J. Agroland 16 (4) : 265 - 272, Desember 2009 ISSN: 0854 - 641X
J. Agroland 16 (4) : 265 - 272, Desember 2009 ISSN: 0854 - 641X
J. Agroland 16 (4) : 265 - 272, Desember 2009 ISSN: 0854 - 641X
Nitrogen Uptake of Maize Plant (Zea mays L.) as Result of the Application of
Guano Fertilizer and Lamtoro Green Manure on Ultisol from Wanga
Imam Wahyudi 1)
1)
Jurusun Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Tadulako, Jl. Soekarno-Hatta Km 9, Tondo-Palu 94118,
Sulawesi Tengah. Telp. 0451-429738.
ABSTRACT
High content of aluminum and low N availability in Ultisol are the important limiting factors
for crop production. Hence, important efforts on management of Ultisol are increasing N availability
for crop demand. Guano fertilizer and pruning of Lamtoro are source of organic matter used to improve
the soil, although the two fertilizers still not yet have full attention. The present study was aimed to
elucidate roles of Guano fertilizer and green manure of Lamtoro on Al concentration, N availability,
crop growth and N uptake by maize in an Ultisol. The study was conducted in a glasshouse.
Combination of the two fertilizers at two different rates of each fertilizer (10 and 20 ton/ha) and one
control (no fertilizer added) resulted in nine treatments and they were arranged in a factorial
randomized block design with three replicates. Results of the experiment showed that the application of
Guano fertilizer and Lamtoro green manure significantly reduced Alexch concentration, increased soil pH,
increased N availability, improved maize growth and increased N taken up by maize grown for 45 days.
265
Salah satu alternatif yang dapat pemberian pupuk guano dan pupuk hijau
dilakukan untuk mengatasi persoalan Ultisol Lamtoro pada Ultisol Wanga. Sedangkan
adalah melalui penambahan bahan organik kegunaan penelitian adalah sebagai
(Yusuf, dkk., 2004). Bahan organik apapun sumbangan informasi mengenai salah satu
sumbernya (seresah, kompos, pupuk kandang, upaya pengelolaan Ultisol yang dapat
pupuk hijau ataupun guano) berperan penting mendukung tumbuh kembangnya tanaman.
dalam memperbaiki, meningkatkan dan
memepertahankan produktifitas lahan secara BAHAN DAN METODE
bekelanjutan. Menurut Carter (2001) bahan
organik dapat memeperbaiki sifat fisik dan Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
biologi tanah, selain itu juga memperbaiki April sampai Juni 2009, dengan lokasi
sifat-sifat kimia tanah seperti penurunan pengambilan sampel tanah di Desa Wanga,
kelarutan aluminium, meningkatkan ketersediaan Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso,
hara N, P, S dalam tanah, serta meningkatkan Propinsi Sulawesi Tengah. Adapun pengambilan
KTK tanah melalui gugus karboksil yang aktif. pupuk guano di desa Bantayan, Kabupaten
Meskipun telah banyak dibicarakan Luwuk. Sedangkan tempat pelaksanaan
fenomena pelepasan unsur hara dari penelitian di Green House Jurusan Budidaya
bahan organik, khususnya nitrogen, namun Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas
pemanfaatan pupuk guano dan pupuk hijau Tadulako. Analisis tanah dan tanaman
dari pangkasan tanaman lamtoro masih belum dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas
banyak mendapat perhatian. Menurut Lingga Pertanian Universitas Tadulako, Palu.
dan Marsono (2000) pupuk guano adalah Alat yang digunakan dalam penelitian
merupakan deposit dari kotoran burung ini meliputi skop, karung, mistar, polibag,
laut dan kelelawar yang telah mengalami label, spidol, serta seperangkat alat-alat
perubahan-perubahan karena pengaruh alam laboratorium. Adapun bahan yang digunakan
dalam waktu yang relatif lama. Pupuk guano adalah sampel Ultisol Wanga, bibit tanaman
mengandung cukup banyak unsur hara jagung, pupuk guano, pangkasan tanaman
seperti: nitrogen (8-13 %), fosfor (5-12 %), Lamtoro (pupuk hijau), serta zat-zat di
kalium (1,5-2,5 %), kalsium (7,5-11 %), laboratorium.
magnesium (0,5-1 %), dan sulfur (2-3,5 %). Penelitian ini disusun dalam
Brady dan Weil (2002), menyatakan bahwa Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola
tanaman Lamtoro adalah tanaman yang faktorial dengan pengulangan tiga kali.
termasuk ke dalam famili leguminosa, dan Perlakuan dosis pupuk guano (Faktor I)
pangkasannya dapat digunakan sebagai sebagai berikut: G0: tanpa pupuk guano; G1:
pupuk (pupuk hijau). Pupuk hijau ini dapat pupuk guano dosis 10 ton/ha; dan G2: pupuk
memperbaiki sifat kimia tanah, antara lain: guano dosis 20 ton/ha. Sedangkan perlakuan
meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) dosis pupuk hijau Lamtoro (Faktor 2) sebagai
tanah, pH tanah, nitrogen tanah, dan berikut: L0: tanpa pupuk hijau Lamtoro;
menurunkan kelarutan Al. L1: pupuk hijau Lamtoro dosis 10 ton/ha;
Berdasarkan uraian tersebut di atas L2: pupuk hijau Lamtoro dosis 20 ton/ha.
maka penelitian tentang pengaruh pemberian Sampel tanah yang digunakan
pupuk guano dan pupuk hijau Lamtoro merupakan sampel komposit Ultisol yang
terhadap serapan N tanaman jagung pada diambil dari kedalaman 0-20 cm. Sampel
Ultisol Wanga, masih diperlukakan. Adapun tanah tersebut kemudian diayak untuk
tujuan dari penelitian ini adalah untuk memisahkan kerikil atau batuan serta sisa-sisa
mengungkap tingkat serapan N akibat akar tanaman dan kemudian dikeringudarakan
266 266
selama kurang lebih satu minggu. Sampel HASIL DAN PEMBAHASAN
tanah kemudian ditimbang seberat 8 kg, dan
dicampur dengan pupuk guano atau pupuk Kualitas Ultisol Wanga
hijau Lamtoro seberat 27,39 g/polibag (setara Hasil analisis beberapa sifat fisik dan
dengan 10 ton/ha) dan 54,79 g/ha (setara kimia Ultisol Wanga sebelum diberi
dengan 20 ton/ha). Kemudian dimasukkan perlakuan menunjukkan bahwa tanah ini
ke dalam polibag sesuai kode perlakuan. bertekstur liat dengan permeabilitas lambat.
Tanah di dalam polibag tersebut Sedangkan sifat kimia mencirikan pH rendah
kemudian diberi air bebas ion sampai mencapai (4,59), C-organik sangat rendah (0,86%),
kapasitas lapang. Setelah itu dilakukan N-total dan KTK masing-masing sangat
penanaman dengan tiga biji jagung untuk rendah dengan nilai 0,09% dan 4,13 me/100 g,
setiap polibag. Penjarangan dilakukan tujuh sedangkan kejenuhan Al termasuk tinggi
hari setelah tanam dangan menyisakan satu (41,29%) dengan kandungan Aldd sebesar
tanaman yang tumbuh baik, sedangkan tanaman
2,30 me/100 g dan Hdd sebesar 1,69 me/100 g.
yang lainnya dicabut dan dikembalikan ke
Kondisi tanah demikian, terutama
dalam tanah. Tanaman yang ada dipelihara
tingginya kelarutan Al dalam tanah, dapat
sampai mencapai pertumbuhan vegetatif
menghambat tumbuh kembangnya tanaman
maksimum ( 45 hari), selama pertumbuhan
yang ditanam pada tanah ini. Hal tersebut
tanaman dilakukan penyiraman dengan
mempertahankan kondisi kapasitas lapang terjadi karena terganggunya perkembangan
melalui jalan penimbangan. Pada saat panen akar tanaman. Akar tanaman menjadi lebih
tanaman dipotong sekitar satu cm di atas pendek, ukurannya lebih besar dari pada
permukaan tanah. Setelah itu tanaman dicuci biasanya, kaku seperti kawat, mudah patah,
dengan air mengalir untuk menghilangkan dan ujung-ujung akar membengkak. Sehingga
debu. Kemudian dikeringkan dengan kertas dengan demikian akar tanaman tidak
tissue dan selanjutnya dioven dengan suhu dapat menyerap air dan unsur hara dengan
65O C selama sekitar satu minggu, dan sempurna yang akan mengakibatkan tanaman
setelah itu ditimbang untuk mengetahui berat mengalami cekaman air, dan defisiensi unsur
keringnya. Kemudian diukur kadar N hara (Wawan, 2002).
tanaman dengan destruksi basah. Serapan N Di samping itu, rendahnya C-organik
tanaman dihitung dengan jalan mengalikan dan N-total dalam tanah tersebut
kadar N tanaman dengan berat kering tanaman. menyebabkan rendahnya ketersediaan N bagi
Pengamatan dilakukan terhadap tanaman. Bahan organik merupakan salah
beberapa sifat fisik dan kimia tanah sebelum satu sumber N dalam tanah. Rendahnya
diberi perlakuan. Sedangkan setelah panen C-organik mencerminkan rendahnya bahan
dilakukan pengamatan terhadap tanah organik, sehingga dengan demikian tanaman
meliputi : pH H2O dan pH KCl, C-oganik, yang ditanam pada tanah tersebut akan
N-total, Aldd, KTK, Berat Kering Tanaman, mengalami kekurangan/defisiensi N yang
dan serapan N. pada gilirannya akan menghambat tumbuh
Data-data hasil pengamatan dianalisis kembangnya tanaman (Hasanudin, 2003).
dengan menggunakan sidik ragam (ANOVA) Salah satu alternatif yang dapat
untuk mngetahui adanya perlakuan berbeda digunakan untuk mengatasi masalah tersebut
nyata atau tidak. Apabila hasil sidik adalah dengan penggunaan bahan organik
ragam menunjukkan adanya pengaruh yang (Sanchez, 1976). Lebih lanjut Notohadiprawiro,
nyata maka dilakukan uji lanjut dengan 2006) menyatakan bahwa untuk mengatasi
menggunakan Beda Nyata Jujur (BNJ) 5%. persoalan Ultisol berkadar Al tinggi dan
267
C-organik rendah adalah dengan mengendalikan OH- naik maka pH akan naik. Lebih lanjut
secara efektif keracunan Al pada tanaman dijelaskan pula bahwa bahan organik yang
melalui khelasi aluminium tanah dan telah terdekomposisi akan dapat menghasilkan
peningkatan kadar C-organik tanah, dengan ion OH- yang dapat menetralisir aktivitas ion
memanfaatkan bahan organik (pupuk hijau H+. Di samping itu peningkatan pH tanah
maupun pupuk guano) sebagai sumber ligan. tersebut erat kaitannya dengan hasil
dekomposisi bahan organik. Salah satu hasil
Reaksi Tanah (pH Tanah) dekomposisi bahan organik tersebut adalah
Hasil sidik ragam menunjukkan asam-asam organik, diantaranya adalah asam
bahwa pemberian pupuk guano dan pupuk humat dan asam fulvat. Wahyudi (2009)
hijau Lamtoro (efek tunggalnya) berpengaruh menyimpulkan bahwa asam humat dan asam
fulvat dari hasil dekomposisi bahan organik
nyata terhadap perubahan pH tanah, namun
berperan sangat penting dalam mereduksi
interaksinya tidak berpengaruh nyata.
aktivitas aluminium dalam tanah sehingga
Perubahan pH (H2O) tanah akibat pemberian produksi ion H+ akibat terhidrolisisnya
pupuk guano dan pupuk hijau Lamtoro Al akan menurun.
disajikan pada Gambar 1.
C-organik dan N-total Tanah
7
c
Hasil sidik ragam menunjukkan
6.5 b bahwa pemberian pupuk guano dan pupuk
b
b hijau Lamtoro, efek tunggal maupun
6 interaksinya, berpengaruh nyata terhadap
pH (H2O)
Pupuk Guano
perubahan C-organik dan N-total. Pengaruh
Pupuk Hijau Lamtoro
5.5 interaksinya masing-masing disajikan dalam
a a
Tabel 1 dan 2 di bawah ini.
5
Hasil uji BNJ taraf 5% (Tabel 1)
menunjukkan bahwa pemberian pupuk guano
4.5
0 0 10 10 20 20 yang disertai dengan pupuk hijau Lamtoro
Dosis Pupuk (t/ha) dapat meningkatkan C-organik tanah dari
Gambar 1. Perubahan pH (H2O) Pada Berbagai 0,90% sampai 2,41%. Peningkatan tertinggi
Dosis Pupuk Guano dan Pupuk Hijau terjadi pada pemberian pupuk guano dan
Lamtoro Pada Ultisol Wanga. pupuk hijau Lamtoro dengan dosis 20 ton/ha.
Tabel 1. Pengaruh Interaksi Pemberian Pupuk
Peningkatan pH tanah tersebut erat Guano dan Pupuk Hijau Lamtoro
kaitannya dengan proses dekomposisi bahan Terhadap C-organik (%) Ultisol Wanga
organik yang digunakan dalam penelitian ini
yakni pupuk guano dan pupuk hijau Lamtoro. Lamtoro Guano (ton/ha)
(ton/ha) 0 10 20
Bahan organik yang telah terdekompisisi
0 0,90 A 1,17 B 1,24 C
dapat meningkatkan aktivitas ion OH- yang
a b a
bersumber dari gugus karboksil (-COOH)
10 0,99 A 1,12 B 1,24 C
dan gugus hidroksil (OH-). Ion OH- akan
b a a
menetralisir ion H+ yang berada dalam 20 1,83 A 2,25 B 2,41 C
larutan tanah. Brady dan Weil (2002), c c b
menyatakan bahwa naik turunnya pH tanah BNJ 5% = 0,04
merupakan fungsi ion H+ dan OH-, jika
Ket : Nilai rerata yang ditandai dengan huruf kapital pada
konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah naik, arah horisontal dan huruf kecil pada arah vertikal yang
maka pH akan turun dan jika konsentrasi ion sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%.
268 268
Peningkatan C-organik tersebut Peningkatan N-total tanah akibat
disebabkan oleh karbon (C) merupakan pemberian pupuk guano dan pupuk hijau
penyusun utama dari bahan organik itu sendiri, tersebut sangat erat kaitannya dengan sumbangan
sehingga dengan demikian penambahan nitrogen yang terkandung dalam bahan
bahan organik seperti pupuk guano dan organik tersebut. Mengingat bahwa pupuk hijau
pupuk hijau Lamtoro, berarti menambah Lamtoro termasuk dalam famili leguminosae
kadar C-organik. Anas (2000) menyatakan yang mampu bersimbiose dengan bakteri
bahwa kadar C dalam bahan organik dapat Rhizobium yang membentuk bintil-bintil akar
mencapai sekitar 48%-58% dari berat total yang dapat mengikat nitrogen bebas di udara.
bahan organik. Apabila bahan organik telah Bahan organik yang terdekomposisi
mengalami dekomposisi maka akan dihasilkan akan menghasilkan sejumlah protein dan
sejumlah senyawa karbon seperti CO2, CO32-, asam-asam amino yang terurai menjadi
HCO3-, CH4 dan C (Bertham, 2002). Diantara ammonium (NH4+) atau nitrat (NO3-) yang
senyawa karbon yang sederhana tersebut, merupakan penyumbang terbesar N dalam
CO2 adalah yang paling banyak. Namun tanah. Menurut Hasanudin, (2003) peningkatan
karbondioksida tersebut ada yang hilang ke N-total tanah diperoleh langsung dari hasil
atmosfer dan sebagian lagi digunakan oleh dekomposisi bahan organik yang akan
mikroorganisme (Brady dan Weil, 2002). menghasilkan ammonium (NH4+) dan atau
Lebih lanjut dijelaskan bahwa karbondioksida nitrat (NO3-). Selanjutnya Brady dan Weil,
dan metan akan digunakan oleh bakteri (2002) menyatakan bahwa bahan organik
fotosintetik dan merubahnya menjadi substrat merupakan sumber unsur N, P, dan S.
yang bermanfaat dan apabila bakteri fotosintetik
tersebut mati dan kemudian melapuk akan Aldd dan KTK Tanah
menghasilkan karbon organik dalam tanah. Hasil sidik ragam menunjukkan
Hasil uji BNJ 5% (Tabel 2) bahwa pemberian pupuk guano dan pupuk
menunjukkan bahwa pemberian pupuk guano hijau Lamtoro, efek tunggal maupun
yang disertai dengan pupuk hijau Lamtoro
interaksinya, berpengaruh nyata terhadap
dapat meningkatkan N-total tanah dari 0,08%
perubahan Aldd dan KTK tanah. Pengaruh
menjadi 0,23%. Peningkatan tertinggi N-total
interaksinya masing-masing disajikan dalam
tanah terdapat pada pemberian pupuk guano dan
Tabel 3 dan 4 di bawah ini.
pupuk hijau Lamtoro dengan dosis 20 ton/ha.
Tabel 3. Pengaruh Interaksi Pemberian Pupuk
Tabel 2. Pengaruh Interaksi Pemberian Pupuk Guano dan Pupuk Hijau Lamtoro
Guano dan Pupuk Hijau Lamtoro Terhadap Aldd (me/100 g) Ultisol Wanga
Terhadap N-total (%) Ultisol Wanga
Lamtoro Guano (ton/ha)
Lamtoro Guano (ton/ha) (ton/ha) 0 10 20
(ton/ha) 0 10 20 0 1,95 B 1,83 B 1,34 A
0 0,08 A 0,09 A 0,11 B c b b
a a a 10 1,45 B 1,31 AB 1,19 A
10 0,09 A 0,12 B 0,22 C b a ab
a b b 20 1,12 A 1,31 B 1,03 A
20 0,11 A 0,12 A 0,23 B a a a
b b b BNJ 5% = 0,17
BNJ 5% = 0,01
Ket : Nilai rerata yang ditandai dengan huruf kapital pada
Ket : Nilai rerata yang ditandai dengan huruf kapital pada arah horisontal dan huruf kecil pada arah vertikal yang
arah horisontal dan huruf kecil pada arah vertikal yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%
sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%
269
Hasil uji BNJ taraf 5% (Tabel 3) meningkatkan KTK tanah. Besarnya kontribusi
menunjukkan bahwa pemberian pupuk guano bahan organik tersebut terhadap peningkatan
yang disertai dengan pupuk hijau Lamtoro KTK tanah disebabkan oleh tingginya
dapat menurunkan kandungan Aldd tanah dari senyawa karboksil (COOH) dan hidroksi (OH)
1,95 me/100 g menjadi 1,03 me/100 g. Penurunan yang apabila terhidrolisis akan menghasilkan/
tertinggi terjadi pada pemberian pupuk guano menambah muatan negatif tanah.
dan pupuk hijau Lamtoro dengan dosis 20 ton/ha. Tabel 4. Pengaruh Interaksi Pemberian Pupuk
Terjadinya penurunan kelarutan Aldd Guano dan Pupuk Hijau Lamtoro
sangat erat kaitannya dengan hasil Terhadap KTK (me/100 g) Ultisol Wanga
dekomposisi bahan organik (pupuk guano dan
Lamtoro Guano (ton/ha)
pupuk hijau Lamtoro) yakni humus yang
(ton/ha) 0 10 20
banyak mengandung asam-asam organik yang
0 14,18 A 15,09 B 15,88 C
dapat mengikat aluminium manjadi ikatan
a a a
organo kompleks (khelat) yang menyebabkan 10 15,57 A 16,56 B 17,73 C
turunnya aktivitas aluminium. Asam-asam b b b
organik tersebut bertindak sebagai ligan 20 15,67 A 18,75 B 23,63 C
organik. Wahyudi (2009) menyatakan bahwa b c c
asam-asam organik dari hasil dekomposisi BNJ 5% = 0,20
bahan organik akan menghasilkan muatan-
Ket : Nilai rerata yang ditandai dengan huruf kapital pada
muatan negatif yang dapat mengikat aluminium arah horisontal dan huruf kecil pada arah vertikal yang
membentuk suatu ikatan komplek logam organik. sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%
Lebih lanjut Mayer dan Xing (2001) menyatakan
bahwa senyawa kompleks terbentuk bila Bobot Kering Tanaman dan Serapan N
terjadi ikatan koordinasi antara senyawa Hasil sidik ragam menunjukkan
organik dengan ion Al yang sifatnya tidak larut. bahwa pemberian pupuk guano dan pupuk hijau
Berdasarkan hasil uji BNJ taraf 5% Lamtoro, efek tunggal maupun interaksinya,
(Tabel 4) menunjukkan bahwa pemberian berpengaruh nyata terhadap peningkatan
pupuk guano yang disertai dengan pupuk bobot kering tanaman dan serapan N.
hijau Lamtoro dapat meningkatkan KTK Pengaruh interaksinya masing-masing disajikan
tanah dari 14,18 me/100 g menjadi dalam Tabel 5 dan 6 di bawah ini.
23,63 me/100 g. Peningkatan tertinggi terjadi
Tabel 5. Pengaruh Interaksi Pemberian Pupuk
pada pemberian pupuk guano dan pupuk Guano dan Pupuk Hijau Lamtoro
hijau Lamtoro dengan dosis 20 ton/ha. Terhadap Berat Kering Tanaman
Terjadinya peningkatan KTK tanah (g/tanaman)
disebabkan oleh peningkatan bahan organik
yang ditambahkan ke dalam tanah tersebut. Lamtoro Guano (ton/ha)
Bahan organik itu sendiri mempunyai KTK (ton/ha) 0 10 20
tinggi yang bersumber dari gugus-gugus 0 3,18 A 3,31 B 3,57 C
fungsional asam organik seperti COOH dan a a a
10 3,25 A 3,45 B 4,50 C
OH. Bila gugus-gugus ini terhidrolisis maka
b b b
akan menghasilkan muatan negatif yang
20 3,39 A 4,86 B 5,60 C
banyak. Naiknya muatan negatif akibat proses
c c c
tersebut akan menyebabkan peningkatan BNJ 5% = 0,01
KTK tanah. Seperti yang dikemukakan oleh
Ket : Nilai rerata yang ditandai dengan huruf kapital pada
Mokolobate dan Haynes, (2002) bahwa arah horisontal dan huruf kecil pada arah vertikal yang
penambahan bahan organik akan dapat sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%
270 270
Hasil uji BNJ taraf 5% (Tabel 5) Peningkatan serapan N tanaman ada
menunjukkan bahwa pemberian pupuk guano keterkaitannya dengan peningkatan bobot
yang disertai dengan pupuk hijau Lamtoro kering tanaman, perbaikan perkembangan
dapat meningkatkan bobot kering tanaman akar tanaman, dan peningkatan ketersediaan
jagung dari 3,18 g/tanaman menjadi N tanah. Peningkatan perkembangan tanaman
5,60 g/tanaman. Peningkatan tertinggi terjadi (bobot kering tajuk dan bobot kering akar)
pada pemberian pupuk guano dan pupuk ada hubungannya dengan perbaikan kondisi
tanah (kenaikan pH tanah). Hal tersebut akan
hijau Lamtoro dengan dosis 20 ton/ha.
menyebabkan peningkatan kemampuan akar
Peningkatan bobot kering tanaman tanaman untuk menyerap air dan unsur hara
membuktikan bahwa tumbuh kembangnya N dalam tanah yang pada gilirannya akan
tanaman semakin baik dengan adanya menunjang peningkatan perkembangan
pemberian bahan organik (pupuk guano dan tanaman (Mengel, et al., 2001).
pupuk hijau Lamtoro). Peningkatan bobot Tabel 6. Pengaruh Interaksi Pemberian Pupuk
kering tanaman dikontrol oleh kemampuan Guano dan Pupuk Hijau Lamtoro
tanah dalam menyuplai unsur N ke daerah Terhadap Serapan N Tanaman Jagung
rhizosfer untuk diabsorpsi oleh tanaman. (mg/tanaman)
Meningkatnya kemampuan tanah dalam
Lamtoro Guano (ton/ha)
menyuplai N ada kaitannya dengan kemampuan
(ton/ha) 0 10 20
bahan organik yang diberikan dalam menyediakan
0 0,08 A 0,11 B 0,11 B
N bagi tanaman. Bahan organik merupakan a a a
sumber unsur hara N, P dan S bagi tanaman, 10 0,09 A 0,12 B 0,23 C
dengan demikian meningkatnya bahan organik a ab b
berarti akan meningkatkan ketersediaan 20 0,11 A 0,13 B 0,24 C
unsur-unsur tesebut bagi tanaman. Mengel, b b b
et al., (2001) menyatakan bahwa bila hara BNJ 5% = 0,01
makro dalam tanah meningkat maka jumlah Ket : Nilai rerata yang ditandai dengan huruf kapital pada
yang dapat diabsorpsi oleh tanaman juga akan arah horisontal dan huruf kecil pada arah vertikal yang
meningkat, disertai dengan pembentukan sama tidak berbeda nyata pada uji BNJ 5%
senyawa-senyawa organik dalam jaringan
tanaman. Selain itu volume fotosintat yang KESIMPULAN DAN SARAN
mampu dihasilkan tanaman tidak hanya
ditentukan oleh penyerapan sinar matahari, Kesimpulan
tetapi juga oleh tingkat ketersediaan bahan Dari hasil kajian pada penelitian ini,
baku dalam riboson yang diperoleh melalui maka dapat ditarik kesimpulan :
absorpsi unsur hara dari dalam tanah. Pemberian pupuk guano dan pupuk
Perbaikan absorpsi unsur hara juga dipengaruhi hijau Lamtoro sampai dengan dosis 20 ton/ha
oleh adanya perbaikan pH tanah ini. dapat meningkatkan pH tanah, C-organik
Hasil uji BNJ taraf 5% (Tabel 5) tanah, N-total tanah, KTK tanah, bobot
menunjukkan bahwa pemberian pupuk guano kering tanaman, serapan N tanaman dan
yang disertai dengan pupuk hijau Lamtoro menurunkan kadar Aldd tanah.
dapat meningkatkan serapan N tanaman Terdapat pengaruh interaksi antara
jagung dari 0,08 mg/tanaman menjadi pupuk guano dan pupuk hijau Lamtoro
0,24 mg/tanaman. Peningkatan tertinggi terhadap C-organik tanah, N-total tanah, KTK
terjadi pada pemberian pupuk guano dan tanah, bobot kering tanaman, serapan N
tanaman dan kadar Aldd tanah. Namun tidak
pupuk hijau Lamtoro dengan dosis 20 ton/ha.
terdapat pengaruh interaksi terhadap pH H2O.
271
Peningkatan tertinggi terdapat pada Saran
pemberian bahan organik dengan dosis 20 Hasil penelitian ini belum dapat
ton/ha terhadap semua variabel amatan (pH menemukan dosis optimum dari bahan
H2O tanah= 6,60; C-organik= 2,41%; N- organik (pupuk guano dan pupuk hijau
total= 0,23%; KTK= 23,63 me/100 g; bobot Lamtoro) yang digunakan. Oleh karena itu
kering tanaman= 5,60 g/tanaman; serapan N= pada penelitian yang akan datang disarankan
5,60 mg/tanaman dan penurunan terendah untuk menggunakan dosis pupuk yang
Aldd= 1,03 me/100 g). lebih tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Anas, I., 2000. Potensi Kompos Sampah Kota untuk Pertanian di Indonesia. Seminar dan Lokakarya Pengelolaan
Sampah Organik Untuk Mendukung Program Ketahanan Pangan dan Kelestarian Lahan Pertanian.
Faperta Unibraw, Malang. h: 1-9.
Bertham, Y.H.Rr., 2002. Respon Tanaman Kedelai (Glycine max (L) Merill) Terhadap Pemupukan Fosfor dan
Kompos Jerami pada Tanah Ultisol. J. Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 4 (2): 78-83.
Brady, N.C. and R.R. Weil, 2002. The Nature and Properties of Soils. 31th ed. Prentice-Hall, Upper Saddle River,
New York. 511 p.
Carter, M.R., 2001. Critical Level of Soil Organic Matter: the Evidence for England and Wales. Dalam: R.M.
Rees et al., (eds) Sustainable Management of Soil Organic Matter. CAB Int., Wallingford, UK. p 9-23.
Hasanudin, 2003. Peningkatan Ketersediaan dan Serapan N dan P Serta Hasil Tanaman Jagung Melalui Inokulasi
Mikoriza, Azotobakter dan Bahan Organik Pada Ultisol. J. Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 5(2): 83-89.
Lingga, P. dan Marsono, 2000. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mayer, L.M. and B. Xing 2001. Organic Matter-Surface Relationship in Acid Soils. Soil Sci. Soc. Am. J. 65: 250-258.
Mengel, K., E.A. Kirkby, H. Kosegarten and T. Appel, 2001. Principles of Plant Nutrition. 5th Ed., Kluwer
Academic Publ., London..
Mokolobate, M.S. and R.J. Haynes, 2002. Increases in pH and Soluble Salts Influence the Effect that Additions of
Organic Residues Have on Concentrations of Exchangeable and Soil Solution Aluminium. European
J. Soil Sci., 53:481-489.
Notohadiprawiro, T., 2006. Budidaya Organik: Suatu Sistem Pengusahaan Lahan Bagi Keberhasilan Program
Transmigrasi Pola Pertanian Lahan Kering. Repro: Ilmu Tanah UGM-Yogjakarta. h: 1-10.
Sanchez, P.A., 1976. Properties and Management of Soil in The Tropic. John Willey and Sons, New York.
Wahyudi, I., 2009. Manfaat Bahan Organik Terhadap Peningkatan Ketersediaan Fosfor dan Penurunan
Toksisitas Aluminium di Ultisol. Disertasi S3 PPS-Unibraw Malang.
Wawan, 2002. Pegelolaan Subsoil Masam Untuk Peningkatan Produksi Tanaman Pangan. Makalah Falsafah
Sains. PPS-IPB, Bogor.
Yusuf, W.A., A. Jumberi, A. Haris dan R.S. Simatupang, 2004. Pengaruh Pemberian Pupuk Organik Terhadap
Fitotoksitas Aluminium Pada Tanah Masam. J. Tanah Trop. 18: 109-115
272 272