aseton, albumin 9. Menetapkan data dasar ; dilakukan
dan glukosa. secara rutin untuk mendeteksi situasi
potensial resiko tinggi seperti
ketidakadekuatan asupan karbohidrat,
Diabetik kcloasedosis dan Hipertensi

b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat vomitus dan asupan
cairan yang tidak adequat.
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Keseimbangan cairan dan elektrolit akan kembali ke kondisi normal, yang terbukti dengan
turgor kulit normal, membran mukosa lembab, berat badan stabil, tanda-tanda vital dalam
batas normal; elektrolit, serum, hemoglobin, hematokrit, dan berat jenis urin akan berada
dalam batas normal.
2) Klien tidak akan muntah lagi
3) Klien akan mengkonsumsi asupan dalam jumlag yang adequat.

Intervensi rasional

1. Tentukan frekuensi atau beratnya 1. Memberikan data berkenaan dengan


mual/muntah. semua kondisi. Peningkatan kadar
hormon Korionik gonadotropin (HCG),
perubahan metabolisme karbohidrat dan
penurunan motilitas gastrik memperberat
mual/muntah pada kehamilan.
2. Tinjau ulang riwayat kemungkinah 2. Membantu dalam mengenyampingkan
masalah medis lain (misalnya Ulkus penyebab lain untuk mengatasi masalah
peptikum, gastritis. khusus dalam mengidentifikasi
intervensi.
3. Kaji suhu badan dan turgor kulit, 3. Sebagai indikator dalam membantu
membran mukosa, TD, input/output mengevaluasi tingkat atau kebutuhan
dan berat jenis urine. Timbang BB hidrasi
klien setiap hari.
4. Anjurkan peningkatan asupan 4. Membantu dalam meminimalkan
minuman berkarbonat, makan mual/muntah dengan menurunkan
sesering mungkin dengan jumlah keasaman lambung.
sedikit. Makanan tinggi karbonat
seperti : roti kering sebelum bangun
dari tidur.

c. Ketakutan berhubungan dengan efek hiperemesis pada kesejahteraan janin.


Tujuan : ketakutan klien teratasi
Kriteria hasil : klien memverbalisasi perasaan dan kekhawatirannya tentang kesejahteraan
janin.

Intervensi Rasional

1. Memperlihatkan sikap menerima rasa 1. Memperlihatkan sikap menerima rasa


takut klien. takut klien
2. Mendorong untuk mengungkapakan 2. Pengetahuan tentang risiko potensial
perasaan dan kekhawatirannya. pada janin dapat membantunya
menghilangkan rasa takut.
3. Memberi informasi yang berhubungan 3. Strategi koping yang efektif dibutuhkan
dengan risiko potensial yang dapat untuk memampukan klien mengatasi
terjadi pada janinnya. penyakit yang dideritanya dan efek-
efek penyakit tersebut

d. Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) berhubungan dengan muntah yang berlebihan,
peningkatan asam lambung.
Tujuan : nyeri hilang/berkurang.
Kriteria hasil :
1) Klien mengungkapkan secara verbal.
2) Nyeri hilang atau berkurang
3) pasien dapat beristirahat dengan tenang.

Intervensi Rasional

1. kaji skala nyeri, karakteristik, kualitas, 1. Menentukan perubahan dalam tingkat


frekuensi dan lokasi nyeri. nyeri dan mengevaluasi nilai skala
nyeri. Mengidentifikasi sumber sumber
multiple dan jenis nyeri.
2. Anjurkan penggunaan tekhnik relaksasi 2. Menggunakan strategi ini sejalan
dan distraksi. dengan pemberian analgesic untuk
mengurangi atau mengalihkan respon
terhadap nyeri.
3. Yakinkan pada klien bahwa perawat 3. Ketakutan bahwa nyari akan tidak
mengetahui nyeri yang dirasakannya dan dapat diterima seperti peningkatan
akan berusaha membantu untuk ketegangan dan ansietas yang nyata
mengurangi nyeri tersebut. dan menurunkan toleransi nyeri.
4. Berikan kembali skala pengkajian nyeri 4. Memungkinkan pengkajian terhadap
keefektifan analgesic dan
mengidentifikasi kebutuhan terhadap
tindak lanjut bila tidak efektif.
5. Catat keparahan nyeri pasien dengan 5. Membantu dalam menunjukkan
bagan. kebutuhan analgesic tambahan atau
pendekatan alternative terhadap
penatalaksanaan nyeri.
6. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai 6. Analgesic lebih efektif bila diberikan
indikasi. pada awal siklus nyeri.

e. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan


informasi.
Tujuan: klien mengerti tentang perubahan fisiologis dan pskologis yang normal dan tanda-
tanda bahaya kehamilan.
Kriteria hasil:
1) Klien menjelaskan perubahan fisiologis dan pskologis normal berkaitan dengan
kehamilan trimester pertama.
2) Klien menunjukkan perilaku perawatan diri sendiri yang meningkatkan kesehatan.
3) Mengidentifikasi tanda-tanda bahaya kehamilan.

Rasional
Intervensi
1. Jelaskan tentang Hiperemesis Grvidarum 1. untuk mengetahui seberapa dalam
dan kaji pengetahuan pasien. pengetahuan pasien tentang
penyakitnya dan tentang
penatalaksanaannya di rumah.
2. Berikan pendidikan kesehatan tentang 2. untuk meningkatkan pengetahuan
hiperemesis gravidarum. pasien tentang hiperemesis
gravidarum.
3. Buat hubungan perawat-klien yang 3. peran penyuluh atau konselor dapat
mendukung dan terus menerus. memberikan bimbingan antisipasi dan
meningkatkan tanggunmg jawab
individu terhadap kesehatan.
4. Evaluasi pengetahuan dan keyakinan 4. memberikan informasi untuk
budaya saat ini berkenaan dengan membantu mengidentifikasi
perubahan fisiologis/psikologis yang kebutuhan-kebutuhan dan membuat
normal pada kehamilan, serta keyakinan rencana keperawatan
tentang aktivitas, perawatan diri dan
sebagainya.
5. Klarifikasi kesalahpahaman. 5. Ketakutan biasanya timbul dari
kesalahan informasi dan dapat
mengganggu pembelajaran
selanjutnya.
6. Tentukan derajad motivasi untuk belajar. 6. klien dapat mengalami kesulitan dalam
belajar kecuali kebutuhan untuk belajar
tersebut jelas.
7. Pertahankan sikap terbuka terhadap 7. penerimaan penting untuk
keyakinan klien/pasangan. mengembangkan dan
mempertahankan hubungan.
8. Jawab pertanyaan tentang perawatan dan 8. memberikan informasi yang dapat
pemberian makan bayi. bermanfaat untuk membuat pilihan.
9. Identifikasi tanda bahaya kehamilan, 9. membantu klien membedakan yang
seperti perdarahan, kram, nyeri abdomen normal dan abnormal sehngga
akut, sakit punggung, edema, gangguan membantunya dalam mencari
penglihatan, sakit kepala dan tekanan perawatan kesehatan pada waktu yang
pelvis. tepat.

f. Resiko perubahan integritas kulit berhubungan dengan penurunan darah dan nutrisi
kejaringan-jaringan sekunder akibat dehidrasi
Tujuan : Tidak terjadi ganguan integritas kulit.
Kriteria hasil : mengidentifikasi dan menunjukkan perilaku untuk mempertahankan kulit halus,
kenyal, utuh.

Intervensi Rasional

1. Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi. 1. area ini meningkat risikonya untuk


kerusakan dan memerlukan pengobatan
lebih intensif.
2. Dorong mandi tiap 2 hari 1x, pengganti 2. sering mandi membuat kekeringan kulit.
mandi tiap hari.
3. Gunakan krim kulit dua kali sehari dan 3. melicinkan kulit dan mengurangi gatal.
setelah mandi.
4. Diskusikan pentingnya perubahan posisi 4. meningkatkan sirkulasidan perfusi kulit
sering, perlu untuk mempertahankan dengan mencegah tekanan lama pada
aktivitas. jaringan.
5. Tekankan pentingnya masukan 5. perbaikan nutrisi dan hidrasi akan
nutrisi/cairan adequat. memperbaiki kondisi kulit.

g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber energi sekunder.


Tujuan : Pasien dapat beraktivitas secara mandiri.
Kriteria hasil :
1) Pasien dapat memperlihatkan kemajuan khususnya tingkat yang lebih tinggi.
2) Pasien mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktivitas.

Rasional
Intervensi
1. Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan 1. Meningkatkan istirahat dan ketenangan.
lingkungan yang tenang; batasi
pengunjung sesuai keperluan.
2. Ubah posisi dengan sering. Berikan 2. Meningkatkan fungsi pernapasan dan
perawatan kulit yang baik. meminimalkan tekanan pada area tertentu
untuk menurunkan risiko kekurangan
jaringan.
3. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, 3. Tirah baring lama dapat menurunkan
bantu melakukan latihan rentang gerak kemampuan. Ini dapat terjadi karena
sendi pasif/aktif. keterbatasan aktivitas yang mengganggu
periode istirahat.
4. Dorong penggunaan tekhnik manajemen 4. Meningkatkan relaksasi dan penghematan
stress. Contoh relaksasi progresif, energy, memusatkan kembali perhatian
visualisasi, bimbingan imajinasi. dan dapat meningkatkan koping.
5. Kolaborasi pemberian obat sesuai 5. Membantu dalam manajemen kebutuhan
indikasi: sedatif, agen antiansietas, tidur.
contoh diazepam (valium);
lorazepam(ativan).

4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan
dilaksanakan :
a. Mengkaji tanda-tanda adanya dehidrasi
1) Kulit kering dan turgor buruk, selaput lendir kering, mata cekung
2) Urine jadi lebih pekat dan ologuri
3) Lemah, hypotensi, vertigo dan syncop
b. Memonitor tanda-tanda vital
c. Memberikan cairan sesuai program
d. Memberikan nutrisi porsi kecil tapi sering
e. Menimbang BB secara periodik
f. Mengobservasi tanda-tanda komplikasi asidosis metabolisme
g. Menganjurkan klieen untuk perbanyak istirahat.
h. Menyediakan ruangan yang sejuk.
i. Mengintervensipsikologis
j. Memp[ertahankan kebersihan mulut
k. Memberikan terapi anti emetik sesuai program.

5. Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkandan
respon pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana
perawatan jika diperlukan. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan (Verney,
2005).
DAFTAR PUSTAKA

Arif, M, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid I. Jakarta: Media Acculapius.
Arief, Nurhaeni. 2009. PanduanLengkapKehamilan Dan KelahiranSehat. Jogjakarta : AR Group
Prawiroharjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Tridasa Printer.
Baskoro, B. 2013.Askep Hiperemesis Gravidarum. (http://binbask. blogspot. com/2013/01/askep-
hiperemesis-gravidarum.html). diaksespadatanggal13Desember 2016.
Manuaba, I. B. G. 2001.Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana.Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Runiari, N. 2010.Asuhan keperawatan pada klien dengan hiperemesis gravidarum. Jakarta:
SalembaMedika
Tiran, Denise. (2008). Mualdanmuntahkehamilan, Jakarta : EGC
Hidayati, R. 2009. AsuhanKeperawatanpadaKehamilanFisiologisdanPatologis. Jakarta:
SalembaMedika.
Winknjosastro, H. 2007. IlmuKebidanan. Jakarta: YayasanBinaPustaka.
Rukiyah, Aiyeyeh. 2010. AsuhanKebidanan 4 Pathologis.Jakarta : Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai