Laporan Pendahuluan Hiperemesis Gravidarum FIX
Laporan Pendahuluan Hiperemesis Gravidarum FIX
Laporan Pendahuluan Hiperemesis Gravidarum FIX
2. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti.Tidak ada bukti bahwa
penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Beberapa faktor
predisposisi dan faktor lain yang menjadi penyebab Hiperemesis Gravidarum adalah:
a. Faktor konsentrasi human chorionic gonadothropin (HCG) yang tinggi : sering terjadi pada
kehamilan primigravida, Molahidatidosa, kehamilan ganda, dan hidramnion.
b. Faktor organik, karena masuknya vili khoriales ke dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik.
c. Faktor Psikologis: keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut pada kehamilan
dan persalinan, takut memikul tanggung jawab, dan sebagainya (Hidayati, 2009).
d. Faktor endokrin lainnya: hipertiroid, diabetes, dsb.
e. Faktor gizi / anemia meningkatkan terjadinya hiperemesis gravidarum. (Manuaba, dkk, 20
3. Faktor Resiko
Ada 2 faktor risiko hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut yaitu :
a. Maternal
Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6,
nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis
korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Oleh
karena itu, untu hiperemesis tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi kehamilan
(Prawirohardjo, 2010).
Melalui muntah dikeluarkan sebagian cairan lambung serta elektrolit, natrium, kalium,
dan kalsium. Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah, sehingga makin berkurang
kalium dalam keseimbangan tubuh serta makin menambah berat terjadinya muntah. Muntah
yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler pada lambung dan
esophagus , sehingga muntah bercampur darah (Manuaba, 2010)
b. Fetal
Menurut Tiran (2008) "Wanita yang memiliki kadar HCG di bawah rentang normal lebih
sering mengalami hasil kehamilan yang buruk, termasuk keguguran, pelahiran prematur, atau
retardasi pertumbuhan intrauterus (IUGR )". Selain itu, penurunan berat badan yang kronis
akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR)
(Prawirohardjo, 2010).
Muntah yang berlebihan menyebabkan dapat menyebabkan cairan tubuh makin
berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang dapat memperlambat
peredaran darah yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke jaringan berkurang. Kekurangan
makanan dan O2 ke jaringan akan menimbulkan kerusakan jaringan yang dapat menambah
beratnya keadaanjanindanwanitahamil (Manuaba, 2010).
4. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala hiperemesis gravidarum dibagi menjadi tiga tingkatan gejala antara lain yaitu:
a. Hiperemesis Gravidarum Tingkat I
1) Termasuk tingkat ringan
2) Mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah, tidak mau makan, berat badan
turun dan nyeri pada epigastrium, denyut nadi meningkat, tekanan darah turun, turgor kulit
kurang, lidah kering, serta mata cekung.
b. Hiperemesis Gravidarum Tingkat II
1) Termasuk tingkat sedang
2) Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah, apatais,
turgor kulit mulai buruk, lidah kering dan kotor, nadi teraba lemah dan cepat, suhu badan
naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tekanan darah menurun,
hemokonsentrasi, oliguri dan konstipasi, dapat juga terjadiasetonuria,
sertanapasbauaseton.
c. Hiperemesis Gravidarum Tingkat III
1) Termasuk tingkat berat
2) Keadaan umum buruk, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi teraba
lemah dan cepat, dehidrasi berat, suhu badan naik, tekanan darah turun, serta terjadi
ikterus. Jika sampai timbul komplikasi dapat berakibat fatal, berupa: memengaruhi susunan
saraf pusat, ensefalopati wernicke dengan adanyanistagmus, diplopia, danperubahan
mental.
5. Patofisiologi
Muntah adalah suatu cara dimana saluran cerna bagian atas membuang isinya bila terjadi
iritasi, rangsangan atau tegangan yang berlebihan pada usus. Muntah merupakan refleks
terintegrasi yang kompleks terdiri atas tiga komponen utama yaitu detector muntah, mekanisme
integratif dan efektor yang bersifat otonom somatik. Rangsangan pada saluran cerna dihantarkan
melalui saraf vagus dan aferen simpatis menuju pusat muntah. Pusat muntah juga menerima
rangsangan dari pusat-pusat yang lebih tinggi pada sereberal, dari chemoreceptor trigger zone
(CTZ) pada area postrema dan dari aparatus vestibular via serebelum. Beberapa signal perifer
mem-bypass trigger zone mencapai pusat muntah melalui nucleus traktus solitarius. Pusat muntah
sendiri berada pada dorsolateral daerah formasi retikularis dari medula oblongata. Pusat muntah
ini berdekatan dengan pusat pernapasan dan pusat vasomotor. Rangsang aferen dari pusat
muntah dihantarkan melalui saraf kranial V, VII, X, XII ke saluran cerna bagian atas dan melalui
saraf spinal ke diapragma, otot iga dan otot abdomen (Widayana, dkk, 2012).
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda
terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak seimbangnya elektrolit dengan
alkalosis hipokloremik.Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi.Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseton asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam
darah.Kekurangan volume cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan
dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.Natrium dan khlorida air kemih
turun.Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah
berkurang.Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal
menambah frekuensi muntah muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran
yang sulit dipatahkan.Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi
robekan pada selaput lendir esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss) dengan akibat
perdarahan gastrointestinal.Pada umumnya robekan ini ringan dan perdarahan dapat berhenti
sendiri, jarang sampai diperlukantransfusiatautindakanoperatif (Wiknjosastro, 2005).
6. Pathway
7. Komplikasi
a. Dehidrasi berat
b. Takikardi
c. Ensefalopati Wernicke dengan gejala nistagmus
d. Diplopia dan perubahan mental
e. Alkalosis
f. Ikterik
g. payah hatidengangejalatimbulnyaikterus
(Arif, 2001).
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat diberikan antara lain:
a. Hospitalisasi
Tujuan penatalaksanaan hiperemesis gravidarum, saat ibu dihospitalisasi, adalah
merehidrasi ibu, memperbaiki gangguan elektrolit dan hematologis lain, mencegah komplikasi
dan memindahkan ibu ke rumah sakit dengan segera, meskipun banyak wanita memiliki angka
yang tinggi untuk masuk kembali ke rumah sakit.Penyebab muntah yang terjadi secara
berlebihan harus diidentifikasi, bukan semata-mata untuk membuat diagnosis banding, tetapi
juga untuk mempertimbangkan faktor lain seperti masalah psikologis, yang dapat menambah
keparahan ibu (Tiran, 2008).
Menurut (Runiari, 2010), Manifestasi klinik yang ditimbulkan dari kasus hiperemesis
gravidarum menjadikan klien harus dirawat di rumah sakit, indikasinya adalah sebagai berikut:
1) Memuntahkan semua yang dimakan dan yang diminum, apalagi bila telah berlangsung
lama
2) Berat badan turun lebih dari 10% dari berat badan normal
3) Dehidrasi yang ditandai dengan turgor yang kurang dan lidah kering
4) Adanya aseton dalam urin.
b. Obat-obatan Sedativa: Phenobarbital, Vitamin: Vitamin C, B1 dan B6 atau B kompleks, Anti
histamine: dramamin, avomin, Anti emetik (pada keadaan lebih berat): Dislikomin hidrokloride
atau khlorpromasine. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di
rumah sakit
c. Cairan parenteral: cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5%
dalam cairan fisiologis (23 liter/hari), dapat ditambah kalium yang diperlukan untuk kelancaran
metabolisme dan vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan protein dapat
diberiakan asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan
keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair.
Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejalagejala akan berkurang dan
keadaanakanbertambahbaik (Wiknjosastro, 2007).
9. Penatalaksanaan Keperawatan
a. IsolasidanTerapiPsikologis
1) Isolasi di ruangan yang dilakukan dengan baik dapat meringankan gravidarum karena
perubahan suasana rumah tangga.
2) Konseling dan edukasi (KIE) tentang kehamilan yang dilakukan untuk menghilangkan
factor psikis rasa takut.
3) Memberikan informasi tentang diet ibu hamil dengan makan tidak sekaligus banyak, tetapi
dalam porsi yang sedikit namun sering.
4) Jangan tiba-tiba berdiri waktu bangun pagi, karena akan membuat ibu hamil mengalami
pusing, mual, dan muntah (Hidayati, 2009).
b. Terapipsikologika
Perludiyakinkankepedapenderita bahwa penyakit dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut
oleh karena kehamilan, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik.
c. TerapiAlternatif
Ada beberapamacampengobatanalternatif bagi hiperemesis gravidarum, antara lain:
1) Vitamin B6
Vitamin B6 merupakankoenzim yang berperandalam metabolisme lipid, karbohidrat
dan asam amino. Peranan vitamin B6 untuk mengatasi hiperemesis masih kontroversi.
Dosis vitamin B6 yang cukup efektif berkisar 12,5 - 25 mg per haritiap 8 jam.
Vitamin B6 merupakanko-enzimberbagaijalurmetabolisme protein
dimanapeningkatan kebutuhan protein pada trimester I diikuti peningkatan asupan
vitamin B6. Vitamin B6 diperlukanuntuksintesa serotonin dari tryptophan.Defisiensi vitamin
B6 akan menyebabkan kadar serotonin rendah sehingga saraf panca indera akan semakin
sensitif yang menyebabkan ibu mudah mual dan muntah. Pada wanita hamil terjadi
peningkatan kynurenic dan xanturenic acid di urin. Kedua asam ini diekskresi apabila jalur
perubahan tryptophan menjadi niacin terhambat. Hal ini dapat juga terjadi karena defisiensi
vitamin B6. Kadar hormon estrogen yang tinggi pada ibu hamil juga menghambat kerja
enzim kynureninase yang merupakan katalisator perubahan tryptophan menjadi niacin,
yang mana kekurangan niacin juga dapat mencetuskanmualdanmuntah (Widayana, dkk,
2012).
2) Jahe (zingiberofficinale)
Pemberiandosisharian 250 mg sebanyak 4 kali perhari lebih baik hasilnya
dibandingkan plasebo pada wanita dengan hiperemesis gravidarum. Salah satu studi di
Eropa menunjukan bubuk jahe (1 gram per hari) lebih efektif dibandingkan plasebo dalam
menurunkan gejala hiperemesis gravidarum. Belum ada penelitian yang menunjukan
hubungan kejadian abnormalitas pada fetus dengan jahe. Namun, harus diperhatikan
bahwa akar jahe diperkirakan mengandung tromboksan sintetase inhibitor dan dapat
mempengaruhi peningkatan reseptor testoteron fetus (Widayana, dkk, 2012).
3) Aromaterapi
Aromaterapiadalahsalahsatu pengobatan alternatif yang dapat diterapkan dengan
menggunakan minyak esensial tumbuhan dan herbal. Penggunaan minyak esensial sejak
zaman dahulu telah digunakan di Mesir, italia, india, dan cina. Kimiawan Prancis, Rene
Maurice Gattefosse menyebutnya dengan istilah aromaterapi pada tahun 1937, ketika ia
menyaksikan kekuatan penyembuhan minyak lavender pada kulit dengan luka bakar.
Setiap minyak esensial memiliki efek farmakologis yang unik, seperti anti bakteri, antivirus,
diuretik, vasodilator, penenang dan merangsang adrenal. Minyak atsiri dapat digunakan
dirumah dalam bentuk uap yang dapat dihirup atau pernafasan topikal.Penghirupan uap
sering digunakan untuk kondisi pernafasan dan mengurangi mual.inhalasi uap dilakukan
dengan cara menambahkan 2-3 tetes minyak esensial eucalyptus, rosemary, pohon teh,
atau minyak kedalam air panas. Beberapa tetes minyak esensial juga dapat ditambahkan
untukmandi, kompresataupijat (Runiari, 2010).
12. Pencegahan
Prinsippencegahanadalahmengobati emesis agar ridak terjadi hipermesis gravidarum dengan
cara :
a. Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang
fisiologik.
b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang kadang muntah merupakan gejala yang
fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
c. Menganjurkan mengubah makan sehari hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, terlebih dahulu
makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat
e. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
f. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
g. Menghindari kekurangan kardohidrat merupakan factor penting, dianjurkanmakanan yang
banyakmengandunggula.(Wiknjosastro, 2007).
2. DiagnosaKeperawatandanIntervensi
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nausea dan vomitus yang
menetap.
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat vomitus dan asupan
cairan yang tidak adequat.
c. Ketakutan berhubungan dengan efek hiperemesis pada kesejahteraan janin.
d. Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) berhubungan dengan muntah yang berlebihan,
peningkatan asam lambung.
e. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan dengan keterbatasan
informasi.
f. Resiko perubahan integritas kulit berhubungan dengan penurunan darah dan nutrisi
kejaringan-jaringan sekunder akibat dehidrasi
g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber energi sekunder.
3. Intervensi Keperawatan
a. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nausea dan vomitus yang
menetap.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Klien akan mengkonsumsi asupan oral diet yang mengandung zat gizi yang adequat.
2) Klien tidak mengalami nausea dan vomitus.
3) Klien akan menoleransi diit yang telah di programkan.
4) Klien akan mengalami peningkatan berat badan yang sesuai selama hamil.
Intervensi Rasional
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat vomitus dan asupan
cairan yang tidak adequat.
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Keseimbangan cairan dan elektrolit akan kembali ke kondisi normal, yang terbukti dengan
turgor kulit normal, membran mukosa lembab, berat badan stabil, tanda-tanda vital dalam
batas normal; elektrolit, serum, hemoglobin, hematokrit, dan berat jenis urin akan berada
dalam batas normal.
2) Klien tidak akan muntah lagi
3) Klien akan mengkonsumsi asupan dalam jumlag yang adequat.
Intervensi rasional
Intervensi Rasional
d. Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) berhubungan dengan muntah yang berlebihan,
peningkatan asam lambung.
Tujuan : nyeri hilang/berkurang.
Kriteria hasil :
1) Klien mengungkapkan secara verbal.
2) Nyeri hilang atau berkurang
3) pasien dapat beristirahat dengan tenang.
Intervensi Rasional
Rasional
Intervensi
1. Jelaskan tentang Hiperemesis Grvidarum 1. untuk mengetahui seberapa dalam
dan kaji pengetahuan pasien. pengetahuan pasien tentang
penyakitnya dan tentang
penatalaksanaannya di rumah.
2. Berikan pendidikan kesehatan tentang 2. untuk meningkatkan pengetahuan
hiperemesis gravidarum. pasien tentang hiperemesis
gravidarum.
3. Buat hubungan perawat-klien yang 3. peran penyuluh atau konselor dapat
mendukung dan terus menerus. memberikan bimbingan antisipasi dan
meningkatkan tanggunmg jawab
individu terhadap kesehatan.
4. Evaluasi pengetahuan dan keyakinan 4. memberikan informasi untuk
budaya saat ini berkenaan dengan membantu mengidentifikasi
perubahan fisiologis/psikologis yang kebutuhan-kebutuhan dan membuat
normal pada kehamilan, serta keyakinan rencana keperawatan
tentang aktivitas, perawatan diri dan
sebagainya.
5. Klarifikasi kesalahpahaman. 5. Ketakutan biasanya timbul dari
kesalahan informasi dan dapat
mengganggu pembelajaran
selanjutnya.
6. Tentukan derajad motivasi untuk belajar. 6. klien dapat mengalami kesulitan dalam
belajar kecuali kebutuhan untuk belajar
tersebut jelas.
7. Pertahankan sikap terbuka terhadap 7. penerimaan penting untuk
keyakinan klien/pasangan. mengembangkan dan
mempertahankan hubungan.
8. Jawab pertanyaan tentang perawatan dan 8. memberikan informasi yang dapat
pemberian makan bayi. bermanfaat untuk membuat pilihan.
9. Identifikasi tanda bahaya kehamilan, 9. membantu klien membedakan yang
seperti perdarahan, kram, nyeri abdomen normal dan abnormal sehngga
akut, sakit punggung, edema, gangguan membantunya dalam mencari
penglihatan, sakit kepala dan tekanan perawatan kesehatan pada waktu yang
pelvis. tepat.
f. Resiko perubahan integritas kulit berhubungan dengan penurunan darah dan nutrisi
kejaringan-jaringan sekunder akibat dehidrasi
Tujuan : Tidak terjadi ganguan integritas kulit.
Kriteria hasil : mengidentifikasi dan menunjukkan perilaku untuk mempertahankan kulit halus,
kenyal, utuh.
Intervensi Rasional
Rasional
Intervensi
1. Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan 1. Meningkatkan istirahat dan ketenangan.
lingkungan yang tenang; batasi
pengunjung sesuai keperluan.
2. Ubah posisi dengan sering. Berikan 2. Meningkatkan fungsi pernapasan dan
perawatan kulit yang baik. meminimalkan tekanan pada area tertentu
untuk menurunkan risiko kekurangan
jaringan.
3. Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, 3. Tirah baring lama dapat menurunkan
bantu melakukan latihan rentang gerak kemampuan. Ini dapat terjadi karena
sendi pasif/aktif. keterbatasan aktivitas yang mengganggu
periode istirahat.
4. Dorong penggunaan tekhnik manajemen 4. Meningkatkan relaksasi dan penghematan
stress. Contoh relaksasi progresif, energy, memusatkan kembali perhatian
visualisasi, bimbingan imajinasi. dan dapat meningkatkan koping.
5. Kolaborasi pemberian obat sesuai 5. Membantu dalam manajemen kebutuhan
indikasi: sedatif, agen antiansietas, tidur.
contoh diazepam (valium);
lorazepam(ativan).
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan
dilaksanakan :
a. Mengkaji tanda-tanda adanya dehidrasi
1) Kulit kering dan turgor buruk, selaput lendir kering, mata cekung
2) Urine jadi lebih pekat dan ologuri
3) Lemah, hypotensi, vertigo dan syncop
b. Memonitor tanda-tanda vital
c. Memberikan cairan sesuai program
d. Memberikan nutrisi porsi kecil tapi sering
e. Menimbang BB secara periodik
f. Mengobservasi tanda-tanda komplikasi asidosis metabolisme
g. Menganjurkan klieen untuk perbanyak istirahat.
h. Menyediakan ruangan yang sejuk.
i. Mengintervensipsikologis
j. Memp[ertahankan kebersihan mulut
k. Memberikan terapi anti emetik sesuai program.
5. Evaluasi
Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkandan
respon pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana
perawatan jika diperlukan. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan (Verney,
2005).
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran edisi 3 jilid I. Jakarta: Media Acculapius.
Arief, Nurhaeni. 2009. PanduanLengkapKehamilan Dan KelahiranSehat. Jogjakarta : AR Group
Prawiroharjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Tridasa Printer.
Baskoro, B. 2013.Askep Hiperemesis Gravidarum. (http://binbask. blogspot. com/2013/01/askep-
hiperemesis-gravidarum.html). diaksespadatanggal13Desember 2016.
Manuaba, I. B. G. 2001.Ilmu kebidanan, penyakit kandungan dan keluarga berencana.Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu kebidanan.Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Runiari, N. 2010.Asuhan keperawatan pada klien dengan hiperemesis gravidarum. Jakarta:
SalembaMedika
Tiran, Denise. (2008). Mualdanmuntahkehamilan, Jakarta : EGC
Hidayati, R. 2009. AsuhanKeperawatanpadaKehamilanFisiologisdanPatologis. Jakarta:
SalembaMedika.
Winknjosastro, H. 2007. IlmuKebidanan. Jakarta: YayasanBinaPustaka.
Rukiyah, Aiyeyeh. 2010. AsuhanKebidanan 4 Pathologis.Jakarta : Trans Info Media.