Laporan Kasus NIFAS TEKNIK MENYUSUI

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 95

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN HARI PERTAMA NIFAS NORMAL

DENGAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR DI

RS HAJI ABDOEL MADJID BATOE (HAMBA)

DISUSUN OLEH :

Filza Yudrika

Nikmatul Khusniah

Sari Pertiwi Rambe

Sika Hepriani

Vivin Dianty

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN

POLTEKKES KEMENKES JAMBI

TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan “Laporan Kasus Asuhan
Kebidanan Komprehensif Pada Masa Nifas dengan Teknik Menyusui Yang Benar
Pada Ny. M P1 A0 H1 di RS HAJI ABDOEL MAJID BATOE (HAMBA) Tahun
2021 ”. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini dapat diselesaikan berkat
bimbingan dan bantuan sejumlah pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Hj. Suryani, S.Pd, MPH selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jambi

2. Lia Artika Sari, M.Keb selaku Kaprodi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes
Jambi
3. Dosen Selaku Pembimbing yang telah banyak memberikan petunjuk dan pembelajaran,
bimbingan serta motivasi dalam pembuatan laporan ini.
4. Rosnani, SST. Selaku CI lahan Ruangan Kebidanan Kebidanan yang telah banyak
memberikan bimbingan serta masukkan dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
5. Desinatalina, S.Tr.Keb Selaku Kepala Ruangan Kebidanan yang telah banyak
memberikan bimbingan serta masukkan dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
6. Rekan-rekan sejawat dan seperjuangan yang telah memberikan saran dan masukankepada
penulis dalam menyelesaikan laporan kasus ini.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang bersifat membangunakan sangat kami harapkan. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat.

Jambi, November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................3
C. Tujuan Penelitian...............................................................................................................3
D. Manfaat Penelitian.............................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Masa Nifas.................................................................................................6


B. Konsep Laktasi..................................................................................................................18
C. Konsep Teknik Menyusui..................................................................................................29
D. Cara Mengeluarkan ASI....................................................................................................48
E. Pathways Teknik Menyusui...............................................................................................52
F. Teori EBM.........................................................................................................................52
G. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan.....................................................................................56
H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan dengan SOAP.......................................................59

BAB III TINJAUAN KASUS

A. Judul Kasus........................................................................................................................61
B. Identitas Pasien..................................................................................................................61

BAB V PEMBAHASAN

A. Analisa Kasus....................................................................................................................71

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................................74
B. Saran..................................................................................................................................75

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................76

LAMPIRAN JURNAL......................................................................................................77
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masa nifas merupakan masa setelah persalinan

yaitu terhitung dari setelah plsentakeluar, masa nifas

disebut juga masa pemulihan, dimana alat-alat

kandungan akan kembali pulih seperti semula. Masa

nifas merupakan masa ibu untuk memulihkan

kesehatan ibu yang umumnya memerlukan waktu 6-

12 minggu (Nugroho, Nurrezki, Desi & Wilis, 2014).

Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai 42 hari

pasca persalinan (Kementrian Kesehatan, 2014).

Setelah ibu melahirkan dan memasuki masa nifas

dan pada saat itu pula ibu mulai merasakan

kelengkapan menjadi seorang ibu yaitu dapat

menyusui bayinya secara langsung dari payudaranya.

Menurut pernyataan bersama World Health

Organization (WHO)/ United Nations International

Children Emergency Fund (UNICEF) menyusui ialah

suatu cara yang tidak ada duanya dalam memberikan

makanan ideal bagi pertumbuhan dan perkembangan

bayi yang sehat serta mempunyai pengaruh biologis

dan kejiwaan unik terhadap kesehatan ibu dan bayi

(Perinasia, 2003).

Memberikan ASI pada bayi harus didukung pula


1
dengan menunjukkan, dari 100 orang ibu yang tidak bisa

teknik menyusui, hanya dua orang ibu memiliki kesalahan

menyu hormonal atau fisik, sedangkan yang lain karena

sui kesalahan manajemen laktasi. Bayi kekurangan ASI

yang umumnya bukan karena ibu tidak dapat memproduksi

benar ASI cukup untuk si bayi, namun karena bayi tidak

agar dapat mengambil A

manfaa sebanyak yang ia perlukan. Hal ini pada umumnya

t dari disebabkan posisi menyusui kurang tepat. Posisi

ASI menyusui disini adalah posisi mulut bayi dengan

tersebu puting susu ibu (Roesli, 2008)

t juga

lebih

maksi

mal.

Pengal

aman

Roesli

sebaga

dokter

spesial

is anak

2
Di Indonesia ibu yang menyusui bayinya masih sangat rendah. Hal ini berdasarkan

data dari World Heath Organization (WHO 2016), angka ibu menyusui di Indonesia baru

berada pada angka 15,3% dari angka kelahiran yang mencapai 4,5 juta bayi pertahun.

Sedangkan menurut hasil penilitian yang dilakukan oleh Oxford University dan Institute For

Social and Economic Research, bayi yang disusui ASI akan menjadi anak yang lebih pintar,

denagn IQ lebih tinggi 3-5 point dari pada yang tidak disusui.Menurut Hidajati (2012)

dikatakan paritas adalah jumlah anak yang perna dilahirkan oleh seorang ibu.4 Perinansia

(2014) .

Hidajati (2012) dikatakan seorang ibu dengan bayi pertamanya munkin akan

memgalami masalah ketika menyusui hanya karna kurangnya pengetahuan cara-cara

menyusui yang benenarnya dan apabila ibu mendengar ada pengalaman menyusui yang

kurang baik yang dialami orang lain. Hal ini memungkinkan ibu ragu untuk memberikan

ASI pada bayinya.

Menyusui dengan teknik yang salah dapat menimbulkan masalah seperti puting susu

menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI

dan menyebabkan kebutuhan ASI bayi tidak tercukupi. Menurut Riksani (2012) dengan

teknik menyusui yang benar akan mendorong keluarnya ASI secara maksimal sehingga

keberhasilan menyusui bisa tercapai.

Menurut Wattimena (2015) keberhasilan Ibu menyusui tergantung teknik menyusui

pada ibu pasien melahirkan. Proses menyusui yang perlu dilakukan dan ditaati Ibu Menyusui

pasca melahirkan, paling sedikit enam bulan. Ibu Menyusui perlu manajemen diri yang kuat
2
dalam sadar diri dan determinasi diri. Pengetahun dan sikap Ibu Menyusui tentang manajemen

laktasi sangat mempengaruhi Ibu Menyusui dalam pemberian ASI, dimanalaktasi merupakan
keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan

menelan ASI (Woja, 2018).

Bidan memegang peranan penting dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan

kesehatan dan pengertian masyarakat melalui konsep promotif, preventif, kuratif dan

rehabilitatif. Dalam standar pelayanan kebidanan, bidan memberikan pelayanan bagi ibu

pada masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu

keenam setelah persalinan untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui

penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini, penanganan atau rujukan komplikasi

yangmungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara

umum, personal hygiene, nutrisi, perawatan bayi baru lahir termasuk mengajarka tenik

menyusui., pemberian asi, imunisasi dan keluaga berencana.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah dapat dirumuskan sebagai berikut “Bagaimana

Asuhan Kebidanan masa Nifas pada Ny. M umur 22 tahun P 1 A0 H1 dengan teknik menyusui

yang benar ?”

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu melakukan asuhan kebidanan masa nifas pada Ny. M umur 22 tahun P1 A0 H1

dengan teknik menyusui yang benar.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan identifikasi dan analisis data dasar masa nifas pada Ny. M di RS

Haji Abdoel Majid Batoe (Hamba).


b. Mampu mengintepretasi data dasar pada Masa nifas pada Ny. M di RS Haji Abdoel

Majid Batoe (Hamba).

c. Mampu mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial masa nifas pada Ny. M di

RS Haji Abdoel Majid Batoe (Hamba).

d. Mampu melaksanakan identifikasi perlunya tindakan segera masa nifas pada Ny. M

di RS Haji Abdoel Majid Batoe (Hamba).

e. Mampu menentukan rencana tindakan Asuhan Kebidanan masa nifas pada Ny. M di

RS Haji Abdoel Majid Batoe (Hamba).

f. Mampu melaksanakan Tindakan Asuhan Kebidanan masa nifas pada Ny. M di RS

Haji Abdoel Majid Batoe (Hamba).

g. Mampu melaksanakan Evaluasi Tindakan Asuhan Kebidanan masa nifas pada Ny. M

di RS Haji Abdoel Majid Batoe (Hamba).

h. Mampu mendokumentasikan semua temuan dan tindakan dalam Asuhan Kebidanan

yang dilaksanakan masa nifas pada Ny. M di RS Haji Abdoel Majid Batoe (Hamba).

D. Manfaat

1. Bagi penulis

Dapat menambah pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan Asuhan Kebidanan

pada masa nifas.

2. Bagi masyarakat

Mendapatkan pelayanan kebidanan yang komprehensif dan berkualitas terutama

pelayanan pada masa nifas.

3. Bagi Lahan Praktik

Sebagai masukan dan bahan perbaikan atas pelayanan yang diberikan kepada klien/
masyarakat.

4. Bagi Institusi

Menambah literature atau sumber bacaan tentang Asuhan Kebidanan masa Nifas.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Masa Nifas

1. Pengertian

Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6

minggu setelah melahirkan. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung

kira- kira 6 minggu (Marmi, 2015).

Masa nifas merupakan masa setelah persalinan yaitu terhitung dari setelah plsenta

keluar, masa nifas disebut juga masa pemulihan, dimana alat-alat kandungan akan

kembali pulih seperti semula. Masa nifas merupakan masa ibu untuk memulihkan

kesehatan ibu yang umumnya memerlukan waktu 6-12 minggu (Nugroho, Nurrezki,

Desi & Wilis, 2014). Nifas adalah periode mulai dari 6 jam sampai 42 hari pasca

persalinan (Kementrian Kesehatan, 2014).

2. Tahapan Masa Nifas

Menurut Marmi (2015), masa nifas terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu:

a. Puerperium Dini

Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.

b. Puerperium Intermedial

Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih

enam sampai delapan minggu.


c. Remote Puerperium

di perlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurnaterutama ibu apabila ibu

selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

3. Perubahan Pada Masa Nifas

Menurut Sukarni & Margareth, (2013) perubahan-perubahan yang terjadi pada masa

nifas, yaitu:

a. Perubahan sistem reproduksi

Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-

angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat-alat genetalia

ini dalam keseluruhannya disebut involusi.

1) Involusi uterus

Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus

kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Involusi uteri

dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan sebelum

hamil.

Involusi Tinggi Fundus Berat Diameter


Palpasi Serviks
Uteri Uteri Uterus Uterus

Plasenta 1000
Setinggi pusat 12,5 cm Lembut/lunak
Lahir gram

Pertengahan
7 hari antara pusat dan 500
Shymphisis 7,5 cm 2 cm
(minggu 1) gram

14 hari Tidak teraba 350 5 cm 1 cm


(minggu 2) gram

6 minggu Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit

2) Perubahan ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu

kehamilan dan pertus setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut

kembaliseperti sediakala.

3) Perubahan pada serviks

Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan serviks memanjang

seperti celah. Karena hyper palpasi ini di dank arena retraksi dari serviks,

reobekan serviks menjadi sembuh. Walaupun begitu setelah involusi selesai,

ostium extarnum tidak serupa dengan keadaan sebelum hamil. Pada umumnya

ostium externum lebih besar dan tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada

pinggirnya terutama pada pinggir sampingnya.

4) Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama nifas dan mempunyai reaksi

basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada

kondisi asam yang ada pada vagina normal. Pengeluaran lochea dapat dibagi

berdasarkan waktu dan warnanya, yaitu lochea rubra, lochea serosa, dan lochea

alba.
Lokhea Waktu Warna Ciri-ciri

Rubra 1-3 hari Merah kehitaman Terdiri dari sel desidua,


verniks caseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium dan
sisa darah.

Putih bercampur
Sanguinolenta 3-7 hari merah Sisa darah bercampur lendir.

Serosa 7-14 Kekuningan atau Lebih sedikit darah dan lebih


kecoklatan banyak serum, juga terdiri dari
Hari leukosit dan robekan laserasi
plasenta.

Alba >14 Putih Mengandung leukosit, selaput


lender serviks dan serabut
Hari jaringan yang mati.

5) Perubahan pada vulva, vagina dan perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya

teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-5,

perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonus ototnya sekalipun

tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan.

b. Perubahan sistem pencernaan

Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu yang berangsur-angsur

untuk kembali normal. Pola makan ibu nifas tidak akan seperti biasa dalam beberapa
hari dan perineum ibu akan terasa sakit untuk defekasi. Faktor-faktor tersebut

mendukung konstipasi pada ibu nifas di minggu pertama.

c. Perubahan sistem perkemihan

Perubahan hormonal pada masa hail (kadar steroid yang tinggi) turut

menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah

wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa

pasca partum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita

melahirkan. Diperlukan kira-kira dua sampai delapan minggu supaya hipotonia pada

kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil.

Pada sebagian wanita, dilaktrasi traktus urinarius bisa menetap selama tiga bulan.

d. Perubahan sistem muskoloskeletal

1) Dinding perut dan peritonium

Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang begiu lama,tetapi

biasanya pulih kembali dalam 6 minggu. Tempat yang lemah ini menonjol kalau

berdiri atau mengejan.

2) Kulit abdomen

Kuit abdomen yang melebar selama masa kehamilan tampak melonggar

dan mengendur sampai berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan yang

dinamakan strie.

3) Striae

Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan

membentuk garis lurus yang samar.


4) Perubahan ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu

kehamilan dan partus, setelah janin lahir berangsur-angsur menciut kembai seperti

sedia kala.

5) Simpisis pubis

Meskipun relatif jarang, tetapi simfisis pubis yang terpisah ini merupakan

penyebab utama morbiditas maternal dan kadang-kadang penyebab

ketidakmampuan jangka panjang.

e. Perubahan tanda-tanda vital

Menurut Marmi (2015), tanda-tanda vital yang haris dikaji pada masa nifas, yaitu:

1) Suhu badan

Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C. Pasca melahirkan, suhu

tubuh dapat naik kurang lebih 0,50C dari keadaan normal. Kenaikan suhu tubuh ini

akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan.

Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini

diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara membengkak, maupun

kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem

lain. Apabila kenaikan suhu diatas 380C.

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca

melahirkan, denyut nadi dapat menjadi brakikardi maupun lebih cepat. Denyut

nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infksi atau

perdarahan post partum.


3) Tekanan darah

Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri

ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan

darah normal manusia adalah sistolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus

normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi

lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan

tekanan darah tiggi pada ibu post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia

post partum.

4) Pernafasan

Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per

menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini

dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan

pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu

nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada

gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum

menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.

4. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

Menurut Marmi (2015), kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkan ibu nifas

antara lain, yaitu:

a. Nutrisi dan cairan

Nurtrisi yang di konsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup

kalori. Kalori bagus untuk proses metabolisme tubuh, kerja organ tubuh, dan

proses pembentukan ASI. Wanita dewasa memerlukan 2.200 kalori. Ibu


menyusui memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa + 700 kalori

pada 6 bulan pertama kemudian + 500 kalori pada bulan selanjutnya.

Vitamin dan mineral sangat berguna untuk melancarkan metabolisme

tubuh. Beberapa vitamin dan mineral yang ada pada air susu ibu mendapat

perhatian khusus karena jumlahnya kurang mencukupi, tidak mampu

memenuhi kebutuhan bayi sewaktu bayi bertumbuh dan berkembang. Sumber

vitamin yaitu hewan dan nabati, sedangkan sumber mineral dapat didapatkan

dari ikan, daging banyak mengandung kalsium, fosfor, zat besi, seng dan

yodium.

b. Ambulasi pada masa nifas

Persalinan merupakan proses yang melelahkan, itulah mengapa ibu

disarankan tidak langsung turun ranjang setelah melahirkan karena dapat

menyebabkan jatuh pingsan akibat sirkulasi darah yang belum berjalan baik.

c. Kebersihan diri atau perineum

Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan hygiene yang baik.

Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar segat,

tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran atau menularkan kuman

penyakit, bagi diri sendiri maupun orang lain.

Empat puluh minggu masa kehamilan telah terlewati dengan mulus.

Namun masih harus menjalani proses yang tak kalah merepotkan, yakni proses

pembersihan diri alias masa nifas. Biasanya berlangsung 40 hari. Tahapan-

tahapan selama masa nifas ini, vagina akan terus menerus mengeluarkan

darah. Biasanya darah tersebut mengandung trombosit, sel-sel


tua, sel-sel mati (neukrosis), serta sel-sel dinding rahim (endometrium) yang

disebu lochea.

d. Istirahat

Masa nifas berkaitan dengan gangguan pola tidur, terutama segera

setelah melahirkan. 3 hari pertama dapat merupakan hari yang sulit bagi ibu

akibat penumpukan kelelahan karena persalinan dan kesulitan beristirahat

karena perineum. Secara teoritis pola tidur kembali mendekati normal

dalam2 atau 3 minggu setelah persalinan, tetapi ibu yang menyusui

mengalami gangguan pola tidur yang lebih besar. Kurang istirakat dapat

mempengaruhi ibu dalam beberapa hal, yaitu:

1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.

2) Memperlambat proses involusi uterus dan meningkatkan perdarahan.

3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan

dirinya sendiri.

e. Seksual

Ibu yang baru melahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali

setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas

pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk luka

episiotomi dan luka bekas seksio sesaria (SC) biasanya telah sembuh dengan

baik. Bila suatu persalinan di pastikan tdak ada luka atau robekan jaringan,

hubungan seks bahkan telah boleh dilakukan 3-4 minggu setelah melahirkan.

Meskipun hubungan telah dilakukan setelah 6 minggu, adakalanya ibu-ibu

tertenu mengeluh hubungan masih terasa sakit atau nyeri meskipun telah
beberapa bulan proses persalinan.

f. Eliminasi

1) Miksi /BAK (Buang Air Kecil)

Miksi sebiknya dilakukan seepatnya. Miksi normal bila dapat BAK

spontan setiap 3-4 jam. Kesulitan BAK dapat disebabkan karena springter

uretra tertekan oleh kepala janin dan spasma oleh iritasi muskolos

spingter ani selama persalinan atau dikarenakan oedema kandung kemih

selama persalinan.

2) Defekasi/BAB (Buang Air Besar)

Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari post partum. Apabila

mengalami kesulitan BAB atau obstipasi dapat melakukan diet teratur

cukup cairan, konsumsi makanan berserat, olahraga, berikan obat

rangsangan per oral atau per rektal.

g. Latihan/Senam nifas

Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan,

setelah keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam nifas merupkan latihan

yang tepat untuk memulihkan kondisi tubuh ibu dan keadaan ibu secara

fisiologis maupun psikologis.

Salah satu senam nifas yaitu senam kegel yang akan membuat

kontraksi dan relaksasi otot-otot panggul sehingga mampu meredakan

ketidaknyamanan periuneum serta meningkatkan sirkulasi lokal, mengurangi

oedema dan mempercepat penyembuhan luka perineum (Martini, 2015).


5. Proses Adaptasi dan Psikologi Ibu Nifas

Perubahan emosi normal yang dapat terjadi pada masa nifas menurut

Marmi, (2015) yaitu:

a. Perasaan yang kontradiktif dan bertentangn, mulai dari kepuasan,

kegembiraan, kebahagiaan hingga kelahiran, ketidakberdayaan,

ketidakbahagiaan, dan kecewa karena pada beberapa minggu pertama tampak

didominasi oleh hal baru dan asing yang tidak terduga ini.

b. Kelegaan ‘syukurlah semua sudah berakhir’, mungkin diungkapkan oleh

kebanyakan ibu segera setelah lahir. Kadang-kadang ibu menanggapi secara

dingin terhadap periwtiwa yang baru terjadi, terutama bila ibu mengalami

persalinan lama dengan komplikasi dan sulit.

c. Beberapa ibu mungkin merasa dekat dengan pasangan dan bayi, sama halnya

dengan ibu yang idak tertarik dengan bayinya, meskipun beberapa ibu yang

ingin menyusui menginginkan adanya kontak kulit dan segera menyusui.

d. Tidak tertarik atau sangat perhatian terhadap bayi.

e. Takut terhadap hal yang tidak diketahui dan terhadap tanggung jawab yang

sangat berat dan mendadak.

f. Kelelahan dan peningkatan emosi.

g. Nyeri.

h. Peningkatan kerentanan, tidak mampu memutuskan, kehiangan libido,

gangguan tidur dan kecemasan.

Menurut Marmi, (2015), hal-hal yang harus dipenuhi selama nifas adalah sebagai berikut:
a. Fisik : Istirahat, asupan gizi, lingkungan bersih.

b. Psikologi : Dukungan dari keluarga sangat diperlukan.

c. Sosial : Perhatian, rasa kasih sayang, menghibur ibu saat sedih dan menemani

saat ibu merasa kesepian.

d. Psikososial.

6. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu

maupun bayinya. Diperkirakan 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah

persalinan dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Rukiyah dkk,

2011).

7. Kunjungan Masa Nifas

Menurut Saleha (2009) kunjungan masa nifas dibagi menjadi :

a. Kunjungan 1 (6 jam – 3 hari setelah persalinan)

1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

2) Mendeteksi penyebab lain perdarahan, merujuk jika perdarahan berlanjut.

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana

mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

4) Pemberian ASI awal.

5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hypotermi.

7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan ia harus tinggal dengan ibu dan bayi

baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.

b. Kunjungan 2 (6-14 hari setelah persalinan)

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah

umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.

3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.

4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda

penyakit.

5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga

bayi agar tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.

c. Kunjungan 3 (6 minggu setelah persalinan)

1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami.

2) Memberikan konseling untuk KB secara dini.

B. Konsep Laktasi

a. Pengertian

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi,

disekresi dan pengeluaran ASI sampai pada proses bayi menghisap dan menelan ASI

(Marmi, 2015).

b. Proses laktasi

Manajemen laktasi adalah segala daya upaya yang di lakukan untuk

membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya (sutanto,2019).

1. Produksi asi ( refleks Prolaktin)


Pembetukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu di pengaruhi

olehhormon pertumbuhan (growth Hormone). Seiring dengan usia wanita yang

mulai memasuki pubertas ( usia 9 hingga 12 tahun), maka sel – sel payudara akan

di picu untuk berfolerasi lebih pesat ( contohnya, maturasi alveolus) oleh hormon

hormon estrogen dan progesteron (sutanto,2019).

Estrogen dan progesteron di produksi di otak, korpus leuteum di ovarium,

sebagian di produksi di kelenjar adenal, dan pada kehamilan juga di produksi di

plasenta. Kadar keduanya akan menurun saat hari ke dua atau ke tiga pasca

persalinan karena plasenta dan krpus luteum. Sel yang terbentuk dalam ovari dan

bertanggung jawab untuk pengeluaran hormon progesteron semasa kehamilan

awal untuk menyongkong kehamilan. Fungsinya menjadi produsen hormon

tersebut telah lepas dan kurang befungsi. Hasilnya akan terjadi sekresi ASI

karena tingginya kadar hormon prolaktin yang berfungsi untuk menghasilkan

susu serta estrgen yang menjadi penghambat efek stimulatorik prolaktin sudah

hilang (sutanto,2019).

2. Pengeluaran asi ( Oksitosin) atau refleks aliran ( let down refleks)

Pengeluaran asi ( oksitosin) adalah refleks aliran yang timbul akibat

perangsangan puting susu di karenaka hisapan bayi. Rangsangan yang berasal

dari hisapan bayi pada puting susu tersebut di lanjutkan ke hipofisis posterior

sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-sel mioptel di

sekitar alveolus akan berkontraksi dan mendorong asi yang telah terbuat masuk

ke duktus laktiferus kemudian masuk ke mulut bayi (Sutanto,2019).


c. Mekanisme menyusui

1) Reflek Mencari atau Menangkap (Rotting Reflex)

Reflek ini muncul ketika payudara ibu menempel pada pipi atau disekeliling

mulut bayi. Hal ini menyebabkan kepala bayi memutar menuju ke putting susu

yang menyentuh pipi bayi secara spontan bayi akan membuka mulut dan

menghisap puting susu (Icesmi, 2013).

2) Reflek Menghisap (Sucking Reflex)

Ketika langit-langit mulut bayi tersentuh putting susu ibu maka reflek ini akan

muncul, putting susu yang secara langsung masuk dalam mulut bayi maka akan

menarik lebih jauh dan menekan aerola sehingga dengan tekanan tersebut bibir

dan gerakan rahang akan berirama samapi ke sinus lakteferius kemudian air

susu akan mengalir ke puting (Astutik, 2013).

3) Reflek menelan (Swallowing Reflex)

Ketika mulut bayi sudah terisi dengan ASI maka reflek ini akan muncul, dan

bayi akan menelan dengan spontan otot-otot di pipi akan melakukan gerakan

menghisap secara terus bertahap dan ASI akan keluar banyak (Icesmi, 2013).

d. Manfaat menyusui

Menurut (Marmi, 2015) manfaat pemberian ASI, antara lain yaitu:

1) Manfaat bagi bayi

a) ASI mengandung komponen perlindungan terhadap infeksi, mengandung

protein yang spesifik untuk perlindungan terhadap alergi dan merangsang

sistem kekebalan tubuh.

b) Komposisi ASI sangat baik karena mempunyai kandungan protein,


karbohidrat, lemak dan mineral yang seimbang.

c) ASI memudahkan kerja pencernaan, mudah diserap oleh usus bayi serta

mengurangi timbulnya gangguan pencernaan seperti diare atau sembelit.

d) Bayi yang minum ASI mempunyai kecenderungan memiliki berat badan

ideal.

e) ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bagi pertumbuhan dan

perkembangan bayi termasuk untuk kecerdasan bayi.

f) Secara alamiah ASI memberikan kebutuhan yang sesuai dengan usia

kelahiran bayi.

g) ASI bebas kuman karena diberikan langsung dari payudara sehingga

kebersihannya terjamin.

h) ASI mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi dari

kerusakan.

i) ASI memberikan keuntungan psikologis.

j) Suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.

2) Bagi ibu

a) Aspek kesehatan ibu

(1) Membantu mempercepat pengembalian uterus ke bentuk semula dan

mengurangi perdarahan post partum karena isapan bayi pada payudara

akan merangsang kelenjar hipopise untuk mengeluarkan hormon

oksitosin.

(2) Menyusui secara teratur akan menurunkan berat badan secara bertahap
karena pengeluaran energi untuk ASI dan proses pembentukannya akan

mempercepat kehilangan lemak.

(3) Pemberian ASI yang cukup lama dapat memperkecil kejadian karsinoma

payudara dan karsinoma ovarium.

(4) Pemberian ASI mudah karen tersedia dalam keadaan segar dengan suhu

yang sesuai sehingga dapat diberikan kapan dan dimana saja.

b) Aspek keluarga berencana

Pemberian ASI secara eksklusif dapat berfungsi sebagai kontrasepsi karena

isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya

ovulasi sehingga menunda kesuburan.

c) Aspek Psikologi

Menyusui memberikan rasa puas, bangga dan bahagia pada ibu yang

berhasil menyusui bayinya dan memperkuat ikatan batin antara ibu dan

anak.

3) Manfaat bagi keluarga

a) Aspek ekonomi

(1) Mengurangi biaya pengeluaran karena ASI tidak perlu dibeli.

(2) Mengurangi biaya perawatan sakit karena bayi yang minum ASI tidak

mudah terkena infeksi.

b) Aspek Psikologis

Memberikan kebahagiaan pada keluarga dan dapat mendekatkan hubungan

bayi dengan keluarga.

c) Aspek Kemudahan
Menyusui sangat praktis ksrena dapat diberikan setiap saat.
4) Manfaat untuk negara

a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak

Faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status gizi

bayi baik, karena ASI melindungi bayi dan anak dari penyakit infeksi.

b) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Subsidi untuk rumah sakit dapat berkurang karena rawat gabung akan

memperpendek lama rawat ibu dan bayi serta mengurangi komplikasi

persalinan dan infeksi nosokomial.

c) Mengurangi devisa untuk membeli susu formula

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional, jika semua ibu menyusui

dapat menghemat devisa yang seharusnya di pakai untuk membeli susu

formula.

d) Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa

Anak yang mendapatkan ASI dapat tumbih kembang secara optimal

sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

e. Faktor yang mempengaruhi ibu menyusui

Menurut (Rahmawati, 2010), beberapa faktor yang mempengaruhi ibu menyusui,

yaitu:

1) Kondisi bayi pada saat ingin menyusu, seperti bayi mengantuk sehingga tidak

dapat mempertahankan isapan pada puting ibu.

2) Rooting, yaitu menyentuhkan tangan atau puting ke mulut bayi agar bayi dengan

segera membuka mulutnya dengan lebar sehingga perlekatan bayi tidak hanya

pada puting saja, namun mencapai hingga sebagian besar areola payudara.
3) Pengetahuan ibu tentang teknik laktasi. Ibu yang memiliki pengetahuan tentang

menyusui akan mudah dalam meberikan ASI pada bayinya dibanding ibu yang

kurang pengetahuan maupun ibu yang belum memiliki pengalaman sebelumnya.

4) Kondisi fisik dan mental ibu. Kondisi ibu yang biasanya sangat berpengaruh

dalam menyusui bayinya yaitu ibu menderita penyakit penyakit kronis. Selain itu,

kondisi mental, ibu stress akan mempengaruhi produksi ASI, sehingga

diperlukan dukungan dan motivasi dari orang-orang sekitar.

5) Anatomi dan fisiologi payudara.

Payudara atau mamae adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas

otot dada. Fungsi dari pyudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi.

Manusia mempunyai sepasang kelenjar payudara, beratnya kurang lebih 200

gram, sat hamil 600 gram, dan saat menyusui 800 gram ( sutanto, 2019).

a. Bagian bagian payudara

No Nama bagian Keterangan

1 Korpus (badan) Bagian yang membesar

Lobus Beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20

lobulus pada tiap payudara


Lobulus Kumpulan dari alveolus (10-100 alveolus)
Alveolus Unit terkecil yang memproduksi susu. Terdiri
dari sel aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel
otot polos( bila berkontraksi dapat memompa ASI
keluar, dan pembuluh darah.

Duktus Saluran kecil penyalur asi dan lobulus

Duktus Gabungan duktus yang membentuk saluran lebih

Laktiferus besar.
2. Areola Bagian yang kehitaman di tengah.

Letaknya mengelilingi puting susu atau papila.


Memiliki warna kegelapan yang di sebabkan
oleh penipisan dan penimbunanan pigmen pada
kulit.
Sinus laktiferus Saluran di bawah areola yang besar melebar,
akhirnya memusat ke dalam puting dan
bermuara keluar.

3. Papila dan Bagian yang menonjol di puncak payudara


puting terdapat lubang-lubang kecil yang menjadi
tempat bermuaranya duktus latiferus, ujung ujung
serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah
beningdan serat-serat otot polos yang tersusun
secara sirkuler. Ketika ada kontraksi, serat-serat
otot polos tersebut akan menyebabkan duktus
laktiferus akan memadat dan puting susu ereksi,
sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akn
menarik kembaali puting susu tersebut (sunarsih

& dewi, 2011)

(Sutanto, 2019).
Anatomi payudara yang sangat mempengaruhi tindakan menyusui

adalah bentuk puting susu sedangkan fisiologi payudara yang sangat

mempengaruhi adalah laktogenesis (proses produksi ASI) dan galaktopoiesis

(pemeliharaan produksi dan pengeluaran ASI). Bentuk puting yang tidak

sempurna (datar atau tenggelam) akan menjadi penyulit bagi bayi untuk

melakukan perlekatan secara sempurna, sehingga bayi sulit untuk menghisap

ASI.

6) Anatomi dan fisiologi bayi. Anatomi bayi yang sangat mempengaruhi tindakan

menyusui yaitu ketika bayi mengalami kelainan pada bibir dan pallatumnya yang

akan berpengaruh terhadap transfer susu. Sehingga perlu dilakukan teknik-teknik

tertentu dalam pemberian ASI. Sedangkan kelainan fisiologis yang biasa terjadi

yaitu terjadinya ikterus pada bayi, bayi enggan menyusu karena merasa kurang

nyaman seperti terjadi influenza, demam.

f. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI

Menurut (Khamzah, 2012), faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ASI, yaitu:

1) Makanan Ibu

Pada dasarnya, makanan yang dikonsumsi oleh ibu menyusui tidak secara

langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan. Tetapi,

jika makanan ibu terus-menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang

diperlukan maka tentu kelenjar-kelenjar pembuat ASI tidakakan dapat bekerja

dengan sempurna sehingga berpengaruh pada produksi ASI.

2) Frekuensi Pemberian Susu

Semakin sering bayi menyusui, maka produksi dan pengeluaran ASI akan
semakin banyak. Akan tetapi, frekuensi menyusui pada bayi prematur dan cukup

bulan berbeda. Menyusui bayi paling sedikit 8 kali per hari pada periode

awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusunan berkaitan dengan kemampuan

stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.

3) Berat Lahir Bayi

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mempunyai kemampuan menghisap ASI

yang lebih rendah dibanding dengan bayi yang berat lahir normal. Kemampuan

menghisap lebih rendah akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan

oksitosin dalam memproduksi ASI.

4) Umur Kehamilan Saat Melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi produksi ASI. Hal ini

dikarenakan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu)

sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI

lebih rendah dari pada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan

menghisap pada bayi prematur dapat disebabkan oleh berat badan yang rendah

dan belum sempurnanya fungsi organnya.

5) Ketenangan Jiwa dan Pikiran

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan ibu yang selalu

dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan ketegangan emosional

akan menurunkan volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk

memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.

6) Konsumsi Rokok dan Konsumsi Alkohol

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon


prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi

pelepasan adrenalin dimana andrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin.

Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu merasa

lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI disisi lain etanol dapat

menghambat produksi oksitosin.

7) Penggunaan Alat Kontrasepsi

Ibu yang menyusui tidak dianjurkan menggunakan alat kontrapsepsi

berupa pil yang mengandung hormon estrogen karena dapat mengurangi dan

menghentikan jumlah produksi ASI. Sebaiknya, ibu menggunakan KB alamiah,

kondom, dan IUD daripada menggunakan KB hormonal seperti pil, suntik,

implan. Adapun alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dapat merangsang uterus

ibu dan meningkatkan kadar hormon oksitosin, yaitu hormon yang dapat

merangsang produksi ASI.

8) Perawatan Payudara

Perawatan payudara bermanfaat merangsang payudara sehingga

memengaruhi hifofise untuk mengeluarkan hormon prolaktin dan oksitosin.

g. Faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI

Menurut (Djami, 2013), faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI

Eksklusif anara lain:

1) Karakteristik ibu (pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, usia, paritas dan etnis).

2) Karakteristik bayi (berat lahir dan kondisi kesehatan bayi)

3) Lingkungan (keyakinan, dukungan keluarga, tempat tinggal, dan sosial ekonomi).

4) Pelayanan kesehatan (pemeriksaan kehamilan, konseling laktasi, tempat


persalinan, penolong persalinan dan kebijakan).

h. Upaya memperbanyak ASI

Menurut (Marmi, 2015), upaya dalam memperbanyak ASI, yaitu:

1) Tingkatkan frekuensi menyusui atau memompa atau memeras ASI. Jika anak

belum mau menyusu karena masih kenyang, perahlah atau pompalah ASI.

Produksi ASI prinsipnya based on demand sama seperti prinsip pabrik, yaitu jika

makin sering diminta susu atau diperas atau di pompa maka makin banyak ASI

yang di produksi.

2) Ibu harus dalam keadaan rileks. Kondisi ibu menyusui sangat menentukan

keberhasilan ASI eksklusif. Disini juga memerlukan peran dan dukungan suami

agar menciptakan suasana yang nyaman bagi ibu, sehingga ibu dapat lebih rileks

dan bisa menerapkan ASI eksklusif.

3) Ibu mengkonsumsi makanan yang bergizi khususnya yang dapat meningkatkan

produksi ASI seperti sayur.

4) Lakukan perawatan payudara.

C. Konsep Teknik menyusui

a. Pengertian

Teknik menyusui merupakan hal yang penting dalam memulai proses

menyusui. Pada minggu pertama persalinan ibu mengalami fase dimana

mengakibatkan ibu lebih sensitif, ibu memerlukan pendampingan dari tenaga

kesehatan maupun orang yang terdekat disekitarnya agar dapat membantu ibu

memulai proses menyusui dengan benar (Ilmiasih, 2017)


Teknik Menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi

dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar. Cara menyusui sangat

mempengaruhi kenyamanan bayi saat menghisap ASI. Bidan/perawat perlu

memberikan bimbingan pada ibu dalam minggu pertama setelah persalinan

(nifas) tentang cara-cara menyusui yang benar (Mulyani, 2015)

b. Cara menyusui yang benar

Selain harus mengetahui apakah bayi menyusui secara efektif atau tidak, ibu

juga harus mengetahui bagaimana cara menyusui yang benar. Pada saat menyusui

bayi, ada beberapa cara yang harud diketahui seorang ibu tentang cara menyusui

yang benar, yaitu:

1. Cara menyusui dengan sikap duduk

a. Duduk dengan posisi santai dan tegak dengan menggunakan kursi yang

rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu bersandar pada

sandaran kursi.

b. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian di oleskan di putting

susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai

desinfektan dan menjaga kelembapan putting susu.

c. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi. Bayi ditidurkan diatas

pangkuan ibu dengan cara:

1) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada

lengkung siku ibu dan bokong bayi diletakkan pada lengan, kepala bayi

tidak boleh tertengadah atau bokong bayi ditahan dengan telapak

tangan ibu.
2) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu dan yang satu

didepan.

3) Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara.

4) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

5) Ibu menatap bayi dengan kasih saying.

d. Tangan kanan menyangga payudara kiri dan keempat jari dan ibu jari

menekan payudara bagian atas areola.

Gambar 1 ( Cara meletakkan bayi yang benar )

Gambar 2 ( Cara memegang payudara yang benar )

e. Bayi diberi rangsangan untuk membuka mulut )rooting reflek) dengan cara

menyentuh pipi dengan putting susu atau menyentuh sisi mulut bayi.

f. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara

ibu dengan putting serta areola dimasukkan ke dalam mulut bayi.

1) Usahakan sebagian besar areola putting susu berada di bawah langit-langit dan
lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang

terletak di bawah areola.

2) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau disanggah

lagi.

Gambar 3 Teknik menyusui yang benar

2. Melepaskan isapan bayi

Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya diganti

menyusui pada payudara yang lain. Cara melepas isapan bayi:

a. Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut

b. Dagu bayi ditekan ke bawah.

3. Menysuui berikutnya dimulai pada payudara yang belum terkosongkan.

4. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting

susu dan areola disekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.

5. Menyendawakan bayi.

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan udara dari lambung supaya

bayi tidak muntah setelah menyusui. Cara menyendawakan bayi:


a. Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya

di tepuk perlahan-lahan.

b. Dengan cara menelungkupkan bayi diatas pangkuan ibu, lalu usap-usap

punggung bayi sampai bayi bersendawa.

Gambar 4 (Posisi menyusu yang benar)

Gambar 5 perbandingan posisi menyusu yang benar dan yang salah

Berikut adalah formulir ringkasan 5 kunci pokom untuk menilai proses

menyusui ibu dan bayi berjalan dengan baik, yang disingkat dengan BREAST,

yaitu Body position (posisi badan), response (respon), emotional bonding (ikatan

emosi), anatomy (anatomi), suckling (menghisap) dan time (waktu) yang dipakai

untuk menghisap.
Tabel 1

5 kunci pokok untuk menilai proses menyusui

Tanda-tanda bahwa pemberian Tanda-tanda kemungkinan


ASI berjalan dengan baik adanya kesulitan

Body Position - Ibu santai dan nyaman - Bahu tegang


(Posisi condong kearah bayi
Tubuh) - Badan bayi dekat menghadap - Badan bayi jauh dari
payudara badan ibu
- Kepala bayi menyentuh payudara - Leher bayi berpaling
- Dagu tidak
- Dagu bayi menyentuh menyentuh payudara
(hanya bahu atau
- Payudara (belakang bayi ditopang) kepala yang
ditopang).

Response - Bayi menyentuh payudara ketika - Tidak ada respon


(Respon) ia lapar (bayi mencari payudara) terhadap payudara
- Bayi mencari payudara dengan lidah (tidak ada
penelusuran)
- Bayi tenang dan siap pada payudara - Bayi tidak berminat
- Tanda-tanda pancaran susu ) untuk menyusu.
keluar setalah ada rasa sakit) - Bayi gelisah atau
menangis.

- Bayi
menghindar/tergelincir
dari payudara

Emotional - Pelukan yang mantap dan - Pelukan tidak mantap


Bonding ( ikatan percaya diri dan gugup
Emosi ) - Perhatian terhadap muka dari si ibu - Tidak ada kontak mata
ibu-bayi
- Banyak sentuhan belaian dari ibu - Sedikit sentuhan atau
menggoyang atau
menggendong bayi.

Anatomy - Payudara lembek setelah menyusui - Payudara bengkak


(Anatomi)
- Putting menonjol keluar memanjang - Putting rata atau
mask ke dalam
- Kulit tampak sehat - Fisura atau kemerahan
pada kulit
- Payudara tampak membulat sewaktu - Payudara tampak
menyusui
meregang atau

tertarik

Suckling - Mulut terbuka lebar - Mulut tidak terbuka


(Menghisap) lebar, mengarah
- Bibir berputar keluar kedepan
- Bibir bawah berputar
- Lidah berlekuk sekitar payudara

- Pipi membulat
- Lebih banyak areola di atas ke bawah
mulut bayi
- Menghisap pelan dan - Lidah bayi
dalam, diselingi istirahat tidak tampak
- Dapat melihat atau - Pipi tegang dan
mendengar tegukannya tertarik ke dalam
- Lebih banyak areola di
bawah mulut bayi
- Dapat menghisap cepat

- Dapat mendengar
kecapan atau klikan

Time (Lamanya - Bayi melepaskan payudara - Bayi melepaskan bayi

Menghisap) dari payudara

c. Posisi menyusui

Agar proses menyusui berjalan dengan lancar, maka seorang ibu harus

mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi

secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan

perlekatan bayi pada payudara yang tepat. Posisi yang nyaman untuk menyusui sangat

penting. Ada banyak cara untuk memposisikan diri dan bayi selama proses menyusui

berlangsung.

Sebelum menyusui ibu harus mengetahui bagaimana memegang bayi. Dalam

memegang bayi. Dalam memgang bayi pastikan ibu melakukan 4 butir kunci sebagai
berikut:
1. Kepala bayi dan badan bayi harus dalam satu garis yaitu. Bayi tidak dapat mentee

atau menghisap dengan mudah apabila kepalanya bergeser atau melengkung.

2. Muka bayi menghadap payudara dengan hidung menghadap putting yaitu seluruh

badan bayi menghadap badan ibu. Ia harus menjauhi secukupnya sekedar dapat

melihat. Posisi ini adalah terbaik untuk bayi, untuk menghisap payudara, karena

sebagian outing sedikit mengarah ke bawah (apabila ia menghadap ibu sepenuhnya

mungkin ia tidak tepat pada payudara).

3. Ibu harus memegang bayi dekat pada ibu.

4. Apabila bayi baru lahir, ia harus meopang bokong bukan hanya kepala dan bahu

merupakan hal yang penting untuk bayi baru lahir. Untuk bayi lebih besar meopang

bagian atas tubuhnya biasanya cukup.

Ada beberapa posisi menyusui yaitu posisi berdiri, posisi rebahan, posisi

duduk, posisi menggendong, posisi menyilang (transisi), posisi football (menjepit),

dan posisi berbaring miring.

1. Posisi berdiri

Bila ingin menyusui dengan posisi berdiri diusahan bayi merasa nyaman

saat menyusui. Adapun cara menyusui dengan posisi berdiri :

a. Bayi digendong dengan kain atau alat penggendong bayi.

b. Saat menyusui sebaiknya tetap disangga dengan lengan ibu agar

bayimerasa tenang dan tidak terputus saat menyusui

c. Lekatkan badan bayi ke dada ibu dengan meletakkan tangan bayi di

belakang atau samping ibu agar tubuh ibu tidak terganjal saat menyusu.
Gambar 6 posisi menyusu dengan berdiri

2. Posisi rebahan

Posisi menyusu dengan rebahan dapat dilakukan dengan cara:

a. Ibu dapat duduk di atas tempat tidur dan punggung bersandar

pada sandaran tempat tidur atau dapat diganjal dengan bantal.

b. Kedua kaki ibu berada lurus di ata tempat tidur

c. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara

d. Ibu menyangga bayi secara merata dari kepala,bahu hingga pantatnya

e. Posisikan paha ibu membantu menyangga tubuh bayi, namun kalau kurang

dapat ditambah dengan bantal.

Gambar 7 posisi menyusui dengan rebahan

3. Posisi duduk

Posisi menyusu dengan duduk dapat dilakukan dengan posisi santai dan tegak
menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu

bersandar pada sandaran kursi. Adapun cara menyusu dengan proses duduk yaitu :

a. Gunakan bantal atau selimut untuk menopang bayi, bayi ditidurkan di atas

pangkuan ibu

b. Bayi dipegang satu lengan, kepala bayi diletkkan pada lengkung siku ibu dan

bokong bayi diletakkan pada lengan. Kepala bayi tidak boleh tertengadah atau

bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu

c. Satu tangan bayi diletkkan di belakang badan ibu dan yang satu didepan

d. Perut bayi menempel badan ibu, kepala bayi menghadap payudara

e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

Gambar 8. Posisi menyusui dengan duduk

4. Posisi menggenolong ( The Cradle Hold)

Posisi ini disebut juga dengan posisi menyusui klasik. Posisi ini sangat

baik untuk bayi yang baru lahir secara persalinan normal. Adapun cara menyusui

bayi dengan posisi Madonna (menggendong).

a. Peluk bayi dan kepala bayi pada lekuk siku tangan

b. Jika bayi menyusu pada payudara kanan, letakkan kepalanya pada lekuk siku

tangan kanan dan bokongnya pada telapak tangan kanan

c. Arahkan badan bayi sedemikan rupa sehingga kuping bayi berada pada satu garis
lurus dengan tangan bayi yang ada di atas (berbaring menyamping

denganmuka, perut dan lutut menempel pada dada dan perut ibu)

d. Tangan bayi yang lain (yanga da dibawah tubuhnya) dibiarkan seolah-olah

merangkul badan ibu sehingga mempermudah mulut bayi mencapai payudara

e. Tangan kiri ibu memegang payudara jika diperlukan.

Gambar 9 posisi menyusui dengan menggendong

5. Posisi menggendong menyilang (transisi)

Posisi ini dapat dipilih bila bayi memiliki kesulitan menempelkan

mulutnya ke putting susu karena payudara ibu yang besar sementara mulut bayi

kecil. Posisi ini juga baik untuk bayi yang sedang sakit. Cara menyusui bayi dengan

posisi menggendong menyilang:

a. Pada posisi ini tidak menyangga kepala bayi dengan lekuk siku, melainkan

dengan telapak tangan

b. Jika menyusui pada payudara kanan maka menggunakan tangan kiri iuntuk

memegang bayi

c. Peluk bayi sehingga kepala, dada danperut bayi menghadap ibu.

d. Lalu arahkan mulutnya ke putting susu dengan ibu jari dan tangan ibu
dibelakang kepala dan bawah telinga bayi

e. Ibu menggunakan tangan sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan

Gambar 10 posisi menyusui dengan menggendong menyilang

6. Posiis Football (Mengepit)

Posisi ini dapat dipih jika ibu menjalani operasi Caesar (untuk meghindari

bayi berbaring di atas perut). Selain itu posisi ini juga bisa digunakan jika bayi lahir

kecil atau memiliki kesulitan dalam menyusu, putting susu ibu datar atau ibu

mempunyai bayi kembar. Adapun cara menyusui dengan posisi football atau

mengepit adalah:

a. Telapak tangan menyangga kepala bayi sementara tubuhnya diselipkan dibawah

tangan ibu seperti memegang bola atau tas tangan

b. Jika menyusui dengan payudara kanan memegangnya dengan tangan kanan,

demikian pula sebaliknya

c. Arahkan mulutnya ke putting susu, mula-mula dagunya (tindakan ini harus

dilakukan dengan hati-hati, jika ibu mendorong bayinya dengan keras kearah

payudara, bayi akan menolak menggerakkan kepalanya/melawan tangan ibu)


d. Lengan bawah dan tangan ibu menyangga bayi dan ia menggunakan tangan

sebelahnya untuk memegang payudara jika diperlukan.

Gambar 11 posisi menyusui dengan posisi football

7. Posisi Berbaring Miring

Posisi ini baik untuk pemberian ASI yang pertama kali atau bila ibu

merasakan lelah atau nyeri. Ini biasanya dilakukan pada ibu menyusui yang

melahirkan melalui operasi caesar. Yang harus diwaspadai dari teknik ini adalag

pertahankan jalan nafas bayi agar tidak tertutup oleh payudara ibu. Oleh karena itu,

harus didampingi oleh orang lain ketika menyusui. Pada posisi ini kesukaran

perlekatan yang lazim apabila berbaring adalah bila bayi terlalu tinggi dan kepala

bayi harus mengarah ke depan untuk mencapai putting. Menyusui berbaring miring

jyga berguna pada ibu ingin tidur sehingga ia dapat menyusui tanpa bangun.

Adapun cara menyusui dengan posisi berbaring miring adalah:

a. Posisi ini dilakukan sambil berbaring ditempat tidur.

b. Mintalah bantuan pasangan untuk meletakkan bantal dibawah kepala dan bahu,

serta diantara lutut. Hal ini akan membuat punggung dan pangggul pada posisi

yang lurus.

c. Muka ibu dan bayi tidur berhadaoan dan bantu menempelkan mulutnya ke

putting susu
d. Jika perlu letakkan bantal kecil atau lipatan selimut dibawah kepala bayi agar

bayi tidak perlu menegangkan lehernya untuk mencapai putting dan ibu tidak

perlu membungkukan badan kea rah bayinya, sehingga tidak cepat lelah.

Gambar 12 posisi menyusui dengan berbaring miring

8. Posisi Menyusui Dengan Kondisi Khusus

Ada posisi menyusui secara khusu yang berkaitan dengan situasi tertentu

seperti menyusui pasca operasi Caesar, menyusui pada bayi kembar dan menyusui

dengan ASI yang berlimpah penuh.

a. Posisi menyusui pasca operasi Caesar

Ada dua posisi pasca operasi caesar diantaranya adalah:

1) Posisi berbaring miring

2) Posisi football atau mengepit

b. Posisi menyusui dengan bayi kembar

Posisi double football atau mengepit

Posisi football atau mengepit sama dengan ibu yang melahirkan melalui seksio

caesaria, posisi football juga tepat untuk bayi kembar, di mana kedua bayi disuse

bersamaan kiri dan kanan dengan cara:


1) Kedua tangan ibu memeluk masing-masing satu kepala bayi, seperti
memegang bola

2) Letakkan tepat di bawah payudara ibu

3) Posisi kakik boleh dibiarkan menjuntai keluar

4) Untuk memudahkan kedua bayi dapat diletkkan pada satu bidan datar

yang memiliki ketinggian kurang lebih sepinggang ibu

5) Dengan demikian, ibu cukup menopang kepala kedua bayi kembarnya saja

6) Cara lain adalah dnegan meletakkan bantal diatas pangkuan ibu.

Gambar 13 posisi menyusui bayi kembar

c. Posisi menyusui dengan ASI berlimpah

Pada ibu-ibu yang memiiki ASI berlimpah dan memancar (penuh) dan alirannya

deras, terdapat posisi khusus untuk menghindari agar bayi tidak tersedak dengan

cara : ibu tidur terlentang lurus, sementara bayi di atas perut ibu dalam posisi

berbaring lurus dengan kepala menghadap ke payudara atau bayi di

tengkurupkan di atas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi. Dengan

posisi ini maka bayi tidak akan tersedak.


Gambar 14. Posisi menyusui dengan ASI melimpah

( Natia, 2018; ASI dan Panduan Ibu Menyusui; Yogyakarta Hal 31-50 )

c. Tanda bayi menyusu dengan benar

Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu

menjadi lecet dan ASI tidak keluar secara optimal sehingga memengaruhi produksi

ASI selanjutnya bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusu dengan benar,

maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut:

1) Bayi tampak tenang.

2) Badan bayi menempel pada perut ibu.

3) Mulut bayi terbuka lebar.

4) Dagu bayi menempel pada payudara ibu.

5) Sebagian aerola masuk ke dalam mulut bayi, aerola bawah lebih banyak yang

masuk.

6) Hidung bayi mendekati dan kadang-kadang menyentuh payudara ibu.

7) Lidah bayi menopang puting dan aerola bagian bawah.

8) Bibir bawah bayi melengkung keluar.

9) Puting susu tidak terasa nyeri.

10) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
11) Kepala bayi agak menengadah (Dewi, 2014)

d. Tanda bayi menyusu belum benar

Menurut (Yuliarti, 2014), tanda-tanda bayi menyusu belum benar yaitu:

1) Kepala bayi tidak lurus dengan badannya.

2) Bayi hanya menyusu pada putting susu, tidak menyusu pada areola

denganputting susu masuk jauh kedalam mulutnya.

3) Bayi menyusu dengan ringan, cepat, dan gugup, tidak menyusu dengan sungguh-

sungguh dan teratur.

4) Pipinya berkerut ke arah dalam atau ibu mendengar suara “cik-cik”.

5) Ibu tidak mendengar bayinya menelan secara teratur setelah produksi air susu

meningkat.

e. Tanda bayi cukup ASI

Menurut (Mulyani, 2015), bayi dikatakan cukup ASI bisa menunjukan tanda-tanda

sebagai berikut:

1) Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam minimal mendapatkan ASI 8-

10 kali pada 2-3 minggu.

2) Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering dan warna menjadi lebihmuda

pada hari kelima setelah lahir.

3) Bayi akan buang air kecil (BAK) setidaknya 6-8 kali sehari.

4) Ibu dapat mendengarkan saat bayi menelan ASI.

5) Payudara terasa lebih lembek yang menandakan ASI telah habis .

6) Warna bayi merah (tidak kuning) dan kulit terasa kenyal.

7) Pertumbuhan Berat Badan (BB) bayi dan Tinggi Badan (TB) sesuai dengangrafik
pertumbuhannya.

8) Perkembangan motorik baik (bayi aktif dan motoriknya sesuai denganrentang

usianya.

9) Bayi kelihatan puas, sewaktu-waktu saat lapar bangun dan tidur dengan cukup.

Putting susu yang lecet memliki masalah yang paling banyak dialami ibu

menyusui. Putting lecet akibat beberapa factor. Dapat disebabkan oleh trush atau

dermatitis dan yang dominan adalah kesalahan posisi menyusui saat bayi hanya

menghisap pada putting. Padahal, seharusnya sebagian besar areola masuk ke

dalam mulut bayi. Putting lecet juga dapat terjadi pada akhir menyusui, bayi tidak

benar melepaskan isapan atau jika ibu sering membersihkan putting dengan

alcohol atau sabun. Putting susu yang lecet dapat membuat ibu merasa tersiksa

saat menyusui karena rasa sakit. Jika ibu melewati waktu menyusui untuk

menghindari rasa sakit, dapat menyebabkan tidak terjadinya pengosongan

payudara, akibatnya produksi ASI berkurang.

Cara menangani :

1. Cari penyebab putting lecet ( posisi menyusui salah, atau dermatitis )

2. Obati penyebab putting susu lecet, terutama perhatikan posisi menyusui

3. Kerjakan semua cara-cara menangani susu nyeri diatas tadi

4. Ibu dapat terus memberikan cara-cara menangani susu nyeri diatas tadi

5. Olesi putting susu dengan ASI akhir, jangan sekali-kali memberikan obat lain,

seperti krim, saleep dan lain-lain

6. Putting susu yang sakit dapat diistirahatkan untuk sementara waktu kurang

lebih 1x24 jam dan biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 2x24
jam

7. Selama putting susu diistirahatkan, sebaiknya ASI tetap dikeluarkan dengan

tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri.

8. Cuci payudra sehari sekali saja dan tidak dibenarkan untuk menggunakan

dengan sabun

9. Bila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang sakit untuk

sementara untuk memberi kesempatan lukanya menyembuh

10. Keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan (jangan dengan

pompa ASI) untuk tetap mempertahankan pembentukan ASI.

11. Berikan ASI perah dengan sendok atau gelas jangan menggunakan dot

12. Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali mula-mula dengan waktu

yang lebih singkat.

13. Bila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu rujuk ke puskesmas

D. Cara Mengeluarkan ASI

Ada beberapa cara mengeluarkan ASI yaitu mengeluarkan ASI dengan tangan dan

mengeluarkan ASI dengan alat :

1. Cara mengeluarkan ASI dengan Tangan

a. Cuci tangan sampai bersih

b. Pegang cangkir bersih untuk menampung ASI

c. Condongkan badan kedepan dan sangga payudara dengan tangan

d. Letakkan ibu jari pada batas areola mamae dan letakkan jari telunjuk pada batas

areola mamae bagian bawah sehingga berhadapan


e. Tekan kedua jari ini ke dalam kea rah dinding dada tanpa menggeser letak

kedua jari tadi

f. Pijat daerah diantara kedua jari tadi kea rah depan sehingga akan memeras dan

mengeluarkan ASI yang berada di dalam sinus lactiferous

g. Ulangi gerakan tekan, pijat dan lepas beberapa kali

h. Setelah pancaran ASI berkurang pindahkan posisi ibu jari dan telunjuk tali

dengan cara diputar pada sisi lain dari batas areola dengan kedua jari selalu

berhadapan.

i. Lakukan berulang-ulang sehingga ASI akan terperah dari semua bagian payudara

j. Jangan memijat atau menarik putting susu, karena ini tidak akan mengeluarkan

ASI dan akan menyebabkan rasa sakit.

Gambar 1. Cara mengosongkan payudara dengan tangan

2. Mengeluarkan ASI dengan

Pompa Ada 2 macam bentuk

pompa

a. Pompa manual / tangan

Ada beberapa tipe pompa manual antara lain :


a) Tipe silindris

Pompa ini efektif dan mudah di pakai, kekuatan tekanan isapan mudah
dikontrol, baik kedua silinder maupun gerakan memompa berada dalam garis

lurus, memompa berada dalam garis lurus. Terbuat dari plastic yang tempat

penampungan ASI di bagian bawah silinder.

b) Tipe silindris bersudut

Dengan gerakan piston ditarik ke bawah akan lebih mudah mengontrol

kekuatan tekanan isapan. ASI akan ditampung dibotol yang ditempelkan di

pompa.

c) Tipe kerucut / plastic dan bola karet / tipe terompot (Squueeze and bulb atau

Horn).

Tipe ini tidak dianjurkan untuk dipakai karena dapat menyakitkan dan dapat

menyebabkan kerusakan putting susu serta jaringan payudara. Kekuatan

tekanan isapan sukar diatur.

b. Pompa Elektrik

Beberapa macam pompa listrik sudah ada di beberapa kota besar. Karena

umumnya harganya sangat mahal sehingga penggunaannya terbatas di rumah

sakit besar.

Gambar 2. Pengeluaran ASI dengan pompa

tangan Tanda Bayi Cukup ASI


1. Jumlah buang air kecilnya dalam satu hari paling sedikit 6 kali

2. Warna senin biasanya tidak berwarna kuning pucat

3. Bayi sering BAB berwarna kekuningan berbiji

4. Bayi kelihatannya puas, sewaktu-waktu merasa lapar bangun dan

tidurdengan cukup

5. Bayi paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam

6. Payudara ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui

7. Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI setiap kali bayi mulai

menyusui

8. Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI

9. Bayi bertambah berat badannya.

E. Pathways Teknik Menyusui

51
F. Evidance Base Praktik Kebidanan

Berikut ini adalah beberapa jurnal penelitian yang berhubungan dengan teknik

menyusui yaitu :

No Judul, Penulis, Fenomena Tujuan Metode Hasil

Tahun

1. Judul : Perilaku menyusui Tujuan Metode dari Meningkatnya


Teknik yang benar penelitian ini penelitian pengetahuan ibu
Menyusui Yang mempengaruhi adalah untuk masyarakat ini tentang teknik
Benar di Desa keberhasilan dalam meningkatkan adalah menyusui yang
Wanaraja, pemberian ASI. Di pengetahuan ibu penyuluhan benar sehingga
Kecamatan desa Wanaraja tentang teknik tentang teknik proses menyusui
Wanayasa masih terdapat ibu menyusui yang menyusui yang dapat berjalan
Kabupaten menyusui yang benar dan dapat benar, praktik lancar dan
Banjarnegara. mengalami puting menerapkannya dan evaluasi tercapai program
lecet, bengkak dan sehingga proses melalui pemerintah yaitu
Penulis : nyeri pada menyusui kuesioner. pemberian ASI
Ratih Subekti payudara serta berjalan lancar eksklusif.
putting datar. dan tercapai Pengetahuan ibu
Tahun : Masyarakat desa program baik sebanyak
2019 Wanaraja belum pemerintah 75% dan cukup
sepenuhnya yaitu pemberian 25%
memahami tentang ASI eksklusif.
teknik menyusui
yang benar,
sehingga jika
puting lecet maka
payudara tersebut
berhenti untuk

52
disusui.

2. Judul : Pada negara Tujuan Jenis penelitian Hasil penelitian


Pendidikan Ibu berkembang penelitian untuk ini menyatakan
Berhubungan terdapat 20% mengetahui menggunakan bahwa pendidikan
dengan Teknik dari faktor-faktor metode berhubungan
Menyusui pada 35,6% ibu yang yang penelitian dengan teknik
Ibu Menyusui gagal menyusui. berhubungan deskriptif menyusui dengan
yang Memiliki Berdasarkan dari dengan teknik analitik. p=0,029 dan
Bayi Usia 0-12 data riskesdas menyusui pada Populasi dalam sebagian
Bulan tahun 2010, ibu menyusui penelitian ini responden masih
terdapat 67,5% ibu yang memiliki adalah seluruh salah dalam
Penulis : yang gagal bayi usia 0-12 ibu menyusui melakukan teknik
Nur Indah menyusi pada bulan di Klinik yang memiliki menyusui yang
Rahmawati bayinya yang Pratama Bina bayi berumur benar sehingga
disebabkan karena Sehat Kasihan 0- perlu dilakukan
Tahun : kurangnya Bantul 12 bulan. penyuluhan oleh
2017 pemahaman ibu Yogyakarta. Pengambilan tenaga kesehatan
tentang teknik sampel terutama oleh
menyusui yang menggunakan bidan agar dapat
benar. qouta sampling
dengan jumlah mengetahui
sampel sebanyak bagaimana teknik
58 responden. menyusui yang
Analisis data baik dan benar
yang digunakan
adalah analisis
univariat dan
bivariat dengan
menggunakan
metode analisis
chi-square.
3. Judul : America Academy Tujuan setelah Metode yang Hasilnya semua
Optimalisasi Asi of Pediatrics mendapatkan digunakan ibu menyusui
Pada Ibu Nifas merekomendasikan penyuluhan adalah berupa sudah mampu
0-3 Hari Dengan pemberian ASI teknik penyuluhan melakukan
Kegiatan eksklusif kepada menyusui, teknik menyusui redemonstrasi
Sosialisasi bayi selama diharapkan dengan baik dan tekhnik menyusui
Tekhnik minimal 6 bulan peserta ibu benar dengan yang baik dan
Menyusui dan dapat nifas 0-3 hari mengunakan benar.
dilanjutkan di RSIA Santa metode ceramah
Penulis : minimal sampai Anna mampu dan tanya jawab
Yuliana bayi berusia 12 menyusui serta
Martinah, dkk. bulan. ASI dengan teknik demonstrasi
merupakan nutrisi yang baik dan tekkhnik
Tahun : terbaik yang benar. menyusui yang
2020 secara khusus baik dan benar.
ditujukan bagi
bayi baru lahir
karena
mengandung
berbagai
komponen
antibodi, nutrisi
yang lengkap dan
mudah dicerna
oleh bayi baru
lahir dibandingkan
dengan susu
formula.
4. Judul : Menyusui adalah Penelitian ini Analisis Aspek sosial
Initial proses yang tidak bertujuan untuk Statistik. ekonomi dan
difficulties with hanya melibatkan mengevaluasi kesulitan
breastfeeding menyusui bayi pengaruh menyusui
technique and tetapi, kesulitan awal berhubungan
the impact on pembentukan dalam dengan masalah
duration of afektif yang menyusui payudara nifas
exclusive mendalam dengan durasi menonjol sebagai
breastfeeding ikatan antara ibu pemberian ASI faktor yang
dan bayi, eksklusif. membatasi durasi
Penulis : menghasilkan pemberian ASI
Gessandro manfaat yang tak eksklusif.
Elpídio terbantahkan untuk
Fernandes keduanya.
Barbosa,dkk. Pemberian ASI
Eksklusif hingga
Tahun : enam bulan setelah
2018 kelahiran memiliki
peran yang relevan
dalam mengurangi
morbiditas dan
mortalitas anak
dengan
mengurangi
kemungkinan
beberapa penyakit
anak yang umum
berupa (Diare)
5. Judul : Terlepas dari Tujuan Metode: Hasil: pada 30
Penelitian ini
Breastfeeding rekomendasi untuk penelitian untuk hari, 64% dan
merupakan
technique and pemberian ASI mengevaluasi penelitian quasi- 15% ibu
random
the incidence of Eksklusif (EBF) pengaruh menggunakan
intervensi
nipple traumas dalam enam bulan intervensi dengan 180 teknik dengan
wanita nifas
in puerperal pertama bayi terhadap benar, masing-
merata antara
women attended banyak wanita kejadian trauma kelompok masing, pada
eksperimen dan
in a city menghentikan puting dan kelompok
kontrol.
hospital: menyusui karena kualitas teknik Intervensi eksperimen dan
dilakukan
intervention manajemen yang menyusui pada kontrol dengan
bersalin dan
study sulit. Seperti bulan pertama terdiri dari sesi RR=4.87
pendidikan
Trauma puting postpartum. p<0,001. Pada
tentang teknik
Penulis : susu adalah salah menyusui. kelompok
Analisis
Thaize satu faktor yang eksperimen,
deskriptif
Carvalho,dkk. terkait karakteristik penurunan
kelompok
dengan gangguan diamati pada
dilakukan,
Tahun : menyusui dini. membandingkan parameter teknik
frekuensi
2020 umumnya terkait menyusui yang
parameter yang
dengan tidak kurang baik
menguntungkan
ketidaknyamanan (p≤0,05). Insiden
terkait dengan
dan rasa sakit teknik menyusui putting trauma
antar kelompok.
selama menyusui. adalah 30% pada
kelompok
eksperimen dan
38,9% pada
kelompok kontrol
(p = 0,21).
Chi-kuadrat
Pearson uji
dan ujiFisher
digunakan,
dan p≤0,05
diadopsi
sebagai
tingkat
signifikansi
kritis.
6. Judul : ASI adalah Penelitian ini Jenis penelitian Ibu dengan
The makanan paling bertujuan adalah tingkat
pengetahuan
association ideal untuk bayi. mengetahui observasional
rendah lebih
between Ketidaktahuan ibu hubungan dengan metode banyak (57%)
breastfeeding tentang pentingnya pengetahuan cross sectional. begitu juga
pengetahuan
technique and ASI, cara dan teknik Population
teknik menyusui
knowledge menyusui dengan menyusui penelitian adalah (52,1%). Ada
with exclusive benar, serta dengan seluruh ibu yang hubungan antara
pengetahuan
breastfeeding pemasaran yang pemberian ASI mempunyai bayi
dengan pemberian
dilancarkan secara exclusive di enam sampai 12 ASI eklsusif
Penulis : agresif oleh para wilayah kerja months (p=0,006) dan ada
Lina produsen susu Puskesmas sebanyak 142 hubungan antara
teknik menyusui
Handayani,dkk. formula, Pengasih II orang, dengan pemberian
merupakan faktor Kulon Progo menggunakan ASI ekslusif
Tahun : penghambat bagi teknik total (p=0,002).
Kesimpulan: Ada
2016 terbentuknya sampel. Analisis
hubungan tingkat
kesadaran orang data pengetahuan dan
tua untuk menggunakan teknik menyusui
dengan pemberian
memberikan ASI uji Chi square
ASI exclusive.
exclusive. dengan tingkat
kepercayaan
95%.
G. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

1. Pengertian Asuhan Kebidanan

Asuhan Kebidanan adalah proses pemecahan masalah dengan metode

pengaturan pemikiran dan tindakan dalam suatu urutan yang logis dalam

penganan klien oleh petugas kesehatan dalam hal ini bidan (Sudarti, 2010).

2. Asuhan Kebidanan

Menurut Manajemen Varney, Proses Asuhan Kebidanan terdiri dari 7

langkah, yaitu:

a. Langkah I : Pengumpulan data dasar

Pengumpulan data dasar secara Komprehensif untuk evaluasi pasien.

Data dasar ini termasuk Riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan

fisik,tinjauan catatan saat ini, riwayat catatan kesehatan lampau, tinjauan

singkat data penunjang dari laboratorium dan pemeriksaan tambahan

lainnya serta semua informasi dari berbagai sumber yang berhubungan

dengan kondisi pasien.

b. Langkah II : Intepretasi Data

Interpretasi data dikembangkan dari data dasar ke masalah atau

disgnosa khusus yang terindetifikasi. Masalah dan diagnose sama-sama

dipakai karena beberapa masalah tidak dapat didefinisikan sebagai

diagnose tetapi tetap perlu dipertimbangkan untuk membuat suatu

perencanaan yang menyeluruh dalam penaganan pasien/klien.

c. Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa/ masalah potensial

Diagnosa/masalah Potensia adalah mengidentifikasi dengan hati-


hati dan kritis pada pola atau kelompok tanda dan gejala yang memerlukan

tindakan kebidanan untuk membantu klien mengatasi dan mencegah

masalah yang spesifik.

Mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial lainnya

berdasarkan masalah yang sudah ada adalah suatu bentuk

antisipasi/pencegahan yang dirasa perlu, serta suatu bentuk kewaspadaan

dan persiapan dalam menghadapi masalah/penyulit sehingga dapat

memberikan asuhan yang aman dan sesuai standar.

d. Langkah IV : Identifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan

penanganan segera

Tindakan ini dilakukan jika ditemukan adanya diagnose atau

masalah potensial dengan tujuan agar dapat mengantisipasi masalah yang

mungkin muncul sehubungan dengan keadaan yang dialami ibu.

Merefleksikan proses manajemen yang sifatnya terus-menerus tidak hanya

pada asuhan primer yang periodic selama kunjungan ANC tetapi juga

selama bidan terus bersama wanita itu sampai siklus berikutnya (bersalin,

nifas, KB, Menopouse dan sterusnya) selama siklus kehidupan wanita.

e. Langkah V : Merencanakan asuhan yang komprehensif dan menyeluruh

Dibuat berdasarkan diagnose yang muncul serta membantu klien

mengatasi masalah dan kebutuhannya. Membuat rencana asuhan yang

komprehensif ditentukan oleh langkah sebelumnya yaitu dari masalah dan

diagnose yang sedang terjadi serta mencakup bimbingan atau konseling

yang berkaitan dengan masalah/kondisi pasien saat itu untuk


mengantisipasi
hal-hal yang tidak diharapkan dan perubahan perilaku kliensesuai harapan.

f. Langkah VI : Melaksanakan perencanaan / implementasi

Pelaksanaan adalah sebuah proses menyelesaikan masalah klinis,

membuat suatu keputusan dan memberi perawatan. Pada tahap ini,

kegiatannya adalah melaksanakan perencanaan asuhan yang menyeluruh.

Perencanaan ini dapat dilakukan oleh bidan, bidan berkolaborasi dengan

tim kesehatan lainnya, atau oleh klien itu sendiri. Walaupun ada beberapa

pelaksanaan yang tidak dilakukan oleh bidan itu sendiri namun bidan tetap

berkewajiban untuk mengarahkan pelaksanaannya dan memastikan

langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.

g. Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dengan melakukan

pengecekan apakah rencana asuhan benar-benar terlaksana sesuai dengan

identifikasi diagnose, masalah dan kebutuhan.

H. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan dengan SOAP

Menurut Muslihatun, W (2009), pendokumentasian secara SOAP yaitu:

a. Data Subjektif

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut

Helen Varney. Langkah pertama (pengkajian data), terutama data yang

diperoleh dari ananesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah

dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan

keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang


akan
berhubungan langsung dengan diagnisos. Data subjektif ini nantinya akan

menguatkan diagnosis yang akan disusun.

b. Data Objektif

Merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut

Helen Varney pertama (pengkajian data), terutama data yang diperoleh

dari melalui hasil observasi yang jujur dan pemeriksaan fisik pasien,

pemeriksaan labolatorium / pemeriksaan diagnostik lain. Catatan medik

dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data

objektif ini. Dan ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta

yang berhubungan dengan diagnosis.

c. Assesment

Merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intepretasi

(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Analisis/ Assesment

merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen

Varney langkah kedua, ketiga dan keempat sehingga mencakup hal-hal

berikut: diagnosis/masalah kebidanan, diagnosis/masalah potensial serta

perlunya mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera untuk antisipasi

diagnosis / masalah potensial dan kebutuhan tindakan segera harus

diidentifikasi menurut kewenangan bidan, meliputi tindakan mandiri,

tindakan kolaborasi dan tindakan merujuk klien.

d. Planning

Planning/ perencanaan adalah membuat rencana asuhan saat ini dan

yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan
intepretasi data. Planning dalam metode SOAP ini juga merupakan

gambaran pendokumentasian Implementasi dan Evaluasi. Sehingga P

dalam SOAP meliputi pendokumentasian manajemen kebidanan menurut

Helen Varney langkah kelima, keenam dan ketujuh.


BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY. M UMUR 22 TAHUN

P1A0 DENGAN TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR

DI RS HAMBA MA. BULIAN

Tempat Praktik : RS. Hamba Ma Bulian

No. Register : 17.XX.XX

Tanggal/ Jam : 17 November 2021/ 10.00 WIB

I. PENGKAJIAN DATA/ PENGUMPULAN DATA DASAR

Biodata

Nama Ibu : Ny. M Nama Suami : Tn. K

Umur : 22 Tahun Umur : 25 Tahun

Suku / Bangsa : Melayu/Indonesia Suku / Bangsa : Jawa/Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : RT 15 Hutan Lindung, MA. Bulian

A. Data Subjektif

1. KeluhanUtama : Ibu mengatakan belum mengerti teknik menyusui bayi secara benar

dan ASI keluar masih sedikit.


2. Riwayat Perkawinan

Kawin 1 kali, penikahan ke-1, umur saat menikah 21 tahun, lamanya pernikahan 2tahun.

3. Riwayat Menstruasi

HPHT : 02-02-2021

Menarch : 14 tahun

Sikus : 28 Hari

Lama : 7 hari

Karakteristik : Cair

Banyaknya : 3 x 1 ganti pembalut

Keluhan : Tidak ada

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

Ibu mengatakan ini adalah kehamilan, persalinan dan nifas yang pertama.

5. RiwayatKontrasepsi yang Digunakan

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis apapun.

6. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat kesehatan yang lalu

Ibu mengatakan tidak pernah/sedang menderita penyakit menular (Hepatitis,

HIV/AIDS, PMS), penyakit menurun (DM, Hipertensi) dan penyakit menahun

(Asma, Jantung).

b. Riwayat kesehatan keluarga

Ibu mengatakan dalam keluarga tidak pernah/sedang menderita penyakit menular

(Hepatitis, HIV/AIDS, PMS), penyakit menurun (DM, Hipertensi) dan penyakit

menahun (Asma, Jantung).


c. Riwayat operasi dan alergi obat

Ibu mengatakan tidak ada riwayat operasi serta tidak memiliki riwayat alergi obat.

d. Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan tidak ada riwayat keturunan kembar baik dari keluarga ibu maupun

keluarga suami.

7. Riwayat Persalinan Terakhir

a. KeadaanIbu:

1) Masa kehamilan 39-40 minggu

2) Tempat persalinan: Rs. Hamba, Penolong: Bidan

3) Jenis persalinan: Spontan

4) Komplikasi: Tidak ada

5) Proses Persalinan

b. Keadaan Bayi:

1) Tanggal lahir, jam : Selasa, 16-11-2020, 11:40 WIB

2) Antopometri : BB 3300 gr, PB 51 cm, LK/LD 33/32 cm

3) Keadaan secara umum : Baik

4) Rawatgabung/ tidak : Iya

8. Kebutuhan Fisik

a. Nutrisi

Terahir makan pada tanggal 17 November 2021 pukul 09.00 WIB porsi 1 piring

jenis nasi, sayur dan lauk. Minum air putih dan teh manis, dan tidak ada keluhan.

b. Eliminasi :

1) BAK : ibu mengatakan BAK terahir pada tanggal 17 November 2021


pukul 09.10 WIB sifat cair, warna jernih, bau khas dan tidak ada keluhan

2) BAB : lancar

c. Istirahat (tidur)

Ibu mengatakan dapat tertidur dan sesekali bangun jika bayinya menangis.

d. Personal hygiene

Ibu mengatakan belum mandi tetapi sudah ganti pakaian serta sudah ganti

pembalut.

e. Ambulasi/Aktivitas

Ibu mengatakan sudah dapat berjalan ke kamar mandi sendiri dan dapat menyusui

bayinya.

9. Keadaan Psiko, Sosiol dan Spiritual

a. Ibu mengatakan ini adalah anak yang diharapkan.

b. Ibu mengatakan ibu dan keluarga senang atas kelahiran bayinya.

c. Ibu mengatakan tinggal bersama dengan suami.

d. Ibu mengatakan menjalankan sholat 5 waktu.

e. Ibu mengatakan jika ada masalah selalu bermusyawarah.

10. Pengetahuan tentang masa nifas dan perawatan bayi

a. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang kebutuhan nutrisi pada masa nifas an

ibu tidak pantang makan.

b. Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang ASI eksklusif

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan umum : Baik, Kesadaran: Composmentis


b. Tanda – Tanda Vital : TD: 120/80 mmHg, Suhu: 36,50C, Respirasi: 20 x/m, Nadi: 80 x/m

2. Pemeriksaan Fisik

a. Kepala :

Bentuk mesochepal, tidak ada benjolan abnormal, rambut hitam bersih. Mata

simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih. Hidung bersih, tidak ada polip

dan secret. Telinga simetris, bersih, pendengaran baik.

b. Leher :

Tidak ada pembesaran kelenjar limfe dan tiroid serta tidak ada bendungan vena

jugularis.

c. Payudara

Payudara simetris lembek, puting susu menonjol, bersih, terdapat

hyperpigmentasi pada areola, tidak ada benjolan abnormal, colostrum sudah

keluar.

d. Abdomen

Tidak ada bekas luka operasi, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi keras, kandung

kemih kosong.

e. Genetalia Eksterna

Vagina bersih, tidak ada oedema, tidak ada varices, perineum tedapat jahitan

yang masih basah (normal dikarenakan hari pertama post partum dan tidak

terdapat tanda-tanda infeksi), lochea rubra.

f. Anus : Tidak hemorroid.

g. Ekstrimitas

Atas : simetris, tidak ada oedema, warna kuku merah muda


Bawah: simetris, tidak oedema, warna kuku merah muda, tidak ada varices, reflek

patela positif.

3. PemeriksaanPenunjang

Dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan hasil : Hb 10,3

4. Terapi yang didapat (hasil dari kolaborasi dengan dokter S.pOG)

Dexketoprofen 2 x 25 mg (diberikan pukul 10.00 WIB dan pukul 22.00

WIB) Vitamin A = 1 x 200.000 IU pukul 10.00 WIB

Asam folat 1 x 0,4 mg pukul 10.00 WIB

II. INTERPRETASIDATA DASAR

Diagnosa : ibu P1A0 post partum 1 hari

Masalah : Ibu belum dapat menyusui bayi nya dengan

benar Kebutuhan : KIE teknik menyusui yang benar

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSIS/MASALAH POTENSIAL

Bendungan ASI, puting susu lecet

IV. IDENTIFIKASI TINDAKAN SEGERA

Tehnik menyusui yang benar

` V. RENCANA TINDAKAN (17 November 2021, 10.10 WIB)

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan.

Rasional : Ibu harus mengetahui keadaan diri dan janinnya sehingga ibu dapat lebihkooperatif

terhadap tindakan dan anjuran dari petugas kesehatan/bidan.

2. Ajarkan kepada ibu teknik menyusui yang benar.

Rasional : posisi dan teknik menyusui menentukan keberhasilan dalam programmenyusui,

apabila teknik menyusuinya benar akan membuat ibu merasa nyamanselama menyusui dan
ASI yang diterima bayi dapat optimal.

3. Beritahu ibu tanda bahaya pada masa nifas.

Rasional : ibu harus mengetahui tanda bahaya pada masa nifas agar lebih waspada dan

dapat mengenali kondisi ibu dengan baik.

4. Beritahu ibu perawatan bayi pada saat di rumah nanti.

Rasional : Perawatan bayi baru lahir perlu dilakukan dengan baik dan benar, agar bayi merasa

nyaman, perawatan tali pusat dilakukan agar tidak terjadi infeksi.

5. Beritahu ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.

Rasional : ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sampai dengan usia bayi 6 bulan,dan

banyak sekali manfaat dalam memberikan ASI Eksklusif.

6. Beritahu ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan tidak pantang makan.

Rasional : ibu nifas harus memenuhi kebutuhan nitrisi dengan makanan seimbang,agar dapat

memberikan stamina pada ibu sert dapat memperbanyak ASI.

7. Beritahu ibu untuk senantiasa menjaga kebersihan diri dan sering menggati pembalut.

Rasional : personal hygiene pada masa nifas sangat penting guna menjaga diri secarakeseluruhan

untuk menghindari infeksi baik pada luka jahitan maupun kulit.

8. Ingatkan ibu untuk minum obat secara teratur.

Rasional : Manfaat dari Vitamin A yaitu untuk memperoleh kualitas ASI sehingga

dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mempercepat proses pemulihan saat

melahirkan, tablet Fe agar dapat mencegah anemia pada ibu nifas, serta asam

mefenamat untuk mengurangi nyeri setelah persalinan.

V. IMPLEMENTASI (17 November 2021 10.30 WIB)

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa saat ini ibu dalam
keadaan sehat.

TD: 110/70 mmHg, Suhu: 36,50C, Respirasi: 23 x/m, Nadi: 83 x/m

2. Mengajarkan kepada ibu cara menyusui dengan menggunakan teknik menyusui yang

benar.

a. Mencuci tangan terlebih dahulu

b. Mengelurkan sedikit asi lalu dioleskan pada bagian puting dan areola sebelum dan

setelah menyusui, mengajarkan perlekatan bayi yaitu perut bayi harus menempel

pada perut ibu serta wajah bayi menghadap payudara ibu,

c. Setelah selesai menyusui, ajarkan ibu untuk menyendawakan bayi dengan cara

menepuk ringan punggung bayi.

3. Memberitahu ibu tanda bahaya pada masa nifas

a. Perdarahan dari jalan lahir

b. Lochea berbau busuk

c. Demam

d. Serta kepala sakit mata berkunang-kunang

e. Bengkak pada daerah betis serta ibu merasa sedih tanpa sebab. Jika ada salah satu

tanda bahaya seperti yang disebutkan segera memeriksakan diri ke fasilitas

kesehatan.

4. Memberitahu ibu cara perawatan bayi dengan :

a. Selalu menjaga kehangatan bayi

b. Serta tidak membiarkan bayi merasa gerah, ganti popok bayi jika terkena bak atau

bab bayi

c. Mengajarkan cara merawat tali pusat bayi yaitu selalu menjaga tali pusat agar tetap
kering dan tidak lembab agar tidak infeksi.

5. Memberitahu ibu untuk memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya selama 6

bulan tanpa makanan apapun, karena dengan pemberian ASI saja kebutuhan nutrisi

bayi sudah cukup.

6. Memberitahu ibu untuk memenuhi kebutuhan nutrisi agar ASI juga menjadi banyak dan

lancar seperti :

a. Makan sayur-sayuran yang hijau dan makan makanan dengan tinggi protein seperti

telur dan ikan supaya luka jahit perineum cepat sembuh.

7. Memberitahu ibu untuk senantiasa menjaga kebersihan diri yaitu dengan :

a) Mandi guyur

b) Tentang cara merawat luka jahitan yaitu bersihkan setiap habis bak dan bab

dengan cara cebok dari arah depan ke belakang menggunakan air bersih

keringkan dengan handuk kering dan bersih dengan cara ditepuk-tepuk,

kenakan pembalut dan celana dalam bersih dari katun, ganti pembalut apabila

sudah penuh dan celana dalam 2-3 kali sehari agar tidak terjadi infeksi.

8. Mengingatkan ibu untuk meminum obat secara teratur setelah makan.

VI. EVALUASI

1. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksannya saat ini.

2. Ibu bersedia mengikuti anjuran yang telah diberikan oleh bidan

3. Ibu bersdia meminum obat secara teratur

4. Ibu telah mengerti tehnik menyusui yang benar


BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan pada Ny. M didapatkan data Ny. M post
partum 1 hari dan mengeluh sudah dapat menyusui bayinya namun ASI yang keluar belum
lancar. Hal tersebut sesuai dengan teori bahwa hari pertama sampai ke tiga jenis ASI yang
keluaradalah colostrum dan pada umumnya produksi air susu baru berlangsung pada hari ke 2-3
post partum spontan maupun SC. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara
kasus dan teori.
Hasil pemeriksaan atau data objektif berupa data fokus pada masa nifas didapatkan
bahwa tanda-tanda vital ibu dalam batas normal yaitu tekanan darah 110/70 mmHg, Suhu:
36,50C, Respirasi: 23 x/m, Nadi: 83 x/m. Berdasarkan teori (Marmi, 2015), pasca melahirkan
pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Denyut nadi normal pada orang
dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi brakikardi maupun
lebih cepat. Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,20C. Pasca melahirkan, suhu tubuh
dapat naik kurang lebih 0,50C dari keadaan normal. Frekuensi pernafasan normal pada orang
dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau
normal. Berdasarkan kasus dan teori diatas dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan
antara kasus dan teori.
Pada daerah abdomen didapatkan TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi keras, kendung
kemih kosong. Berdasarkan teori Sukarni (2013), dan Marmi (2015) menyebutkan bahwa
involusi uterus pada saat plasenta lahir TFU setinggi pusat dan waktu 7 hari (1 minggu) TFU
pertengahan pusat dan sympisis, kontraksi uterus baik dan terus meningkat setelah bayi lahir,
dan

kondisi kandung kemih ibu harus kosong setelah melahirkan karena apabila penuh dapat
mengganggu letak uterus dan mengganggu kontraksi uterus yang dapat menyebabkan
perdarahanBerdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara kasus
dan teori.
Pada pemeriksaan genetalia terdapat lokhea rubra yang berwarna merah pekat dan tidak
berbau busuk. Berdasarkan teori (Marmi, 2015), pengeluaran lokhea yang keluar adalah lokhea
rubra yang keluar pada hari pertama sampai ketiga dengan tidak berbau busuk, berwarna merah
kehitaman yang terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekonium dan sisa
darah. Berdaraskan hal tersebut, tidak ada kesenjangan antara kasus dan teori.
Berdasarkan hasil dari pengkajian data subjektif dan data objektif didapatkan diagnosa
Ny. M umur 22 tahun P1A0dengan teknik menyusui yang benar, masalah ibu belum dapat
menyususi bayinya dengan benar, dan kebutuhannya yaitu KIE tentang teknik menyusui yang
benar. Setelah didapatkan diagnosa pada Ny. M maka dilakukan perencanaan asuhan yaitu
memberitahu hasil pemeriksaan, mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar, memberitahu
tanda bahaya dalam masa nifas, mengajarkan cara perawatan bayi, serta menjaga personal
hygiene. Dan penatalaksanaan dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah di buat.
Berdasarkan dari beberapa jurnal yang diteliti ada 3 jurnal yang terkait dalam judul
peneliti tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa, pada saat putting susu ibu lecet dan
pengeluaran air susu sedikit maka yang dilakukan oleh ibu itu langsung diberikan susu formula
sebagai pengganti ASI supaya bayinya tidak rewel kemudian dia langsung berhenti menyusui
bayinya,dan didalam Teori bahwa harus diajarkan cara menyusui yang benar, diberitahukan
bahwa faktor- faktor penyebab ASI nya sedikit keluar, makanan apa saja yang cepat untuk
memproduksi ASI nya semakin banyak dan diajarkan pijat oksitosin supaya ASI ibunya lancar
jadi dapat disimpulkan bahwa antar jurnal dengan teori ada beberapa kesenjangan dan faktor-
faktor yang tidak diberitahukan kepada ibunya terutama makananan ( sayuran ) untuk
memproduksi ASI ibunya maka kasus yang saya teliti di lahan ada satu kesenjangan yang tidak
ibu ketahui tentang pemberian ASI eksklusif itu selama 6 bulan dan kita harus mengajari cara
menyusui yang benar dan makanan yang cepat memproduksi ASInya.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. M umur 22 tahun

P1A0 menerapkan asuhan kebidanan menurut 7 langkah Varney, maka penulis mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Asuhan kebidanan pada Ny. M dengan Asuhan nifas fisiologis dengan teknik pendekatan

manajemen asuhan kebidanan yang dimulai dari pengkajian, analisa data dasar, pada

langkah ini dilakukan pengkajian dengan pengumpulan semua data yang


diperlukanuntuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, mulai dari namnesis riwayat

kesehatan, pemeriksaan fisik, pemeriksan penunjangdan keterangan tambahan yang

menyangkut atau yang berhubungan dengan kondisi klien.

2. Berdasarkan hasil dari pengkajian data subjektif dan data objektif didapatkan diagnosa Ny.

M umur 22 tahun P1A0dengan teknik menyusui yang benar dengan amsalah ibu belum

dapat memberikan ASI dengan banar dan kebutuhan nya KIE mengenai teknik menyusui

yang benar.

3. Tidak ada diagnosa potensial dan tidak perlu dilakukan tindakan segera.

4. Perencanaan dan pelaksanaan telah dilakukan yaitu memberitahukan hasil pemerksaan,

mengajaran kepada ibu cara menyusui yang benar, memberitahu ibu tanda bahaya pada

masa nifas, memberitahu ibu cara perawatan bayi dan personal hygiene serta mimum

vitamin A, dan tablet Fe yang telah diberikan.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Bagi penulis selanjutnya agar dapat menambah dan mengembangkan ilmu atau tehnik menyusui
yang benar.

2. Bagi Masyarakat

Untuk menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang ASI dan tehnik menyusi yang

benar

3. Bagi Lahan Praktik

Diharapkan pelaksanaan asuhan kebidanan tetap memperhatikan kualitas pelayanan,sebaiknya

menyediakan leaflet atau gambar tentang kebutuhan ibu nifas terutama mengenai tehnik menyusii

4. Bagi Institusi

Diharapkan laporan ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan pada ibunifas.
DAFTAR PUSTAKA

Astutik, dkk. 2013. Payudara dan Laktasi. Jakarta: Salemba Medika.

Ai Yeyeh Dkk. 2018; Asuhan Kebidanan Pada Masa Ibu Nifas;Jakarta; IKAPI

Andina, 2018, Asuhan Kebidanan Nifas Dan Menyusui; Jakarta

Dewi, Barlian Purnama. 2014. Determinan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja

Puskesmas Kebunsari Kecamatan Wonomulyo. Penelitian: Dinas Kesehatan Polewali

Mandar.

Ilmiasih, R. 2017. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Regusrgitasi Pada Bayi ASI Eksklusif

Usia 0-6 Bulan Di Wilayah Puskesmas Pajarakan Kabupaten Probolinggo . Malang:

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Kemenkes. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2012 Badan Penelitian dan Pengembangan

Kementrian Kesehatan. Jakarta

Kemenkes RI. 2014. Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 97 tahun 2014 Tentang Pelayanan

Kesehatan masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa

SesudahMelahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, Serta Pelayanan

Kesehatan Seksual. Jakarta.

Kemenkes RI.2015. Pelayanan Persalinan dan Nifas Normal Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta.

Khamzah, S.N. 2012. Segudang Keajaiban ASI yang Harus Anda Ketahui. Yogyakarta: Flash

Book.

Marmi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Pustaka pelajar.

Mulyani, N.S. 2015.ASI dn Pedoman Ibu Menyusui. Cetakan ke2. Yogyakarta: Nuha Medika.

Muslihatun, W. 2009. Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

Masruroh. 2015; Praktik Keterampilan Asuhan Kebidanan Nifas Dilengkapi Dengan Jobsheet
Dan Daftar Tilik; Yogyakarta
Natia; 2018;ASI Dan Panduan Ibu Menyusui; Yogyakarta;Nuha Medika

Profil kesehatan Indonesia. 2015. Departemen kesehatan RI. Jakarta: Departemen Kesehatan RI;

2016.

Rukiyah, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan I. Jakarta : CV.Trans Info Media.

Saiffudin. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:

Yayasan bina Pustaka Sarwono.

Saleha. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: salemba Medika

Sudarti, Endang Khoirunisa, SST.Keb. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak.

Yogyakarta: Nuha Medika

Sukarni & Margareth. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: Nuha Medika

Walyani & Purwoastuti. 2015. Asuhan kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Yogyakarta:

Pustaka Baru Pres.

Weni; 2018; ASI, Menyusui Dan Sadari; Yogyakarta; Nuha Medika

Yuliarti, N. 2010. Keajaiban ASI, Makanan Terbaik Untuk Kesehatan, Kecerdasan, dan

Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta: CV Andi Offset

Anda mungkin juga menyukai