PH 1
PH 1
PH 1
Bambang Siswanto
Abstract
Soil nutrient availability maps are needed to be used as a basis for managing
fertilizer use, as well as soil acidity (pH) values. If the nutrient status of N, P, K and soil
acidity is known, it is expected that the dosage of fertilization of each land can be done
in accordance with thenutrient status. It can also reduce the cost of fertilization. This
study aims to determine the factors of land affecting the distribution of nutrients N P K
and soil pH. The research was conducted in Gugut Village, Rambipuji District, Jember
from June to August 2016. The research was conducted by using free grid survey
method with semi-detailed survey rate of 1: 25.000 scale. The distribution pattern of
each nutrient status was analyzed by matrix method approach to find out the factors
that most influence the distribution of nutrients N, P, K and pH.
From the result of research, map of nutrient distribution of N, P, K is almost
similar to the result of geological map overlay, landform, land use and altitude.
According to Wilding and Drees (1983), the diversity of nutrient status can be due to
differences in lithology / parent material, climate, erosion, biological influences, and
hydrology. The N, P, K soil availability map only meets 32.76% of the elevation map
section. Therefore, the temporal nutrient status mapping can not be generated based on
existing land map units so it is advisable to use the rigid grid method. While soil pH
maps are almost similar to overlays between geological maps, landforms, land use and
climate.
Ion ammonium yang bermuatan positif primer yang tidak dapat terserap oleh
akan terikat oleh koloid tanah, tidak tanaman, sekitar 1-10 % terjebak dalam
mudah hilang oleh proses pencucian, dan koloid tanah karena kalium bermuatan
dapat dimanfaatkan oleh tanaman setelah positif, sisanya hanya 1-2 % terdapat
melalui proses pertukaran kation. dalam larutan tanah dan tersedia bagi
Nitrogen tidak tersedia dalam bentuk tanaman (Ispandi A, 2000). Unsur K
mineral alami seperti unsur hara lainnya. tidak mudah dipindahkan pada sebagian
Sumber nitrogen terbesar berasal dari besar tanah. Perpindahan atau
atmosfer, dan dapat masuk ke tanah pergerakan K terutama melalui proses
melalui air hujan atau udara yang diikat difusi. Jika dibandingkan dengan nitrat,
oleh bakteri pengikat nitrogen seperti unsur K kurang mobile, tetapi lebih mobile
Rhizobium sp. Bakteri memiliki daripada unsur P. Pada tanah-tanah
kemampuan menyediakan 50-70% berpasir dengan KTK rendah, Kalium
kebutuhan dari nitrogen yang dibutuhkan dapat digerakkan melalui proses aliran
oleh tanaman (Bhattacharyya, et.al.,2008). massa, dan kehilangan dari tanah
Dengan demikian sebaran kandungan permukaan akan terjadi, terutama setelah
nitrogen dalam tanah sangat erat hujan lebat. Kehilangan K dapat
berhubungan dengan perbedaan bahan diminimalkan dengan menerapkan
induk tanah, iklim dan cara pengelolaan. praktek pengendalian erosi yang baik dan
Selanjutnya Andri N dan Sudjudi (2002) benar, mempertahankan pH yang baik
mengemukakan bahwa ketersediaan untuk meningkatkan KTK tanah,
fosfor di dalam tanah dipengaruhi oleh mengembalikan sisa organik, dan
banyak faktor, akan tetapi yang paling menggunakan aplikasi terpisah untuk
penting ialah pH tanah. Fosfor akan mengurangi kehilangan melalui
bereaksi dengan ion besi dan aluminium pencucian pada tanah-tanah dengan
dan membentuk besi fosfat dan KTK rendah.
aluminium fosfat yang sukar larut dalam Ketersediaan unsur hara sangat
air sehingga tidak dapat digunakan oleh terkait dengan aktivitas ion H+ atau pH
tanaman pada tanah yang memiliki pH dalam larutan tanah. Menurunnya pH
rendah atau masam. Fosfor akan bereaksi tanah secara langsung meningkatkan
dengan ion kalsium dan membentuk kelarutan unsur Mn, Zn, Zu dan Fe.
kalsium fosfat yang sukar larut sehingga Pada pH kurang dari sekitar 5,5 tingkat
tidak dapat digunakan oleh tanaman pada meracun dari unsur Mn, Zn atau Al
tanah yang memiliki pH tinggi atau bertambah. Ketersediaan unsur N, K, Ca,
alkalis (Dhage, et. al., 2014). Oleh karena Mg, dan S cenderung menurun dengan
itu, pH tanah perlu diperhatikan dalam menurunnya pH. Pengaruh pH pada
pemupukan fosfor. Faktor lain yang unsur P dan unsur B tidak langsung,
menentukan ketersediaan fosfor dalam karena ketersediaan unsur ini tergantung
tanah ialah aerasi tanah, suhu, bahan pada pembentukan senyawa kurang larut
organik, dan ketersediaan unsur hara lain. dengan Al, Fe, Mn, dan Ca, yang
Dari ketiga unsur hara makro dipengaruhi oleh pH. Sebagai akibatnya,
yang diserap tanaman (N, P dan K), ketersediaan P dan B menurun, baik pada
kalium lah yang jumlahnya paling pH tinggi maupun rendah dengan
melimpah di permukaan bumi. Tanah ketersediaan maksimun pada kisaran pH
mengandung 400-650 kg kalium untuk 5,5-7,0. Menurut Triharto, et.al. (2014),
93 m2 (pada kedalaman 15,24 cm). tanah dapat bersifat masam karena
Sekitar 90-98 % berbentuk mineral berkurangnya kation kalsium,
111
magnesium, kalium atau natrium. Terlalu tidak dapat diidentifikasi dengan jelas
banyaknya pupuk nitrogen seperti ZA apabila terdapat interaksi.
juga dapat menyebabkan tanah menjadi Menurut Sukarman et al., (2012),
masam, karena reaksinya di dalam tanah tingkat pemetaan status hara tanah
menyebabkan peningkatan konsentrasi mengikuti tingkat pemetaan untuk
ion H+. pemetaan tanah, yaitu ultra detail (skala
Perbedaan status hara atau 1:> 5.000), detail (skala 1:5.000-10.000),
keragaman sifat tanah secara ruang semi detail (skala 1:25.000-50.000), tinjau
dikelompokkan kedalam dua golongan, mendalam (skala 1:50.000-100.000),
yaitu keragaman sistematik dan tinjau (skala 1:100.000-500.000),
keragaman acak. Keragaman sistematik eksplorasi (skala 1:1.000.000-2.500.000)
memberikan gambaran bahwa sebaran dan bagan (skala < 1:2.500.000).
unsur hara dalam tanah berubah secara Pemetaan tanah yang pernah dilakukan di
berangsur atau secara jelas atau menurut Indonesia umumnya berskala 1: 250.000
kecenderungan tertentu. Penyebab atau yang lebih besar. Metode pemetaan
keragaman sistematis yaitu perbedaan status hara tanah sawah yang dilakukan
topografi, litologi, iklim, aktivitas biologi umumnya menggunakan grid sistem.
dan umur suatu wilayah. Untuk wilayah Penelitian mengenai pemetaan status
yang tidak luas, keragaman mungkin hara sudah dilakukan oleh beberapa
berkaitan dengan posisi geomorfik dan peneliti sebelumnya. Ritchie S (2007)
litologi/bahan induk, vegetasi dan iklim. melakukan penelitian pemetaan status
Hasil penelitian Sukarman et al., (2012) hara P dan K pada lahan sawah irigasi di
menunjukkan bahwa perbedaan bahan Kabupaten Bima dengan menggunakan
induk tanah dalam suatu landskap dapat metode survei grid. Pemetaan status
menjadi penyebab perbedaan sifat-sifat unsur hara dengan metode grid
tanah dan terdapat suatu hubungan yang membutuhkan biaya yang besar, karena
jelas antara perbedaan sifat-sifat tanah diperlukan contoh tanah yang banyak
dengan posisinya di dalam lanskap. dan waktu yang lama. Untuk itu perlu
Wilding dan Drees (1983) dicari metode pemetaan yang lebih
mengemukakan bahwa keragaman acak murah namun tetap dapat menghasilkan
adalah keragaman sifat tanah secara peta yang bisa mencemirkan sebaran
lateral maupun vertikal sifat tanah yang unsur hara di lapang. Tujuan
disebabkan oleh beberapa faktor berikut: dilakukannya penelitian ini adalah, untuk
(1) Perbedaan litologi: fungsi dari mendapatkan peta dasar (kerja)yang
susunan fisika, kimia dan mineralogi dari paling sesuai untuk digunakan sebagai
bahan induk yang mencerminkan asal alat untuk melaksanakan pemetaan
bahan induk, mekanisme transport dan sebaran unsur hara N P K dan pH tanah.
sejarah perkembangannya. (2) Perbedaan
intensitas hancuran: fungsi dari jenis dan Metode Penelitian
mekanisme hancuran, pembentukan dan Penelitian ini dilaksanakan di
pengangkutan hasil hancuran dan evolusi Desa Gugut, Kecamatan Rambipuji,
landskap. (3) Perbedaan erosi dan Jember pada bulan Juni 2015 sampai
deposisi: fungsi dari stabilitas landskap Agustus 2016. Analisis tanah dilakukan di
dan proses-proses geomorfik. Faktor Laboratorium Kimia Tanah Jurusan
tersebut di atas pengaruhnya dapat Tanah Universitas Brawijaya, sedangkan
diidentifikasi secara visual dan terukur. analisis spasial dan pemetaan dilakukan
Pengaruh dari faktor tersebut sulit atau di Laboratorium Sistem Informasi
112
Geografis, Jurusan Tanah Universitas digunakan. Setiap satuan peta lahan akan
Brawijaya. memiliki status unsur hara masing-
Penelitian dilaksanakan dengan masing, kemudian sebaran status unsur
metode survei grid bebas dengan tingkat tersebut akan membentuk pola tertentu.
survei semi detail skala 1:25.000. Metode Pola yang terbentuk dari sebaran status
grid bebas merupakan perpaduan metode unsur yang diamati akan dianalisis
grid kaku dan metode grid fisiografis. dengan pendekatan metode matriks
Pengamatan lapangan dilakukan seperti untuk mendapatkan kombinasi peta
pada grid kaku, tetapi jarak pengamatan dasar yang dapat digunakan untuk
tidak perlu sama dalam dua arah dan menyusun sebaran tersebut, atau untuk
tergantung fisiografi daerah survei. Jika mendapatkan kombinasi
terjadi perubahan fisiografi yang Informasi status hara masing-
mencolok dalam jarak dekat, maka perlu masing unsur akan ditambahkan kedalam
pengamatan yang lebih rapat, sedangkan attribute peta dan selanjutnya akan diolah
jika landformrelatif seragam maka jarak menjadi peta status hara N P K dan pH
pengamatan dapat dilakukan berjauhan. tanah. Pembuatan peta sebaran
Lokasi pengambilan contoh tanah berdasarkan SPL dilakukan dengan cara
terlihat seperti pada Gambar 1. menentukan status unsur hara pada suatu
Pola sebaran masing-masing SPL dengan memperhatikan status yang
status unsur hara dianalisis dengan dominan pada SPL tersebut dan
pendekatan metode matriks untuk memperhatikan adanya inklusi peta. Peta
mengetahui peta dasar yang dapat sebaran status hara N P K tersebut
digunakanuntuk menyusun peta sebaran kemudian digabungkan atau overlay
dari masing-masing unsur hara yang menjadi satu peta yang mewakili seluruh
diamati. Metode matriks digunakan unsur yang diamati.
untuk mendapatkan kombinasi peta yang Model peta yang dihasilkan
dapat membentuk pola yang paling kemudian perlu dilakukan validasi untuk
menyerupai peta sebaran unsur hara yang mengetahui kesesuaian informasi antara
diamati. Oleh karena itu, perlu dilakukan status ketersediaan N P K pada peta dan
beberapa percobaan untuk mendapatkan di lapangan. Validasi dilakukan dengan
hasil overlay peta yang paling menyerupai mengambil contoh tanah pada beberapa
peta sebaran unsur hara yang diamati. titik secara acak dan di analisis sesuai
Peta sebaran masing-masing unsur yang dengan parameter pengamatan. Hasil
telah diberi skor pada setiap status analisis tersebut kemudian ditentukan
selanjutnya di-overlay untuk mendapatkan status ketersediaan N P K tanahnya.
Peta Ketersediaan N P K Tanah. Peta Analisis statistik digunakan untuk
Ketersediaan N P K Tanah yang memudahkan interpretasi data penelitian
dihasilkan selanjutnya diuji kevalidannya yang diperoleh. Analisis yang digunakan
dengan menggunakan uji-t berpasangan. ialah Uji-t berpasangan. Uji-t digunakan
Matriks digunakan sebagai analisis untuk menentukan perbedaan antara
yang dilakukan untuk mengetahui faktor permodelan peta ketersediaan unsur hara
yang mempengaruhi bentuk sebaran dengan validasi. Apabila tidak terdapat
unsur hara N P K dan pH tanah melalui perbedaan antara permodelan dengan
overlay beberapa peta yang digunakan dan validasi, maka permodelan peta
disajikan dalam bentuk tabel. Faktor yang kesuburan dapat digunakan. Analisis
dimaksud mempengaruhi bentuk sebaran statistik dilakukan menggunakan software
unsur merupakan peta dasar yang SPSS 16.
113
Berikut merupakan alur tahapan mendapatkan hasil peta status unsur hara
penelitian yang telah dilakukan hingga yang diamati.
Analisis matriks digunakan untuk Peta Jenis Tanah, Peta Geologi, Peta
mengetahui faktor yang dapat Bentuk Lahan, Peta Penggunaan Lahan,
mempengaruhi sebaran status unsur hara Peta Ketinggian Tempat, dan Peta
melalui hasil overlay beberapa peta yang Kelerengan. Status hara masing-masing
digunakan. Peta yang digunakan untuk titik pengamatan dan Matriks
mengetahui faktor sebaran tersebut ialah ditunjukkan pada Tabel 3 dan Tabel 4.
121
Berdasarkan uji matriks, sebaran geologi dan peta bentuk lahan yang
unsur N didapatkan dengan melakukan seragam pada wilayah Desa Gugut yaitu
overlay peta yaitu peta geologi, peta formasi breksi Argopuro dan dataran
bentuk lahan dan peta penggunaan lahan. vulkanik tua (V.3.1).
Sebaran status unsur N pada Desa Gugut Bentuk sebaran dari status hara
merata pada semua SPL yaitu sangat N seragam sesuai dengan hasil overlay
tinggi. Oleh karena itu, bentuk dari peta geologi, bentuk lahan dan
sebaran unsur N akan didapatkan dengan penggunaan lahan. Menurut Wilding dan
melakukan overlay peta tersebut Drees (1983), keragaman status hara
dikarenakan bentuk sebaran dari peta dapat disebabkan oleh perbedaan
122