07.BAB 1 Pendahuluan - RSUD - Final
07.BAB 1 Pendahuluan - RSUD - Final
07.BAB 1 Pendahuluan - RSUD - Final
Pangandaran
Fasilitas rawat jalan untuk pasien berupa poliklinik terdiri dari : Klinik Bedah Urologi, Klinik
Bedah Saraf, Klinik Onkologi, Klinik Bedah Umum, Klinik Bedah Tulang, Klinik Penyakkt
Jantung, Klinik Penyakit Dalam, Klinik Penyakit kulit dan kelamin, Klinik Kejiwaan, Klinik HIV,
Klinik Paru, Klinik Gigi dan Mulut, Klinik Bedah Mulut, Klinik Hypnoterapi, Klinik Kecantikan,
Klinik Bedah Anak, Klinik Anak, Klinik Tumbuh Kembang, Klinik Mata, Klinik THT, Klinik Gizi,
Klinik Sehat, dan Akupuntur. Sementara fasilitas rawat inap pasien sebanyak 380 Tempat
Tidur (TT), terdiri dari beberapa kelas : Kelas 3 (120 TT), Kelas 2 (77 TT), Kelas 1 (58 TT),
VIP (28 TT), VVIP (22 TT), PICU/NICU (25 TT), ICU (20 TT), CVCU (15 TT), R. Isolasi (15
TT).
Lahan rencana RSUD Kab. Pangandaran telah ditetapkan dalam KEPUTUSAN BUPATI
PANGANDARAN NOMOR :593.5/Kpts.99G-Huk.Org Tahun 2014 Tentang Persetujuan
BAB 1 Pendahuluan I- 1
ANDAL Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran
Penggunaan Tanah Milik Pemerintah Kabupaten Pangandaran untuk Pembangunan RSUD
dan
BAB 1 Pendahuluan I- 2
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran
Gedung UPTD Farmasi Kabupaten Pangandaran. Lokasi rencana pembangunan RSUD Kab.
Pangandaran terletak di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran, dimana saat ini telah
terdapat bangunan UPTD Farmasi.
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup mensyaratkan bahwa AMDAL harus diterapkan terhadap setiap rencana kegiatan yang
diperkirakan mempunyai dampak penting. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan yang menyebutkan bahwa AMDAL harus dilakukan pada setiap
kegiatan atau usaha yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk lahan dan bentang
alam. Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran membuat adanya perubahan yang mendasar
dari komponen lingkungan. Baik komponen ruang, fisika-kimia, sosial ekonomi dan budaya,
dan kesehatan masyarakat. Dengan demikian sesuai Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) rencana kegiatan
ini termasuk kategori wajib AMDAL karena luas lahan ≥ 5 Ha (50.000 m²). Penyusunan
Dokumen AMDAL Rencana Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran dilakukan dengan
pendekatan studi AMDAL tunggal, dimana penyusunan studi AMDAL Rencana Pembangunan
RSUD Kab. Pangandaran diperuntukan bagi satu jenis usaha dan/atau kegiatan yang
kewenangan pembinaannya di bawah satu instansi yang membidangi jenis usaha dan/atau
kegiatan. Mengingat penilaian dokumen rencana kegiatan ini merupakan kewenangan
Kabupaten Pangandaran, akan tetapi Kabupaten Pengandaran belum memiliki lisensi Komisi
Penilai AMDAL, sehingga di limpahkan proses penilaiannya ke KPA Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan PerMenLH No 08 Tahun 2013 maka hasil penilaian KPA Provinsi Jawa Barat
akan diserahkan ke Pemda Kabupaten Pengandaran untuk diterbitkan Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup/Ketidaklayakan Lingkungan Hidup serta Izin Lingkungannya.
BAB 1 Pendauluan I- 2
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari Pembangunan RSUD Kabupeten Pangandaran adalah untuk :
1. Memenuhi kebutuhan sarana, prasarana dan fasilitas kesehatan masyarakat yaitu RSUD
untuk menunjang kualitas pelayanan masyarakat yang membutuhkan.
2. Menyediakan pelayanan unggulan dibidang kesehatan melalui pemberdayaan seluruh
potensi sumber daya dan kemitraan rumah sakit.
DOKUMEN
ANALISIS DAMPAK
LINGKUNGAN (ANDAL)
PEMBANGUNAN RSUD KAB.
PANGANDARAN
Keterangan:
= Lokasi Kegiatan
BAB 1 Pendahuluan I- 6
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran
Gambar 1.1. Site Plan Berdasarkan SK Bupati Pangandaran No: 593.5/Kots.99G-Huk.Org Tahun 2014
BAB 1 Pendauluan I- 7
Gambar 1.2. Site Plan
ANDAL Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran
BAB 1 Pendahuluan I- 9
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran
BAB 1 Pendauluan I- 10
Sumber : DED RSUD Kabupaten Pangandaran, 2016
Gambar 1.3 Rencana Peruntukkan Bangunan RSUD Kabupaten Pangandaran
Sumber : DED RSUD Kabupaten Pangandaran, 2016
Gambar 1.4 Pengelompokan Bangunan Berdasarkan Fungsi RSUD Kabupaten
Pangandaran
Klinik Kebidanan dan ruang penunjang kebidanan berada di gedung B lantai 3. Sementara
rincian poliklinik yang tersedia di gedung A adalah sebagai berikut :
Lantai 2 : Klinik Bedah Urologi, Klinik Bedah Saraf, Klinik Onkologi, Klinik Bedah
Umum, Klinik Bedah Tulang, Klinik Penyakkt Jantung, Klinik Penyakit Dalam, Klinik
Penyakit kulit dan kelamin, Klinik Kejiwaan, Klinik HIV, Klinik Paru.
Lantai 3 : Klinik Gigi dan Mulut, Klinik Bedah Mulut, Klinik Hypnoterapi, Klinik
Kecantikan, Klinik Bedah Anak, Klinik Anak, Klinik Tumbuh Kembang, Klinik Mata,
Klinik THT, Klinik Gizi, Klinik Sehat, Akupuntur.
Gambar dimensi untuk masing-masing tipe ruangan disajikan dalam berapa gambar berikut.
Gambar 1.5 Modul Ruang VIP
Bulan Ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
a.Survei
b.Perijinan
c. Perencanaan
Tahap Konstruksi
b. Penyiapan Lahan
Tahap Operasional
BAB 1 Pendahuluan I - 17
ANDAL Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran
BAB 1 Pendahuluan I - 18
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran
b. Penyiapan Lahan
Kegiatan penyiapan lahan meliputi kegiatan gali dan timbun (cut and fill). Kegiatan ini
akan mengacu pada konsep pematangan lahan (gradding) yang telah ditetapkan. Berikut
adalah acuan kegiatan penyiapan lahan:
1) Kontur tanah berdasarkan hasil pengukuran adalah menurun (dengan kelandaian
kurang dari 0.5%) ke sisi belakang (barat daya) lahan.
2) Bagian belakang (barat daya) lahan terdapat saluran besar sebagai antisipasi bahaya
tsunami yang mencukupi sebagai buangan out let saluran kawasan.
3) Jalan akses menuju lahan memiliki ketinggian kurang lebih sama dengan ketinggian
lahan kawasan.
Maka konsep pematangan lahan kawasan RSUD Kabupaten Pangandaran adalah sesuai
gambar di bawah ini :
Gambar tersebut diatas adalah dengan pembesaran pada skala vertical, dan gambar
hanya sampai batas selokan tsunami pertama. Secara garis besar gambar diatas
dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Pada bagian depan, dibuat tanggulan selebar kurang lebih 10 (sepuluh) meter 50
cm lebih tinggi dari badan jalan di sisi depan lahan. Pada bagian ini akan
dilakukan pengurugan dengan ketinggian 50 cm. Tanah yang akan digunakan
untuk pengurugan akan diambil dari lokasi kegiatan sekitar yang telah memiliki
izin galian tambang golongan C.
BAB 1 Pendauluan I- 19
2) Setelah tanggulan, lahan direncanakan menurun sampai dengan sejajar
ketinggiannya dengan badan jalan akses eksisting. Pada daerah ini hanya akan
dilakukan perataan lahan tidak akan dilakukan pengurugan.
3) Pada bagian belakang lahan (saluran tsunami pertama) lahan di tinggikan setinggi
30-50 cm dari saluran tsunami. Pada bagian ini akan ada pengurugan.
4) Dari titik yang dimaksud di point 2 tersebut diatas, lahan didisain menurun landai
sampai dengan titik pada point 3. Tersebut diatas.
Pola tersebut diatas tentunya adalah garis besar konsep pematangan lahan, yang
tentu akan disesuaikan pada tahapan detailnya sesuai kaidah-kaidah pematangan
lahan di kawasan ini yang telah disepakati. Kaidah-kaidah yang dimaksud adalah:
1) Kawasan dibagi menjadi beberapa blok yang datar dengan kemiringan maksimal
adalah 0,2% yang disesuaikan dengan aliran air menuju saluran drainase.
2) Masing-masing blok, mempunyai ketinggian lebih kurang sekitar 50 cm dari jalan.
Ketinggian gedung di dalam masing-masing blok adalah lebih kurang 50 cm dari
level blok yang dimaksud.
2 m3
Loss/Evaporasi
Pekerja Konstruksi
20 m3 18 m3
PDAM 23,2 m3 STBF
18 m3
Habis Terpakai/
Water Torn 23,2m3
Meresap ke
dalam
tana h
2,2 m3
Kegiatan
Konstruksi 1,98 m3
0,22 m3
Drainase Makro
19,22 m3/hari
1 m3
Cuci Kendaraan 1 m3
Gambar 1.11 Neraca Air Tahap Konstruksi
• Pengelolaan Sampah Domestik dan Limbah Konstruksi
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan pekerja diperhitungkan dengan 400 orang
pekerja dan standar 2,9 L/org/hari adalah 0,88 m³/hari. Sampah-sampah tersebut
dikumpulkan dalam TPS yang dibangun di lantai dasar bagian belakang gedung
kemudian diangkut ke TPA bekerjasama dengan Dinas Kebersihan Kabupaten
Pangandaran.
Untuk sampah konstruksi yang masih bernilai akan dikerjasamakan dengan pihak
ketiga. Adapun perhitungan timbulan sampah konstruksi tersebut dapat dilihat pada
uraian berikut :
3) Pile Cap
Pile Cap (Poer) merupakan bagian dari pondasi yang berfungsi untuk meratakan beban
dari tiang pancang. Konstruksi pile cap adalah beton bertulang. Pekerjaan ini dilakukan
dengan sistem pengecoran di tempat. Secara garis besar pelaksanaan pekerjaan Beton
Bertulang terdiri dari pekerjaan pembesian dan pengecoran beton dan dilaksanakan
dengan prinsip sebagai berikut :
• Pekerjaan Pembesian/Penulangan
Fungsi tulangan pada beton adalah untuk menahan gaya tarik, gaya geser dan
momen torsi yang timbul akibat beban-beban yang bekerja pada konstruksi beton
tersebut. Pekerjaan pembesian terdiri dari :
a) Membuat bestart
b) Memotong sesuai ukuran
c) Menyusun rangkaian tulang
d) Mengikat tulangan dengan bendrat
e) Pengecekan kembali
f) Ikatan dengan las
Proses fabrikasi besi terdiri dari pemotongan dan pembengkokan besi tulangan.
Sebelum mengerjakan proses fabrikasi besi bagian pembesian harus menyusun
daftar pembengkokan dan pemotongan besi tulangan berdasarkan gambar
pelaksanaan (shop drawing). Panjang sambungan lewatan diambil 40D (D =
diameter penampang baja tulangan).
Panjang dan bentuk baja tulangan direncanakan secara ekonomis sehingga bagian-
bagian sisa atau yang tidak terpakai didapat seminimal mungkin sedemikian rupa
sehingga teknik pemasangan tulangan tidak menyulitkan dalam pelaksanaan
lapangan.
Penganyaman besi tulangan diikat kuat dengan memakai kawat beton agar waktu
pengecoran posisi tulangan tidak bergeser. Penopang, ganjalan, jepit dan kawat
beton berkualitas sama dengan bahan besi tulangan.
Baja tulangan dan sengkang yang telah dipotong dan dibengkokan dibawa ke
lapangan untuk dipasang pada posisi sesuai dengan gambar pelaksanaan.
7) Pembongkaran Bekeisting
Untuk pelaksanaan pembongkaran bekisting terdapat beberapa langkah-langkah yang
diantaranya adalah sebagai berikut :
• Persiapan Lahan
• Pembersihan Area Kerja
• Pada saat dilakukan bongkaran kolom area kerja harus bebas dari aktifitas pekerja
dan material proyek
• Persiapan Alat
• Persiapan Pekerja (minimal 2 Orang)
• Tahap pertama melepas support bekisting
• Tahap kedua melonggarkan ikatan tie rod samping bekisting
• Tahap ketiga melepas ikatan bekisting
• Tahap keempat pengangkatan bekisting menggunakan alat bantu
• Bekisting diletakan ke area stok bekisting
• Repair beton yang kurang mulus dilakukan dengan plesteran.
8) Pekerjaan Arsitektur
Pemasangan Dinding; akan menggunakan dinding bata ringan namun khusus untuk
penyekat ruangan di dalam unit RSUD Kabupaten Pangandaran akan menggunakan
dinding gypsum.
Pemasangan Plafon; akan dilakukan sesuai gambar rencana.
Pekerjaan Pintu Jendela dan Kaca; pekerjaan ini akan dilaksanakan sesuai dengan
gambar rencana.
Pekerjaan Lantai; pekerjaan ini akan dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana.
Pekerjaan Pengecatan; pekerjaan ini dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu
pengecatan interior dan eksterior.
9) Pekerjaan Elektrikal
a) Pemasangan Instalasi Listrik
Keseluruhan kegiatan operasional RSUD Kabupaten Pangandaran diperkirakan
membutuhkan energi listrik sebesar 3.280,47 kVA. Oleh karena itu dengan
mempertimbangkan faktor penurunan daya karena beban puncak maka akan
dipasang daya listrik dari PLN yang akan diakomodir dengan menggunakan 2 buah
trafo 3 fase dengan kapasitas masing-masing 1.600 kVA yang akan diletakkan di
lantai dasar agar mudah dijangkau oleh petugas PLN. Kebutuhan listrik cadangan
akan menggunakan 2 buah generator set dengan kapasitas masing-masing sebesar
1000 kVA (sebagai cadangan apabila terjadi masalah dengan supply listrik dari
PLN). Ruang genset terletak di Lantai Dasar. Sebagai tindakan preventif untuk
menanggulangi emisi gas dan kebisingan akibat adanya operasional generator set
dilakukan hal-hal sebagai berikut :
- Genset ditempatkan dalam ruangan yang dilapisi dengan glass wool setebal 5 cm.
- Pemasangan cerobong genset untuk mengurangi kadar emisi gas yang timbul.
Air limbah yang ada disaring untuk mengecilkan ukuran partikel agar proses pengolahan
dapat berlangsung lebih cepat,kemudian air limbah tersebut diolah dengan
menggunakan oksigen yang ditambahkan ke dalam air dengan menggunakan blower.
Keberadaan oksigen yang terlarut yang cukup ini akan menumbuhkan dan merangsang
aktifitas bakteri aerobik yang terdapat didalam air limbah. Dalam suasana aerobik ini,
lumpur yang datang dari bak pengendap akan segera berubah dari bahan organik tak
stabil (secara biologis) menjadi bahan yang mudah tercampur. Bahan ini merupakan
makanan bakteri. Dengan adanya proses pengadukan, bahan koloid dan bahan organik
tersuspensi yang diserap sel bakteri akan membentuk floc aktif yang cenderung
mengendap jika kondisinya memungkinkan dan waktu yang memadai. Dengan adanya
penguraian bahan organik ini, maka nilai BOD (Biologycal Oxygen Demand) air limbah
akan menjadi berkurang. Proses ini akan efektif bila terdapat jumlah oksigen terlarut
dan bahan organik yang cukup untuk penunjang kehidupan bakteri aerobik. Gambar
Denah STP dan diagram alir STP dapat dilihat pada gambar 1.13 dan gambar 1.14.
Gambar 1.13. Detail STP
Prinsip kerja dari STP yang digunakan adalah sebagai berikut :
1) Basket Screen
Basket screen berfungsi sebagai penyaring air limbah yang akan masuk ke unit STP.
Basket screen ini merupakan tempat penampungan padatan, kotoran kain dan kertas,
yang mana kotoran tersebut harus dikeluarkan secara rutin dan berkala dengan cara
manual.
2) Equalizing tank
Air dari basket screen di alirkan ke Equalizing Tank yang terdiri dari 3 kompartemen yaitu
Equalizing Tank I, II dn III yang bertujuan untuk menjaga kestabilan debit aliran air.
Oksigen dan mixing diberikan melalui diffuser yang di supplai udara dengan
menggunakan bantuan blower udara, yang bertujuan menghomogenkan air limbah yang
masuk dalam Equalizing Tank. Dalam ruangan ini juga terdapat peralatan Flow Control
Pump atau pompa transfer yang secara otomatis memindahkan campuran tersebut atau
bisa juga secara gravitasi (over flow) menuju Aeration Tank.
3) Aeration Tank
Di dalam Aeration Tank (terbagi menjadi 3 kompartemen), air buangan yang berasal dari
Equalizing Tank bercampur dengan flock actif yang kembali dari sludge tank yang
dihembuskan oleh blower. Selama proses aerasi berlangsung, kadar oksigen yang terlarut
meningkat. Karenanya bakteri aeroblah yang paling efektif dalam bak Aerasi. Dalam
suasana aerob lumpur aktif (activated sludge) yang berasal dari bak pengendapan akan
segera berubah dari bahan yang tidak stabil (secara biologi) menjadi bahan yang mudah
tercampur dan selanjutnya menjadi “makanan bakteri”. Akibat pengadukan oleh udara
dari Blower di dalam bak Aerasi, partikel koloid dan zat aerob tersuspensi yang diserap
membentuk flock lumpur aktif.
Flock yang baik harus berwarna coklat tua atau warna tembaga. Konsentrasi zat padat
dalam keadaan normal berkisar antara 1500 – 3000 mg/L. Setelah beberapa waktu
berada di dalam bak Aerasi, campuran lumpur yang diaktifkan itu, kemudian mengalir ke
bak pengendap atau Sedimentation Tank.
Clarifier tank ini merupakan tempat untuk proses pengendapan lumpur aktif, sehingga
berlangsung pemisahan zat padat dari air.
Agar aliran air yang mengandung lumpur tidak memberikan tekanan dalam bak
pengendap, antara Aerasi dan bak pengendap disediakan Scum Buffle. Lambat laun
lumpur akan mengendap dan terkumpul pada bagian kerucut di bagian dasar pengendap
dengan dibantu peralatan Centre Weir. Dari bagian dasar bak pengendap tersebut,
lumpur dikembalikan ke bak aerasi, dengan demikian proses aerob tetap berlangsung
secara berkesinambungan.
Bagian yang cair dalam bak pengendap (supernatant) melimpah pada ambang
pelimpahan. Ambang pelimpahan didesain sedemikian rupa agar cairan yang keluar dari
bak pengendap hanya mengandung sedikit zat padat. Air yang melimpah dari bak
pengendap akan lebih bening daripada yang berada di bak pengendap maupun bak
Aerasi. Setelah melalui clarifier tank, air yang telah diendapkan akan masuk ke transfer
tank yang selanjutnya akan melalui proses coagulant carbon filter dan sand filter.
Sludge Storage Tank selain berfungsi menampung lumpur aktif, juga berfungsi untuk
memisahkan yang padat maupun ringan yang ditransfer oleh air lift pump dan scum
scimmer dari clarifier tank. Untuk selanjutnya yang cair yang kaya akan bakteri dan
nutrisi, akan di kembalikan lagi ke aerasi, demi menunjang kehidupan bakkteri secara
berkesinambungan. Namun yang padat akan di tampung, selama titik jenuh belum timbul,
setelah terjadi kejenuhan baru di adakan pengurasan/ pembuangan keluar dan dapat
dipergunakan untuk pupuk tanaman.
Air yang telah melewati clarifier tank dan masuk ke transfer tank akan dipompakan
menuju coagulant tank untuk dilakukan penambahan zat kimia koagulan (penjernih air
berupa PAC) selanjutnya akan difilter menggunakan sand filter dan carbon filter sebelum
air masuk ke effluent tank 2.
7) Chlorination Tank
Air yang berasal dari bak pengendap (sedimentation tank) memang sudah cukup bening
tetapi banyak mengandung berbagai jenis bakteri. Beberapa jenis bakteri ada yang
bersifat patogen sehingga harus dimatikan terlebih dahulu dengan zat pembasmi kuman
(desinfektan). Dalam hal ini digunakan kaporit (Chlorine) prosesnya disebut klorinasi.
8) Effluent Tank
Setelah melalui proses koagulasi dan filter, air masuk ke effluent tank. Air memang sudah
cukup bening tetapi banyak mengandung berbagai jenis bakteri. Beberapa jenis bakteri
ada yang bersifat patogen sehingga harus dimatikan terlebih dahulu dengan zat
pembasmi kuman (desinfektan). Dalam hal ini digunakan kaporit. Penambahan kaporit ini
dilakukan di effluent tank.
Setelah melalui desinfektan, air ditampung di Effluent Tank selanjutnya air tersebut akan
dipompa ke luar menuju proses recycle air effluent yang bertujuan untuk memanfaatkan
kembali air effluent untuk kebutuhan flushing.
Dalam proses recycle, air effluent di saring terlebih dahulu menggunakan sand filter
yang bertujuan untuk menangkap kotoran/padatan yang terlarut didalam air kemudian di
saring kembali menggunakan carbon filter yang berfungsi untuk mereduksi kandungan
residu chlorine yang terlarut didalam air, mengatasi masalah bau dan warna pada air dan
mereduksi bakteri yang terlarut dalam air.
ANDAL Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran
Coagulant
Outlet To Drainage
Air Blower
Filter Pump Sand Filter
Carbon Filter
Coagulant Tank
Basket Screen
Sludge Tank 2
BAB 1 Pendahuluan I - 35
ANDAL Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran
LVMDP melayani SDP (Sub Distribution Panel) yang berada pada setiap bangunan.
Panel SDP mendistribusikan daya ke setiap panel PP/LP setiap lantai, panel penerangan
luar, panel pompa – pompa, dst. Sedangkan untuk beban kritis (dicatu dari panel
hydrant). Sistem distribusi dan panel daya listrik dibagi berdasarkan keseragaman
fungsi lantai bangunan. Pada setiap Gedung akan dilengkapi kWh-meter yang
ditempatkan di ruang panel, panel AC dan panel pompa yang disediakan di bangunan.
Shaft elektrikal disetiap lantai dilengkapi proteksi dari kemungkinan merambatnya api
(fire stop), berupa jaring kawat ayam dengan asbes yang berfungsi menghambat api
Dari data hujan harian maksimum dilakukan analisa curah hujan rencana maksimum.
Data ini selanjutnya akan digunakan untuk perhitungan debit banjir rencana. Curah
hujan rencana diambil untuk periode ulang 5, 10, 25, 50, 100 dan 200 tahun, yang
sudah dipaparkan pada bagian depan.
BAB 1 Pendahuluan I - 36
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran
Analisa frekuensi data curah hujan rencana dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa distribusi probabilitas yang banyak digunakan dalam Hidrologi. Untuk kegiatan
RSUD Pangandaran ini, frekuensi curah hujan rencana di analisis untuk periode ulang 2,
5, 10, 25, 50, dan 100 tahun. Berikut data curah hujan rancangan hasil perhitungan.
Tabel 1.10 Hasil Perhitungan Curah Hujan Rancangan Metode Log Pearson III
Tr (tahun) KTr Log XTr XTr (mm)
2 0,019 2,03423 108,2
5 0,859 2,1925 155,8
10 1,291 2,27389 187,9
25 1,725 2,3556 226,8
50 2,004 2,40829 256,0
100 2,245 2,45367 284,2
Sumber: DED RSUD Kab. Pangandaran dan Perhitungan Konsultan, 2017
BAB 1 Pendauluan I- 37
Tabel 1.11 Kemiringan Saluran
Untuk penanganan air larian di dalam lokasi kegiatan, akan dibangunan saluran
drainase mikro yang terintegrasi dengan saluran makro. Berikut adalah gamba
arah aliran dan saluran drainase mikro yang direncanakan.
= Kolam Retensi
= Drainase Makro
= Arah aliran drainase
Gambar 1.16. Saluran drainase dan Arah Aliran
3. Tahap Operasional
a. Penerimaan Tenaga Kerja Operasional
Jumlah sumber daya manusia (SDM) Kesehatan yang dibutuhkan tentunya sebagai
gambaran dapat mengacu pada rasio tempat tidur dan personel rumah sakit standar
kelas B dari Kementerian Kesehatan, yaitu mengikuti perhitungan jumlah tempat tidur
(dalam Pemenkes 262/Menkes/Per/VII/79 dan Kepmenkes No. 81 Tahun 2004). Dengan
jumlah tempat tidur total sebanyak 380 buah, maka kebutuhan tenaganya adalah sebagai
berikut:
b. Operasional RSUD
Kegiatan Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran yang direncanakan terdiri atas
kegiatan medis dan kegiatan non medis. Pelayanan tersebut meliputi klinik umum,
pelayanan persalinan, Instalasi Gawat Darurat, operasi, rontgen, poli gigi dan layanan
rawat inap. Adapun proses penanganan pasien dalam pelayanan medis dapat dilihat pada
gambar berikut ini.
Pasien
Pelayanan Medis
Poliklinik
Poliklinik UGD
Darurat Gawat
Pemeriksaan
Life Saving
Di rawat
Secara umum kegiatan Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran terdiri dari kegiatan
layanan medis dan kegiatan layanan non medis, yang secara rinci adalah sebagai berikut.
1) Kegiatan layanan medis
Kegiatan layanan medis pada Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran terdiri dari
layanan rawat jalan (poliklinik), layanan rawat inap, dan layanan penunjang medis.
Fasilitas layanan medis yang ada pada Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
sebagai berikut :
a) Layanan Rawat Jalan (Poliklinik )
- Klinik Obstetri Ginekologi (Kebidanan dan Kandungan)
Para dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi akan menerima rujukan dan
memberikan konsultasi untuk aneka kelainan pada wanita, seperti gangguan haid,
gejala menopause, gangguan seksual, gangguan hormon reproduksi, gangguan
ovulasi, penyakit infeksi yang tak kentara atau tersembunyi (subklinis) akibat parasit
(toksoplasma), virus (rubela, sitomegalus, herpes simpleks), dan mikroba
(mikoplasma, klamidia), yang semua itu dapat berdampak sebagai salah satu
penyebab infertilitas, kelainan bawaan bayi, aneka bentuk kelainan kulit, susunan
saraf pusat, mata, telinga atau sistem tubuh yang lain.
- Dokter Umum dan UGD
Di sini dokter-dokter umum akan selalu siap sedia untuk memberikan pertolongan
pertama pada pasien yang mengalami kecelakaan atau yang datang dalam keadaan
darurat, dan memberikan rujukan yang diperlukan sehingga mendapat penanganan
lebih lanjut.
- Klinik Dermato-venerologi (Penyakit kulit dan kelamin)
Pendeteksian secara dini dan mengatasi penyakit kelamin pasangan suami-istri. Hal
ini penting dalam kaitannya untuk menjaga kualitas janin (embrio) yang akan
dihasilkan dari pasangan tersebut. Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran juga
menyediakan layanan perawatan kesehatan kulit dan wajah bagi wanita maupun pria
yang memiliki kulit bermasalah seperti jerawat, flek/noda hitam atau gangguan kulit
lainnya. Kulit yang terawat menjadi lebih sehat, bersih dan segar agar memberikan
rasa percaya diri.
- Klinik Pediatri (Kesehatan anak)
Setiap orang-tua pasti menginginkan anaknya senantiasa sehat, tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang berguna kelak, oleh karena itu pemeliharaan
pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah penting. Di Klinik ini disediakan
berbagai ragam imunisasi untuk anak, sehingga anak mempunyai kekebalan tubuh
dari beragam penyakit.
- Klinik Urologi (Bedah umum)
Pakar bedah urologi akan memeriksa dan mengatasi kelainan gangguan organ
reproduksi pria yang dapat mempengaruhi fertilitas pria, dan masalah kontrasepsi
pria. Selain itu, di klinik ini juga menangani gangguan yang berhubungan dengan
saluran kemih, seperti infeksi saluran kemih, inkontinensia, batu ginjal, dan lainnya.
- Klinik Gigi dan Mulut
Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran didukung beberapa Dokter gigi yang
membantu untuk merawat dan memelihara gigi hingga gigi senantiasa sehat, putih
dan bersih, serta dapat menjaga dan memperbaiki penampilan dan percaya diri.
- Klinik Andrologi (Kesuburan Pria)
Klinik Andrologi dikhususkan untuk menangani gangguan kesuburan pria, seperti
gangguan libido, impotensi, gangguan ejakulasi dan kelainan spermatozoa serta
infertilitas pria. Didukung dengan Laboratorium Andrologi dan teknik diagnostik
spermatologi yang maju, kondisi sperma dapat dinilai secara terpadu.
- Klinik Internist (Penyakit Dalam)
Pasien yang mempunyai masalah dengan penyakit seperti Dibetes, tekanan darah
tinggi, thypus, DBD dan lainnya dapat ditangani di Klinik Internist ini.
- Klinik Gizi
Di sini tersedia layanan konsultasi gizi bagi mereka yang mempunyai masalah
dengan berat badan atau bagi mereka yang diharuskan untuk diet khusus. Salah
satu faktor penyebab terjadinya infertilitas adalah kegemukan (obesitas), oleh karena
itu untuk pasangan yang memiliki gangguan berat badan akan dirujuk ke Klinik ini
untuk menjalani diet dengan benar sehingga mencapai berat badan yang normal.
Pemeriksaan USG yang dapat dilakukan, antara lain: USG Kehamilan, USG
Ginekologi, USG Payudara, USG Testis, USG Prostat, USG Kepala, USG Leher, USG
Tiroid/Parotis, USG Paru, USG Abdomen atas/bawah/ lengkap, USG Arteri renalis,
USG sistem karotis & vertebralis, USG Ekstremitas, USG Tungkai, USG Muskuler, USG
otot-otot (fascia) ekstremitas atas/bawah, USG Fascia plantaris, USG Organ
superfisial, USG Tendon Achilles, dan USG Sendi lutut/siku/lengan/tangan/bahu/
tumit.
d) Laboratorium 24 Jam
1. Haematologi
2. Imunologi dan Serologi
3. Urine Analisis
4. Mikrobiologi
5. Kimia Klinik
Kegiatan masing-masing bagian merupakan pemeriksaan sampel darah, urine dan
faeces; dalam menganalisis aspek mikrobiologi maupun indikasi gejala untuk
membantu dan memastikan hasil diagnosis yang lebih obyektif.
e) Instalasi Farmasi
Upaya penyehatan makanan dan minuman harus selalu dilakukan agar faktor yang
memungkinkan terjadinya kontaminasi yang mempengaruhi pertumbuhan kuman
dan bertambahnya bahan aditif pada makanan dan minuman dapat dikendalikan.
Dengan demikian tidak akan terjadi mata rantai penularan penyakit dan gangguan
kesehatan melalui makanan dan minuman. Alat-alat yang digunakan di dapur
diantaranya adalah boiling fan berbahan bakar uap, penggorengan listrik, container
untuk memasak air, sayur dan lain-lain, kompor gas, cooling cell dan refrigerator.
Salah satu kegiatan utama bagian ini adalah mengelola pertamanan. Pertamanan
yang terdapat di areal RSUD dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memanfaatkan
tanah kosong yang tidak tertutup bangunan serta membuat lingkungan tetap
nyaman dan asri. Disamping mengelola pertamanan, bagian hygiene dan sanitasi
juga bertanggungjawab terhadap kebersihan RSUD , diantaranya adalah kebersihan
selokan/saluran air pembuangan RSUD , penyediaan plastik tempat pengumpulan
sampah harian berikut pengangkutannya, pemeliharaan sarana pengolahan limbah
cair serta pemberantasan hewan vektor seperti nyamuk, tikus, lalat, kucing dan
anjing liar.
c) Gudang
Gudang yang disediakan yaitu meliputi yaitu gudang yang digunakan sebagai tempat
penyimpanan logistik umum, dan gudang untuk arsip data keuangan. Sedangkan
untuk obat dan bahan medis disimpan di Ruang Depo Farmasi.
3) Penggunaan Energi
Rencana jaringan listrik di kawasan perencanaan mengikuti pola yang sudah ada
dimana pemasangannya direncanakan di bawah tanah. Hal ini didasarkan atas
pertimbangan segi keamanan dan keteraturan, sehingga tidak akan terjadi
kesemrawutan yang diakibatkan oleh jaringan listrik tersebut.
Alternatif sumber daya listrik yang digunakan berasal dari PLN dan Generator
(genset). Berdasarkan karakteristik pemakaian dan tuntutan yang ada, untuk sumber
daya listrik utama menggunakan supply jaringan PLN sedangkan genset dipersiapkan
sebagai cadangan untuk keadaan darurat.
Kebutuhan daya listrik rumah sakit diperkirakan sebesar 3.280,47 KVA. Sesuai
dengan pedoman dan persyaratan instalasi listrik di rumah sakit, maka satu daya
utama listrik tegangan menengah 20 KV/400 Volt. Catu daya cadangan sebagai
bagian dari system emergency menggunakan Genset kapasitas 2 x 1000 kVa
(maksimum) dengan tegangan 220/380 volt dan harus dilengkapi dengan AMF dan
ATS.
Maka total minimal kebutuhan listrik secara keseluruhan adalah sebesar 2.500.000
watt. Estimasi beban daya listrik pada operasional RSUD Pangandaran dapat dilihat
pad tabe berikut.
Tabel 1.13 Estimasi Kebutuhan Daya Listrik
Maka total minimal kebutuhan listrik secara keselurahan adalah sebesar 3.280,47 kVa.
4) Penggunaan Air
1. Sumber Air Bersih
Sumber air bersih dari PDAM dan ditampung di Clear Water Tank. Clear Water Tank
ini melayani kebutuhan air bersih untuk seluruh gedung.
Sumber air bersih yang berasal dari deep well sebanyak 3 (tiga) titik dipergunakan
sebagai back- up / cadangan dan ditampung pada Raw Water Tank, air baku ini
kemudian di treatment/filter selanjutmya di table50g didalam Clear Water Tank.
Untuk kebutuhan air pemadam kebakaran diambil dari Raw Water dan di simpan
didalam Ground Tank Hydrant. Sistem Hydrant yang digunakan adalah sistem
terpusat, satu set pompa hydrant (lokasi di ruang pompa).
b). Kebutuhan Air Pemadam Kebakaran (Hidran dan Sprinkler)750 USGPM x 3,785
liter/menit x 45 menit = 127.743,75 liter
Neraca air RSUD Kabupaten Pangandaran pada tahap operasional dapat dilihat pada
gambar berikut.
Loss/evaporasi 10
40 m3 4 m3 % : 38,223m3
Gedung
A 36 m3
PDAM
49 m3 4,9 m3
38 5,23 m 3 Gedung
B 44,1 m3
GWT 3
12,28 m3 Gedung 1,228 m Drainase Internal Drainase
Kapasitas RSUD Kota
C 11,052 m3
450 m3
3 3
85 m 115,45 m3 Gedung 11,545 m 310 m3
D dan 103,905 m3 IPAL/STP 344,007 m3
Air
E
Tanah
3
0,5 m
5 m3 Gedung F
-
4,5 m3
Karyawan
0
,5 m3 0,05 m3 Recycling 10 %
Gedung G - : 34,007 m3
Karyawan 0,45 m3
10 m3 1 m3
Gedung F
Siram Tanaman
- Dapur 9 m3
50 m3 5 m3
Gedung G -
Menyerap ke tanah
Laundry 45 m3
50 m3 5 m3
Masjid
45 m3
50 m3 5 m3
Kebersihan
45 m3 evaporasi
:
: Grease trap
: cadangan
Non Medis
Medis Domestik
IPAL
Septictank
Gambar 1.22 Rencana Sistem Pembuangan Limbah cair RSUD Kab. Pangandaran
Limbah rumah sakit ini pada umumnya berasal dari unit atau instalasi sebagai berikut:
1) Poli klinik atau rawat jalan
2) Laboratorium
3) Ruang operasi
4) Kamar bersalin
5) Farmasi
6) Perawatan inap
Kapasitas limbah cairsecara keseluruhan (air kotor, air bekas dan air limbah klinis)
berkisar sekitar 80% dari kebutuhan air bersih. Parameter-parameter yang harus
diamati antara lain:
1) Karakteristik fisik → warna, bau, temperature, kekeruhan
2) Karakteristik kimiawi → zat-zat organic dan zat-zat anorganik
Sistem IPAL yang direncanakan harus mampu menghasilkan kualitas effluent sesuai
dengan Baku Mutu Kualitas Air Limbah menurut standar yang ada:
BOD = 69 mg/l
COD = 150 mg/l
TSS = 20 mg/l
SS = 1 mg/l
pH = 6-7
Pembuangan limbah yang akan diolah pada IPAL hanya menampung limbah yang
bersifat infeksius sedangkan limbah domestic (dapur, laundry, ruang jenazah) akan
dimasukan ke dalam septic tank. Jumlah kebutuhan air rata-rata/hari adalah
sebanyak 385,23 m3/hari, sehingga dapat diperhitungkan volume air limbah adalah
80% dari air bersih yaitu sebesar 309 m3/hari.
Tempat
Pembuanga
n sementara
1. Limbah Domestik
Timbulan sampah berasal dari kegiatan domestik karyawan, pasien, dan sapuan
halaman serta dari kantin dikumpulkan di TPS yang berada di lokasi kegiatan dengan
jumlah diperkirakan sebesar 4,88 m 3/hari. Asumsi Timbulan sampah dari kegiatan
rumah sakit sebesar 7,86 l/bed/hari.
berbahaya apabila terjadi kontak dengan buangan (gas) yang panas dari
kendaraan, rokok, atau sumber api lain karena dapat menimbulkan
kebakaran. Seperti limbah infeksius, TPS yang disediakan berada di lokasi
bangunan P pada site plan, dengan dimensi 1,5 m x 2,5m x 2,2m (8,25 m3).
Limbah B3
Timbulan limbah B3 berasal dari limbah laboratorium, radiologi, dan bola lampu
bekas dari kegiatan RSUD Kabupaten Pangandaran dan limbah medis lain. TPS
yang disediakan berada di lokasi bangunan P pada site plan, dengan dimensi 1,5
m x 2,5m x 2,2m (8,25 m3). Cara pengelolaan limbah B3 dari kegiatan medis yaitu
bekerja sama dengan rumah sakit lain yang memiliki incinerator.
Berdasarkan analogi dari kegiatan sejenis yaitu kegiatan Rumah Sakit Kelas B
Bengkulu, timbulan limbah B3 dari kegiatan operasional rumah sakit berupa
limbah dari kegiatan laboratorium, limbah farmasi, sisa kegiatan penangan medis,
dan operasional gedung rumah sakit seperti oli bekas genset, lampu bekas, dan
wadah bekas desinfektan diprakirakan mencapai 3 m3.
Keterangan :
: TPS
Dalam rangka penerapan sistem manajemen lingkungan dalam kegiatan Rumah Sakit
untuk menciptakan lingkungan Rumah Sakit yang bersih, indah, nyaman serta
menyehatkan, Pengelola melakukan beberapa langkah terkait penghematan energi
dan air antara lain :
BAB 1 Pendauluan I- 59
Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Yang Telah Direncanakan
a) Pengelolaan Limbah
Limbah adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan baik dalam bentuk padat
maupun cair. Kegiatan Klinik akan menghasilkan limbah medis dan non medis.
Limbah medis termasuk kategori limbah B3 yang perlu penanganan lebih lanjut dan
lebih ketat. Umumnya limbah medis dalam bentuk padat akan dimusnahkan dengan
menggunakan incinerator. Sedangkan limbah non medis akan dikelola oleh pihak
RSUD dengan Dinas Kebersihan. Pengelolaan limbah cair adalah dengan mengolah
air limbah pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Proses pengolahan air limbah dengan biofilter “up flow” ini terdiri dari bak
pengendap, ditambah dengan beberapa bak biofilter yang diisi dengan media kerikil
atau batu pecah, plastik atau media lain. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam
air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau facultatif aerobik Bak pengendap
terdiri atas 2 ruangan, yang pertama berfungsi sebagai bak pengendap pertama,
sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur sedangkan ruang kedua
berfungsi sebagai pengendap kedua dan penampung lumpur yang tidak terendapkan
di bak pertama, dan air luapan dari bak pengendap dialirkan ke media filter dengan
arah aliran dari bawah ke atas.
Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan
film mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik
yang belum sempat terurai pada bak pengendap. Air luapan dari biofilter kemudian
dibubuhi dengan khlorine atau kaporit untuk membunuh mikroorganisme patogen,
kemudian dibuang langsung ke sungai atau saluran umum.
Biofilter “Up Flow” ini mempunyai 2 fungsi yang menguntungkan dalam proses
pengolahan air buangan yakni antara lain :
Adanya air buangan yang melalui media kerikil yang terdapat pada biofilter lama
kelamaan mengakibatkan timbulnya lapisan lendir yang menyelimuti kerikil atau yang
disebut juga biological film. Air limbah yang masih mengandung zat organik yang
belum teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami
proses penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak
antara air limbah dengan mikro-organisme yang menempel pada permukaan media
filter tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi penurunan
konsentrasi zat
organiknya (BOD) makin besar. Selain menghilangkan atau mengurangi konsentrasi
BOD cara ini dapat juga mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau
suspended solids (SS) dan konsentrasi total nitrogen dan posphor.
Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang melalui media ini.
Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solids dan bakteri E.coli
setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efesiensi penyaringan akan
sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan
sistem aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat
pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan mengendapkan
di dasar bak filter. Sistem biofilter Up Flow ini sangat sederhana, operasinya mudah
dan tanpa memakai bahan kimia serta tanpa membutuhkan energi. Poses ini cocok
digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar.
1) Limbah Padat
- Limbah Padat Medis
Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri atas limbah infeksius, patologi,
benda tajam, farmasi, sitoksis, dan kimiawi. Pengelolaan limbah medis adalah
dengan cara memasukkan limbah ke dalam kantong berwarna kuning, yang kuat dan
tidak mudah bocor. Limbah benda tajam dimasukkan dalam kotak/wadah yang
tertutup dan tidak mudah bocor. Kemudian limbah medis dikumpulkan di TPS limbah
medis sementara berupa wadah kuning, yang tertutup, kuat, dan tidak mudah bocor.
Limbah padat medis yang ada sebagai berikut:
- Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian dalamnya.
- Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
- Terdapat minimal 1 (satu) buah setiap kamar atau sesuai kebutuhan.
- Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau apabila
2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut supaya tidak
menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.
c. Pegangkutan
2) Limbah Cair
Limbah cair terdiri dari limbah cair medis dan limbah cair non medis. Limbah cair
medis adalah limbah cair yang berasal dari kegiatan medis, misal kegiatan operasi,
pemeriksaan pasien, dan laboratorium. Limbah cair non medis adalah limbah cair
yang berasal dari dapur, laundry, wastafel, toilet dan kamar mandi. Limbah cair
medis dan non medis akan diolah pada instalasi pengolahan limbah cair. Sedangkan
untuk limbah cairan fixer (radioaktif) yang dihasilkan dari kegiatan pencucian hasil
rontgen, dikumpulkan dalam wadah tertutup, yang kuat dan anti bocor, dan akan
diambil oleh pihak ketiga untuk didaur ulang sebagai pemulihan perak. Pihak ketiga
akan ditentukan oleh Pemrakrasa, dimana pihak ketiga tersebut harus mempunyai
ijin dari KLH. Kerjasama dengan pihak ketiga ini akan dibuat surat perjanjian
tersendiri. Limbah cair yang berupa oli bekas saat ini langsung diambil oleh
pengumpul oli bekas.
Untuk menanggulanggi air larian, akan dibangun saluran drainase internal yang
terintegrasi ke saluran drainase eksternal di belakang (sebelah selatan) lokasi kegiatan.
Selain itu telah
direncanakan membuatkolam resapan kapasitas 720 m3 (dimensi 120 m x 2m x 3m).
Untuk air Hujan dilantai atap akan mengalir ke Roof Drain dan selanjutnya dialirkan ke
pipa tegak, menuju ke bak kontrol pada lantai dasar. Dari Bak Kontrol Air Hujan dialirkan
ke kolam retention terlebih dahulu sebelum pelimpahan ( Overflow) ke Saluran Umum.
Berdasarkan hasil soil test yang telah dilakukan bahwa muka air tanah terlalu dangkal
untuk dilakukan pembuatan sumur resapan, sehingga untuk mengatasi air larin yang
bersumber dari air hujan akan dibuat kolam retensi dengan kapasitas 720 m 3 (dimensi
120 m x 2m x 3m) dibuat di sebelah selatan dari bangunan gedung RSUD.
Dari hasil perhitungan kebutuhan peresapan air, kapasitas kolam retensi yang
direncanakan telah melebihi kebutuhan peresapan berdasarkan Permen LH No 12 tahun
2009.
Volume air yang diresapkan =34.305 m2
X 1m
50
= 686,1
m3
Berdasarkan metoda rasional (U.S. Soil Conservation Service, 1973) yang digunakan
untuk memperkirakan besarnya air larian puncak (run off) maka perhitungan air larian di
tapak kegiatan RSUD Kab Pangandaran adalah sebagai berikut :
Qp = 0,0028 x C x ip x A
Keterangan :
Qp = Air larian (debit) puncak (m3/detik) W
C = koefisien air larian
ip = Intensitas hujan (mm/jam)
h
A = Luas Wilayah (Ha)
Air larian yang berasal dari air hujan ditampung dalam kolam retensi, yang
apabila ada kelebihan (over flow) akan dilairkan menuju drainase. Air dalam
kolam retensi digunakan sebagai air untuk siram tanaman dan jalan atau sebagai
sumber air bersih saat air bersih sulit didapat.
- Lantai dibersihkan
- Cahaya dan ventilasi yang baik
- Kassa ventilasi yang baik
- Saluran air buangan yang bagus
- Pipa uap dan gas yang baik
- Penggunaan gerobak makanan yang tidak berkarat
Menguras air bak mandi, bak WC, tempayan, ember, drum dan tempat
penampungan air lainnya setiap 1 minggu sekali.
Perlindungan Radiasi
Potensi bahaya sinar-X apabila pekerja di ruang pemeriksaan pada saat ekspos
berlangsung. Pada pemeriksaan radiografi biasa pekerja tidak terkena potensi
bahaya sinar-X karena pada saat ekspos pekerja berada di luar ruang
pemeriksaan yaitu ruang kontrol dimana dinding ruang pemeriksaan sudah
standar. Tetapi tetap ada kemungkinan pekerja akan berada di ruang
pemeriksaan pada saat ekspos berlangsung misalnya apabila pengoperasian
pesawat dental unit dan pengoperasian pesawat fluoroscopy. Pada saat pekerja
harus berada di ruang pemeriksaan pada saat ekspos berlangsung harus
menggunakan alat pelindung diri lengkap yaitu apron, sarung tangan Pb,
pelindung tyroid yang sesuai prosedur. Perlindungan radiasi juga dilakukan
dengan pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja radiasi sekali setahun.
Pengamanan lingkungan
Untuk pengamanan lingkungan, maka pengelola akan menyediakan tenaga
keamanan beserta pos pengamanannya yang posisinya berada di pintu masuk
dan pintu keluar. Tenaga keamanan tersebut (Satpam) bertugas selama 24 jam
secara bergantian (sistem shift). Menyediakan sarana dan prasarana dalam
menghadapi keadaan darurat, antara lain : alat pemadam kebakaran
(Hydrant, APAR dan
sprinkle di semua area); Alat dan obat-obatan P3K; Latihan Evakuasi;
Penyediaan alat pelindung diri (APD).
Proses identifikasi dampak potensial dilakukan serangkaian hasil konsultasi dan diskusi
dengan pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab, masyarakat yang berkepentingan
serta dilengkapi dengan hasil pengamatan lapangan (observasi). Selain itu identifikasi
dampak potensial juga dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah yang berlaku
secara nasional dan/atau internasional di berbagai literatur, yaitu metode Matrik Interaksi
Sederhana; dan/atau Bagan alir. Keluaran yang diharapkan disajikan dalam bagian ini
adalah berupa daftar dampak-dampak potensial yang mungkin timbul atas adanya rencana
usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan. Berdasarkan uraian rencana kegiatan terdapat
beberapa komponen kegiatan yang perlu dikelola, diantaranya adalah :
1. Tahap Pra Konstruksi
a. Survey
b. Perijinan
c. Perencanaan
2. Tahap Konstruksi
a. Penerimaan Tenaga kerja Konstruksi
b. Penyiapan Lahan
c. Pengangkutan Material dan Alat Berat
d. Pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran dan prasarana Penunjang
3. Tahap Operasi
a. Penerimaan Tenaga Kerja Operasional
b. Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
Komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak dan akan ditelaah sebagai berikut:
a. Komponen Fisika-Kimia
Kualitas Udara
Mikroorganisme
Radiasi
Kebisingan
Kualitas Air Permukaan
Air Larian
Kuantitas Air Tanah
b. Komponen Biologi
Keanekaragaman hayati
c. Komponen Sosial Ekonomi Budaya
Keresahan Masyarakat
Kesempatan kerja
d. Komponen Kesehatan Masyarakat
Vektor Penyakit
Kesehatan Masyarakat
e. Komponen Lalu Lintas
Lalu Lintas
Tabel 1.19.Matriks Identifikasi Dampak Potensial
Tahap Pra Tahap Operasional
Konstruksi
Tahap Konstruksi
Komponen
Kegiatan
Penyiapan Lahan
Pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran
dan Sarana Penunjang
Komponen
Lingkungan
Timbulnya keresahan
masyarakat
Gambar 1.30 Bagan Alir Dampak Potensial Pada Tahap Pra Konstruksi
ANDAL Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran
KONSTRUKSI
Penerimaan tenaga kerja Konstruksi Pengangkutan material & alat berat Pembangunan RSUD & Penyiapan Lahan
Prasarana Penunjang
BAB 1 Pendahuluan I- 76
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran
OPERASI
BAB 1 Pendauluan I- 77
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran
Jika terdapat jawaban ya satu atau lebih dari salah satu dari pertanyaan tersebut atau
sama sekali tidak mendapat jawaban ya atau tidak berarti dampak yang akan terjadi
tergolong dampak penting hipotetik. Secara ringkas evaluasi dampak potensial
dituangkan dalam bentuk matrik evaluasi dampak potensial sebagaimana disajikan
pada tabel berikut ini.
BAB 1 Pendauluan I - 76
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran
KRITERIA
DAMPAK Dikaji dalam
KEGIATAN EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL AMDAL (DPH)
1 2 3 4
B. Tahap Konstruksi
1 2 3 4
1. Penerimaan Timbulnya Dari hasil sosialisasi, masyarakat mengharapkan dapat bekerja di proyek - DPH
tenaga kerja Kesempatan kerja pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran. Penerimaan tenaga kerja
konstruksi konstruksi sebanyak 400 orang akan berdampak terhadap terbukanya
kesempatan kerja yang diharapkan masyarakat sekitar dan secara tak
langsung dapat menimbulkan peluang usaha bagi masyarakat meskipun
dengan waktu yang terbatas. Dengan demikian dampak potensial
kesempatan kerja dan peluang usaha tergolong sebagai dampak
penting
hipotetik
Keresahan Penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi akan menimbulkan - DPH
Masyarakat persepsi negatif masyarakat bila tidak ada anggota masyarakat yang
diterima bekerja, hal ini akan menimbulkan keresahan masyarakat sekitar.
Sehingga dampak potensial dari persepsi masyarakat tergolong sebagai
dampak penting hipotetik.
2. Penyiapan Lahan Penurunan Kualitas pekerjaan saat penyiapan lahan konstruksi akan menimbulkan debu yang - - DPH
udara berdampak terhadap penurunan kualitas udara, serta mengingat lokasi
tapak proyek berbatasan dengan areal fasilitas pendidikan dan
pemukiman, maka dampak penurunan kualitas udara tergolong sebagai
dampak
penting hipotetik.
Peningkatan Peralatan pekerjaan saat penyiapan lahan konstruksi akan menimbulkan - - DPH
kebisingan bunyi yang berdampak terhadap peningkatan kebisingan, serta mengingat
lokasi tapak proyek berbatasan dengan areal pendidikan dan pemukiman,
maka dampak peningkatan kebisingan tergolong sebagai dampak
penting hipotetik.
Penurunan kualitas Kegiatan pekerjaan penyiapan lahan, menyebabkan lahan yang tadinya - DPH
air permukaan terdapat banyak tanaman dan pepohonan, harus di bersihkan dan
menyebabkan air yang berasal dari lokasi proyek dan masuk kedalam
drainase akan membawa material-material dari dalam lokasi proyek seperti
tanah. Sehingga dampak penurunan kualitas air permukaan tergolong
sebagai dampak penting hipotetik.
Penurunan Kegiatan penyiapan lahan, salah satunya adalah pembersihan lahan seluas - - - - Tidak DPH
keanekaragaman 50.000 m2. Berdasarkan pengamatan tim penyusun AMDAL dalam Rona
hayati Awal Lingkungan Hidup tidak terdapat jenis flora dan fauna yang
dilindungi di lokasi kegiatan dan berupa flora ladang milik penduduk yang
menggarap lahan tersebut dan telah dikomunikasikan untuk kegiatan
pembangunan
RSUD ini. Dengan demikian, dampak potensial keanekaragaman hayati
menjadi dampak tidak penting hipotetik
KRITERIA
DAMPAK Dikaji dalam
KEGIATAN EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL AMDAL (DPH)
1 2 3 4
Timbulnya Apabila dampak-dampak yang ditimbulkan dari kegiatan penyiapan lahan - DPH
Keresahan tidak dikelola degan baik seperti penurunan kualitas udara, peningkatan
Masyarakat kebisingan dan penurunan kualitas air permukaan, maka ada keresahan
pada masarakat yang menjadi dampak penting hipotetik
3. Pengangkutan Penurunan Kualitas Pengangkutan material keperluan pembangunan RSUD Pagandaran jangka - - DPH
Material dan alat udara pendek seperti tiang pancang dan beton direncanakan menggunakan Jalan
berat Merdeka. Kegiatan di sepanjang Jalan Merdeka adalah areal sekolah dan
juga warung-warung. Jumlah truk pengangkut untuk material sejumlah 20
unit truk pengangkut tiang pancang yang berlangsung selama 365 hari (5
unit truk/hari). Untuk beton akan didatangkan mengunakan truk mixer
dari batching plant, dengan lama kegiatan berlangsung 365 hari (8 unit
truk
/hari), sedangkan pengangkutan bahan lain seperti besi dilakukan secara
insidensial tergantung kemajuan pekerjaan, sehingga diperkirakan jumlah
truk pada tahap konstruksi berkisar antara 13-16 truk perhari. Untuk
pembuatan jalan akses, pengangkutan material direncanakan melalui
Jalan Merdeka dengan ritase kendaraan sebesar 5 unit truk/hari.
Sumber dampak adanya CO, SO2 dan NO2 disebabkan antara lain oleh
emisi gas buang kendaraan terutama dalam kondisi macet. Konsentrasi
CO, SO2 dan NO2 saat ini di Jalan Merdeka secara umum di bawah baku
mutu berdasarkan PPRI Nomor 41 tahun 1999. Adanya bangkitan lalu
lintas sebanyak 13-16 unit truk perhari dari kegiatan pengangkutan
material pembangunan RSUD Pangandaran dan 5 unit truk /hari
pengangkut material pembangunan jalan akses, tidak signifikan jika
disebut sebagai peningkatan kemacetan, karena kondisi lalu lintas
eksisting terutama di Jalan Merdeka relatif lancar (nilai VCR 0,2 -0,3).
1 2 3 4
penurunan kualitas udara akibat mobilisasi alat berat dan material tidak
termasuk dampak penting hipotetik.
Peningkatan Pengangkutan material tiang pancang, beton, dan besi untuk - - DPH
Kebisingan pembangunan RSUD Pangandaran dan jalan akses, seperti yang diulas
pada dampak kualitas udara, diperkirakan akan meningkatkan intensitas
kebisingan dari kondisi saat ini, dimana tingkat kebisinga 50 dBA ; baku
mutu 55 dBA).
Dengan mempertimbangkan jarak dengan warga terdekat berkisar 500 m
, dimana masyarakat tidak mengkhawatirkan dampak peningkatan
kebisingan berdasarkan hasil sosialisasi. Dengan demikian dampak
peningkatan kebisingan akibat mobilisasi alat berat dan material tidak
termasuk dampak penting hipotetik.
Gangguan Lalu Pengangkutan material lainnya seperti tiang pancang dan beton DPH
Lintas direncanakan mengunakan Merdeka. Kegiatan di sepanjang merdeka
adalah kegiatan pendidikan dan areal warung-warung. Jumlah truk
pengangkut untuk material sejumlah 5 unit truk/hari. Untuk beton akan
didatangkan mengunakan mixer truck dari batching plant sejumlah 8 unit
truk /hari, sedangkan pengangkutan bahan lain seperti besi dilakukan
secara insidensial tergantung kemajuan pekerjaan (diperkirakan total truk
yang melewati jalan tersebut sekitar 13-16 truk perhari). Pengangkutan
bahan bangunan untuk pembuatan RSUD jalan aksesnya direncanakan
melalui Jl. Merdeka dengan ritase kendaraan sebesar 5 unit truk/hari,
dengan demikian adanya penambahan truk tersebut akan diperkirakan
menyebabkan terjadinya kemacetan. Dengan demikian dampak gangguan
lalu lintas darat akibat mobilisasi alat berat dan material konstruksi
termasuk
dampak penting hipotetik.
4.Pembangunan Penurunan Kualitas Kegiatan pembangunan yang meliputi pekerjaan persiapan, pekerjaan - DPH
RSUD Kabupaten udara pondasi, pekerjaan struktur hingga pekerjaan landscape berpotensi
Pangandaran dan menimbulkan peningkatan debu di udara yang berdampak terhadap
Prasarana penurunan kualitas udara, walaupun kegiatan ini bersifat tidak terus
Penunjang menerus dan dilakukan secara bertahap. Pekerjaan ini dapat berlangsung
secara simultan sesuai dengan waktu kerja yang ditetapkan sehingga akan
memunculkan kekhawatiran masyarakat terhadap penurunan kualitas
udara akibat dari kegiatan pembangunan yang terjadi.
Peningkatan parameter debu (TSP) disebabkan aktivitas kegiatan
pembangunan RSUD. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara,
KRITERIA
DAMPAK Dikaji dalam
KEGIATAN EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL AMDAL (DPH)
1 2 3 4
Kondisi kualitas air permukaan yang ada saat ini khususnya disebelah
selatan tapak kegiatan relatif baik. Kegiatan pembangunan RSUD dan
sarana prsarana akan meningkatkan sedimntasi yang terjadi di saluran
drainase. Dengan demikian dampak peningkatan kualitas air permukaan
yang diakibatkan oleh pekerjaan fisik menjadi dampak penting hipotetik
KRITERIA
DAMPAK Dikaji dalam
KEGIATAN EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL AMDAL (DPH)
1 2 3 4
1 2 3 4
1 2 3 4
terbakar, limbah B3, serta limbah cair domestic. Kegiatan medis dari
operasional RSUD itu sendiri juga dapat menjadi sumber berkembangnya
vector peyakit apabila tidak ditangani dan dikelola dengan baik, serta dari
pasien yang sedang melakukan pengobatan atau perawatan di RSUD
Kabupaten Pangandaran. Namun terkait hal ini pemerintah sudah
membuat peraturan yang mewajibkan seluruh Rumah Sakit di Indonesia
menerapkan Permenkes RI nomor 374/menkes/PER/III/2010 tentang
pengendalian vector penyakit. Dikarenakan RSUD telah memiliki rencana
pengendalian vector penyakit, sehingga dampak berkembangnya vector
penyakit menjadi dampak tidak penting hipotetik namun tetap
akan dikelola dan
dipantau.
Timbulnya radiasi Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran akan menimbulkan timbulnya - - - - DTPH namun
radiasi dari aktivitas pengobatan pasien. Namun seperti yang sudah tetap dikelola
diuraikan dalam uraian kegiatan, pemrakarsa telah memiliki rencana kelola
yang jelas terkait radiasi. Dengan demikian dampak potensial timbulnya
radiasi menjadi dampak tidak penting hipotetik namun tetap
dikelola karena dampak radiasi tetap harus dilakukan pengelolaan dan
pemantauan.
Gangguan Lalu Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran akan menimbulkan bangkitan - DPH
Lintas lalu lintas akibat aktivitas pasien maupun pengunjung yang datang ke
RSUD. Pengaturan sirkulasi lalu lintas dilakukan dengan menyediakan
pintu masuk dari RSUD Kabupaten Pangandaran dan pintu keluar di Jalan
Merdeka. Dengan demikian dampak potensial lalu lintas menjadi dampak
penting hipotetik.
Penurunan Kualitas Kegiatan penggunaan air terkait dengan pengaruhnya terhadap kualitas - - - - DTPH namun
Air permukaan air permukaan. Untuk mengatasi air yang berasal dari kegiatan domestic tetap dikelola
ini, pemrakarsa telah memiliki rencana menggunakan STP/IPAL agar air
yang dikeluarkan ke drainase sudah memenuhi baku mutu. Meskipun telah
memiliki rencana kelola, dikarenakan kualitas air permukaan menjadi
masukan dari masyarakat untuk dikelola sehingga dampak potensial
kualitas
air permukaan menjadi dampak tidak penting hipotetik namun tetap
dikelola.
Peningkatan air Kegiatan penggunaan air dengan adanya RSUD Kabupaten Pangandaran - DPH
larian ini akan menyebabkan peningkatan air yang dibuang ke drainase menjadi
lebih banyak, dan dapat berakibat pada kemungkinan banjir di lokasi
kegiatan
dan sekitar lokasi. Kekhawatiran ini disampaikan juga oleh masyarakat pada
KRITERIA
DAMPAK Dikaji dalam
KEGIATAN EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL AMDAL (DPH)
1 2 3 4
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan dampak penting hipotetik (DPH) adalah :
Tabel 1.21 Dampak Penting Hipotetik
Dampak Penting Hipotetik Sumber Dampak
Tahap Pra Konstruksi
Keresahan Masyarakat Survei
Tahap Konstruksi
Penurunan Kualitas Udara Penyiapan Lahan
Material dan Alat Berat
Pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran dan
Prasarana Penunjang
Peningkatan Kebisingan Penyiapan Lahan
Material dan Alat Berat
Pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran dan
Prasarana Penunjang
Penurunan Kualitas Air Permukaan Penyiapan Lahan
Pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran dan
Prasarana Penunjang
Peningkatan Air Larian Pembangunan RSUD kabupaten Pangandaran dan
Prasarana Penunjang
Gangguan Lalu Lintas Material dan Alat Berat
Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi
Keresahan Masyarakat Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi
Penyiapan Lahan
Tahap Operasi
Penurunan Kualitas Udara Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
Peningkatan Kebisingan Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha Penerimaan tenaga Kerja operasional
Gangguan Kesehatan Masyarakat Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
Peningkatan Air Larian Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
Keresahan Masyarakat Penerimaan Tenaga Kerja operasional
Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
Gangguan Lalu Lintas Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
Selain dampak penting hipotetik (DPH), terdapat dampak lain yang tetap dikelola yaitu :
Tabel 1.22 Dampak Lain Yang Dikelola
Dampak Lain Yang Dikelola Sumber Dampak
Tahap Operasi
Timbulnya Radiasi Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
Peningkatan Mikroorganisme Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
Berkembangnya vector penyakit Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
Penurunan Kualitas Air Permukaan Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
Proses dampak penting hipotetik kegiatan penyusunan AMDAL Pembangunan RSUD Kabupaten
Pangandaran, secara rinci dapat dilihat sebagai berikut:
RENCANA KEGIATAN
DAMPAK POTENSIAL
Kesehatan Masyarakat
Berkembangnya vektor penyakit
Gangguan Kesehatan masyarakat
Tata Ruang Metode :
1. Gangguan Lalu Lintas Metode : Brain
Matriks, Stroming
Bagan alir
Konsultasi Publik
Batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana usaha dan / atau kegiatan akan
melakukan kegiatan prakonstruksi, konstruksi dan operasi. Dari ruang rencana usaha dan/
atau kegiatan inilah sumber dampak terhadap lingkungan hidup disekitarnya(Peta 1.2).Batas
proyek RSUD Kabupaten Pangandaranyangterletak di Desa Panunjang Kecamatan
Pangandaran adalah sebagai berikut :
• Sebelah Utara : Jalan Merdeka Barat
• Sebelah Barat : SD N 1 Pananjung dan SPBU
• Sebelah Timur : SMK N 1 Pangandaran
• Sebelah Selatan : Lahan Pertanian/ Saluran Drainase
Batas ekologis yaitu ruang terjadinya sebaran dampak-dampak lingkungan dari suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji, mengikuti media lingkungan masing-
masing (seperti air dan udara), dimana proses alami yang berlangsung dalam ruang
tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Batas ekologis ditentukan
berdasarkan oleh batasan ekosistem yang bersifat alami dan dapat terpengaruh kegiatan
terutama didasarkan pada sebaran dampak dari perubahan kualitas udara dan kualitas air.
Menilik perairan yang dipengaruhi oleh beragam kegiatan dan untuk membatasi wilayah
kajian studi ANDAL, maka lingkup batas ekologis, untuk badan air penerima dikaji dengan
memperhitungkan arah aliran run off, debit dan kecepatan air, sedangkan untuk udara telah
dianalisis berdasarkan kecepatan dan arah angin dominan. Ekologis perairan yang
diprakirakan dapat terkena dampak langsung oleh kegiatan proyek adalah drainase yang
berada disebelah selatan lokasi RSUD. Sedangkan sebaran dampak dari kualitas udara dari
rencana kegiatan RSUD ini telah dianalisis berdasarkan kecepatan angin yang bertiup di
lokasi kegiatan berkisar antara 2,7 s/d 4,4 km/jam dengan pergerakan arah angin yang
dipengaruhi oleh angin darat dan angin laut (pergerakan angin dominan menuju arah
selatan) karena laut berada persis disebelah selatan rencana kegiatan RSUD, sehingga batas
ekologis udara berada pada radius ±500 m yang dipengaruhi oleh arah angin dominan
menuju selatan. maka resultant dari dampak kualitas air dan kualitas udara adalah batas
ekologis.
BAB 1 Pendahuluan I - 88
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran
ANALISIS DAMPAK
LINGKUNGAN (ANDAL)
PEMBANGUNAN RSUD KAB.
PANGANDARAN
Keterangan:
= Batas Proyek
= Batas Sosial
= Batas Ekologi
BAB 1 Pendahuluan I - 92
ANDAL Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran
2. Konstruksi : Komponen Peningkatan Kegiatan pengangkutan alat dan material, DPH Sekitar lokasi Konstruksi :
Penyiapan lahan, Fisik Kimia Kebisingan penggunaan alat-alat berat saat pekerjaan kegiatan dan batas 12 bulan
material dan alat tanah serta pelaksanaan konstruksi dapat ekologis dari
berat, menimbulkan bunyi yang menyebabkan persebaran dampak Operasi :
pembangunan terjadinya dampak peningkatan kebisingan. 5 tahun
RSUD Kabupaten Mengingat lokasi kegiatan berdekatan langsung
Pangandaran dan dengan areal pendidkan dan pemukiman
prasarana penduduk.
Penunjang.
Pada tahap operasional Pembangunan RSUD
Operasi : Kabupaten Pangandaran diperkirakan terjadi
BAB 1 Pendahuluan I- 93
N Deskripsi Komponen Wilayah Studi Batas
o Rencana Lingungan Pelingkupan Waktu
Kegiatan yang Terkena Kajian
Berpotensi Dampak Dampak Evaluasi Dampak Potensial Dampak
Menimbulkan Potensial Penting
Dampak Hipotetik
Lingkungan (DPH)
Penggunaan peningkatan intensitas kebisingan oleh adanya
energi, kendaraan operasional karyawan dan
penggunaan pengunjung, serta operasional genset dll, maka
bahan bakar dan akan berdampak pada kenyamanan dan
pelumas, ketenangan warga mengingat lokasi kegiatan
Timbulan limbah, berdekatan langsung dengan areal pendidkan
operasional RSUD dan pemukiman penduduk sehingga dampak
tersebut merupakan dampak penting
hipotetik.
3. Konstruksi : Komponen Penurunan Kegiatan konstruksi yang meliputi pekerjaan DPH Sekitar lokasi Konstruksi :
Penyiapan lahan, Fisik Kimia Kualitas Air persiapan, pekerjaan pondasi, pekerjaan (konstruksi) kegiatan dan batas 12 bulan
pembangunan Permukaan struktur hingga pekerjaan landscape bersifat ekologis dari
RSUD Kabupaten tidak terus menerus dan dilakukan secara DTPH persebaran dampak Operasi :
Pangandaran dan bertahap. Kegiatan ini dapat menyebabkan air (operasi) 5 tahun
prasarana yang mengalir ke drainase pada tahap ini
penunjang membawa material serta membawa air yang
bersumber dari kegiatan domestic pekerja,
Operasi : sehingga dikhawatirkan akan mempengaruuhi
Penggunaan air, kondisi kualitas air permukaan.
kegiatan
penghematan Pembuangan air limbah saat operasional dan
energy dan air pemeliharaan RSUD dapat mengakibatkan
penurunan terhadap penurunan kualitas badan
air penerima, akan tetapi limbah cair tersebut
akan dialirkan ke saluran umum, yang
sebelumnya di olah di IPAL sehingga dampak
tersebut merupakan dampak tidak penting
hipotetik.
N Deskripsi Komponen Wilayah Studi Batas
o Rencana Lingungan Pelingkupan Waktu
Kegiatan yang Terkena Kajian
Berpotensi Dampak Dampak Evaluasi Dampak Potensial Dampak
Menimbulkan Potensial Penting
Dampak Hipotetik
Lingkungan (DPH)
4. Konstruksi : Komponen Peningkatan Pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran DPH Sekitar lokasi Konstruksi :
pembangunan Fisik Kimia Air Larian mengakibatkan perubahan tutupan lahan yang kegiatan dan batas 12 bulan
RSUD Kabupaten menjadikan luasan lahan terbangun menjadi ekologis dari
Pangandaran dan bertambah. Selain itu adanya keresahan persebaran dampak Operasi :
prasarana masyarakat terkait seringnya terjadi banjir di 5 tahun
penunjang wilayah sekitar rencana tapak proyek.
(berubahnya
tutupan lahan Kegiatan penggunaan air dengan adanya
dari lahan operasional RSUD Kabupaten Pangandaran ini
terbuka hijau akan menyebabkan peningkatan air yang
menjadi dibuang ke drainase menjadi lebih banyak, dan
lahan terbangun) dapat berakibat pada kemungkinan banjir di
lokasi kegiatan dan sekitar lokasi. Kekhawatiran
Operasi : ini disampaikan juga oleh masyarakat pada saat
operasional RSUD sosialisasi/konsultasi publik.
Kab. Sehigga dampak peningkatan air larian menjadi
Pangandaran dampak penting hipotetik.
(penggunaan air
selama
operasional)
5. Konstruksi : Komponen Gangguan Pengangkutan bahan bangunan untuk DPH Sekitar lokasi Konstruksi :
Pengangkutan Lalu Lintas Lalu Lintas pembuatan RSUD jalan aksesnya direncanakan kegiatan dan batas 12 bulan
material dan alat melalui Jl. Merdeka dengan ritase kendaraan ekologis dari
berat sebesar 5 unit truk/hari, dengan demikian persebaran dampak Operasi :
adanya penambahan truk tersebut akan 5 tahun
Operasi : diperkirakan menyebabkan terjadinya
Operasional kemacetan.
RSUD
N Deskripsi Komponen Wilayah Studi Batas
o Rencana Lingungan Pelingkupan Waktu
Kegiatan yang Terkena Kajian
Berpotensi Dampak Dampak Evaluasi Dampak Potensial Dampak
Menimbulkan Potensial Penting
Dampak Hipotetik
Lingkungan (DPH)
Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
akan menimbulkan bangkitan lalu lintas akibat
aktivitas pasien maupun pengunjung yang
datang ke RSUD.
Sehingga dampak gangguan lalu lintas
merupakan dampak penting hipotetik
6. Konstruksi : Komponen Peningkatan Dengan adanya kegiatan pembangunan RSUD DPH Sekitar lokasi kegiatan Konstruksi :
penerimaan Sosial, kesempatan Kabupaten Pangandaran di tahap konstruksi dan batas sosial 12 bulan
tenaga kerja Ekonomi kerja dan maupun operasional RSUD Kabupaten
konstruksi dan Budaya berusaha Pangandaran, dibutuhkan tenaga kerja sebesar Operasi :
400 orang untuk konstruksi dan 855 orang 5 tahun
Operasi : untuk operasional, yang diharapkan berasal dari
Penerimaan masyarakat sekitar. Dengan demikian maka
tenaga kerja timbulnya kesempatan kerja adalah merupakan
operasional dampak penting hipotetik
7. Pra konstruksi : Komponen keresahan Keresahan masyarakat dimaksudkan sebagai DPH Sekitar lokasi kegiatan Pra
survei Sosial, Masyarakat tingkat dukungan, persetujuan atau penolakan dan batas sosial kosntruksi :
Ekonomi warga terhadap keberadaan proyek. Dampak 6 bulan
Konstruksi : dan Budaya keresahan masyarakat muncul apabila dampak-
penerimaan dampak yang terjadi tidak ditangani dengan Konstruksi :
tenaga kerja baik. Dengan demikian maka Keresahan 12 bulan
konstruksi dan masyarakat adalah merupakan dampak
penyiapan lahan penting hipotetik Operasi :
5 tahun
Operasi :
Penerimaan
tenaga kerja
operasional dan
N Deskripsi Komponen Wilayah Studi Batas
o Rencana Lingungan Pelingkupan Waktu
Kegiatan yang Terkena Kajian
Berpotensi Dampak Dampak Evaluasi Dampak Potensial Dampak
Menimbulkan Potensial Penting
Dampak Hipotetik
Lingkungan (DPH)
operasional RSUD
Pangandaran
(tidak
terkelolanya
dampak-dampak
yang dihasilkan)
8. Operasi : Komponen Gangguan Kegiatan operasional RSUD yang bersumber dari DPH Sekitar lokasi Operasi :
Operaional RSUD Kesehatan Kesehatan aktivitas poliklinik dan rawat jalan serta kegiatan kegiatan dan batas 5 tahun
Masyarakat Masyarakat lainnya dirumah sakit yang menimbulkan limbah ekologis dari
padat baik B3 maupun Non B3, dan limbah cair persebaran dampak
baik B3 maupun non B3 yang tidak dikelola
dengan baik dapat menyebabkan munculnya
vector penyakit dan pada akhirnya dapat
menimbulkan gangguan kesehatan pada
masyarakat. Mengingat lokasi tapak proyek
berbatasan dengan pemukiman penduduk dan
area pendidikan, maka dampak penurunan
kualitas udara tergolong sebagai dampak
penting hipotetik
9. Operasi : Komponen Timbulnya Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran DTPH Sekitar lokasi Operasi : 5
Operasional Fisika-kimia Radiasi akan menimbulkan timbulnya radiasi dari namun kegiatan dan batas tahun
RSUD aktivitas pengobatan pasien. Namun seperti Tetap ekologis dari
yang sudah diuraikan dalam uraian kegiatan, dikelola persebaran dampak
pemrakarsa telah memiliki rencana kelola yang
jelas terkait radiasi. Dengan demikian dampak
potensial timbulnya radiasi menjadi dampak
tidak penting hipotetik namun tetap dikelola
karena dampak
radiasi tetap harus dilakukan pengelolaan dan
N Deskripsi Komponen Wilayah Studi Batas
o Rencana Lingungan Pelingkupan Waktu
Kegiatan yang Terkena Kajian
Berpotensi Dampak Dampak Evaluasi Dampak Potensial Dampak
Menimbulkan Potensial Penting
Dampak Hipotetik
Lingkungan (DPH)
pemantauan, Sehingga dampak ini menjadi
dampak tidak penting hipotetik namun
tetap dikelola
10. Operasi : Komponen Peningkatan Penularan penyakit dapat berupa tertularnya DTPH Sekitar lokasi Operasi : 5
Operasional Fisik Kimia Mikroorganis penunjung sehat dengan suatu penyakit di namun kegiatan dan batas tahun
RSUD me rumah sakit, melalui kontak tidak langsung, tetap ekologis dari
misalnya dengan perantara udara (airborne dikelola persebaran dampak
disesase atau elroplet infection) atau dapat juga
kontak langsung (bersentuhan).
Penderita/pasien dapat juga mengalami infeksi
nosokomial (atau hospital epidemiology), di
mana penderita mendapat infeksi baru dari
mikroorganisme di rumah sakit. Sedangkan
antar penderita yang dirawat di rumah sakit
mempunyai potensi untuk saling menularkan,
yang disebut infeksi silang (cross infection),
makin tinggi daya penularan mikro organisme
akan menyebabkan makin luas penyakit
epidemiologi di rumah sakit. Sehingga
dampak
ini menjadi dampak tidak penting
hipotetik namun tetap dikelola.
11. Operasi : Komponen Berkembang Sisa bahan makanan dari kegiatan dapur, DTPH Sekitar lokasi kegiatan Operasi : 5
Operasional Kesehatan nya Vektor pelayanan makanan di ruang rawat inap dan namun dan batas sosial tahun
RSUD masyarakat Penyakit kegiatan pengunjung rumah sakit serta tetap
genangan air dari kegiatan rumah sakit (bak dikelola
mandi, kolam taman, persedian air di dapur)
dapat menyebabkan berkembangnya vektor
penyakit. Hewan vektor yang mungkin
N Deskripsi Komponen Wilayah Studi Batas
o Rencana Lingungan Pelingkupan Waktu
Kegiatan yang Terkena Kajian
Berpotensi Dampak Dampak Evaluasi Dampak Potensial Dampak
Menimbulkan Potensial Penting
Dampak Hipotetik
Lingkungan (DPH)
berkembang adalah kecoa, lalat, tikus, dan
nyamuk, namun pemrakarsa telah memiliki
rencan pengelolaan yang diwajibkan oleh
pemerintah sesuai permenkes sehingga menjadi
dampak tidak penting hipotetik namun
tetap dikelola