3 DIV A-Jenis Jenis Ventilasi
3 DIV A-Jenis Jenis Ventilasi
3 DIV A-Jenis Jenis Ventilasi
Pengertian Ventilasi
2. Jenis-Jenis Ventilasi
c) Udara yang masuk harud udara yang bersih, tidak dicemari oleh asap
pembakaran sampah, knaolpot kendaraan, debu dan lain-lain.
d) Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang
hawa berhadapan antara dua dinding ruangan. Aliran udara ini
diusahakan tidak terhalang oleh barang-barang seperti almari, dinding,
sekat-sekat, dan lain-lain.
B. Cyclone
Kelebihan :
C. Electrostatic Precipitator
Kelebihan :
Efisiensi penyisihan partikulat yang sangat tinggi baik partikel kasar maupun
halus, bahkan sangat halus
Relatif tidak sensitif terhadap perubahan aliran gas:
Bahan yang terkumpul dapat direcovery untuk digunakan kembali pada proses
atau dibuang
Tidak dihasilkan air buangan
Kekurangan:
E. Wet Scrubber
Kelebihan :
a. Proses Adsorpsi. Proses adsorpsi dalam penyisihan gas berupa terserapnya gas
pada permukaan padat. Tiga elemen penting dalam proses adsorpsi, yaitu
Adsorpsi : proses tertahannya pencemar gas pada permukaan padat; Adsorben:
permukaan padat yang mampu menarik molekul gas pencemar (seperti karbon
aktif, silica gel, activated alumina); Adsorbat adalah molekul gas pencemar
yang tertahan pada permukaan padat (seperti senyawa organik volatil, thinner
cat, pelarut / solvents).
b. Proses Absorpsi. Absorpsi adalah mekanisme dimana satu atau lebih zat
pencemar dalam aliran gas dieliminasi atau dihilangkan dengan cara
melarutkannya dalam cairan.
c. Proses Kondensasi. proses penyisihan gas pencemar dengan cara merubah fasa
dari fasa gas ke fasa cair.
d. Proses Combustion. Proses penyisihan gas yang bekerja dengan prinsip
okidasi. Biasanya digunakan untuk mengendalikan senyawa organik volatil
(VOC) dan atau senyawa-senyawa beracun. Pembakaran atau disebut juga
oksidasi secara kimia berlangsung dengan mereaksikan senyawa tertentu
dengan oksigen baik secara langsung ataupun dengan bantuan katalis.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari alat pengendali gas, sebagai berikut:
1) Adsorber
Kelebihan :
2) Absorber
Kelebihan :
Sulit untuk memperoleh gas murni (biasanya lebih dari satu jenis gas akan
terserap pada waktu bersamaan)
Menghasilkan limbah cair
Membutuhkan proses regenerasi untuk memisahkan absorben dan absorbatnya
Biaya pemeliharaan relatif tinggi
Skema dasar penyisihan alat absorber, pada prinsipnya proses scrubber pada
gas:
Gambar 7. Berbagai Mekanisme Pengendailan Unit Absorber
3) Kondense
Kelebihan
4) Combustion/Catalytic Combustion
Kelebihan :
Penyebab dan dampak pencemaran udara yang paling utama selalu terkait dengan manusia.
Manusia menjadi penyebab utama dan terbesar terjadinya pencemaran udara. Pun manusia
pula yang merasakan dampak terburuk dari terjadinya pencemaran udara. Pencemaran udara
merupakan salah satu kerusakan lingkungan, berupa penurunan kualitas udara karena
masuknya unsur-unsur berbahaya ke dalam udara atau atmosfer bumi. Unsur-unsur
berbahaya yang masuk ke dalam atmosfer tersebut bisa berupa karbon monoksida (CO),
Nitrogen dioksida (NO2), chlorofluorocarbon (CFC), sulfur dioksida (SO2), Hidrokarbon
(HC), Benda Partikulat, Timah (Pb), dan Carbon Diaoksida (CO2). Unsur-unsur tersebut bisa
disebut juga sebagai polutan atau jenis-jenis bahan pencemar udara.
Penyebab polusi udara yang kedua adalah faktor manusia dengan segala aktifitasnya.
Berbagai kegiatan manusia yang dapat menghasilkan polutan antara lain :
a) Pembakaran; Semisal pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga,
kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Polutan yang dihasilkan antara lain asap,
debu, grit (pasir halus), dan gas (CO dan NO).
b) Proses peleburan; Semisal proses peleburan baja, pembuatan soda, semen, keramik,
aspal. Polutan yang dihasilkannya meliputi debu, uap, dan gas.
c) Pertambangan dan penggalian; Polutan yang dihasilkan terutama adalah debu.
d) Proses pengolahan dan pemanasan; Semisal proses pengolahan makanan, daging,
ikan, dan penyamakan. Polutan yang dihasilkan meliputi asap, debu, dan bau.
e) Pembuangan limbah; baik limbah industri maupun limbah rumah tangga. Polutannya
adalah gas H2S yang menimbulkan bau busuk.
f) Proses kimia; Semisal pada pemurnian minyak bumi, pengolahan mineral, dan
pembuatan keris. Polutan yang dihasilkan umunya berupa debu, uap dan gas.
g) Proses pembangunan; Semisal pembangunan gedung-gedung, jalan dan kegiatan yang
semacamnya. Polutannya seperti asap dan debu.
h) Proses percobaan atom atau nuklir; Polutan yang dihasilkan terutama adalah gas dan
debu radioaktif.
Emisi akibat gunung meletus masih kalah dibanding emisi akibat aktivitas manusia di
awal sudah dituliskan bahwa manusia menjadi penyebab utama dan terbesar terjadinya
pencemaran udara. Belum lagi jika kebakaran hutan, sebagai salah satu penyebab polusi
udara terbesar, dimasukkan sebagai pencemaran udara yang disebabkan oleh manusia.
Karena tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar kebakaran hutan dan lahan sengaja
dilakukan oleh manusia.Faktor alami penyebab
Udara terbesar lainnya adalah meletusnya gunung berapi. Letusan gunung berapi sangat
luar biasa. Meskipun demikian, menurut penelitian, seluruh gunung api di dunia
mengeluarkan hanya 0,13 hingga 0,44 miliar ton CO2 per tahunnya. Jumlah ini ternyata
tidak sebanding dengan emisi karbon dioksida yang dihasilkan oleh manusia melalui
pabrik-pabrik dan kendaraan bermotor. Kendaran bermotor saja menyumbangkan emisi
karbon hingga 2 miliar pertahunnya. Pada tahun 2010 saja, berbagai aktivitas manusia
telah menambahkan sedikitnya 35 miliar ton emisi karbon dioksida ke atmosfer.
Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya
pembangunan fisik kota dan pusat – pusat industri, kualitas udara telah mengalami
perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor. Keadaan ini apabila tidak
segera di tanggulangi dapat membahayakan kesehatan manusia, kehidupan hewan, serta
tumbuhan . Perubahan lingkungan udara disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya
zat pencemar (berbentuk gas – gas dan partikel kecil / aerosol) kedalam udara. Zat
pencemar masuk kedalam udara dapat secara alamiah (asap kebakaran hutan, akibat
gunung berapi, debu meteorit, dan pancaran garam dari laut) dan aktivitas manusia
(transportasi, industri pembuangan sampah). Konsentrasi pencemaran udara di beberapa
kota besar dan daerah industri Indonesia menyebabkan adanya gangguan pernafasan,
iritasi pada mata dan telinga, timbulnya penyakit tertentu serta gangguan jarak pandang.
Pembahasan dibawah ini bertujuan untuk mengetahui gambaran secara umum tentang
udara dan permasalahanya serta mengetahui tentang upaya - upaya dalam pengendalian
pencemaran udara.
Sumber Pencemar Udara
Sumber pencemaran dapat merupakan kegiatan yang bersifat alami dan kegiatan
antropogenik. Contoh sumber alami adalah akibat letusan gunung berapi, kebakaran hutan,
dekomposisi biotik, debu, spora tumbuhan dan lain sebagainya. Pencemaran akibat
kegiatan manusia secara kuantitatif sering lebih besar, misalnya sumber pencemar akibat
aktivitas transportasi, industri, persampahan baik akibat proses dekomposisi ataupun
pembakaran dan rumah tangga. Pencemaran udara akibat kegiatan transportasi yang sangat
penting adalah akibat kendaraan bermotor di darat yang menghasilkan gas CO, Nox,
hidrokarbon, SO2 dan Tetraethyl lead, yang merupakan bahan logam timah yang
ditambahkan kedalam bensin berkualitas rendah untuk meningkatkan nilai oktan guna
mencegah terjadinya letupan pada mesin. Parameter penting akibat aktivitas ini adalah
CO, Partikulat, NOx, HC, Pb , dan SOx.
Emisi pencemaran udara oleh industri sangat tergantung dari jenis industri dan prosesnya,
peralatan industri dan utilitasnya. Berbagai industri dan pusat pembangkit tenaga listrik
menggunakan tenaga dan panas yang berasal dari pembakaran arang dan bensin. Hasil
sampingan dari pembakaran adalah SOx, asap dan bahan pencemar lain. Proses
pembakaran sampah walaupun skalanya kecil sangat berperan dalam menambah jumlah
zat pencemar diudara terutama debu dan hidrokarbon. Hal penting yang perlu
diperhitungkan dalam emisi pencemaran udara oleh sampah adalah emisi partikulat akibat
pembakaran, sedangkan emisi dari proses dekomposisi yang perlu diperhatikan adalah
emisi HC dalam bentuk gas metana.
Jenis Pencemar Udara
Pola emisi akan menggolongkan pencemar dari sumber titik (point source), sumber
garis (line source ) dan sumber area (area source). Dilihat secara kimiawi, banyak sekali
macam bahan pencemar tetapi yang biasanya menjadi perhatian adalah pencemar utama
(major air pollutans) yaitu golongan oksida karbon (CO, CO2) , oksida belerang (SO2,
SO3) dan oksida nitrogen (N2O, NO, NO3) senyawa hasil reaksi fotokimia, partikel (asap,
debu, asbestos, metal, minyak, garam sulfat), senyawa inorganik ( HF,
H2S,NH3,H2SO4,HNO3), hidrokarbon (CH4, C4H10) unsur radio aktif (titanium,
Radon), energi panas (suhu, kebisingan). Gas diudara dengan reaksi fotokimia dapat
membentuk bahan pencemar sekunder, misalnya peroxyl radikal dengan oksigen akan
membentuk ozon dan nitrogen dioksida berubah menjadi nitrogen monoksida dengan
oksigen dan sebagainya. Pemaparan terhadap manusia pada umumnya melalui pernafasan
dan cara penanggulangannya terutama dengan mengurangi pembebasan bahan pencemar
secara langsung keudara, misalnya dengan menggunakan “ gas scrubber “, alat tambahan
pada knalpot dan lain – lain. Partikel dengan ukuran antara 0,01 – 5 μm merupakan
sumber pencemar udara yang utama karena keadaanya tidak terlihat secara nyata dan terus
berada pada atmosfer untuk waktu yang cukup lama. Dampak negatif dari bahan – bahan
ini biasanya berupa gangguan pada bahan – bahan bangunan, tanaman, hewan serta
manusia.
Polutan
Polutan udara primer, yaitu polutan yang mencakup 90 % dari jumlah polutan udara
seluruhnya , dapat dibedakan menjadi lima kelompok sebagai berikut:
Sumber polusi yang utama berasal dari transpotasi, 60 % dari polutan yang dihasilkan
terdiri dari karbonmonoksida dan sekitar 15 % hidrokarbon. Toksisitas kelima kelompok
polutan tersebut berbeda – beda dan Tabel 1. di bawah ini menyajikan toksisitas relatif
masing – masing kelompok polutan tersebut. Ternyata polutan yang paling berbahaya bagi
kesehatan adalah partikel – partikel, diikuti berturut – turut NOx, SOx, Hidrokarbon dan
yang paling rendah toksisitasnya adalah karbonmonoksida.
a. Partikulat (PM)
Particulate Matter (PM), didefinisikan sebagai material halus dalam bentuk solid
maupun cair (liquid droplets) di udara dengan ukuran antara 0.05 µm hingga 100 µm.
Selain itu, partikulat juga ditemukan dalam bentuk suspensi dengan rata-rata ukuran
kurang dari 40 µm. Pengelompokan partikulat berdasarkan ukurannya dibagi menjadi
3 (tiga) jenis yaitu a) ultra fine particle, dengan ukuran < 0.1 µm , b) fine particle,
dengan ukuran 0.1 – 2.0 µm, dan c) coarse particle, dengan ukuran >2 µm. Selain itu,
klasifikasi lainnya yang digunakan untuk menggambarkan ukuran partikel adalah sifat
aerodinamis yaitu kurang atau sama dengan 10 µm (PM10). Partikulat dari hasil
pembakaran di mesin diesel pada umumnya berukuran kurang dari 2,5 µm (PM2.5).
Sebagai sebuah hasil reaksi kimia, partikel ini juga memiliki susunan partikel yang
lebih kecil dengan ukuran diameter kurang dari 0,1 µm (CEPA, 1999).
Sumber pencemaran partikel dapat berasal dari peristiwa alami dan dapat juga berasal
dari aktivitas manusia. Sumber pencemaran partikel akibat aktivitas manusia sebagian
besar berasal dari pembakaran batu bara, proses industri, kebakaran hutan dan gas
buangan alat transportasi. Pencemaran partikel yang berasal dari alam, adalah sebagai
berikut :
Debu tanah/pasir halus yang terbang terbawa oleh angin kencang.
Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke duara akibat letusan gunung
berapi.
Semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di daerah
pegunungan.
Debu adalah zat padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan hasil
dari proses pemecahan suatu bahan. Debu adalah zat padat yang berukuran 0,1 – 25
mikron. Debu termasuk kedalam golongan partikulat. Yang dimaksud dengan
partikulat adalah zat padat/cair yang halus, dan tersuspensi diudara, misalnya embun,
debu, asap, fumes dan fog.
Partikel menyebar di atmosfer akibat dari berbagai proses alami, seperti letusan
vulkano, hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktifitas manusia juga berperan
dalam penyebaran partikel, misal dalam bentuk partikel debu dan asbes dari bahan
bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja dan asap dari proses pembakaran
tidak sempuran, terutama dari batu arang. Sumber partikel yang utama adalah
pembakaran bahan bakar dari sumbernya. Diikuti oleh proses– proses industri.
c. Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan juga
tidak berasa. Karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk dari salah satu
proses sebagai berikut:
Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon.
Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu
tinggi.
Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi CO dan O
Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara,
berupa gas buangan. Kendaraan bermotor merupakan sumber polutan CO yang utama
(sekitar 59,2%), maka daerah-daerah yang berpenduduk padat dengan lalu lintas
ramai memperlihatkan tingkat polusi CO yang tinggi. Konsentrasi CO di udara per
waktu dalam satu hari dipengaruhi oleh kesibukan atau aktivitas kendaraan bermotor
yang ada. Semakin ramai kendaraan bermotor yang ada, ]semakin tinggi tingkat
polusi CO di udara.
Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga
kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Secara
alamiah gas CO dapat juga terbentuk walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas
hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain.
Penyebaran gas CO di udara tergantung pada keadaan lingkungan. Untuk daerah
perkotaan yang banyak kegiatan industrinya dan lalu lintasnya padat, udaranya sudah
banyak tercemar oleh gas CO. Sedangkan daerah pinggiran kota atau desa, cemaran
CO di udara relatif sedikit. Ternyata tanah yang masih terbuka di mana belum ada
bangunan di atasnya, dapat membantu penyerapan gas CO. Hal ini disebabkan
mikroorganisme yang ada di dalam tanah mampu menyerap gas CO yang terdapat di
udara. Angin dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu tempat karena
dipindahkan ke tempat lain.
d. Sulfur Oksida (SOx)
Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx, terdiri dari gas SO2 dan gas SO3
yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau sangat tajam dan tidak
mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif. Gas SO3 mudah bereaksi
dengan uap air yang ada di udara untuk membentuk asam sulfat atau H2SO4. Asam
sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi (memakan) benda-benda lain yang
mengakibatkan kerusakan, seperti proses pengkaratan (korosi) dan proses kimiawi
lainnya. Konsentrasi gas SO2 di udara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia
(tercium baunya) manakala konsentrasinya berkisar antara 0,3 – 1 ppm.
Hanya sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfer merupakan hasil dari
aktivitas manusia, dan kebanyakan dalam bentuk SO2 . Sebanyak dua pertiga dari
jumlah sulfur di atmosfer berasal dari sumber-sumber alam seperti volcano, dan
terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Masalah yang ditimbulkan oleh polutan yang
dibuat manusia adalah dalam hal distribusinya yang tidak merata sehingga
terkonsentrasi pada daerah tertentu, bukan dari jumlah keseluruhannya, sedangkan
polusi dari sumber alam biasanya lebih tersebar merata. Transportasi bukan
merupakan sumber utama polutan SOx tetapi pembakaran bahan bakar pada
sumbernya merupakan sumber utama polutan SOx, misalnya pembakaran batu arang,
minyak bakar, gas, kayu dan sebagainya.
Pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur akan menghasilkan kedua bentuk
sulfur oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah
oksigen yang tersedia. Meskipun udara tersedia dalam jumlah cukup, SO2 selalu
terbentuk dalam jumlah terbesar. Jumlah SO2 yang terbentuk dipengaruhi oleh
kondisi reaksi, terutama suhu dan bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.
SO3 biasanya diproduksi dalam jumlah kecil selama pembakaran. Adanya SO3 di
udara dalam bentuk gas hanya mungkin jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika
uap air terdapat dalam jumlah cukup seperti biasanya, SO3 dan air akan segera
bergabung membentuk droplet asam sulfat (H2SO4). Setelah berada di atmosfer,
sebagian SO2 akan diubah menjadi SO3 (kemudian menjadi H2SO4) oleh proses-
proses fotolitik dan katalitik. Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi
oleh beberapa faktor termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan
distribusi spektrum sinar matahari.
e. Nitrogen Oksida (NOx)
Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx, karena oksida nitrogen mempunyai 2
macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO. Sifat gas NO2
adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak berbau.
Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung.
Seperti halnya CO, emisi nitrogen oksida dipengaruhi oleh kepadatan penduduk
karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran, dan
kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan, produksi energi dan
pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx yang dibuat manusia berasal dari
pembakaran arang, minyak, gas alam dan bensin.
Emisi NOx sangat bervariasi tergantung pada jenis bahan bakar dan jenis
pembakaran. Dampak NO2 pada kesehatan bervariasi dengan tingkat paparan.
Paparan dari beberapa menit sampai dengan satu jam pada level antara 50-100 ppm
NO2, menyebabkan membengkaknya kulit paru-paru selama 6-8 minggu. Paparan
pada 150-200 ppm NO2 menyebabkan hilangnya fibrasi tenggorokan (bronchiolitis
fibrosa obliterans), suatu kondisi yang fatal dalam 3-5 minggu setelah terpapar.
Kematian akan datang jika terpapar NO2 sebanyak 500 ppm atau lebih dalam waktu
2-10 hari (Haidong Kan et al, 2012).
Gas nitrogen dioksida (NO2) bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang
sangat menyengat dan warnanya coklat kemerahan. Organ tubuh yang paling peka
terhadap pencemaran gas NO2 adalah paru-paru. Paru-paru yang terkontaminasi oleh
gas NO2 akan membengkak sehingga penderita sulit bernapas yang dapat
mengakibatkan kematian. Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat menyebabkan
gangguan pada system syaraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Pada tanaman
dapat menyebabkan nekrosis atau kerusakan pada jaringan daun. Pencemaran udara
oleh gas NOx juga dapat menyebabkan timbulnya Peroxi Acetil Nitrates (PAN).
Dapat menyebabkan iritasi pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan
berair.
f. Oksidan Kimia : Ozon (O3) & Peroksiasilnitrat (PAN)
Polutan sekunder yang paling berbahaya yang dihasilkan oleh reaksi hidrokarbon
dalam siklus tersebut adalah ozon (O3) dan peroksiasetilnitrat, yaitu salah satu
komponen yang paling sederhana dari grup peroksiasilnitrat (PAN).
Oksidan yang terutama adalah ozon (O3), nitrogen dioksida (NO2) dan
peroxyacylnitrate (PAN). NO2 berasal dari hasil reaksi fotokimia NO dengan oksigen
di udara. Sedangkan ozon dan PAN berasal dari reaksi fotokimia NO, NO2, SO2 dan
radiakal hidrokarbon. Ozon bukan merupakan hidrokarbon tetapi konsentrasi O3 di
atmosfer naik sebagai akibat langsung dari reaksi hidrokarbon, sedangkan PAN
merupakan turunan hidrokarbon. Hasil reaksi antara O dengan hidrokarbon
merupakan produk intermediat yang sangat reaktif yang disebut hidrokarbon radikal
bebas (RO2 ). Radikal bebas semacam ini dapat bereaksi lebih lanjut dengan berbagai
komponen termasuk NO, NO2 , O2 , O3 , dan hidrokarbon lainnya.
Campuran produk-produk sebagai akibat gangguan hidrokarbon di dalam siklus
fotolitik NO2 disebut smog fotokimia, yaitu terdiri dari kumpulan O3 , CO, PAN dan
komponen-komponen organik lainnya termasuk aldehide, keton, dam alkil nitrat.
Konsentrasi oksidan di udara dipengaruhi oleh ada tidaknya sinar matahari dan kadar
bahan-bahan pencemar primernya di udara. Pada siang hari kadar oksidan mencapai
titik maksimum dan malam hari kadar oksidant berada pada titik minimumnya.
5. Hubungan Ventilasi Dengan Pengendalian Pencemaran
Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan
ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup
untuk hidup secara optimal. Udara dapat dikelompokkan menjadi: udara luar ruangan
(outdoor air) dan udara dalam ruangan (indoor air). Kualitas udara dalam ruang sangat
mempengaruhi kesehatan manusia, karena hampir 90 % hidup manusia berada dalam
ruangan.
Kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality) merupakan masalah yang perlu
mendapat perhatian karena akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Timbulnya
kualitas udara dalam ruangan umumnya disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kurangnya
ventilasi udara (52%), adanya sumber kontaminasi di dalam ruangan (16%) kontaminasi
dari luar ruangan (10%), mikroba (5%), bahan material bangunan (4%) ,lain-lain (13%).
Salah satu timbulnya kualitas udara dalam ruangan yaitu krangnya ventilasi udara dapat
menimbulkan beberapa dampak pada kesehatan. Menurut standar WHO, luas ventilasi
ruangan yang kurang dari 10 % atau ventilation rate kurang dari 20 CFM memberikan
risiko yang besar untuk terjadinya gejala SBS. Ventilation rate yang baik untuk suatu
gedung atau ruangan adalah 25-50 CFM per penghuni. Ventilasi yang paling ideal untuk
suatu ruangan apabila ventilasi dalam keadaan bersih, luas memenuhi syarat, sering
dibuka, adanya cross ventilation sehingga tidak menyebabkan adanya dead space dalam
ruangan. Ketidakseimbangan antara ventilasi dan pencemaran udara merupakan salah satu
sebab terbesar gejala SBS.
Fungsi sebuah sistem ventilasi dalam lingkungan kerja dimaksudkan untuk mengatur
kondisi kenyamanan ruangan, memperbaruhi udara dengan pencemaran udara ruangan
pada batas normal, serta menjaga kebersihan udara dari kontaminasi berbahaya. Ventilasi
ruangan secara alami didapatkan dengan jendela terbuka yang mengalirkan udara luar ke
dalam ruangan
Teknologi pengendalian ini perlu dikaji dengan seksama, agar penggunaan alat tidak
berlebihan dan kinerja yang diajukan oleh pembuat alat dapat dicapai dan memenuhi
persyaratan perlindungan lingkungan. Sistem pengendalian ini harus diawali dengan
memahami watak emisi senyawa pencemar dan lingkungan penerima. Teknologi
pengendalian yang sempurna akan membutuhkan biaya yang besar sekali sehubungan
dengan dimensi alat, kebutuhan energi, keselamatan kerja dan mekanisme reaksi.
Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat lainnya, di antaranya:
Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas
lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya
menjadi 10% dikali luas lantai ruangan. Ukuran luas ini diatur sedemikian rupa
sehingga udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit.
Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap dari sampah atau dari
pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan lain-lain.
Aliran udara diusahakan Ventilasi Silang atau Cross Ventilation dengan
menempatkan lubang hawa berhadapan antara 2 dinding ruangan. Aliran udara ini
jangan sampai terhalang oleh barang-barang besar misalnya almari, dinding sekat dan
lain-lain.
Oleh karena itu, perlu adanya ventilasi yang baik guna memperoleh pergantian udara
dan udara menjadi segar karena udara segar sangat dibutuhkan manusia terutama dimasa
sekarang dimana udara tidak lagi sehat dan pada masa pandemi ini hampir 24 jam kita
berada di rumah sehingga apabila suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang
baik dan over crowded maka akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan
kesehatan. Selain itu agar kuman-kuman penyakit dalam udara, seperti bakteri dan virus,
dapat keluar dari ruangan, sehingga tidak menjadi penyakit. Orang-orang yang batuk dan
bersin-bersin mengeluarkan udara yang penuh dengan kuman-kuman penyakit, yang dapat
menginfeksi udara di sekelilingnya. Penyakit-penyakit menular yang penularannya dengan
perantara udara, antara lain : TBC, bronchitis, pneumonia, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Hadiyarto, A., dan Sasongko, D.P., 1998, Buku Teks ; Pengendalian Pencemaran Udara,
Pusat Studi lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan: Jakarta.
Prabowo, Kuat, dan Burhan Muslim. 2018. Buku Ajar Kesehatan Lingkungan, Penyehatan
Udara. Jakarta: Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta 2.
Soedomo, M., 2001, Pencemaran Udara (Kumpulan karya ilmiah), ITB press: Bandung
https://id.scribd.com/presentation/444584633/4-Jenis-jenis-ventilasi-hubungannya-dengan-
pengendalian-pencemaran-polutan-pptx
http://kotaku.pu.go.id/view/3063/tentang-rumah-sehat-
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://enviro.bppt.go.id/
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.usu.ac.id/