Coc Nifas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSI HOLISTIK

FISIOLOGIS PADA MASA NIFAS


P1001 AB000 DENGAN POSPARTUM HARI KE 7

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


Praktik Klinik Stase V
Asuhan Kebidanan Holistik Fisiologis Pada Masa Nifas

Disusun Oleh :

Anggun Puji Lestari


NIM. P17312205031

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyusun salah satu tugas
praktik klinik pendidikan profesi bidan Asuhan Kebidanan Masa Nifas pada P1001
Ab000 dengan Pospartum Hari Ke-7 di PMB Jayen Indriani, S.ST di Bakungan
Kabupaten Banyuwangi.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, karena
itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Budi Susatia, S.Kp.,M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Malang.
2. Herawati Mansur, SST.,M.Pd.,M.Psi, selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
3. Ika Yudianti, SST.,M.Keb, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
4. Ari Kusmiwiyati, SST., M.Keb selaku pembimbing institusi.
5. Jayen indriani SST., selaku pembimbing klinik.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala amal
baik yang telah diberikan dan semoga laporan ini berguna bagi semua pihak yang
memanfaatkan.

Pasuruan, Januari 2021

Penulis
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES MALANG

2020 – 2024

VISI PROGRAM STUDI :

Menghasilkan lulusan bidan profesi yang beradab dan berdaya saing global dalam
pemberdayaan perempuan di keluarga dan masyarakat di Tingkat Nasional pada
tahun 2024.

MISI PROGRAM STUDI :

1. Menyelenggarakan program pendidikan tinggi vokasi dan Profesi Kebidanan


yang beradab, inovatif dan berdaya saing global di bidang Kesehatan Ibu dan
Anak yang berbasis Pemberdayaan Perempuan.
2. Mengembangkan produktivitas penelitian terapan dan pengabdian kepada
masyarakat Lingkup Kesehatan Ibu dan Anak yang berbasis Pemberdayaan
Perempuan yang berkualitas, inovatif dan mengembangkan Publikasi Ilmiah
yang bereputasi.
3. Mengembangkan tatakelola organisasi yang baik berbasis Teknologi
Informasi.
4. Mengembangkan kerjasama dan produktivitas kemitraan dalam negeri dalam
pelaksanaan Tri Dharma PT.
5. Mengembangkan kerjasama dan produktivitas kemitraan dengan luar negeri
dalam pelaksanaan pembelajaran dan pengabdian kepada masyarakat.
6. Melaksanakan Tata Kelola Organisasi yang Kredibel, Transparan, Akuntabel,
Bertanggung Jawab, dan Adil.
7. Meningkatkan Kualitas dan Kuantitas Sumber Daya Manusia yang
Profesional dalam melaksanakan Tridharma Perguruan Tinggi.
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan..........................................................................................i
Kata Pengantar..................................................................................................ii
Daftar Isi ..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................4
1.3 Metode Penyusunan................................................................................5
1.4 Sistematika Penulisan..............................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Manajemen Kebidanan Kehamilan Fisiologis...........................7
2.2 Telaah Artikel Ilmiah..............................................................................16
BAB III TINJAUAN KASUS..........................................................................65
3.1 Pengkajian Data Subjektif.......................................................................16
3.2 Pengkajian Data Objektif........................................................................16
3.3 Assessment..............................................................................................16
3.4 Penatalaksanaan......................................................................................16
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................103
BAB V PENUTUP...........................................................................................107
5.1 Kesimpulan..............................................................................................16
5.2 Saran........................................................................................................16
Daftar Pustaka...................................................................................................117
Lampiran...........................................................................................................119
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di Indonesia, Kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu prioritas
utama dalam pembangunan kesehatan. Salah satu tujuannya yaitu guna mencapai
target Millenium Development Goals (MDG’s) ke-5 yaitu menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup. Namun pada
kenyataannya, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia menurut mencapai 359
per 100.000 kelahiran hidup, meningkat dibandingkan dengan data SDKI tahun
2007 yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup.
Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas dimulai dari 6
jam sampai 42 hari pasca persalinan. Masa nifas tidak kalah penting dengan
masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini organ-organ reproduksi sedang
mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan persalinan.
Ibu nifas juga mengalami perubahan psikologis yaitu melanjutkan pencapaian
proses peran maternalnya dan kelekatan dengan bayinya. Sehingga ibu nifas
perlu mendapatkan asuhan pelayanan nifas yang bermutu.
Masa nifas adalah masa setelah alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung sekitar 6 minggu, pada masa nifas terjadi
perubahan fisiologis yaitu perubahan fisik, involusi uterus, pengeluaran lochea,
laktasi atau pengeluaran air susu ibu (Prawirohardjo, 2014). Seringkali pada
masa nifas ini terjadi beberapa masalah diantaranya ibu nifas mengeluh karena
mengalami kesulitan buang air besar atau BAB dimana feses menjadi lebih padat
sehingga sulit untuk dikeluarkan yang disebut dengan konstipasi. Keadaan ini
bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
pada masa awal pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum
melahirkan, kurang makan atau dehidrasi (Walyani, 2015). Adanya pantang
makan makanan berserat berpengaruh besar dalam kejadian konstipasi pada ibu
nifas, karena massa feses sangat ditentukan oleh asupan serat. Diet yang
mengandung serat dalam jumlah besar akan menghasilkan feses yang lunak dan
akan cepat melalui usus. Sebaliknya diet rendah serat akan menghasilkan feses
yang kecil dan melewati usus secara perlahan (Kusumaningrum, 2015).
Mutu pelayanan kesehatan ibu nifas dapat terlihat dari standar waktu
dimana ibu nifas dianjurkan untuk melakukan kunjungan nifas paling sedikit 3
kali kunjungan dengan standar operasionalnya meliputi pemeriksaan tanda vital
(tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu); pemeriksaan tinggi fundus uteri;
pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya; pemeriksaan payudara
dan anjuran ASI eksklusif; pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)
kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana; serta
pelayanan KB pasca persalinan. Kunjungan nifas ini bertujuan untuk menilai
status ibu dan bayi baru lahir juga untuk mencegah, mendeteksi, serta menangani
masalah-masalah yang terjadi.
Menurut Hasanah (2014), kunjungan post partum merupakan kunjungan
yang dilakukan ibu nifas ke tenaga kesehatan selama masa nifas. Namun
fenomena yang terjadi di masyarakat kunjungan post partum jarang dilakukan
sesuai standar, seringkali hanya dua kali atau satu kali kunjungan selama post
partum, selama tidak ada keluhan pada ibu maupun bayinya.
Asuhan pada ibu nifas yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
konstipasi yaitu dengan cara memfasilitasi ibu untuk membicarakan masalah
yang dihadapi pada ibu nifas dengan bersikap proaktif menanyakan pada ibu
mengenai masalah yang terjadi termasuk biasanya adalah masalah kontrol
defekasi (Laili dan Nisa, 2019). Hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi
konstipasi adalah dengan segera mungkin melakukan mobilisasi dini setelah
melahirkan. Selain dengan melakukan latihan fisik secara teratur, asupan nutrisi
terutama serat yang dikonsumsi oleh ibu selama masa nifas juga sangat
mempengaruhi terjadi konstipasi. Makanan yang memiliki kandungan serat
tinggi dapat membantu mempercepat proses defekasi pada ibu nifas. Akan tetapi
hal tersebut tetap harus memperhatikan jumlah dan jenis serat yang di konsumsi
(Bobak, 2015). Upaya yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan dalam hal ini
adalah bidan yaitu memberi konseling gizi tentang pentingnya asupan nutrisi
pada ibu nifas, dan sebaiknya penyuluhan ini dilakukan sejak masa kehamilan
(Kusumaningrum, 2015).
Asuhan kebidanan secara Continuity Of Care (COC) merupakan upaya
untuk meningkatkan kualitas pelayanan, yaitu dengan memberikan asuhan yang
komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, dan keluarga berencana.
Dengan dilaksanakannya asuhan kebidanan secara berkesinambungan,
diharapkan ibu dapat menjalani masa kehamilan, persalinan, nifas, masa
neonatus hingga memutuskan untuk penggunaan alat kontrasepsi tanpa penyulit
apapun, sehingga menurunkan resiko kematian ibu dan bayi.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menyusun Asuhan
Kebidanan Masa Nifas pada Ny. I Usia 23 Tahun P1001 Ab000 dengan
postpartum hari ke 7 di PMB Jayen Indriani, S.ST di Bakungan Kabupaten
Banyuwangi.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Masa Nifas yang
didokumentasikan dengan pendekatan metode SOAP.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian data subjektif secara tepat, lengkap, relevan, dan nyata.
b. Melakukan pengkajian data objektif secara tepat, lengkap, relevan, dan nyata.
c. Mengidentifikasi diagnosis dan masalah.
d. Melaksanakan rencana asuhan mulai dari membuat prioritas masalah, tujuan,
rencana asuhan kebidanan, dan mengimplementasikan asuhan kebidanan.

1.3 Metode Penyusunan


Metode praktik yang digunakan dalam pengumpulan data, antara lain :
1.3.1 Studi Kepustakaan
Metode kepustakaan dilakukan melalui pencarian jurnal-jurnal penelitian secara
online guna mencari informasi dan teori-teori yang berkaitan dengan penerapan
konsep asuhan kebidanan masa nifas berupa buku-buku serta dokumen yang ada
relevasinya dengan konsep kebidanan.
1.3.2 Observasi
Metode observasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data dengan
mengadakan pengamatan yang sistematis, pengamatan yang dimaksud bisa secara
langsung pada dokumen atau catatan khusus. Dengan metode observasi, mahasiswa
melakukan pengamatan yang sistematis terhadap penerapan konsep asuhan kebidanan
yang diberikan oleh bidan terhadap klien secara langsung.
1.3.3 Wawancara
Wawancara adalah suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan melakukan
tanya jawab yang sistematis. Melalui proses wawancara, mahasiswa mengobservasi
dan mengidentifikasi penerapan konsep asuhan kebidanan yang diberikan oleh bidan
terhadap klien.
1.3.4 Studi Dokumentasi
Metode studi dokumentasi merupakan metode dengan mencari data mengenai
hal-hal atau variable yang berupa catatan, buku, agenda dan sebagainya. Dalam
metode ini mahasiswa mencari data mengenai pelayanan yang berkaitan oleh bidan
dari catatan maupun buku-buku yang ada.

1.4 Sisematika Penulisan


Dalam laporan praktik ini terdiri dari 5 BAB, antara lain BAB I yaitu
pendahuluan yang terdiri dari latar belakang yang mengangkat mengenai penerapan
Asuhan Kebidanan masa nifas yang harus diterapkan oleh bidan di lapangan praktik
dalam menghadapi pasien, tujuan praktik, metode praktik dan sistematika laporan.
BAB II yaitu tinjauan teori yang terdiri dari konsep manajemen kebidanan masa nifas
fisiologis dan telaah artikel ilmiah sesuai kasus. BAB III yaitu tinjauan kasus yang
didokumentasikan dengan metode SOAP. BAB IV yaitu pembahasan dan BAB V
merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJUAN TEORI

2.1 Konsep Managemen Kebidanan Nifas Data Subjektif


A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama : Mengidentifikasi dan membantu dalam
membentuk rapport/laporan, mempererat
hubungan antara bidan dan pasien sehingga
dapat meningkatkan rasa percaya pasien
terhadap bidan (Munthe dkk, 2019). Nama
lengkap atau panggilan digunakan untuk
membedakan dengan pasien lain serta untuk
membina hubungan saling percaya.
Umur : Membantu mengidentifikasi kehamilan yang
memerlukan perhatian khusus seperti (kehamilan
remaja risiko persalinan sulit dengan disproporsi
kepada panggul, inersia uteri, tidak kuat
mengejan, dan perdarahan postpartum) dan usia
tua (>35 tahun) berisiko melahirkan janin
dengan kelainan kongenital, risiko diabetes
gestasional, risiko hipertensi dalam kehamilan,
resiko kesulitan saat persalinan dan perdarahan
postpartum (Munthe dkk, 2019).
Suku dan Bangsa : Mengetahui kebudayaan dan perilaku /kebiasaan
pasien, apakah sesuai atau tidak dengan pola
hidup sehat (Munthe dkk, 2019). Kondisi adat
istiadat dan budaya dapat mempengaruhi
perilaku kesehatan.
Agama : Memotivasi pasien dan suami dengan kata-kata
yang bersifat religius, terutama pada pasien
dengan gangguan psikologis (Munthe dkk,
2019). Memudahkan bidan dalam memberikan
asuhan pada pasien.
Pendidikan : Mempermudah dalam berkomunikasi sesuai
tingkat pendidikan dan suami (Munthe dkk,
2019). Pendidikan yang ditanyakan yaitu
sekolah terakhir digunakan dalam memberikan
pelayanan asuhan serta komunikasi yang
dilakukakan bidan terhadap pasien.

Pekerjaan : Mengetahui keadaan ekonomi pasien, sehingga


saat diberikan asuhan dapat disesuaikan dengan
kondisi ekonominya (Munthe dkk, 2019).
Ditanyakan apakah ibu bekerja atau tidak, serta
mengetahui keadaan ekonomi yang berpengaruh
terhadap kondisi kesehatan fisik dan psikologis
ibu.
Penghasilan : Mengetahui keadaan ekonomi klien yang dapat
memepengarui status kesehtan
Alamat : Mempermudah bidan dalam memberikan asuhan
dan menghubungi pasien dan suami (Munthe
dkk, 2019).

2. Keluhan Utama
Mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya
pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada
perineum.

3. Riwayat Obstetrik
a. Kehamilan
usia kehamilan, apakah ada hipertensi
b. Persalinan
jenis persalinan normal, apakah plasenta manual/normal, apakah ibu dirawat
di RS/tidak
c. Penolong
dikaji untuk mengetahui penolong persalinan ibu, apakah ditolong oleh
tenaga kesehatan atau dukun yang mempengaruhi keamanan dalam
persalinan.
d. Lama persalinan
pada ibu primi lama persalinan kala I 12 jam, kala II 1 jam, kala III 30 menit.
e. Komplikasi persalinan
pada ibu dan bayi agar dapat ditegakkan asuhan yang tepat. Untuk sekarang
tidak ada komplikasi yang menyertai persalinan.
f. Nifas
selama nifas ibu mengalami demam atau tidak, ibu menyusui/tidak, adakah
keluhan mules, perdarahan aktif/tidak

4. Riwayat KB
Kaji pengetahuan klien dan penanganan tentang kontrasepsi, jenis kontrasepsi
yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau
rencanapenambahan anggota keluarga dimasa mendatang (Nugroho, 2014).
Pada kasus ASI tidak lancar, estrogen yang ada dalam kontrasepsi oral yang
dikonsumsi ibu memberikan efek yang yang negatif terhadap produksi ASI,
yaitu produksi ASI akan menurun. Oleh sebab itu kontrasepsi yang
mengandung estrogen tidak dianjurkan bagi ibu yang menyusui (Ummah,
2014).

5. Pola kebiasaan sehari-hari


a. Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum , frekuensi, banyaknya,
jenis makanan (Munthe dkk, 2019). Nilai gizi ibu nifas : energi 2500-2700
kkal, protein 100 gr, lemak 87,4 gr, karbohidrat 433 gr, dapat diperoleh dari
3x makan dengan komposisi 1½ piring nasi, 1 potong daging
sedang/telur/ayam/tahu/tempe, 1 mangkuk sayuran, buah dan minum
sedikitnya 3 liter.
b. Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur,
kebiasaan sebelum tidur. Misalnya, membaca, mendengarkan musik,
kebiasaan mengonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu
luang. Istirahat sangat penting bagi ibu masa nifas karena dengan istirahat
yang cukup dapat mempercepat penyembuhan (Munthe dkk, 2019).
c. Aktivitas
Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji
pengaruh aktivitas terhadap kesehatannya. Mobilisasi sedini mungkin dapat
mempercepat proses pengembalian alat-alat reproduksi. Apakah ibu
melakukan ambulasi, seberapa sering, apakah kesulitan, dengan bantuan atau
sendiri, apakah ibu pusing ketika melakukan ambulasi (Munthe dkk, 2019).
d. Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar
frekuensi, jumlah, konsistensi, dan bau serta kebiasaan buang air kecil
frekuensi, warna dan jumlah (Munthe dkk, 2019).
e. Kebersihan
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga kebersihan tubuh
terutama pada daerah getalia, karena pada masa nifas masih mengeluarkan
lokea (Munthe dkk, 2019).

6. Data Psikososial
Mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita mengalami
banyak perubahan emosi atau psikologis selama masa nifas sementara ia
menyesuaikan diri menjadi seorang ibu. Cukup sering ibu menunjukkan depresi
ringan beberapa hari setelah kelahiran. Depresi tersebut sering disebut sebagai
postpartum blues. Postpartum blues sebagian besar merupakan perwujudan
fenomena psikologis yang dialami oleh wanita yang terpisah dari keluarga dan
bayinya. Hal ini sering terjadi sering diakibatkan oleh sejumlah faktor.
a. Penyebab yang paling menonjol adalah :
(1) Kekecewaan emosional yang mengikuti rasa puas dan takut yang
dialami kebanyakan wanita selama kehamilan dan persalinan.
(2) Rasa sakit masa nifas awal
(3) Kelelahan karena kurang tidur selama persalinan dan postpartum
(4) Kecemasan pada kemampuannya untuk merawat bayinya setelah
meninggalkan rumah sakit
(5) Menjelaskan pengkajian psikologis
(6) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya
(7) Respon ibu terhadap bayinya
(8) Respon ibu terhadap dirinya
(Sutanto, 2018)

Banyak hal menambah beban hingga seorang wanita merasa down. Banyak
wanita tertekan pada saat setelah melahirkan, sebenarnya hal tersebut adalah
wajar. Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus dijalani.
Tanggung jawab seorang ibu menjadi semakin besar dengan kehadiran bayi
baru lahir. Dorongan dan perhatian dari seluruh anggota keluarga lainnya
merupakan dukungan yang positif bagi ibu. Dalam menjalani adaptasi setelah
melahirkan ibu akan mengalami fase-fase, Rubin mengklasifikasikan tahap ini
menjadi tiga yaitu sebagai berikut:
a) Periode Taking In
Fase ini merupakan periode ketergantungan, yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya
sendiri, sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya.
Ketidaknyamanan yang dialami antara lain rasa mules, nyeri pada luka
jahitan, kurang tidur, kelelahan. Hal yang perlu diperhatikan pada fase ini
adalah istirahat cukup, komunikasi yang baik dan asupan nutrisi.
Gangguan psikologis yang dapat dialami oleh ibu pada fase ini adalah :
(1) Kekecewaan pada bayinya
(2) Ketidaknyamanan sebagai akibat perubahan fisik yang dialami
(3) Rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya
(4) Kritikan suami atau keluarga tentang perawatan bayinya
b) Periode Taking Hold
Fase ini berlangsung antara 3 – 10 hari setelah melahirkan. Ibu merasa
khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam perawatan
bayinya. Perasaan ibu lebih sensitive sehingga mudah tersinggung. Hal yang
perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik, dukungan dan pemeberian
penyuluhan/Pendidikan kesehatan tentang perawatan diri dan bayinya. Tugas
bidan antara lain : mengajarkan cara perawatan bayi, cara menyusui yang
benar, cara perawatan luka jahitan, senam nifas, Pendidikan kesehatan gizi,
istirahat, kebersihan diri, dan lain-lain.
c) Periode Letting Go
Fase ini merupakan fase menerima tanggungjawab akan peran barunya. Fase
ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai dapat
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya. Terjadi peningkatan
akan perawatan diri dan bayinya. Terjadi peningkatan akan perawatan diri
dan bayinya. Ibu merasa percaya diri akan peran barunya, lebih mandiri
dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan bayinya. Dukungan suami dan
keluarga dapat membantu merawat bayi. Kebutuhan akan istirahat masih
diperlukan ibu untuk menjaga kondisi fisiknya.
Hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut :
(1) fisik. Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih
(2) Psikologi. Dukungan dari keluarga sangat diperlukan
(3) Sosial. Perhatian, rasa kasih saying, menghibur ibu saat sedih dan
menemani saat ibu merasa kesepian
(4) Psikososial
(Nugroho, dkk,
2014)

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Nadi : Nadi berkisar antara 60-80x/menit. Denyut nadi di
atas 100x/menit pada masa nifas adalah
mengindikasikan adanya suatu infeksi, hal ini salah
satunya bisa diakibatkan oleh proses persalinan sulit
atau karena kehilangan darah yang berlebihan. Jika
takikardi tidk disertai panas kemungkinan
disebabkan karena adanya vitium kordis. Beberapa
ibu postpartum kadang-kadang mengalami
bradikardi puerperal, yang denyut nadinya mencapai
serendah-rendahnya 40-50x/menit. Beberapa alasan
telah diberikan sebagai penyebab yang mungkin,
tetapi belum ada penelitian yang membuktikan
bahwa hal itu adalah suatu kelainan (Munthe dkk,
2019).
Tekanan darah : Tekanan darah pada saat setelah melahirkan tekanan
darah normal 120/80 mmHg, beberapa ditemukan
keadaan hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini
akan menghilang dengan sendirinya apabila tidak ada
penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam 2
bulan pengobatan (Munthe dkk, 2019).
Pernafasan : Pernapasan harus berada dalam rentang yang normal
20-30 x/menit (Munthe dkk, 2019). Fungsi
pernafasan kembali pada rentang normal wanita
selama jam pertama pascapartum. Nafas pendek,
cepat atau perubahan lain memerlukan evaluasi
adanya kondisi-kondisi seperti kelebihan cairan
eksaserbasi asma dan emboli paru (Nugroho dkk,
2017).
Suhu : Peningkatan suhu badan mencapai pada 24 jam
pertama masa nifas pada umumnya disebabkan oleh
dehidrasi, yang disebabkan oleh keluarnya cairan
pada saat melahirkan, dll. Tetapi pada umumnya
setelah 12 jam postpartum suhu tubuh kembali
normal yaitu 36,5 - 37C. Kenaikan suhu yang
mencapai >38oC adalah mengarah ke tanda-tanda
infeksi (Munthe dkk, 2019).

2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi Palpasi, Auskultasi dan Perkusi
Kepala, wajah dan leher : Periksa ekspresi wajah, adanya oedema, seklera
(putih) dan konjungtiva mata (merah muda),
mukosa mulut. Adanya pembesaran limfe,
pembesaran kelenjar tiroid dan bendungan vena
jugularis (Nugroho dkk, 2014).
Dada dan payudara : Auskultasi jantung dan paru sesuai indikasi keluhan
ibu, atau perubahan nyata pada penamplan atau
tanda-tanda vital. Pengkajian payudara pada
periode awal pascapartum meliputi penampilan,
pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit,
keadaan areola dan integritasi puting, posisi bayi
pada payudara, adanya kolostrum, adakah
pembengkakan, benjolan, nyeri, dan adanya
sumbatan ductus dan tanda-tanda mstitis. Perabaan
pembesaran kelenjar getah bening di ketiak
(Nugroho dkk, 2014).
Adbomen dan uterus : Evaluasi abdomen terhadap involusi uterus, teraba
lembut, tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus
abdomina lutuh (intact) atau terdapat diastasis recti
dan kandung kemih, distensi, strie,untuk involusi
uterus periksa kontraksi uterus, konsistensi (keras,
lunak, boggy), perabaan distensi bias, posisi dan
tinggi fundus uteri. Tinggi fundus uterus, kontraksi
uterus, nyeri (Nugroho dkk, 2014).

Penurunan tinggi fundus uteri menurut Suistyawati


2015 :
a. Pada saat bayi lahir TFU setinggi pusat dengan
berat 1000 gram.
b. Pada akhir kala III TFU teraba 2 jari bawah
pusat.
c. Pada satu minggu masa nifas, TFU teraba
pertengahan pusat dan simpisis dengan berat 500
gram
d. Pada dua minggu masa nifas TFU teraba di atas
simpisis dengan berat 350 gram.
e. Pada enam minggu masa ifas TFU tidak teraba
dengan berat 50 gram
Genetalia : Pengkajian perineum terhadap memar, oedema,
hematoma, penyembuhan setiap jahitan, inflamasi.
Pemeriksaan tipe, kuantitas dan bau lokhea.
Pemeriksaan anus terhaap adanya hemorhoid
(Nugroho dkk, 2014).
Macam-macam lokea yaitu :
a. Lokea rubra : hari ke 1-2, terdiri dari darah
segar bercampur sisa-sisa ketuban, sel-sel
desidua, sisa-sisa vernix kaseosa, lanugo dan
mekonium
b. Lokea sanguinolenta : hari ke 3-7, terdiri dari
darah bercampur lendir yang berwarna
kecoklatan
c. Lokea serosa : hari ke 7-14 berwarna
kekuningan
d. Lokea laba : hari ke 14 setelah masa nifas,
hanya merupakan cairan putih
(Munthe dkk, 2019)
Ekstermitas : Pemeriksaan ekstremitas terhadap adanya oedema,
nyeri tekan atau panas pada betis adanya tanda
hofman, refleks. Tanda hofman didapatkan dengan
meletakkan satu tangan pada lutut ibu, dan lakukan
tekanan ringan untuk menjaga tungkai tetap lurus.
Dorsofleksi kaki tersebut jika terdapat nyeri pada
betis maka tanda hofman positif.
Pemeriksaan tanda infeksi: REEDA adalah singkatan yang sering digunakan
untuk menilai kondisi episiotomi atau laserasi
perineum. REEDA singkatan dari Redness/
kemerahan, Edema / edema, Ecchymosis /
ekimosis, Discharge / keluaran, dan Approximate /
perlekatan. Kemerahan dianggap normal pada
episiotomi dan luka namun, jika ada rasa sakit yang
signifikan, diperlukan pengkajian lebih
penyembuhan luka. Edema berlebihan dapat
memperlambat penyembuhan luka. Discharge harus
tidak ada pada episiotomi atau laserasi dan tepi luka
jahitan harus rapat. Nyeri perineum harus dinilai
dan diobati (Nurbaeti dkk, 2013).

C. Analisa
Diagnosa : P00000 Ab000 post-partum hari ke…. /…. Jam hari ….
Postpartum.

D. Penatalaksanaan
1. Beritahu ibu mengenai hasil pemeriksaannya, bahwa ia dalam kedaan
normal, namun perlu untuk melakukan pemeriksaan rutin.
2. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang tanda-tanda bahaya pada masa
nifas seperti perdarahan, sakit kepala yang hebat, bengkak pada muka kaki
dan tangan, demam lebih dari 2 hari, payudara bengkak, ibu terlihat
murung dan menangis.
3. Berikan apresiasi terhadap ibu tentang pola makan dan minum yang
selama ini sudah dilakukan, dan memberikan motivasi untuk tetap
mempertahankannya.
4. Beritahu ibu untuk melakukan kunjungan berikutnya, yaitu satu minggu
lagi.
Masalah :
1. Nyeri pada luka jahitan
Penatalaksanaan :
a. Anjurkan kepada ibu untuk menjaga kebersihan diri terutama daerah
perineum
b. Anjurkan ibu untuk meminum hingga habis obat analgetik dan antibiotik
serta zat besi yang telah diberikan.
c. Demonstrasi senam nifas
2. Payudara nyeri dan bengkak
Penatalaksanaan :
a. Ajarkan ibu melakukan perawatan payudara ibu menyusui
b. Ajarkan cara menyusui yang benar
c. Beritahu ibu agar menyusui bayinya secara bergantian payudara kanan
dan kiri sampai payudara terasa kosong.
3. Konstipasi
Penatalaksanaan :
a. Berikan informasi diet yang tepat tentang pentingnya makanan kasar,
peningkatan cairan dan upaya untuk membuat pola pengosongan normal.
b. Anjurkan peningkatan tingkat aktivitas dan ambulasi sesuai toleransi
c. Kaji episiotomy, perhatikan adanya laserasi dan derajat keterlibatan
jaringan.
4. Gangguan pola tidur
Penatalaksanaan :
a. Sedapat mungkin mengupayakan meminimalkan tingkat kebisingan di
luar dan di dalam ruangan.
b. Mengatur tidur siap tanpa gangguan saat bayi tidur, mendiskusikan
Teknik yang pernah dipakainya untuk meningkatkan istirahatnya,
misalnya minum-minuman hangat, membaca, menonton TV sebelum
tidur.
2.2 Konsep Manajemen Kebidanan Pada Neonatus
A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama bayi : untuk mengetahui identitas bayi dan
menghindari kekeliruan.
Tanggal lahir : untuk untuk mengetahui kapan bayi
lahir, sesuai atau tidak dengan
perkiraan lahirnya
Jenis kelamin : untuk mencocokkan identitas sesuai
nama bayi, serta menghindari
kekeliruan bila terjadi kesamaan nama
dengan bayi lain
Umur : untuk mengkaji usia bayi karena pada
minggu-minggu awal masa neonatus
memerlukan pengawasan dan asuhan
khusus yang nanti akan disesuaikan
dengan tindakan yang akan dilakukan.
0-8 hari : neonatus dini
8-28 hari : neonatus lanjut

2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya pada tanggal…. jam….WIB.
Masalah atau keluhan yang lazim dialami bayi baru lahir antara lain: bayi
rewel belum bisa menghisap puting susu ibu, asfiksia, hipotermi, bercak
mongol, hemangioma, ikterus, muntah dan gumoh, oral trush, diaper rash,
seborrhea, bisulan, miliariasis, diare, obstipasi, dan infeksi (Marmi, 2015).

B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Untuk mengetahui bagaimana kesehatan umum bayi dan adanya kelainan
yang dapat mempengaruhi kesehatan bayi.
Kesadaran : Composmentris
Suhu : normal (36.5- 37°C)
Pernafasan : normal (40-60 kali/menit)
Denyut jantung : normal (130-160 kali/menit)
Berat Badan : normal (2500-4000 gram)
Panjang Badan : antara 48-52 cm

2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
Kepala : adakah caput succedaneum, cephal hematoma,
keadaan ubun-ubun tertutup
Muka : warna kulit merah
Mata : seklera putih, konjungtiva merah muda
Hidung : tampak pernafasan cuping hidung/ tidak, terdapat
sekret/ tidak,
Telinga : simetris/ tidak, ada serumen/ tidak
Mulut : Bibir lembab / tidak, merah/ pucat/ biru, ada
labioskisis / palatoskisis / tidak, lidah bersih / tidak,
ada moniliasis / tidak
Leher : terdapat iritasi/ tidak, bersih/ tidak, pembengkakan
vena jugularis/ tidak, pembesaran kelenjar
tiroid/tidak
Dada : Simetris/ tidak, gerak nafas teratur/ tidak, terdapat
retraksi dada/ tidak
Abdomen : buncit/ tidak, pusar bersih/ kotor, simetris/tidak, ada
massa/ tidak, ada infeksi/tidak
Genetalia : jenis kelamin perempuan/ laki-laki, lubang uretra
normal/ tidak
Anus : normal/ tidak, terdapat atresia ani/ tidak
Ekstremitas
Atas : simertis / tidak, pergerakan aktif / tidak, terdapat
sindaktil/ polidaktil/ tidak
Bawah : simetris / tidak, pergerakan aktif / tidak, terdapat
sindaktil/ polidaktil/ tidak, terdapat pelvarus/
pelvagus/ tidak
Integumen : ada ruam/ tidal, terdapat tanda lahir/ tidak, terdapat
rambut lanugo/ tidak.
b. Palpasi
Kepala : ubun-ubun besar teraba datar/ cekung/
cembung/lunak/ padat, teraba benjolan abnormal/
tidak
Genetalia : skrotum terdapat 2 testis/ tidak
c. Auskultasi
Dada : terdengar ronchi/ whezing / tidak, bunyi jantung
normal / tidak
Abdomen : bising usus normal/ tidak
e. Perkusi
Perut : kembung / tidak
C. Analisa
Diagnosa : Neonatus sesuai masa kehamilan usia 6-48 jam
Masalah : Kemungkinan masalah yang timbul pada neonatus seperti
1. Infeksi
a. DS : Ibu mengatakan tali pusat bayinya masih basah
b. DO : Tali pusat masih basah, kulit kemerahan
2. Muntah dan Gumoh
a. DS : Ibu mengatakan bayinya mengeluarkan kembali susu yang telah
ditelanya
b. DO : Ekstremitas kurang aktif
3. Oral Trush
a. DS : Ibu mengatakan bayinya rewel, badan terasa panas, ada bercak
keputihan pada mulut sampai bibir memutih seperti susu yang melekat
b. DO : Terdapat bercak keputihan pada mulut seperti bekuan susu yang
melekat
4. Seborrhea
a. DS : Ibu mengatakan terdapat sisik dan kemerahan disekitar di kepala
bayinya
b. DO : Terdapat sisil dan kemerahan pada bagian kepala bayi.
5. Miliariasis
a. DS : Ibu mengatakan terdapat bintik-bintik bergelembung dan kulit
kemerahan pada anaknya
b. DO : Terdapat bintik-bintik bergelembung dan kulit kemerahan pada
anaknya
6. Diaper rash (Ruam popok)
DS : Ibu mengatakan bayinya rewel dan terdapat kemerahan pada
selangkangan dan pantat bayi
DO : Terdapat kemerahan pada selangkangan dan pantat bayi

D. Penatalaksanaan
1. Tujuan :
a. Bayi tetap dalam keadaan normal
b. Bayi tidak mengalami infeksi dan hipotermi (Sondakh, 2013).
2. Kriteria Hasil :
a. Bayi dalam keadaan sehat
b. TTV dalam batas normal :
i. Denyut jantung : 120-160 kali/menit
ii. Pernafasan : 40-60 kali/menit
iii. Suhu : 36,5-37,5 oC (Sondakh, 2013).
3. Penatalaksanaan :
a. Berikan informed consent pada ibu dan keluarga
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
c. Beri identitas pada bayi
d. Keringkan kepala dan tubuh neonatus dan bungkus bayi dengan
i. selimut hangat
e. Rawat tali pusat dengan cara membungkus dengan kassa kering yang
i. bersih dan steril.
f. Timbang berat badan bayi
g. Ukur suhu tubuh bayi, denyut jantung, dan respirasi setiap jam
h. Anjurkan ibu utuk mengganti popok bayi setelah BAB dan BAK
i. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif
j. Anjurkan ibu cara menyusui yang benar, maka bayi akan merasa nyaman
dan tidak tersedak.
4. Masalah :
a. Berat Badan
Tujuan : Menjaga berat badan bayi tetap normal
Kriteria Hasil : Berat badan bayi sesuai dengan pertumbuhannya
Penatalaksanaan : Menimbang berat badan bayi dengan membandingkan
berat badan lahir dan berat badan saai ini.

b. Kebutuhan Nutrisi
Tujuan : Memastikan bayi memperoleh nutrisi yang cukup Kriteria
Hasil : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Penatalaksanaan : Memberikan nutrisi pada bayi berupa ASI yang harus
diberikan sesuai dengan kebutuhan bayi.

c. Muntah dan Gumoh


Tujuan : Mencegah terjadinya muntah dan gumoh
Kriteria Hasil : KU : Baik, tidak terjadi Muntah dan gumoh
Penatalaksanaan :
1) Memperbaiki teknik menyusui.
2) Memiringkan bayi
3) Perlakukan bayi dengan baik dan hati-hati.
4) Mengkaji faktor penyebab dan sifat muntah.
5) Memberi terapi berdasarkan faktor penyebab muntah.
d. Hipotermi
Tujuan : mencegah terjadinya Hipotermi
Kriteria hasil : Suhu : 36,5-37,50C
Denyut Jantung : 120-160 kali/menit
Penatalaksanaan :
1) Bantu orangtua dalam mempelajari tindakan yang tepat untuk
mempertahankan suhu bayi, seperti menggendong bayi dengan tepat
dan menutup kepala bayi bila suhu aksila lebih rendah dari 36,1 dan
periksa suhu 1 jam kemudian.
2) Kaji lingkungan terhadap kehilangan termal melalui konduksi,
konveksi, radiasi, evaporasi. Misalnya ruangan yang dingin atau
berangin, pakaian yang tipis.
3) Tunda memandikan bayi kurang dari 6 jam setelah bayi lahir.
4) Memandikan bayi dengan cepat untuk menjaga supaya bayi tidak
kedinginan, hanya membuka bagian tubuh tertentu dan mengeringkat
segera.
5) Pertahankan tanda-tanda vital, stres dingin (misalnya : pucat, distress
pernafasan, tremor, latergis dan kulit dingin)
e. Ikterus
Tujuan : Mencegah terjadinya Ikterus/hiperbilirubin
Kriteria hasil : Tidak terjadi peningkatan kadar hiperbilirubin atau
kadar bilirubim maksimum 12 mg/dl.
Penatalaksanaan :
1) Mulai pemberian makan oral awal pada bayi, khususnya ASI
2) Pertahankan bayi tetap hangat dan kering. Pantau kulit dan suhu
sesering mungkin.
3) Perhatikan usia bayi pada saat ikterus, bedakan tipe fisiologis akibat
ASI atau patologis.
f. Infeksi
Tujuan : Infeksi teratasi
Kriteria Hasil : Suhu : 36,5-37,50C
Pernafasan : Frekuensi 40-60 kali permenit. Tidak ada tanda kemerahan,
tidak ada nyeri, tidak ada bengkak, tidak ada penurunan fungsi bagian
tubuh
Penatalaksanaan :
a) Beritahu pada ibu mengenai kondisi bayinya.
b) Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi.
c) Obsevasi suhu badan bayi.
d) Berikan kompres hangat apabila suhu tubuh bayi tinggi
e) Rujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih memadai untuk diberikan
terapi.
2.2 Telaah Satu Artikel Ilmiah Sesuai Kasus
Jurnal dengan judul “Pengaruh Konsumsi Makanan Tinggi Serat Terhadap
Kejadian Konstipasi Pada Ibu Nifas Di Puskesmas Ngambon Kabupaten
Bojonegoro’’ oleh Erma Tri Lestari dengan telaah artikel menggunakan metode
IMRAD (Introduction, Method, Result and Discussion) merupakan salah satu struktur
yang digunakan oleh Jurnal Ibriez.

1. Introduction
- Konstipasi yang terjadi pada masa nifas pada umumnya disebabkan
kurangnya makan berserat selama persalinan dan karena ibu nifas
menahan defekasi (Bahiyatun, 2016). Selain tiu beberapa faktor
penyebab yang mempengaruhi kontipasi pada ibu nifas antara lain
kurangnya gerak setelah melahirkan (mobilisasi dini), asupan nutrisi
kurang baik, asupan cairan yang rendah, obat pereda sakit
mengandung narkotik yang meninggalkan tonus dan spasme periodic
usus halus. Pada seseorang yang mengalami konstipasi, tinja akan
menjadi lebih padat dan mengeras, menyebabkan makin susahnya
defekasi, sehingga berdampak kontraksi uteri lembek, infeksi, lamanya
penyembuhan luka jahitan, dan ambeien (Laili dan Nisa, 2019).
Dampak lainya akibat konstipasi dari susah buang air besar yaitu perut
kembung, penuh, sakit pada bagian bawah, nafsu makan berkurang.
Tubuh tidak fit, lesu, mudah lelah, sering mengantuk dan berkeringat
dingin, pernafasan sesak karena volume perut untuk bernafas kurang,
dan resiko terjadinya kanker usus pada usus besar akibat dari toksin
(racun) yang terlalu lama mengendap dibagian lambung
2. Method
- Metode penelitian : cross sectiona
- Sampel : 30 orang
- Teknik sampling : purpossive Sampling
3. Result
- Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa konsumsi makanan tinggi
serat kurang seluruh responden terjadi konstipasi yaitu sejumlah 9
orang (100,0%), konsumsi makanan tinggi serat cukup pada hampir
seluruh responden tidak terjadi konstipasi yaitu sejumlah 13 orang
(92,9%), dan konsumsi makanan tinggi serat baik pada hampir seluruh
responden tidak terjadi konstipasi yaitu sejumlah 6 orang (85,7%).

4. Analisis
- Hasil analisis uji statistik Coefisient Contingensi didapatkan nilai P
value = 0,000 sehingga P value ≤ 0,05 (α = 0,05), sehingga H0 ditolak
dan H1 diterima yang artinya ada pengaruh konsumsi makanan tinggi
serat terhadap kejadian konstipasi pada ibu nifas di Puskesmas
Ngambon Kabupaten Bojonegoro.
5. Discussion
- Diit tinggi kalori tinggi protein adalah diit yang mengandung energi
dan protein diatas kebutuhan normal. Diit diberikan dalam bentuk
makanan biasa ditambah bahan makanan sumber protein tinggi seperti
susu, telur, dan daging. Diit ini diberikan bila pasien telah mempunyai
cukup nafsu makan dan dapat meneriman makanan lengkap
(Almatsier, 2015: 53). Pada ibu nifas masalah diit perlu mendapat
perhatian yang serius, karena dengan nutrisi yang baik dapat
mempercepat penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan air
susu (Saleha, 2009: 71). Nutrisi atau gizi adalah zat yang diperlukan
oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya. Makan dan minum
sesuai dengan kebutuhan. Makanan yang dikonsumsi harus bermutu
tinggi dan cukup kalori, cukup protein, banyak cairan serta banyak
buah-buahan dan sayuran karena ibu mengalami hemokonsentrasi. Ibu
nifas harus menghindari makanan dan minuman yang mengandung
bahan kimia, pedas dan menimbulkan gas perut kadangkadang
menimbulkan masalah sesudah nifas. Jika ada gas dalam perut, ibu
akan merasakan nyeri yang menusuk (Nurjanah, dkk., 2013).
- Diharapkan bagi ibu dapat melakukan ambulasi dini agar masalah
dapat teratasi.
BAB III
TINJUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 17 januari 2021


Jam Pengkajian : 10.00
Oleh : Anggun Puji Lestari

SUBJEKTIF

1. Biodata

Nama : Ny. “I” Nama Suami : Tn. “E”


Umur : 23 Tahun Umur : 26 Tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : D4 Pariwisata Pendidikan : SMK
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : staf admin poliwangi
Alamat : Dusun Sukosari, Paspan Banyuwangi
Golongan Darah : O
Cara Masuk : Datang sendiri
2. Keluhan Utama : Susah BAB, sejak perslaian sampai saat ini BAB hanya 2 kali
3. Riwayat obstetric
a. Kehamilan
Usia kehamilan ibu 38-39 dan tidak ada komplikasi pada selama
kehamilan ibu
b. Persalinan
Jenis persalinan normal, di rumah bidan. Plasenta lahir lengkap secara
spontan
c. Penolong
Penolong persalinan Ny I ditolong oleh bidan
d. Lama Persalinan
Lama persalinan Ny I berlangsung selama 1 jam
e. Komplikasi persalinan
Tidak terdapat komplikasi selama proses persalinan
f. Nifas
Selama masa nifas ibu tidak mengalami komplikasi seperti demam dan
perdarahan. ASI ibu sudah keluar dan masih merasakan mules
4. Riwayat KB
Ibu mengatakan belum menggunakan KB apapun sebelumnya dan berencana
menggunakan KB suntik 3 bulan karena ibu masih memberikan ASI.
5. Riwayat kesehatan ibu sekarang dan lalu yamg dapat mempengaruhi masa nifas
(termasuk status HIV dan HBsAg):
Ibu tidak memiliki riwayat penyakit seperti batuk terus menerus, kuning, tensi
tinggi, kencing manis, jantung.
6. Riwayat social, ekonomi, budaya
a. Status perkawinan : Ya, Kawin :1 kali
b. Pengambil keputusan dalam keluarga : Suami
c. Pengambil keputusan : Suami dan diskusikan Bersama keluarga
d. Tempat rujukan bila terjadi komplikasi : RS Bunda
e. Budaya yang akan dilakukan saat nifas dan perawatan bayi
Selametan cuplak puser, tidak boleh keluar rumah selama 40 hari, kecuali
kepentingan dengan membawa gunting
f. Bentuk dukungan keluarga terhadap ibu nifas
membantu ibu dalam merawat bayinya
7. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a. Makan dan minum
Frekuensi : makan 3 kali sehari, minum 2 liter/hari
Jenis &porsi : makan dengan nasi, sayur, daging ayam, putih telur
dengan porsi 1 piring seperti biasa
Tidak ada keluhan atau masalah
b. Istirahat
Frekuesni : Saat bayi tidur, ibu ikut tidur, dimalam hari susah untuk tidur
Durasi : 6-7 jam
Tidak ada keluhan atau masalah
c. Eliminasi
BAK : 6-7 kali sehari, tidak ada keluhan saat BAK
BAB : Sehari sekali, tidak ada keluhan saat BAB
Tidak ada keluhan atau masalah

OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 110/70mmHg
Nadi : 89kali/menit
Suhu : 36,70C
Respirasi : 22kali/menit
3. Pemeriksaan fisik Inspeksi
a) Muka
Konjungtiva : merah meda, Sklera: putih
b) Leher
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
c) Payudara
Simetris, tidak tampak kemerahan, puting menonjol
d) Abdomen
Bekas luka operasi : tidak ada,
e) Genetalia eksterna
Pengeluaran pervaginam : 1cc Jenis: Sanggunolenta
Luka perineum : ada, kering
Varises : tidak ada
Oedema : tidak ada
f) Tangan dan kaki
Oedema : tidak odema
Varises : tidak ada varises
4. Palpasi
a) Payudara : tidak teraba bendungan ASI, ASI sudah keluar,
b) Abdomen
TFU : Pertengahan pusat dan sympisis
Kontraksi : baik
Diastasis rektus abdominis : 1 jari
c) Ekstremitas
a. Odema : -/-
b. Homan’s sign : -/-

ASSESSMENT

P1001 Ab000 hari dengan PostPartum hari Ke 7

PENATALAKSANAAN:
Hari/Tanggal : Minggu/17 Januari 2021
Pukul : 10.30 WIB
1. Menjelaskan kepada ibu hasi pemerilkaan bahwa keadaan umum baik, tanda-
tanda vital dalam batas normal yaitu tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi
89x/menit, Suhu 36,7 0C, Respirasi 22 x/menit.
2. Menjelaskan kepada ibu masalah yang dialami ibu yaitu susah BAB disebabkan
salah satunya takut melukai bekas jahtan, ibu kurang minum, nutrisi ibu yang
tidak terpenuhi.
3. Memberikan informasi tentang sumber makanan yang tinggi serat untuk
mempelanacar BAB seperti pepaya, wortel, bayam, dan mengonsumsi banyak
air putih serta untuk memproduksi ASI, dan menganjurkan ibu untuk diet
protein memenuhi makan dan minum sesuai dengan kebutuhan. Makanan yang
dikonsumsi harus bermutu tinggi dan cukup kalori, cukup protein, banyak
cairan serta banyak buah-buahan dan sayuran karena ibu mengalami
hemokonsentrasi.
4. Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga personal hygiene terutama pada
kelamin ibu yaitu: membersihkan dari bagian depan kemudian bagian belakang
serta perawatan luka perineum dengan senantiasa menjaga kebersihan vulva
dengan teratur, yaitu mencuci daerah vulva dengan bersih setiap habis BAK dan
BAB dan dalam keadaan bersih dan kering yaitu mengganti pembalut tiap kali
basah.
5. Menganjurkan ibu untuk tidur ketika bayi tidur dan beristirahat yang cukup
6. Memberikan informasi tentang sumber-sumber makanan yang memperbanyak
ASI seperti pepaya, daun katuk, wortel, bayam, dan mengonsumsi banyak air
putih untuk memproduksi ASI
7. Mengajarkan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif sesuai kebutuhan
bayi selama minimal 6 bulan tanpa makan tambahan dan menyusui bayinya
sesering mungkin kurang lebih setiap 2 jam dan mengajarkan ibu untuk
menyendawakan bayi selesai menyusui dengan mendekap bayi dan menepuk
punggung bayi dengan lembut agar tidak muntah
8. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda bahaya ibu nifas seperti demam,
perdarahan, mengeluarkan cairan berbau pada payudara.
9. Memberitahu ibu jadwal kunjungan ulang yaitu 2 minggu lagi atau jika ada
Keluhan
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai asuhan kebidanan nifas pada Ny. I
P1001Ab000 Post Partum hari ke 7 dengan keadaan ibu dan bayi baik. Dilakukan
pengkajian pada tanggal 17 Januari 2021 pukul 10.30 WIB di PMB Jayen Indriani,
Banyuwnagi. Didapatkan data subjektif Ny. I mengeluh Susah BAB, sejak perslaian
sampai saat ini BAB hanya 2 kali. Ibu tidak memilik riwayat penyakit yang mengarah
pada tanda bahaya nifas, dan tidak menedrita penyakit menular, menurun dan
menahun yang dapat mempengaruhi masa nifasnya.
Pada pengkajian data didapatkan biodata bahwa Ny.I berusia 23 tahun Susah
BAB, sejak perslaian sampai saat ini BAB hanya 2 kali. Susah BAB disebabkan oleh
perut kosong sebelum persalinan, kadar hormone progesterone yang tinggi, dehidrasi,
otot panggul melemah, kandungan zat besi dan tindakan episotomi. Hal yang dapat
dilakukan untuk meminimalis susah BAB yaitu dengan aktif bergerak,
mengkonsumsi makanan tinggi serat seperti gandum, buah-buahan, sayur, minum air
hangat dan menghindari stress.
Pada tinjauan kasus, riwayat obstetric ibu tidak ada masalah dan komplikasi,
mulai dari proses kehamilan, persalinan dan nifas. Ibu tidak mengalami komplikasi
apapun dan semua berjalan dengan normal. Pada pemeriksaan bayi, bayi dalam
keadaan sehat tidak terjadi masalah dan bayi.
Pada data objektif didapatkan keadaan umum baik, kesadaran composmentis
dan tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu TD: 110/70mmHg, nadi: 89x/menit,
pernafasan: 22x/menit. Ibu tidak pucat, tidak terdapat oedema pada muka,
konjungtiva merah muda, sklera putih. Pada leher tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid dan bendungan vena jugularis. Pada payudara tidak ada bendungan ASI, putting
menonjol dan ASI sudah keluar. Pada pemeriksaan abdomen tidak didapatkan luka
bekas operasi, kontraksi baik, TFU teraba pertengahan pusat dan simpisis, hal ini
sesuai dengan Sulistyawati (2015) bahwa penurunan TFU pada satu minggu masa
nifas, TFU teraba di pertengahan pusat dan simpisis dengan berat 500 gram, dan 1
jari diastasis rectus abdominalis. Pada pemeriksaan genitalia didapatkan jahitan
perinium pada Ny. I sudah kering dan tidak didapatkan tanda ingeksi, tidak terdapat
oedema, varises, pembesaran kelenjar Bartolini dan hemoroid. pengeluaran lochea
sanggunolenta. Menurut Munthe 2019 macam-macam lokea ada 4 yaitu lochea rubra
terjadi pada hari ke 1-2 berwarna merah segar, lokea sanguinolenta terjadi pada hari
ke 3-7 berwarna kecoklatan lochea serosa terjadi pada hari ke 7-14 berwarna
kekuningan, dan lokea alba terjadi pada hari ke 14 setelah masa nifas berwarna cairan
putih, tidak ada kesenjangan anatar teori dan kasus.
Dari data tersebut dapat ditarik diagnose “P1001 Ab000 hari dengan Post
Partum hari Ke 7”.
Dari diagnose dan permasalah tersebut maka dilakukan penatalaksanaan
berupa memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik ditandai
dengan TTV dalam batas normal dan tidak ada masalah pada saat dilakukan
pemeriksaan fisik. Menjelaskan kepada ibu hasi pemerilkaan bahwa keadaan umum
baik, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu tekanan darah 110/70 mmHg, Nadi
89x/menit, Suhu 36,7 0C, Respirasi 22 x/menit. Menjelaskan kepada ibu masalah
yang dialami ibu yaitu susah BAB disebabkan salah satunya takut melukai bekas
jahtan, ibu kurang minum, nutrisi ibu yang tidak terpenuhi. Memberikan informasi
tentang sumber makanan yang tinggi serat untuk mempelanacar BAB seperti pepaya,
wortel, bayam, dan mengonsumsi banyak air putih serta untuk memproduksi ASI.
Menganjurkan ibu untuk selalu menjaga personal hygiene terutama pada kelamin ibu
yaitu: membersihkan dari bagian depan kemudian bagian belakang serta perawatan
luka perineum dengan senantiasa menjaga kebersihan vulva dengan teratur, yaitu
mencuci daerah vulva dengan bersih setiap habis BAK dan BAB dan dalam keadaan
bersih dan kering yaitu mengganti pembalut tiap kali basah. Menganjurkan ibu untuk
tidur ketika bayi tidur dan beristirahat yang cukup. Memberikan informasi tentang
sumber-sumber makanan yang memperbanyak ASI seperti pepaya, daun katuk,
wortel, bayam, dan mengonsumsi banyak air putih untuk memproduksi ASI.
Mengajarkan ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif sesuai kebutuhan bayi
selama minimal 6 bulan tanpa makan tambahan dan menyusui bayinya sesering
mungkin kurang lebih setiap 2 jam dan mengajarkan ibu untuk menyendawakan bayi
selesai menyusui dengan mendekap bayi dan menepuk punggung bayi dengan lembut
agar tidak muntah. Menjelaskan kepada ibu tanda-tanda bahaya ibu nifas seperti
demam, perdarahan, mengeluarkan cairan berbau pada payudara. Memberitahu ibu
jadwal kunjungan ulang yaitu 2 minggu lagi atau jika ada Keluhan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan nifas pada Ny.I umur 23 tahun
di PMB Jayen Indriani, S.ST dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Dari hasil pengkajian yang dilakukan tanggal 17 Januari 2021 ibu datang ke
PMB dengan keluhan Susah BAB, sejak perslaian sampai saat ini BAB
hanya 2 kali.
b. Berdasarkan pemeriksaan data objektif didapatkan bahwa pemeriksaan pada
ibu dalam batas normal.
c. Berdasarkan data subjektif dan objektif yang telah dikumpulkan dapat
ditegakkan diagnosa P1001 Ab000 post pasrtum hari ke 7.
d. Berdasarkan keluhan yang disampaikan oleh ibu penulis menyusun rencana
asuhan dan melakukan implementasi sesuai dengan rencana asuhan yang
telah dibuat.
.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diatas maka penulis akan menyampaikan saran
yang diharapkan dapat berguna bagi pembaca antara lain:
a. Bagi mahasiswa : Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan yang lebih
dan keterampilan dengan perkembangan zaman yang semakin maju serta
meningkatkan mutu asuhan kebidanan yang diberikan kepada pasien secara
langsung dalam asuhan nifas.
b. Institusi pelayanan kesehatan : Diharapkan pada institusi pelayanan
kesehatan khususnya PMB (Praktik Mandiri Bidan) tetap menjaga kualitas
dan meningkatkan pelayanan yang semakin memadai dalam upaya
meningkatkan pemberian pelayanan yang bermutu dan berkualitas sesuai
dengan standar.
c. Bagi Institusi Pendidikan : Diharapkan bagi institusi pendidikan tetap
meningkatkan bimbingan dan arahan kepada mahasiswa dalam menjalani
praktik klinik kebidanan terutama mengenai hal-hal baru yang ditemui
mahasiswa di lahan praktik yang belum didapatkan di pendidikan, sehingga
kualitas pendidikan dapat lebih luas dan dapat ditingkatkan.
d. Bagi masyarakat : Diharapkan untuk masyarakat khususnya ibu bersalin agar
peduli dan mampu memberdayakan dirinya sendiri sejak kehamilan agar bisa
bersalin secara aman, nyaman, dan minim trauma.
DAFTAR PUSTAKA

Dinkes Jember. (2018). Profil Kesehatan Kabupaten Jember Tahun 2018.


Jember, Jawa Timur

Icesmi, Sukarni K. 2013. Kehamilan, Persalinan, Nifas. Yogyakarta : Nuha Medika

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Maryunani, Anik. 2016. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Pospartum). Jakata: TM

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Prawirohardjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Sulistyawati, Ari, dkk .2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Yogyakarta : Andi

Sujiyatini dkk. 2010. Asuhan Ibu Nifas Askeb III. Jakarta: Penerbit Cyrillius Publisher

Soepardan. 2012. Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

Wulandari. 2012. Asuhan Kebidaanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta: Gosyen Publising
DATA BAYI

1. Pemeriksaan umum
Keadaan Umum : Baik
TTV : Suhu ; 36,6ºC
Nafas: 50 x/menit
Denyut Jantung: 130 x/menit
Antopometri : Berat badan (2900 gram)
Panjang badan (50 cm)
Lingkar dada (33 cm)
Lingkar kepala (32 cm)
Warna kulit : kemerahan
Warna kuku : putih kemerahan
2. Pemeriksaan fisik
Kepala : Bentuk simetris, ada caput succedaneum,
tidak ada cepal hematoma, sutura teraba tidak menyatu, tidak
melebar.
Wajah : Warna kulit wajah merah muda, simetris dan tidak oedema.
Mata : Posisi mata imetris, warna sclera putih dan konjungtiva merah
muda
Telinga : Simetris, pinna lentur, kartilago kaku, dan kembali berbentuk
semula dengan cepat, lubang teliga bersih, pendengaran berespon
dengan suara atau reflek terkejut.
Hidung : Lubang hidung tanpak jelas dan luas, bayi dapat bernafas, tidak
ada pernafasan cuping hidung dan bersin,serta menangis, tidak
ada mucus atau lender yang keluar.
Mulut : Posisi dan ukuran simetris, letak tempat di garis tengah wajah,
bibir dan palatum tidak ada celah, bibir warna merah muda,
lembab, mukosa lidah dan gigi berwarna merah muda tidak
berdarah. Reflek secking (+), reflek rooting (+)
Leher : Tidak ada pembearan kelenjar tyroid, pembengkakan kelenjar
limfe dan vena jugularis, reflek tonick neck (+)
Dada : Gerakan dada simetris, tidak ada retraksi otot dada, putting susu
simetris dan berjauhan kanan/kiri, tidak ada
rabas/cairan yang keluar dari putting susu, bunyi jantung normal,
gerakan nafas dada dan perut sinkon, teratur.
Perut : Bentuk oval /silindris, tidak teraba masa, tali pusat (berwarna
putih, tidak ada struktur usus halus, di dalam tali pusat tidak
berbau, tidak berdarah dan tidak kemerahan), palpasi oerut
lunak, tidak teraba masa, bising usus aa, perkusi perut tidak
kembung.
Punggung: Spina utuh, tidak ada lubang, kurva menonjol, reflek gallant (+)
Genetalia : laki-laki (testis sudah turun), BAK (+), BAB (+)
Kulit : Merah muda
Ekstremitas : Atas dan bawah simetris, fleksi penuh, 10 jari tanpa selaput,
jarak antar jari sama, rentan gerak penuh, punggung kuku merah
muda. Reflek moro (+), reflek menggenggam/palmar graps (+)

Anda mungkin juga menyukai