Kelompok 1 - Hipotermi
Kelompok 1 - Hipotermi
Kelompok 1 - Hipotermi
Disusun Oleh:
KELOMPOK I
1. AGNES M.R WASAK LODANG
2. AMELIA ALBERTINA DJULI
3. ANJELINA LAKA TAMAR
4. ANSELINDRA P. LONDU HAU
5. ANTONETA PATI
6. ANUS LANDUKARA
7. APRIANI MBURU PANDA HUKI
8. ARIF RIDWAN
TINGKAT IIA
DOSEN PEMBIMBING:
1. INEKE NOVIANA S.Tr Kep, M.Tr Kep
MATA KULIA: KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 2
PENDAHULUAN
batas normal menjadi <35oC atau 95oF secara involunter. Hipotermia terjadi
hipotermia sedang (28 – 31oC) dan hipotermia berat (dibawah 28oC). Gejala yang
sering terjadi mulai dari pusing, menggigil, hingga halusinasi seperti orang yang
kesurupan. Meskipun gejala awal yang terjadi hanya gejala ringan, penyakit ini
pada orang tua, anak – anak, pecandu alkohol dan pendaki gunung (Setiati,
2014).
yang dapat dilakukan oleh setiap orang, asalkan memiliki kemampuan fisik yang
pendakian tanpa memiliki kemampuan dan persiapan yang matang hanya untuk
sekedar mengikuti tren tanpa mengetahui risiko yang mungkin terjadi. Kegiatan
mendaki gunung ini memiliki risiko yang mengancam keselamatan fisik maupun
jiwa para pendaki. Untuk meminimalkan risiko tersebut ada beberapa persiapan yang
harus disiapkan guna mencegah terjadinya hipotermia pada saat pendakian.
Pada Desember tahun 2014 ditemukan seorang peneliti dari LIPI meninggal
1.2 TUJUAN
1.3 MANFAAT
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Faktor Risiko
B.ETIOLOGI
Hipotermia terjadi ketika panas yang dihasilkan tubuh tidak sebanyak panas yang hilang.
Sejumlah kondisi yang berpotensi membuat panas tubuh banyak hilang dan menyebabkan
hipotermia, yaitu:
Hipotermia dapat dialami oleh siapa saja. Namun, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko
seseorang mengalami hipotermia, yaitu:
Pada bayi, suhu yang terlalu dingin bisa membuat bayi mengalami keringat dingin akibat
hipotermia.
Gejala Hipotermia
Pada bayi, hipotermia ditandai dengan kulit yang terasa dingin dan terlihat kemerahan. Bayi juga
terlihat diam, lemas, dan tidak mau menyusui
Tanda Hipotermia
C. PATOFISIOLOGI
Kegagalan untuk mengahasilkan panas yang adekuat disebabkan tidak adanya jaringan
adipose cokelat (yang mempunyai aktivitas metabolik yang tinggi), pernafasan yang lemah
dengan pembakaran oksigen yang buruk, dan masukan makanan yang rendah. Kehilangan panas
yang meningkat karena adanya permukaaan tubuh yang relative besar dan tidak adanya lemak
subkutan, tidak adanya pengaturan panas bayi sebagai disebabkan oleh panas 13 immature dari
pusat pengaturan panas dan sebagian akibat kegagalan untuk memberikan repson terhadap
stimulus dari luar. Keadaan ini sebagian disebabkan oleh mekanisme keringat yang cacat,
demikian juga tidak adanya lemak subkutan. (Maryunani, 2013)
D. PATHWAY
1. Pathway Hipotermia
Obat-obatan
Kekurangan Yodium
Faktor Lingkungan (Radiasi, Disfungsi Hipotalamus
Evaporasi, Konveksi, Konduksi) Defisit Hormon Tiroid
Hipotermia
Risiko
Distress Hipoksemia
Gangguan Ketidakstabilan
Pernafasa
Pertukaran Gas Kadar Gula
n
Penurunan
Restraksi Subcostal Respiratori kerja
Gruting otak
Gangguan Pola
Risiko Perfusi Jaringan
Nafas
Tidak Efektif
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
2.6 Penatalaksanaan
1. Penstabilan suhu tubuh dengan menggunakan selimut hangat (tapi hanya pada bagian dada,
untuk mencegah turunnya tekanan darah secara mendadak) atau menempatkan pasien di ruangan
yang hangat. Berikan juga minuman hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar).
2. Radiant Warner adalah alat yang digunakan untuk bayi yang belum stabil atau untuk tindakan-
tindakan.
3. Servo controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non servo controle (dengan
mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual).
4. Melakukan tujuh rantai hangat, yaitu menyiapkan tempat melahirkan yang hangat, kering,
bersih, penerangan cukup.
5. Mengeringkan tubuh bayi segera ssetelah lahir dengan handuk kering dan bersih
6. Memberi ASI sedini mungkin dalam waktu 30 menit setelah melahirkan agar bayi memperoleh
kalori.
7. Mempertahankan kehangatan pada bayi.
8. Memberi perawatan bayi baru lahir yang memada
9. melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan / perawatan bayi baru lahir
10. Menunda memandikan bayi baru lahir :
a. pada bayi normal tunda memandikannya sampai 24 jam.
b. pada bayi berat badan lahir rendah tunda memandikannya lebih lama lagi.
11. Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika bayi harus dibiarkan
telanjang untuk keperluan observasi maupun pengobatan, maka bayi ditempatkan dibawah
cahaya penghangat.Untuk mencegah hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus tetap berada
dalam keadaan hangat.
12. Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya panas tubuh akibat
penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi penutup kepala.
13. Melaksanakan metode kanguru, yaitu bayi baru lahir dipakaikan popok dan tutup kepala
diletakkan di dada ibu agar tubuh bayi menjadi hangat karena terjadi kontak kulit langsung.Bila
tubuh bayi masih teraba dingin bisa ditambahkan selimu.
14. Pada bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika atau dihangatkan diatas
tungku.
15. Menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 sampai 60 watt yang diletakkan pada jarak setengah
meter diatas bayi.
16. Terapi yang bisa diberikan untuk orang dengan kondisi hipotermia, yaitu jalan nafas harus tetap
terjaga juga ketersediaan oksigen yang cukup.
G. PENDIDIKAN KESEHATAN
BAB III
Pengkajian keperawatan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam
menggali permasalahan yang dialami klien meliputi usaha pengumpulan data tentang status
kesehatan seorang klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan
(Muttaqin, 2011). Tahap pengkajian dari proses keperawatan merupakan proses dinamis yang
terorganisasi, dan meliputi empat aktivitas dasar atau elemen dari pengkajian yaitu pengumpulan
data secara sistematis, memvalidasi data, memilah, dan mengatur data, dan mendokumentasikan
data dalam format (Wartonah, 2015). Pengkajian keperawatan pada bayi BBLR meliputi :
a. Biodata (Maryunani, 2013)
1) Identitas bayi : nama, jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada.
2) Identitas orang tua : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat.
b. Keluhan utama : bearat badan < 2500 gr, tinggi badan < 45 cm, lingkar dada < 30 cm, lingkar
kepala < 33 cm, hipotermia.
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit keluarga
e. Riwayat penyakit dahulu
1) Masalah yang berkaitan dengan ibu (Pantiawati, 2010)
Penyakit yang berkaitan dengan ibu seperti hipertensi, toksemia, plasenta previa, absorpsio
plasenta, inkompeten servikal, kehamilan kembar, malnutrisi dan diabetes millitus. Status sosial
ekonomi yang rendah, dan tiadanya perawatan sebelum kelahiran/ prenatal care. Riwayat
kelahiran prematur atau absorpsi, penggunaan obat-obatan, alkohol, rokok dan kafein. Riwayat
ibu : umur di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun dan latar belakang pendidikan rendah,
kehamilan kembar, status sosial ekonomi yang rendah, tidak adanya perawatan sebelum
kelahiran, dan rendahnya gizi, konsultasi yang pernah dilakukan, kelahiran prematur sebelumnya
dan jarak kehamilan yang berdekatan, infeksi seperti TORCH atau penyakit hubungan seksual
lain, keadaan seperti toksemia, abrupsio plasenta, plasenta previa, dan prolapsus tali pusat,
konsumsi kafein, rokok, alkohol, dan obat-obatan, golongan darah, faktor Rh.
2) Bayi pada saat kelahiran (Pantiawati, 2010)
Umur kehamilan biasanya antara 24 sampai 37 minggu, rendahnya berat badan pada saat
kelahiran, SGA, atau terlalu besar di bandingkan umur kehamilan, berat biasanya kurang dari
2500 gram, kurus , lapisan lemak subkutan sedikit atau tidak ada, kepala relative lebih besar
dibandingkan badan, 3 cm lebih besar dibanding lebar dada, kelainan fisik yang mungkin
terlihat, nilai APGAR pada 1 sampai 5 menit, 0 sampai 3 menunjukkan kegawatan yang parah, 4
sampai 6 kegawatan sedang, dan 7 sampai 10 normal.
f. Pengkajian per sistem tubuh
1) Pernafasan (Maryunani, 2013)
Observasi bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrian, adanya insisi, selang dada, atau
penyimpangan lain. Observasi otot aksesori : pernafasan cuping hidung atau substansial,
interkostal, atau retraksi subklavikular. Tentukan frekuensi dan keteraturan pernafasan.
Auskultasi bunyi pernafasan : stridor, krekels, mengi, ronki basah, area yang tidak ada bunyinya,
mengorok, penurunan udara masuk, keseimbangan bunyi nafas. Jumlah pernafasan rata-rata 40-
60 per menit dibagi dengan periode apneu. Pernafasan tidak teratur dengan flaring nasal (nasal
melebar) dengkuran, retraksi (interkostal, supra sternal, substernal). Terdengar suara gemersik
pada auskultasi paru-paru. Takipneu sementara dapat dilihat, khususnya setelah kelahiran cesaria
atau persentasi bokong. Pola nafas diafragmatik dan abdominal dengan gerakan sinkron dari
dada dan abdomen, perhatikan adanya sekret yang mengganggu pernafasan, mengorok,
pernafasan cuping hidung.
2) Kardiovaskuler (Maryunani, 2013)
Tentukan frekuensi, irama jantung, tekanan darah. Auskultasi bunyi jantung, termasuk
adanya mur-mur. Observasi warna kulit bayi : sianosis, pucat, pletora, ikterik, mottling. Kaji
warna kuku, membran mukosa, bibir. Gambarkan nadi perifer, pengisian kapiler (<2-3 detik),
perfusi perifer mottling. Denyut jantung rata-rata 120-160 per menit pada bagian apekal dengan
ritme yang teratur. Pada saat kelahiran : kebisingan jantung terdengar pada setengah bagian
interkostal yang menunjukkan aliran dari kanan ke kiri karena hipertensi atau etektasis paru.
3) Hematologi (Maryunani, 2013)
Kaji adanya tanda-tanda perdarahan dan observasi gejala Disseminated Intravascular
Coagulation/ (kondisi terjadinya pembekuan darah pada pembuluh darah kecil tubuh).
4) Gastrointestinal (Maryunani, 2013)
Penonjolan abdomen dan pengeluaran mekonium terjadi dalam waktu 12 jam. Reflek
menelan dan mengisap lemah. Ada atau tidaknya anus, ketidaknormalan kogenital lain.
5) Genitourinaria (Maryunani, 2013)
a) Genitalia / reproduksi : bayi perempuan klitoris menonjol, labia mayora belum berkembang.
Bayi laki-laki skrotum yang menonjol dengan rugae kecil. Testis belum turun diskrotum.
b) Urinaria : berkemih setelah 8 jam kelahiran, ketidakmampuan untuk melarutkan ekskresi
kedalam urine.
6) Neurologis- Muskuloskeletal (Maryunani, 2013)
a) Neurologis :
Reflek dan gerakan pada tes neurologis tampak tidak resisten, gerak kembalinya hanya
berkembang sebagian. Saat bayi menelan, menghisap, dan batuk sangat lemah atau tidak efektif.
Tidak ada atau menurunnya tanda neurologis. Mata mungkin tertutup atau mengatup apabila
umur kehamilan belum mencapai 25-26 minggu. Suhu tubuh tidak stabil, biasanya hipotermi.
Gemetar, kejang dan mata berputar-putar biasanya bersifat sementara tetapi mungkin juga ini
mengindikasikan adanya kelainan neurologis.
b) Muskuloskeletal
Organ telinga dengan tulang kartilago yang belum tumbuh sempurna, lembut dan lunak.
Tulang tengkorak dan tulang rusak lunak. Gerakan lemah dan tidak agresif.
7) Suhu (Maryunani, 2013)
Tentukan suhu kulit dan aksila dan suhu lingkungan. Suhu tubuh pada BBLR harus
dipertahankan, karena cenderung mengalami hipotermia.
8) Kulit (Maryunani, 2013)
Kulit yang tampak mengkilat dan kering sering dimiliki oleh BBLR. Kulit berwarna merah,
merah muda, kekuning-kuningan. Sianosis atau campuran bermacam warna. Sedikit vernik
kaseosa. Rambut lanugo disekitar / disekujur tubuh. Kurus, kulit tampak transparan, halus dan
mengkilap. Edema yang menyeluruh, atau dibagian tertentu yang terjadi saat kelahiran. Kuku
pendek, belum melewati ujung jari, rambut jarang mungkin tidak ada sama sekali. Pteki atau
ekimosis.
9) Aktivitas- Istirahat (Maryunani, 2013)
Hari pertama bayi BBLR tidur sehari rata-rata 20 jam dan akan sadar 2-3 jam dengan tangis
masih lemah, tidak aktif, tremor.
10) Ginjal (Pantiawati, 2010)
Bayi BBLR akan berkemih setelah 8 jam kelahirannya, ketidakmampuan dalam melarutkan
ekskresi ke dalam urine.
11) Temuan sikap (Pantiawati, 2010)
Tangis yang lemah, tidak aktif dan tremor.
2. Diagnosis
Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun
potensial (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).Diagnosis keperawatan dibagi menjadi dua jenis,
yaitu diagnosis negatif dan diagnosis positif. Diagnosis negatif menunjukkan bahwa klien dalam
kondisi sakit atau berisiko mengalami sakit sehingga penegakan diagnosis ini akan mengarahkan
pemberian Perencanaan keperawatan yang bersifat penyembuhan, pemulihan, dan pencegahan.
Diagnosis ini terdiri atas diagnosis aktual dan diagnosis risiko. Sedangkan diagnosis positif
menunjukkan bahwa klien dalam kondisi sehat dan mencapai kondisi yang lebih sehat atau
optimal (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Diagnosis keperawatan dibagi menjadi lima kategori, yaitu fisiologis, psikologis, perilaku,
relasional, dan lingkungan. Lima kategori tersebut dapat dibagi lagi menjadi 14 subkategori.
Dalam hal ini peneliti mengambil diagnosis risiko hipotermi yang termasuk ke dalam kategori
lingkungan dan subkategori keamanan dan proteksi (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Diagnosis risiko menggambarkan respons klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupannya yang dapat menyebabkan klien berisiko atau mengalami masalah kesehatan. tidak
ditemukan tanda/gejala mayor dan minor pada klien, namun memiliki faktor risiko mengalami
masalah kesehatan. Perumusan diagnosis keperawatan risiko terdiri dari komponen problem (P)
dan etiologi (E), yang penulisan yaitu masalah dibuktikan dengan faktor risiko. Rumusan
diagnosis keperawatan pada penelitian ini ialah risiko hipotermia dibuktikan dengan berat badan
lahir rendah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
Risiko hipotermia adalah berisiko mengalami kegagalan termoregulasi yang dapat
mengakibatkan suhu tubuh dibawah rentang normal (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Suhu
normal bayi baru lahir adalah 360- 36,40 celcius (suhu aksila), dan 36,50-370 celsius (suhu rektal)
(Maryunani, 2008). Faktor risiko yang dapat menyebabkan risiko hipotermia, yaitu : berat badan
ekstrem, kurangnya lapisan lemak subkutan, suhu lingkungan rendah, prematuritas, bayi baru
lahir, berat badan lahir rendah. Kondisi yang terkait dalam risiko hipotermia, yaitu berat badan
ekstrem, dehidrasi, kurang mobilitas fisik (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017).
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
klien, dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat (Deswani, 2011).
Perencanaan keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang
diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Perencanaan keperawatan terdiri dari beberapa
komponen, yaitu label, definisi, dan tindakan. Komponen label merupakan nama dari
Perencanaan keperawatan yang merupakan kata kunci untuk memperoleh informasi terkait
Perencanaan keperawatan tersebut. Komponen definisi menjelaskan tentang makna dari label
Perencanaan keperawatan, pada penilisannya akan diawali dengan kata kerja berupa perilaku
yang dilakukan perawat, bukan perilaku pasien. Komponen tindakan merupakan rangkaian
perilaku atau yang dikerjakan oleh perawat untuk mengimplementasikan Perencanaan
keperawatan. Tindakan pada Perencanaan keperawatan terdiri atas observasi, terapiutik, edukasi,
dan kolaborasi (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Berikut ini adalah Perencanaan keperawatan
yang diberikan pada pasien BBLR dengan risiko hipotermia :
Tabel 1
Perencanaan Keperawatan pada Risiko Hipotermia
Keperawatan
1 2 3 4
membaik
1 2 3 4
Regulasi temperatur
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipotermia pada BBL adalah suhu di bawah 36,5 derajat celciu, yang terbagi atas:
hipotermi ringan (cold stress) yaitu suhu antara 36-36,5 derajat celcius, hipotermi sedang yaitu
antara 2-36 derajat celcius, dan hipotermi berat yaitu suhu tubuh <32 derajat celcius
4.2 Saran
Hipotermia pada bayi baru lahir dapat lebih mudah ditangani bahkan dicegah apabila ada
krja sama yang baik antar petugas kesehatan dan anggota keluarga.