ICU CAHAYA Paper
ICU CAHAYA Paper
ICU CAHAYA Paper
Abstrak— Ruang ICU merupakan ruang rawat inap Sistem pencahayaan pada instalasi rawat intensif harus
intensif yang digunakan oleh pasien yang membutuhkan sesuai untuk berbagai aktivitas kerja yang dilakukan untuk
pengawasan secara intens. Menurut British Standard EN- menangani pasien. Kuat pencahayaan dalam ruangn tersebut
12464-1, untuk pemeriksa-an sederhana, diperlukan kuat juga dituntut untuk dapat berubah dengan cepat sesuai dengan
pencahayaan rata-rata sebesar 300 lux, indeks kesilauan kebutuhan ketika terjadi keadaan darurat. Terdapat keluhan
maksimal 19 dan keseragaman sebesar 0,6. Sistem dari pasien berupa pencahayaan yang terlalu kuat dan
pencahayaan yang ada saat ini menghasilkan kuat menyilaukan, sehingga kurang nyaman ketika sedang dalam
pencahayaan rata-rata sebesar 280 lux, indeks kesilauan keadaan beristirahat..
14 dan keseragaman 0,6. Dari hasil tersebut perlu
dilakukan perancangan desain sistem pencahayaan II. METODOLOGI PENELITIAN
buatan. Walaupun indeks kesilauan telah memenuhi Berikut ini merupakan langkah-langkah pengambilan data
standar, namun tetap terdapat keluhan dari pasien di ruang ICU.
terhadap silau. Simulasi desain sistem pencahayaan 1. Mengukur dimensi ruang ICU (panjang, lebar, tinggi)
buatan dilakukan dengan variasi luminer dan peletakan dan menhitung luasnya. Dimensi ruang ICU adalah
luminer yang digunakan. Desain sistem pencahayaan sebagai berikut:
terbaik didapat dengan menggunakan 1 buah luminer
pada atap, dan 1 buah luminer pada dinding, yang
menghasilkan kuat pencahayaan rata-rata sebesar 318,
keseragaman 0,6 dan glare index sebesar 9,9.
I. PENDAHULUAN
Sistem pencahayaan buatan digunakan sebagai pengganti
pencahayaan alami dari matahari berfungsi untuk mendukung
segala aktivitas yang dilakukan di dalam ruangan. Peranca-
ngan sistem pencahayaan buatan dimaksudkan untuk membe- Gambar 1. Denah ruang ICU
rikan penerangan terhadap benda-benda yang merupakan
Pada ruang ICU hanya terdapat satu buah bed dan sebuah
obyek kerja, peralatan, proses produksi, maupun lingkungan
sumber cahaya buatan dengan tinggi 2,05 meter dari
kerja. Kualitas penerangan yang tidak memadahi dapat
bidang kerja. Terdapat tirai berwarrna krem sebagai
berkaibat buruk pada fungsi penglihatan hingga pada aspek
psikologis berupa rasa kurang nyaman, kurang kewaspadaan, pembatas antar ruang pasien satu dengan yang lainnya.
bahkan kecelakaan kerja. Di belakang ruang terdapat jendela kaca dengan dimensi
Kualitas pencahayaan dalam ruangan dapat diketahui 108x210 cm.
2. Menentukan tinggi bidang kerja (work plane). Bidang
dengan menghitung kuat pencahayaan rata-rata, tingkat
kerja setinggi 65 cm, didasarkan pada tinggi tempat tidur
kesilauan dan mengetahui U0. Kuat pencahayaan rata-rata
pasien sebagai penghuni tetap ruangan.
minimum yang harus dihasilkan oleh sistem pencahayaan
buatan adalah sebesar 300 lux. Sedangkan indeks kesilauan 3. Menentukan titik ukur dengan spidol.
maksimal yang diperbolehkan adalah sebesar 19.[2] U0 adalah 4. Mengukur kuat pencahayaan masing-masing titik
sebanyak tiga kali dengan lux meter. Lux meter
keseragaman (uniformity) distribusi kuat pencahayaan.
dihadapkan tegak lurus terhadap bidang kerja.
Keseragaman dapat diketahui dengan membandingkan nilai
iluminansi terkecil dengan iluminansi rata-rata. Untuk ruangan
dengan aktivitas seragam, keseragaman minimum yang harus
dicapai adalah 0,6.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (1-8) 2
Gambar 2. Ruang ICU RSU Haji Surabaya sedangkan pada kndisi tirai tertutup didapatkan Erata-rata = 280
5. Mencatat kuat pencahayaan di masing-masing titik lux. Keduanya memiliki keseragaman 0,6. Ruangan berada
pengukuran.
pada kondisi tertutup jika terdapat pasien yang sedang dirawat,
oleh karena itu kuat pencahayaan rata-rata yang digunakan
acuan adalah 280 lux. Nilai tersebut kurag dari standard yang
ditetapkan. Berikut ini adalah perhitungan indeks kesilauan.
….(2)
4 1 2 3
5
6
Gambar 8. Glare dari berbagai arah
Gambar 5. Diagram isolux luminer I Pada bed 1 dan 4 didapatkan indeks kesilauan sebagai berikut:
Hasil simulasi dengan luminer tersebut ditunjukkan pada ( )
gambar berikut.
Pada bed 2 dan 5 didapatkan indeks kesilauan sebesar 15,32.
Pada bed 3 dan 6 didapatkan indeks kesilauan sebesar 15,32.
2. Simulasi Kedua
Simulasi kedua menggunakan sebuah luminer dengan
spesifikasi berikut.
Tipe : Philips TBS460 2xTL5-28W HFP D8
Flux lampu : 5200 lumen
Flux luminer : 4056 lumen
Daya : 62 watt
Dengan luminer tersebut, kuat pencahayaan rata-rata
pada bidang kerja yang dihasilkan sebesar 356 lux dan
keseragaman sebesar 0,5.
Gambar 6. Isoline kuat pencahayaan simulasi I
Selain kuat pencahayaan rata-rata, kenyamanan pasien
dipengaruhi oleh kesilauan. Kesilauan yang diijinkan sesuai
dengan standar adalah 19. Berikut ini nilai indeks kesilauan
yang dihasilkan oleh simulasi di atas.
Berikut ini nilai indeks kesilauan yang dihasilkan oleh Dengan luminer tersebut, kuat pencahayaan rata-rata
simulasi di atas. pada bidang kerja yang dihasilkan sebesar 350 lux dan
keseragaman sebesar 0,6. Berikut ini merupakan hasil simulasi
ketiga.
Tabel 5. Output Dialux simulasi III
Area Eave (lux) Emax (lux) Emin(lux) U0
Workplane 353 449 206 0,6
Gambar 11. Hasil simulasi pertama tirai terbuka Gambar 14. Isoline simulasi III
3. Simulasi Ketiga
Simulasi ketiga menggunakan sebuah luminer dengan Gambar 15. Hasil simulasi ketiga tirai terbuka
spesifikasi sebagai berikut. Kuat pencahayaan rata-rata yang dihasilkan mencapai 399 lux
Tipe : Philips TBS262 4xTL5-24W P pada bidang kerja dan nilai keseragaman sebesar 0,6.
Flux lampu : 7000 lumen Tabel 6. Output simulasi ketiga tirai terbuka
Flux luminer : 4130 lumen Area Eave (lux) Emax (lux) Emin(lux) U0
Daya : 105 watt
Workplane 399 510 220 0,6
4 1 2 3
5
6
Gambar 13. Diagram isolux luminer III Gambar 16. Glare dari berbagai arah pada simulasi ketiga
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (1-8) 5
4. Simulasi Keempat
Simulasi keempat menggunakan dua buah luminer yang
diletakkan di atas tempat tidur pasien dan di atas jendela atau
pada dinding yang membelakangi pasien. Kedua luminer
tersebut dapat digunakan sesuai kebutuhan. Berikut ini
merupakan spesifikasi dari luminer yang digunakan.
Tabel 7. Spesifikasi luminer simulasi IV
Jenis Flux Flux Daya
lampu Luminer
Philips TBS260 3xTL5- 80 W
5250 lm 3412 lm
24W HFP M2
Philips TWS462 1xTL5- Gambar 18. Isoline kuat pencahayaan simulasi IV
1200 lm 816 lm 17 W
14W HFP PCO Untuk menghitung nilai indeks kesilauan digunakan
persamaan berikut.
Gambar 17. Diagram isolux IV Glare yang dihasilkan dipengaruhi oleh luminer yang ada
pada atap dan luminer yang ada pada dinding. Berikut ini
Kuat pencahayaan rata-rata yang dihasilkan pada bidang merupakan glare index yang dihasilkan oleh sistem
kerja sebesar 318 Lux dan nilai keseragaman sebesar 0,6. pencahayaan pada simulasi keempat.
Tabel 8. Output Dialux simulasi IV
Area Eave (lux) Emax (lux) Emin(lux) U0
Workplane 318 406 189 0,6
pasien, sedangkan luminer kedua berada di belakang pasien. Gambar 20. Glare dari berbagai arah pada simulasi IV
Hasil simulasi dengan luminer tersebut ditunjukkan pada
gambar berikut. Glare index pada bed 1 dan 4 didapatkan dengan persamaan
berikut.
(
)
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (1-8) 6
5. Simulasi Kelima
Pada simulasi kelima menggunakan luminer yang
sama dengan luminer pada simulasi pertama, namun dengan
posisi peletakan yang berbeda. Berikut ini merupakan hasil
dari simulasi.
Tabel 10. Output Dialux simulasi V
Area Eave (lux) Emax (lux) Emin(lux) U0
Workplane 332 429 205 0,6
( )
TBS411 1xTL5-13W HFP MLO-PC. Dengan demikian, glare Pada simulasi ketujuh menghasilkan glare index paling
index yang dihasilkan adalah sebagai berikut. kecil karena menggunakann luminer yang menghasilkan flux
lampu yang yang relatif kecil dibandingkan dengan luminer
lainnya. Namun, sistem pencahayaan pada simulasi ketujuh
tidak memenuhi kriteria iluminansi rata-rata sebesar 300 lux.
Secara keseluruhan, simulasi terbaik diasilkan oleh simulasi
keempat. Simulasi keempat menghasilkan iluminansi rata-rata
yang relatif mendekati nilai 300 lux, yaitu 318 lux dengan
indeks kesilauan 9,9 dan keseragaman 0,6.
Glare index pada bed 2 dan bed 5 sebesar 5,27. Sedangkan B. Saran
Glare index pada bed 3 dan 6 sebesar 5,1. Saran yang diberikan untuk penelitian selanjutnya adalah
sebagai berikut:
Tabel 14. Hasil keseluruhan simulasi 1. Mendesain sistem pencahayaan dengan kondisi
Simulasi Iluminansi rata- Kesergaman Glare index ruang ICU dapat digunakan dalam berbagai
ke- rata (lux) keperluan (istirahat dan rawat intensif).
1 327 0,5 15,3 2. Mengkaji efisiensi energi pada sistem pencahayaan
2 356 0,5 13,7 dan pengkondisian lingkungan ruang ICU.
3 353 0,6 12,3
4 318 0,6 9,9 DAFTAR PUSTAKA
5 332 0,6 15,3
[1] Standar Nasional Indonesia (2001), Tata cara
6 418 0,6 15,7
perancangan sistem pencahayaan buatan pada
7 291 0,7 1,1
bangunan gedung. Badan Standardisasi Nasional.
[2] Zumtobel Staff. (2004), The Lighting Handbook first
Terdapat tiga buah simulasi yang tidak memenuhi editon, Zumtobel staff lighting Ltd.
standar. Pada simulasi pertama dan kedua, sistem pencahayaan [3] http://www.new-learn.info/packages/clear/visual/people/
tidak mencapai keseragaman sebesar 0,6. Kuat pencahayaan performance/uniformity.html, diakses pada tanggal 26
terkecil terdapat pada daerah sudut ruang yang jauh dari April 2014 Pukul 10.00
luminer. Pada simulasi kelima menggunakan luminer yang [4] N.V Philips Gloeilampenfabrieken (1975), A Handbook
sama dengan simulasi pertama, namun dengan posisi yang of Lighting Installation Design, Lighting Design and
berbeda sehingga menghasilkan keseragaman yang mencapai Engineering Centre, Eindoven.
0,6.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) ISSN: 2337-3539 (1-8) 8