07.BAB 1 Pendahuluan - RSUD - Final

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 119

ANDAL Pembangunan RSUD Kab.

Pangandaran

1.1. Latar Belakang


Kabupaten Pangandaran mengalami pemekaran dari Kabupaten Ciamis berdasarkan
Undang- undang No 21 pada tahun 2012. Saat ini di Kabupaten Pangandaran terdapat 10
Puskesmas dan belum terdapat Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD). Masyarakat Kabupaten
Pangandaran selama ini melakukan pengobatan medis yang tidak dapat dilakukan
penanganan medis di puskesmas di rujuk ke RSUD Kabupaten Ciamis yang berjarak 85 Km
atau ke RSUD Banjar yang berjarak 60 Km. Berdasarkan hal tersebut, maka Pemerintah
Daerah Kabupaten Pangandaran melalui Dinas Kesehatan Pangandaran merencanakan
melakukan pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran sebagai fasilitas kesehatan yang
memadai bagi masyarakat. Rencana bangunan RSUD Kab. Pangandaran akan dibangun
dengan luas total ±50.000 m2. Hal ini jika dilihat dari standar yang dikeluarkan oleh
Kementerian Kesehatan RI bahwa perhitungan kasar untuk kebutuhan bangunan Rumah
Sakit secara keseluruhan 1 TT sebesar
100 m2 (terdiri dari pelayanan medic, penunjang medic, service dan administrasi), maka
kebutuhan bangunan minimal untuk Rumah Sakit kelas B dengan kapasitas 300 TT sebesar
30.000 m2, sehingga rencana RSUD Kab. Pangandaran dengan rencana tempat tidur yang
disediakan sebanyak 380 TT , telah memenuhi standar Rumah Sakit kelas B.

Fasilitas rawat jalan untuk pasien berupa poliklinik terdiri dari : Klinik Bedah Urologi, Klinik
Bedah Saraf, Klinik Onkologi, Klinik Bedah Umum, Klinik Bedah Tulang, Klinik Penyakkt
Jantung, Klinik Penyakit Dalam, Klinik Penyakit kulit dan kelamin, Klinik Kejiwaan, Klinik HIV,
Klinik Paru, Klinik Gigi dan Mulut, Klinik Bedah Mulut, Klinik Hypnoterapi, Klinik Kecantikan,
Klinik Bedah Anak, Klinik Anak, Klinik Tumbuh Kembang, Klinik Mata, Klinik THT, Klinik Gizi,
Klinik Sehat, dan Akupuntur. Sementara fasilitas rawat inap pasien sebanyak 380 Tempat
Tidur (TT), terdiri dari beberapa kelas : Kelas 3 (120 TT), Kelas 2 (77 TT), Kelas 1 (58 TT),
VIP (28 TT), VVIP (22 TT), PICU/NICU (25 TT), ICU (20 TT), CVCU (15 TT), R. Isolasi (15
TT).

Lahan rencana RSUD Kab. Pangandaran telah ditetapkan dalam KEPUTUSAN BUPATI
PANGANDARAN NOMOR :593.5/Kpts.99G-Huk.Org Tahun 2014 Tentang Persetujuan

BAB 1 Pendahuluan I- 1
ANDAL Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran
Penggunaan Tanah Milik Pemerintah Kabupaten Pangandaran untuk Pembangunan RSUD
dan

BAB 1 Pendahuluan I- 2
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran

Gedung UPTD Farmasi Kabupaten Pangandaran. Lokasi rencana pembangunan RSUD Kab.
Pangandaran terletak di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran, dimana saat ini telah
terdapat bangunan UPTD Farmasi.

Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup mensyaratkan bahwa AMDAL harus diterapkan terhadap setiap rencana kegiatan yang
diperkirakan mempunyai dampak penting. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012
tentang Izin Lingkungan yang menyebutkan bahwa AMDAL harus dilakukan pada setiap
kegiatan atau usaha yang menyebabkan terjadinya perubahan bentuk lahan dan bentang
alam. Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran membuat adanya perubahan yang mendasar
dari komponen lingkungan. Baik komponen ruang, fisika-kimia, sosial ekonomi dan budaya,
dan kesehatan masyarakat. Dengan demikian sesuai Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 05 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan yang Wajib
Dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) rencana kegiatan
ini termasuk kategori wajib AMDAL karena luas lahan ≥ 5 Ha (50.000 m²). Penyusunan
Dokumen AMDAL Rencana Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran dilakukan dengan
pendekatan studi AMDAL tunggal, dimana penyusunan studi AMDAL Rencana Pembangunan
RSUD Kab. Pangandaran diperuntukan bagi satu jenis usaha dan/atau kegiatan yang
kewenangan pembinaannya di bawah satu instansi yang membidangi jenis usaha dan/atau
kegiatan. Mengingat penilaian dokumen rencana kegiatan ini merupakan kewenangan
Kabupaten Pangandaran, akan tetapi Kabupaten Pengandaran belum memiliki lisensi Komisi
Penilai AMDAL, sehingga di limpahkan proses penilaiannya ke KPA Provinsi Jawa Barat.
Berdasarkan PerMenLH No 08 Tahun 2013 maka hasil penilaian KPA Provinsi Jawa Barat
akan diserahkan ke Pemda Kabupaten Pengandaran untuk diterbitkan Keputusan Kelayakan
Lingkungan Hidup/Ketidaklayakan Lingkungan Hidup serta Izin Lingkungannya.

Dokumen Kerangka Acuan ANDAL (KA-ANDAL) Pembangunan RSUD Kabupaten


Pangandaran telah disusun dan telah mendapatkan Kesepakatan Dokumen KA ANDAL No.
60.1/2.314/Bid- I/201. Langkah selanjutnya adalah menyusun Dokumen ANDAL (Analisis
Dampak Lingkungan) dan RKL-RPL (Rencana Pengelolaan dan Rencana Pemantauan
Lingkungan Hidup) yang didalamnya memuat pendahuluan, rona lingkungan hidup,
Prakiraan dampak penting dan Evaluasi Dampak Holistik serta rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup.

BAB 1 Pendauluan I- 2
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari Pembangunan RSUD Kabupeten Pangandaran adalah untuk :
1. Memenuhi kebutuhan sarana, prasarana dan fasilitas kesehatan masyarakat yaitu RSUD
untuk menunjang kualitas pelayanan masyarakat yang membutuhkan.
2. Menyediakan pelayanan unggulan dibidang kesehatan melalui pemberdayaan seluruh
potensi sumber daya dan kemitraan rumah sakit.

Manfaat dari Pembangunan RSUD Kabupeten Pangandaran adalah untuk :


1. Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan yang memadai dan unggul
serta mudah dijangkau di Kabupaten Pangandaran.
2. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Pangandaran.

Penyusunan dokumen AMDAL pembangunan RSUD Kabupeten Pangandaran terdiri dari


penyusunan dokumen KA-ANDAL, ANDAL, RKL dan RPL.

1.3. Pelaksana Studi


1.3.1 Identitas Pemrakarsa
Nama Pemrakarsa : Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran
Alamat Pemrakarsa : Jalan pasundan No 42 Cijulang Pangandaran Jawa
Barat 46365
Alamat Kegiatan : Desa Pananjung, Kecamatan Pangandaran, Kabupaten
Pangandaran, Jawa Barat
Nomor Telepon/Fax : 0625-633156
Penanggung Jawab : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pangandaran

1.3.2 Identitas Tim Penyusun Studi AMDAL


Selanjutnya penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) ini
dilakukan oleh Lembaga Penyedia Jasa Penyusunan (LPJP) Amdal yang telah teregistrasi di
Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Adapun LPJP dimaksud adalah :
Nama Konsultan PT. Gelar Buana Semesta
Alamat Konsultan Jl. Mentor No. 62 Bandung 40175
Telp: (022) 6014292
Fax: (022) 6014292
Email: [email protected],
Penanggung Jawab Ardi Effendi Saleh
Nomor Registrasi 0031/LPJ/AMDAL-1/LRK/KLH
Kompetensi / Tanggal Tanggal 13 Juni 2017 – 13 Juni 2020

Dalam penyusunan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) akan


dilibatkan tenaga ahli sesuai dengan bidang kajian yang diperlukan. Adapun susunan tim
pelaksana Studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) RSUD Kab.
Pangandaran ini :

Tabel 1.1. Susunan Tim Studi AMDAL Pembangunan RSUD Kabupeten


Pangandaran

Nama Pendidikan dan Kualifikasi Jabatan


Alwin, S.Si, MT S1 Ilmu Kimia, Unhas Ketua Tim/Ahli
S2 Teknik Lingkungan ITB Lingkungan
Sertifikasi KTPA Nomor
LHK.642.00109 2018
S1 Teknologi Hasil Perikanan IPB Ahli Kualitas Air
Sri Hartati SPi Sertifikasi ATPA Nomor
LHK.642.00014-2017
Tyas Kumala Puteri, S1 Ilmu Ekonomi, IPB Ahli Sosial dan Ekonomi
SE Sertifikasi ATPA Nomor
000710/SKPA-P1/LSK-
INTAKINDO/X/2012
Lucy Pertiwi S.Si S1 Meteorologi dan Geofisika IPB Ahli Fisik-Kimia
Sertifikasi ATPA Nomor
LHK.642.00013-2017
Penyusun
Untung Sentosa, S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Ahli Manajemen Rumah
M.Kes (Manajemen Rumah Sakit) UGM Sakit
Eko Santoso P, ST S1 Teknik Sipil dan Lingkungan IPB Asisten Ahli Fiskim
Fandri Okyawan, ST S1 Teknik Sipil danLingkungan IPB Asisten Ahli Sipil
Fajrin Nuraida, S.Si S1 Ilmu Biologi Unila Asisten Ahli Biologi
1.4. Deskripsi Rencana Kegiatan
1.4.1. Status Studi AMDAL
AMDAL merupakan bagian dari studi kelayakan rencana usaha dan/atau kegiatan. Oleh
karena itu dalam Dokumen ANDAL yang merupakan ruang lingkup kajian Lingkungan
hasilnya merupakan bagian dari studi kelayakan yang akan digunakan oleh pengambil
keputusan dalam perencanaan pengembangan wilayah. Studi AMDAL rencana kegiatan
Pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran disusun berdasarkan pra desain, dimana
AMDAL lebih menunjukkan pendugaan dampak yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan
tersebut dalam lingkungan hidup.

1.4.2. Kesesuaian Lokasi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan dengan Rencana


Tata Ruang Sesuai Ketentuan Peraturan Perundangan
Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Pangandaran Nomor :593.5/Kpts.99G-Huk.Org Tahun
2014 Tentang Persetujuan Penggunaan Tanah Miliki Pemerintah Kabupaten Pangandaran
untuk Pembangunan RSUD dan Gedung UPTD Farmasi Kabupaten Pangandaran, bahwa
lokasi Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran berada di Desa Pananjung, Kecamatan
Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat. Pada saat ini peta RTRW
Kabupaten Pangandaran belum disahkan, sedangkan RTRW kabupaten Ciamis sebagai
Kabupaten induk telah berakhir masa berlakunya sehingga rujukan kesesuaian tata ruang
berdasarkan SK Bupati tersebut diatas. Gambar site plan berdasarkan SK Bupati
Pangandaran dapat dilihat pada gambar 1.1.
ANDAL Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran

DOKUMEN
ANALISIS DAMPAK
LINGKUNGAN (ANDAL)
PEMBANGUNAN RSUD KAB.
PANGANDARAN

PETA 1.1 LOKASI KEGIATAN

Keterangan:

= Lokasi Kegiatan

BAB 1 Pendahuluan I- 6
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran

Gambar 1.1. Site Plan Berdasarkan SK Bupati Pangandaran No: 593.5/Kots.99G-Huk.Org Tahun 2014

BAB 1 Pendauluan I- 7
Gambar 1.2. Site Plan
ANDAL Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran

1.4.3. Rincian Deskripsi Rencana Usaha dan/atau Kegiatan


Rencana Kegiatan Pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran berlokasi Desa Pananjung
Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran. Adapun batas-batas lokasi kegiatan
adalah sebagai berikut :
• Sebelah Utara : Jalan Merdeka Barat
• Sebelah Barat : SD N 1 Pananjung
• Sebelah Timur : SMK N 1 Pangandaran
• Sebelah Selatan : Lahan Pertanian/ Saluran Drainase

1.4.3.1 Sarana Utama


Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran ini rencananya akan dibangun diatas lahan seluas
50.0 m2, yang akan dimanfaatkan sebagai bangunan utama Rumah Sakit, serta sarana
dan prasarana seperti parkir, saluran dan ruang terbuka hijau. Selain itu akan dibuat GSB
dan GSS sejauh 1,5 meter. Adapun rencana dasar bangunan dan penggunaan lahan akan
dijelaskan dalam tabel 1.2. berikut ini :

Tabel 1.2 Rencana Penggunaan Lahan


Uraian Luasan Satuan % Keterangan
1. Luas Lahan Bangunan Utama
Gedung A 1209,6 m2 2,4 4 lantai
Gedung B 2021,76 m2 4,0 4 lantai
Gedung C 896,4 m2 1,8 4 lantai
Gedung D 1127,52 m2 2,3 4 lantai
Gedung E 1127,52 m2 2,3 4 lantai
Gedung F 442,56 m2 0,9 1 lantai
Gedung G 288 m2 0,6 2 lantai
Total 1 7113,36 m2 14,2

2. Luas Lahan Bangunan Penunjang


Masjid (Bangunan H) 247 m2 0,5 1 unit
Instalasi Jenazah (Bangunan I) 288 m2 0,6 1 unit
Selasar Penghubung dan Ramp Evakuasi 151,2 m2 1 lantai
(Bangunan J) 0,3
Rumah Dinas (Bangunan K) 450 m 2 0,9 5 unit
Power House (Bangunan L) 181,2 m2 0,4 1 unit
GWT dan Ruang Pompa (Bangunan M) 215 m2 0,4 1 unit
STP (Bangunan N) 99,28 m2 0,2 1 unit
Gas Medis (Bangunan O) 60 m2 0,1 1 unit
TPS (Bangunan P) 18,15 m2 0,0 1 unit
Pos Jaga (Bangunan Q) 16 m2 0,0 1 unit
Plaza (Bangunan R) 468 m2 0,9 1 unit
Parkir Mobil (Bangunan S) 9870,62 m2 19,7 192 unit mobil & 6
unit ambulance
Parkir motor (Bangunan T) 5217,19 m2 10,4 135 unit motor
Jalan 9910 m2 19,8
GDB dan GSS 400 m2 0,8 KDH

BAB 1 Pendahuluan I- 9
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran

Area Hijau 15055 m2 30,11 KDH


Kolam retensi 240 m2 0,5 KDH
Total 2 42886,64 m2 85,8

Total Luas Lahan (Total 1 dan Total 2) 50000 m2 100


KDB 34305 m2 68,61
KDH 15695 m2 31,39
Sumber: DED, 2016

Kegiatan pembangunan bangunan utama terdiri dari:


Tabel 1.3 Peruntukan Bangunan Utama RSUD Kabupaten Pangandaran
No Lantai Peruntukan
1 Gedung A
a Lantai 1 Poliklinik dan Farmasi
b Lantai 2 Poliklinik
c Lantai 3 Admnistrasi Office
d Lantai 4 Ruang rapat dan ruang serba guna
2 Gedung B
a Lantai 1 Instalasi Gawat darurat (IGD) dan VK
b Lantai 2 ICU, NICU, CVCU
c Lantai 3 Kebidanan dan Nifas
d Lantai 4 OK dan CSSD
3 Gedung C
a Lantai 1 Radiologi
b Lantai 2 Laboratorium
c Lantai 3 Rehabilitasi Medik
d Lantai 4 Hemodialisa & Talasemia
4 Gedung D
a Lantai 1 IRNA Kelas 3
b Lantai 2 IRNA Kelas 2
c Lantai 3 IRNA Kelas 1
d Lantai 4 IRNA VIP dan VVIP
5 Gedung E Gedung IRNA Pengembangan
6 Gedung F Dapur dan Gizi
7 Gedung G
a Lantai 1 IPSRS/workshop
b Lantai 2 Laundry
Sumber : siteplan, 2016

BAB 1 Pendauluan I- 10
Sumber : DED RSUD Kabupaten Pangandaran, 2016
Gambar 1.3 Rencana Peruntukkan Bangunan RSUD Kabupaten Pangandaran
Sumber : DED RSUD Kabupaten Pangandaran, 2016
Gambar 1.4 Pengelompokan Bangunan Berdasarkan Fungsi RSUD Kabupaten
Pangandaran

Klinik Kebidanan dan ruang penunjang kebidanan berada di gedung B lantai 3. Sementara
rincian poliklinik yang tersedia di gedung A adalah sebagai berikut :
 Lantai 2 : Klinik Bedah Urologi, Klinik Bedah Saraf, Klinik Onkologi, Klinik Bedah
Umum, Klinik Bedah Tulang, Klinik Penyakkt Jantung, Klinik Penyakit Dalam, Klinik
Penyakit kulit dan kelamin, Klinik Kejiwaan, Klinik HIV, Klinik Paru.
 Lantai 3 : Klinik Gigi dan Mulut, Klinik Bedah Mulut, Klinik Hypnoterapi, Klinik
Kecantikan, Klinik Bedah Anak, Klinik Anak, Klinik Tumbuh Kembang, Klinik Mata,
Klinik THT, Klinik Gizi, Klinik Sehat, Akupuntur.
Gambar dimensi untuk masing-masing tipe ruangan disajikan dalam berapa gambar berikut.
Gambar 1.5 Modul Ruang VIP

Gambar 1.6 Modul Ruang Kelas 1


Gambar 1.7 Modul Ruang Kelas 2

Gambar 1.8 Modul Ruang Kelas 3


Gambar 1.9 Modul Ruang Poliklinik
1.4.3.2 Sarana Penunjang
Jenis sarana dan prasarana yang akan dibangun antara lain :
a) Masjid (Bangunan H)
b) Instalasi Jenazah (Bangunan I)
c) Selasar Penghubung dan Ramp Evakuasi (Bangunan J)
d) Rumah Dinas (Bangunan K)
e) Power House (Bangunan L)
f) GWT dan Ruang Pompa (Bangunan M)
g) STP (Bangunan N)
h) Gas Medis (Bangunan O)
i) TPS (Bangunan P)
j) Pos Jaga (Bangunan Q)
k) Plaza (Bangunan R)
l) Parkir Mobil (Bangunan S)
m) Parkir Motor (Bangunan T)
n) Kolam Retensi (kode U)
1.4.3.3 Perparkiran
Kebutuhan parkir di RSUD Kab.Pangandaran diperkirakan mengacu pada komposisi tempat
tidur (TT), kebutuhan parkir minimal untuk kendaraan mobil adalah mengacu kepada
perbandingan komposisi TT. Asumsi kebutuhan parkir minimal, yaitu:
1) Kebutuhan Parkir Pengunjung
Tabel 1.4 Perhitungan Kebutuhan Parkir
No Ruang Perawatan Jumlah TT Jumlah Parkir
1. Kelas Utama 12 12
2. Kelas VIP 18 18
3. Kelas 1 38 19
4. Kelas 2 57 20
5. Kelas 3 100 30
6. R.Picu/NICU 25 13
7. R. ICU 20 10
8. R. CVCU 15 8
9. ISOLASI 15 8
Jumlah 300 138

2) Kebutuhan Parkir Manajemen


Standar Kebutuhan Parkir Manajemen:
a. Kelompok Eksekutif → 1:1
b.Kelompok Tenaga Administrasi, tenaga Medis, Tenaga keuangan, tenaga informasi,
penunjang pelayanan medic, tenaga pemeliharaan sara rumah sakit → 2-
10:1
c. Diperkirakan jumlah parkir bagi manajemen → 34 mobil
Jumlah parkir kendaraan/mobil yang standar harus disediakan pada lokasi Kawasan
RSUD Kab. Pangandaran adalah 172 mobil (pengunjung dan manajemen) dan 2 parkir
mobil ambulance. Berdasarkan data dari bagian perencanaan pembangunan RSUD Kab.
Pangandaran kapasitas parkir yang disediakan adalan 192 unit mobil, 6 unit
ambulance, dan 135 unit motor, sehingga kapasitas parkir yang disediakan telah
melebihi standar.

1.4.4. Deskripsi Rencana Kegiatan yang Berpotensi Menyebabkan Dampak


Lingkungan
Aktivitas Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran ini dibagi dalam 3 (tiga) tahap yaitu: tahap
pra konstruksi, konstruksi dan operasional. Kegiatan dikelompokkan berdasarkan
kemungkinan terjadinya dampak penting terhadap lingkungan.
Jadwal Rencana Kegiatan dapat dilihat pada tabel berikut ini.
ANDAL Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran

Tabel 1.5 Rencana Jadwal Kegiatan

Tahap Konstruksi 2017 2018 2019

Bulan Ke- 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Tahap Pra Konstruksi

a.Survei

b.Perijinan

c. Perencanaan

Tahap Konstruksi

a. Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi

b. Penyiapan Lahan

c. Material dan alat berat


d. Pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran dan
prasarana penunjang

Tahap Operasional

Sumber : Rencana Pemrakarsa, 2016


Ket : : Pelaksanaan Kegiatan

BAB 1 Pendahuluan I - 17
ANDAL Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran

1.4.5. Tahapan Kegiatan


1. Tahap Pra Konstruksi
Pada tahap pra konstruksi beberapa aktivitas yang dilakukan meliputi survey, perizinan dan
perencanaan:
a. Survey
Survey pendahuluan merupakan pekerjaan lapangan tahap awal dimana dihasilkan
data- data awal mengenai kondisi lapangan. Survey yang sudah dilakukan adalah
pengukuran lahan dan survey topografi terkait dengan kegiatan Pembangunan RSUD
Kabupaten Pangandaran, serta soil test.
b. Perijinan
Perijinan yang akan diproses, diantaranya ijin lokasi/surat penetapan lokasi dan izin
operasional rumah sakit.
c. Perencanaan
Pekerjaan perencanaan teknis, diantaranya:
- Melaksanakan pekerjaan penyelidikan tanah dan sumber material yang berada pada
lokasi setempat.
- Melakukan kegiatan perhitungan dan analisis terhadap perencanaan.
- Pembuatan gambar desain/planning
- Perhitungan volume dan analisis harga satuan.
- Pembuatan laporan-laporan.
2. Tahap Konstruksi
Tahapan kegiatan pada tahap konstruksi diuraikan sebagai berikut:
a. Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi
Kebutuhan tenaga kerja pada saat konstruksi diperkirakan sebanyak 400 orang dengan
perincian sebagai berikut :
Tabel 1.6 Prakiraan Kebutuhan dan Komposisi Tenaga Kerja Tahap Konstruksi
No Status Pekerja Jumlah (org) Pendidikan
1 Manager Proyek 1 Sarjana
2 Site Manager 1 Sarjana
3 Supervisor 2 Sarjana/Diploma
4 Administrasi 3 SMA/SMK/Diploma
5 Mandor 7 SMA
6 Pekerja Tukang 200 SD/SMP/SMA
7 Pekerja Kenek 180 SD/SMP/SMA
8 Keamanan 6 SMA
Jumlah 400
Sumber :DED RSUD Kabupaten Pangandaran, 2016

BAB 1 Pendahuluan I - 18
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran

Kegiatan penerimaan tenaga kerja oleh kontraktor diupayakan memprioritaskan pelibatan


tenaga kerja lokal sesuai dengan keahlian dan kebutuhan tenaga kerja yang diperlukan
karena di dalam lokasi tidak disediakan barak pekerja. Untuk tenaga kerja yang berasal
dari luar wilayah akan diarahkan untuk menyewa tempat tinggal di sekitar lokasi kegiatan
sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di sekitar lokasi kegiatan.

b. Penyiapan Lahan
Kegiatan penyiapan lahan meliputi kegiatan gali dan timbun (cut and fill). Kegiatan ini
akan mengacu pada konsep pematangan lahan (gradding) yang telah ditetapkan. Berikut
adalah acuan kegiatan penyiapan lahan:
1) Kontur tanah berdasarkan hasil pengukuran adalah menurun (dengan kelandaian
kurang dari 0.5%) ke sisi belakang (barat daya) lahan.
2) Bagian belakang (barat daya) lahan terdapat saluran besar sebagai antisipasi bahaya
tsunami yang mencukupi sebagai buangan out let saluran kawasan.
3) Jalan akses menuju lahan memiliki ketinggian kurang lebih sama dengan ketinggian
lahan kawasan.
Maka konsep pematangan lahan kawasan RSUD Kabupaten Pangandaran adalah sesuai
gambar di bawah ini :

Gambar 1.10.Konsep pematangan lahan kawasan RSUD Kab. Pangandaran

Gambar tersebut diatas adalah dengan pembesaran pada skala vertical, dan gambar
hanya sampai batas selokan tsunami pertama. Secara garis besar gambar diatas
dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Pada bagian depan, dibuat tanggulan selebar kurang lebih 10 (sepuluh) meter 50
cm lebih tinggi dari badan jalan di sisi depan lahan. Pada bagian ini akan
dilakukan pengurugan dengan ketinggian 50 cm. Tanah yang akan digunakan
untuk pengurugan akan diambil dari lokasi kegiatan sekitar yang telah memiliki
izin galian tambang golongan C.

BAB 1 Pendauluan I- 19
2) Setelah tanggulan, lahan direncanakan menurun sampai dengan sejajar
ketinggiannya dengan badan jalan akses eksisting. Pada daerah ini hanya akan
dilakukan perataan lahan tidak akan dilakukan pengurugan.
3) Pada bagian belakang lahan (saluran tsunami pertama) lahan di tinggikan setinggi
30-50 cm dari saluran tsunami. Pada bagian ini akan ada pengurugan.
4) Dari titik yang dimaksud di point 2 tersebut diatas, lahan didisain menurun landai
sampai dengan titik pada point 3. Tersebut diatas.

Pola tersebut diatas tentunya adalah garis besar konsep pematangan lahan, yang
tentu akan disesuaikan pada tahapan detailnya sesuai kaidah-kaidah pematangan
lahan di kawasan ini yang telah disepakati. Kaidah-kaidah yang dimaksud adalah:
1) Kawasan dibagi menjadi beberapa blok yang datar dengan kemiringan maksimal
adalah 0,2% yang disesuaikan dengan aliran air menuju saluran drainase.
2) Masing-masing blok, mempunyai ketinggian lebih kurang sekitar 50 cm dari jalan.
Ketinggian gedung di dalam masing-masing blok adalah lebih kurang 50 cm dari
level blok yang dimaksud.

c. Pengangkutan Material dan Alat Berat


Kegiatan ini meliputi mobilisasi bahan-bahan, alat berat dan peralatan minor proyek.
Jenis alat berat yang akan dipergunakan antara lain Excavator, Bore pile, Truk Mixer, dan
lain- lain sedangkan jenis material yang dipergunakan antara lain berupa besi beton,
beton ready mix, semen, pasir, remik dan sebagainya. Karena banyaknya material dan
alat berat yang dibutuhkan maka diperkirakan akan muncul dampak penurunan kualitas
udara, kebisingan dan lalu lintas. Oleh karena itu pengangkutan akan dilakukan pada
malam hari untuk meminimalisir dampak yang ditimbulkan. Prakiraan kebutuhan alat
berat dan material untuk kebutuhan pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran secara
rinci dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.7 Prakiraan Jenis Peralatan yang Digunakan Tahap Konstruksi
No Jenis Alat Kapasitas Jumlah Fungsi
1 Bore pile - 2 Tiang Pancang
2 Excavator 0.8 m 3
2 Galian Tanah
3 Dump Truck 20 m 3
20 Buangan Tanah
4 Viroroller - 2 Pemadatan Tanah
5 Generator/Genset 750 KVA 1 Back Up Power
6 Bar Bender D.40 3 Pembesian
7 Bar Cutter D 40 2 Pembesian
8 Trafo Las - 2 Pengelasan
9 Cutting Whell - 5 Pek. Bekisting
10 Cutter Cicle - 5 Pek. Bekisting
11 Bor Beton - 4 Pek. Bekisting
12 Truck Mixer 10 m3 20 Cor Beton Praktis
13 Vibrator 0,50,8 5 Pengecoran
14 Shaft Converter 12 Pengecoran
15 Mobile Crane 2 Tiang Pancang
16 Mesin Pancang 1 Tiang Pancang
17 Lift Sementara 2 Angkutan material/orang
Sumber: DED RSUD Kabupaten Pangandaran, 2016

Tabel 1.8 Prakiraan Jenis Material/Bahan yang Digunakan Tahap Konstruksi


No Nama Bahan Satuan Volume
1 Tiang Pancang (976 tiang) m 8.876,00
2 Sirtu m3 1.216.50
3 Pasir m3 1.622,00
4 Beton Ready Mix m3 28.179,60
5 Besi Beton ton 7.044,90
6 Keramik m2 39.374,40
7 Mortal @ 40 Kg, u/pas.keramik zak 7.874,88
8 Bata Tingan uk 600x200x100 (t) m2 327.672,00
9 Mortal @ 40 Kg, u/pas.bata ringan zak 65.534,40
10 Semen @ 50 kg ex zak 16.383,60
11 Cat @ 20 Kg gln 97.755,00
12 Precast m2 20.910,00
Sumber : DED RSUD Kabupaten Pangandaran, 2016

d. Pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran dan Prasarana Penunjang


1) Pekerjaan Persiapan
• Penyediaan Kantor Lapangan, Gudang dan Bengkel
Kantor Lapangan merupakan tempat untuk kegiatan Administrasi/Kesekretariatan
dan Koordinasi Teknis. Bangunan prasarana lainnya adalah gudang dan bengkel.
• Penyediaan Kebutuhan Air
Kebutuhan air pada tahap konstruksi digunakan untuk kebutuhan domestik pekerja
dan untuk kegiatan konstruksi. Air yang digunakan pada tahap konstruksi bersumber
dari air PDAM. Adapun uraian kebutuhan air bersih tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 1.9 Prakiraan Kebutuhan Air Bersih Tahap Konstruksi

No. Pemakaian Jumlah Jumlah


Standar
Pekerja (m3/hari)
1 Pekerja Konstruksi1) 400 50ltr/org/hari 20,00
2 Kegiatan Konstruksi2) 30 ltr/m² 2,2
3 Cuci kendaraan 1
Total 23,2
Sumber: Tim Penyusun AMDAL,
2016 Keterangan :1)SNI 19-6728.1-
2002
2)
Panduan Sistem Bangunan Tinggi (Juana, 2007)

Perhitungan Kebutuhan Air untuk Kegiatan Konstruksi :


Luas Seluruh Lantai : 34305 m²
Standar Kebutuhan Air : 30 ltr/m²
Kebutuhan Air Total : 34305 m² x 30 ltr/m² =1.029.150 ltr
Masa Konstruksi : 16 bulan (480 hari)
Kebutuhan air per hari : 1.029.150 ltr/480 hr = 2144,0625 ltr/hr ≈ 2,2 m³/hr

• Pengelolaan Air Limbah


Air limbah domestik pada tahap konstruksi berasal dari kegiatan MCK tenaga kerja.
Untuk mengakomodir kebutuhan MCK tenaga kerja maka akan dibangun septictank
biofil (STBF) sebanyak 6 unit. Total air limbah domestik yang diperhitungkan sebesar
18 m³/hari akan disediakan septictank biofil (STBF).

2 m3
Loss/Evaporasi

Pekerja Konstruksi
20 m3 18 m3
PDAM 23,2 m3 STBF

18 m3

Habis Terpakai/
Water Torn 23,2m3
Meresap ke
dalam
tana h
2,2 m3
Kegiatan
Konstruksi 1,98 m3

0,22 m3
Drainase Makro
19,22 m3/hari
1 m3
Cuci Kendaraan 1 m3
Gambar 1.11 Neraca Air Tahap Konstruksi
• Pengelolaan Sampah Domestik dan Limbah Konstruksi
Sampah yang dihasilkan dari kegiatan pekerja diperhitungkan dengan 400 orang
pekerja dan standar 2,9 L/org/hari adalah 0,88 m³/hari. Sampah-sampah tersebut
dikumpulkan dalam TPS yang dibangun di lantai dasar bagian belakang gedung
kemudian diangkut ke TPA bekerjasama dengan Dinas Kebersihan Kabupaten
Pangandaran.
Untuk sampah konstruksi yang masih bernilai akan dikerjasamakan dengan pihak
ketiga. Adapun perhitungan timbulan sampah konstruksi tersebut dapat dilihat pada
uraian berikut :

Perhitungan Timbulan Limbah Konstruksi :


Luas Seluruh Lantai : 34305 m²
Laju Timbulan sampah *) : 6 m³/200 m²
Volume sampah : 34305 m² x 6 m3/200 m²
: 1029,15 m³
Masa Konstruksi : 16 bulan (480 hari)
Timbulan Sampah Konstruksi per hari = 1.500 m³/360 hr
= 2,144 m³/ hr ≈2,15 m³/ hr
Keterangan: *) Hasil penelitian limbah konstruksi di Jakarta ( Partahi H. Lumbangaol)
Diolah oleh Tim Penyusun AMDAL, 2016

2) Pekerjaan Pondasi Bangunan


Mengingat pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran merupakan bangunan dengan
jenis Bangunan Bertingkat Tinggi (high rise building), maka pondasi yang merupakan
salah satu struktur utama dipilih jenis Pondasi Borepile dengan diameter 0,6 meter
(D600) kedalaman 4 meter. Pelaksanaan pengerjaaan borepile dimulai dengan
pengadaan borepile yang ukurannya sesuai dengan desain dengan jumlah total 976 titik
borepile. Untuk pekerjaan ini penumpukan dilaksanakan secara sejajar untuk
memudahkan pengangkatan. Lokasi penumpukan borepile, ditempatkan sedemikian
rupa sehingga tidak mengganggu lalu lintas kegiatan lainnya. Pengadaan borepile dari
pabrikan ke lokasi kegiatan akan diangkut dengan menggunakan truk-truk besar.
Pekerjaan borepile (pembuatan/pengangkutan dan pemasangan) diperkirakan akan
berlangsung selama 60 hari.
Gambar 1.12 Detail Rencana Pondasi

3) Pile Cap
Pile Cap (Poer) merupakan bagian dari pondasi yang berfungsi untuk meratakan beban
dari tiang pancang. Konstruksi pile cap adalah beton bertulang. Pekerjaan ini dilakukan
dengan sistem pengecoran di tempat. Secara garis besar pelaksanaan pekerjaan Beton
Bertulang terdiri dari pekerjaan pembesian dan pengecoran beton dan dilaksanakan
dengan prinsip sebagai berikut :
• Pekerjaan Pembesian/Penulangan
Fungsi tulangan pada beton adalah untuk menahan gaya tarik, gaya geser dan
momen torsi yang timbul akibat beban-beban yang bekerja pada konstruksi beton
tersebut. Pekerjaan pembesian terdiri dari :
a) Membuat bestart
b) Memotong sesuai ukuran
c) Menyusun rangkaian tulang
d) Mengikat tulangan dengan bendrat
e) Pengecekan kembali
f) Ikatan dengan las
Proses fabrikasi besi terdiri dari pemotongan dan pembengkokan besi tulangan.
Sebelum mengerjakan proses fabrikasi besi bagian pembesian harus menyusun
daftar pembengkokan dan pemotongan besi tulangan berdasarkan gambar
pelaksanaan (shop drawing). Panjang sambungan lewatan diambil 40D (D =
diameter penampang baja tulangan).

Panjang dan bentuk baja tulangan direncanakan secara ekonomis sehingga bagian-
bagian sisa atau yang tidak terpakai didapat seminimal mungkin sedemikian rupa
sehingga teknik pemasangan tulangan tidak menyulitkan dalam pelaksanaan
lapangan.

Penganyaman besi tulangan diikat kuat dengan memakai kawat beton agar waktu
pengecoran posisi tulangan tidak bergeser. Penopang, ganjalan, jepit dan kawat
beton berkualitas sama dengan bahan besi tulangan.

Baja tulangan dan sengkang yang telah dipotong dan dibengkokan dibawa ke
lapangan untuk dipasang pada posisi sesuai dengan gambar pelaksanaan.

• Pekerjaan Pengecoran Beton Bertulang


Pelaksanaan pengecoran beton dilakukan setelah pemasangan bekisting dan
tulangan selesai. Dalam hal ini pelaksanaan pengecoran dilakukan serentak untuk
kolom, balok maupun pelat lantai sehingga akan mempercepat waktu, dimana
pengecoran dimulai dari kolom lantai 1, balok lantai 1 dan pelat lantai diatasnya
setelah selesai pengecoran kolom, balok, pelat lantai 1 selesai kemudian dilanjutkan
ke lantai berikutnya.

4) Pekerjaan Kolom dan Balok


Pekerjaan Kolom dan Balok, merupakan bagian dari pekerjaan struktur, pekerjaan ini
akan dilakukan dengan sistem pengecoran di tempat. Sebelum pengecoran dilakukan
terlebih dahulu dilakukan pemasangan bekisting dan scaffolding serta pembesian.
Pekerjaan pembesian harus dilakukan sesuai dengan gambar desain, sedangkan
pemasangan bekisting dan scaffolding harus dapat memberikan jaminan bahwa
konstruksi yang ditunjangnya cukup kuat. Pembongkaran bekisting dan scaffolding
hanya boleh dilakukan jika umur beton (kekuatan beton) telah memenuhi persyaratan
(21 hari). Jumlah minimum scaffolding yang harus dimiliki oleh Kontraktor adalah 3
(tiga) unit, dimana 1 (satu) unit scaffolding untuk 1 (satu) lantai.

5) Pekerjaan Shear Wall


Pekerjaan Shear Wall, pekerjaan ini merupakan bagian dari pekerjaan struktur,
pekerjaan ini akan dilakukan dengan sistim pengecoran di tempat. Shear Wall ini
terletak di bagian Dasar yang berfungsi sebagai salah satu penahan konstruksi Dasar.

6) Pekerjaan Plat Lantai


Pekerjaan plat merupakan bagian dari pekerjaan struktur, pekerjaan ini akan dilakukan
dengan sistem pengecoran di tempat. Sebelum pengecoran dilakukan, terlebih dahulu
dilakukan pemasangan bekisting dan scaffolding serta pembesian.Pekerjaan pembesian
harus dilakukan sesuai dengan gambar desain, sedangkan pemasangan bekisting dan
scaffolding harus dapat memberikan jaminan bahwa konstruksi yang ditunjangnya
cukup kuat. Pembongkaran bekisting dan scaffolding hanya boleh dilakukan jika umur
beton (kekuatan beton) telah memenuhi persyaratan (21 hari). Jumlah minimum
scaffolding yang harus dimiliki oleh Kontraktor adalah 3 (tiga) unit, dimana 1 (satu) unit
scaffolding untuk 1 (satu) lantai.

7) Pembongkaran Bekeisting
Untuk pelaksanaan pembongkaran bekisting terdapat beberapa langkah-langkah yang
diantaranya adalah sebagai berikut :
• Persiapan Lahan
• Pembersihan Area Kerja
• Pada saat dilakukan bongkaran kolom area kerja harus bebas dari aktifitas pekerja
dan material proyek
• Persiapan Alat
• Persiapan Pekerja (minimal 2 Orang)
• Tahap pertama melepas support bekisting
• Tahap kedua melonggarkan ikatan tie rod samping bekisting
• Tahap ketiga melepas ikatan bekisting
• Tahap keempat pengangkatan bekisting menggunakan alat bantu
• Bekisting diletakan ke area stok bekisting
• Repair beton yang kurang mulus dilakukan dengan plesteran.

8) Pekerjaan Arsitektur
 Pemasangan Dinding; akan menggunakan dinding bata ringan namun khusus untuk
penyekat ruangan di dalam unit RSUD Kabupaten Pangandaran akan menggunakan
dinding gypsum.
 Pemasangan Plafon; akan dilakukan sesuai gambar rencana.
 Pekerjaan Pintu Jendela dan Kaca; pekerjaan ini akan dilaksanakan sesuai dengan
gambar rencana.
 Pekerjaan Lantai; pekerjaan ini akan dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana.
 Pekerjaan Pengecatan; pekerjaan ini dibagi menjadi 2 (dua) kelompok yaitu
pengecatan interior dan eksterior.
9) Pekerjaan Elektrikal
a) Pemasangan Instalasi Listrik
Keseluruhan kegiatan operasional RSUD Kabupaten Pangandaran diperkirakan
membutuhkan energi listrik sebesar 3.280,47 kVA. Oleh karena itu dengan
mempertimbangkan faktor penurunan daya karena beban puncak maka akan
dipasang daya listrik dari PLN yang akan diakomodir dengan menggunakan 2 buah
trafo 3 fase dengan kapasitas masing-masing 1.600 kVA yang akan diletakkan di
lantai dasar agar mudah dijangkau oleh petugas PLN. Kebutuhan listrik cadangan
akan menggunakan 2 buah generator set dengan kapasitas masing-masing sebesar
1000 kVA (sebagai cadangan apabila terjadi masalah dengan supply listrik dari
PLN). Ruang genset terletak di Lantai Dasar. Sebagai tindakan preventif untuk
menanggulangi emisi gas dan kebisingan akibat adanya operasional generator set
dilakukan hal-hal sebagai berikut :
- Genset ditempatkan dalam ruangan yang dilapisi dengan glass wool setebal 5 cm.
- Pemasangan cerobong genset untuk mengurangi kadar emisi gas yang timbul.

b) Pemasangan Instalasi Tata Udara


Instalasi tata udara melingkupi pemasangan pendingin ruangan, exhaust fan dan
intake fan. Pendingin ruangan yang digunakan untuk masing-masing unit RSUD
Kabupaten Pangandaran adalah jenis wall-mounted air conditioner dan untuk
komersial area akan menggunakan jenis chiller air cooled.

c) Pemasangan Instalasi Pemadam Kebakaran


 Sumber Air
Sumber air berasal dari Deep Well ditampung di Ground Tank yang ada di luar
gedung utama.

 Sistem Pemadam Kebakaran


Perencanaaan penanggulangan pemadam kebakaran pada bangunan ini
menggunakan fire hidrant, fire Sprinkler dan Fire Extinguisher yang dapat
digunakan oleh penghuni atau petugas pemadam kebakaran. Untuk sistem Fire
Sprinkler dirancang untuk dapat bekerja secara otomatis melalui signal
temperatur.
Sistem Fire Hydrant dan Fire Sprinkler untuk bangunan ini :
Menggunakan sistem kombinasi, dimana pompa pemadam kebakaran yang
digunakan melayani sistem Hidrant dan Sprinkler.
Pompa Pemadam Kebakaran yang digunakan terdiri dari :
1. Sistem Fire Hydrant
Unit pompa kebakaran terletak di ruang pompa (diluar gedung utama) Pompa
pemadam kebakaran melayani :
- Sistem Hidrant.
- Sistem Sprinkler.
a. Menggunakan Wet Riser System, yaitu pipa tegak yang berisikan air
bertekanan.
b. Tekanan di dalam pipa dihitung berdasarkan :
 Tekanan air minimum (69 m kom air ) pada titik tertinggi dan
terjauh.
 Kehilangan tekanan pada pipa, fittings dan valves.
 Tekanan statis dihitung dari as pompa sampai titik tertinggi dan
terjauh.
c. Pompa untuk Sistem Pemadam Kebakaran pada bangunan ini
menggunakan 1 (satu) set pompa kebakaran yang terdidiri dari :
 Satu Pompa kebakaran Utama yang menggunakan Motor Listrik
 Satu Pompa Kebakaran Cadangan menggunakan Motor Diesel.
 Satu pompa Jockey yang berfungsi untuk menstabilkan tekanan di
dalam pipa.
d. Persyaratan penyediaan box hydrant di dalam bangunan setiap lantai
disediakan 1 (satu) box hydrant untuk setiap 800 m2 lengkap dengan
hose sepanjang 30 m danNozzle diameter 1 ½” serta landing valve
dengan diameter 2 ½”.

2. Fire Extinguisher/ Alat Pemadam Api Ringan


(Apar) Jenis –jenis APAR / Fire Extinguisher
 APAR type A: Multipurpose Dry Chemical Powder 3,5 kg denganKomposisi
2A,2B-5B, 1C
 APAR type B : Gas Co2 6,8 kg dengan komposisi 2B, 1C
 APAR type C : Gas Co2 10 kg dengan komposisi 2B, 1C
 APAR type D : Multipurpose Dry Chemical Powder 10 kg
denganKomposisi 2A, 2B-5B 1C (dilengkapi dengan Trolley)
3. Fire Sprinkler
Seluruh lantai pada bangunan ini termasuk area parkir, kecuali toilet, tangga
kebakaran, ruang utilitas (genset, panel, trafo, ruang server dan lain-lain)
diproteksi dengan menggunakan sistem sprinkler.
 Menggunakan Wet Riser System, yaitu pipa tegak yang berisikan air
bertekanan.
 Klasifikasi sistem kebakaran ditetapkan sebagai Bahaya Kebakaran sedang II.
 Aliran pada setiap cabang akan memeberi indikasi pada flow switch, indikasi
tersebut dikirim pada panel alarm zone lantai dan segera membunyikan
alarm.
 Sistem tersebut dilengkapi dengan sarana penyambungan unutk Dinas
PemadamKebakaran Pemda Setempat yaitu Fire Brigade Connection di luar
Bangunan

10) Pemasangan Instalasi Lift dan Travelator


Lift yang akan dipasang dibagi menjadi 2 jenis, yaitu lift barang dan lift penumpang. Lift
pelayanan akan menggunakan lift dengan kapasitas angkat 1.000 kg dengan kecepatan
gerak 105 mpm sebanyak 2 unit. Lift ini akan menjangkau keseluruhan bangunan (4
lantai) yang bisa mengakses Lantai Fasilitas dan unit RSUD Kabupaten Pangandaran.
Peruntukan lift ini adalah untuk pengangkutan pasien dan transportasi maupun pegawai
RSUD Kabupaten Pangandaran.

Lift ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :


a. Lift umum akan menggunakan lift kapasitas 17 orang dengan kecepatan gerak 120
mpm sebanyak 6 unit.
b. Lift pasien; disediakan sebanyak 2 unit yang menjangkau Lantai Dasar hingga Lantai
4. Letaknya ada di bagian Timur bangunan bagian belakang (lobby RSUD
Kabupaten Pangandaran) dan diperuntukkan untuk tamu dan pasieni RSUD
Kabupaten Pangandaran.

11) Pemasangan Instalasi Air Bersih


a. Sumber Air Bersih
 Sumber air bersih dari PDAM dan ditampung di Clear Water Tank. Clear Water
Tank ini melayani kebutuhan air bersih untuk seluruh gedung.
 Sumber air bersih yang berasal dari deep well sebanyak 3 (tiga) titik
dipergunakan sebagai back- up / cadangan dan ditampung pada Raw Water
Tank, air baku ini kemudian di treatment/filter selanjutmya di tampung didalam
Clear Water Tank.
 Untuk kebutuhan air pemadam kebakaran diambil dari Raw Water dan di
tampung didalam Ground Tank Hydrant. Sistem Hydrant yang digunakan adalah
sistem terpusat, satu set pompa hydrant (lokasi di ruang pompa).
b. Sistem penyediaan air bersih
 Air bersih dari PDAM ditampung ke dalam Clear water Tank (CWT). Air dari Clear
Water Tank tersebut kemudian di pompa ke bak air atas /roof tank dengan
pompa transfer.
 Air bersih dari bak air atas/roof tank ini didistribusikan secara gravitasi ke
seluruh area yang memerlukan air bersih.
 Kebutuhan air untuk Flusing dan Penyiraman Taman diperoleh dari bak air atas
gray water.
 Volume bak air di Clear Water Tank adalah : 350 m3
c. Sistem Kerja Pompa – pompa
Untuk menyalurkan air dari Clear Water Tank ke bak air atas disediakan 2 unit
pompa transfer yang bekerja bergantian secara otomatis dan diatur oleh Water Lever
Control (WLC). Cara kerja pompa pengisi bak air atas (Pompa Transfer) adalah :
 Pompa “Start” bila tinggi muka air atas mencapai ketinggian minimum.
 Pompa “Stop” bila tinggi muka air bak atas mencapai ketinggian maksimum.

12) Pemasangan Instalasi Air Limbah


Pipa air kotor dan pipa bekas terpisah, baik untuk pipa riser atau pemipaan horizontal,
sistem pembuangan air kotor (WC & UR) langsung ke STP, sedangkan sistem
pembuangan air bekas (LV, FD) di tampung di gray water tank. Air Kotor dialirkan
melalui jaringan pipa air kotor kawasan ke STP central yang terletak di area pintu
masuk dekat kolam, effluenya dialirkan ke resapan dan overflownya di alirkan ke
saluran drainase, sedangkan air bekas dialirkan ke gray water tank, kemudian di
treatment/filter dan clorinasi, air ini di gunakan untuk flushing dan siram taman.

Pengelolaan Limbah Cair domestik dihasilkan dari kegiatan operasional dilakukan


dengan menyediakan STP. Untuk pengaliran black and gray water dilakukan dengan
pembuatan grease trap di depan unit STP yang berfungsi untuk menangkap lemak dan
dialirkan kesaluran yang menuju ke unit STP dan pembuatan saluran terpisah
dengan saluran
drainase mikro yang hanya berfungsi untuk mengalirkan aliran air hujan dengan
kapasitas 2 m3. Sistem ini merupakan pengolahan air limbah secara biologis dengan
memanfaatkan udara (oksigen)untuk menumbuhkan mikroorganisme aerobik yang
dapat menguraikan bahan-bahan organik. Garis besar dari prinsip ini adalah sebagai
berikut :

Zat organik + O2 Mikroorganisme Biosolid + CO2 + H2O

Air limbah yang ada disaring untuk mengecilkan ukuran partikel agar proses pengolahan
dapat berlangsung lebih cepat,kemudian air limbah tersebut diolah dengan
menggunakan oksigen yang ditambahkan ke dalam air dengan menggunakan blower.
Keberadaan oksigen yang terlarut yang cukup ini akan menumbuhkan dan merangsang
aktifitas bakteri aerobik yang terdapat didalam air limbah. Dalam suasana aerobik ini,
lumpur yang datang dari bak pengendap akan segera berubah dari bahan organik tak
stabil (secara biologis) menjadi bahan yang mudah tercampur. Bahan ini merupakan
makanan bakteri. Dengan adanya proses pengadukan, bahan koloid dan bahan organik
tersuspensi yang diserap sel bakteri akan membentuk floc aktif yang cenderung
mengendap jika kondisinya memungkinkan dan waktu yang memadai. Dengan adanya
penguraian bahan organik ini, maka nilai BOD (Biologycal Oxygen Demand) air limbah
akan menjadi berkurang. Proses ini akan efektif bila terdapat jumlah oksigen terlarut
dan bahan organik yang cukup untuk penunjang kehidupan bakteri aerobik. Gambar
Denah STP dan diagram alir STP dapat dilihat pada gambar 1.13 dan gambar 1.14.
Gambar 1.13. Detail STP
Prinsip kerja dari STP yang digunakan adalah sebagai berikut :

1) Basket Screen

Basket screen berfungsi sebagai penyaring air limbah yang akan masuk ke unit STP.
Basket screen ini merupakan tempat penampungan padatan, kotoran kain dan kertas,
yang mana kotoran tersebut harus dikeluarkan secara rutin dan berkala dengan cara
manual.

2) Equalizing tank

Air dari basket screen di alirkan ke Equalizing Tank yang terdiri dari 3 kompartemen yaitu
Equalizing Tank I, II dn III yang bertujuan untuk menjaga kestabilan debit aliran air.
Oksigen dan mixing diberikan melalui diffuser yang di supplai udara dengan
menggunakan bantuan blower udara, yang bertujuan menghomogenkan air limbah yang
masuk dalam Equalizing Tank. Dalam ruangan ini juga terdapat peralatan Flow Control
Pump atau pompa transfer yang secara otomatis memindahkan campuran tersebut atau
bisa juga secara gravitasi (over flow) menuju Aeration Tank.

3) Aeration Tank

Di dalam Aeration Tank (terbagi menjadi 3 kompartemen), air buangan yang berasal dari
Equalizing Tank bercampur dengan flock actif yang kembali dari sludge tank yang
dihembuskan oleh blower. Selama proses aerasi berlangsung, kadar oksigen yang terlarut
meningkat. Karenanya bakteri aeroblah yang paling efektif dalam bak Aerasi. Dalam
suasana aerob lumpur aktif (activated sludge) yang berasal dari bak pengendapan akan
segera berubah dari bahan yang tidak stabil (secara biologi) menjadi bahan yang mudah
tercampur dan selanjutnya menjadi “makanan bakteri”. Akibat pengadukan oleh udara
dari Blower di dalam bak Aerasi, partikel koloid dan zat aerob tersuspensi yang diserap
membentuk flock lumpur aktif.

Flock yang baik harus berwarna coklat tua atau warna tembaga. Konsentrasi zat padat
dalam keadaan normal berkisar antara 1500 – 3000 mg/L. Setelah beberapa waktu
berada di dalam bak Aerasi, campuran lumpur yang diaktifkan itu, kemudian mengalir ke
bak pengendap atau Sedimentation Tank.

4) Clarifier Tank dan transfer tank

Clarifier tank ini merupakan tempat untuk proses pengendapan lumpur aktif, sehingga
berlangsung pemisahan zat padat dari air.
Agar aliran air yang mengandung lumpur tidak memberikan tekanan dalam bak
pengendap, antara Aerasi dan bak pengendap disediakan Scum Buffle. Lambat laun
lumpur akan mengendap dan terkumpul pada bagian kerucut di bagian dasar pengendap
dengan dibantu peralatan Centre Weir. Dari bagian dasar bak pengendap tersebut,
lumpur dikembalikan ke bak aerasi, dengan demikian proses aerob tetap berlangsung
secara berkesinambungan.

Bagian yang cair dalam bak pengendap (supernatant) melimpah pada ambang
pelimpahan. Ambang pelimpahan didesain sedemikian rupa agar cairan yang keluar dari
bak pengendap hanya mengandung sedikit zat padat. Air yang melimpah dari bak
pengendap akan lebih bening daripada yang berada di bak pengendap maupun bak
Aerasi. Setelah melalui clarifier tank, air yang telah diendapkan akan masuk ke transfer
tank yang selanjutnya akan melalui proses coagulant carbon filter dan sand filter.

5) Sludge Storage Tank

Sludge Storage Tank selain berfungsi menampung lumpur aktif, juga berfungsi untuk
memisahkan yang padat maupun ringan yang ditransfer oleh air lift pump dan scum
scimmer dari clarifier tank. Untuk selanjutnya yang cair yang kaya akan bakteri dan
nutrisi, akan di kembalikan lagi ke aerasi, demi menunjang kehidupan bakkteri secara
berkesinambungan. Namun yang padat akan di tampung, selama titik jenuh belum timbul,
setelah terjadi kejenuhan baru di adakan pengurasan/ pembuangan keluar dan dapat
dipergunakan untuk pupuk tanaman.

6) Coagulant tank, sand filter, dan carbon filter

Air yang telah melewati clarifier tank dan masuk ke transfer tank akan dipompakan
menuju coagulant tank untuk dilakukan penambahan zat kimia koagulan (penjernih air
berupa PAC) selanjutnya akan difilter menggunakan sand filter dan carbon filter sebelum
air masuk ke effluent tank 2.

7) Chlorination Tank

Air yang berasal dari bak pengendap (sedimentation tank) memang sudah cukup bening
tetapi banyak mengandung berbagai jenis bakteri. Beberapa jenis bakteri ada yang
bersifat patogen sehingga harus dimatikan terlebih dahulu dengan zat pembasmi kuman
(desinfektan). Dalam hal ini digunakan kaporit (Chlorine) prosesnya disebut klorinasi.

8) Effluent Tank

Setelah melalui proses koagulasi dan filter, air masuk ke effluent tank. Air memang sudah
cukup bening tetapi banyak mengandung berbagai jenis bakteri. Beberapa jenis bakteri
ada yang bersifat patogen sehingga harus dimatikan terlebih dahulu dengan zat
pembasmi kuman (desinfektan). Dalam hal ini digunakan kaporit. Penambahan kaporit ini
dilakukan di effluent tank.

Setelah melalui desinfektan, air ditampung di Effluent Tank selanjutnya air tersebut akan
dipompa ke luar menuju proses recycle air effluent yang bertujuan untuk memanfaatkan
kembali air effluent untuk kebutuhan flushing.

Dalam proses recycle, air effluent di saring terlebih dahulu menggunakan sand filter
yang bertujuan untuk menangkap kotoran/padatan yang terlarut didalam air kemudian di
saring kembali menggunakan carbon filter yang berfungsi untuk mereduksi kandungan
residu chlorine yang terlarut didalam air, mengatasi masalah bau dan warna pada air dan
mereduksi bakteri yang terlarut dalam air.
ANDAL Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran

Coagulant

Outlet To Drainage
Air Blower
Filter Pump Sand Filter

Inlet From OK Kaporit

Carbon Filter
Coagulant Tank

Basket Screen

Equalizing Pumps Transfer Tank 2 Effluent Pumps


Aeration Tank 2
Equalizing Tank 2 Clarifier Tank 2 Effluent Tank 2

Sludge Tank 2

Gambar 1.14 Diagram Alir STP

BAB 1 Pendahuluan I - 35
ANDAL Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran

13) Pemasangan Instalasi Listrik


Sumber daya listrik utama adalah dilayani dari daya listrik PLN pada tegangan nominal
20 kV, 3 phasa, 3 kawat, 50 Hz melalui tranformator daya yang dilengkapi dengan alat
kontrol dan proteksi sesuai kapasitas transformator terpasang.
Sumber daya listrik cadangan (genset) akan melayani beban bangunan dengan
pemilihan beban sesuai keinginan pemakai, disaat catu daya listrik PLN mengalami
gangguan Untuk beban – beban kritis (yang tidak menghendaki adanya pemadaman
listrik) seperti ruang operator, komputer disediakan sumber daya tambahan yang
berupa UPS ( Uninterruptible Power Supply) yang ditempatkan disetiap ruang tersebut
(parsial) untuk mencatu daya dalam periode waktu yang pendek sementara daya
cadangan genset dalam posisi pemanasan (running).. Panel utama tegangan rendah
(LVMDP) menerima daya listrik 380/220V, 4 kawat, 50 Hz, dari transformator yang telah
disediakan melalui feeder kabel daya dan ditunjang oleh genset untuk cadangan daya
dengan sistem peralihan catu daya cara otomatis melalui peralatan Automatic Tranfer
Switch (ATS).

LVMDP melayani SDP (Sub Distribution Panel) yang berada pada setiap bangunan.
Panel SDP mendistribusikan daya ke setiap panel PP/LP setiap lantai, panel penerangan
luar, panel pompa – pompa, dst. Sedangkan untuk beban kritis (dicatu dari panel
hydrant). Sistem distribusi dan panel daya listrik dibagi berdasarkan keseragaman
fungsi lantai bangunan. Pada setiap Gedung akan dilengkapi kWh-meter yang
ditempatkan di ruang panel, panel AC dan panel pompa yang disediakan di bangunan.
Shaft elektrikal disetiap lantai dilengkapi proteksi dari kemungkinan merambatnya api
(fire stop), berupa jaring kawat ayam dengan asbes yang berfungsi menghambat api

14) Pemasangan Instalasi Air Hujan dan Drainase Internal


Untuk keperluan perencanaan sistem drainase, perlu diketahui besarnya debit limpasan
yang akan dibuang menuju sistem drainase tersebut. Besarnya debit limpasan bisa
diperoleh melalui analisis hidrologi dan analisis debit rencana yang bisa dijelaskan
sebagai berikut :

Dari data hujan harian maksimum dilakukan analisa curah hujan rencana maksimum.
Data ini selanjutnya akan digunakan untuk perhitungan debit banjir rencana. Curah
hujan rencana diambil untuk periode ulang 5, 10, 25, 50, 100 dan 200 tahun, yang
sudah dipaparkan pada bagian depan.

BAB 1 Pendahuluan I - 36
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran

Analisa frekuensi data curah hujan rencana dapat dilakukan dengan menggunakan
beberapa distribusi probabilitas yang banyak digunakan dalam Hidrologi. Untuk kegiatan
RSUD Pangandaran ini, frekuensi curah hujan rencana di analisis untuk periode ulang 2,
5, 10, 25, 50, dan 100 tahun. Berikut data curah hujan rancangan hasil perhitungan.

Tabel 1.10 Hasil Perhitungan Curah Hujan Rancangan Metode Log Pearson III
Tr (tahun) KTr Log XTr XTr (mm)
2 0,019 2,03423 108,2
5 0,859 2,1925 155,8
10 1,291 2,27389 187,9
25 1,725 2,3556 226,8
50 2,004 2,40829 256,0
100 2,245 2,45367 284,2
Sumber: DED RSUD Kab. Pangandaran dan Perhitungan Konsultan, 2017

Berdasarkan Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan Jalan SNI 03-3424-1994


untuk selokan samping, curah hujan rencana yang digunakan adalah periode ulang 5
tahun. Dan dari pertimbangan yang lain yaitu kondisi iklim yang kurang jelas maka
curah hujan rancangan untuk perencanaan ini adalah periode ulang 10 tahun yaitu
sebesar
187.9 mm.

a) Kemiringan Saluran dan Talud Saluran


Kemiringan saluran yang dimaksud adalah kemiringan dasar saluran.
Sedangkan talud adalah kemiringan dinding saluran. Pengambilan kemiringan
dasar saluran samping diusahakan mendekati pada keadaan dan kondisi
topografi, diharapkan dengan kemiringan tersebut saluran dengan bahan
pembentuk dinding mampu untuk mengalirkan debit banjir rencana tanpa
menimbulkan erosi atau pendangkalan akibat sedimentasi.

Saluran direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan pengaliran


secara gravitasi dengan batas kecepatan maksimum dan minimum yang
diijinkan. Besarnya kemiringan saluran dapat juga diperkirakan dengan rumus
Manning sehingga:

BAB 1 Pendauluan I- 37
Tabel 1.11 Kemiringan Saluran

b) Tinggi Jagaan (Free Board)


Tinggi jagaan (ambang bebas/free board) saluran adalah jarak vertikal dari
puncak saluran ke permukaan air pada kondisi rencana, dimana jarak vertikal
ini harus cukup untuk mencegah melimpasnya air akibat gelombang atau
limpahan air ke tepi saluran.
Besarnya ambang bebas yang umumnya dipakai pada perencanaan adalah
sebesar 5%-30% dari kedalaman saluran. Ambang bebas untuk saluran
tanpa pelapisan biasanya dibuat dengan pertimbangan ukuran dan lokasi,
aliran air masuk, sifat-sifat tanah, gradien perlokasi dan pemanfaatan jalan.
Berikut adalah sketsa free board atau tinggi jagaan yang direncanakan (jarak d
ke w).

Gambar 1.15 Tinggi Jagaan

Untuk penanganan air larian di dalam lokasi kegiatan, akan dibangunan saluran
drainase mikro yang terintegrasi dengan saluran makro. Berikut adalah gamba
arah aliran dan saluran drainase mikro yang direncanakan.
= Kolam Retensi
= Drainase Makro
= Arah aliran drainase
Gambar 1.16. Saluran drainase dan Arah Aliran

15) Pekerjaan Pembuatan Jalan


Dengan mengacu pada pola pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran yang
direncanakan bertahap, maka pola pembangunan jalan juga harusnya mengacu kepada
kepentingan tersebut. Jalan di kawasan ini haruslah kuat dan cukup mampu menahan
beban akibat berlangsungnya pambangunan areal di belakang lahan nantinya.
Konsep tersebut diatas, setidaknya berlaku untuk jalan utama kawasan, pada bagian
parkir, disarankan digunakan pola perkerasan yang sedikit lebih rendah ketahanannya
menerima beban.
Mengingat hal tersebut diatas, dan kenyataan bahwa AMP (Aspalt Mixing Plant) belum
ada di wilayah Pangandaran, sehingga biaya pengiriman Hot Mix dari AMP terdekat
(Ciamis) ke lokasi cukup memakan waktu yang akhirnya menambah biaya material dan
beresiko terjadi penurunan mutu (terutama suhu hot mix), maka kami menyarankan
disain jalan dibuat dengan menggunakan beton (Rigid Pavement)
Secara garis besar jalan dikawasan akan di rencanakan sebagai berikut :

Gambar 1. 17 Rencana Lapisan Jalan Kawasan

16) Pekerjaan Landscape


- Penanaman pohon, tanaman perdu, dan rumput.
- Penanaman taman indoor.
Berikut adalah beberapa jenis tanaman yang direncanakan akan ditanam sebagai
komposisi landscape taman di area RSUD Pangandaran.
Caesalpinia ferrea Caesalpinia pulcherma Filicum decipiens

Casuarina excelsa Areca palm Lady palm

Gambar 1. 18 Jenis tanaman yang direncanakan


Selain tanaman pohon, akan ditanam juga jenis semak-semak seperti : Arachis pintoi,
Breynia disticha, Carex morrow,Coleus blumei Alabama sunset, Dracaena
marginata, Wedelia trilobata, dan lain-lain

3. Tahap Operasional
a. Penerimaan Tenaga Kerja Operasional
Jumlah sumber daya manusia (SDM) Kesehatan yang dibutuhkan tentunya sebagai
gambaran dapat mengacu pada rasio tempat tidur dan personel rumah sakit standar
kelas B dari Kementerian Kesehatan, yaitu mengikuti perhitungan jumlah tempat tidur
(dalam Pemenkes 262/Menkes/Per/VII/79 dan Kepmenkes No. 81 Tahun 2004). Dengan
jumlah tempat tidur total sebanyak 380 buah, maka kebutuhan tenaganya adalah sebagai
berikut:

Tabel 1.12 Kebutuhan tenaga Kerja Operasional


NO JENIS TENAGA RASIO 380 TT
1. Tenaga medis 4:1 95
2. Paramedic perawat 2:3 253
3. Paramedic non-perawat 3:1 127
4. Non medis 1:1 380
Total 855
Sumber: Hasil Analisa 2015
Rencana pengadaan SDM berupa rekrut SDM dilakukan secara bertahap dengan cara
menseleksi langsung dari pihak manajemen rumah sakit maupun dapat dilakukan
kerjasama dengan pihak institusi sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan kompetensinya.

b. Operasional RSUD
Kegiatan Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran yang direncanakan terdiri atas
kegiatan medis dan kegiatan non medis. Pelayanan tersebut meliputi klinik umum,
pelayanan persalinan, Instalasi Gawat Darurat, operasi, rontgen, poli gigi dan layanan
rawat inap. Adapun proses penanganan pasien dalam pelayanan medis dapat dilihat pada
gambar berikut ini.

Pasien

Pelayanan Medis

Poliklinik
Poliklinik UGD

Darurat Gawat

Pemeriksaan
Life Saving

Di rawat

Ruang Perawatan ICU

Gambar 1.19. Diagram Alir Penanganan Pasien Operasional RSUD Kabupaten


Pangandaran

Secara umum kegiatan Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran terdiri dari kegiatan
layanan medis dan kegiatan layanan non medis, yang secara rinci adalah sebagai berikut.
1) Kegiatan layanan medis
Kegiatan layanan medis pada Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran terdiri dari
layanan rawat jalan (poliklinik), layanan rawat inap, dan layanan penunjang medis.
Fasilitas layanan medis yang ada pada Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
sebagai berikut :
a) Layanan Rawat Jalan (Poliklinik )
- Klinik Obstetri Ginekologi (Kebidanan dan Kandungan)
Para dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi akan menerima rujukan dan
memberikan konsultasi untuk aneka kelainan pada wanita, seperti gangguan haid,
gejala menopause, gangguan seksual, gangguan hormon reproduksi, gangguan
ovulasi, penyakit infeksi yang tak kentara atau tersembunyi (subklinis) akibat parasit
(toksoplasma), virus (rubela, sitomegalus, herpes simpleks), dan mikroba
(mikoplasma, klamidia), yang semua itu dapat berdampak sebagai salah satu
penyebab infertilitas, kelainan bawaan bayi, aneka bentuk kelainan kulit, susunan
saraf pusat, mata, telinga atau sistem tubuh yang lain.
- Dokter Umum dan UGD
Di sini dokter-dokter umum akan selalu siap sedia untuk memberikan pertolongan
pertama pada pasien yang mengalami kecelakaan atau yang datang dalam keadaan
darurat, dan memberikan rujukan yang diperlukan sehingga mendapat penanganan
lebih lanjut.
- Klinik Dermato-venerologi (Penyakit kulit dan kelamin)
Pendeteksian secara dini dan mengatasi penyakit kelamin pasangan suami-istri. Hal
ini penting dalam kaitannya untuk menjaga kualitas janin (embrio) yang akan
dihasilkan dari pasangan tersebut. Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran juga
menyediakan layanan perawatan kesehatan kulit dan wajah bagi wanita maupun pria
yang memiliki kulit bermasalah seperti jerawat, flek/noda hitam atau gangguan kulit
lainnya. Kulit yang terawat menjadi lebih sehat, bersih dan segar agar memberikan
rasa percaya diri.
- Klinik Pediatri (Kesehatan anak)
Setiap orang-tua pasti menginginkan anaknya senantiasa sehat, tumbuh dan
berkembang menjadi anak yang berguna kelak, oleh karena itu pemeliharaan
pertumbuhan dan perkembangan anak sangatlah penting. Di Klinik ini disediakan
berbagai ragam imunisasi untuk anak, sehingga anak mempunyai kekebalan tubuh
dari beragam penyakit.
- Klinik Urologi (Bedah umum)
Pakar bedah urologi akan memeriksa dan mengatasi kelainan gangguan organ
reproduksi pria yang dapat mempengaruhi fertilitas pria, dan masalah kontrasepsi
pria. Selain itu, di klinik ini juga menangani gangguan yang berhubungan dengan
saluran kemih, seperti infeksi saluran kemih, inkontinensia, batu ginjal, dan lainnya.
- Klinik Gigi dan Mulut
Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran didukung beberapa Dokter gigi yang
membantu untuk merawat dan memelihara gigi hingga gigi senantiasa sehat, putih
dan bersih, serta dapat menjaga dan memperbaiki penampilan dan percaya diri.
- Klinik Andrologi (Kesuburan Pria)
Klinik Andrologi dikhususkan untuk menangani gangguan kesuburan pria, seperti
gangguan libido, impotensi, gangguan ejakulasi dan kelainan spermatozoa serta
infertilitas pria. Didukung dengan Laboratorium Andrologi dan teknik diagnostik
spermatologi yang maju, kondisi sperma dapat dinilai secara terpadu.
- Klinik Internist (Penyakit Dalam)
Pasien yang mempunyai masalah dengan penyakit seperti Dibetes, tekanan darah
tinggi, thypus, DBD dan lainnya dapat ditangani di Klinik Internist ini.
- Klinik Gizi
Di sini tersedia layanan konsultasi gizi bagi mereka yang mempunyai masalah
dengan berat badan atau bagi mereka yang diharuskan untuk diet khusus. Salah
satu faktor penyebab terjadinya infertilitas adalah kegemukan (obesitas), oleh karena
itu untuk pasangan yang memiliki gangguan berat badan akan dirujuk ke Klinik ini
untuk menjalani diet dengan benar sehingga mencapai berat badan yang normal.

b) Layanan Rawat Inap


Pelayanan rawat inap Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran terdiri dari 300
Tempat tidur. Selain itu terdapat penunjang rawat inap antara lain: ruang bersalin,
dan ruang bayi.
- Ruang Persalinan
Ruang persalinan akan disediakan dengan fasilitas yang lengkap untuk membantu
proses melahirkan. Para calon ibu dapat memilih cara melahirkan yang
diinginkannya, dengan persalinan secara normal, persalinan dengan bantuan
pembedahan (seksio sesarea), atau dengan cara yang sedang trend saat ini yaitu
persalinan dalam air (water birth).
- Ruang Bayi
Ruang bayi disiapkan dengan peralatan lengkap untuk perawatan bayi pada hari-hari
pertama dilahirkan.

c) Layanan Penunjang Medis


- Radiologi (Sinar-X)
Layanan Radiologi mempunyai peran penting untuk menunjang pemastian diagnosis
dokter agar lebih akurat. Layanan ini digunakan untuk melihat bagian dalam tubuh
manusia menggunakan pancaran atau radiasi gelombang baik gelombang
elektromagnetik maupun gelombang mekanik. Termasuk dalam layanan ini adalah
Sinar-X (Rontgen) dan ultra-sonography (USG).
- Sinar-X (Rontgen)

Pemeriksaan Sinar-X yang dapat dilakukan di Operasional RSUD Kabupaten


Pangandaran, antara lain:

 Pemeriksaan dengan bahan kontras, yaitu: Appendikografi, BNO-IVP,


Histerosalpingografi (HSG), Mandibula, Kistografi, dan lainnya.
 Pemeriksaan tanpa bahan kontras, antara lain: Divisi kepala, Divisi
ekstremitas, Divisi vertebrata, Pelvis, Abdomen, Thoraks, dan lainnya.
- Ultrasonografi (USG)
Klinik memiliki peralatan Ultrasonografi (USG) yang mutakhir dengan Resolusi Tinggi
yang meliputi USG 2-Dimensi, Doppler Berwarna, dan USG 4-Dimensi Real Time.
Untuk mencapai nilai ketepatan (akurasi) diagnostik yang tinggi, alat USG mutakhir
ini dioperasikan oleh para dokter spesialis yang terpilih dalam bidangnya dan
dipimpin oleh seorang dokter spesialis Radiologi Konsultan yang telah
berpengalaman dalam melakukan berbagai jenis pemeriksaan USG. Dengan alat USG
ini kami dapat memberikan layanan diagnostik paripurna bagi setiap wanita sebelum
kehamilan, semasa kehamilan, dan setelah melahirkan.

Pemeriksaan USG yang dapat dilakukan, antara lain: USG Kehamilan, USG
Ginekologi, USG Payudara, USG Testis, USG Prostat, USG Kepala, USG Leher, USG
Tiroid/Parotis, USG Paru, USG Abdomen atas/bawah/ lengkap, USG Arteri renalis,
USG sistem karotis & vertebralis, USG Ekstremitas, USG Tungkai, USG Muskuler, USG
otot-otot (fascia) ekstremitas atas/bawah, USG Fascia plantaris, USG Organ
superfisial, USG Tendon Achilles, dan USG Sendi lutut/siku/lengan/tangan/bahu/
tumit.
d) Laboratorium 24 Jam

Instalasi laboratorium mempunyai tugas membawahi dan mengelola Bank darah.


Secara umum, instalasi ini bertanggung jawab terhadap urusan patologi klinik dan
patologi anatomi & mikrobiologi. Adapun tugas pokok instalasi ini dibagi menjadi lima
(5) bagian pemeriksaan, yaitu :

1. Haematologi
2. Imunologi dan Serologi
3. Urine Analisis
4. Mikrobiologi
5. Kimia Klinik
Kegiatan masing-masing bagian merupakan pemeriksaan sampel darah, urine dan
faeces; dalam menganalisis aspek mikrobiologi maupun indikasi gejala untuk
membantu dan memastikan hasil diagnosis yang lebih obyektif.

e) Instalasi Farmasi

Penyediaan Depo Farmasi dimaksudkan untuk memudahkan mendapatkan obat-


obatan yang diresepkan oleh para dokter. Ini akan menghemat waktu karena tidak
perlu mencari atau pergi tempat lain setelah konsultasi dan diperiksa oleh dokter
hanya untuk membeli obat, serta dapat meminum obat segera sesuai petunjuk
dokter.

2) Kegiatan layanan non medis


a) Instalasi Gizi
Secara umum, tugas dari instalasi ini meliputi urusan gizi dan pengolahan bahan
makanan. Adapun kegiatan instalasi ini meliputi kegiatan-kegiatan :
- Perencanaan dan penyusunan menu untuk dilaksanakan di bagian dapur.
- Pelayanan gizi dalam ruang rawat inap.
- Pelaksanaan pengawasan mutu dan gizi makanan pasien, baik di dapur maupun
distribusinya di ruang perawatan.
- Perencanaan terapi diet dan penyuluhan gizi.
- Konsultasi dan rujukan gizi.
- Pengadaan bahan mentah dan penyimpanan.
- Pencucian sayur, lauk hewani dan nabati.
- Pengolahan makanan (termasuk memasak air, nasi, bubur, lauk, sayur dan
makanan ringan).
- Penyajian dan pendistribusian makanan pasien dan pegawai.
Bagian yang mengelola instalasi gizi ini bertanggungjawab untuk melakukan kegiatan
penyehatan, mutu dan gizi makanan-minuman di Klinik agar terwujud kebersihan
makanan dalam jalur perjalanan/distribusi makanan sebelum dikonsumsi.

Upaya penyehatan makanan dan minuman harus selalu dilakukan agar faktor yang
memungkinkan terjadinya kontaminasi yang mempengaruhi pertumbuhan kuman
dan bertambahnya bahan aditif pada makanan dan minuman dapat dikendalikan.
Dengan demikian tidak akan terjadi mata rantai penularan penyakit dan gangguan
kesehatan melalui makanan dan minuman. Alat-alat yang digunakan di dapur
diantaranya adalah boiling fan berbahan bakar uap, penggorengan listrik, container
untuk memasak air, sayur dan lain-lain, kompor gas, cooling cell dan refrigerator.

b) Hygiene dan sanitasi


Bagian hygiene dan sanitasi berada di bawah Divisi Umum. Bagian ini
bertanggungjawab melaksanakan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan
pengawasan keindahan dan kebersihan seluruh lingkungan RSUD .

Salah satu kegiatan utama bagian ini adalah mengelola pertamanan. Pertamanan
yang terdapat di areal RSUD dibuat sedemikian rupa sehingga dapat memanfaatkan
tanah kosong yang tidak tertutup bangunan serta membuat lingkungan tetap
nyaman dan asri. Disamping mengelola pertamanan, bagian hygiene dan sanitasi
juga bertanggungjawab terhadap kebersihan RSUD , diantaranya adalah kebersihan
selokan/saluran air pembuangan RSUD , penyediaan plastik tempat pengumpulan
sampah harian berikut pengangkutannya, pemeliharaan sarana pengolahan limbah
cair serta pemberantasan hewan vektor seperti nyamuk, tikus, lalat, kucing dan
anjing liar.

c) Gudang
Gudang yang disediakan yaitu meliputi yaitu gudang yang digunakan sebagai tempat
penyimpanan logistik umum, dan gudang untuk arsip data keuangan. Sedangkan
untuk obat dan bahan medis disimpan di Ruang Depo Farmasi.

d) Rekam Medik dan Operator


Ruang Rekam Medik digunakan untuk tempat penyimpanan berkas status pasien.
Status pasien disimpan dalam filling cabinet dan rak-rak besi. Di ruangan ini juga
merupakan tempat operator menerima telpon masuk dan keluar.
e) Administrasi dan manajemen
Untuk kegiatan administrasi keuangan dan manajemen akan disediakan ruang kasir
dan ruang Kantor.

3) Penggunaan Energi
Rencana jaringan listrik di kawasan perencanaan mengikuti pola yang sudah ada
dimana pemasangannya direncanakan di bawah tanah. Hal ini didasarkan atas
pertimbangan segi keamanan dan keteraturan, sehingga tidak akan terjadi
kesemrawutan yang diakibatkan oleh jaringan listrik tersebut.
Alternatif sumber daya listrik yang digunakan berasal dari PLN dan Generator
(genset). Berdasarkan karakteristik pemakaian dan tuntutan yang ada, untuk sumber
daya listrik utama menggunakan supply jaringan PLN sedangkan genset dipersiapkan
sebagai cadangan untuk keadaan darurat.
Kebutuhan daya listrik rumah sakit diperkirakan sebesar 3.280,47 KVA. Sesuai
dengan pedoman dan persyaratan instalasi listrik di rumah sakit, maka satu daya
utama listrik tegangan menengah 20 KV/400 Volt. Catu daya cadangan sebagai
bagian dari system emergency menggunakan Genset kapasitas 2 x 1000 kVa
(maksimum) dengan tegangan 220/380 volt dan harus dilengkapi dengan AMF dan
ATS.

Gambar 1.20. Bagan Alir Penggunaan Energi

Beberapa kondisi persyaratan system kelistrikan yang dikembangkan, yaitu:


 UPS dengan kapasitas sesuai dengan kebutuhan melayani sentral bedah dan UGD
 Sistem grounding yang baik, termasuk pemisahan grounding listrik dengan system
grounding peralatan medic
 Emergency lighting pada ruang tertentu termasuk pada jalur darurat
kebakaran Sistem penerangan ruang (type armature) direncanakan sebagai
berikut:
 Penerangan langsung dengan kuat cahaya 250-500 lux (istirahat/tidur)
 Penerangan langsung dengan kuat cahaya 500-750 lux (bekerja/periksa/tindakan).
 Penerangan langsung dengan kuat cahaya 750-1000 lux (bedah, laboratorium)

Kebutuhan listrik dihitung berdasarkan berbagai macam pemanfaatan pencahayaan


dan rupa-rupa, termasuk AC dan stop kontak.
a. Pencahayaan 50 x 25.000 = 1.250.000 watt
b. Rupa-rupa 20 x 25.000 = 500.000 watt
c. AC 200 x 25.00 = 500.000 watt
d. Stop kontak 20% x 1.250.000 = 250.000 watt

Maka total minimal kebutuhan listrik secara keseluruhan adalah sebesar 2.500.000
watt. Estimasi beban daya listrik pada operasional RSUD Pangandaran dapat dilihat
pad tabe berikut.
Tabel 1.13 Estimasi Kebutuhan Daya Listrik
Maka total minimal kebutuhan listrik secara keselurahan adalah sebesar 3.280,47 kVa.

4) Penggunaan Air
1. Sumber Air Bersih
 Sumber air bersih dari PDAM dan ditampung di Clear Water Tank. Clear Water Tank
ini melayani kebutuhan air bersih untuk seluruh gedung.
 Sumber air bersih yang berasal dari deep well sebanyak 3 (tiga) titik dipergunakan
sebagai back- up / cadangan dan ditampung pada Raw Water Tank, air baku ini
kemudian di treatment/filter selanjutmya di table50g didalam Clear Water Tank.
 Untuk kebutuhan air pemadam kebakaran diambil dari Raw Water dan di simpan
didalam Ground Tank Hydrant. Sistem Hydrant yang digunakan adalah sistem
terpusat, satu set pompa hydrant (lokasi di ruang pompa).

2. Sistem Penyediaan Air Bersih


 Air bersih dari PDAM ditampung ke dalam Clear water Tank (CWT). Air dari Clear
Water Tank tersebut kemudian di pompa ke bak air atas /roof tank dengan pompa
transfer.
 Air bersih dari bak air atas/roof tank ini didistribusikan secara gravitasi ke seluruh
area yang memerlukan air bersih.
 Kebutuhan air untuk Flusing dan Penyiraman Taman diperoleh dari bak air atas
gray water.
 Volume bak air di Clear Water Tank adalah : 350 m3
3. Sistem Kerja Pompa – pompa
Untuk menyalurkan air dari Clear Water Tank ke bak air atas disediakan 2 unit
pompa transfer yang bekerja bergantian secara otomatis dan diatur oleh Water Lever
Control (WLC). Cara kerja pompa pengisi bak air atas (Pompa Transfer) adalah :
 Pompa “Start” bila tinggi muka air atas mencapai ketinggian minimum.
 Pompa “Stop” bila tinggi muka air bak atas mencapai ketinggian maksimum. D.
Sistem air kotor dan air bekas.
 Pipa air kotor dan pipa bekas terpisah, baik untuk pipa riser atau pemipaan
horizontal, sistem pembuangan air kotor (WC & UR) langsung ke STP,
sedangkan sistem pembuangan air bekas (LV, FD) di table51g di gray water
tank.
 Air Kotor dialirkan melalui jaringan pipa air kotor kawasan ke STP central yang
terletak di area pintu masuk dekat kolam, effluenya dialirkan ke resapan dan
overflownya di alirkan ke saluran drainase, sedangkan air bekas dialirkan ke gray
water tank, kemudian di treatment/filter dan clorinasi, air ini di gunakan untuk
flushing dan siram taman.

4. Perhitungan Penggunaan Air


a). Kebutuhan Air Bersih
Standar pemakaian air bersih berdasarkan hasil kajian Dokumen DED ( Detailed
Engineering Design) :
 Pasien Rawat Jalan : 30 liter/orang/hari
 Pasien Rawat Inap : 250 liter/orang/hari
 Pasien ICU : 250 liter/orang/hari
 Pasien OK : 1000 liter/orang/hari
 Karyawan : 100 liter/orang/hari
 Pengunjung : 20 liter/orang/hari
 Penghuni Rumah : 120 liter/ orang/hari

Tabel 1.14 Rincian Penggunaan Air Bersih


Jumlah
Penggunaan Air
No Uraian Jumlah Satuan penggunaan Air
(m3/satuan/hari)
(m3/hari)
Gedung A
1 Pasien Rawat Jalan 300 orang 0,03 9
2 Pengunjung 300 orang 0,02 6
3 Karyawan 250 orang 0,1 25
Total Penggunaan air gedung A 40
Gedung B
1 Pasien Rawat Jalan 100 orang 0,03 3
2 Pasien ICU 60 orang 0,3 18
3 Pasien R. OK 6 orang 1 6
4 Pengunjung 100 orang 0,02 2
5 Karyawan 200 orang 0,1 20
Total Penggunaan air gedung B 49
Gedung C
1 Laboratorium 10 orang 0,1 1
2 Pengunjung 64 orang 0,02 1,28
3 Karyawan 100 orang 0,1 10
Total Penggunaan air gedung C 12,28
Gedung D dan E
1 Pasien Rawat Inap 305 Orang 0,25 76,25
2 Pengunjung 710 orang 0,02 14,2
3 Karyawan 250 orang 0,1 25
Total Penggunaan air gedung D dan E 115,45
Gedung F
1 Karyawan 50 orang 0,1 5
2 Dapur 1 unit 10 10
Total Penggunaan air gedung F 15
Gedung G
1 Karyawan 5 orang 0,1 0,5
2 Laundry 1 unit 50 50
Total Penggunaan air gedung G 50,5
Utilitas lainnya
1 Kebersihan 1 unit 50 50
2 Masjid 1000 orang 0,05 50
3 Rumah Dinas* 25 orang O,12 3
Total Penggunaan utilitas lainnya 103
Total penggunaan air keseluruhan 385,23
Keterangan : * 5 unit rumah, asumsi masing-masing rumah 5 penghuni

b). Kebutuhan Air Pemadam Kebakaran (Hidran dan Sprinkler)750 USGPM x 3,785
liter/menit x 45 menit = 127.743,75 liter

Neraca air RSUD Kabupaten Pangandaran pada tahap operasional dapat dilihat pada
gambar berikut.
Loss/evaporasi 10
40 m3 4 m3 % : 38,223m3
Gedung
A 36 m3
PDAM
49 m3 4,9 m3
38 5,23 m 3 Gedung
B 44,1 m3
GWT 3
12,28 m3 Gedung 1,228 m Drainase Internal Drainase
Kapasitas RSUD Kota
C 11,052 m3
450 m3
3 3
85 m 115,45 m3 Gedung 11,545 m 310 m3
D dan 103,905 m3 IPAL/STP 344,007 m3
Air
E
Tanah

3
0,5 m
5 m3 Gedung F
-
4,5 m3
Karyawan
0
,5 m3 0,05 m3 Recycling 10 %
Gedung G - : 34,007 m3
Karyawan 0,45 m3

10 m3 1 m3
Gedung F
Siram Tanaman
- Dapur 9 m3

50 m3 5 m3
Gedung G -
Menyerap ke tanah
Laundry 45 m3

50 m3 5 m3
Masjid
45 m3
50 m3 5 m3
Kebersihan
45 m3 evaporasi

3 m3 Rumah Dinas 0,3 m3


Septictank
Catatan 2,7 m 3

:
: Grease trap
: cadangan

Gambar 1.21 Neraca Air Tahap Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran

Sistem pengolahan air limbah yang direncanakan untuk RSUD Kabupaten


Pangandaran adalah dengan menggunakan pengolahan air limbah yang disebut
dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Limbah Cair

Non Medis

Medis Domestik

IPAL

Septictank

Digunakan kembali/dialirkan ke kali


dan ke saluran kota

Gambar 1.22 Rencana Sistem Pembuangan Limbah cair RSUD Kab. Pangandaran

Limbah rumah sakit ini pada umumnya berasal dari unit atau instalasi sebagai berikut:
1) Poli klinik atau rawat jalan
2) Laboratorium
3) Ruang operasi
4) Kamar bersalin
5) Farmasi
6) Perawatan inap

Kapasitas limbah cairsecara keseluruhan (air kotor, air bekas dan air limbah klinis)
berkisar sekitar 80% dari kebutuhan air bersih. Parameter-parameter yang harus
diamati antara lain:
1) Karakteristik fisik → warna, bau, temperature, kekeruhan
2) Karakteristik kimiawi → zat-zat organic dan zat-zat anorganik

Sistem IPAL yang direncanakan harus mampu menghasilkan kualitas effluent sesuai
dengan Baku Mutu Kualitas Air Limbah menurut standar yang ada:
 BOD = 69 mg/l
 COD = 150 mg/l
 TSS = 20 mg/l
 SS = 1 mg/l
 pH = 6-7

Pembuangan limbah yang akan diolah pada IPAL hanya menampung limbah yang
bersifat infeksius sedangkan limbah domestic (dapur, laundry, ruang jenazah) akan
dimasukan ke dalam septic tank. Jumlah kebutuhan air rata-rata/hari adalah
sebanyak 385,23 m3/hari, sehingga dapat diperhitungkan volume air limbah adalah
80% dari air bersih yaitu sebesar 309 m3/hari.

5) Timbulan Limbah Padat


Adapun prosedur pembuangan sampah di RSUD Pangandaranadalah sebagai berikut:
 Penyediaan bak/tong sampah di setiap ruang dan tempat terbuka di dalam
bangunan dan lingkungan rumah sakit
 Pengambilan sampah dari bak-bak sampah yang tersedia oleh petugas kebersihan
dengan menggunakan gerobak atau alat pengangkut tertutup lainnya yang
selanjutnya dibawa ke tempat pembuangan sementara (TPS).
 TPS yang disediakan seluas ±18,15 m2 yang terbagi menjadi TPS limbah domestic
dengan ukuran 4,5 m x 1,53 m, sedangkan untuk TPS limbah B3, TPS limbah
mudah terbakar dan TPS limbah infeksius masing-masing berukuran 1,5 m x 2,5
m.

Pengangkutan sampah dengan menggunakan truck container sampah dari TPS ke


tempat pembuangan akhir (TPA).
Limbah Padat

Limbah Padat Limbah Non Medis

Tempat
Pembuanga
n sementara

Kerja sama dengan Pihak Ke-3


INCENERATOR Tempat
Pembuanga
n akhir

Gambar 1.23 Rencana Sistem Pengolahan Limbah Padat RSUD Kab.Pangandaran

1. Limbah Domestik
Timbulan sampah berasal dari kegiatan domestik karyawan, pasien, dan sapuan
halaman serta dari kantin dikumpulkan di TPS yang berada di lokasi kegiatan dengan
jumlah diperkirakan sebesar 4,88 m 3/hari. Asumsi Timbulan sampah dari kegiatan
rumah sakit sebesar 7,86 l/bed/hari.

RSUD Kabupaten Pangandaran telah merencanakan membuat TPS limbah Domestik


yang berada pada bangunan P di dalam site plan dengan kapasitas 15,147 m3
(dimensi 4,5 m x 1,53 m x 2,2 m). TPS dibuat dengan kapasitas sekitar 3 kali dari
timbulan limbah padat domestik harian dikarenakan antisipasi apabila limbah
tersebut hanya dapat diangkut oleh Dinas Lingkungan Hidup Kab. Pangandaran
selama 3 hari sekali. Perhitungan timbulan limbah padat dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 1.15 Timbulan Sampah
Timbulan Timbulan
Jumlah Jumlah
NO Penggunaan Sampah Sampah
(Bed) (orang)
(L/hari) (m3/hari)
1. Karyawan - 855 0,50 0,60
2. Pasien 380 - 7,86 2,98
3. Kantin - - - 0,5
4. Sapuan Halaman - - - 0,5
5. Pengunjung - 1174 0,25 0,29
6. Rumah Dinas - 25 0,50 0,012
Jumlah 4,88
Sumber : Hasil Perhitungan Konsultan, 2016

2. Limbah non domestik


Selain limbah domestik yang telah direncanakan pengelolaan nya oleh pemrakarsa,
terdapat jenis limbah berikut yang sudah disiapkan TPS yang memadai :
 Limbah Infeksius
Timbulan Limbah infksius berasal dari kegiatan medis yang perlu penanganan
khusus. TPS Limbah Infeksius telah disrencanakan berada di lokasi bangunan P
pada site plan, dengan dimensi 1,5 m x 2,5m x 2,2m (8,25 m 3). Di TPS ini akan
dilengkasi dengan cold storage untuk menyimpan limbah infeksius yang
memerlukan penyimpanan dalam suhu rendah. Penanganan limbah infeksius ini
akan mengacu pada PerMenLHK Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang Tata
Cara dan Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Dimana untuk waktu penyimpanan limbah
infeksius adalah 2 hari pada temperature >0ºC, atau 90 hari pada temperature
<0ºC.

 Limbah Mudah Terbakar


Limbah mudah terbakar diklasifikasikan dengan bahan yang memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1. Dapat menjadi panas atau meningkat suhunya dan terbakar karena kontak
dengan udara pada temperatur ambien
2. Padatan yang mudah terbakar karena kontak dengan sumber nyala api
3. Gas yang mudah terbakar pada suhu dan tekanan normal
4. Mengeluarkan gas yang sangat mudah terbakar dalam jumlah yang
berbahaya, jika bercampur atau kontak dengan air atu udara lembab
Contoh dari limbah mudah terbakar yaitu pelarut seperti benzena, toluena atau
aseton yang biasanya ada didalam cat, tinta, dan lain-lain. Limbah ini
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran

berbahaya apabila terjadi kontak dengan buangan (gas) yang panas dari
kendaraan, rokok, atau sumber api lain karena dapat menimbulkan
kebakaran. Seperti limbah infeksius, TPS yang disediakan berada di lokasi
bangunan P pada site plan, dengan dimensi 1,5 m x 2,5m x 2,2m (8,25 m3).

 Limbah B3
Timbulan limbah B3 berasal dari limbah laboratorium, radiologi, dan bola lampu
bekas dari kegiatan RSUD Kabupaten Pangandaran dan limbah medis lain. TPS
yang disediakan berada di lokasi bangunan P pada site plan, dengan dimensi 1,5
m x 2,5m x 2,2m (8,25 m3). Cara pengelolaan limbah B3 dari kegiatan medis yaitu
bekerja sama dengan rumah sakit lain yang memiliki incinerator.
Berdasarkan analogi dari kegiatan sejenis yaitu kegiatan Rumah Sakit Kelas B
Bengkulu, timbulan limbah B3 dari kegiatan operasional rumah sakit berupa
limbah dari kegiatan laboratorium, limbah farmasi, sisa kegiatan penangan medis,
dan operasional gedung rumah sakit seperti oli bekas genset, lampu bekas, dan
wadah bekas desinfektan diprakirakan mencapai 3 m3.

Keterangan :

: TPS

Gambar 1.24 Lokasi TPS


BAB 1 Pendauluan I- 58
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran

6) Penggunaan Bahan Bakar dan Bahan Pelumas


Kebutuhan bahan bakar solar sebesar 500 lt/bulan dan bahan pelumas berupa oli
sebesar 9 liter/3 bulan untuk kendaraan operasional, penggantian oli kendaraan
dilakukan di bengkel otomotif.

Tabel 1.16 Penggunaan Bahan Bakar dan Bahan Pelumas


No Jenis Kebutuhan Penanganan Sisa
Lt/Bulan
1 Solar 500 Habis terpakai
2 Olie 9 liter/3 bulan Penggantian oli kendaraan dilakukan
di bengkel otomotif serta oli
Sumber : RSUD Kabupaten Pangandaran, 2015

Kendaraan operasional yang akan dipergunakan sebaai kendaraan operasional RSUD


berupa ambulans untuk mengangkut pasien dan bus utuk mengangkut karyawan. Rincian
kendaraan operasional dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 1.17 Jenis Angkutan Kendaraan


No Penggunaan Jumlah Jenis Volume/Hari
(unit) Kendaraan atau Per Waktu
Periodik
1 Bus 1 Bus 2 Rit/hari
2 Ambulan 7 Mini bus 4 Rit/hari
3 Mobil Pribadi 75 Sedan/Mini bus 2 Rit/hari
4 Motor 65 Roda dua 2 Rit/hari
Sumber : RSUD Kabupaten Pangandaran, 2015

7) Kegiatan Penghematan Energi dan Air

Dalam rangka penerapan sistem manajemen lingkungan dalam kegiatan Rumah Sakit
untuk menciptakan lingkungan Rumah Sakit yang bersih, indah, nyaman serta
menyehatkan, Pengelola melakukan beberapa langkah terkait penghematan energi
dan air antara lain :

 Mematikan lampu/alat listrik saat tidak digunakan.


 Penggunaan lampu hemat energy dan sensor otomatis
 Menyetel AC pada temperatur yang nyaman dan tidak terlalu dingin.
 Mematikan keran air dengan baik.
 Membersihkan AC, memperbaiki pipa ventilasi yang bocor, dan lainnya.
 Penggunaan lampu dan peralatan listrik hemat energi secara baik dan benar

BAB 1 Pendauluan I- 59
Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Yang Telah Direncanakan

a) Pengelolaan Limbah

Limbah adalah semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan baik dalam bentuk padat
maupun cair. Kegiatan Klinik akan menghasilkan limbah medis dan non medis.
Limbah medis termasuk kategori limbah B3 yang perlu penanganan lebih lanjut dan
lebih ketat. Umumnya limbah medis dalam bentuk padat akan dimusnahkan dengan
menggunakan incinerator. Sedangkan limbah non medis akan dikelola oleh pihak
RSUD dengan Dinas Kebersihan. Pengelolaan limbah cair adalah dengan mengolah
air limbah pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).

Proses pengolahan air limbah dengan biofilter “up flow” ini terdiri dari bak
pengendap, ditambah dengan beberapa bak biofilter yang diisi dengan media kerikil
atau batu pecah, plastik atau media lain. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam
air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau facultatif aerobik Bak pengendap
terdiri atas 2 ruangan, yang pertama berfungsi sebagai bak pengendap pertama,
sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur sedangkan ruang kedua
berfungsi sebagai pengendap kedua dan penampung lumpur yang tidak terendapkan
di bak pertama, dan air luapan dari bak pengendap dialirkan ke media filter dengan
arah aliran dari bawah ke atas.

Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan
film mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik
yang belum sempat terurai pada bak pengendap. Air luapan dari biofilter kemudian
dibubuhi dengan khlorine atau kaporit untuk membunuh mikroorganisme patogen,
kemudian dibuang langsung ke sungai atau saluran umum.

Biofilter “Up Flow” ini mempunyai 2 fungsi yang menguntungkan dalam proses
pengolahan air buangan yakni antara lain :

Adanya air buangan yang melalui media kerikil yang terdapat pada biofilter lama
kelamaan mengakibatkan timbulnya lapisan lendir yang menyelimuti kerikil atau yang
disebut juga biological film. Air limbah yang masih mengandung zat organik yang
belum teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami
proses penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak
antara air limbah dengan mikro-organisme yang menempel pada permukaan media
filter tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi penurunan
konsentrasi zat
organiknya (BOD) makin besar. Selain menghilangkan atau mengurangi konsentrasi
BOD cara ini dapat juga mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau
suspended solids (SS) dan konsentrasi total nitrogen dan posphor.

Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang melalui media ini.
Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solids dan bakteri E.coli
setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efesiensi penyaringan akan
sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan
sistem aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat
pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan mengendapkan
di dasar bak filter. Sistem biofilter Up Flow ini sangat sederhana, operasinya mudah
dan tanpa memakai bahan kimia serta tanpa membutuhkan energi. Poses ini cocok
digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar.

1) Limbah Padat
- Limbah Padat Medis
Limbah padat medis adalah limbah padat yang terdiri atas limbah infeksius, patologi,
benda tajam, farmasi, sitoksis, dan kimiawi. Pengelolaan limbah medis adalah
dengan cara memasukkan limbah ke dalam kantong berwarna kuning, yang kuat dan
tidak mudah bocor. Limbah benda tajam dimasukkan dalam kotak/wadah yang
tertutup dan tidak mudah bocor. Kemudian limbah medis dikumpulkan di TPS limbah
medis sementara berupa wadah kuning, yang tertutup, kuat, dan tidak mudah bocor.
Limbah padat medis yang ada sebagai berikut:

 limbah benda tajam, seperti jarum suntik


 jaringan tubuh
 plasenta bayi
 farmasi
 kimia
 alat/bahan yang terkontaminasi langsung dengan pasien
Persyaratan pengelolaan limbah padat medis yang dianjurkan oleh Menteri Kesehatan
berdasarkan Keputusan No. 1204/MENKES/SK/X/2004 adalah:
a. Minimasi limbah
- Setiap Klinik harus melakukan reduksi limbah dimulai dari sumber.
- Setiap Klinik harus mengelola dan mengawasi penggunaan bahan kimia yang
berbahaya dan beracun
- Setiap Klinik harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia dan farmasi.
b. Pemilahan, pewadahan, pemanfaatan kembali dan daur ulang
- Pemilahan limbah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan
limbah.
- Limbah yang akan dimanfaatkan kembali harus dipisahkan dari limbah yang
tidak dimanfaatkan kembali
- Limbah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Wadah tersebut harus anti
bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka sehingga orang yang tidak
berkepentingan tidak dapat membukanya.
- Jarum dan syringes harus dipisahkan sehingga tidak dapat digunakan kembali.
- Limbah medis padat yang akan dimanfaatkan kembali harus melalui proses
sterilisasi. Untuk menguji efektifitas sterilisasi, harus dilakukan tes Bacillus
stearothermophilus dan untuk sterilisasi kimia dilakukan tes Bacillus subtilis.
- Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali.
- Pewadahan limbah medis harus memenuhi persyaratan.
- Daur ulang tidak bisa dilakukan oleh Klinik , kecuali untuk pemulihan perak
yang dihasilkan dari proses film sinar X.
c. Pengumpulan, pengangkutan, penyimpanan limbah medis di lingkungan Klinik
- Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli yang tertutup.
- Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim
hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.
d. Pengumpulan, pengemasan dan pengangkutan ke luar Klinik
- Pengelola harus mengumpulkan dan mengemas pada tempat yang kuat.
- Pengangkutan limbah ke luar Klinik menggunakan kendaraan khusus.
e. Pengolahan dan pemusnahan
- Limbah medis padat tidak diperbolehkan dibuang langsung ke tempat
pembuangan akhir limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
- Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat
disesuaikan dengan kemampuan Klinik dan jenis limbah medis padat yang
ada, dengan pemanasan menggunakan otoklaf atau dengan pembakaran
menggunakan insinerator. Untuk pembakaran menggunakan incenerator ini
akan dikerjasamakan dengan pihak ke-3 yang memiliki incenerator.
Tabel 1.18 Jenis Wadah dan Label Limbah Padat Sesuai kategorinya
WARNA
KONTAINER/
No KATEGORI LAMBANG KETERANGAN
KANTONG
PLASTIK
1 Radioaktif Merah Kantong box timbal
dengan simbol
radioaktif
2 Sangat Infeksius Kuning Kantong plastik, kuat,
anti bocor, atau
kontainaer yang dapat
disterilisasi dengan
autoklaf
3 Limbah Infeksius, Kuning Kantong plastik, kuat
patologi dan anatomi ,anti bocor, atau
kontainaer
4 Sitotoksis Ungu Kontainer plastik kuat
dn anti bocor

5 Limbah Kimia dan Coklat Kantong plastik, atau


farmasi kontainaer

- Limbah Padat Non Medis


Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di luar
medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat
dimanfaatkan kembali apabila ada teknologinya. Dalam memudahkan pengumpulan
limbah padat non medis, maka pada masing-masing tong sampah diberi plastik
bewarna hitam. Limbah padat non medis tersebut dimasukkan kedalam TPS
kemudian dibawa oleh petugas kebersihan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik indonesia nomor
1204/MENKES/SK/X/2004 bahwa tata-laksana pengelolaan limbah padat non medis
adalah sebagai berikut :
a. Pemilahan limbah padat non medis
- Dilakukan pemilahan limbah padat non medis antara limbah yang dapat
dimanfaatkan kembali dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali.
- Dilakukan pemilahan antara limbah yang basah dan yang kering.
b. Tempat pewadahan limbah padat non medis

- Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang mudah dibersihkan pada bagian dalamnya.
- Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan.
- Terdapat minimal 1 (satu) buah setiap kamar atau sesuai kebutuhan.
- Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau apabila
2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut supaya tidak
menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu.
c. Pegangkutan

- Pengangkutan limbah padat domestik dari setiap ruangan ke tempat


penampungan sementara menggunakan troli tertutup.
d. Tempat penampungan limbah padat non medis sementara

- Tersedia tempat penampungan limbah padat non medis sementara, dimana


dipisahkan antara limbah yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak
dapat dimanfaatkan lagi.
- Tempat penampungan sementara limbah padat harus kedap air, bertutup dan
selalu dalam keadaan tertutup bila sedang tidak diisi serta mudah dibersihkan.
- Terletak pada lokasi yang mudah dijangkau kendaraan pengangkut limbah
padat.
- Dikosongkan dan dibersihkan sekurang-kurangnya 1 x 24 jam.
Denah TPS dan TPS limbah B3 dapat diliat pada gambar 1.25 dan gambar 1.26
Berikut ini.

TPS Limbah Mudah Terbakar

TPS Limbah Infeksisus TPS Limbah B3

TPS Limbah Domestik

Gambar 1.25 Denah TPS


Gambar 1.26 Denah TPS Limbah B3

Gambar 1.27 Denah TPS Limbah Infeksius


Gambar 1.28 Desain TPS Limbah Mudah Terbakar

2) Limbah Cair

Limbah cair terdiri dari limbah cair medis dan limbah cair non medis. Limbah cair
medis adalah limbah cair yang berasal dari kegiatan medis, misal kegiatan operasi,
pemeriksaan pasien, dan laboratorium. Limbah cair non medis adalah limbah cair
yang berasal dari dapur, laundry, wastafel, toilet dan kamar mandi. Limbah cair
medis dan non medis akan diolah pada instalasi pengolahan limbah cair. Sedangkan
untuk limbah cairan fixer (radioaktif) yang dihasilkan dari kegiatan pencucian hasil
rontgen, dikumpulkan dalam wadah tertutup, yang kuat dan anti bocor, dan akan
diambil oleh pihak ketiga untuk didaur ulang sebagai pemulihan perak. Pihak ketiga
akan ditentukan oleh Pemrakrasa, dimana pihak ketiga tersebut harus mempunyai
ijin dari KLH. Kerjasama dengan pihak ketiga ini akan dibuat surat perjanjian
tersendiri. Limbah cair yang berupa oli bekas saat ini langsung diambil oleh
pengumpul oli bekas.

b) Pengelolaan Air Larian dan Sistem Drainase

Untuk menanggulanggi air larian, akan dibangun saluran drainase internal yang
terintegrasi ke saluran drainase eksternal di belakang (sebelah selatan) lokasi kegiatan.
Selain itu telah
direncanakan membuatkolam resapan kapasitas 720 m3 (dimensi 120 m x 2m x 3m).
Untuk air Hujan dilantai atap akan mengalir ke Roof Drain dan selanjutnya dialirkan ke
pipa tegak, menuju ke bak kontrol pada lantai dasar. Dari Bak Kontrol Air Hujan dialirkan
ke kolam retention terlebih dahulu sebelum pelimpahan ( Overflow) ke Saluran Umum.
Berdasarkan hasil soil test yang telah dilakukan bahwa muka air tanah terlalu dangkal
untuk dilakukan pembuatan sumur resapan, sehingga untuk mengatasi air larin yang
bersumber dari air hujan akan dibuat kolam retensi dengan kapasitas 720 m 3 (dimensi
120 m x 2m x 3m) dibuat di sebelah selatan dari bangunan gedung RSUD.

Dari hasil perhitungan kebutuhan peresapan air, kapasitas kolam retensi yang
direncanakan telah melebihi kebutuhan peresapan berdasarkan Permen LH No 12 tahun
2009.
Volume air yang diresapkan =34.305 m2
X 1m
50
= 686,1
m3

Berdasarkan metoda rasional (U.S. Soil Conservation Service, 1973) yang digunakan
untuk memperkirakan besarnya air larian puncak (run off) maka perhitungan air larian di
tapak kegiatan RSUD Kab Pangandaran adalah sebagai berikut :

Qp = 0,0028 x C x ip x A

Keterangan :
Qp = Air larian (debit) puncak (m3/detik) W
C = koefisien air larian
ip = Intensitas hujan (mm/jam)
h
A = Luas Wilayah (Ha)

Gambar 1.29 Bentuk saluran empat persegi panjang

Intensitas hujan yang digunakan berdasarkan intensitas curah hujan rancangan


untuk T25 yaitu 226,8 mm/bulan = 0,315 mm/jam, dan T50 yaitu 256 mm/bulan
= 0,355 mm/jam sesuai hasil ho=itungan pada table 1.10 Hal I-37.
Maka :
Qp(T25) = 0,0028 x 0,315 x 0,65 x 5
= 0,0041 ≈ 0,0028665 m3/detik

Qp(T50) = 0,0028 x 0,355 x 0,65 x 5


= 0,0041 ≈ 0,0032305 m3/detik

Dengan rencana membuat drainase berbentuk persegi panjang dengan


kemiringan dasar saluran (s) 0,015, kedalaman (h) : 0,5 meter, dan lebar dasar
saluran (B) : 0,4 meter , dan keofisien kekasaran Manning (n) : 0,010, maka
kecepatan aliran dalam saluran adalah 0,009 m3/detik.

Air larian yang berasal dari air hujan ditampung dalam kolam retensi, yang
apabila ada kelebihan (over flow) akan dilairkan menuju drainase. Air dalam
kolam retensi digunakan sebagai air untuk siram tanaman dan jalan atau sebagai
sumber air bersih saat air bersih sulit didapat.

c) Pengelolaan Estetika Lingkungan


Penelolaan estetika lingkungan dilakukan dengan penyediaan ruang terbuka hijau
dengan jenis dan jumlahnya yang sesuai dengan luas lahannya. Selain itu juga
dilakukan penempatan tanaman dalam pot.

d) Pengelolaan Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan


Kegiatan pengelolaan yang dilakukan terkait dengan pengelolaan terhadap sanitasi
dan kesehatan lingkungan adalah dengan melakukan fogging setiap bulan dan
melakukan penyedotan tinja. Fogging bisa dilakukan oleh pekerja/ karyawan
Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran ataupun pihak ketiga yang dipekerjakan
oleh pihak Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran Kebijakan tersebut akan
ditentukan kemudian hari.

e) Penggelolaan Lalu Lintas


Lokasi kegiatan di Jalan Merdeka Barat. Pintu keluar masuk dan keluar berorientasi
ke Jalan Merdeka. Lokasi parkir terpisah antara mobil dan motor serta parkir
kendaraan tamu dan karyawan. Parkir mobil terletak di depan dekat pintu masuk,
sedangkan parkir motor berada di belakang.
f) Kegiatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

 Penyehatan Ruang dan Bangunan


Kegiatan pembersihan yang terkait dengan penyehatan ruang dan bangunan
dilakukan mengacu pada SOP yang telah ditentukan. Pembersihan ruangan
mulai dari kamar mandi,toilet, lantai/koridor, kaca, tembok, karpet, dan prasasti.
Sedangkan pemeliharaan fisik dan bangunan dilaksanakan secara bertahap.
Pemeriksaan dan pengukuran kondisi fisik yang dilakukan adalah pengecatan
ulang tembok dinding dan plafon stiap tahun serta pemeriksaan berkala
mikrobiologi dinding, lantai, air, dan udara ruang bedah.

 Penyehatan Makanan Dan Minuman


Pengawasan terhadap penyehatan makanan dan minuman dilakukan oleh Unit
Rumah Tangga. Pemilihan catering, jenis dan jumlah makanan telah
dikonsultasikan ke Dokter Gizi Klinik . Penerimaan dan penyajian telah dilakukan
berdasarkan ketentuan yang disyaratkan. Pemeriksaan dilakukan mulai dari
pengecekan fisik makanan yang diterima dan penyajian. Penyehatan ini juga
tidak luput dari kebersihan sarana fisik/ruangan, peralatan, dan lain-lain. Kondisi
fisik ruangan sebagai tempat penerimaan makanan di Klinik adalah sebagai
berikut:

- Lantai dibersihkan
- Cahaya dan ventilasi yang baik
- Kassa ventilasi yang baik
- Saluran air buangan yang bagus
- Pipa uap dan gas yang baik
- Penggunaan gerobak makanan yang tidak berkarat

 Pengendalian Serangga dan Tikus


Kegiatan pengendalian yang telah dilakukan adalah penyemprotan kecoa,
nyamuk, dan semut dengan fogging dan pemasangan perangkap tikus. Tindakan
pemberantasan tikus dan kecoa lebih difokuskan pada dapur umum, sedangkan
pada bagian lain dilakukan pemberantasan secara berkala.

Kegiatan lain yang menunjang pengendalian serangga dan tikus adalah:

 Menguras air bak mandi, bak WC, tempayan, ember, drum dan tempat
penampungan air lainnya setiap 1 minggu sekali.

 Membersihkan dan mengganti air vas bunga/tanaman, pot tanaman hias,


perangkap semut setiap 1 minggu sekali.
 Membuang/membersihkan air yang terdapat pada penampungan dispenser,
kulkas, AC, bak meteran PAM setiap 1 minggu sekali.

 Menutup rapat-rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum,


ember, gentong, dan lain-lain.

 Membersihkan barang bekas dengan cara memilah sesuai jenis


limbah/sampah sesuai SOP penanganan untuk masing-masing limbah seperti
sampah/limbah domestik dikumpulkan di TPS yang telah disediakan, limbah
Medis dimasukan kedalam kantong khusus yang selanjutnya disimpan di TPS
Limbah Medis sebelum dibawa oleh pihak ke-3.
 Melipat/menghindari pakaian/kain yang bergelantungan di dalam ruangan.
 Membersihkan dan memperbaiki talang dan kemiringan dak yang
bisamenampung air.
 Tempat penampungan air yang sulit dikuras seperti reservoir, tangki atap,
tempat penampungan air hujan dan lain-lain ditaburkan bubuk larvasida
sesuai aturan.

 Perlindungan Radiasi
Potensi bahaya sinar-X apabila pekerja di ruang pemeriksaan pada saat ekspos
berlangsung. Pada pemeriksaan radiografi biasa pekerja tidak terkena potensi
bahaya sinar-X karena pada saat ekspos pekerja berada di luar ruang
pemeriksaan yaitu ruang kontrol dimana dinding ruang pemeriksaan sudah
standar. Tetapi tetap ada kemungkinan pekerja akan berada di ruang
pemeriksaan pada saat ekspos berlangsung misalnya apabila pengoperasian
pesawat dental unit dan pengoperasian pesawat fluoroscopy. Pada saat pekerja
harus berada di ruang pemeriksaan pada saat ekspos berlangsung harus
menggunakan alat pelindung diri lengkap yaitu apron, sarung tangan Pb,
pelindung tyroid yang sesuai prosedur. Perlindungan radiasi juga dilakukan
dengan pemeriksaan kesehatan terhadap pekerja radiasi sekali setahun.

 Pengamanan lingkungan
Untuk pengamanan lingkungan, maka pengelola akan menyediakan tenaga
keamanan beserta pos pengamanannya yang posisinya berada di pintu masuk
dan pintu keluar. Tenaga keamanan tersebut (Satpam) bertugas selama 24 jam
secara bergantian (sistem shift). Menyediakan sarana dan prasarana dalam
menghadapi keadaan darurat, antara lain : alat pemadam kebakaran
(Hydrant, APAR dan
sprinkle di semua area); Alat dan obat-obatan P3K; Latihan Evakuasi;
Penyediaan alat pelindung diri (APD).

 Fasilitas Tanggap Darurat


Pemenuhan syarat keselamatan dan tanggap darurat meliputi antara lain
aksesibilitas universal, ketahanan gempa, perlindungan atas kebakaran, dan
evakuasi bencana. Konsep sirkulasi dalam bangunan akan disediakan Ramp
untuk mengantisipasi keadaan emergency dimana elevator tidak dapat
digunakan, maka tempat tidur pasien dapat didorong melalui koridor tiap lantai
menuju Ramp dan turun sampai ke lantai dasar. Kemiringan Ramp ini akan
sesuai dengan standar karena jika tidak Ramp ini bisa terlalu curam sehingga
tidak memenuhi syarat untuk dipakai sebagai jalur evakuasi. Disetiap koridor
akan dipasang informasi untuk arah evakuasi yang menagrahkan ke titik kumpul
(assembling point) yang telah ditetapkan.

g) Kegiatan Penghematan Energi dan Air


Dalam rangka penerapan sistem manajemen lingkungan dalam kegiatan Klinik untuk
menciptakan lingkungan Klinik yang bersih, indah, nyaman serta menyehatkan,
Pengelola melakukan beberapa langkah terkait penghematan energi dan air antara
lain:

 Mematikan lampu/alat listrik saat tidak digunakan.


 Penggunaan lampu hemat energy dan sensor otomatis
 Menyetel AC pada temperatur yang nyaman dan tidak terlalu dingin.
 Mematikan keran air dengan baik.
 Membersihkan AC, memperbaiki pipa ventilasi yang bocor, dan lainnya.
 Penggunaan lampu dan peralatan listrik hemat energi secara baik dan benar

 Tangggap Darurat Bencana


Pengamanan dalam melaksanakan kegiatan dilengkapi fasilitas tanggap darurat seperti
pemadam kebakaran dan peralatan evakuasi lainnya yang sesuai standar K3. Tindakan
tanggap darurat yang dilakukan jika terjadi keadaan darurat, antara lain :
a. Mengamankan tempat terjadinya bencana;
b. Berkoordinasi dengan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana;
c. Menanggulangi bencana sesuai dengan prosedur tepat penanggulangan bencana;
d. Melaporkan bencana atau keadaan darurat tersebut kepada pemerintah setempat;
e. Membuat dan menentukan jalur evakuasi tanggap darurat;
f. Melakukan pelatihan tanggap gempa bumi secara rutin kepada karyawan dan
pengelola;
g. Menyiapkan informasi dan prosedur, bantuan dan melakukan evakuasi;
h. Penyediaan alat pemadam kebakaran dan bekerjasama (MOU) dengan pihak ketiga
untuk pengisian dan pengecekan efektifitas alat pemadam.
Sehingga dengan demikian, sistem pengamanan yang akan diberlakukan di RSUD
Kabupaten Pangandaranadalah :
1) Sistem Communicative (HT, Signage, Rambu, Sosialisasi)
2) Sistem Preventive (anjuran dan himbauan, patrol)
3) Sistem Directive (perintah dan pelaksanaan)

1.5. Ringkasan Dampak Penting Hipotetik yang Ditelaah/Dikaji


1.5.1. Proses Pelingkupan
Pada bagian ini penyusun dokumen AMDAL menguraikan dampak penting hipotetik terkait
dengan rencana usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan. Proses untuk menghasilkan
dampak penting hipotetik dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah yang
berlaku secara nasional dan/atau internasional di berbagai literatur yang sesuai dengan
kaidah ilmiah metode penentuan dampak penting hipotetik dalam AMDAL.

Dampak penting hipotetik diperoleh melalui suatu proses pelingkupan. Pelingkupan


merupakan proses awal untuk menentukan lingkup permasalahan dan mengidentifikasi
dampak penting (hipotetik) yang terkait dengan rencana usaha dan/atau kegiatan. Langkah-
langkah pelingkupan adalah: (1) identifikasi dampak potensial dan (2) evaluasi dampak
potensial. Proses pelingkupan didasarkan pada rencana kegiatan yang akan dilaksanakan
dan komponen lingkungan yang kemungkinan terkena dampak setiap tahapan
kegiatan/usaha.

1.5.2. Identifikasi Dampak Potensial


Proses untuk menghasilkan dampak penting hipotetik pada dasarnya diawali melalui proses
identifikasi dampak potensial. Esensi dari proses identifikasi dampak potensial ini adalah
menduga semua dampak yang berpotensi terjadi jika rencana usaha dan/atau kegiatan
dilakukan pada lokasi tersebut. Langkah ini menghasilkan daftar ‘dampak potensial’. Pada
tahap ini kegiatan pelingkupan dimaksudkan untuk mengidentifikasi segenap dampak
lingkungan hidup (primer, sekunder, dan seterusnya) yang secara potensial akan timbul
sebagai akibat adanya rencana usaha dan/atau kegiatan. Pada tahapan ini hanya
diinventarisasi dampak potensial yang mungkin akan timbul tanpa memperhatikan
besar/kecilnya dampak, atau penting tidaknya dampak. Dengan demikian pada tahap ini
belum ada upaya untuk menilai apakah dampak potensial tersebut merupakan dampak
penting atau tidak.

Proses identifikasi dampak potensial dilakukan serangkaian hasil konsultasi dan diskusi
dengan pemrakarsa, instansi yang bertanggung jawab, masyarakat yang berkepentingan
serta dilengkapi dengan hasil pengamatan lapangan (observasi). Selain itu identifikasi
dampak potensial juga dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah yang berlaku
secara nasional dan/atau internasional di berbagai literatur, yaitu metode Matrik Interaksi
Sederhana; dan/atau Bagan alir. Keluaran yang diharapkan disajikan dalam bagian ini
adalah berupa daftar dampak-dampak potensial yang mungkin timbul atas adanya rencana
usaha dan/atau kegiatan yang diusulkan. Berdasarkan uraian rencana kegiatan terdapat
beberapa komponen kegiatan yang perlu dikelola, diantaranya adalah :
1. Tahap Pra Konstruksi
a. Survey
b. Perijinan
c. Perencanaan
2. Tahap Konstruksi
a. Penerimaan Tenaga kerja Konstruksi
b. Penyiapan Lahan
c. Pengangkutan Material dan Alat Berat
d. Pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran dan prasarana Penunjang
3. Tahap Operasi
a. Penerimaan Tenaga Kerja Operasional
b. Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran

Komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak dan akan ditelaah sebagai berikut:
a. Komponen Fisika-Kimia
 Kualitas Udara
 Mikroorganisme
 Radiasi
 Kebisingan
 Kualitas Air Permukaan
 Air Larian
 Kuantitas Air Tanah
b. Komponen Biologi
 Keanekaragaman hayati
c. Komponen Sosial Ekonomi Budaya
 Keresahan Masyarakat
 Kesempatan kerja
d. Komponen Kesehatan Masyarakat
 Vektor Penyakit
 Kesehatan Masyarakat
e. Komponen Lalu Lintas
 Lalu Lintas
Tabel 1.19.Matriks Identifikasi Dampak Potensial
Tahap Pra Tahap Operasional
Konstruksi
Tahap Konstruksi
Komponen
Kegiatan

Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran


Pengangkutan Masterial dan Alat Berat

Penerimaan Tenaga Kerja Operasional


Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi

Penyiapan Lahan
Pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran
dan Sarana Penunjang

Komponen
Lingkungan

KOMPONEN FISIKA KIMIA


Kualitas udara X X X X
mikroorganisme X
Radiasi X
Kebisingan X X X X
Kualitas air permukaan X X X
Air larian X X
Kuantitas Air Tanah X
KOMPONEN BIOLOGI
Keanekaragaman Hayati X
KOMPONEN SOSIAL EKONOMI BUDAYA
Keresahan masyarakat X X X X X X X
Kesempatan kerja X X
KOMPONEN KESEHATAN MASYARAKAT
Vektor Penyakit X
Kesehatan Masyarakat X
KOMPONEN LALU LINTAS
Lalu Lintas X X
Keterangan :
X : komponen yang terkena dampak
PRA KONSTRUKSI

Survey Perijinan Perencanaan

Timbulnya keresahan
masyarakat

Gambar 1.30 Bagan Alir Dampak Potensial Pada Tahap Pra Konstruksi
ANDAL Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran

KONSTRUKSI

Penerimaan tenaga kerja Konstruksi Pengangkutan material & alat berat Pembangunan RSUD & Penyiapan Lahan
Prasarana Penunjang

Terbukanya kesempatan Kerja Gangguan lalu lintas Penurunan kualitas udara


peningkatan kebisingan Peningkatan air larian
Keanekaragaman Hayati

Penurunan kualitas air permukaan

Timbulnya keresahan masyarakat

Gambar 1.31 Diagram Alir Identifikasi Dampak Potensial Tahap Konstruksi

BAB 1 Pendahuluan I- 76
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran

OPERASI

Penerimaan tenaga Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran


kerja

Timbulnya Kesempatan Kerja

Penurunan Kualitas Udara


peningkatan kebisingan
Peningkatan MikroorganismTimbulnya
e Radiasi
Penrurunan Kualitas Air Permukaan
Peningkatan Air Larian
Penurunan Kuantitas Air Tanah
Gangguan Lallu Lintas

Berkembangny a vektor Gangguan


penyakit Kesehatan asyarakat

Timbulnya Keresahan Masyarakat

Gambar 1.32 Bagan Alir Dampak PotensialPada Tahap Operasional

BAB 1 Pendauluan I- 77
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran

1.5.3 Evaluasi Dampak Potensial


Evaluasi dampak potensial dari rencana kegiatan RSUD Kabupaten Pangandaran
dilakukan terhadap dampak-dampak potensial yang telah diidentifikasi. Untuk memilih
dampak yang perlu dikaji dalam ANDAL dilakukan melalui kriteria evaluasi dampak
potensial berdasarkan informasi yang diperoleh dari kunjungan lapangan pendahuluan,
konsultasi publik, analisis data sekunder, kajian dokumen-dokumen lingkungan yang
telah ada dan kajian peraturan yang terkait. Pada tahap pelingkupan belum dilakukan
pengambilan data primer. Secara sederhana kriteria yang digunakan untuk
mengevaluasi dampak potensial adalah sebagai berikut:
1. Apakah beban terhadap komponen lingkungan sudah cukup tinggi;
2. Apakah kompenen lingkungan tersebut memegang peranan penting dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat sekitar (nilai sosial dan ekonomi) serta
terhadap komponen lingkungan lainnya (nilai ekologis), sehingga perubahan
besar pada kondisi komponen lingkungan tersebut akan sangat berpengaruh
pada kehidupan masyarakat dan keutuhan ekosistem;
3. Apakah ada kekuatiran masyarakat yang tinggi terhadap komponen lingkungan
tersebut;
4. Apakah ada aturan atau kebijakan yang akan dilanggar dan atau dilampaui oleh
dampak tersebut.

Jika terdapat jawaban ya satu atau lebih dari salah satu dari pertanyaan tersebut atau
sama sekali tidak mendapat jawaban ya atau tidak berarti dampak yang akan terjadi
tergolong dampak penting hipotetik. Secara ringkas evaluasi dampak potensial
dituangkan dalam bentuk matrik evaluasi dampak potensial sebagaimana disajikan
pada tabel berikut ini.

BAB 1 Pendauluan I - 76
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran

Tabel 1.20.Uraian Evaluasi Dampak Potensial Pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran

KRITERIA
DAMPAK Dikaji dalam
KEGIATAN EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL AMDAL (DPH)

1 2 3 4

A. Tahap Pra Konstruksi


1. Perencanaan Keresahan Kegiatan perencanaan teknis meliputi perencanaan rinci bangunan, design - - - - Bukan DPH
Masyarakat bangunan RSUD Kabupaten Pangandaran, design RSUD Kabupaten
Pangandaran dan rencana soil investigation untuk menentukan posisi dan
tata letak dan jumlah serta jenis pondasi yang dibutuhkan berdasarkan
karakteristik tanah di lokasi tapak proyek. Kegiatan ini tidak menyebabkan
munculnya keresahan masyarakat, karena masyarakat belum banyak
terlibat di kegiatan ini. Dengan demikian dampak potensial keresahan
masyarakat pada kegiatan perencanaan tergolong Bukan dampak
penting hipotetik.
2. Survei Keresahan Dengan adanya kegiatan Survei dan Konsultasi Publik AMDAL, masyarakat -   - DPH
Masyarakat mulai mengetahui tentang rencana kegiatan dan kemungkinan potensi
dampak yang dapat terjadi. Adanya hal tersebut, timbulah keresahan
masyarakat yang dituangkan dalam bentuk saran, masukan dan harapan.
Dengan demikian dampak potensial keresahan masyarakat pada kegiatan
survei tergolong sebagai dampak penting hipotetik.
3. Pengurusan Keresahan Kegiatan prakonstruksi (pengurusan perijinan) pembangunan RSUD - - - - Tidak DPH
Perjinan Masyarakat Kabupaten Pangandaran akan menyebabkan munculnya keresahan
masyarakat, karena masyarakat menjadi salah satu bagian dari proses
perijinan salah satunya ijin Lingkungan. Namun demikian, proses ini
mengacu dan berpedoman pada alur proses/ tahapan pengurusan
perizinan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah. saat ini tanah sudah
dikuasai oleh Pemda berdasarkan KEPUTUSAN BUPATI PANGANDARAN
NOMOR
:593.5/Kpts.99G-Huk.Org Tahun 2014 Tentang Persetujuan Penggunaan
Tanah Milik Pemerintah Kabupaten Pangandaran untuk Pembangunan
RSUD dan Gedung UPTD Farmasi Kabupaten Pangandaran.
Berdasarkan hasil konsultasi publik terlihat bahwa tidak terdapat
kekhawtiran masyarakat terhadap pengurusan perijinan dan koordinasi,
pada prinsipnya masyarakat setuju dan tidak ada peraturan yang
dilanggar Dengan demikian dampak potensial keresahan masyarakat
pada kegiatan
pengurusan perijinan tergolong dampak tidak penting hipotetik.

Bab 1 Pendahuluan I-77


ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran

B. Tahap Konstruksi

Bab 1 Pendahuluan I-78


KRITERIA
DAMPAK Dikaji dalam
KEGIATAN EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL AMDAL (DPH)

1 2 3 4

1. Penerimaan Timbulnya Dari hasil sosialisasi, masyarakat mengharapkan dapat bekerja di proyek    - DPH
tenaga kerja Kesempatan kerja pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran. Penerimaan tenaga kerja
konstruksi konstruksi sebanyak 400 orang akan berdampak terhadap terbukanya
kesempatan kerja yang diharapkan masyarakat sekitar dan secara tak
langsung dapat menimbulkan peluang usaha bagi masyarakat meskipun
dengan waktu yang terbatas. Dengan demikian dampak potensial
kesempatan kerja dan peluang usaha tergolong sebagai dampak
penting
hipotetik
Keresahan Penerimaan tenaga kerja untuk kegiatan konstruksi akan menimbulkan    - DPH
Masyarakat persepsi negatif masyarakat bila tidak ada anggota masyarakat yang
diterima bekerja, hal ini akan menimbulkan keresahan masyarakat sekitar.
Sehingga dampak potensial dari persepsi masyarakat tergolong sebagai
dampak penting hipotetik.
2. Penyiapan Lahan Penurunan Kualitas pekerjaan saat penyiapan lahan konstruksi akan menimbulkan debu yang -   - DPH
udara berdampak terhadap penurunan kualitas udara, serta mengingat lokasi
tapak proyek berbatasan dengan areal fasilitas pendidikan dan
pemukiman, maka dampak penurunan kualitas udara tergolong sebagai
dampak
penting hipotetik.
Peningkatan Peralatan pekerjaan saat penyiapan lahan konstruksi akan menimbulkan -   - DPH
kebisingan bunyi yang berdampak terhadap peningkatan kebisingan, serta mengingat
lokasi tapak proyek berbatasan dengan areal pendidikan dan pemukiman,
maka dampak peningkatan kebisingan tergolong sebagai dampak
penting hipotetik.
Penurunan kualitas Kegiatan pekerjaan penyiapan lahan, menyebabkan lahan yang tadinya    - DPH
air permukaan terdapat banyak tanaman dan pepohonan, harus di bersihkan dan
menyebabkan air yang berasal dari lokasi proyek dan masuk kedalam
drainase akan membawa material-material dari dalam lokasi proyek seperti
tanah. Sehingga dampak penurunan kualitas air permukaan tergolong
sebagai dampak penting hipotetik.
Penurunan Kegiatan penyiapan lahan, salah satunya adalah pembersihan lahan seluas - - - - Tidak DPH
keanekaragaman 50.000 m2. Berdasarkan pengamatan tim penyusun AMDAL dalam Rona
hayati Awal Lingkungan Hidup tidak terdapat jenis flora dan fauna yang
dilindungi di lokasi kegiatan dan berupa flora ladang milik penduduk yang
menggarap lahan tersebut dan telah dikomunikasikan untuk kegiatan
pembangunan
RSUD ini. Dengan demikian, dampak potensial keanekaragaman hayati
menjadi dampak tidak penting hipotetik
KRITERIA
DAMPAK Dikaji dalam
KEGIATAN EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL AMDAL (DPH)

1 2 3 4

Timbulnya Apabila dampak-dampak yang ditimbulkan dari kegiatan penyiapan lahan    - DPH
Keresahan tidak dikelola degan baik seperti penurunan kualitas udara, peningkatan
Masyarakat kebisingan dan penurunan kualitas air permukaan, maka ada keresahan
pada masarakat yang menjadi dampak penting hipotetik
3. Pengangkutan Penurunan Kualitas Pengangkutan material keperluan pembangunan RSUD Pagandaran jangka   - - DPH
Material dan alat udara pendek seperti tiang pancang dan beton direncanakan menggunakan Jalan
berat Merdeka. Kegiatan di sepanjang Jalan Merdeka adalah areal sekolah dan
juga warung-warung. Jumlah truk pengangkut untuk material sejumlah 20
unit truk pengangkut tiang pancang yang berlangsung selama 365 hari (5
unit truk/hari). Untuk beton akan didatangkan mengunakan truk mixer
dari batching plant, dengan lama kegiatan berlangsung 365 hari (8 unit
truk
/hari), sedangkan pengangkutan bahan lain seperti besi dilakukan secara
insidensial tergantung kemajuan pekerjaan, sehingga diperkirakan jumlah
truk pada tahap konstruksi berkisar antara 13-16 truk perhari. Untuk
pembuatan jalan akses, pengangkutan material direncanakan melalui
Jalan Merdeka dengan ritase kendaraan sebesar 5 unit truk/hari.

Sumber dampak adanya CO, SO2 dan NO2 disebabkan antara lain oleh
emisi gas buang kendaraan terutama dalam kondisi macet. Konsentrasi
CO, SO2 dan NO2 saat ini di Jalan Merdeka secara umum di bawah baku
mutu berdasarkan PPRI Nomor 41 tahun 1999. Adanya bangkitan lalu
lintas sebanyak 13-16 unit truk perhari dari kegiatan pengangkutan
material pembangunan RSUD Pangandaran dan 5 unit truk /hari
pengangkut material pembangunan jalan akses, tidak signifikan jika
disebut sebagai peningkatan kemacetan, karena kondisi lalu lintas
eksisting terutama di Jalan Merdeka relatif lancar (nilai VCR 0,2 -0,3).

Peningkatan parameter debu (TSP) disebabkan aktivitas lalu lintas, kondisi


badan jalan, dan jenis muatan. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas
udara, konsentrasi debu di sekitar Jalan Merdeka masih di bawah baku
mutu, sehingga dengan mempertimbangkan adanya bangkitan lalu lintas
seperti diuraikan sebelumnya, kondisi badan jalan berupa aspal, dan jenis
muatan berupa tiang pancang, beton dalam truk mixer, dan besi yang
relatif tidak berdebu, hasil konsultasi publik masyarakat tidak
mengkhawatirkan
dampak peningkatan debu, karena lokasi Jalan merdeka , maka dampak
KRITERIA
DAMPAK Dikaji dalam
KEGIATAN EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL AMDAL (DPH)

1 2 3 4

penurunan kualitas udara akibat mobilisasi alat berat dan material tidak
termasuk dampak penting hipotetik.
Peningkatan Pengangkutan material tiang pancang, beton, dan besi untuk   - - DPH
Kebisingan pembangunan RSUD Pangandaran dan jalan akses, seperti yang diulas
pada dampak kualitas udara, diperkirakan akan meningkatkan intensitas
kebisingan dari kondisi saat ini, dimana tingkat kebisinga 50 dBA ; baku
mutu 55 dBA).
Dengan mempertimbangkan jarak dengan warga terdekat berkisar 500 m
, dimana masyarakat tidak mengkhawatirkan dampak peningkatan
kebisingan berdasarkan hasil sosialisasi. Dengan demikian dampak
peningkatan kebisingan akibat mobilisasi alat berat dan material tidak
termasuk dampak penting hipotetik.
Gangguan Lalu Pengangkutan material lainnya seperti tiang pancang dan beton     DPH
Lintas direncanakan mengunakan Merdeka. Kegiatan di sepanjang merdeka
adalah kegiatan pendidikan dan areal warung-warung. Jumlah truk
pengangkut untuk material sejumlah 5 unit truk/hari. Untuk beton akan
didatangkan mengunakan mixer truck dari batching plant sejumlah 8 unit
truk /hari, sedangkan pengangkutan bahan lain seperti besi dilakukan
secara insidensial tergantung kemajuan pekerjaan (diperkirakan total truk
yang melewati jalan tersebut sekitar 13-16 truk perhari). Pengangkutan
bahan bangunan untuk pembuatan RSUD jalan aksesnya direncanakan
melalui Jl. Merdeka dengan ritase kendaraan sebesar 5 unit truk/hari,
dengan demikian adanya penambahan truk tersebut akan diperkirakan
menyebabkan terjadinya kemacetan. Dengan demikian dampak gangguan
lalu lintas darat akibat mobilisasi alat berat dan material konstruksi
termasuk
dampak penting hipotetik.
4.Pembangunan Penurunan Kualitas Kegiatan pembangunan yang meliputi pekerjaan persiapan, pekerjaan    - DPH
RSUD Kabupaten udara pondasi, pekerjaan struktur hingga pekerjaan landscape berpotensi
Pangandaran dan menimbulkan peningkatan debu di udara yang berdampak terhadap
Prasarana penurunan kualitas udara, walaupun kegiatan ini bersifat tidak terus
Penunjang menerus dan dilakukan secara bertahap. Pekerjaan ini dapat berlangsung
secara simultan sesuai dengan waktu kerja yang ditetapkan sehingga akan
memunculkan kekhawatiran masyarakat terhadap penurunan kualitas
udara akibat dari kegiatan pembangunan yang terjadi.
Peningkatan parameter debu (TSP) disebabkan aktivitas kegiatan
pembangunan RSUD. Berdasarkan hasil pemantauan kualitas udara,
KRITERIA
DAMPAK Dikaji dalam
KEGIATAN EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL AMDAL (DPH)

1 2 3 4

konsentrasi debu di lokasi kegiatan masih di bawah baku mutu, sehingga


dengan mempertimbangkan adanya kegiatan pembangunan seperti
diuraikan sebelumnya, hasil konsultasi publik masyarakat
mengkhawatirkan dampak peningkatan debu, karena lokasi kegiatan yang
dekat dengan fasilitas pendidikan, maka dampak penurunan kualitas udara
akibat pembangunan RSUD dan sarana penunjangnya termasuk dampak
penting hipotetik.
Peningkatan Kegiatan konstruksi yang meliputi pekerjaan persiapan, pekerjaan pondasi,    - DPH
Kebisingan pekerjaan struktur hingga pekerjaan landscape berpotensi menimbulkan
dampak kebisingan serta mengingat lokasi tapak proyek berbatasan
dengan areal fasilitas pendidikan dan pemukiman. Pekerjaan ini dapat
berlangsung secara simultan sesuai dengan waktu kerja yang ditetapkan
sehingga akan memunculkan kekhawatiran masyarakat terhadap timbulan
dampak ini.

Pekerjaan persiapan, pekerjaan pondasi, pekerjaan struktur untuk


pembangunan RSUD Pangandaran, seperti yang diulas pada dampak
kualitas udara, diperkirakan akan meningkatkan intensitas kebisingan dari
kondisi saat ini, dimana tingkat kebisinga 50 dBA ; baku mutu 55 dBA).

Dengan mempertimbangkan jarak dengan warga terdekat berkisar 500 m


dan dengan fasilitas pendidikan sekitar 50 m, masyarakat
mengkhawatirkan dampak peningkatan kebisingan. Dengan demikian
dampak peningkatan kebisingan akibat pembangunan RSUD dan sarana
penunjangnya menjadi
dampak penting hipotetik.
Penurunan Kualitas Kegiatan konstruksi yang meliputi pekerjaan persiapan, pekerjaan pondasi,  -   DPH
Air Permukaan pekerjaan struktur hingga pekerjaan landscape bersifat tidak terus
menerus dan dilakukan secara bertahap. Kegiatan ini dapat menyebabkan
air yang mengalir ke drainase pada tahap ini membawa material serta
membawa air yang bersumber dari kegiatan domestic pekerja, sehingga
dikhawatirkan akan mempengaruuhi kondisi kualitas air permukaan.

Kondisi kualitas air permukaan yang ada saat ini khususnya disebelah
selatan tapak kegiatan relatif baik. Kegiatan pembangunan RSUD dan
sarana prsarana akan meningkatkan sedimntasi yang terjadi di saluran
drainase. Dengan demikian dampak peningkatan kualitas air permukaan
yang diakibatkan oleh pekerjaan fisik menjadi dampak penting hipotetik
KRITERIA
DAMPAK Dikaji dalam
KEGIATAN EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL AMDAL (DPH)

1 2 3 4

Peningkatan Air Pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran mengakibatkan perubahan -   - DPH


Larian tutupan lahan yang menjadikan luasan lahan terbangun menjadi
bertambah. Selain itu adanya keresahan masyarakat terkait seringnya
terjadi banjir di wilayah sekitar rencana tapak proyek. Dengan demikian
dampak potensial air larian merupakan dampak penting hipotetik
C. Tahap Operasional
1. Penerimaan tenaga Timbulnya Banyaknya jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk kegiatan    - DPH
kerja Kesempatan kerja operasional RSUD Kabupaten Pangandaran (855 orang) akan membuka
kesempatan kerja baru serta membuka kesempatan berusaha bagi
masyarakat sekitar RSUD Kabupaten Pangandaran. Disamping itu dengan
adanya operasional RS akan menimbulkan tumbuhnya kegiatan berusaha
disekitar tapak kegiatan berupa kios, warung makan dan koss-kosan.
Berdasarkan hal tersebut dampak yang ditimbulkan akan bersifat positif
bila dikelola dengan baik mengingat dampak berlangsung cukup lama,
dengan
demikian dampak potensial kesempatan kerja tergolong sebagai dampak
penting hipotetik.
Timbulnya Adanya penerimaan tenaga kerja yang berdampak terhadap kesempatan    - DPH
Keresahan kerja akan menimbulkan Keresahan Masyarakat apabila masyarakat local
Masyarakat tidak diutamakan/diprioritaskan oleh pengelola RSUD Kabupaten
Pangandaran. Dengan demikian dampak potensial Keresahan Masyarakat
tergolong sebagai dampak penting hipotetik.
2. Operasional RSUD Penurunan Kualitas Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran akan menimbulkan penurunan    - DPH
Kabupaten Udara kualitas udara akibat peningkatan arus lalu lintas.
Pangandaran
Sumber dampak adanya CO, SO2 dan NO2 disebabkan antara lain oleh
emisi gas buang kendaraan terutama dalam kondisi macet. Konsentrasi
CO, SO2 dan NO2 saat ini di Jalan Merdeka secara umum di bawah baku
mutu berdasarkan PPRI Nomor 41 tahun 1999. Adanya bangkitan lalu
lintas akibat kendaraan pasien RSUD pada tahap opersaional, tidak
signifikan jika disebut sebagai peningkatan kemacetan, karena kondisi lalu
lintas eksisting terutama di Jalan Merdeka relatif lancar (nilai VCR 0,2
-0,3).
Selain itu penurunan kualitas udara juga dapat terjadi akibat
beroperasinya genset sebagai sumber cadangan listrik. Mengingat lokasi
tapak proyek
berbatasan dengan pemukiman penduduk dan area pendidikan, maka
KRITERIA
DAMPAK Dikaji dalam
KEGIATAN EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL AMDAL (DPH)

1 2 3 4

dampak penurunan kualitas udara tergolong sebagai dampak penting


hipotetik.
Peningkatan Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran akan menimbulkan    - DPH
Kebisingan peningkatan kebisingan akibat peningkatan arus lalu lintas. jumlah
kapasitas tamping parkir RSUD adalah 192 unit mobil & 6 unit ambulance
serta 135 unit motor. Seperti yang diulas pada dampak kualitas udara,
Kegiatan operasional kendaraan diperkirakan akan meningkatkan
intensitas kebisingan dari kondisi saat ini, dimana tingkat kebisinga 50 dBA
; baku mutu 55 dBA).

Dengan mempertimbangkan jarak dengan warga terdekat berkisar 500 m


dan dengan fasilitas pendidikan hanya 50 m, masyarakat
mengkhawatirkan dampak peningkatan kebisingan.

Selain itu peningkatan kebisingan juga dapat terjadi akibat beroperasinya


genset sebagai sumber cadangan listrik. Mengingat lokasi tapak proyek
berbatasan dengan pemukiman penduduk, maka dampak peningkatan
kebisingan tergolong sebagai dampak penting hipotetik.
Peningkatan Peningkatan mikroorganisme yang dihasilkan pada tahap operasional - - - - DTPH namun
mikroorganisme berasal dari kegiatan operasional RSUD Kabupaten Pangandaran berupa tetap dikelola
sisa-sisa penggunaan kegiatan medis, seperti kapas, perban, dan
sejenisnya. Serta bisa berasal dari pasien yang sedang dalam masa
pengobatan atau perawatan penyakit tertentu. Disamping itu
kemungkinan juga adanya limbah B3 yang dihasilkan dari kegiatan RSUD
Kabupaten Pangandaran seperti bekas jarum suntik, infus dan lain
sebagainya dapat menimbulkan peningkatan mikroorganisme dilingkungan
RSUD Kabupaten Pangandaran. Namun mengenai pengelolaan terkait
kegiatan limbah rumah sakit telah diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor: 1204/MENKES/SK/X/2004 Tentang Persyaratan Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit. Seluruh Rumah Sakit di Indonesia wajib memiliki
SOP dan mengikuti peraturan-peraturan terkait pengelolaan ini. Sehingga
dampak potensial peningkatan menjadi Dampak tidak penting
hipotetik namun tetap dikelola, karena
dampak dari kegiatan ini meskipun sudah terdapat peraturan dan tatacara
yang jelas tetap perlu di pantau dan dikelola secara berkala.
Berkembangnya Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran diperkirakan akan - - - - DTPH namun
vector penyakit menimbulkan limbah padat domestic, limbah infeksius, limbah mudah tetap dikelola
KRITERIA
DAMPAK Dikaji dalam
KEGIATAN EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL AMDAL (DPH)

1 2 3 4

terbakar, limbah B3, serta limbah cair domestic. Kegiatan medis dari
operasional RSUD itu sendiri juga dapat menjadi sumber berkembangnya
vector peyakit apabila tidak ditangani dan dikelola dengan baik, serta dari
pasien yang sedang melakukan pengobatan atau perawatan di RSUD
Kabupaten Pangandaran. Namun terkait hal ini pemerintah sudah
membuat peraturan yang mewajibkan seluruh Rumah Sakit di Indonesia
menerapkan Permenkes RI nomor 374/menkes/PER/III/2010 tentang
pengendalian vector penyakit. Dikarenakan RSUD telah memiliki rencana
pengendalian vector penyakit, sehingga dampak berkembangnya vector
penyakit menjadi dampak tidak penting hipotetik namun tetap
akan dikelola dan
dipantau.
Timbulnya radiasi Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran akan menimbulkan timbulnya - - - - DTPH namun
radiasi dari aktivitas pengobatan pasien. Namun seperti yang sudah tetap dikelola
diuraikan dalam uraian kegiatan, pemrakarsa telah memiliki rencana kelola
yang jelas terkait radiasi. Dengan demikian dampak potensial timbulnya
radiasi menjadi dampak tidak penting hipotetik namun tetap
dikelola karena dampak radiasi tetap harus dilakukan pengelolaan dan
pemantauan.
Gangguan Lalu Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran akan menimbulkan bangkitan    - DPH
Lintas lalu lintas akibat aktivitas pasien maupun pengunjung yang datang ke
RSUD. Pengaturan sirkulasi lalu lintas dilakukan dengan menyediakan
pintu masuk dari RSUD Kabupaten Pangandaran dan pintu keluar di Jalan
Merdeka. Dengan demikian dampak potensial lalu lintas menjadi dampak
penting hipotetik.
Penurunan Kualitas Kegiatan penggunaan air terkait dengan pengaruhnya terhadap kualitas - - - - DTPH namun
Air permukaan air permukaan. Untuk mengatasi air yang berasal dari kegiatan domestic tetap dikelola
ini, pemrakarsa telah memiliki rencana menggunakan STP/IPAL agar air
yang dikeluarkan ke drainase sudah memenuhi baku mutu. Meskipun telah
memiliki rencana kelola, dikarenakan kualitas air permukaan menjadi
masukan dari masyarakat untuk dikelola sehingga dampak potensial
kualitas
air permukaan menjadi dampak tidak penting hipotetik namun tetap
dikelola.
Peningkatan air Kegiatan penggunaan air dengan adanya RSUD Kabupaten Pangandaran    - DPH
larian ini akan menyebabkan peningkatan air yang dibuang ke drainase menjadi
lebih banyak, dan dapat berakibat pada kemungkinan banjir di lokasi
kegiatan
dan sekitar lokasi. Kekhawatiran ini disampaikan juga oleh masyarakat pada
KRITERIA
DAMPAK Dikaji dalam
KEGIATAN EVALUASI DAMPAK POTENSIAL
POTENSIAL AMDAL (DPH)

1 2 3 4

saat sosialisasi/konsultasi publik. Sehigga dampak peningkatan air larian


menjadi dampak penting hipotetik.
Penurunan Operasional kegiatan RSUD Kabupaten Pangandaran tidak menggunakan - - - - Tidak DPH
kuantitas air tanah air tanah, namun 100% menggunakan air yang disuplai dari PDAM. Air
tanah dalam hanya digunakan sebagai cadangan. Hal ini didukung dengan
surat dari PDAM yang menyatakan mampu memenuhi kebutuhan air
operasional RSUD Kabupaten Pangandaran. Dikarenakan tidak menjadi
sumber air bersih operasional RSUD, sehingga dampak penurunan
kuantitas
air tanah tidak menjadi dampak penting hipotetik.
Gangguan Kegiatan operasional RSUD yang bersumber dari aktivitas poliklinik dan  - - - DPH
Kesehatan rawat jalan serta kegiatan lainnya dirumah sakit yang menimbulkan limbah
masyarakat padat baik B3 maupun Non B3, dan limbah cair baik B3 maupun non B3
yang tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan munculnya vector
penyakit dan pada akhirnya dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada
masyarakat. Mengingat lokasi tapak proyek berbatasan dengan pemukiman
penduduk dan area pendidikan, maka dampak gangguan kesehatan
masyarakat tergolong sebagai dampak penting hipotetik
Keresahan Apabila dampak primer dari operasional RSUD tidak dapat dikelola dengan     DPH
masyarakat baik, maka dikhawatirkan mempengaruhi kesehatan masyarakat yang
akibatnya menimbulkan kekhawatiran/kerasahan yang timbul di
masyarakat. Dampak keresahan masyarakat menjadi dampak penting
hipotetik.
Keterangan:
Kriteria berdasarkan buku panduan pelingkupan yang diterbitkan oleh KLH, yaitu:
1 = apakah beban terhadap komponen lingkungan tertentu sudah tinggi? Hal ini terlihat dari analisis data sekunder dan hasil pra survei.
2 = Apakah komponen lingkungan tersebut memegang peranan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat (nilai sosial dan ekonomi) dan terhadap komponen lingkungan
lainnya (nilai ekologis) sekitar? Hal ini terlihat dari hasil pra survei.
3 = Apakah ada kekhawatiran masyarakat yang tinggi tentang komponen lingkungan tersebut? Hal ini terlihat dari hasil konsultasi masyarakat.
4 = Apakah ada aturan atau kebijakan yang dilanggar oleh dampak tersebut? Hal ini terlihat dari peraturan-peraturan yang menetapkan baku mutu lingkungan.
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan dampak penting hipotetik (DPH) adalah :
Tabel 1.21 Dampak Penting Hipotetik
Dampak Penting Hipotetik Sumber Dampak
Tahap Pra Konstruksi
Keresahan Masyarakat  Survei
Tahap Konstruksi
Penurunan Kualitas Udara  Penyiapan Lahan
 Material dan Alat Berat
 Pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran dan
Prasarana Penunjang
Peningkatan Kebisingan  Penyiapan Lahan
 Material dan Alat Berat
 Pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran dan
Prasarana Penunjang
Penurunan Kualitas Air Permukaan  Penyiapan Lahan
 Pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran dan
Prasarana Penunjang
Peningkatan Air Larian  Pembangunan RSUD kabupaten Pangandaran dan
Prasarana Penunjang
Gangguan Lalu Lintas  Material dan Alat Berat
Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha  Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi
Keresahan Masyarakat  Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi
 Penyiapan Lahan
Tahap Operasi
Penurunan Kualitas Udara  Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
Peningkatan Kebisingan  Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
Peningkatan Kesempatan Kerja dan Berusaha  Penerimaan tenaga Kerja operasional
Gangguan Kesehatan Masyarakat  Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
Peningkatan Air Larian  Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
Keresahan Masyarakat  Penerimaan Tenaga Kerja operasional
 Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
Gangguan Lalu Lintas  Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
Selain dampak penting hipotetik (DPH), terdapat dampak lain yang tetap dikelola yaitu :
Tabel 1.22 Dampak Lain Yang Dikelola
Dampak Lain Yang Dikelola Sumber Dampak
Tahap Operasi
Timbulnya Radiasi  Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
Peningkatan Mikroorganisme  Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
Berkembangnya vector penyakit  Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
Penurunan Kualitas Air Permukaan  Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran

Proses dampak penting hipotetik kegiatan penyusunan AMDAL Pembangunan RSUD Kabupaten
Pangandaran, secara rinci dapat dilihat sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan I-86


ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran

RENCANA KEGIATAN
DAMPAK POTENSIAL

Tahap Tahap Pra Konstruksi DAMPAK PENTING HIPOTETIK


Survei Tahap Prakonstruksi
Perijinan 1. Keresahan Masyarakat
Tahap Konstruksi Tahap Prakonstruksi
Perencanaan 1. Keresahan Masyarakat
Konstruksi Penurunan kualitas udara
Penerimaan tenaga kerja Konstruksi Peningkatan kebisingan Tahap Konstruksi
Penyiapan Lahan Penurunan kualitas air permukaan 1. Penurunan Kualitas Udara
alat berat dan material Peningkatan air larian 2. Peningkatan Kebisingan
Pembangunan RSUD dan prasarana penunjang Gangguan Keanekaragaman Hayati 3. Penurunan Kualitas Air Permukaan
Timbulnya kesempatan kerja 4. Peningkatan air larian
Timbulnya Keresahan Masyarakat 5. Timbulnya kesempatan kerja
Tahap Operasional Gangguan lalu lintas 6. Keresahan Masyarakat
Penerimaan tenaga kerja 7. Gangguan lalu lintas
Operasional RSUD
Tahap Operasional
Penurunan kualitas udara
Peningkatan kebisingan Tahap Operasional
KOMPONEN LINGKUNGAN 1. Penurunan kualitas udara
Identifikasi Penurunan kualitas air permukaan Evaluasi Dampak Potensial2. Peningkatan kebisingan
Fisik Kimia
Dampak Penurunan Kuntitas air tanah
Penurunan Kualitas udara 3. Peningkatan air larian
Potensial Peningkatan Air Larian
Peningkatan Kebisingan 4. Timbulnya kesempatan kerja
Peningkatan mikroorganisme Timbulnya radiasi
Peningkatan Mikroorganisme 5. Keresahan masyarakat
Timbulnya radiasi 6. Gangguan Kesehatan Masyarakat
Penurunan Kualitas air permukaan Timbulnya kesempatan kerja
Keresahan Masyarakat 7. Gangguan lalu lintas
Penurunan Kuantitas air tanah
Peningkatan Air Larian Berkembangnya vektor penyakit
Gangguan Kesehatan masyarakat
Gangguan lalu lintas DAMPAK TIDAK PENTING HIPOTETIK
Biologi NAMUN DIKELOLA
1. Penurunan keanekaragaman hayati
Tahap Operasional
Sosekbud 1. Timbul Radiasi
Timbulnya Kesempatan kerja 2. Peningkatan Mikroorganisme
Keresahan Masyarakat 3. Berkembangnya vektor penyakit
4. Penurunan Kualitas Air Permukaan

Kesehatan Masyarakat
Berkembangnya vektor penyakit
Gangguan Kesehatan masyarakat
Tata Ruang Metode :
1. Gangguan Lalu Lintas Metode : Brain
Matriks, Stroming
Bagan alir
Konsultasi Publik

Kegiatan lain di sekitar

Gambar 1.33 Bagan Alir Pelingkupan

Bab 1 Pendahuluan I-87


ANDAL Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran

1.6 Lingkup Wilayah Studi


1.6.1 BatasProyek

Batas proyek adalah ruang dimana suatu rencana usaha dan / atau kegiatan akan
melakukan kegiatan prakonstruksi, konstruksi dan operasi. Dari ruang rencana usaha dan/
atau kegiatan inilah sumber dampak terhadap lingkungan hidup disekitarnya(Peta 1.2).Batas
proyek RSUD Kabupaten Pangandaranyangterletak di Desa Panunjang Kecamatan
Pangandaran adalah sebagai berikut :
• Sebelah Utara : Jalan Merdeka Barat
• Sebelah Barat : SD N 1 Pananjung dan SPBU
• Sebelah Timur : SMK N 1 Pangandaran
• Sebelah Selatan : Lahan Pertanian/ Saluran Drainase

1.6.2 Batas Ekologis

Batas ekologis yaitu ruang terjadinya sebaran dampak-dampak lingkungan dari suatu
rencana usaha dan/atau kegiatan yang akan dikaji, mengikuti media lingkungan masing-
masing (seperti air dan udara), dimana proses alami yang berlangsung dalam ruang
tersebut diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar. Batas ekologis ditentukan
berdasarkan oleh batasan ekosistem yang bersifat alami dan dapat terpengaruh kegiatan
terutama didasarkan pada sebaran dampak dari perubahan kualitas udara dan kualitas air.

Menilik perairan yang dipengaruhi oleh beragam kegiatan dan untuk membatasi wilayah
kajian studi ANDAL, maka lingkup batas ekologis, untuk badan air penerima dikaji dengan
memperhitungkan arah aliran run off, debit dan kecepatan air, sedangkan untuk udara telah
dianalisis berdasarkan kecepatan dan arah angin dominan. Ekologis perairan yang
diprakirakan dapat terkena dampak langsung oleh kegiatan proyek adalah drainase yang
berada disebelah selatan lokasi RSUD. Sedangkan sebaran dampak dari kualitas udara dari
rencana kegiatan RSUD ini telah dianalisis berdasarkan kecepatan angin yang bertiup di
lokasi kegiatan berkisar antara 2,7 s/d 4,4 km/jam dengan pergerakan arah angin yang
dipengaruhi oleh angin darat dan angin laut (pergerakan angin dominan menuju arah
selatan) karena laut berada persis disebelah selatan rencana kegiatan RSUD, sehingga batas
ekologis udara berada pada radius ±500 m yang dipengaruhi oleh arah angin dominan
menuju selatan. maka resultant dari dampak kualitas air dan kualitas udara adalah batas
ekologis.

BAB 1 Pendahuluan I - 88
ANDAL Pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Pangandaran

1.6.3 Batas Sosial


Batas sosial adalah ruang di sekitar rencana usaha dan/atau kegiatan yang merupakan
tempat berlangsungnya berbagai interaksi sosial yang mengandung norma dan nilai tertentu
yang sudah mapan (termasuk sistem dan struktur sosial), sesuai dengan proses dinamika
sosial suatu kelompok masyarakat, yang diperkirakan akan mengalami perubahan mendasar
akibat suatu rencana usaha dan/atau kegiatanpembangunan RSUD Kabupaten
Pangandaran.Dengan demikian, maka ditetapkan batas sosial yaitu pemukiman yang berada
di sebelah utara tapak proyek yaitu pemukiman warga RW.03 dan sarana pendidikan yang
berada di sebelah timur dan barat tapak proyek.

1.6.4 Batas Administratif


Batas Administratif adalah ruang dimana masyarakat dapat secara leluasa melakukan
kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku di dalam ruang tersebut. Dengan demikian, maka ditetapkan batas
administratif yaitu Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran, Kabupaten Pangandaran.

1.6.5 Batas Wilayah Studi


Batas wilayah studi adalah ruang yang merupakan kesatuan dari keempat wilayah di atas,
namun penentuannya disesuaikan dengan kemampuan pelaksana yang biasanya memiliki
keterbatasan sumber data, seperti waktu, dana, tenaga, teknik dan metode telaahan. Batas
wilayah studi dapat dilihat pada Peta 1.2.

1.6.6 Batas Waktu Kajian


Batas waktu kajian adalah batas waktu yang akan digunakan dalam melakukan prakiraan
dan evaluasi dampak dalam kajian ANDAL. Batas waktu kajian dalam kegiatan ini :

Tabel 1.23 Batas Waktu Kajian


Batas
Dampak Penting
Sumber Dampak Waktu Keterangan
Hipotetik Kajian
Tahap Pra Konstruksi
Timbulnya  Survei  3 bulan  Menigingat durasi survei berlangsung dalam
Keresahan waktu 3 bulan.
Masyarakat
Tahap Konstruksi
Penurunan Kualitas  Penyiapan lahan  4 bulan  Menigingat durasi penyiapan lahan
Udara berlangsung dalam waktu 4 bulan.

Bab 1 Pendahuluan I-89


Batas
Dampak Penting
Sumber Dampak Waktu Keterangan
Hipotetik
Kajian
 Material dan Alat Berat  12 bulan  mengingat diharapkan durasi proses
material dan alat berat berlangsung dalam
waktu 12 bulan
 Pembangunan RSUD  11 bulan  mengingat diharapkan durasi proses
Kabupaten Pangandaran pembangunan RSUD Kabupaten
dan prasarana penunjang Pangandaran dan prasarana penunjang
berlangsung dalam waktu 11 bulan
Peningkatan  Penyiapan lahan  4 bulan  Menigingat durasi penyiapan lahan
Kebisingan berlangsung dalam waktu 4 bulan.
 Material dan Alat Berat  12 bulan  mengingat diharapkan durasi proses
material dan alat berat berlangsung dalam
waktu 12 bulan
 Pembangunan RSUD  11 bulan  mengingat diharapkan durasi proses
Kabupaten pembangunan RSUD Kabupaten
Pangandarandan Pangandaran dan prasarana penunjang
prasarana penunjang berlangsung dalam waktu 11 bulan
Penurunan Kualitas  Penyiapan lahan  4 bulan  Menigingat durasi penyiapan lahan
Air Permukaan berlangsung dalam waktu 4 bulan.
 Pembangunan RSUD  11 bulan  mengingat diharapkan durasi proses
Kabupaten Pangandaran pembangunan RSUD Kabupaten
dan prasarana penunjang Pangandaran dan prasarana penunjang
berlangsung dalam waktu 11 bulan
Peningkatan Air  Pembangunan RSUD  11 bulan  mengingat diharapkan durasi proses
Larian Kabupaten Pangandaran pembangunan RSUD Kabupaten
dan prasarana penunjang Pangandaran dan prasarana penunjang
berlangsung dalam waktu 11 bulan
Gangguan Lalu  Material dan Alat Berat  12 bulan  mengingat diharapkan durasi proses
Lintas material dan alat berat berlangsung dalam
waktu 12 bulan
Timbulnya  Penerimaan tenaga  2 bulan  mengingat diharapkan durasi proses
Kesempatan Kerja Kerja konstruksi Penerimaan dan Mobilisasi Tenaga Kerja
dan Berusaha berlangsung dalam waktu 2 bulan.
Keresahan  Penerimaan tenaga  2 bulan  mengingat diharapkan durasi proses
Masyarakat Kerja konstruksi Penerimaan dan Mobilisasi Tenaga
Kerja
berlangsung dalam waktu 2 bulan pada
awal tahap konstruksi.
Tahap Operasi
Penurunan Kualitas  Operasional RSUD  5 tahun  Dampak terjadi sejak mulai
Udara Kabupaten beroperasinya RSUD akibat kegiatan lalu
Pangandaran lintas pegawai dan pengunjung rumah
sakit, dan diprakirakan akan terus
berlanjut selama operasional RSUD.
 Perkembangan wilayah Pangandaran
sebagai Kabupaten baru berkembang
cukup pesat dan signifikan sehingga
dimungkinkan akan terjadi
pengembangan kedepannya, sehingga
batas waktu kajian
selama 5 tahun dirasa cukup memadai
Peningkatan  Operasional RSUD  5 tahun  Perkembangan wilayah Pangandaran
Kebisingan Kabupaten sebagai Kabupaten baru berkembang cukup
Pangandaran pesat dan signifikan sehingga dimungkinkan
akan terjadi pengembangan kedepannya,
Batas
Dampak Penting
Sumber Dampak Waktu Keterangan
Hipotetik
Kajian
sehingga batas waktu kajian selama 5
tahun dirasa cukup memadai
Timbulnya  Penerimaan Tenaga Kerja  1 tahun  Dampak terjadi sejak awal penerimaan
Kesempatan Kerja tenaga kerja, dan berlangsung selama satu
dan Berusaha tahun pertama karena pada tahun
pertama
inilah akan terjadi perekrutan tenaga kerja
secara besar-besaran
Gangguan  Operasional RSUD  5 tahun  Perkembangan wilayah Pangandaran
Kesehatan Kabupaten sebagai Kabupaten baru berkembang cukup
Masyarakat Pangandaran pesat dan signifikan sehingga dimungkinkan
akan terjadi pengembangan kedepannya,
sehingga batas waktu kajian selama 5
tahun dirasa cukup memadai
Gangguan Lalu  Operasional RSUD  5 tahun  Perkembangan wilayah Pangandaran
Lintas Kabupaten sebagai Kabupaten baru berkembang cukup
Pangandaran pesat dan signifikan sehingga dimungkinkan
akan terjadi pengembangan kedepannya,
sehingga batas waktu kajian selama 5
tahun dirasa cukup memadai
Peningkatan Air  Operasional RSUD  5 tahun  Perkembangan wilayah Pangandaran
larian Kabupaten sebagai Kabupaten baru berkembang cukup
Pangandaran pesat dan signifikan sehingga dimungkinkan
akan terjadi pengembangan kedepannya,
sehingga batas waktu kajian selama 5
tahun dirasa cukup memadai
Timbulnya  Operasional RSUD  5 tahun  Perkembangan wilayah Pangandaran
Keresahan Kabupaten sebagai Kabupaten baru berkembang cukup
masyarakat Pangandaran pesat dan signifikan sehingga dimungkinkan
akan terjadi pengembangan kedepannya,
sehingga batas waktu kajian selama 5
tahun dirasa cukup memadai
ANDAL Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran

ANALISIS DAMPAK
LINGKUNGAN (ANDAL)
PEMBANGUNAN RSUD KAB.
PANGANDARAN

PETA 1.2 Batas Wilayah Studi

Keterangan:

= Batas Proyek

= Batas Sosial

= Batas Ekologi

= Batas Wilayah Studi

BAB 1 Pendahuluan I - 92
ANDAL Pembangunan RSUD Kab. Pangandaran

Tabel 1.24 Ringkasan Proses Pelingkupan


N Deskripsi Komponen Wilayah Studi Batas
o Rencana Lingungan Pelingkupan Waktu
Kegiatan yang Terkena Kajian
Berpotensi Dampak Dampak Evaluasi Dampak Potensial Dampak
Menimbulkan Potensial Penting
Dampak Hipotetik
Lingkungan (DPH)
1. Konstruksi : Komponen Penurunan Pengangkutan alat berat dan material, DPH Sekitar lokasi Konstruksi :
Penyiapan lahan, Fisik Kimia Kualitas pekerjaan tanah serta pelaksanaan konstruksi kegiatan dan batas 12 bulan
pengangkutan Udara bangunan serta operasional kegiatan RSUD Kab. ekologis dari
material dan alat Pangandaran akan menimbulkan debu dan persebaran dampak Operasi :
berat, pencemar udara lainnya di udara. Mengingat 5 tahun
pembangunan lokasi kegiatan berdekatan langsung dengan
RSUD Kabupaten areal pendidkan dan pemukiman penduduk.
Pangandaran dan Dampak penurunan kualitas udara dapat
Prasarana dirasakan baik oleh masyarakat sekitar lokasi
Penunjang. kegiatan maupun para pekerja yang terlibat
kegiatan tersebut, sehingga dampak tersebut
Operasi : merupakan dampak penting hipotetik.
Operasional
RSUD

2. Konstruksi : Komponen Peningkatan Kegiatan pengangkutan alat dan material, DPH Sekitar lokasi Konstruksi :
Penyiapan lahan, Fisik Kimia Kebisingan penggunaan alat-alat berat saat pekerjaan kegiatan dan batas 12 bulan
material dan alat tanah serta pelaksanaan konstruksi dapat ekologis dari
berat, menimbulkan bunyi yang menyebabkan persebaran dampak Operasi :
pembangunan terjadinya dampak peningkatan kebisingan. 5 tahun
RSUD Kabupaten Mengingat lokasi kegiatan berdekatan langsung
Pangandaran dan dengan areal pendidkan dan pemukiman
prasarana penduduk.
Penunjang.
Pada tahap operasional Pembangunan RSUD
Operasi : Kabupaten Pangandaran diperkirakan terjadi

BAB 1 Pendahuluan I- 93
N Deskripsi Komponen Wilayah Studi Batas
o Rencana Lingungan Pelingkupan Waktu
Kegiatan yang Terkena Kajian
Berpotensi Dampak Dampak Evaluasi Dampak Potensial Dampak
Menimbulkan Potensial Penting
Dampak Hipotetik
Lingkungan (DPH)
Penggunaan peningkatan intensitas kebisingan oleh adanya
energi, kendaraan operasional karyawan dan
penggunaan pengunjung, serta operasional genset dll, maka
bahan bakar dan akan berdampak pada kenyamanan dan
pelumas, ketenangan warga mengingat lokasi kegiatan
Timbulan limbah, berdekatan langsung dengan areal pendidkan
operasional RSUD dan pemukiman penduduk sehingga dampak
tersebut merupakan dampak penting
hipotetik.
3. Konstruksi : Komponen Penurunan Kegiatan konstruksi yang meliputi pekerjaan DPH Sekitar lokasi Konstruksi :
Penyiapan lahan, Fisik Kimia Kualitas Air persiapan, pekerjaan pondasi, pekerjaan (konstruksi) kegiatan dan batas 12 bulan
pembangunan Permukaan struktur hingga pekerjaan landscape bersifat ekologis dari
RSUD Kabupaten tidak terus menerus dan dilakukan secara DTPH persebaran dampak Operasi :
Pangandaran dan bertahap. Kegiatan ini dapat menyebabkan air (operasi) 5 tahun
prasarana yang mengalir ke drainase pada tahap ini
penunjang membawa material serta membawa air yang
bersumber dari kegiatan domestic pekerja,
Operasi : sehingga dikhawatirkan akan mempengaruuhi
Penggunaan air, kondisi kualitas air permukaan.
kegiatan
penghematan Pembuangan air limbah saat operasional dan
energy dan air pemeliharaan RSUD dapat mengakibatkan
penurunan terhadap penurunan kualitas badan
air penerima, akan tetapi limbah cair tersebut
akan dialirkan ke saluran umum, yang
sebelumnya di olah di IPAL sehingga dampak
tersebut merupakan dampak tidak penting
hipotetik.
N Deskripsi Komponen Wilayah Studi Batas
o Rencana Lingungan Pelingkupan Waktu
Kegiatan yang Terkena Kajian
Berpotensi Dampak Dampak Evaluasi Dampak Potensial Dampak
Menimbulkan Potensial Penting
Dampak Hipotetik
Lingkungan (DPH)

4. Konstruksi : Komponen Peningkatan Pembangunan RSUD Kabupaten Pangandaran DPH Sekitar lokasi Konstruksi :
pembangunan Fisik Kimia Air Larian mengakibatkan perubahan tutupan lahan yang kegiatan dan batas 12 bulan
RSUD Kabupaten menjadikan luasan lahan terbangun menjadi ekologis dari
Pangandaran dan bertambah. Selain itu adanya keresahan persebaran dampak Operasi :
prasarana masyarakat terkait seringnya terjadi banjir di 5 tahun
penunjang wilayah sekitar rencana tapak proyek.
(berubahnya
tutupan lahan Kegiatan penggunaan air dengan adanya
dari lahan operasional RSUD Kabupaten Pangandaran ini
terbuka hijau akan menyebabkan peningkatan air yang
menjadi dibuang ke drainase menjadi lebih banyak, dan
lahan terbangun) dapat berakibat pada kemungkinan banjir di
lokasi kegiatan dan sekitar lokasi. Kekhawatiran
Operasi : ini disampaikan juga oleh masyarakat pada saat
operasional RSUD sosialisasi/konsultasi publik.
Kab. Sehigga dampak peningkatan air larian menjadi
Pangandaran dampak penting hipotetik.
(penggunaan air
selama
operasional)
5. Konstruksi : Komponen Gangguan Pengangkutan bahan bangunan untuk DPH Sekitar lokasi Konstruksi :
Pengangkutan Lalu Lintas Lalu Lintas pembuatan RSUD jalan aksesnya direncanakan kegiatan dan batas 12 bulan
material dan alat melalui Jl. Merdeka dengan ritase kendaraan ekologis dari
berat sebesar 5 unit truk/hari, dengan demikian persebaran dampak Operasi :
adanya penambahan truk tersebut akan 5 tahun
Operasi : diperkirakan menyebabkan terjadinya
Operasional kemacetan.
RSUD
N Deskripsi Komponen Wilayah Studi Batas
o Rencana Lingungan Pelingkupan Waktu
Kegiatan yang Terkena Kajian
Berpotensi Dampak Dampak Evaluasi Dampak Potensial Dampak
Menimbulkan Potensial Penting
Dampak Hipotetik
Lingkungan (DPH)
Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran
akan menimbulkan bangkitan lalu lintas akibat
aktivitas pasien maupun pengunjung yang
datang ke RSUD.
Sehingga dampak gangguan lalu lintas
merupakan dampak penting hipotetik
6. Konstruksi : Komponen Peningkatan Dengan adanya kegiatan pembangunan RSUD DPH Sekitar lokasi kegiatan Konstruksi :
penerimaan Sosial, kesempatan Kabupaten Pangandaran di tahap konstruksi dan batas sosial 12 bulan
tenaga kerja Ekonomi kerja dan maupun operasional RSUD Kabupaten
konstruksi dan Budaya berusaha Pangandaran, dibutuhkan tenaga kerja sebesar Operasi :
400 orang untuk konstruksi dan 855 orang 5 tahun
Operasi : untuk operasional, yang diharapkan berasal dari
Penerimaan masyarakat sekitar. Dengan demikian maka
tenaga kerja timbulnya kesempatan kerja adalah merupakan
operasional dampak penting hipotetik
7. Pra konstruksi : Komponen keresahan Keresahan masyarakat dimaksudkan sebagai DPH Sekitar lokasi kegiatan Pra
survei Sosial, Masyarakat tingkat dukungan, persetujuan atau penolakan dan batas sosial kosntruksi :
Ekonomi warga terhadap keberadaan proyek. Dampak 6 bulan
Konstruksi : dan Budaya keresahan masyarakat muncul apabila dampak-
penerimaan dampak yang terjadi tidak ditangani dengan Konstruksi :
tenaga kerja baik. Dengan demikian maka Keresahan 12 bulan
konstruksi dan masyarakat adalah merupakan dampak
penyiapan lahan penting hipotetik Operasi :
5 tahun
Operasi :
Penerimaan
tenaga kerja
operasional dan
N Deskripsi Komponen Wilayah Studi Batas
o Rencana Lingungan Pelingkupan Waktu
Kegiatan yang Terkena Kajian
Berpotensi Dampak Dampak Evaluasi Dampak Potensial Dampak
Menimbulkan Potensial Penting
Dampak Hipotetik
Lingkungan (DPH)
operasional RSUD
Pangandaran
(tidak
terkelolanya
dampak-dampak
yang dihasilkan)
8. Operasi : Komponen Gangguan Kegiatan operasional RSUD yang bersumber dari DPH Sekitar lokasi Operasi :
Operaional RSUD Kesehatan Kesehatan aktivitas poliklinik dan rawat jalan serta kegiatan kegiatan dan batas 5 tahun
Masyarakat Masyarakat lainnya dirumah sakit yang menimbulkan limbah ekologis dari
padat baik B3 maupun Non B3, dan limbah cair persebaran dampak
baik B3 maupun non B3 yang tidak dikelola
dengan baik dapat menyebabkan munculnya
vector penyakit dan pada akhirnya dapat
menimbulkan gangguan kesehatan pada
masyarakat. Mengingat lokasi tapak proyek
berbatasan dengan pemukiman penduduk dan
area pendidikan, maka dampak penurunan
kualitas udara tergolong sebagai dampak
penting hipotetik
9. Operasi : Komponen Timbulnya Operasional RSUD Kabupaten Pangandaran DTPH Sekitar lokasi Operasi : 5
Operasional Fisika-kimia Radiasi akan menimbulkan timbulnya radiasi dari namun kegiatan dan batas tahun
RSUD aktivitas pengobatan pasien. Namun seperti Tetap ekologis dari
yang sudah diuraikan dalam uraian kegiatan, dikelola persebaran dampak
pemrakarsa telah memiliki rencana kelola yang
jelas terkait radiasi. Dengan demikian dampak
potensial timbulnya radiasi menjadi dampak
tidak penting hipotetik namun tetap dikelola
karena dampak
radiasi tetap harus dilakukan pengelolaan dan
N Deskripsi Komponen Wilayah Studi Batas
o Rencana Lingungan Pelingkupan Waktu
Kegiatan yang Terkena Kajian
Berpotensi Dampak Dampak Evaluasi Dampak Potensial Dampak
Menimbulkan Potensial Penting
Dampak Hipotetik
Lingkungan (DPH)
pemantauan, Sehingga dampak ini menjadi
dampak tidak penting hipotetik namun
tetap dikelola
10. Operasi : Komponen Peningkatan Penularan penyakit dapat berupa tertularnya DTPH Sekitar lokasi Operasi : 5
Operasional Fisik Kimia Mikroorganis penunjung sehat dengan suatu penyakit di namun kegiatan dan batas tahun
RSUD me rumah sakit, melalui kontak tidak langsung, tetap ekologis dari
misalnya dengan perantara udara (airborne dikelola persebaran dampak
disesase atau elroplet infection) atau dapat juga
kontak langsung (bersentuhan).
Penderita/pasien dapat juga mengalami infeksi
nosokomial (atau hospital epidemiology), di
mana penderita mendapat infeksi baru dari
mikroorganisme di rumah sakit. Sedangkan
antar penderita yang dirawat di rumah sakit
mempunyai potensi untuk saling menularkan,
yang disebut infeksi silang (cross infection),
makin tinggi daya penularan mikro organisme
akan menyebabkan makin luas penyakit
epidemiologi di rumah sakit. Sehingga
dampak
ini menjadi dampak tidak penting
hipotetik namun tetap dikelola.
11. Operasi : Komponen Berkembang Sisa bahan makanan dari kegiatan dapur, DTPH Sekitar lokasi kegiatan Operasi : 5
Operasional Kesehatan nya Vektor pelayanan makanan di ruang rawat inap dan namun dan batas sosial tahun
RSUD masyarakat Penyakit kegiatan pengunjung rumah sakit serta tetap
genangan air dari kegiatan rumah sakit (bak dikelola
mandi, kolam taman, persedian air di dapur)
dapat menyebabkan berkembangnya vektor
penyakit. Hewan vektor yang mungkin
N Deskripsi Komponen Wilayah Studi Batas
o Rencana Lingungan Pelingkupan Waktu
Kegiatan yang Terkena Kajian
Berpotensi Dampak Dampak Evaluasi Dampak Potensial Dampak
Menimbulkan Potensial Penting
Dampak Hipotetik
Lingkungan (DPH)
berkembang adalah kecoa, lalat, tikus, dan
nyamuk, namun pemrakarsa telah memiliki
rencan pengelolaan yang diwajibkan oleh
pemerintah sesuai permenkes sehingga menjadi
dampak tidak penting hipotetik namun
tetap dikelola

Anda mungkin juga menyukai