4687 9309 1 SM

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 37

Rusli Alibasyah (2016) J.

Floratek 11 (1): 75-87


PERUBAHAN BEBERAPA SIFAT FISIKA DAN KIMIA ULTISOL AKIBAT
PEMBERIAN PUPUK KOMPOS DAN KAPUR DOLOMIT PADA LAHAN BERTERAS
Changes of Some Physical and Chemical Ultisol Properties Given Compost Fertilizer and
Dolomite Lime on Terraced Land
M. Rusli Alibasyah Dosen Prodi Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda
Aceh
ABSTRACT
This study aims to asses the changes of some physical and chemical ultisol properties as a
result of compost fertilizer and dolomite lime application on terraced land. This research using
Randomize Block Design (RBD), consists of two factors, namely compost and dolomite lime.
Parameters observed were physical and chemical properties of the soil. The results showed that
compost has a very significant effect on the decrease of bulk density, the increase of total
porosity, permeability, aggregate stability index, fast drainage pores, water available pores, soil
water content at 2.54 pF, water content on 4.2 pF, the increase of P- available, and a significant
affect on the slow drainage pores, the levels of C-organic, N-total, cation exchange capacity
(CEC) and base saturation (BS). Dolomite lime has a very significant effect on bulk density, and
a significant effect on the increase in total porosity, permeability, slow drainage pores, water
available pores, N-total, CEC, BS, and no significant effect on the aggregate stability index, fast
drainage pores, water content at 4.54 pF and 4.2 pF ant the levels of C-organic. There also a very
significant interaction between compost and dolomite lime on the increase in the pH of the soil.
Keywords: Compost fertilizer, dolomit lime, terraced land, soil physical and chemical
properties
PENDAHULUAN
Tanah ordo Ultisol merupakan salah satu jenis tanah yang dijumpai di Indonesia yang
penyebarannya di beberapa pulau besar mencapai luas sekitar 45.794.000 ha atau 25% dari luas
wilayah daratan Indonesia. Tanah ini berkembang pada berbagai topografi, mulai dari
bergelombang hingga bergunung dengan curah hujan yang tinggi (Subagyo et al., 2004).
Menurut Sri Adiningsih dan Mulyadi (1993), Ultisol mempunyai ciri memiliki penampang
tanah yang dalam, reaksi tanah masam (pH<4,5), kejenuhan Al tinggi dan kejenuhan basa
rendah. Umumnya Ultisol berwarna kuning kecoklatan hingga merah, terbentuk dari bahan induk
tufa masam, batu pasir dan sedimen kuarsa, sehingga tanahnya bersifat masam dan miskin unsur
hara,
75 kejenuhan basa, kapasitas tukar kation dan
kandungan bahan organik rendah.
Ultisol tergolong lahan marginal dengan tingkat produktivitasnya rendah, kandungan unsur
hara umumnya rendah karena terjadi pencucian basa secara intensif, kandungan bahan organik
rendah karena proses dekomposisi berjalan cepat terutama di daerah tropika. Ultisol memiliki
permeabilitas lambat hingga sedang, dan kemantapan agregat rendah sehingga sebagian besar
tanah ini mempunyai daya memegang air yang rendah dan peka terhadap erosi (Prasetyo dan
Suriadikarta, 2007).
Menurut Sinukaban dan Rachman (1982 dalam Utomo, 2008) sifat fisika Ultisol yang
mengganggu pertumbuhan dan produksi tanaman adalah porositas tanah, laju infiltrasi dan
permeabilitas tanah rendah
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
sampai sangat rendah, kemantapan agregat
dolomit pada lahan berteras perlu dilakukan dan
kemampuan tanah menahan air yang
penelitian. rendah. Sedangkan sifat kimia tanah
Ultisol yang mengganggu pertumbuhan tanaman
BAHAN DAN METODE adalah pH
yang rendah (masam) yaitu < 5,0 dengan kejenuhan Al tinggi yaitu >42%,
Tempat dan WaktuPenelitian kandungan bahan
organik rendah yaitu
Penelitian ini dilakukan di kebun <1,15%,
kandungan hara rendah yaitu N
masyarakat, dengan jenis tanah Oxyaquic
berkisar 0,14%, P sebesar 5,80 ppm,
Paleudult, berliat, kaolinitik, isohipertemik
kejenuhan basa rendah yaitu 29% dan KTK
(ordo Ultisol) yang bertempat di Desa juga
rendah yaitu sebesar 12,6 me/100 g.
Meunasah Kulam Kecamatan Sampoiniet Pupuk
kompos berperan sebagai soil
Kabupaten Aceh Jaya. Lahan ini adalah
conditioner dalam pembentukan agregat
bekas hutan yang kemudian dibuat menjadi
tanah atau berperan sebagai granulator
lahan pertanian berteras dengan jenis teras
(pembentukan struktur tanah berbentuk
bangku, dengan kemiringan lereng 8-15%,
granular) yang menyebabkan struktur tanah
dengan ketinggian 30 m dpl. Sebelum menjadi
gembur, mudah diolah dan
ditanami tanaman semusim terlebih dahulu
mempunyai pori-pori yang cukup untuk
di analisis sifat-sifat Fisika dan Kimia tanah
kandungan air dan udara tanah. Dengan
di Laboratorium Fisika Tanah dan demikian,
menyediakan cukup air dan udara
Lingkungan dan Laboratorium Penelitian untuk
kebutuhan tanaman dan berbagai
Tanah dan Tanaman Fakultas Pertanian makluk
hidup lainnya di dalam tanah.
Universitas Syiah Kuala. Penelitian ini Kompos dapat
menyumbang sejumlah
berlangsung mulai tanggal 15 Mei sampai 25
unsur hara yang hilang akibat di absorbsi
September 2014. tanaman atau terangkut melalui
erosi, karena kandungan hara yang terdapat dalam kompos
Bahan dan Alat adalah 0,19-0,5% N, 0,08-0,22%
P dan
Pupuk kompos yang digunakan 0,45%-
1,20% K (Soegiman, 1982 dalam
mengandung unsur hara karbon (C) 6,30%,
Nunung, 2012).
nitrogen (N) 0,59%, fosfor (P
2

O
5

) 0,49%, Hakim et
al. (1986 dalam Uchy, 2012)
kalium (K
2

O) 0,82%, kalsium (CaO) 0,32%


menyatakan bahwa meningkatkan
dan magnesium (MgO) 0,18%, sedangkan
produktivitas Ultisol adalah melalui
kapur dolomit (CaMgCO
3
) dengan
pengapuran untuk menaikkan pH tanah
kandungan Ca30%. sekaligus menambahkan
hara kalsium.
Peralatan yang digunakan dalam Bahan
kapur merupakan pengendali
penelitian ini adalah ring sample untuk
kemasaman tanah yang paling tepat karena
pengambilan sampel tanah, bor tanah, reaksinya
cepat dan menunjukkan perubahan
meteran, cangkul, gembor, timbangan
kemasaman tanah yang sangat nyata.
analitik, ayakan, oven, alat tulis menulis dan
Pemberian kapur setara 1xAl-dd dapat
lain-lain. menaikkan pH dari 4,5 - 5,0 menjadi
5,3 – 5,4 dan menurunkan kejenuhan Al < 30%.
Metode Penelitian Apabila pemberian kapur
setara 2xAl-dd
Penelitian ini dirancang dengan dapat
menaikkan pH hingga 5,9 – 6,0 dan
percobaan faktorial dalam pola rancangan
kejenuhan Al turun hingga 3 – 5%. Kondisi
acak kelompok (RAK) yang terdiri dari tersebut
cocok untuk semua jenis tanaman
duafaktor, yaitu faktor pemberian dosis pangan.
pupuk kompos dan dosis kapur dolomit. Berdasarkan
uraian di atas, maka
Faktor pemberian pupuk kompos (P)
perubahan beberapa sifat fisika dan kimia
terdiri atas empat taraf yaitu : Ultisol akibat
pemberian kompos dan kapur
P
0
-1

setara dengan 0 g plot


-1 P
1

76 = 0 ton ha = 5 ton ha-1setara dengan 1125 g plot-1


Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
P
2

= 10 ton -1
setara dengan 2250 g plot
-1 P

3 = 15 ton 77 ha ha
-1

setara dengan 3375 g plot


-1

tiga kali sehingga diperoleh 36 satuan percobaan. Adapun kombinasi perlakuan Faktor kapur
dolomit (K) terdiri atas
yang dicobakan seperti pada Tabel 1. tiga taraf
yaitu :
Analisis data menggunakan analisis K K
0
1

= 0 ton ha
1
1

setara setara dengan dengan 0 157,5 g plot


g -1

plot
-1

ragam dengan uji F pada taraf α = 0,05, jika F hitung menunjukkan perubahan nyata K
2

dilakukan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf α = 0,01.


Tabel 1.Susunan kombinasi perlakuan yang dicobakan
No =0,7 ton ha = 1,4 ton ha
1

setara dengan 315 g plot


-1 Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan masing-masing diulang
Kombinasi
Dosis ton ha-1 Dosis g plot-1 Perlakuan
Kompos Dolomit Kompos Dolomit 1 P
0

K
0

00002P
0

K
1

0 0,7 0 157,5 3 P
0

K
2

0 1,4 0 315 4 P
1

K
0

5 0 1125 0 5 P
1

K
1

5 0,7 1125 157,5 6 P


1

K
2

5 1,4 1125 315 7 P


2

K
0

10 0 2250 0 8 P
2
K
1

10 0,7 2250 157,5 9 P


2

K
2

10 1,4 2250 315 10 P


3

K
0

15 0 3375 0 11 P
3

K
1

15 0,7 3375 157,5 12 P


3

K
2

15 1,4 3375 315


Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan sampel tanah pada lahan berteras untuk di analisis sifat-sifat fisika (bulk
density/BD, porositas total, permeabilitas dan distribusi pori dengan menggunakan ring sample.
Sampel agregat tanah utuh digunakan untuk analisis stabilitas agregat, sedangkan sampel tanah
biasa digunakan untuk analisis tekstur dan sifat- sifat kimia. Analisis Awal
Sebelum diberikan perlakuan terlebih dahulu dilakukan analisis awal sifat-sifat fisika dan
kimia tanah. Sifat-sifat tanah yang di analisis adalah tekstur, pH, N-total, C- organik, P-tersedia,
Na
kedalaman + 20 cm dan digemburkan. Pupuk kompos dan kapur sesuai masing-masing taraf
diberikan dengan mencampur secara merata dengan tanah, kemudian diinkubasi selama satu
minggu. Penanaman
Sebagai tanaman indikator ditanami kedelai. Setiap lubang tanam diisi 2 tanaman dengan
kedalaman 3 cm lalu ditutup dengan tanah. Benih yang akan ditanam diinfeksikan terlebih
dahulu dengan tanah bekas ditanami kedelai agar terinfeksi dengan bakteri Rhizobium.
Penyiraman dilakukan bila tidak hujan untuk mempertahankan ketersediaan air bagi tanaman.
Pengendalian hama +
,K
+

, Ca
2+

, Mg
2+

,
dilakukan dengan penyemprotan insektisida
Al3+ dan H+ dapat tukar, KTK dan KB,
dan pengendalian penyakit dengan sedangkan
analisis tanah lanjut dilakukan
penyemprotan fungisida. setelah panen.
Pemupukan Persiapan Lahan
Pupuk dasar digunakan adalah Urea, Penelitian
ini dilakukan pada lahan
SP-36 dan KCl masing-masing sebanyak 50
yang telah dibuat teras, kemudian dibuat plot
kg Urea ha dengan ukuran 1,5 x 1,5 m.
Pengolahan tanah dilakukan dengan cangkul dengan
-1

, 120 kg SP-36 ha
-1

dan 80 kg KCl ha
-1

. Pemupukan dilakukan bersamaan dengan waktu tanam.


Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
Pengamatan
sifat fisika dan kimia tanah yang diamati Pengamatan
dilakukan terhadap
disajikan padaTabel 2. beberapa sifat fisika dan
kimia tanah. Sifat-
Tabel 2.Metode Pengamatan sifat fisika dan kimia tanah
Sifat-sifat tanah yang
Satuan Metode Uji/Alat diamati Sifat Fisika Tanah 1.Bulk density (BD) g
cm-3 Ring Sample 2.Permeabilitas cm jam
-1

Tinggi Muka Air Konstan


3.Porositas % Penjenuhan 4.Fase Pori Pressure Plate Membran Epparatus - Pori drainase cepat %
Vol. - Pori drainase lambat % Vol - Pori air tersedia % Vol 5. Kadar Air pF 2,54
dan 4,2
78 % Vol Pressure Plate Membran
Apparatus
6. Indeks Stabilitas
Agregat
- Pengayakan Kering dan Basah
Sifat Kimia Tanah 1. pH H
2

O - Elektrometrik 2. C-organik % Walkley dan Black 3. N-total % Kjeldahl 4.


P-tersedia ppm Bray II 5. KTK cmol kg
-1

1 N NH
4

OAc pH 7 6. KB % Hasil Perhitungan dari


KTK dan
Kation-kationTukar Tanah 7. Al-dd cmol kg
-1

Ekstraksi 1 N KCl
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Tanah Secara Umum
Hasil analisis sifat-sifat fisika dan kimia tanah awal diperoleh data: tanah masam (pH 5,0),
Al-dd rendah, KTK sedang, sedang Ca, Mg, Na, dan N total rendah, kadar bahan organik sedang.
Sedangkan sifat-sifat fisika tanah menunjukkan bahwa tekstur liat berdebu dengan kandungan liat
11,8%, debu 80,1% dan pasir 8,1%. Berdasarkan hasil tersebut maka tingkat kesuburan tanah
ordo Ultisol tergolong rendah sampai sangat rendah dengan bahaya keracunan A1 sangat tinggi.
Perubahan Sifat-sifat Fisika Tanah Bulk Density dan Porositas Tanah
Rata-rata bulk density dan total porositas tanah akibat pemberian kompos dan kapur
dolomit disajikan pada Tabel 3.
Hasil Uji BNT
0,05

(Tabel 3) menunjukkan bahwa, bulk density tertinggi dijumpai


pada perlakuan tanpa pemberian kompos (0 ton ha
-1

), berbeda nyata dengan perlakuan pupuk kompos 5, 10 dan 15 ton ha


-1

. Sedangkan akibat kapur dolomit dijumpai bulk density tertinggi pada perlakuan tanpa kapur
dolomit (0ton ha
-1

), berbeda nyata dengan perlakuan kapur dolomit 1,4


ton ha
-1

, tetapi tidak berbeda nyata dengan perlakuan kapur dolomit 0,7 ton ha
-1

. Pemberian kompos dan kapur dolomit mampu meningkatkan total porositas tanah. Uji BNT
0,05

(Tabel 3) menunjukkan bahwa, total porositas tertinggi dijumpai pada


Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
perlakuan pupuk kompos sebesar 15 ton ha
-1

,
ha
-1

, berbeda nyata dengan perlakuan tanpa


berbeda nyata dengan perlakuan tanpa
kapur dolomit (0 ton ha
-1

), namun tidak
kompos (0 ton ha
-1

), 5, dan 10 ton ha
-1

.
berbeda nyata dengan perlakuan kapur
Sedangkan porositas tertinggi akibat kapur
dolomit 0,7 ton ha dolomit dijumpai pada
pemberian 1,4 ton
79 -1
.
Tabel 3. Bulk density dan total porositas akibat pupuk kompos dan kapur dolomit
Kompos (ton ha
Parameter Bulk Density Porositas
0 5 10 15
-1

)
... g cm
-3

....
... %.... 1,37 c
45,33 A 1,36 c
47,78 B 1,32 b
53,00 C 1,20 a
54,89 D BNT
0,05

0,02 1,82 Kapur dolomit (ton ha-1)


Bulk Density Porositas
0 0,7 1,4
1,33 b 1,32 ab 1,30 a
49,17 A 50,08 Ab 51,50 B BNT
0,05

0,02 1,58 Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
tidak
berbeda nyata menurut uji BNT 0,05.
Pemberian kompos dan kapur dolomit dapat menurunkan bulk density dan meningkatkan
total porositas pada lahan berteras. Hal ini diduga karena peran bahan organik (kompos) dan
kapur dolomit yang megandung Ca dan Mg berfungsi sebagai soil conditioner dapat
memantapkan agregat tanah, dimana pada tanah-tanah yang agregatnya mantap diikuti dengan
kandungan pori yang tinggi dan dapat menurunkan bulk density. Selanjutnya Endriani (2010)
menyatakan bahwa semakin tinggi bahan organik tanah menyebabkan bulk density semakin
rendah dan total porositas semakin tinggi sehingga ketahanan penetrasi tanah pun semakin
berkurang.
Menurut Young (1989) bahan organik tanah memiliki peran dan fungsi yang sangat vital di
dalam perbaikan sifat-sifat tanah, meliputi sifat fisika, kimia, dan biologi tanah. Selain itu,
Stevenson (1992) menyatakan bahwa bahan organik merupakan sumber energi bagi aktivitas
mikrobia tanah dan dapat memperbaiki bulk
density tanah, struktur tanah, aerasi dan daya mengikat air.
Permeabilitas dan Indeks Stabilitas Agregat Tanah
Analisis ragam menunjukkan bahwa pupuk kompos berpengaruh sangat nyata terhadap
permeabilitas, tetapi hanya berpengaruh nyata akibat pemberian kapur dolomit. Pupuk kompos
berpengaruh sangat nyata terhadap indeks stabilitas agregat (ISA), dan hanya berpengaruh nyata
akibat pemberian kapur dolomit. Rata-rata permeabilitas dan ISA tanah akibat pemberian
kompos dan kapur dolomit disajikan pada Tabel 4.
Hasil Uji BNT
0,05

(Tabel 4) menunjukkan bahwa permeabilitas tertinggi dijumpai


pada perlakuan kompos 15 ton ha
-1

, yang berbeda nyata dengan perlakuan kompos 5,


10 dan 0 ton ha
-1

. Sedangkan permeabilitas tertinggi akibat kapur dolomit


dijumpai pada perlakuan 1,4 ton ha
-1

, yang berbeda nyata dengan perlakuan kapur dolomit 0


dan 0,7 ton ha
-1

.
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
Tabel 4. Permeabilitas dan indeks stabilitas agregat tanah pada pemberian pupuk kompos dan
kapur dolomit
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji BNT 0,05.
Meningkatnya permeabilitas
indek stabilitas agregat tertinggi dijumpai
disebabkan karena menurunnya bulk density
pada perlakuan tanpa kapur dolomit (0 ton dan
meningkatkan total porositas tanah. Hal
ha
-1

), berbeda nyata dengan perlakuan kapur ini


sejalan dengan penelitian Rohmat dan
dolomit 1,4 ton ha-1 namun tidak berbeda
Soekarno (2006) bahwa sifat fisika tanah
nyata dengan perlakuan kapur dolomit 0,7 yang
berpengaruh terhadap permeabilitas
ton ha-1. adalah kandungan air tanah, bulk
density,
Penurunan nilai indeks stabilitas porositas
total, pori drainase cepat, pori
agregat diduga sebagai pengaruh CaCO
3
drainase lambat, kandungan pasir kasar,
yang berasal dari kapur. Bahan kapur yang
kandungan pasir halus, kandungan debu dan
diberikan di dalam tanah akan terdisosiasi
kandungan liat. Penelitian Junedi (2008)
membentuk Ca
2+ menunjukkan bahwa untuk
memperbaiki
CO
3

2- permeabilitas tanah dapat dilakukan


dengan penambahan kompos jerami padi atau bahan kapur ataupun keduanya diberikan secara
bersama-sama. Pemberian kompos 20 ton ha
80 dan CO
3
2-

. Keberadaan ion yang banyak di dalam tanah akan mengisi ruang interlayer antara satu koloid
dengan koloid lainnya. Hasil penelitian Rusita (1988), pada Ultisol Gajrug menunjukkan bahwa
pemberian kapur setara -1
mampu meningkatkan permeabilitas
1 x Al-dd cenderung menurunkan indeks tanah,
demikian pula dengan pemberian
stabilitas agregat dari 67,36 menjadi 62,14.
kapur dolomit sampai 2 xAl-dd. Pemberian
Sedangkan pemberian kapur 2 xAl-dd nyata
kompos 10 ton ha
-1

bersama dengan kapur


menurunkan indeks stabilitas agregat dari
dolomit 1 x Al-dd mampu meningkatkan
67,36 menjadi 48,79. permeabilitas tanah.
Uji BNT
0,05

(Tabel 4) menunjukkan
Persentase Pori Drainase Cepat dan Pori bahwa
indeks stabilitas agregat tertinggi
Drainase Lambat dijumpai pada perlakuan
kompos 10 dan 15
Distribusi pori dalam tanah terdiri dari ton
ha
-1
, yang berbeda nyata dengan
pori makro yaitu (1) pori drainase cepat (>
perlakuan tanpa kompos (0 ton ha-1)dan
30μm) dan pori drainase lambat (8.6 – perlakuan
kompos 5 ton ha
-1

. Sedangkan
30μm) dan (2) pori mikro (diameter 0.02 -
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
8,6 μm). Pori mikro berguna untuk
Rata-rata pori drainase cepat dan pori
memegang air kapiler, sedangkan pori makro
drainase lambat akibat pemberian kompos
berguna untuk aliran udara dalam tanah, air
dan kapur dolomit disajikan pada Tabel 5.
perkolasi/drainase.
Tabel 5. Persentase pori drainase cepat dan pori drainase lambat pada perlakuan kompos dan
kapur dolomit
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji BNT
0,05

.
(1) Pori Drainase Cepat
(2) Pori Drainase Lambat Hasil analisis ragam
menunjukkan
Analisis ragam menunjukkan bahwa
bahwa pupuk kompos berpengaruh sangat
pemberian pupuk kompos dan kapur dolomit
nyata terhadap pori drainase cepat, tetapi
berpengaruh nyata terhadap pori drainase tidak
berpengaruh nyata akibat pemberian
lambat. kapur dolomit. Uji BNT
0,05

(Tabel 5)
Uji BNT
0,05 menunjukkan bahwa pori
drainase cepat tertinggi dijumpai pada perlakuan kompos 15 ton ha
81 (Tabel 5) menunjukkan bahwa pori drainase lambat tertinggi dijumpai pada perlakuan kompos
5, 10 dan -1
, berbeda nyata dengan perlakuan
15 ton ha tanpa kompos (0 ton ha
-1

, berbeda nyata dengan perlakuan -1


) dan perlakuan
tanpa kompos (0 to ha kompos 5 ton ha
-1

). Sedangkan pori -1
namun tidak berbeda
drainase lambat tertinggi akibat kapur dengan
perlakuan kompos 10 ton ha
-1

.
dolomit dijumpai pada perlakuan 0 dan 0,7
Sedangkan perlakuan kapur dolomit tidak
ton ha berbeda nyata terhadap pori drainase
cepat.
Peningkatan pori drainase cepat diduga akibat adanya proses agregasi di dalam tanah.
Proses ini cenderung menciptakan agregat berbentuk granuler yang berukuran lebih besar,
sehingga dapat memperluas ruang antar agregat serta mengurangi bidang kontak antar agregat.
Perluasan ruang antar agregat dapat meningkatkan jumlah pori drainase cepat karena ruang antar
agregat di dalam tanah merupakan rongga yang berukuran besar.
-1

, yang berbeda nyata dengan perlakuan kapur dolomit 1,4 ton ha


-1

. Pemberian kapur dolomit dapat menurunkan pori drainase lambat


karena adanya proses agregasi di dalam tanah, sehingga terjadi peningkatan pori drainase cepat
dan menurunkan pori drainase lambat.
(3) Kadar Air Tanah pada pF 2,54, pF 4,2
dan Pori Air Tersedia
Analisis ragam menunjukkan bahwa pupuk kompos berpengaruh sangat nyata terhadap
peningkatan kadar air tanah pada pF 2,54 (kapasitas lapang), pF 4,2 (titik layu
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
permanen), dan pori air tersedia. Sedangkan
Rata-rata kadar air tanah pada pF 2,54,
pemberian kapur dolomit tidak berpengaruh
pF 4,2 danpori air tersedia akibat pupuk nyata
terhadap kadar air tanah pada pF 2,54
kompos dan kapur dolomit disajikan pada dan
4,2, tetapi berpengaruh nyata terhadap
Tabel 6. pori air tersedia.
Tabel 6. Kadar air tanah pF 2,54, kadar air tanah pada pF 4,2 dan pori air tersedia pada
pemberian pupuk kompos dan kapur dolomit
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji BNT 0,05.
Secara umum pemberian kompos dan
kompos yang membantu mengurangi kapur
dolomit mampu meningkatkan kadar
kepadatan tanah dan meningkatkan air tanah
pada pF 2,54 (kapasitas lapang).
kandungan air pada kapasitas lapang. Air Kadar
air tanah tertinggi pada pF 2,54
tersedia berada di antara pF 2.54 (kapasitas
dijumpai pada dosis kompos 15 ton ha
-1

dan
lapang) dengan pF 4.2 (titik layu permanen).
kapur dolomit 1,4 ton ha
-1

masing-masing
Hal ini sejalan dengan pendapat Erfandi et
sebesar 34,50 % vol dan 33,65 % vol,
al. (2004) yang menyatakan bahwa sedangkan
kadar air tanah terendah dijumpai
pemberian bahan organik pada tanah ordo pada
tanpa perlakuan pupuk kompos (0 ton
Ultisol dapat memperbaiki kadar air tersedia ha
-1

) dan tanpa kapur dolomit (0 ton ha


-1

)
dalam tanah, menurunkan bobot isi tanah dan
masing-masing sebesar 31,35 % dan 33,13
pori aerasi serta indeks stabilitas agregat top vol.
Sedangkan kadar air tanah pada pF 4,2
soil (0-20 cm). Stevenson (1994) (titik layu
permanen) tertinggi dijumpai pada
menyatakan bahwa peranan bahan organik dosis
kompos 15 ton ha
-1

dan kapur dolomit


dalam tanah adalah : (1) memberikan warna 1,4
ton ha
-1

masing-masing sebesar 25,57 %


gelap sehingga mampu mempengaruhi vol dan
23,80 % vol. Sedangkan kadar air
serapan energi panas matahari, (2) tanah pada pF
4,2 terendah dijumpai pada
meningkatkan daya retensi air tanah karena
tanpa pupuk kompos (0 ton ha
-1

) dan tanpa
bahan organik tanah mampu mengikat air kapur
dolomit (0 ton ha
-1

) masing-masing
hingga 3 atau 4 kali bobotnya. sebesar 20,84 %
vol dan 22,79 % vol.
Uji BNT
0,05 Peningkatan kadar air tanah pada
pF 2,54 dan 4,2 tidak terlepas dari pemberian
82 (Tabel 6) menunjukkan bahwa pori air tersedia tertinggi dijumpai pada perlakuan pupuk
kompos 10 dan 15 ton
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
ha
-1

, berbeda nyata dengan perlakuan tanpa


karena menurut Sarief (1986) lambatnya pupuk
kompos (0 ton ha
-1

) dan kompos 5 ton


pergerakan air pada pori drainase lambat ha
-1

. Sedangkan pori air tersedia tertinggi


maka sebagian dapat tersedia bagi tanaman.
pada perlakuan kapur dolomit dijumpai pada perlakuan kapur dolomit 0,7 dan 1,4 ton ha
-1

,
Perubahan Sifat-sifat Kimia Tanah berbeda nyata
dengan perlakuan tanpa kapur
Reaksi Tanah dolomit (0 ton ha
-1

).
Analisis ragam menunjukkan bahwa Stevenson
(1994) menyatakan bahwa
pengaruh interaksi yang sangat nyata antara
bahan organik yang telah mengalami
pupuk kompos dengan kapur dolomit pelapukan
dapat memperbaiki porositas
terhadap pH tanah sedangkan kapur dolomit
tanah sehingga mempunyai kemampuan
berpengaruh sangat nyata terhadap pH. cukup
tinggi untuk memegang air.
Rata-rata pH tanah akibat interaksi
Sedangkan sebagian pori drainase lambat
kompos dan kapur dolomit disajikan pada
dikategorikan sebagai pori pemegang air
Tabel 7.
Tabel 7. Interaksi antara kompos dengan kapur dolomit terhadap Nilai pH
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan baris yang sama
tidak berbeda nyata menurut uji BNT 0,05. Huruf besar dibaca vertikal, huruf kecil dibaca
mendatar
Interaksi antara pupuk kompos dan
Peningkatan pH tanah akibat dolomit
memberikan peningkatan terhadap
pemberian pupuk kompos karena bahan pH
tanah. Uji BNT
0,05

(Tabel 7)
organik bersifat ampoter yang apabila
menunjukkan bahwa, pupuk kompos pada
diberikan pada tanah asam dapat taraf 0 dan 5
ton ha-1 dan pada taraf kapur
meningkatkan pH dan bila diberikan pada
dolomit 0, 0,7 dan 1,4 ton ha
-1

tidak berbeda
tanah alkalis dapat menurunkan pH tanah. nyata,
tetapi berbeda nyata dengan pupuk
Menurut Hairiah et al. (2002) pelapukan kompos
pada taraf 10 ton ha
-1

dan kapur
bahan organik dapat mengikat atau dolomit 0 ton
ha-1, sedangkan pada perlakuan
mengkhelat Al dan Mn oleh asam-asam kompos
15 ton ha
-1

dan kapur dolomit 0,7


organik yang dihasilkan, sehingga ton ha-1 pH
tanah berbeda nyata, namun tidak
memperbaiki lingkungan pertumbuhan berbeda
nyata terhadap taraf perlakuan
tanaman terutama pada tanah masam. pupuk
kompos 15 ton ha-1 dan taraf
Soepardi (1983) menyatakan bahwa
perlakuan kapur dolomit 0 dan 1,4 ton ha
-1

.
adanya senyawa organik memungkinkan Secara
umum takaran pemberian kompos
terjadinya khelat, yaitu senyawa organik dan
kapur dolomit mampu mengubah pH
yang berikatan dengan kation logam (Fe, pada
lahan berteras.
Mn, dan Al) pada pH tanah yang masam,
83
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
hasil perombakan bahan organik antara lain
C-organik, N-total dan P-tersedia kation-kation
basa seperti Ca, Mg, K dan Na.
Analisis ragam menunjukkan bahwa Hanafiah
(2004) menyatakan bahwa
pupuk kompos dan kapur dolomit reaksi umum
kapur karbonat menghasilkan
berpengaruh nyata terhadap C-organik. ion-ion
hidroksil yang mengikat kation-
Sedangkan pupuk kompos dan kapur dolomit
kation asam (H dan Al) sehingga mampu
berpengaruh nyata terhadap N-total, menaikkan
pH tanah. Selanjutnya Lingga
berpengaruh sangat nyata terhadap P-tersedia
dan Marsono (1986) melaporkan bahwa
akibat pemberian pupuk kompos dan kapur
pemberian kapur pada tanah-tanah masam
dolomit. sebanyak 4 ton ha
-1

dapat menaikkan pH
Rata-rata C-organik, N-total dan P- tanah
hingga pH 6.
tersedia akibat pupuk kompos dan kapur dolomit disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. C-organik tanah, N-total dan P-tersedia tanah pada pemberian pupuk kompos dan
kapur dolomit
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji BNT
0,05

.
Hasil Uji BNT
0,05
(Tabel 8) menunjukkan bahwa C-organik tertinggi dijumpai
pada perlakuan pemberian kompos 15 ton ha
84 Peningkatan C-organik dan N-total akibat takaran pemberian pupuk kompos dan kapur
dolomit pada lahan berteras diduga -1
, yang berbeda nyata dengan
hasil dekomposisi lebih lanjut dari kompos
perlakuan kompos 0 ton ha
-1

, namun tidak
dan kapur dolomit. Sejalan dengan berbeda
nyata dengan perlakuan kompos 5
pernyataan Alexander (1997), bahwa dan 10 ton
ha
-1

. Sedangkan pada pemberian


Nitrogen anorganik berupa nitrat dan kapur
dolomit tidak berbeda nyata terhadap
amonium diantaranya berasal dari aktivitas
semua perlakuan yang dicobakan.
proses mineralisasi oleh mikroba. Hasil uji BNT
0,05

(Tabel 8)
Jenis bahan organik mampu menunjukkan
N-total tertinggi dijumpai pada
memberikan sumbangan terhadap perlakuan
kompos 10 dan 15 ton ha
-1

peningkatan C-organik dan N-total tanah.


berbeda nyata dengan perlakuan tanpa
Peningkatan ini merupakan hasil pemberian
kompos (0 ton ha
-1

), namun tidak
dekomposisi lebih lanjut dari bahan organik
berbeda nyata dengan perlakuan kompos 5
menjadi bentuk humus. Menurut Levelle ton
ha-1 terhadap peningkatan N-total tanah.
(1992), bahwa pasokan bahan organik
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
mampu memperbaiki kesuburan tanah secara
bahwa praktek pengapuran di Indonesia yang
alami dan berkelanjutan.
selama ini dengan dosis 6 hingga 8 ton ha
1
Peningkatan P-tersedia akibat
sudah tidak menguntungkan secara ekonomi
perlakuan kompos yang mengubah fosfor
karena pengapuran hingga 6 ton ha
1

dapat
organik dari bahan organik menjadi fosfor
meningkatkan Ca tanah dan meningkatkan
anorganik. Menurut Adiningsih et al., (1988)
kadar P, akan tetapi apabila kapur bahwa bahan
organik meningkatkan
ditingkatkan lebih dari dosis tersebut justru
ketersediaan fosfor dalam tanah sehingga
menurunkan kadar P-tersedia. menyebabkan
P-tersedia meningkat akibat perlakuan pupuk kompos dan kapur dolomit.
Kapasitas Tukar Kation dan Kejenuhan Pemberian
kapur dolomit pada kisaran
Basa tertentu berdampak pada peningkatan P-
Analisis ragam menunjukkan bahwa
tersedia. Peningkatan P-tersedia pada
pupuk kompos dan kapur dolomit perlakuan
kapur dolomit 1,4 ton ha
berpengaruh nyata terhadap kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB). Rata-rata
KTK dan KB akibat pupuk kompos dan kapur dolomit disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9. KTK dan KB akibat perlakuan pupuk kompos dan kapur dolomit
Keterangan: Angka rata-rata yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak
berbeda nyata menurut uji BNT 0,05.
Uji BNT
0,05

85 -1
di duga akibat dari reaksi tanah (pH) yang meningkat
sehingga P yang diikat oleh Al dan Fe menjadi lepas dan tersedia bagi tanaman. Selanjutnya
Soepardi (1983) menyatakan
menunjukkan bahwa, KTK tertinggi dijumpai pada perlakuan kompos sebesar
15 ton ha
Peningkatan KTK tidak terlepas dari pemberian kompos yang berfungsi -1
, berbeda nyata dengan
memperbaiki KTK. Sejalan dengan pendapat
perlakuan tanpa pemberian kompos (0 ton
Stevenson (1992), bahwa bahan organik ha
-1

)dan perlakuan kompos 5 ton ha


-1

namun
memberikan konstribusi yang nyata terhadap
tidak berbeda dengan perlakuan kompos 10
peningkatan kapasitas tukar kation sekitar ton ha
-1

. KTK tertinggi akibat perlakuan


20-70% yang bersumber pada koloid humus.
kapur dolomite dijumpai pada dosis kapur
Lebih lanjut Sufiandi (1999), menyatakan
dolomit 1,4 ton ha
-1

, berbeda nyata dengan


bahwa bahan organik dengan takaran yang
perlakuan tanpa kapur dolomit (0 ton ha
-1

)
meningkat akan meningkatkan pelepasan dan
perlakuan kapur dolomit 0,7 ton ha
-1

.
sejumlah ion dan kapasitas tukar kation tanah.
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
Uji BNT
0,05

menunjukkan bahwa, KB
DAFTAR PUSTAKA tertinggi
dijumpai pada perlakuan kompos sebesar 15 ton ha
-1

, berbeda nyata dengan


Adiningsih, J.S., M. Sudjadi, and D. perlakuan
tanpa pemberian kompos (0 ton
Setyorini. 1988. Evercoming soil ha
-1

) dan perlakuan kompos 5 ton ha


-1

,
fertility canstrains in acid soil for food
namun tidak berbeda dengan perlakuan
crop based farming in indonesia. kompos
10 ton ha
-1

. KB tertinggi akibat
Indonesia Agric. Res. And Dev. J. 10 :
perlakuan kapur dolomit dijumpai pada dosis
49 – 58. kapur 1,4 ton ha-1, berbeda nyata
dengan
Alexander, M. 1997. Introduction to Soil
perlakuan tanpa kapur (0 ton ha
-1

), namun
Microbiology. John and Wiley and tidak
berbeda dengan perlakuan kapur
Son, Inc, New York. dolomit 0,7 ton ha
-1.
Andi, W. 2011a. Pengaruh pemupukan dan pemberian kapur terhadap KESIMPULAN DAN
SARAN
pertumbuhan dan daya hasil kacang tanah (Arachis hypogaea, L.). Skripsi. Kesimpulan
Fakultas Pertanian Institut Pertanian 1.
Pemberian kompos berpengaruh sangat
Bogor. Bogor. nyata terhadap bulk density,
peningkatan
Endriani. 2010. Sifat fisika dan kadar air porositas,
permeabilitas, indeks stabilitas
tanah Ultisol akibat penerapan sistem
agregat, pori drainase cepat, pori air
olah tanah konservasi. Jurnal tersedia, kadar
air tanah pada pF 2,54, pF
Hidrolitan. Vol. 1.No. 1.Masyarakat 4,2, dan
berpengaruh nyata terhadap pori
Konservasi Tanah dan Air (MKTI) drainase
lambat, serta berpengaruh sangat
Cabang Jambi.Jambi. nyata terhadap
peningkatan pH, P-
Erfandi, D., U. Kurnia, dan I. Juarsah. 2004.
tersedia, dan berpengaruh nyata terhadap
Pemanfaatan bahan organik dalam C-organik,
N-total, KTK, dan KB.
perbaikan sifat fisik dan kimia tanah 2.
Sedangkan Pemberian kapur dolomit
Ultisol. Hlm 77-85. Prosiding Semnas.
berpengaruh sangat nyata terhadap bulk
Pendayagunaan Tanah Masam, Buku density,
dan hanya berpengaruh nyata
II, Puslitbang Tanah dan Agroklimat,
terhadap porositas, permeabilitas, indeks
Bogor. stabilitas agregat, pori drainase
lambat,
Hairiah, K., S.R. Utami, B. Lusiana dan M. pori air
tersedia dan tidak berpengaruh
van Noorwijk. 2002. Neraca Hara dan nyata
pada pori drainase cepat, kadar air
Karbon dalam Sistem Agroforestri pada pF
4,54 dan 4,2,serta berpengaruh
(Bahan Ajar 6 Pertanian nyata terhadap
N-total, KTK, KB, dan C-
Berkelanjutan). organik.
Junedi, H. 2008. Pemanfaatan kompos dan 2.
Interaksi antara kompos dan kapur
jerami padi dan kapur guna dolomit
berpengaruh sangat nyata
memperbaiki permeabilitas tanah terhadap
peningkatan pH tanah.
Ultisol dan hasil kedelai. Proseding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Saran
II. Universitas Lampung 17-18 1. Untuk
merehabilitasi tanah ordo Ultisol
November 2008. dapat dilakukan dengan
pemberian pupuk
Levelle.P. 1992. Impact Of Soil Fauna On kompos
dan kapur dolomit.
the Properties Of Soil in the Humid 3.
Pemberian kompos antara 10 – 15 ton per
Trpics. P. A. Sanches, (eds) Myths and hektar
yang dikombinasikan dengan kapur
Science Of Soil Tropics. SSSA Special
dolomit antara 0.7 - 1.4 ton per hektar
Publication Number 29 : 157 – 185. dapat
memperbaiki sifat-sifat fisika dan
Lingga, P. dan Marsono. 1986. Petunjuk kimia
Ultisol.
Penggunaan Pupuk. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta. P. 115.
86
Rusli Alibasyah (2016) J. Floratek 11 (1): 75-87
Nunung. 2012. Tanah Ultisol 2. file:///E:/tanah-ultisol-2.html. Diakses pada tanggal 23 Juli 2012.
Rohmat, D., dan Soekarno. 2006. Efek sifat fisika tanah terhadap permeabilitas tanah dan suction
head tanah (Kajian Empirik untuk Meningkatkan Laju Infiltrasi). Jurnal Bionatura. UNPAD.
Rusita, N. 1988.Pengaruh pemberian kapur dan bahan organik terhadap beberapa sifat fisik dan
C-organik tanah serta produksi kacang tanah (Arachis hipogaea L) pada tanah Podsolik Merah
Kuning Gajrug. Skripsi. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sarief, E.S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Cetakan kedua. Pustaka Buana. Bandung. Soepardi, G.
1983. Sifat dan Ciri Tanah.
Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sri Adiningsih, J. dan Mulyadi. 1993. Alternatif teknik
rehabilitasi dan pemanfaatan lahan alang-alang. hlm.
87 29−50.Dalam S. Sukmana, Suwardjo, J. Sri Adiningsih,
H. Subagjo, H. Suhardjo, Y. Prawirasumantri (Ed.). Pemanfaatan lahan alang-alang untuk usaha
tani berkelanjutan. Prosiding Seminar Lahan Alang-alang, Bogor. Stevenson, F. A. 1992. Humus
Chemistry, Genesis Classification Reaction, John & Wiley, New York. --------------------. 1994.
Humus Chemistry, Genesis, Classification Reaction, John Wiley, New York. Sufiandi, E.
1999.Variasi titik muatan nol, pH, retensi fosfor dan kapasitas tukar kation andisols tanjungsari
serta hasil kentang sebagai efek takaran bokashi dan fosfat. Disertasi. Program Pascasarjana.
Uchy, 2012. Tanah Ultisol. http://lusyluminous.blogspot.com/2012 _04_22_archive.html.
Diakses pada tanggal 24 Juli 2012. Young, A., 1989. Agroforestry for Soil
Corservation. CABI Pulb. Walingfrod.

You might also like