Penyusunan - Instrumen - Tes Hasil Belajar

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 53

Tugas Individu

Evaluasi Pembelajaran Matematika

DI SUSUN OLEH

HERLIN

G2I1 20 015

PROGRAM PASCA SARJANA


PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021
DAFTAR ISI

Daftar Isi .........................................................................................................i

Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang .....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................2

Bab 2 Pembahasan

A. Bentuk dan penyusunan instrumen tes ................................................3


B. Pengembangan instrumen tes ..............................................................71

Bab 3 Penutup

A. Kesimpulan ..........................................................................................90
B. Saran ....................................................................................................91

Daftar Pustaka ...............................................................................................92

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Penilaian dan pengukuran tidak dapat dilepaskan dari dunia


kependidikan. Penilaian dan pengukuran ini dibutuhkan untuk
mendapatkan gambaran tentang situasi sekolah. Penilaian dan pengukuran
ini dapat dilakukan oleh guru, kepala sekolah, pengawas sekolah dan
sebagainya.

Untuk pembelajaran di kelas, evaluasi peserta didik sangat


dibutuhkan untuk memberikan gambaran tentang kondisi peserta didik.
Gambaran yang diperoleh oleh pendidik kemudian akan dipelajari oleh
guru. Gambaran peserta didik yang diperoleh guru harus memiliki tingkat
keakuratan yang tinggi. Artinya data yang diperoleh guru tentang keadaan
peserta didik harus memiliki kesalahan yang kecil.

Untuk memperoleh data tentang peserta didik, diperlukan adanya


instrumen penilaian. Instrumen penilaian dapat berupa instrumen tes,
maupun instrumen non tes. Instrumen tes dapat berupa tes objektif dan tes
non objektif sedangkan instrumen non tes dapat berupa wawancara,
kuesioner, observasi, dan sebagainya.

Penyusunan instrumen sebaiknya mengikuti langkah-langkah atau


kaidah-kaidah yang berlaku secara umum. Gunanya adalah instrumen yang
diberikan kepada siswa mudah dipahami baik oleh responden maupun
pemberi responden sehingga data yang diperoleh dari responden
merupakan data yang akurat. Selain itu instrumen yang disusun harus
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, sehingga harusnya sebelum
mengedarkan instrumen terlenih dahulu harus ada tujuan yang ditetapkan
oleh guru.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan


masalah dari makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan instrumen tes.


2. Apa bentuk-bentuk instrumen tes?

1
3. Bagaimana teknik pengembangan instrumen tes?

1
4. Bagaimana kaidah penulisan instrumen tes?
C. Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan:

1. Menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan instrumen tes


2. Menjelaskan bentuk-bentuk instrumen tes
3. Menjelaskan teknik pengembangan instrumen tes
4. Menjelaskan kaidah penulisan instrumen tes

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk dan Penyusunan Instrumen Tes

1. Pengetrian tes

Menurut (Mardapi, 2012: 108-109) Tes merupakan salah satu


instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran. Tes terdiri atas
sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban benar atau salah, atau semua
benar atau sebagian benar. Tujuan melakukan tes adalah untuk mengetahui
pencapaian belajar atau kompetensi yang telah dicapai peserta didik untuk
bidang tertentu. Hasil tes merupakan informasi tentang karakteristik
seseorang atau sekelompok orang. Karakteristik ini dapat berupa
kemampuan kognitif atau keterampilan seseorang.

Kegiatan pengetesan merupakan salah satu cara untuk menaksir


tingkat kemampuan peserta didik secara tidak langsung, yaitu melalui
respon seseorang terhadap sejumlah stimulus atau pertanyaan. Hasil tes
diharapkan menghasilkan data dengan kesalahan sekecil mungkin. Oleh
karena itu agar diperoleh data yang akurat dibutuhkan tes yang sahih
(valid) atau andal (reliabel).

Hasil tes bisa digunakan untuk memantau perkembangan mutu


pendidikan. Hasil tes untuk tujuan ini harus baik, yaitu memiliki kesalahan
pengukuran sekecil mungkin. Kesalahan pengukuran ini dapat
dikategorikan menjadi dua yaitu kesalahan acak dan kesaahan sistematik.
Kesalahan acak disebabkan karena kesalahan dalam memilih sampel isi
tes, variasi emosi seseorang, termasuk variasi emosi pemeriksa jika lembar
jawaban peserta tes diperiksa secara manual. Kesalahan sistematik
disebabkan karena soal tes terlalu mudah atau terlalu sukar. Ada pendidik
yang cenderung membuat tes yang sulit, sehingga estimasi kemampuan
peserta didik underestimate , tetapi ada juga pendidik yang cenderung
membuat tes terlalu mudah, sehingga estimasi kemampuan peserta didik
overestimate. Hal ini tidak diinginkan karena tidak memberikan data
tentang kemampuan peserta didik yang sebenarnya.

Pengujian adalah kegiatan melaksanakan pengukuran dengan tujuan


apakah peserta didik telah memiliki kemampuan yang dipersyaratkan.
Kemampuan yang dipersyaratkan bisa ditentukan oleh satuan pendidikan

3
berdasarkan musyawarah guru atau ditentukan oleh pusat. Kemampuan ini
juga disebut dengan kemampuan minimum yang harus dimiliki oelh
peserta didik. Satuan pendidikan sering

3
menggunakan istilah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), yaitu kompetensi
minimal yang harus dimiliki peserta didik. Ada satuan pendidikan yang
menetapkan KKM sebesar 7,75, ada yang 7,0, dan ada yang lebih rendah lagi.
Namun, diharapkan dari tahun ke tahun ada kenaikan terutama yang belum
mencapai 7,5.
2. Langkah Awal Pengembangan Tes
Makalah ini akan membahas tentang bagaimana mengembangkan suatu tes
sebangi alat ukur pencapaian hasil belajar. Beberapa langkah awal yang
diperlukan dalam mengembangkan tes adalah: menentukan tujuan pembelajaran,
menyusun table spesifikasi, dan menentukan bentuk soal yang akan digunakan
dalam penilaian.

Identifikasi tujuan pembelajaran merupakan langkah awal pertama dan


penting dalam mengembangkan tes. Tujuan pembelajaran merupakan bentuk
harapan kepada siswa setelah mereka mengikuti pembelajaran. Tujuan tersebut
kadang-kadang dinyatakan dengan jelas, tetpi tidak jarang dinyatakan juga secara
implisit. Jika tujuan tersebut hanya dinyatakan secara implisit maka dalam
menguji kita tetap harus merujuk pada materi yang telah diajarkan.

Tes yang baik diturunkan dari tujuan pembalaran yang dinyatakan secara
jelas. Dengan demikian, kejelasan rumusan tujuan pembelajaran akan sangat
membantu agar tes benar-benar dapat mengukur apa yang telah diajarkan oleh
guru, dismping dpaat mempermudah proses pengembangan tes. Dengan rumusan
tujuan dengan jelas dan eksplisit juga dapat memberikan nilai tambah karena
dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran.

a. Karakteristik Tujuan Pembelajaran.


Materi ini tidak dimaksudkan untuk menitikberatkan pada
pengembangan kurikulum atau perumusan tujuan pembelajaran dalam
konteks penyusunan kurikulum, tetapi sudah seharusnya prosedur
penilaian selalu dikaitkan dengan kurikulum dan tujuan pembelajaran. Tes
yang digunakan dikelas harus mencerminkan apa yang telah diajarkan di
kelas dan tes tersebut juga menekankan pada apa yang menjadi penekanan
dalam pembelajaran dikelas. Dengan demikian, pembahasan mengenai
pengembangan tes tidak dapat dipisahkan dari tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran merupakan suatu deskripsi mengenai tingkah


laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya
pembelajaran. Menurut Mager (Hamalik,2008;109), tujuan pembelajaran
paling tidak harus mengandung tiga komponen, yaitu: (a) tingkah laku
(behavior), digunakan untuk menentukan

4
spesifikasi yang akan diamati dan akan diukur, (b) standar (standard),
memungkinkan untuk menilai dampak dari luar, dan (c) kondisi luar (external
conditions), untuk meyakinkan bahwa perilaku yang diperoleh benar-benar
disebabkan oleh kegiatan belajar, bukan karena penyebab lain.

Materi ini akan diawali dengan uraian tentang beberapa karakteristik


tujuan pembelajaran. Terhadap tiga karekteristik utama tujuan
pembelajaran yaitu cakupan atau keluasan tujuan (scope), taksonomi
tujuan pembelajaran atau dominan (kognitif, afektif, dan psikomotorik)
dan bentuk pembelajaran (behavior versus nonbehavior). Dalam buku ini
hanya dibahas dua karekteristik pertama, yaitu cakupan dan taksonomi.

1) Cakupan (Scope)
Cakupan merujuk kepada bagaimana keluasan sebuah tujuan.
Berikut ini merupakan contoh tujuan pembelajaran dengan cakupan yang
luas: “Siswa mampu memahami daur hidup beragam jenis makhluk
hidup.” Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), tujuan
seperti ini biasa disebut sebagai kompetensi dasar. Sementara itu, contoh
tujuan pembelajaran yang lebih spesifik atau yang biasa disebut sebagai
indikator dapat dirumuskan sebagai: “Siswa dapat mendeskripsikan daur
hidup beberapa hewan di lingkungan sekitar, misalnya kecoa, kupu-kupu
dan nyamuk”.

Indikator merupakan ukuran, karakteristik, ciri-ciri, atau peoses yang


memiliki kontribusi demi ketercapaian suatu kompetensi dasar. Indicator
dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat
diukur, seperti: mengidentifikasi, menghitung, membedakan,
menyimpulkan, menceritakan kembali, mempraktikkan,
mendemostrasikan, mendeskripsikan, dan sebagainya.

Penulis indikator yang lengkap mengcakup empat hal, yaitu A =


audience (siswa), B = behavior (perilaku yang ditampilkan), dan D =
degree (tingkatan yang diberikan) (Depdiknas, 2009:14). Ada dua model
cara penulisan indikator. Model pertama, menempatkan kondisi di awal
kalimat. Model ini digunakan untuk soal yang desertai dengan dasar
pernyataan (stimulus), misalnya berupa sebuah kalimat, paragaraf, gambar,
denah, grafik, kasus, atau lainnya. Contoh: deperdengarkan sebuah
pernyataan pendek dengan topic “belajar mandiri” siswa dapat
menentukan dengan tepat pernytaan yang sama artinya.

Model kedua dengan menempatka siswa dan perilaku yang herus


dutampilkan di awal kalimat. Model kedua ini digunakan untuk soal yang

5
tidak diseryai dengan pertanyaan (stimulus). Contoh: Siswa dapat
menentukan dengan tepat penulisa tanda baca pada nilai uang.

Setiap kopetensi dasar dapat dikembangkan menjadi beberapa


indikator. Kompetensi dasar “Siswa mampu memahami daur hidup
beragam jenis makhluk hidup,” dapat dipecah ke dalam indikator seperti:
(a) Siswa dapat menyebutkan urutan daur hidup hewan, misalnya : kupu-
kupu, nyamuk dan kecoa secara lengkap dan jelas, (b) siswa dapat
mendeskripsikan metamorphosis sempurna dan metamorfosis tidak
sempurna, (c) siswa dapat melaporkan hasil pengamatan terhadpa daur
hidup pada kambing dan kucing, dan (d) siswa dapat menyimpulkan
bahwa tidak semua hewan mengalami perubahan dalam hidupnya
(metamorfosis) .

2) Taksonomi Tujuan Pembelajaran


a) Dominan Kognitif.

Tujuan pembelajaran yang diuraikan sebelumnya memiliki kaitan dengan


aspek kognitif kerena menyangkut hal-hal seperti mengingat, menginterpretasi,
menganalisis, dan sebagainya. Perumusan tujuan pembelajaran berititik tolak dari
tingkah laku dan bersifat operasional. Para ahli kurikulim umumnya berpendapat
bahwa perlu dilakukan pengklasian tujuan kognitif.
Salah satu taksonomi tujuan pembelajaran yang banyak digunakana dalam
dunia pendidikan adalah taksonomi yang berkembang oleh Bloom, Englehart,
Furst, Hill, dan Krathwohl (1956) yang selanjutnya dikenal dengan taksonomi
Bloom. Taksonomi ini memberikan kerangka penting dalam mendeskripsikan
kompleksitas suatu tujuan. Caranya, melalui mengklasifikan tujuan kedalam satu
dari enam kategori secara hierakis, dari yang paling sederhana ke kompleks.
Walaupun taksonomi Bloom telah dilakukan revisi, namun buku ini akan
tetap menyajikan taksonomi Bloom lama. Pada taksonomi Bloom lama beberapa
aspek yang trcakup didalamnya antara lain: pengetahuan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesis, evaluasi. Sementara itu, pada taksonomi Bloom yang telah
direvisi pengklasifikasiannya dalam mengingat (remembering) memahami
(understanding) menerapkan (applying), menganalisi (analyzing), mengevaluasi
(evaluating), dan mengkreasi (creating) (Moore & Stanley, 2010:6). Tabel 4.1
menyajikan rangkuman taksonomi Bloom untuk masing-masing aspek.

Tabel 2.1 Taksonomi Tujuan Pembelajaran dari Bloom

Level Deskripsi Contoh


Pengetahuan Menghafal, Menyebutkan
mempelajari fakta ibkota masing-

6
masing provinsi
Pemahaman Merangkum, Menjelaskan
menginterpretasikan, bagaimana pengaruh
atau menjelaskan, suku bunga bank
terhadap
pengangguran
Aplikasi Menggunakan Menerapkan
aturan-aturan dan perkalian dan
prinsip umum untuk pembagian dua
menyelesaikan masalah bilangan dalam
baru konteks
permasalahan
matematika.
Analisis Mereduksi konsep Membedakan
kedalam bagian-bagian berbagai pendekatan
dan menunjukkan untuk menetapkan
hurbungan antar bagian validitas .
menjadi keseluruhan
Sintesis Mengkreasi ide- Mengkonstruk
ide baru atau peta tentang
provinsi-prvinsi
yang ada di Jawa
beserta karakteristik
yang dimilikinya
Evaluasi Memutuskan Mengevaluasi
tentang nilai kemanfaatan peta
sehingga
memudahkan
melakukan
bepergian dari satu
tempat ke tempat
lain.
Sumber: Bloom et al. (1956)

1) Pengetahuan (Knowledge)
Level paling sederhana dalam taksonomi Bloom adalah pengetahuan.
Tujuan pembelajaran pada level pengetahuan ini termasuk mempelajari atau
mengingat fakta-fakta spesifik, istilah, nama, tanggal, dan sebaginya. Kata kerja
operasional yang dapat digunakan pada level membuat daftar, mencocokkan,
memberi nama, membuat garis bawah, mengulangi, memilih, dan menyebutkan.
Contoh tujuan pembelajaran yang temasuk dalan kategori pengetahuan: “Siswa
dapat menyebutkan nama-nama Negara anggota G-20”

2) Pemahaman (Comprehension)

7
Tujuan pada level ini menguji pemahaman anak, tidak hanya menonjolkan
aspek hafalan semata, kata kerja operasional yang lazim digunakan pada level ini
di antaranya: jelaskan, ubahlah, pertahankan, bedakan, perluas, generalisasikan,
beri contoh, simpulkan, ramalkan, dan ringkasan. Contoh tujuan pembelajaran
pada level ini: “Siswa mampu menjelaskan pengaruh suku bunga bank terhadap
angkah pengangguran.”
3) Penerapan ( Application)
Tujuan pada level ini meliputi pengunaan aturan-aturan umum, prinsip atau
konsep-konsep abstrak untuk menyelesaikan permasalahan yang belum perna
dijumpai sebelumnya. Kata kerja operasional yang lazim digunakan pada level ini
di antaranya: demonstrasikan, ubah, operasikan, siapkan, buatlah, hubungkan,
tunjukkan, pecahkan, dan gunnakan. Contoh tujuan pembelajaran pada level ini:
“Siswa mampu mengaplikasikan perkalian dan pembagian bilangan dua angka
dalam konteks permasalahan matematika.”
4) Analisis (Analysis)
Tujuan pada level ini menuntut siswa untuk memecah atau membagi suattu
konsep yang kompleks ke dalam bagian-bagian yang lebih mendasar atau
sederhana. Kata kerja operasional yang lazim digunakan pada level ini
diantaranya: buat diagram, ubah, bedakan, gambarkan, simpulkan, tunjukkan,
hunungkan, pilih, pisahkan, dan bagi lagi. Contoh tujuan pembelajaran pada level
ini: “Diberikan sebuah naskah teks pidato, siswa mampu menganalisis pernyataan
yang didasarkan pada fakta dan yang didasarkan pada perkiraan.”
5) Sintesis (Synthesis)
Tujuan pada level ini menuntut siswa memadukan konsep atau unsur-unsur
yang ada sedemikian hingga membentuk struktu atau pola baru. Kata erja
operasional yang lazim digunakan pada level ini di antaranya: kategorikan,
gabungan, susun, temukan, rancang, jelaskan, buat, atur, rencanakan, ataur ulang,
buat lagi, revisi, dan ceritakan. Contoh tujuan pembelajaran pada level ini: “Siswa
mampu membuat pemetaan potensi beberapa provinsi yang ada di jawa beserta
karakteristik yang dimiliki.”
6) Evaluasi (Evaluaation)
Tujuan pada level ini menuntut siswa membuat keputusan evaluative terkait
dengan kualitas ataunilai sesuatu demi suatu tujuan yang telah dinyatakan. Kata
kerja operasional yang lazim digunakan pad alevel ini di antaranya: dibandingkan,
simpulkan, pertentangankan, kritik, jelaskan, bedakan, buktikan, tafsirkan, dan
beri dukungan. Contoh tujuan pembelajaran pad level ini: “Siswa mampu
mengevaluasi manfaat peta sehingga memudahkan melakukan bepergian dari satu
tempat ke tempat lain.”
Walaupun pengklasifikasian dai atas mungkin diaggap ketinggalan zaman,
penulis setuju dengan pendapat yang disampaikan Hopkins (1998) bahwa

8
taksonomi Bloom hingga kini masih sangat relevan. Alasannya, taksonomi Bloom
menyajikan suatu kerangka yang membantu mengingatkan guru agar
memasukkan butir yang mencerminkan tujuan pembelajaran yang lebih kompleks
dalam tesnya. Popham (1999) menyatakan bahwa guru cenderung hanya fokus
pada tujuan pembelajaran, pada umumnya taksonomi di atas sering
disederhanakan ke dalam dua level: pengetahuan dan sesuatu lain yang lebih
tinggi dari pengetahuan. Oleh karena itu, pembelajaran dan penilaian sering
terbatas pada asoek hafalan semata.
Hal ini bukan berarti tujuan pembelajaran untuk level yang lebih rendah
dianggap sepele dan harus ditinggalkan. Masing-masing tujuan harus menetapkan
pada level mana para siswa diharapkan untuk melakukannya. Pada materi awal,
mungkin cakup hanya melibatkan penguasaan level yang kompleks tentu sangat
diperlukan. Hanya saja, sangat tidakmungkin menguasai tujuan pembelajaran
yang lebih tinggi tanpa menguasai tujuan pembelajaran yang lebih rendah.

b. Mengembangkan Spesifikasi Tes

Sebagaimana diuraikan di awal, tes harus megukur apa yang diajarkan guru
di kelas. Tes juga harus menekankan apa yang benar-benar terjadi di kelas selama
pembelajaran. Salah satu cara untuk menjamin kesesuaian antara pembelajaran
dikelas dengan isi tes adlah dengan mengembangkan spesifikasi tes.
Spesifikasi tes atau biasa disebut juga kisi-kisi tes metapakan deskripsi
mengenai kompetensi atau ruang lingkup dan isi materi yang akan diujikan.
Tujuan penyusunan spesifikasi tes untuk menetukan kompetendi atau ruang
lingkup dan tekanan tes yang setepat-tepatnya sehingga dapat menjadi petunjuk
dalam menulis soal. Fungsi spesifiksi tes sebagai pedoman penulisan soal dan
perakitan tes. Spesifikasi tes berfungsi juga sebagai terjemahan resmi terhadap
indikator butir soal tentang apa yang mesti ada dalam sebuah butir soal yang tepat.
Spesifikasi tes menjelaskan batasan dan rambu-rambu apa saja yang harus
dipatuhi penulias butir soal. Spesifikasi tes diharapkan bermanfaat untuk
mengurangi variasi pemahaman guru terhadap indikator butir soal dan memberi
batasan yang lebih konkret terhadap cakupan materi ujinya.

Spesifikasi tes dapat disajikan dalam bentuk tabel yang memuat


komponen minimal : kompetisi dasar, indikator, kelas/semester, materi,
indikator soal, dan bentuk soal. Syarat spesifikasi tes yang baik: (a)
mewakili isi kurikulum yang akan diujikan, (b) komponennya rinci, jelas
dan mudah dipahami, dan (c) soal-soalnya dapat dibutkan sesuai dengan
indikator dan bentuk soal yang ditetapkan. Bila disajikan dalam bentuk
tabel, salah satu bentuk spesifikasi tes seperti terlihat pada Tabel 2.2

9
Tebel 2.4 Contoh Spesifikasi (kisi-kisi) Butir Tes untuk Matematika SMA

No Kompetensi Hasil belajar/ K Materi Indikator soal


dasar Indikator e
l
a
s
/
S
e
m
e
s
t
e
r
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. Menggunakan Mengubah X/1 Eksponen Diberikan
sifat dan aturan bentuk pangkat dan bentuk
pangkat, akar, negatif ke Logaritma logaritma,
dan logaritma pangkat positif selanjutnya
dan sebaliknya siswa mengubah
bentuknya ke
bentuk
eksponen.

c. Memilih Jenis Tes yang Akan Digunakan.

Keputusan penting lainnya adalah jenis item atau tugas apa yang akan
digunakan dalam tes. Keputusan ini tentu berkaita dengan perilaku yang akan
diukur. Semakin tinggi atau kompeks perilaku yang diukur, semakon kompleks
dan beragam pula jemis tes yang akan digunakan
Ada tujuan atau kompetensi yang lebih tapat diukur atau ditanyakan
dengan menggunakan tes tertulis bentuk pilihan ganda da nada pula tujuan
kompetensi yang lebih tepat diukur dengan menggunakan tes tertulis bentuk
uraian. Bentuk tes pilihan ganda maupun uraian memiliki kelebihan dan
kelemahan satu sama lain. Tidak menutup kemungkinan pula, ada tujuan atau
kompetensi yang tidak bias diukur dengan tes tertulis, tetappi perlu digunakan
akal ukur nontes
Dalam konteks tes, terdapat beragam jenis pendekatan untuk
mengklasifikasi tes yang dapat digunsksn mengukur kemampuan siswa sebagai
contoh, pengklasifikasian tes ke dalam tes objektif dan tes subjketif.
Pengelompokan ini biasanya merujuk kepada bagimana butir tes diskor.

10
Walauoun pengelompokan tes subjektif ini sangar bermanfaat, namun masuh
menimbulkan kebingungan. Mealnya, tes dengan jawaban pendek temasuk tes
objektif atau subjektif?
Berdasarkan kenyataan ini, terdapat model lain dalam mengklasifikasi
jenis tes, yakni butir soal dengan pilihan jawaban dan butir soal dengan kontruksi
jawaban. Pada tes jenis pertama, siswa memilih jawaban uang panling tepat dari
pilihan jawaban yang disediakan. Jenis tes yang termasuk dalam kelompok ini
antara lain tes pilihan ganda, benar-salah, dana menjodohkan. Sementara itu, pasa
tes jenis kedua, siswa diminta menyususn atau mengkonstruksi suatu jawaban
yang diinginkan oleh soal. Jenis tes yang termasuk dalam kelompok ini antara lain
tes dengan jawwaban singkat atau pendek, tes isian dan tes uraian.

3. Bentuk dan Pengembangan Tes

Bentuk tes yang digunakan di satuan pendidikan dapat dikategorikan


menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes nonobjektif. Tes nonobjektif
juga sering disebut dengan tes bentuk esai atau uraian. Objektif di dini
dilihat dari cara penskorannya, siapa saja yang memeriksa lembar jawaban
akan menghasilkan skor yang sama. Tes yang nonobjektif adalah penilaian
yang cara penskorannya dipengaruhi oleh pemberi skor. Dengan kata lain,
apat dikatakan bahwa tes yang objektif adalah yang sistem penskorannya
objektif, sedangkan tes nonobjektif sistem penskorannya dipengaruhi
subjektivitas pemberi skor.

Bentuk tes objekif yang sering digunakan adalah bentuk pilihan


ganda, benar salah, menjodohkan, dan uraian objektif. Tes uraian dapat
dibedakan uraian objektif dan uraian nonobjekif. Tes uraian yang objektif
sering digunakan pada bidang sains dan teknologi atau bidang sosial yang
jawabannya sudah pasti, dan hanya satu jawaban yang benar. Tes uraian
nonobjektif sering digunakan pada ilmu-ilmu sosial, yaitu yang
jawabannya luas dan tidak hanya satu jawaban yang benar, tergantung
argumentasi peserta tes.

4. Teknik penyusunan tes

Ada delapan langkah yang harus ditempuh dalam menyusun tes hasil
belajar yang baku seperti berikut ini.

1) Menyusun spesifikasi tes


2) Menulis tes
3) Metelaah tes
4) Melakukan uji coba tes

11
5) Menganalisis butir tes.
6) Memperbaiki tes.
7) Merakit tes.
8) Melaksanakan tes.
9) Menafsirkan hasil tes.

1) Menyusun spesifikasi tes.

Langkah awal dalam mengembangkan tes adalah menetapkan spesifikasi tes


atau blue print test, yaitu yang berisi uraian yang menunjukkan keseluruhan
karakteristik yang harus dimiliki oleh suatu tes. Spesifikasi yang jelas akan
mempermuda dalam menulis soal, dan siapa saja yang menulis soal akan
menghasilkan tingkat kesulitan yang relatif sama. Prosedur penyusunan
spesifikasi tes adalah sebagai berikut.

a. Menentukan tujuan tes,


b. Menyusun kisi-kisi tes,
c. Menentukan bentuk tes,
d. Menentukan panjang tes.

a. Menentukan tujuan tes

Tujuan tes yang penting adalah untuk:

1) mengetahui tingkat kemampuan peserta didik,


2) mengukur pertumbuhan & perkembangan peserta didik,
3) mendiagnosis kesulitan belajar pesert didik,
4) mengetahui hasil pembelajaran,
5) mengetahui pencapaian kurikulum,
6) mendorong peserta didik belajar, dan
7) mendorong peserta didik melaksanakan pembelajaran yang lebih baik.

Seringkali tes digunakan untuk beberapa tujuan, namun tidak akan


memiliki keefektifan yang sama untuk semua tujuan.

Ditinjau dati tujuannya, ada empat macam tes yang banyak


digunakan di lembaga pendidikan, yaitu:

(a) tes penempatan,


(b) tes diagnostik,
(c) tes formatif, dan
(d) tas sumatif.

12
Pengujian berbasis kompetensi pada umumnya menggunakan tes
diagnostik, formatif, dan sumatif.

Tes penempatan dilaksanakan pada awal pembelajaran. Tes ini


berguna untuk mengetahui tingkat kemampuan yang telah dimiliki peserta
didik. Untuk mempelajari suatu bidang studi dibutuhkan pengetahuan
pendukung. Pengetahuan pendukung ini diketahui dengan menelaah hasil
tes penempatan. Apakah seseorang perlu matrikulasi, tambahan pelajaran
atau tidak, ditentukan dari hasil tes ini.

Tes diagnostik berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi


peserta didik, termasuk kesalahan pemahaman konsep untuk mata pelajaran
tertentu. Tes diagnostik ini dilakukan apabila diperoleh informasi bahwa sebagian
besar peserta didik gagal dalam mengikuti proses pembelajaran untuk pelajaran
tertentu. Hasil tes ini memberikan informasi tentang konsep-konsep yang belum
dipahami dan telah dipahami, termasuk kesalahan konsep. Oleh karena itu, tes ini
mengandung materi yang dirasa sulit untuk peserta didik, namun tingkat kesulitan
tes ini cenderung rendah.

Tes formatif bertujuan untuk memperoleh masukan tentang tingkat


keberhasilan pelaksanaan proses pembelajaran. Masukan ini berguna untuk
memperbaiki strategi pembelajaran. Tes ini dilakukan secar aperiodik sepanjang
semester. Materi tes dipilih berdasarkan tujuan pembelajaran atau standar
kompetensi tiap pokok bahasan dan sub pokok bahasan. Jadi, tes ini sebanarnya
bukan untuk menentukan keberhasilan belajar saja, tetapi untuk mengetahui
keberhasilan proses pembelajaran.

Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran, atau akhir semester. Hasilnya
untukmenentukan keberhasilan belajar peserta didik pada pelajaran tertentu.
Tingkat keberhasilan ini dinyatakan dengan skor atau nilai, pemberian sertifikat,
dan sejenisnya. Tingkat kesukaran soal pada tes sumatif bervariasi, sedang
materinya harus mewakili bahan yang telah diajarkan. Hasil tes bisa ditafsirkan
sebagai keberhasilan belajar dan atau keberhasilan melaksanakan pembelajaran.
Pesrta didik yang berhasil dinyatakan lulus dan yang belum berhasil dinyatakan
tidak lulus.

b. Menyususun kisi-kisi

Kisi-kisi merupakan tabel matrik yang berisi spesifikasi soal-soal


yang akan dibuat. Kisi-kisi ini merupakan acuan bagi penulis soal,
sehingga siapapun yang menulis soal akan menghasilkan soal yang isi dan
tingkat kesulitannya relatif sama. Matrik kisi-kisi soal terdiri dari dua

13
jalur, yaitu kolom dan baris. Kolom menyatakan standar kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, bentuk tes, dan banyak soal. Standar
kompetensi dan kompetensi dasar diambil dari kurikulum, sedangkn
indikator dikembngkn oleh guru.

Ada tiga langkah dalam mengembangkan kisi-kisi tes, yaitu:

1) Menulis standar kompetensi


2) Menuliskan kompetensi dasar
3) Menentukan indikator
4) Menentukan jumlah soal tiap indikator.

Semua standar kompetensi mata pelajaran dan kompetensi dasar


yang telah diajarkan diujikan. Kriteria yang digunakan dalam memilih
kompetensi dasar adalah:

1) Sering digunakan,
2) Memiliki nilai terapan,
3) Digunakan pada mata pelajaran lain,
4) Terdapat pada buku teks mata pelajaran.

Penentuan indikator-indikator mengacu pada kompetensi dasar, dan menggunakan


kata kerja yang dapat diukur.

Jumlah soal tiap kompetensi dasar bergantung pada tingkat


kompleksitas, dan luasan cakupan. Kompetensi dasar yang komplek
memerlukan butir soal yang lebih banyak dibanding kompetensi dasar
yang tidak komplek. Tiap kompetensi dasar diuraikan menjadi sejumlah
indikator. Indikator adalah ciri-ciri peserta didik menguasai kompetensi
dasar dan menggunakan kata kerja operasional, yaitu yang bisa diukur.

Tabel 2.5. contoh kisi-kisi ujian.

Nama sekolah : ..............................................................................................

Kelas : ..............................................................................................

Mata Pelajaran : ..............................................................................................

Standar Kompetensi : ..............................................................................................

No Kompetensi Dasar Indikator Bentuk Jumlah


Soal Soal
1. Menggunakan Menjumlahkan bilangan Uraian 1
bilangan pecahan pecahan

14
2. Mengrangi bilangan pecahan Uraian 1
3. Penerapan perhitungan Uraian 1
bilangan pecahan dalam
lapangan
4.

Tabel 2.6. contoh kisi-kisi soal TIMSS


Asesmen Matematika

Dim
Penget. Penyel.
ensi Pengetahuan
fakta dan Masalah Penalaran
No Kognitif konsep
prosedur rutin
Dimensi Isi
1. Bilangan
2. Aljabar
3. Pengukuran
4. Geometri
5. Data
TIMSS = Trend International Mathematics and Science Study

Tabel 2.7 Asesmen Sains

No Dim Penget. Pengetahuan Penyel. Penalaran


ensi fakta dan konsep Masalah
Kognitif prosedur rutin
Dimensi Isi
1. Sain kehidupan
2. Kimia
3. Fisika
4. Ilmu bumi
5. Ilmu lingkungan

c. Menentukan bentuk tes

Pemilihan bentuk tes yang tepat ditentukan oleh tujuan tes, jumlah
peserta tes, waktu yang disediakan untuk memeriksa lembar jawana tes,
cakupan materi tes, dan karakteristik mata pelajaran yang diujikan. Bentuk
tes objektif pilihan sangat tepat digunakan bila jumlah peserta tes banyak.
Kelebihan tes objektif bentuk pilihan adalah lembar jawaban dapat
diperiksa dengan komputer, sehingga objektivitas penskoran dapat
dijamin. Namun membuat tes objektif yang baik tidak mudah.

15
Bentuk tes uraian objektif sering digunakan pada mata pelajaran
yang batasannya jelas, misalnya mata pelajaran fisika, matematika, kimia,
biologi, dan sebagainya. Soal pada tes ini jawabannya hanya satu, mulai
dari memilih rumus yang tepat, memasukkan angka dalam rumus,
menghitung hasil, dan enafsirkan hasilnya. Pada tes bentuk bentuk uraian
objektif ini, sistm penskoran dapat dibuat dengan jelas dan rinci.

d. Menentukan panjang tes

Panjang tes mencakup lama pengerjaan soal tes dan jumlah butir soal.
Jumlah butir ditentukan oleh waktu yang tersedia untuk mengerjakan
ujian. Waktu yang disediakan berdasarkan tingkat perkembangan peserta
didik dan jenjang pendidikan. Untuksekolah dasar, waktu yang disediakan
umumnya 2 x 45 menit, yaitu 90 menit. Untuk sekolah menengah waktu
yang sediakan juga sekitar 90 menit atau 120 menit. Untuk pelajaran
paktek waktu yang disediakan lebih lama dibanding dengan ujian teori.

Setelah waktu yang disediakan ditentukan, selanjutnya dipilih


bentuk tes. Waktu yang diperlukan untuk mengerjakan tiap butir tes
berbentuk pilihan ganda ditentukan oleh tingkat kesulitan soal. Waktu
yang diperlukan tiap mengerjakan butir soal brnyuk pilihan ganda dengan
ingkat kesulitan sedang adalah 2 menit, dan untuk yang mudah adalah 1
menit, dan untuk kategori sulit adalah 2 menit. Pabila waktu yang tersedia
adalah 90 menit, maka jumlah soal butir yang diperlukan adalah 90 butir
soal untuk tingkat kesulitan kategori mudah, dan 45 butir untuk kategori
menengah, dan 120 menit untuk kategori tinggi adalah 30 butir soal.

Untuk tes bentuk uraian objektif, waktu yang diperlukan untuk


mengerjakan adalah 120 menit. Jumlah butir soal ujian yang diperlukan
tergantung pada tingkat kesulitan butir soal. Untuk menentukan jumlah
butir soal ynag tepat adalah melakukan ujicoba tes. Pada saat uji coba,
peserta didik menulis pada lembar jawaban ketika ia selesai mengerjakan.
Untuk peserta didik jumlah butir soal bentuk uraian adalah berdasarkan
data ujicoba, yaitu batas 90% pesrta didik mengerjakan selesai.

Jumlah butir soal uraian sebaiknya banyak, agar mencakup sebagian


besar materi yang diajarkan. Dengan demikian persyaratan validitas isi tes
dapat dipenuhi. Jumlah butir yang lebih banyak lebih baik dibanding
jumlah soal yang sedikit walau mendalam.

2) Menulis tes

16
a. Tes lisan di kelas

Pertanyaan lisan dapat digunakan untuk mengetahui daya serap


peserta didik untuk masalah yang berkaitan dengan kognitif yang baru
diajarkan. Pertanyaan bisa diajukan di awal pembelajaran, yaitu mengenai
konsep atau aplikasi pelajaran yang lalu. Pertanyaan lisan yang diajukan
ke kelas harus jelas, dan semua peserta didik harus diberi kesempatan yang
sama. Dalam melakukan pertanyaan di kela sprinsipnya adalah
mengajukan pertanyaan, memberi waktu untuk berpikir,
kemudianmenunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan. Benar atau
salah jawaban peserta didik, sebaiknya jawaban tersebut ditawarkan lagi
ke kelas untuk mengaktifkan kelas. Tingkat berpikir untuk pertanyaan
lisan di kelas bisa rendah sampai tinggi. Pertanyaan lisan memiliki
kebaikan, yitu melatih peserta didik dalam berkomunikasi secara lisan.

b. Tes bentuk benar atau salah

Bentuk soal benar-salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya berupa


pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang
benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah. Pada umumnya
bentuk soal benar-salah dapat diapakai untuk mengukur pengetahuan
siswa tentang fakta, defenisi, dan prinsip.

Contoh:

(B) — S 1. Salah satu penyelesain persamaan linear 4x-3 = 1 adalah x = 0

B) — S 2. 1,2,3, termasuk bilangan bulat.

Tes bentuk benar-salah terdiri dari suatu pertanyaan yang harus


dijawab benar atau salah. Bentuk tes ini singkat sehingga bisa mencakup
banyak materi yang akan diajukan. Keunggulan yang lain, tes ini relatif
mudah membuatnya dan mudah dalam penskorannya. Kelemahan dari tes
ini adalah kecenderungan pada pertanyaan hafalan dan pemahaman saja
dan peluang dugaan. Rasional penggunaan tes ini adalah (Ebel, 1979)
adalah sebagai berikut:

1) Esensi pencapaian tujuan pendidika dapat dinyatakan dalam bentuk


pengetahuan verbal.
2) Semua bentuk pengetahuan verbal dapat dinyatakan dengan proposisi.
3) Sustu proposisi adalah suatu pernyataan yang dapat dinyatkan benar atau
salah.

17
4) Tingkat pengetahuan seseorang dalam bidang tertentu dapat dilihat dari
respons terhadap suatu proposisi.

Variasi bentuk soal benar-salah


a) Tipe pernyataan benar-salah tanpa koreksi
Contoh:

(B) — S 1. Penyanyi malaria dijangkitkan oleh nyamuk Anopholes.

B — (S) 2. Bila makanan dibekukan, bakteri yang ada di dalamnya akan


mati.

b) Tipe pernyataan benar-salah dengan koreksi


Contoh:

Petunjuk:

Bacalah setiap pernyataan berikut. Jika pernyataan itu benar lingkari huruf
B. Jika pernyataan itu salah lingkari huruf S, dan ubalah kata yang digaris
bawahi dengan kata yang benar, dantulislah kata tersebut pada ruang
kososng yang disediakan.

B—(S) (elektron) 1. Penyanyi malaria dijangkitkan oleh nyamuk


Anopholes.

(B) — S . . ...... ........ 2. Provinsi di jawa yang terpadat penduduknya adalah


Jawa Timur.

c) Tipe pernyataan benar-salah berumpun


Contoh:

Manakah dari penyakit-penyakit berikut yang disebabkan oleh virus.

(B) — S 1. Cacar air.

B — (S) 2. Radang tenggorokan.

(B) — S 3. Influenza

B — (S) 4. Malaria

B — (S) 5. Campak

18
B — (S) 6. TBC

Kebaikan bentuk soal benar-salah

a) Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cepat dan objektif.


b) Soal dapat disusun dengan mudah.
Kelemahan bentuk soal benar-salah

a) Kemungkinan menebak dengan benar jawaban setiap soal adalah 50%.


b) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi karena
hanya menuntut daya ingat dan pengenalan kembali.
c) Banyak masalah yang tidak dapat dinyatakan hany adengan dua
kemungkinan (benar atau salah)
Pedoman menulis tes benar salah adalah sebagai berikut:

1) Tes mengukur ide atau konsep yang penting.


2) Tes mengukur paling tidak tentang pemahaman.
3) Jawaban benar tidak mudah ditebak.
4) Kalimat yang digunakan jelas.
5) Tidak menggunakan proposisi dari buku.
6) Panjang kalimat untuk jawaban benar atau salah usahakan sama.

Contoh:

1) Tekanan udara di daerah pegunugan lebih rendah daripada di pantai.


2) Pada waktu bulan purnama terjadi pasang air laut, air laut melimpah ke
daratan.
3) Jumlah sudut empat persegi panjang adalah 360 derajat.

c. Bentuk menjodohkan

Bentuk tes menjodohkan terdiri dari sejumlah premis dan sejumlah


respons. Bentuk tes ini sering digunakan untuk mengukur pengetahuan
tentang fakta seperti arti suatu istilah, simbol kimia, dan sejenisnya. Oleh
karena itu, bentuk tes ini cenderung mengukur tentang hafalan dan
pemahaman saja. Pedoman untuk mebuat tes bentuk menjodohkan adalah
sebagai berikut:

1) Pernyataan atau premis harus homogen


2) Pernyataan dan respons singkat.
3) Jumlah respons lebih banyak dari pernyataan.
4) Pernyataan respons diurutkan menurut alfabet.

19
5) Jawaban dapat digunakan lebih dari satu kali.

Tabel 2.1 contoh tes menjodohkan.

No pertanyaan No jawaban
1. Besar sudut lurus 1 Sama dengan
2. Rumus luas segitiga 2 3
3. Jumlah sisi lingkaran 3 Tidaka ada
4. Contoh bangun ruang dalam 4 180
kehidupan sehari hari
5. Bilangan yang bias dinyatakan 5 Lingkaran
dalam bentuk a/b
6. Berapa nilai x jika terdapat 6 Bola
persamaan 2x+5=3x+2
7. Terdiri dari titik titik yang 7 ½ x alasx tinggi
memiliki jarak yang sama
terhadap suatu titik pusat
Peserta didik diiminta mengisi huruf pada pernyataan 2 sesuai
dengan pasangan yang sesuai pada pertanyaan 1.

Kebaikan bentuk soal menjodohkan

a) Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif.


b) Tepat digunakan untuk mengukur kemampun bagaiamana
mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan.
c) Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau subpokok bahasan
yang lebih luas.
Kelemahan bentuk soal benar-salah

a) Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan.
b) Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-
hal yang berhubungan

d. bentuk pilihan ganda

Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban
yang benar atau paling tepat. Dilihat dari strukturnya, soal pilihan ganda
terdiri atas:

- Stem - pertanyaan atau pernyataan yang berisi permasalahan yang akan


ditanyakan
- Option - sejumlah pilihan atau alternatif jawaban
- Kunci - jawaban yang benar atau paling tepat
- Distractor - jawaban-jawaban lain selain kunci jawaban

20
(pengecoh)

Contoh:

1. Sebuah bola tenis dijatuhkan ke lantai dari suatu gedung yang tingginya 2
meter. Setiap kali bola itu memantul akan mencapai tinggi tiga perempat
dari tinggi yang dicapai sebelumnya. Panjang lintasan yang dilalui bola
tersebut hingga berhenti memantul adalah . . . .

a. 10 m d. 13 m
b. 11 m e. 14 m
c. 12 m

Variasi bentuk soal pilihan ganda

Selain bentuk soal pilihan ganda biasa terdapat model bentuk pilihan
ganda lainnya, yaitu bentuksoal hubungan antarhal (HAH) dan bentuk soal
pilihan ganda kompleks (PGK). Pada kedu bentuk soal itu masing-masing
pilihan jawabannya ditetapkan dan berfungsi sebagai petunjuk jawaban
soal.

Pada bentuk soal hubungan antarhal, siswa dituntut untuk


mengidentifikasi hubungan sebab-akibat antara pernyataan pertama (yang
merupakan akibat) dan pertanyaan kedua (yang merupakan sebab). Kedua
pernyataan (pertama dan kedua) dihubungkan dengan kata “sebab”. Kedua
pernyataan itu dapat benar, salah, atau dapat juga pernyataan yang satu
benar dan yang lainnya salah. Apabila kedua pernyataan itu benar, yang
perlu diperhatikan adalah apakah kedua pernyataan itu mempunyai
hubingan sebab-kibat.

Contoh:

Petunjuk:

Untuk soal berikut pilihlah:

a Jika pernyataan pertama betul, pernyataan kedua betul, dan keduanya


mempunyai hubungan sebab-akibat.
b Jikapernyataan pertama betul, pernyataan kedua betul, tetapi keduanya
tidak mempunyai hubungan sebab-akibat.
c Jika salah satu dari kedua pernyataan salah.
d Jika kedua pernytaan salah.
Soal:

21
Transmigrasi sangat penting perananya dalam pelaksanaan pembangunan

Sebab

Transmigrasi dapat menunjang pemerataan pelaksanaan pembangunan. (kunci: a).

Bentuk pilihan ganda kompleks hampir sama dengan bentuk pilihan ganda biasa,
hanya cara menjawabnya lebih kompleks.

Contoh:

Petunjuk:

Untuk soal berikut pilihlah:

a Jika hanya (1), (2), dan (3) betul.


b Jika hanya (1) dan (3) betul.
c Jika hanya (3) dan (4) betul.
d Jika hanya (4) betul.
Soal:

Medan magnet dapat ditimbulkan oleh . . . . .

(1) Muatan listrik yang bergerak.


(2) Konduktor yang dialiri arus searah.
(3) Konduktor yang dialiri arus bolak balik.
(4) Muatan listrik yang tidak bergerak.
Kunci: a (1, 2, dan 3 betul).

Kebaikan bentuk soal pilihan ganda

a) Materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan


pengajaran yang telah diberikan
b) Jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat dengan
menggunakan kinci jawaban.
c) Jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga
penilaiannya bersifat objektif.
Kelemahan bentuk soal pilihan ganda

a) Kemungkinan untuk melakukan tebakan jawaban masih cukup besar.


b) Proses berpikir siswa tidak dapat dilihat dengan nyata.
Kaidah dan contoh penulisan soal pilihan ganda

22
a) Pokok soal (stem) yang merupakan permasalahan harus dirumuskan dengan
jelas.
Contoh soal yang kurang baik:
Salah satu provinsi si Sumatera . . . . .
a. Merupakan penghasil karet terbesar di Indonesia.
b. Berpenduduk paling padat di Sumatera.
c. Mempunyai kebudayaan yang tinggi nilainya.
d. Masih mempertahankan adat istiadat dengan kuat.
Contoh soal yang lebih baik:

Provinsi di sumatera yang terpadat penduduknya adalah . . . . .

a. Sumatera Utara
b. Sumatera Barat
c. Jambi
d. Sumatera Selatan
Kunci: a.

b) Pokok soal (stem) yang merupakan permasalahan harus dirumuskan dengan


jelas.
Contoh soal yang kurang baik:
Pakta Warso dipelopori oleh Rusia, sedangkan NATO dan SEATO dipelopori
oleh amerika serikat. Akan tetapi, Indonesia tidak ikut menjadi anggota
kedua-duanya. Tindakan ini sesuai dengan . . . .
a. Dasasila bandung
b. Pancasila dan UUD 1945
c. Politik luar negeri bebas-aktif.
d. Piagam PBB.
Contoh soal yang lebih baik:

Tindakan Indonesia tidak ikut menjadi anggota Pakta Warsawa maupun


NATO/SEATO sesuai dengan . . .

a. Dasasila bandung
b. Pancasila dan UUD 1945
c. Politik luar negeri bebas-aktif.
d. Piagam PBB.
Kunci: c

c) Untuk setiap soal hanya ada satu jawaban yang benar atau yang paling benar.

23
Contoh soal yang kurang baik:

Dari kata-kata di bawah ini yang penulisannya baik adalah . . .

a. anggota
b. senin
c. nopember
d. prangko
contoh soal yang lebih baik:

dari kata-kata di bawah ini yang penulisannya betul adalah . . . .

a. anggota
b. senin
c. nopember
d. prangko
kunci : a

d) pada pokok soal (stem) sedapat mungkin dicegah perumusan pernyataan yang
bersifat negatif.
Contoh soal yang kurang baik:
Pada semua tumbuhan yang berhijau daun, fotosintesis tidak akan terjadi
tanpa . . .
a. udara, tanah, dan air.
b. Cahaya, udara, dan air.
c. Tanah, cahaya, dan udara.
d. Air, tanah, dan cahaya.
Kunci: b

Contoh soal yang lebih baik:

Pada semua tumbuhan yang berhijau daun, fotosintesis akan terjadi apabila
terdapat . . .

a. udara, tanah, dan air.


b. Cahaya, udara, dan air.
c. Tanah, cahaya, dan udara.
d. Air, tanah, dan cahaya.
Kunci: b

e) Alternatif jawaban (option) harus logis dan pengecoh harus berfungsi.

24
Contoh soal yang kurang baik:

Untuk menarik simpati bangsa Indonesia, Jepang membentuk BPUPKI yang


diketuai oleh . . . .

a. Rd. Saleh.
b. dr. Soetomo.
c. Chairil Anwar.
d. dr. Radjiman W.
Contoh soal yang lebih baik:

Untuk menarik simpati bangsa Indonesia, Jepang membentuk BPUPUKI yang


diketuai oleh . . .

a. Ir. Soekarno.
b. Mr. Moh. Yamin.
c. Mr. Soepomo.
d. dr. Radjiman W.
Kunci: d.

f) Usahakan agar tidak ada “ petunjuk untuk jawaban benar.


Contoh soal yang kurang baik:

Dalam naskah Sumpa Pemuda telah tercantum bahwa bahasa Indonesia adalah
Bahasa Persatuan. Mengapa dasar pertimbangan ini diambil?

a. Agar tercipta persatuan dan kesatuan.


b. Terciptanya saling pengertian dalam perjuangan.
c. Banyaknya bahasa daerah yang ada di nusantar.
d. Merupakan hasil budaya.
Kunci: a

Contoh soal yang lebih baik:

Salah satu tujuan diselenggarakan Kongres Pemuda II tanggal 26-28 oktober


1928 di jakarta adalah . . .

a. Mengangkat derejat bangsa Indonesia.


b. Memilih kader-kader pemimpin bangsa.
c. Memperkokoh paham persatuan dan kesatuan.
d. Mempropaganda cita-cita Indonesia merdeka.

25
Kunci: c.

g) Usahakan agar tidak menggunakan option yang berbunyi “semua jawaban di


atas salah” atau “semua jawaban di atas benar” .
Contoh soal yang kurang baik:

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di Indonesia adalah . . .

a. Kelahiran.
b. Kematian.
c. Imigrasi.
d. Semua jawaban di atas benar.
Kunci: d.

Contoh soal yang lebih baik:

Faktor yang langsung mempengaruhi pertumbuhan penduduk di Indonesia


adalah . . .

a. Transmigrasi.
b. Pendidikan.
c. Kelahiran.
d. Kemakmuran.
h) Usahakan agar option homogen, baik dari segi isi maupun dari segi struktur
kalimat.
Contoh soal yang kurang baik:

Berikut ini adalah pernyataan mengenai air. Pilihlah satu pernyataan yang
benar!

a. Air adalah hasil senyawa antara oksigen dan nitrogen.


b. Titik didih air adalah 212oC.
c. Berat jenis air adalah 1.
d. Titik beku air adalah 11oC.
Kunci: c.

Contoh soal yang lebih baik:

Syarat utama air minum adalah . . .

a. Bersih dan tidak beracun.


b. Jernih dan suhunya sesuai.

26
c. Jernih dan tawar.
d. Suhunya sesuai dan tawar.
Kunci: a.

i) Apabila option berbentuk angka, susunlah secara berurutan dari angka


terkecil ke angka terbesar atau sebaliknya.
Contoh soal yang kurang baik:

Luas daerah suatu bangun ditentukan dengan rumus 4ab-2b2. Apabila a = 10


cm dan b = 4 cm, maka luas daerah bangun itu adalah . . . .

a. 126 cm2.
b. 118 cm2.
c. 116 cm2.
d. 128 cm2.
Kunci: d.

Contoh soal yang lebih baik:

Luas daerah suatu bangun ditentukan dengan rumus 4ab-2b2. Apabila a = 10


cm dan b = 4 cm, maka luas daerah bangun itu adalah . . . .

a. 116 cm2.
b. 118 cm2.
c. 126 cm2.
d. 128 cm2.
Kunci: d.

pada tes berbentuk pilihan ganda memiliki stem dan pilihan


jawaban/option. Stem adalah pernyataan berupa informasi di awal soal.
Pedoman utama dalam pembuatan butir soal bentuk pilihan ganda (Ebel,
1977) adalah sebagai berikut.

1) Pokok soal harus jelas


2) Pilihan jawaban homogen dalam arti isi.
3) Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama.
4) Tidak ada petunjuk jawaban benar.
5) Hindari penggunaan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah.
6) Pililah jawaban angka yang diurutkan.
7) Semua pilihan jawaban logis.
8) Jangan menggunakan negatif ganda.

27
9) Kalimat yang digunkakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes.
10) Bahasa indonesia yang digunakan baku.
11) Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.

Selain itu pada tes bentuk pilihan ganda, semua pilihan pengecoh
harus memiliki rasional. Contohnya adalah sebagai berikut.

Soal: 1/2 + 1/3 = . . . .

A. 1/6
B. 2/6
C. 2/5
D. 5/6

Semua pilihan jawaban ada rasionalnya, dan jawaban angka


diurutkan. Kebaikan tes bentuk pilihan ganda adalah:

a) Bisa mengukur tingkat berpikir rendah sampai tinggi,


b) Cakupan materi tes bisa banyak,
c) Penskoran objektif, bisa menggunakan komputer.

Kelemahan bentuk tes pilihan ganda adalah :

a) Sulit membuat untuk mengukur level berpikir tinggi,


b) Ada faktor dugaan,
c) Kemungkinan kerja sama antar peserta tes besar.

Contoh soal pilihan ganda.

1) Dalam waktu yang sama, Budi mampu berlari 4 kali mengelilingi lapangan
sedangkan Wati hanya mampu berlari 3 kali putaran. Bila Wati berlari 12 kali
putaran, berapa putaran Budi telah berlari?
a) 9
b) 11
c) 13
d) 16
e. Bentuk uraian ojektif

Bentuk soal uraian objektif sangat digunakan untuk bidang


matematika dan IPA, karena unci jawabannya hanya satu. Pengerjaan soal
ini melalui suatu prosedur atau langkah-langkah tertentu. Setiap langkah
ada skornya. Objektif di sisni dalam arti apabila diperiksa oleh beberapa
pendidik dalam bidang studi tersebut hasil penskorannya akan sama.

28
Pertanyaan pada bentuk soal ini diantaranya adalah: hitunglah, tafsirkan,
buat kesimpulan, dan sebagainya.

Contoh:

Sebuah mobil A bergerak dengan kecepatan 60 km perjam dari kota


X, sedang mobil B bergerak dengan kecepatan 50 km perjam. Apabila titik
awal bergerak sama, pada jam berapa mobil A dan mobil B bertemu?

f. Bentuk uraian non-obejektif

Bentuk uraian non-objektif karena penilaian yang dilakukan


cenderung dipengaruhi subjektivitas dari penilai. Bentuk tes inin menuntut
kemampuan peserta didik untuk menyampaikan, memilih, menyusun, dan
memadukan gagasan atau ide yang telah dimilikinya dengan menggunkan
kata-katanya sendir. Keunggulan bentuk tes ini dapat mengukur tingkat
berpikir dari yang rendah sampai yang tinggi, yaitu mulai dari hafalan
sampai dengan evaluasi. Namun demikian, sebaiknya hindarkan
pertanyaan yang mengungkap hafalan seperti dengan pertanyaan yang
dimulai dengankata: apa, siapa, dimana.

Selain itu bentuk ini relatif mudah membuatnya. Kelemahan dari


bentuk tes ini adalah :

1) Penskoran sering dipengaruhi oleh subjektivitas penilai,


2) Memerlukan waktu yang lama untuk memeriksa lembar jawaban,
3) Cakupan materi yang diujikan sangat terbatas, dan
4) Adanya efek bluffing.

Untuk menghindari kelemahan tersebut cara yang ditempuh adalah:

1) Jawaban tiap soal tidak panjang, sehingga bisa mencakup materi yang
banyak,
2) Tidak melihat nama peserta ujian,
3) Memeriksa tiap butir secera keseluruhan tanpa istirahat, dan
4) Menyiapkan pedoman penskoran.

Langkah membuat tes ini adalah sebagai berikut:

1) Menulis soal berdasarkan kisi-kisi pada indikator.


2) Mengedit pertanyaan:
Apakah pertanyaan mudah dimengerti?
Apakah data yang digunkan benar?
Apa tat letak keseluruhan baik?

29
Apakah pembererian bobot skor sudah tepat?
Apakah kunci jawaban sudah benr?
Apakah waktu untuk mengerjakan tes cukup?

Kaidah penulisan soal bentuk uraian non-objektif:

1) Gunakan kata-kata : mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan,


hitunglah, buktikan.
2) Hindari pmenggunakan pertanyaan : siapa, apa, bila.
3) Menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
4) Hindari penggunaan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda.
5) Buat petunjuk mengerjakan soal.
6) Buat kunci jawaban.
7) Buat pedoman penskoran.

Penskoran bentuk tes ini bisa dilakukan secara analitik atau global.
Analitik berarti penskoran dilakukan bertahap sesuai kunci jawaban,
sedang yang global dibaca secara keseluruhan untuk mengetahui ide pokok
dari jawaban soal kemudian diberi skor.

g. Bentuk jawaban singkat

Bentuk soal jawaban singkat merupakan bentuk soal yang


meghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol
dan jawabannya hanya dapat dinilai benar atau salah. Bentuk jawaban
singkat ditandai dengan adanya tempat kosong yang disediakan bagi
pengambiltes untuk menuliskan jawabannya sesuai dengan petunjuk. Ada
tiga jenis soal bentuk ini, yaitu: jenis pertanyaan, jenis melengkapi atau
isian, dan jenis identifikasi atau asosiasi.

Tes bentuk soal jawaban singkat cocok untuk mengukur pengetahuan


yang berhubungan dengan istilah terminologi, fakta, prinsip, metode,
prosedur, dan penafsiran data yang sederhana.

Contoh:

Pengetahuan tentang istilah

Sikap untuk memperoleh keuntungan semaksimal mungkin dengan


pengorbanan yang sekecil-kecilnya disebut prinsip . . . . (ekonomi)

Pengetahuan tentang fakta

30
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dipilih setiap
.....tahun. (5 tahun)

Pengetahuan tentang prinsip:

Jika temperatur gas dalam keadaan tetap, sementara tekanan dinaikkan,


apakah yang akan terjadi dengan volumenya ? (volume akan berkurang)

Pengetahuan tentang metode atau prosedur:

Alat apakah yang digunakan untuk mendeteksi arus listrik positif dan
negatif? (elekstroskop)

Pengetahuan tentang penafsiran data yang sederhana:

Jika sebuah pesawat terbang ke arah barat laut dan membelok 180o ,
menuju ke arah manakah pesawat terbangitu? (tenggara)

1) Kebaikan bentuk soal jawaban singkat


a) Menyusun soalnya relatif mudah.
b) Kecilkemungkinan siswa memberi jawaban dengan cara menebak.
c) Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat.
d) Hasil penilaiannya cukup objektif.
2) Kelemahan bentuk soal jawaban singkat
a) Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi.
b) Memerlukan waktu yang agak lama unutk menilainya sekalipun tidak
selama bentuk uraian.
c) Menyulitkanpemeriksa apabila jawaban sisw amembingungkan
pemeriksa.
Kaidah-kaidah utama penyusunan soal bentuk ini adalah sebagai berikut:

1) Soal harus sesuai dengan indikator.


2) Jawaban yang benar hanya satu.
Contoh:
 Kurang baik : Abraham Lincoln dilahirkan pada . . . .
 Baik : Abraham Lincoln dilahikan pada tahun . . . .
3) Rumusan kalimat soal harus komunikatif.
4) Butir soal menggunakan behasa indonesia yang baik dan benar.
5) Tidak mnggunakan bahasa lokal.
6) Tidak mengambil atau menggunakn pernyataan yang langsung diambil
dari buku

h. Unjuk kerja/performans

31
Penilaian unjuk kerja sering disebut dengan penilaian autentik atau
penilaian alternatif yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan
peserta didik dalam menyelesaikan masalah-masalah di kehidupan nyata.
Penilaian unjuk kerja berdasarkan pada analisis pekerjaan (Nathan &
Cascio, 1986). Penilaian ini menggunakan tes yang juga disebut dengan
tes unjuk kerja. Hasil tes ini digunakan untuk perbakan proses
pembelajaran sehinga kemampuan peserta didikmencapai pada tingkat
yang diinginkan. Tes unjuk kerja lebih banyak digunkan pada bidang
vokasi, dan bidang studi yang elibatkan banyak kegiatan praktek.

Bentuk tes ini digunakan untuk mengukur status peserta didik


berdasarkan hasil kerja dari suatu tugas. Pertanyaan pada tes unjuk kerja
berdasarkan pada tuntutan pada masyarakat dan lembaga lain yang terkait
dengan pengetahuan yang harus dimiliki mahasiswa. Jadi butir soal
cenderung pada tingkat aplikasi suatu prinsip atau konsep pada situasi
yang baru. Walau uraian namun batasnya harus jelas dan ditentukan
berdasarkan kebutuhan masyarakat. Permasalahan yang diujikan sedapat
mungkin sama dengan masalah yang ada si kehidupan nyata. Inilah yang
menjadi ciri utama perbedaan antara tes unjuk kerja dengan bentuk yang
konvensional.

Berbagai alternatif cara asesmen atau penilaian selalu dicari untuk


mengetahui kemampuan seseorang yang sebenarnya dalam sejumlah
dimensi. Cronbach (1960) seduah empat puluh tahun lalu
memperkenalkan 3 prinsip utama asesmen, yaitu:

1) Menggunakan bebagai teknik,


2) Mendasarkan pada pengamatan, dan
3) Mengintegrasi informasi.

Untuk membedakan dengan pengukuran psikometrik, ia


mendefinisikan asesmen dengan istilah analisis klinis pada prediksi unjuk
kerja. Dalam tulisan ini asesmen dan penilaian memiliki makna yang
sama, sehingga sering dugunakan bersama-sama.

3) mentelaah soal tes.

Kriteria yang digunakan untuk melakukan telaah butir tes mengikuti


pedoman penyusunan tes. Telah dilakukan terhadap kebenaran konsep,
teknik penulisan, dan bahas ayang digunakan. Pedoman dalam melakukan
telaan butir soal bentuk pilihan ganda (Ebel, 1977) adalah sebagai berikut.

Tabel 2.9. matrik telaah butir tes.

32
No. Kriteria butir tes
butir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1.
2.
3.
4.
5.
6.
8.
Kriteria butir tes adalah sebagai berikut.

1) Pokok soal harus jelas


2) Pilihan jawaban homogen dalam arti isi.
3) Panjang kalimat pilihan jawaban relatif sama.
4) Tidak ada petunjuk jawaban benar.
5) Hindari penggunaan pilihan jawaban: semua benar atau semua salah.
6) Pililah jawaban angka yang diurutkan.
7) Semua pilihan jawaban logis.
8) Jangan menggunakan negatif ganda.
9) Kalimat yang digunkakan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta tes.
10) Bahasa indonesia yang digunakan baku.
11) Letak pilihan jawaban benar ditentukan secara acak.

Telaah terhadap butir tes dilakukan dengan menggunkan tabel 4.5.


Apabila ada butir tes yang tidak memenuhi kriteria butir tes yang baik
diberi tanda silang (X) pada sel yang sesuai. Selanjutnya, ditentukan
jumlah item yang memenuhi kriteria dan yang tidak memenuhi kriteria.
Selanjutnya deskripsikan kriteria mana yang banyak tidak dipenuhi. Hasil
telah ini ditindak lanjuti dengan memperbaiki butir soal.

4) Melakukan uji coba tes

Sebelum soal digunakan dalam tes yang sesungguhnya, uji coba


perlu dilakukan untuk semakin memperbaiki kualitas soal. Uji coba ini
dapat digunakan sebagai sarana memperoleh data empirik tentang tingkat
kebaikan soal yang telah disusun. Melalui uji coba diperoleh data tentang:
realibilitas, validitas, tingkat kesukaran, pola jawaban, efektifitas
pengecoh, daya beda, dan lain-lain. Jika memang soal yang disusun belum
memenuhi kualitas yang diharapkan, berdasarkan hasil uji coba tersebut
maka kemudian dilakukan pembenahan atau perbaikan

5) Menganalisis butir tes

33
seperti telah dijelaskan di atas bahwa uji coba yang dilakukan dapat
diperoleh beberapa informasi penting tentang kualitas soal yang telah
disusun. Dalam hal ini tentunya termasuk kualitas tiap butir soalnya.
Berdasarkan hasil uji coba selanjutnya dilakukan analisis butir soal, yaitu
menganalisis semua butir soal berdasarkan data empirik, hasil uji coba,
daya pembeda, dan juga efektifitas pengecoh.

Analisis butir dilakukan setelah tes digunakan, yaitu yang mencakup informasi
berikut ini.

a. Tingkat kesulitan, yaitu proporsi yang menjawab benar. Besarnya indeks


ini adalah 0,0 sampai 1,0. Bila menggunakan acuan norma tingkat
kesulitan soal yang diterima adalah 0,30 sampai 0,80. Bila menggunakan
acuan kriteria besarnya indeks ini menyatakan tingkat keberhasilan belajar.
b. Daya pembeda, digunakan terutama pada acuan norma, yaitu untuk
membedakan antara yang mampu dan yang tidak mampu. Besarnya mulai
dari -1,0 sampai +1,0, dihitung dengan menggunakan formula koefisien
korelasi point biseral. Makna harga positif adalah yang menguasai bahan
ajar menjawab benar dan yang tidak menguasai menjawab salah,
sedemikian sebaliknya bila indeks ini harganya negatif.
c. Indeks keandalan. Besarnya indeks keandalan yang diterima adalah
minimal 0,70. Besarnya indeks ini menyatakan besarnya kesalahan
pengukuran. Semakin besar indeks ini akan semakin kecil kesalahan
pengukuran, demikian sebaliknya.

Analisis terhadap hasil uji coba tersebut dengan istilah analisis butir,
dan dapat menggunakan format pada tabel 2.1.

Tabel 2.10 Analisis butir

No butir P D Dr Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Keterangan:

P : tingkat kesulitan butir, diterima bila besarnya 0,30 sampai 0,80.


D : daya beda, diterima bila besarnya ≥ 0,30.

34
Dr. : distribusi jawaban, diterima bila tiap option ada yang menjawab paling
sedikit 5 % dari peserta tes.

6) Memperbaiki tes

Setelah uji coba dilakukan dan kemudian dianalisis, maka langkah


berikutnya adalah melakukan perbaikan-perbaikan tentang bagian soal
yang masih belum sesuai dengan yang diharakan. Langkah ini biasanya
dilakukan atas butir soal, yaitu memperbaiki masing-masing butir soal
yang ternyata masih belum baik. Ada kemungkinan beberapa soal sudah
baik sehingga tidak perlu direvisi, beberapa butir soal mungkin perlu
direvisi, dan beberapa yang lain mungkin harus dibuang karena tidak
memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

7) Merakit tes

Setelah semua butir soal dianalisis dan diperbaiki, langkah


berikutnya adalah merakit butir-butir soal tersebut menjadi satu kesatuan
tes. Keseluruh butir soal tersebut disusun seca berhati-hati menjadi
kesatuan soal tes yang terpadu. Dalam merakit tes, hal-hal yang dapat
mempengaruhi validitas soal seperti nomor urut soal, pengelompokan
bentuk soal, lay out, dan sebagainya harus diperhatikan. Hal ini sangat
penting karena walaupun butir-butir yang disusun telah baik tetapi jika
penyusunannya sembarang dapat menyebabkan soal yang dibuat tersebut
menjadi tidak baik.

8) Melaksanakan tes

Setelah langkah menyusun tes selesai dan telah direvisi pasca uji
coba, langkah selanjutnya adalah melaksanakan tes. Tes yang telah
disusun diberikan kepada testee untuk diselesaikan. Pelaksanaan tes
dilakukan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaan
tes ini memerlukan pemantauan atau pengawasan agar tes tersebut benar-
benar dikerjakan oleh testee dengan jujur dan sesuai dengan ketentuan
yang telah digariskan.namun begitu, pemamntauan dan pengawasan yang
dilakukan harus tidak mengganggu pelaksanaan tes itu sendiri. Peserta
didik yang sedang mengerjakan tes tidak boleh sampai terganggu oleh
kehadiran pengawas atau pemantau. Hal ini akan berakibat tidak akurat
hasil tes yang diperoleh. Oleh karena itu, pelaksanaan tes perlu dilakukan
secara hati-hati agar tujuan tes tersebut benar-benar dapat tercapai.

9) Menafsirkan hasil tes

35
Hasil tes menghasilkan data kuantitatif yang berupa skor. Skor ini
kemudian ditafsirkan sehingga menjadi nilai, yaitu rendah, menengah, atau
tinggi. Tinggi rendahnya nilai ini selalu dikaitkan dengan acuan penilaian.
Ada dua acuan penilaian yang sering digunakan dalam bidang psikologi
dan pendidikan, yaitu acuan norma dan kriteria. Jadi tinggi dan rendahnya
suatu nilai dibandingkan dengan kelompoknya atau dengan kriteria yang
harus dicapai.

Nilai merupakan alat yang berguna untukmemotivasi peserta didik


belajar dan dosen mengajar lebih baik. Dengan mengetahui nilai
pencapaian belajar suatu mata pelajaran tertentu, peserta didik akan dapat
menyusun rencana untuk perbaikan. Nilai juga bisa berupa imbalan
(reward) terhadapa jerih payah atau usaha yang telah dilakukan peserta
didik. Imbalan inilah yang akan menjadi pemotivasi atau pendorong
peserta didik untuk belajar lebih baik.

Nilai juga merupakan informasi mengenai keberhasilan dosen dalam


melaksanakan proses pembelajaran. Tingkat keberhasilan pendidik dalam
mengelola proses pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor namun yang
utama adalah penguasaan bahan ajar, keterampilan memilih dan
menggunakan metode mengajar, keteranpilan memmilih dan
menggunakan media belajar, cara melakukan penilaian termasuk tes yang
digunakan. Oleh karena itu, pencapaian belajar atau perstasi belajar peserta
didik merupakan fungsi dari peserta didik dan pendidik, yaitu keberhasilan
peserta didik belajar dan keberhasilan pendidik melaksanakan
pembelajaran peserta asesmen unjuk kerja.

Salah satu cara asesmen yang banyak digunakan dalam menentukan


kemampuan seseorang adalah asesmen unjuk kerja. Menurut Berk (1986),
asesmen unjuk kerja adalah proses pengumpulan data dengan cara
pengamatan sistematik untuk membuat keputusan tentang individu. Ada
lima elemen utama yang tersirat dan tersurat pada defenisi tersebut, yaitu
proses, pengumpulan data, pengamatan sistematik, integrasi data, dan
keputusan individu.

Cronbach (1984) menjelaskan bahwa semua tes pada dasarnya


adalah untuk mengukur unjukkerja dalam satu segi. Namun tes ujuk kerja
biasanya digunakan terhadap suatu tugas yang membutuhkan respon
nonverbal. Misalnya tes praktek untuk instalasi atau perbaikan, melukis,
menyanyi, melawak dan sebagainya. Tes unjuk kerja mengacu pada suatu
standar yang ingin dicapai atau yang ditetapkan sebagai batas minimum
yang harus dilakukan siswa, misalnya operasi hitung, melakukan

36
komunikasi, membaca, menyimak, dan sebagainya. Oleh karena itu,
standar yang ingin dicapai harus ditetapkan terlebih dahulu.

Penilaian unjuk kerja secara kualitatif berbeda dengan tes pilihan


ganda. Salah satu perbedaannya adalah prinsip kebergantungan butir
secara lokal. Pada tes tradisional, butir satu dan yang lainnya adalah
independen, dalam pengertian besarnya peluang menjawab benar butir satu
dengan yang lain adalah independen. Tidak demikian halnya dengan
penilaian unjuk kerja, butir satu dngan lainnya saling bergantung. Selain
itu pada penilaian unjuk kerja, seseorang dapat disuruh untuk melakukan
respon ganda terhadap suatu pertanyaan sesuai dengan suatu ketetapan
tertenyu (Yen, 1993). Respon ganda ini merupakan informasi
yangdibutuhkan untuk menentukan unjuk kerja seseorang dalam bidang
tertentu. Oleh karena itu pada penilaian unjuk kerja, dimensi yang diukur
adalah ganda, tidak satu dimensi seperti pada tes tradisional.

Asesmen unjuk kerja banyak digunakan padadunia usaha dan dunia


industri untuk menentukan kecakapan atau keterampilan seseorang.
Asesmen ini digunakan untuk seleksi tenaga kerja, penempatan tenaga
kerja, sertifikasi, promosi, dan sebagainya. Padabidang pendidikan,
penilaian unjuk kerja sudah banyak digunakan terutama untuk bidang studi
teknologi, ilmu alam, matematika, ekonomi dan bahasa. Melalui tes ini
akan diperoleh informasi tentang apa yag sudah dicapai dan belum dicapai.
Informasi ini merupakan umpan balik untuk perbaikan strategi
pembelajaran.

37
72
1. Bentuk Instrumen Tes

Soal Ujian Akhir Semester

Mata pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : X/1

Tahun Ajaran : 2014

a. Pilihan Ganda
−3
( 2 x 3 y−4 )
2. Bentuk sederhana dari dapat disederhanakan menjadi ....
4 x−4 y 2
5
y2 y 10
a. ( )
2x
d.
32 x 5
2 5
y 14
b. ( 2xy ) e. 5
2x
2 5
1 y
2(2 x )
c.
−1
3. Nilai x dari bentuk log x=
3

a. 103 1
d. 3
√ 10
1 −10
b. e.
103 3
c. √3 10
4. Jika x=4−√7 dan y=4+ √7 maka nilai x 2− y 2 +2 xy =. .. . .

a. 18−16 √7 d. 18−4 √ 7
b. 23−16 √ 7 e. 18+16 √ 7
c. 23+ 4 √ 7
5. log 2+log 18−log 6+log 5−log3=¿ . . . .

a. 90 d. 0
b. 10 e. −1
c. 1
6. √ 89−28 √ 10 ekuivalen dengan . . . .

73
a. √ 5− √2 d. √ 2−√ 5
b. 2 √ 3+ √3 e. 7+2 √ 10
c. 7−2 √10
4 √ 3+2 √ 6
7. Bentuk sederhana dari adalah . . . .
−4 √ 3+2 √ 6

a. −3−√ 2 d. 1−2 √ 2
b. −3+2 √ 2 e. 3+2 √ 2
c. −1−2 √ 2
8. Jika 7log 2 = a dan 2log 3 = b maka nilai 6log 98 = . . . .

a+ 2 a+1
a. d.
a(1+b) a ( 1+ b )
a+2 a+2
b. e.
1+ ab a ( 1−b )
a−2
c.
a ( 1+ b )
9. Pernyataan berikut yang benar adalah . . . .

2 x −5 , x >0 5
a. ¿ 2 x−5∨¿ {
5−2 x x <0

2 x −5 , x <0
d. ¿ 2 x−5∨¿
{ 2 x −5 , x >

5−2 x x <
2
5
2
2
b. ¿ 2 x−5∨¿ {
5−2 x x >0

5
e. ¿ 2 x−5∨¿
{ 2 x −5 , x >

5−2 x x <
5
2
5

c. ¿ 2 x−5∨¿
{2 x −5 , x <

5−2 x x >
2
5
2
10. Persamaan garis lurus yang memotong sumbu-x di (7,0) dan sumbu-y di
(0,4) dan gradiennya berturut-turut adalah...

a. 4 x+ y=4 dan −4 −4
d. 4 x+7 y =28 dan
7
−7 7
b. 7 x +4 y =28 dan e. 7 x−4 y=28 dan
4 4
4
c. 4 x−7 y=28 dan
7
11. Jika √ 2 x−6<2, maka batas-batas x yang memenuhi adalah . . . .

a. x <5 d. 3< x <5


b. x ≤ 3 atau x >5 e. 3 ≤ x <5

74
c. x ≤ 3 atau x >3
12. Nilai mutlak yang memenuhi pertidaksamaan 0<| x−3|≤3 adalah . . . .

a. 0 ≤ x ≤ 6 , x ≠ 3 d. −6 ≤ x ≤ 6 , x ≠ 3
b. 0< x <6 , x ≠ 3 e. −6< x ≤ 6 , x ≠3
c. 0< x ≤6 , x ≠3
13. Persamaan ax +by=c dan px+ qy=r memiliki sebuah solusi jika . . . .

a. ap−bq=0 d. ap ≠ bq
b. aq ≠ bp e. abc= pqr
c. ap+ bq=0
14. Nilai 3 x+ 5 y, jika x dan y memenuhi sistem persamaan 2 x−4 y=7 dan
5 x+ y=1 adalah . . . .

a. −9 d. 6
b. −6 e. 9
c. −2
15. Pada suatu latihan perang yang melibatkan 1000 personel tentara dan 100
ton perlengkapan perang. Untuk menuju lokasi latihan disediakan sebuah
jenis pesawat Hercules dan helikopter. Setiap pesawat Hercules mampu
memuat 50 orang tentara dan 10 ton perlengkapan, sedangkan setiap
helikopter mampu memuat 40 orang tentara dan 3 ton perlengkapan.
Bentuk model matematika dari soal ini adalah . . . .

a. 1000=50 x +40 y d. 100=50 x + 40 y


100=10 x +3 y 1000=10 x +3 y
b. 1000=40 y +50 x e. 100=10 x + 40 y
100=3 y +10 x 1000=50 x +3 y
c. 1000=50 x +10 y
100=40 x+ 3 y
16. Berdasarkan permasalahn pada nomor 14, banyaknya pesawat Hercules
dan helikopter yang dibutuhkan untuk mengangkut semua tentara dan
perlengkapan dalam satu kali keberangkatan adalah . . . .

a. 4 pesawat Hercules dan 20 d. 3 pesawat Hercules dan 21


helikopter helikoper
b. 20 helikopter dan 4 pesawat e. 21 pesawat Hercules dan 3
Hercules helikopter
c. 12 helikopter dan 12 pesawat
Hercules
17. Suatu hari Budi berbelanja di toko Makmur berupa 3 kg gula dengan harga
per kg Rp.400,00 dan 10 kg beras dengan harga per kg Rp.425,00 setelah

75
itu Budi ke toko Arfah berupa 2 kg dan 5 kg beras dengan harga yang
sama dengan toko Budi. Pengeluaran belanja di toko Makmur dan toko
Arfah dapat dituliskan dalam bentuk matriks . . . .

a. [ 32 105 ][ 400
425 ] d. [
3 2 400 400
10 5 ][ 425 425 ]
3 10 425 3 2 350 350
b. [
2 5 ][ 400 ]
e. [
10 5 ][ 400 400 ]
3 2 400
c. [
10 5 ][ 425 ]
3 −4
18. Jika X =[
1 −1 ]
2
dan X −2 X + I =q, maka q adalah . . .

3 −4 0 1
a. [
1 −1 ]
d. [
1 0]
0 0 1 1
b. [ ] e. [
0 0 1 1]
1 0
c. [
0 1]
2 3 , B= −1 −4 , 2 3 n+2
19. Diketahui matriks A=[ ] [ ] dan C=[
−6 −18 ]
. Nilai n
5 1 2 3
yang memenuhi A × B=C + AT adalah . . . .

1 d. 2
a. −6
3
b. −2 2
e. 2
3
2
c.
3
20. Invers dari A= [ 86 42 ] adalah . . . .
−1 −1 1 1
a.
[ ]
4
3
4
−1 1
2
−1
d.
[ ]
4
3
4
−1
2
1

−1
b.
[ ]
4
3
4
2
−1
e.
[ ]
4
−3
4
1
2

76
−1 −1
c.
4
−3
4
[ ] 2
−1

21. Dibawah ini merupakan matiks singular adalah . . .

a. [ 13 24] d. [−3
−2 4 ]
5

b. [ 12 34] e. [ 14 28]
c. [ 14 23]
22. Jumlah akar-akar persamaan |3xx−1
+1
3 =0
x +2 |
adalah . . . .

−5 2
a. d.
3 3
−4 5
b. e.
3 3
−2
c.
3
23. Diberikan dua buah himpunan A dan B . Himpunan A merupakan
himpunan huruf-huruf penyusun kata “MATEMATIKA” sedangkan
himpunan B adalah himpunan yang beranggotakan angka 1, 2, 3, 4, 5.
Banyaknya pasangan yang terjadi antara himpunan A dan B dengan syarat
setiap anggota di A berpasangan dengan setiap anggota di B adalah . . . .

a. 15 d. 50
b. 30 e. 100
c. 45
24. Di bawah ini relasi yang merupakan fungsi, kecuali . . . .

a. A B d. A B

77
b. A B e. A B

c. A B

25. Diketahui f ( 2 x−3 ) =4 x−7, maka nilai dari f ( 17 )−f (7) adalah . . .

a. 5 d. 15
b. 7 e. 20
c. 10
26. Rumus suku ke-n dari barisan {an } yang didefenisikan oleh a n=3+a n−1
untuk n ≥ 2 dan a 1=4 adalah . . . .

a. a n=3 n+1 d. a n=n+2


b. a n=3+n e. a n=3 n
a
c. n =3 n−3
27. Suku ke-20 dari barisan 20, 42, 66, 92, 120, . . . . adalah . . . .

a. 600 d. 720
b. 6000 e. 620
c. 7200
28. Dalam sebuah deret aritmatika, suku ke-3 adalah 9, suku ke-n adalah 87,
jumlah suku ke-6 dan suku ke-7 adalah 39. Jumlah n suku pertama deret
tersebut adalah . . . .

a. 1205 d. 1505
b. 1305 e. 1605
c. 1405
3
29. Diberikan barisan geometri, u1 +u3=3 dan u2 +u 4= √ 2. Suku ke 5 dari
2
barisan tersebut adalah . . . .

1 d. 2
a.
2

78
b. 1 5
e.
2
3
c.
2
8 8 8
30. Jumlah deret geometri tak hingga dari 8 ,− , ,− , .. . .. . adalah . . . .
3 9 27

a. 2 d. 8
b. 4 e. 10
c. 6
31. Sebuah bola tenis dijatuhkan ke lantai dari suatu gedung yang tingginya 2
meter. Setiap kali bola itu memantul akan mencapai tinggi tiga perempat
dari tinggi yang dicapai sebelumnya. Panjang lintasan yang dilalui bola
tersebut hingga berhenti memantul adalah . . . .

d. 10 m f. 13 m
e. 11m g. 14 m
f. 12 m

b. Esay
1. Buktikan bahwa jika a ∈ R ,a> 1 dan n> m, maka a n> am.
2. Tentukan himpunan penyelesaian SPL berikut dengan metode invers
matriks
2 x− y=5
3 x+ 2 y =4
3. Seorang pedagang mempunyai modal sebesar Rp.50.000.000,00 yang ia
investasikan pada setiap permulaan tahun selama 4 tahun berturut-turut
dengan bunga majemuk 10% pertahun. Hitunglah jumlah seluruh modal
pedagang itu pada akhir tahun keempat.

2. Kunci Jawaban Instrumen


a. Pilihan Ganda

No Jawaban No Jawaban No Jawaban


1. D 11. C 21. A
2. D 12. B 22. B
3. A 13. B 23. A
4. C 14. A 24. E
5. C 15. A 25. A
6. E 16. A 26. E

79
7. A 17. B 27. B
8. D 18. B 28. A
9. D 19. B 29. C
10. A 20. E 30. E

b. Esay
1. Diketahui ∈ R , a> 1 dan n> m
Akan dibuktikan a n> am
Bukti:
Karena a> 1 dan n> m maka n−m>0 dan a n> 0 , am >0. Akibatnya,berlaku
an n−m
↔ =a (Lihat Sifat identitas)
am
an
↔ m >1
a
an m m
↔ m ∙ a >1 ∙ a
a
↔ an >a m (terbukti)

2. Diketahui
2 x− y=5
3 x+ 2 y =4
Ubah bentuk SPL ke bentuk persamaan matriks AX=B.
2 −1 x 5
[
3 2 y ][ ] [ ]
=
4
2 −1 , X= x 5
Dengan A= [ ] []
3 2 y
, dan B=
4 []
2 −1 x = 5
Sehingga [
3 2 ][ y ] [ 4 ]
dapat dibentuk menjadi AX=B
AX=B
X =A −1 B
x = 1 2 1 5
[]
y
Det 2 −1
−3 2 4 [ ][ ]
[
3 2 ]
1 2 1 5
¿ [ ][ ]
7 −3 2 4
1 10+ 4
¿ [ ]
7 −15+ 8
1 14
¿ [ ]
7 −7

80
¿ [−12 ]
Sehingga himpunan penyelesaiannya adalah (2, -1).

3. Diketahui modal awal : Rp. 50.000.000,00


Bunga : 10%
Waktu : 4 tahun

Ditanya : jumlah seluruh modal pedagang itu pada akhir tahun keempat

Solusi:

Rp. 50.000.000,00 yang diperbungakan pada permulaan tahun pertama


memberi bunga selama 4 tahun dan menjadi

10 4
Rp .50.000 .000,00 1+ ( 100 )=50.000 .000 (1,1 )
4

Rp. 50.000.000,00 yang kedua memberi bunga selama 3 tahun dan


menjadi 50.000.000,00 x (1,1)3 . yang ketiga menjadi 50.000.000,00 x
(1,1)2 ; dan yang keempat menjadi 50.000.000 x (1,1).

Jadi, setelah 4 tahun jumlah


semuanya adalah
4 3 2
( 50.000 .000 ×1,1 ) + ( 50.000.000 ×1,1 ) + ( 50.000.000 ×1,1 ) + ( 50.000 .000 ×1,1 )
.

Jika deret geometri itu kita membacanya dari belakang ke muka, maka

( 50.000 .000 ×1,14 ) + ( 50.000.000 ×1,13 ) + ( 50.000.000 ×1,12 ) + ( 50.000 .000 ×1,1 )=50.000 .000

a ( r n−1 )
Sn=
r−1

50.000 .000 ×1,1 ( 1,14−1 )


Sn=
1,1−1

¿ 255.255 .000

Jadi, jumlah seluruh modal pedagang itu pada akhir tahun keempat adalah
Rp .255.255 .000,00

81
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Tes merupakan salah satu instrumen yang digunakan untuk melakukan


pengukuran. Hasil belajar yang dinilai dengan menggunakan tes, biasanya dengan
menggunakan tes objektif
Bentuk tes yang digunakan di satuan pendidikan dapat dikategorikan
menjadi dua, yaitu tes objektif dan tes nonobjektif. Bentuk tes objekif yang sering
digunakan adalah bentuk pilihan ganda, benar salah, menjodohkan, dan uraian
objektif. Tes uraian yang objektif sering digunakan pada bidang sains dan
teknologi atau bidang sosial yang jawabannya sudah pasti, dan hanya satu
jawaban yang benar.

Ada delapan langkah yang harus ditempuh dalam menyusun tes hasil belajar
yang baku seperti berikut ini.

1) Menyusun spesifikasi tes


2) Menulis tes
3) Metelaah tes
4) Melakukan uji coba tes
5) Menganalisis butir tes.
6) Memperbaiki tes.
7) Merakit tes.
8) Melaksanakan te.
9) Menafsirkan hasil tes.

B. Saran

Saran penulis untuk pembaca adalah:

1. Pembaca diharapkan membaca banyak buku atau sumber-sumber lain yang


dapat memberi informasi yang kurang dalam makalah ini.
2. Diharapkan saran dan kritik ke arah positif terhadap kekurangan atau
kesalahan yang terdapat dalam makalah ini demi perbaikan ke depannya.

91
DAFTAR PUSTAKA

Mardapi, Djemari. 2012.Pengukuran Penilaian dan Evaluasi Pendidikan.


Yogyakarta.Nuha Litera.
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung. PT
Remaja Rosdakarya.
Kusaeri dan Suprananto. 2012. Pengukuran dan Penilaian Pendidikan.
Yogyakarta. Graha Ilmu.
Arifin, Zainal. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.
Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Surakarta. Pustaka Pelajar.
Sukardi. 2014. Evaluasi Program Pendidikan dan Kepelatihan. Yogyakarta. Bumi
Aksara
Hamzah, Ali. 2013. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta. Rajawali Pers.

92

Anda mungkin juga menyukai