Sewage Treatment

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KOTORAN MANUSIA


Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk
tinja (faeces), air seni (urine), dan CO2 sebagai hasil dari proses pernapasan. Pembuangan
kotoran manusia didalam tulisan ini dimaksudkan hanya tempat pembuangan tinja dan urin, yang
pada umumnya disebut latrine (jamban atau kakus). proses pembuangan kotoran dapat terjadi
(bergantung pada individu dan kondisi) antara sekali setiap dua hari hingga beberapa kali dalam
sehari.Pengerasan tinja dapat menyebabkan meningkatnya waktu antara pengeluarannya dan
disebut dengan konstipasi.
Tinja adalah bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia melalui anus sebagai sisa dari
proses pencernaan makanan di sepanjang sistem saluran pencernaan (tractus digestifus).
Pengertian tinja ini juga mencakup seluruh bahan buangan yang dikeluarkan dari tubuh manusia
termasuk karbon monoksida (CO2) yang dikeluarkan sebagai sisa dari proses pernafasan,
keringat, lendir dari ekskresi kelenjar, dan sebagainya (Soeparman, 2002:11). Ekskreta manusia
(human excreta) yang berupa feses dan air seni (urine) merupakan hasil akhir dari proses yang
berlangsung dalam tubuh manusia yang menyebabkan pemisahan dan pembuangan zat-zat yang
tidak dibutuhkan oleh tubuh (Chandra, 2007:124).
Jamban Tidak Sehat Dalam ilmu kesehatan lingkungan, dari berbagai jenis kotoran manusia,
yang lebih dipentingkan jenis kotoran manusia, yang lebih dipentingkan adalah tinja (faeces) dan
air seni (urine) karena kedua bahan buangan ini memiliki karakteristik tersendiri dan dapat
menjadi sumber penyebab timbulnya berbagai macam penyakit saluran pencernaan (Azwar,
1995).

B. KARASTERISTIK PEMBUANGAN KOTORAN MANUSIA


Menurut Azwar (1995:74) seorang yang normal diperkirakan menghasilkan tinja rata-rata sehari
sekitar 83 gram dan menghasilkan air seni sekitar 970 gram. Kedua jenis kotoran manusia ini
sebagian besar berupa air, terdiri dari zat-zat organik (sekitar 20% untuk tinja dan 2,5% untuk air
seni), serta zat-zat anorganik seperti nitrogen, asam fosfat, sulfur, dan sebagainya. Perkiraan
komposisi tinja dapat dilihat pada tabel berikut (Soeparman, 2002):
Perkiraan komposisi tinja tanpa air seni
Komponen Kandungan %
Air 66-80
Bahan organik (dari berat kering) 88-97
Nitrogen (dari berat kering) 5,7-7,0
Fosfor (sebagai P2O5) (dari berat kering) 3,5-5,4
Potasium (sebagai K2O) (dari berat kering) 1,0-2,5
Karbon (dari berat kering) 40-55
Kalsium (sebagai CaO) (dari berat kering) 4-5
C/N rasio (dari berat kering) 5-10
Kuantitas tinja dan air seni
Tinja/air seni Gram/orang/hari
Berat basah Berat kering
Tinja
Air seni 135-270
1.000-1.300 35-70
50-70
Jumlah 1.135-1.570 85-140

Selain kandungan komponen-komponen di atas, pada setiap gram tinja juga mengandung
berjuta-juta mikroorganisme yang pada umumnya tidak berbahaya bagi kesehatan/ tidak
menyebabkan penyakit.
Namun tinja potensial mengandung mikroorganisme patogen, terutama apabila manusia yang
menghasilkannya menderita penyakit saluran pencernaan makanan (enteric orintestinal
disesases).Mikroorganisme tersebut dapat berupa bakteri, virus, protozoa, ataupun cacing-cacing
parasit.Coliform bacteria yang dikenal sebagai Echerichia coli dan Fecal stretococci
(enterococci) yang sering terdapat di saluran pencernaan manusia, dikeluarkan dari tubuh
manusia dan hewan-hewan berdarah panas lainnya dalam jumlah besar rata-rata sekitar 50 juta
per gram (Soeparman, 2002)).

C. METODE PEMBUANGAN KOTORAN MANUSIA


Metode pembuangan kotoran manusia secara umum dapat dibagi menjadi dua, unsewered area
dan sewered area.
1. Unsewered Areas
Metode unsewered area merupakan suatu cara pembuangan tinja yang tidak menggunakan
saluran air dan tempat pengolahan air kotor. Di dalam metode ini, terdapat beberapa pilihan cara,
antara lain :
a. Jenis Layanan (sistem conservacy) (Service type (conservacy system) )
b. Jenis non-layanan (kakus) (Non-service type (sanitary latrines) ).
1) Bore lubang jamban (Bore hole latrine)
2) Jenis segel air kakus (Dug well or pit latrine)
3) Sumur gali atau lubang jamban (Water seal type of latrines)
PRAI type
RCA type
4) Septic tank
5) Aqua privy
6) Chemical closet

c. kakus cocok untuk kamp dan penggunaan sementara (latrines suitable for camps and
temporary use).
1) Jamban Dangkal (Shallow trench latrine)
2) Jamban Dalam (Deep trench latrine)
3) Pit jamban (Pit latrine)
4) lubang jamban (Bore hole latrine)
a. Service Type (Conservancy System)
Metode pengumpulan tinja dari ember-ember khusus oleh manusia disebut service type dan
kakusnya disebut service latrines. Kotoran diangkut ke pembuangan akhir dan dimusnahkan
dengan metode composting dan ditanam dalam lubang yang dangkal. service latrines selain
selain tidak sehat juga dapat menyebabkan pencemaran yang tentunya memfasilitasi siklus
penyakit yang ditularkan melalui feses (faecalborne). Kotoran di dalam lubang dangkal itu
mudah diakses oleh lalat dan kemungkinan menyebabkan pencemaran pada tanah dan air. Ember
dan wadahnya mudah mengalami korosi dan perlu sering diganti. Operasi pengosomgan ember
tidak selalu memuaskan, disamping adanya kesulitan untuk mengumpulkan pekerja yang cocok
yang diperlukan dalam pengumplan tinja. Karena kesulitan tersebut, sebaiknya di pergunakan
sistem sanitary latrines di dalam pembuangan kotoran manusia.
b. Non-Service Type of Latrines (Sanitary Latrines)
Di dalam sistem sanitary latrines ini, ada beberapa teknik yang dapat kita gunakan, Antara lain :
1) Lubang Jamban (bore hole latrine)
Bore hole latrine terdiri dari lubang dengan diameter 30-40 cm yang digali secara vertikal ke
dalam tanah dengan kedalaman 4-8 m, paling sering 6 m. Alat khusus yang disebut auger
dibutuhkan untuk menggali lubangnya. Pada tanah yang lunak dan berpasir, lubang dilapisi
dengan bambu untuk mencegah agar tanahnya tidak runtuh. Plat dengan lubang di tengah dan
lubang untuk berpijak diletakkan di atas lubang hasil pengeboran tersebut. Sistem ini ditujukan
bagi keluarga yang beranggotakan 5-6 jiwa dan dapat dipakai selama 1 tahun. Cara ini juga
sesuai untuk keluarga tetapi tidak sesuai untuk umum karena kapasitasnya kecil. Jika isinya
sudah mencapai 50 cm dari permukaan tanah, plat dapat diangkat dan lubang ditutup dengan
tanah. Lubang baru dapat dibuat kembali dengan cara yang sama. Kotoran dalam lubang akan
dipurifikasi oleh bakteri anaerobik yang akan mengubahnya menjadi massa yang tidak
berbahaya.

Keuntungan dari kakus bore hole ini antara lain :


Tidak memerlukan pembersihan setiap hari untuk memindahkan tinja.
Lubangnya gelap dan tidak cocok bagi lalat untuk berkembang biak.
Bila lokasinya 15 m dari sumber air, tidak akan menimbulkan pencemaran pada air.
Sistem ini sekarang tidak cocok lagi karena beberapa alasan berikut :
Lubang tersebut cepat penuh karena kapasitasnya kecil.
Alat khusus (auger) yang dibutuhkan untuk membuatnya tidak selalu tersedia.
Banyak tempat yang lapisan tanahnya lunak sehingga sulit menggali lubang lebih dalam dari 3
meter. Selain itu, banyak juga daerah yang berair dan memiliki lapisan permukaan yang lebih
tinggi sehingga pembangunan sistem semacam ini justru dapat mencemari permukaan tanah.

2) Sumur gali jamban (Dug well latrine)


Dug well latrine merupakan pengembangan dari bore hole latrine. Metode ini dilakukan dengan
cara membuat lubang berdiameter sekitar 75 cm dengan kedalaman 3-3,5 m. Di daerah dengan
tanah berpasir, kedalamannya 1,5-2 m. Lubang dapat dilapisi dengan bambu untuk mencegah
runtuhnya tanah. Setelah plat dipasang di atas lubang, lubang ditutup dengan super structure
(rumah-rumahan), manfaat tipe ini, antara lain :
Mudah dibuat dan tidak membutuhkan alat khusus seperti auger.
Bisa digunakan lebih lama karena kapasitasnya lebih besar yaitu selama 5 tahun untuk 4-5
orang.
Bila lubang telah penuh, lubang baru dapat dibuat. Kerja dug well latrine ini sama dengan bore
hole latrine, yaitu secara anaerob digestion.

3) Sumur gali atau lubang jamban (Water Seal Type of Latrine)


Water seal ini dibuat untuk dua fungsi penting, yaitu mencegah kontak dengan lalat dan
mencegah bau busuk. Sistem ini lebih bisa diterima oleh masyarakat desa daripada sistem bore
hole latrine.

Keuntungan kakus jenis ini, antara lain :


Memenuhi syarat estetika.
Dapat ditempatkan di dalam rumah karena tidak bau sehingga pemakaiannya lebih praktis.
Aman untuk anak-anak.
Adapun persyaratan di dalam penerapan sistem water seal latrine, antara lain :
Lokasinya sekitar 15 m dari sumber air dan sebaiknya berada pada daerah yang lebih rendah
dari sumber air untuk mencegah kontaminasi bakteri pada sumber air.
Memiliki plat untuk jongkok dibuat dari bahan yang mudah dicuci, cepat bersih, dan kering.
Plat ini terbuat dari beton/semendengan ukuran 90 x 90 x 5 cm. Ada kemiringan 0,5 inci pada
wadahnya untuk memudahkan aliran ke dalam kakus.
Memiliki wadah (pan) yang ditujukan untuk menampung tinja, urine dan air. Panjangnya 42,5
cm, lebar bagian depan 12,5 cm dan bagian yang terlebar adalah 20 cm.
Memilik perangkap (trap) yang terbuat dari pipa dengan diameter 7,5 cm yang dihubungkan
dengan pas di atas dan menyimpan air yang penting untuk water seal. Water seal adalah jarak
antara titik tertinggi air didalam perangkap dan titik terbawah air ada pada permukaan atas
perangkap. Kedalaman water seal pada RCA latrine adalah 2 cm. Water seal dapat mencegah bau
dan masuknya lalat.
Jika lubang yang digali terletak jauh dari plat tempat jongkok, dapat disiapkan sebuah pipa
penghubung antara keduanya dengan diameter sekitar 7,5 cm dan panjangnya sekurang-
kurangnya1 m serta berujung bengkok. Tipe ini disebut tipe indirect (tidak langsung). Pada tipe
direct (langsung), pipa penghubung tidak digunakan. Tipe langsung paling baik pada daerah
yang tanahnya keras dan tidak mudah runtuh. Tipe langsung lebih murah dan mudah dibuat serta
memerlukan ruangan yang kecil. Kelebihan dari tipe indirect adalah bahwa jika lubang telah
penuh, lubang kedua dapat dibuat hanya dengan mengubah arah pipa penghubung. Oleh karena
itu, tipe indirect lebih disukai.
Memiliki dug well latrine yang biasanya berdiameter sekitar 75 cm dengan kedalaman 3-3,5
cm. Pada tanah yang lembut dan memiliki kandunga air yang tinggi, bamabu dapat digunakan
untuk mencegah runtuhnya tanah.
Memiliki super structure (rumah-rumahan) yang sengaja dibangun untuk menyediakan
kebebasan pribadi dan tempat berlindung.
Di dalam pemeliharaannya, kakus ini hanya digunakan untuk kepentingan yang dimaksudkan
dan tidak untuk pembuangan bahan-bahan lain. Platnya harus sering dibersihkan dan dijaga agar
selalu kering dan bersih.

4) Septic Tank
Septic tank merupakan cara yang memuaskan dalam pembuangan ekskreta untuk sekelompok
kecil rumah tangga dan lembaga yang memiliki persediaan air yang mencukupi, tetapi tidak
memiliki hubungan dengan sistem penyaluran limbah masyarakat.
Desain utama dari septic tank antara lain :
Kapasitas septic tank bergantung pada jumlah pemakai. Kapasitas 20-30 galon/orang
dinjurkan untuk penggunaan rumah tangga. Kapasitas untuk rumah tangga itu tidak berlaku
untuk septic tank yang ditujukan untuk kepentingan umum (kapasitas minimal 50 galon/orang).
Ukuran panjang biasanya 2 kali lebar.
Kedalaman lubang antara 1,5-2 m.
Kedalaman cairan dianjurkan hanya 1,2 m.
Ruangan udara minimal 30 cm di antara titik tertinggi cairan di dalam tank dengan permukaan
bawah penutup.
Dasar dibuat miring ke arah lubang pengeluaran.
Memliki lubang air masuk dan keluar, terdapat pipa masuk dan keluar.
Pelapis septic tank terbuat dari papan yang kuat dengan tebal yang sama.
Periode retensi septic tank dirancang selama 24 jam.
Mekanisme Kerja Septic Tank. Pertama, benda padat yang ada diuraikan oleh bakteri anaerob
dan jamur menjadi senyawa kimia yang sederhana. Tahap pertama dalam proses purifikasi
tersebut dinamakan anaerobic digestion. Cairan yang keluar melalui pipa pengeluaran disebut
affluent. Cairan tersebut mengandung bakteri, kista, telur cacing dan bahan-bahan organik dalam
bentuk cair maupun suspensi. Bahan-bahan organik kemudian dioksidasi menjadi hasil akhir
yang stabil seperti nitrat dan air. Tahap tersebut dinamakan tahap oksidasi anaerobik. Kedua
tahapan tersebut berlansung dalam septic tank. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan :
Penggunaan air sabun dan desinfektan seperti fenol sebaiknya dihindari karena dapat
membunuh flora bakteri di dalam septic tank.
Penumpukan endapan lumpur mengurangi kapasitas septic tank sehingga isi septic tank harus
dibersihkan minimal sekali setahun.
Septic tank baru sebaiknya diisi dahulu dengan air sampai saluran pengeluaran, kemudian
dilapisi dengan lumpur dari septic tank lain untuk memudahkan proses dekomposisi oleh bakteri.

5) Aqua Privy (Cubluk Berair)


Fungsi aqua privy sama dengan septic tank dan telah banyak digunakan di berbagai negara.
Kakus ini memiliki bak yang kedap air. Bentuk tangkinya sirkuler atau rektanguler. Pembuatan
kakus ini dilakukan dengan cara membuat lubang pada tanah dengan diameter 80-120 cm dan
dalam 2,5-8 m. Dindingnya diperkuat dengan batu atau bata dan dapat ditembok agar tidak
mudah runtuh. Lama pemakaian dapat mencapai 5-15 tahun. Jika tinja sudah mencapai 50 cm
dari permukaan tanah, cubluk dipandang sudah penuh. Cubluk yang sudah pernuh ditimbun
dengan tanah dan dibiarkan selama 9-12 bulan. Setelah itu, isi cubluk dapat diambil untuk
digunakan sebagai pupuk, sedangkan lubangnya dapat dipergunakan kembali. Jika cubluk yang
satu sudah penuh dan ditimbun, cubluk yang baru dapat dibuat.
Tinja mengalami proses perifikasi berupa anaerobik digestion yang akan menghasillkan gas
kotor. Dengan demikian perlu dibuat ventilasi untuk mengeluarkannya. Air yang keluar dari
saluran pengeluaran berbahaya karena mengandung bahan-bahan tinja berbentuk suspensi yang
dapat berisi agens parasit atau infeksi. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan
kakus semacam ini :
Jangan pernah memasukkan desinfektan ke dalam kakus karena dapat mengganggu proses
pembusukan yang emngakibatkan cubluk cepat penuh.
Setiap minggu, kakus sebaiknya diberi minyak tanah untuk mencegah nyamuk bertelur di
dalamnya.
Agar tidak terlalu bau, kakus dapat diberi kapur barus.
Kakus ini hanya baik dibangun di tempat yang banyak mengandung air.
6) Closet kimia (Chemical Closet)
Kloset ini terdiri dari tanki metal yang berisi cairan desinfektan (kaustik soda) yang juga
ditambah dengan bahan penghilang bau. Tempat duduk diletakkan langsung diatas tanki. Tidak
ada yang boleh dimasukkan ke dalam kloset kecuali kertas toilet. Jika air dimasukkan ke dalam
kloset, cairan kimia yang ada di dalamnya akan mengalami pengenceran sehingga kloset tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Tinja dapat dicairkan dan disterilisasi dengan bahan kimia.
Setelah beberapa bulan penggunaan kloset kimia, isi kloset harus dibuang. Chemical closet ini
banyak digunakan dalam sarana transportasi, misalnya kereta api dan pesawat terbang.

c. Jamban Cocok untuk Camps dan Penggunaan Sementara (Latrines Suitable for Camps and
Temporary Use)
Kakus ini dipakai untuk kebutuhan sementara (perkemahan dan tempat pengungsian). Ada
beberapa jenis kakus semacam ini, di antaranya :
1) Jamban Dangkal (Shallow trench latrine)
Kakus ini memiliki lebar 30 cm dan dalam 90-150 cm. Panjangnya bergantung pada jumlah
penggunanya (sekitar 3-3,5 m untuk 100 orang). Saluran yang terpisah harus dibuat untuk laki-
laki dan perempuan. Timbunan tanah harus tersedia di sisi setiap kakus karena setiap kali
menggunakan kakus ini, penggunanya harus menutup sendiri kotorannya dengan tanah. Kakus
ini ditujukan untuk penggunaan dalam waktu singkat. Jika isi saluran sudah mencapai 30 cm di
bawah permukaan tanah, kakus ini harus ditutup. Jika perlu, dibuat saluran baru lagi.

2) Jamban Dalam (Deep trench latrine)


Kakus ini digunakan dalam jangka waktu lebih lama yaitu beberapa minggu sampai beberapa
bulan. Ukuran kedalamannya mencapai 1,8-2,5 m, sedangkan lebarnya 75-90 cm. Penyediaan
tempat berjongkok akan bergantung pada kebiasaan setempat. Kakus ini dilengkapi dengan
rumah kakus untuk privasi dan perlindungan.

2. Sewered Areas
Pada sistem pembuangan limbah cair yang menerapkan water carriage system atau sewerage
system, pengumpulan dan pengangkutan ekskreta dan air limbah dari rumah, kawasan industri
dan perdagangan dilakukan melalui jaringan pipa dibawah tanah yang disebut sewers ke tempat
pembuangan akhir yang biasanya dibangun di ujung kota. Sistem tersebut merupakan metode di
dalam pengumpulan dan pengangkutan kotoran manusia dari kota-kota yang berpenduduk padat.
Terdapat 2 tipe sistem sewered areas antara lain :
a. Sistem kombinasi (combined sewer)
Pada sistem kombinasi, sewer membawa air permukaan dan air limbah dari rumah tangga dan
lainnya dalam satu saluran.

b. Sistem terpisah (separated sewer)


Pada sistem sewer terpisah, air permukaan tidak masuk ke dalam sewer. Sistem terpisah
dianjurkan dan dewasa ini menjadi pilihan. Hambatan di dalam penerapannya adalah mahalnya
biaya pembuatan sistem ini.
Cara pembuangan tinja mempergunakan sistem saluran air (water carriage system) dan
pengolahan limbah (sewage treatment) merupakan perwujudan persyaratan sanitasi yang harus
dipenuhi dalam pembuangan tinja.
Sistem Pengangkutan Air (Water Carriage System)
Water carriage system memiliki elemen-elemen sebagai berikut :
a. Sistem pipa bangunan (household sanitary fittings)
water closet
urinal
wash basin

b. Saluran pipa pembuangan dari rumah (house sewers)


Pembilasan toilet, saluran pembuangan dan air kotor memasuki saluran rumah melalui
intermediate connection yang dikenal sebagai pipa tanah (soil pipe). Pipa tanah ini
menghubungkan saluran pembuangan dari house fitting ke house drain (saluran rumah). Pipa itu
juga berfungsi sebagai ventilasi luar (outlet ventilator) untuk gas-gas kotor. House drain biasanya
berdiameter 10 cm dan terletak kira-kira 15 cm di bawah tanah. House drain akan menyebabkan
kotoran mengendap sebelum masuk ke dalam pipa utama.

c. Pipa pembuangan di jalan (street sewer)


Pipa utama ini berdiameter tidak kurang dari 22,5 cm sementara pipa yang lebih besar
berdiameter 2-3 meter. Pipa ini diletakkan di atas semen kira-kira 3 m di bawah tanah. Pipa
utama ini menerima kotoran dari beberapa rumah dan mengangkutnya ke pembuangan akhir.

d. Peralatan saluran (sewers appurtenance)


Peralatan saluran ini terdiri atas manholes (lubang selokan) dan trap (perangkap) yang dipasang
pada sistem pembuangan air kotor. Manholes merupakan bangunan yang bermuara ke dalam
sewer system yang diletakkan pada titik pertemuan 2 sewer atau lebih dan pada jarak 100 m
lurus. Lubang ini memungkinkan manusia masuk ke dalam saluran untuk memriksa,
memperbaiki dan membersihkannya. Pekerja yang memasuki manholes dapat mengalami
keracunan dan sesak nafas.
Trap merupakan alat yang dirancang untuk mencegah masuknya gas-gas kotor ke dalam rumah
dan untuk memisahkan pasir dan bahan-bahan lain dari saluran. Trap diletakkan dalam 3 situasi
berikut :
1) Di bawah basin (baskom) WC.
2) Di titik masuknya permukaan air limbah ke dalam saluran.
3) Di titik persambungan antara saluran rumah dan saluran umum.
Instalasi pembuangan air kotor ini sangat kompleks dan membutuhkan pernecanaan, rancangan,
konstruksi, operasi dan administrasi yang membutuhkan keahlian khusus. Namun, sistem ini
dapat melayani satu generasi (30 tahun).

D. PENGELOLAAN KOTORAN MANUSIA


Masalah penyehatan lingkungan pemukiman khususnya pada pembuangan tinja merupakan salah
satu dari berbagai masalah kesehatan yang perlu mendapatkan prioritas. Penyediaan sarana
pembuangan tinja masyarakat terutama dalam pelaksanaannya tidaklah mudah, karena
menyangkut peran serta masyarakat yang biasanya sangat erat kaitannya dengan prilaku, tingkat
ekonomi, kebudayaan dan pendidikan.
Tempat jamban dapat dipilih yang baik, sehingga bau dari jamban tidak tercium. Secara
tersendiri dan ditempatkan di luar atau di dalam rumah dan berfungsi untuk melayani 1 sampai
dengan 5 keluarga, atau untuk melayani orang-orang di tempat-tempat umum (terminal, bioskop,
dan sebagainya).
Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang
banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit, seperti
diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta estetika.
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran
manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus atau WC. Syarat jamban yang
sehat sesuai kaidah-kaidah kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Tidak memncemari sumber air minum


2. Tidak berbau tinja dan tidak bebas dijamah oleh serangga maupun tikus.
3. Air seni, air bersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah sekitar olehnya itu lantai
sedikitnya berukuran 1 X 1 meter dan dibuat cukup landai, miring kearah lobang jongkok.
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannnya.
5. Dilengkapi dengan dinding dan penutup
6. Cukup penerangan dan sirkulasi udara.
7. Luas ruangan yang cukup
8. Tersedia air dan alat pembersih.
Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan kebiasaan
masyarakat. Tujuan program JAGA (jamban keluarga) yaitu tidak membuang tinja ditempat
terbuka melaingkan membangun jamban untuk diri sendiri dan keluarga.Penggunaan jamban
yang baik adalah kotoran yang masuk hendaknya disiram dengan air yang cukup, hal ini selalu
dikerjakan sehabis buang tinja sehingga kotoran tidak tampak lagi. Secara periodic Bowl, leher
angsa dan lantai jamban digunakan dan dipelihara dengan baik, sedangkan pada jamban
cemplung lubang harus selalu ditutup jika jamban tidak digunakan lagi, agar tidak kemasukan
benda-benda lain.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jarak jamban dan sumber air bersih
adalah sebagai berikut :
Kondisi daerah, datar atau miring
Tinggi rendahnya permukaan air
Arah aliran air tanah
Sifat, macam dan struktur tanah
Untuk mencegah, sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan maka
pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran
harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah
pedesaan apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :
Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut.
Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya
Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.
Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa dan binatang
Tidak menimbulkan bau.
Mudah digunakan dan dipelihara (maintenance).
Sederhana desainnya.
Murah
Dapat diterima oleh pemakainya.

E. PEMANFAATAN KOTORAN MANUSIA


1. Pemanfaatan kotoran manusia sebagai pupuk tanaman
Kotoran manusia bukanlah limbah tak berguna. Sebuah lembaga organik Inggris menyatakan
kotoran manusia dapat memainkan peran penting dalam mengamankan ketahanan pangan masa
depan, misalnya membantu mencegah menurunnya hasil panen tanaman pangan, seperti gandum,
yang sangat membutuhkan pupuk fosfor. "Diperkirakan hanya 10 persen dari 3 juta ton fosfor
yang dikeluarkan oleh populasi manusia di dunia setiap tahun yang kembali ke tanah pertanian,*
kata Asosiasi Pertanahan,badan sertifikasi organik terbesar di Inggris.
Suplai fosfor yang cukup sangat penting bagi pembentukan biji, perkembangan akar, dan
pematangan tanaman. Dulu, penduduk Eropa mengembalikan fosfor ke lahan pertanian melalui
pemupukan menggunakan kotoran ternak dan manusia. Laporan Asosiasi Pertanahan meminta
dilakukannya perubahan regulasi Uni Eropa agar mengizinkan penggunaan endapan pengolahan
limbah, atau blosolid, pada lahan pertanian organik bersertiflkasi. Regulasi ini melarang
penggunaan biosolid pada lahan pertanian organik karena dikhawatirkan ada efek racun dari
logam berat yang disebabkan oleh kombinasi limbah kotoran manusia dengan produk limbah
lain, semisal sampah pabrik.
2. Pemanfaatan kotoran manusia menjadi biogas
Biogas adalah suatu campuran gas-gas yang dihasilkan dari suatu proses fermentasi bahan
organik oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen atau anaerobik (Sahidu, 1983). Biogas adalah
gas yang dapat terbakar dari hasil fermentasi bahan organik yang berasal dari daun-daunan,
kotoran hewan/manusia, dan lain-lain limbah organik yang berasal dari buangan industri oleh
bakteri anaerob (Wijayanti, 1993).Biogas adalah bahan bakar berguna yang dapat diperoleh
dengan memproses limbah (sisa) pertanian yang basah, kotoran hewan dan manusia atau
campurannya, di dalam alat yang dinamakan penghasil biogas (Harahap dkk, 1980). Menurut
Polprasert (1985), kandungan biogas tergantung dari beberapa faktor seperti komposisi limbah
yang dipakai sebagai bahan baku, beban organik dari digester, dan waktu serta temperatur dari
penguraian secara anaerobik. Walaupun terdapat variasi dalam kandungan biogas,Kandungan
bahan organik di dalam limbah pertanian cukup besar, apabila tidak dikelola dengan baik dapat
menimbulkan berbagai masalah kesehatan dan estetika. Bahan organik terdiri dari senyawa-
senyawa karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen, kadang senyawa sulfur, fosfor dan lain-
lain.Kadar dan jenis bahan yang dapat menurunkan kualitas atau mencemarkan lingkungan
sangat bervariasi tergantung dari jenis hasil pertanian itu sendiri namun secara garis besar, dapat
dinyatakan bahwa limbah hasil pertanian mudah terurai secara biologis di alam (biodegradable)
(Tugaswati dan Nugroho 1985).Tinja dan urin manusia tergolong bahan organik merupakan hasil
sisa perombakkan dan penyerapan dari sistem pencernaan. Berdasarkan kapasitas manusia
dewasa rataan hasil tinja 0,20 kg/hari/jiwa (Sugiharto 1987). Sama halnya dengan limbah
organik lain, limbah manusia dapat digunakan sebagai sumberdaya yang masih jarang
diungkapkan. Nutrisi kotoran manusia tidak jauh berbeda dibanding kotoran ternak.Kalaupun
berbeda tentu akibat pola makan dan sistem pencernaan yang berbeda.Pola makan manusia lebih
banyak memilih bahan makanan kurang berserat, protein lebih tinggi dan umumnya dimasak
sebelum dikonsumsi, sedangkan ternak sebaliknya. Kotoran manusia memiliki keunggulan dari
segi nutrisi, dimana nisbah karbon (C) dan nitrogen (N) jauh lebih rendah dari kotoran ternak
(C/N rasio 6-10:18-30) (Sihombing 1988)
Tinja berasal dari sisa metabolisme tubuh manusia yang harus dikeluarkan agar tidak meracuni
tubuh. Keluaran berupa feses bersama urin biasanya dibuang ke dalam tangki septik. Lumpur
tinja/night soil yang telah memenuhi tangki septik dapat dibawa ke Instalasi Pengolahan Lumpur
Tinja.Komposisi dan volume lumpur tangki septik tergantung dari faktor diet, iklim dan
kesehatan manusia.

3. Pemanfaatan Pengolahan Jamban Pupuk (the Compost Privy)


Pada prinsipnya jamban ini seperti kakus cemplung, hanya lebih dangkal galiannya. Disamping
itu jamban ini juga untuk membuang kotoran binatang dan sampah, daun-daunan. Prosedurnya
adalah sebagai berikut :
Mula-mula membuat jamban cemplung biasa.
Dilapisan bawah sendiri, ditaruh sampah daun-daunan.
Diatasnya ditaruh kotoran dan kotoran biinatang (kalau ada) tiap-tiap hari.
Setelah kira-kira 20 inchi, ditutup lagii dengan daun-daun sampah, selanjutnya ditaruh kotoran
lagi.
Demikian seterusnya sampai penuh.
Setelah penuh ditimbun tanah dan membuatt jamban baru.
Lebih kurang 6 bulan kemudian dipergunakkan pupuk tanaman

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menjaga kesehatan lingkungan sangat penting salah satunya tinja yang ada di sekeliling kita.
Untuk mencegahnya, sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan
maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, dengan memenuhi syarat-syarat
jamban yang sehat.
Manfaat pengelolaan tinja manusia yaitu dapat memotong jalur transmisi pada sumbernya serta
dari segi estetika pemandangan, dan penciuman yang kurang sedap.

B. SARAN
Adapun saran dari penulis agar selalu menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk untuk
selalu menggunakan jamban yang sehat tidak merusak lingkungan dan pencemarannya. Selain
itu diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih menghargai sanitasi
lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.Cet. ke-2,
Mei.Jakarta : Rineka Cipta. 2003.
Panduan dan Modul Pelatihan SANIMAS untuk Promosi Kesehatan Lingkungan, Juni 21, 2002
Dr. Budiman, Chandra. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan I. EGC : Jakarta.

Sewage Treatment
Adalah sistem untuk pembuangan limbah ( kotoran ) dari toilet yang ada pada geladak
akomodasi yang telah direncanakan, sebelum limbah ( kotoran ) tersebut dibuang ke overboard (O/B)
atau ke shore connection harus ditampung terlebih dahulu untuk dilakukan treatment. Pembuangan
limbah yang tidak ditreatment di perairan teritorial, dilarang oleh peraturan perundang-undangan dan
Peraturan Internasional yang berlaku untuk pembuangan limbah dalam jarak yang ditetapkan dari
daratan. Sebagai hasilnya semua kapal harus mempunyai sistem pembuangan limbah sesuai dengan
standar yang ditentukan.

Ada dua jenis system untuk penanganan limbah, yaitu:


1. Metode kimia (Chemical Method),
adalah metode yang pada dasarnya menggunakan suatu tangki untuk menampung limbah padat dan
akan dibuang pada area yang diijinkan pada tempat penampungan limbah di pantai.
2. Metode biologi (Biological Method),
adalah perlakuan sedemikian rupa sehingga limbah dapat diperbolehkan untuk dibuang ke pantai.

A. Chemical Sewage Treatment


Sistem ini meminimalkan limbah yang dikumpulkan dan mengendapkannya sampai dapat
dibuang ke laut.
Dengan cara mengurangi kandungan cairan sesuai dengan peraturan perundang undangan.
Pembuangan limbah dari pencucian, wash basin, air mandi dapat langsung dibuang ke
overboard. Cairan dari kakus dapat digunakan lagi sebagai air pembilas untuk kamar mandi. Cairan
harus diolah sedemikian rupa dalam kaitannya dengan penampilan dan bau yang dapat diterima.
Berbagai bahan kimia ditambahkan pada poin poin berbeda untuk bau dan perubahan warna dan juga
untuk membantu dalam penguraian dan sterilisasi. Suatu communitor digunakan untuk memisahkan
limbah dan membantu proses penguraian kimia. Material padat disimpan dalam settling tank dan
disimpan sebelum dibuang ke sullage tank: cairan didaur ulang untuk digunakan sebagai pembilasan.
Test harus dilakukan setiap hari untuk memeriksa dosis bahan kimia. Hal ini untuk mencegah bau yang
menyengat dan juga untuk menghindari karatan.

B. Biochemichal Sewage Treatment


Menggunakan sistem penguraian dengan bakteri kedalam suatu unsur limbah sehingga bisa
diterima untuk dibuang di perairan manapun. Proses pengisian angin dimana bakteri oxygen loving
mencerna limbah dan mengubah menjadi Lumpur. Sistem ini menggunakan suatu tangki yang dibagi
menjadi 3 ke departement: aeration compartement , settling compartement, dan chlorine contact
compartement. Limbah masuk ke aeration compartement dan dicerna oleh bakteri aerobic dan micro-
organism yang dibantu oleh oksigen yang dipompa masuk. Kemudian limbah mengalir ke dalam settling
compartement, dimana Lumpur yang diendapkan diaktifkan keluar. Aliran cairan yang bersih pada
chlorinator setelah digunakan untuk membunuh sisa bakteri dibuang. Tablet didalam chlorinator yang
habis harus diganti. Sampah Lumpur di dalam settling tank secara terus menerus didaur ulang dan setiap
dua/tiga bulan secara parsial dipindahkan. Kotoran ini harus dibuang hanya di suatu area decontrolled.
Pengembangan untuk melakukan treatment pada sewage (limbah kapal) dilakukan atas
sertifikasi dari IMCO Conference on Marine Polution tahun 1973 Annex IV. Penentuan jumlah yang pasti
mengenai sewage dan sisa air kotor (waste) pada sebuah kapal sangat sulit diprediksi. Para desainer di
Eropa memberi nilai sebesar 70 liter/orang /hari untuk kebutuhan toilet termasuk air bilas dan sekitar 130
150 liter /orang /hari untuk air cuci termasuk mandi.

Sedangkan badan yang ada di US memberikan rekomendasi bahwa aliran untuk discharge toilet
sebesar 114 liter/ orang/ hari dengan dua kalinya jumlah ini untuk air cuci. Beberapa desain direncanakan
supaya memadahi ditempatkan dikapal untuk sumur discharge jauh dari lantai, atau untuk menerima
fasilitas dari pelabuhan. Selain itu desain ditujukan juga untuk menghasilkan perencanaan yang
memadahi sehingga dapat diterima oleh petugas pelabuhan saat pembuangan.
Untuk tipe former didesain berisi holding tanks yang menerima semua kotoran baik cair maupun
padat termasuk air bilasnya, air cuci tangan, shower, dan untuk mandi semua diijinkan dibuang langsung
melalui overboard. Selain itu desain juga memperhatikan bagaimana meminimkan jumlah cairan supaya
memungkinkan dapat didaur ulang untuk pembilasan lagi. Ini dapat dipastikan bahwa sistem hanya
menerima kira kira 1% dari kapasitas muat sistem konvensional.
Untuk membuang sewage diperairan teritorial kualitas yang memadahi harus berada dalam
standart tertentu seperti yang ditentukan oleh badan yang berwenang .
Ini biasanya didasarkan pada satu atau lebih dari 3 faktor yaitu :
1. Biological oxygen demand (BOD) yang merupakan ukuran total jumlah oksigen yang akan diambil oleh
bahan kimia atau organik yang memadahi. Hal ini yang penting terdapat dalam dua unsur, pertama, jika
perairan memadahi untuk membuang sewage dilebihkan dengan material yang menyerap oksigen,
kandungan oksigen akan dikurangi sampai tingkat dimana ikan dan materi lainnya hidupnya tidak dapat
didukung, yang kedua kelas bakteri yang dapat hidup tanpa oksigen akan medominasi didalam sewage
atau didalam perairan dimana cairan ini dibuang. Bakteri yang berkumpul dalam kondisi ini akan
menghasilkan hydrogen sulphide dengan karakteristik bau yang tajam. BOD biasanya dikelompokkan
dengan periode tertentu dan umumnya diambil lima hari. Nilai ini ditulis dengan BOD5 yang ditentukan
oleh 1 liter sewage yang diambil pada suhu 200C yang dilemahkan didalam sumur oxigenated water
yang memadai. Jumlah oksigen yang diserap melebihi
periode lima hari lalu diukur.
2. Suspended solid, adalah kelebihan periode waktu yang dapat memberikan peningkatan pada masalah
slip biasanya ditandai dari kesalahan fungsi dari pengontrol sewage dan jika terlalu tinggi akan diatasi
dengan BOD yang tinggi. Suspended solid diukur dengan menyaring contoh( sample) melalui pre-
weighed asbestos pad yang selanjutnya dikeringkan dan dievaluasi ulang.
3. E coliform adalah keluarga bakteri yang hidup dalam tubuh manusia. Mereka dapat dibiakkan lebih
mudah dalam tes laboratoriom hasilnya diindikasikan dari jumlah kotoran didalam sample yang diambil
dari sewage. Hasil tes ini disebut E- coli, nilainya diekspresikan per 100 ml.

8.1.3 Hydrophore
Peran air pressure system pada sistem Hydrophore berfungsi sebagai pemberi bantalan udara
bertekanan pada tangki hydrophore. Bantalan udara memberi tekanan pada air didalam tangki
hydrophore hingga mencapai tekanan maksimum. Pada tekanan maksimum ini pompa mulai tidak dapat
bekerja. Sedangkan jika saluran air dibuka air akan mengalir sebagai akibat tekanan yang diberikan oleh
bantalan udara, air yang keuar menyebabkan volume ruangan didalam tangki hydrophore bertambah
maka akan mengurangi tekanan tangki hydrophore. Jika tekanan turun sampai pada tekanan 3,73
kg/cm2, maka pressure relay switcher akan bekerja otomatis menghidupkan Fresh Water Pump dan
mengisi kembali tangki hydrophore hingga volume udara berkurang dan tekanannya meningkat.
Selanjutnya jika tekanan mencapai 5,5 kg/cm2, maka pompa akan diberhentikan secara otomatis melalui
pressure relay switcher.
Hydropore digunakan untuk melayani sistem air tawar atau air laut yang diperlukan untuk sanitari,
air minum, dan air tawar. Pertimbangan perhitungan kapasitasnya dengan memperhatikan jumlah ABK
dan berdasar standart U.S. sebesar 114 liter/orang/hari sehingga didapatkan spesifikasi hydropore UH
102 produk dari SHINKO dengan kebutuhan udara tekan sebesar 5 bar. Kebutuhan udara tekan ini akan
di suplai dari sistem udara tekan melalui reduction valve untuk menurunkan tekanan dari 30 bar menjadi
5 bar.

Seawater Hydropore
Spesifikasi hydrophore yang akan digunakan dalam perencanaan sistem air laut ini adalah sebagai
berikut:
Type = H 051 SHINKO
Capacity = 5 - 15 m3/jam
Head = 40 - 60 m
Operating Pressure Range = 3 5.5 kg/cm2
Speed = 1500 rpm

Fresh Water Hydrophore


Spesifikasi hydrophore yang akan digunakan dalam perencanaan sistem air tawar ini adalah sebagai
berikut :
Type = UH 051 SHINKO
Capacity = 5 - 15 m3/jam
Head = 40 - 60 m
Operating Pressure Range = 3 5.5 kg/cm2
Speed = 3000 rpm

8.1.4 Recirculating Holding System


Sistem ini tidak didesain untuk menghasilkan saluran yang memadahi untuk membuang sewage
dalam area yang terkontrol. Sistem ini didesain untuk memenuhi jumlah minimum kotoran sanitari kapal
selama kapal berlabuh. Kemudian dapat dipompakan keluar pada area bebas atau fasilitas yang didapat
dari pelabuhan. Cairan yang memenuhi diminimumkan oleh pembuangan air yang sudah kotor dari
shower, bak mandi, pencuci tangan, dapat langsung dibuang ke overboard dan dengan menggunakan
cairan yang dikumpulkan didalam holding tank sebagai pembilas dan media pemindah. Parameter sistem
ini untuk menghasilkan cairan yang disirkulasi ulang sehingga akan diterima dengan layak dan relatif
tidak berbahaya. Kotoran yang memenuhi harus diterima setelah periode pengendapan yang lama ke
fasilitas pelabuhan. Pada desain untuk kapal ini menggunakan jenis chemical recirculating sistem.
Penting sekali untuk menjaga kadar kimia secara tepat dan ini ditentukan oleh pengambilan sample
setiap hari dan dilakukan tes kimia yang sederhana, Kegagalan untuk menjaga kadar yang tepat dapat
dihasilkan dari bau kimia dari air bilas dan warna yang pekat. Dengan kadar yang tidak tepat
memungkinkan untuk meningkatkan alkaline yang akan menyebabkan korosi pada pipa dan tangki.

8.2 MARPOL (ANNEX IV)


Ketentuan mengenai sewage treatment yang diatur berdasar ratifikasi IMCO Conference on Marine
Pollution (MARPOL) ANNEX IV, dan juga sebagaimana diatur U.S. Coast Guard dalam Marine Sanitation
Devices(MSD) dengan pokok2 aturan sebagai berikut[1]:
1) Tipe 1 Aliran Saniter yang melalui peralatan dimana kandungan yang berpengaruh tidak terlihat
mengapungkan bagian yang padat dan menghasilkan jumlah e-coli kurang dari 1000/100 mililiter.
2) Tipe 11 Aliran Sanitari yang melalui peralatan dimana kandungan yang berpengaruh mengikat zat yang
padat tidak lebih dari 150 mg/liter dan memiliki jumlah e-coli tidak kurang dari 200/100 mililiter.
3) Tipe 111 tanpa peralatan pengolah sewage seperti holding tank atau recirculation device.

Berdasar Marpol Annex IV regulation 8 :


1.a) Pembuangan kotoran (sewage) yang diolah dengan sistem tertentu dan disetujui oleh badan berwenang
diijinkan dengan jarak 4 mil laut dari daratan terdekat. Dan apabila tanpa pengolahan (treatment) pada
jarak 12 mil laut. Untuk kotoran yang disimpan dalam holding tank tidak boleh dibuang langsung kecuali
laju kapal dalam kecepatan moderat 4 knots dan melalui persetujuan klasifikasi.
1.b) Sewage plant yang disetujui oleh badan berwenang dengan mengikuti seperti dibawah:
- Hasil test menunjukkan nilai lebih kecil dari yang ditentukan International Sewage Pollution
Prevention Certificate 1973.
- Hasilnya tidak menunjukan kotoran padat yang terapung, berwarna, dan mencemari air sekitar.

ANONIM, (2012), SEWAGE TREATMENT, http://navale-engineering.blogspot.com/2012/04/sewage-


treatment.html, INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOVEMBER, ONLINE, DIAKSES PADA TANGGAL 17
FEBRUARI 2015

Anda mungkin juga menyukai