Bab 1-3 Yang Baru
Bab 1-3 Yang Baru
Bab 1-3 Yang Baru
PENDAHULUAN
Hal itu terjadinya karena menurunnya semua fungsi kejiwaan. Gangguan jiwa
adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih fungsi jiwa. Gangguan jiwa
adalah gangguan otak yang ditandai oleh terganggunya emosi, proses berpikir,
menimbulkan stress dan penderita bagi penderita (dan keluarganya) (Stuart, 2016
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat
signifikan, dan setiap tahun diberbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan
jiwa bertambah. Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO) dalam
yosep (2013), ada sekitar 450 juta orang yang terdiri atas 150 juta mengalami
depresi, 90 juta gangguan zat dan alkohol, 38 juta epilepsy, 25 juta skizofrenia
serta 1 juta melakukan bunuh diri. WHO menyatakan setidaknya ada satu dari
kesehatan jiwa yang ada diseluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat
1
2
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka perlunya deteksi dini terkait kesehatan
jumlah gangguan jiwa berat dan gangguan mental emosional secara nasional
dibandingkan dengan riset kesehatan dasar tahun 2007. Deteksi dini kesehatan
jiwa perlu dilakukan untuk meningkatkan derajad kesehatan jiwa masyarakat agar
individu yang sehat akan tetap sehat, individu yang berisiko tidak mengalami
kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan
Kesehatan jiwa juga memiliki masalah ODGJ dan ODMK. Orang dengan
gejala dan atau perubahan perilaku yang bermakna, serta dapat menimbulkan
Berbeda dengan ODMK yang baru berpotensi memiliki gangguan jiwa. Orang
masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan, dan perkembangan, dan atau kualitas
dari perkotaan 10,7, perdesaan 17,7, dan Indonesia 14. Untuk ODGJ yang
dipasung 3 bulan terakhir dihitung dari perkotaan 31,1, perdesaan 31,1, Indonesia
31,5.
Skizofrenia adalah suatu psikosis fungsional dengan gangguan utama pada proses
pikir, efek atau emosi. Skizofrenia adalah sindrom etiologi yang tidak diketahui
dan ditandai dengan distur gangguan kognisi, emosi, persepsi, pemikiran, dan
(Sutejo, 2017).
adalah bali sebanyak 11%, posisi kedua ditempati oleh Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan 10%, ketiga Nusa Tenggara Barat 10%, dan diikuti Aceh dan
Jawa Tengah sebanyak 9%, untuk provinsi lampung jumlah penderita skizofrenia
sebenarnya tidak ada. Individu dengan skizofrenia tidak dapat membedakan antara
suatu yang pada kenyataannya tidak ada. Menurut hasil penelitian Shawyer, dkk
berbahaya bagi diri sendiri maupun orang lain karena halusinasinya terkadang
Hasil penelitian yang di lakukan pada tahun 2006, diperoleh hasil karateristik
paling dominan adalah stress berat (56,89%) dan umumnya terjadi pada saat
Halusinasi adalah perasaan tanpa adanya suatu rangsangan (objek) yang jelas dari
luar diri klien terhadap panca indra pada saat klien dalam keadaan sadar atau
bising, dan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Individu merasa suara itu tertuju
padanya, sehingga penderita sering terlihat bertengkar atau berbicara dengan suara
berbentuk kebisingan yang kurang keras sampai kata-kata yang jelas berbicara
tentang klien, bahkan sampai percakapan lengkap antara dua orang atau lebih
(Muhith, 2015).
Keliat dan Akemat (2014) dikutip dalam Nurlaili et al (2019) menjelaskan ada 4
keempat melakukan aktivitas terjadwal, dan salah satu tekhnik distraksi yang akan
“pergi… pergi… kamu suara palsu saya tidak mau dengar”. Nurlaili et al (2019)
orang lain.
memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial, dan spiritual (Wury and
Marisca, 2017).
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa masalah halusinasi pasien harus
menghardik dengan terapi musik klasik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
kuantitatif.
terbesar adalah bali sebanyak 11%, posisi kedua ditempati oleh Daerah Istimewa
Yogyakarta dengan 10%, ketiga Nusa Tenggara Barat 10%, dan diikuti Aceh dan
Jawa Tengah sebanyak 9%, untuk provinsi lampung jumlah penderita skizofrenia
didapatkan sebesar 6%. Hasil penelitian yang di lakukan pada tahun 2006,
Penyebab halusinasi yang paling dominan adalah stress berat (56,89%) dan
umumnya terjadi pada saat penderita sedang sediri atau menyendiri (87,93%).
7
sebenarnya tidak ada. Individu dengan skizofrenia tidak dapat membedakan antara
suatu yang pada kenyataannya tidak ada. Rumusan masalah pada penelitian ini
halusinasi sebelum dan sesudah diberikan tehnik menghardik dan terapi musik
penerapan tehnik menghardik dan terapi musik klasik di ruang Melati Rumah
Manfaat penelitian ini telah dijelaskan dalam manfaat praktis dan manfaat
dan masyarakat dalam penerapan tehnik menghardik dan terapi musik klasik.
1) Bagi Perawat
Dapat dijadikan sebagai salah satu referensi ketika ingin melakukan terapi pada
keperawatan.
2) Rumah Sakit
Sebagai media untuk melakukan penelitian dan pembaharuan terhadap ilmu yang
3) Institusi pendidikan
Sebagai media pembelajaran dan juga media penerapan ilmu yang telah didapat
4) Bagi Pasien
Setelah diberikan tehnik menghardik dan terapi musik klasik diharapkan pasien
gangguan jiwa dapat menerapkan tehnik menghardik dan terapi musik klasik
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Skizofrenia
1) Pengertian skizofrenia
Istilah skizofrenia berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari dua kata yaitu
Pada taun 1908. Istilah skizofrenia pertama kali dikemukakan oleh psikiater asal
meyakini bahwa skizofrenia terjadi perpecahan antara pikiran, emosi dan perilaku
skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa yang ditandai dengan penurunan atau
yang tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak)
skizofrenia merupakan kumpulan gejala beruba gangguan isi dan bentuk pikiran,
merupakan suatu sindrom klinis atau proses penyakit yang mempengaruhi otak
10
11
dan menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerak dan perilaku yang
2) Penyebab Skizofrenia
Menurut Stuart (2009) dalam Satrio et al 2015, penyebab skizofrenia terdiri atas
a. Biologis
dipercayai untuk terjadinya skizofrenia yaitu 1q, 5q, 6p, 6q, 8p, 10p, 13q, 15q,
dan 22q, menurut Shives (2005), anak dengan orang tua yang salah satunya
mengalami skizofrenia mempunyai resiko 10% dan bila kedua orang tua
juga.
mengiplikasikan gejala negatif pada skizofrenia dan sistem limbik (dalam lobus
Menurut teori yang disampaikan bahwa pada masa kehamilan khususnya pada
trimester kedua bila terpapar virus influenza beresiko untuk terjadinya skizofrenia
pada anak (Shives, 2005). Jadi, berdasarkan keterangan diatas bahwa ditinjau dari
faktor biologis, skizofrenia terjadi karena genetik, korteks prefrontal dan korteks
b. Psikologi
individu itu sendiri. Faktor keluarga, ibu yang sering cemas, perhatian yang
berlebihan atau tidak ada perhatian, ayah yang jauh atau yang memberikan
perhatian berlebih, konflik pernikahan, dan anak yang didalam keluarga selalu
Penyebab skizofrenia secara sosial dan lingkungan adalah status sosial dan
ekonomi. Status sosial dan ekonomi mengacu pada pendapatan, pendidikan dan
pekerjaan individu (Lipson et al, 1996 dalam Videbeck, 2008) menurut Towsend
(2005), banyak hal yang telah dicoba untuk dikaitkan dengan masalah gangguan
jiwa seperti skizofrenia dan salah satu faktornya adalah masalah status sosial.
13
Isaacs (2005) dalam teori keluarga bagian fungsi keluarga yang berkaitan dengan
mengekspresikan emosi (high expressed emotion). Pola asuh yang dilakukan oleh
keluarga yang terlalu berlebihan menjadi pemicu terjadinya skizofrenia. Baik itu
Skizofrenia secara umum terdiri dari 2 kategori gejala, yaitu gejala positif dan
gejala negatif (Stuart dan Laraia, 2005 Videbeck, 2008; Townsend, 2009;
Fontaine 2009). menurut Ho, Black, dan Andreasen (2003, dalam Townsend,
2009) gejala positif berhubungan dengan struktur otak yang tampak pada CT scan
dan relatif respon baik terhadap pengobatan, sedangkan gejala negative tidak
hanya sulit diatasi dengan pengobatan dan respon kurang baik terhadap
berkaitan dengan skizofrenia sering disebut sebagai defisit kognisi. Perilaku ini
ucapan (kelainan pikiran formal), pengambilan keputusan, dan delusi ( bentuk dan
isi pikir).
14
Tabel 2.1
5) Sumber Koping
Pada individu, sumber koping perlu dikaji dengan pemahaman terhadap pengaruh
gangguan otak pada perilaku. Inteligensia atau kreativitas yang tinggi diperlukan
sebagai kekuatan. Selain itu, orang tua harus aktif mendidik anak-anak dan
dewasa muda mengenai keterampilan koping. Hal ini diperlukan karena mereka
biasanya tidak hanya belajar dari pengamatan, namun berbagai pengetahuan yang
penyakit, financial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga, serta kemampuan
6) Mekanisme koping
dari beberapa hal. Adapun perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri
Menarik diri.
2.1.2 Halusinasi
1) Pengertian Halusinasi
penglihatan, suara, sentuhan, bau maupun rasa tanpa stimulus eksternal terhadap
suatu bentuk persepsi atau pengalaman indera dimana tidak terdapat stimulasi
yang mungkin meliputi salah satu dari kelima panca indra. Hal ini menunjukkan
16
Satrio et al (2015), halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada
nyata dan meresponnya, namun dalam halusinasi stimulus internal dan eksternal
2) Jenis Halusinasi
a) Halusinasi pendengaran
Halusinasi dengar merupakan gejala mayoritas yang sering dijumpai pada klien
skizofrenia. Papolos & Papolos (2002, dalam Fortaine, 2009) menyatakan bahwa
halusinasi dan delusi mencapai 90% pada individu dengan skizofrenia dan
halusinasi dengar merupakan masalah utama yang paling sering dijumpai 70%.
Diperkuat oleh Stuart dan Laraia (2005) yang menyatakan bahwa klien
Stuart (2009) yang juga menyatakan bahwa halusinasi yang paling sering
dengar.
dianggab terpisah dari pikiran klien sendiri. Isi suara-suara tersebut mengancam
17
dan menghina, sering kali suara tersebut memerintah klien untuk melakukan
Menurut Stuart (2009), pada klien halusinasi dengar tanda dan gejala dapat
dikarakteristik mendengar bunyi atau suara, paling sering dalam bentuk suara,
rentang suara dari suara sederhana atau suara yang jelas, suara tersebut
membicarakan tentang pasien, sampai percakapan yang komplet antara dua orang
atau lebih seperti orang yang berhalusinasi. Suara yang didengar dapat berupa
Videbeck, 2008) menyebutkan bahwa paling sering suara yang didengar adalah
suara orang berbicara pada klien atau membicarakan klien. Suara dapat satu
ataupun banyak dan dapat berupa suara yang dikenal maupun yang tidak dikenal.
b) Halusinasi penciuman
Pada halusinasi penciuman isi halusinasi dapat berupa klien mencium aroma atau
bau tertentu seperti urine atau feces atau bau yang bersifat lebih umum atau bau
busuk atau bau yang tidak sedap (Cancro & Lehman, 2000 dalam Videbeck,
2008). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Stuart (2009) pada halusinasi
penciuman, klien dapat mencium bau busuk, jorok, dan bau tengik seperti darah,
c) Halusinasi penglihatan
bayangan yang sebenernya tidak ada sama sekali, misalnya cahaya atau orang
yang telah meninggal atau mungkin sesuatu yang bentuknya menakutkan (Cancro
& Lehman, 2000 dalam Videbeck, 2008). Isi halusinasi penglihatan klien adalah
klien melihat cahaya, bentuk geometris, kartun atau campuran antara gambaran
bayangan yang kompleks, dan bayangan tersebut dapat menyenangkan klien atau
d) Halusinasi pengecapan
Sementara itu pada halusinasi pengecap, isi halusinasi berupa klien mengecap rasa
yang tetap ada dalam mulut, atau perasaan bahwa makanan terasa seperti sesuatu
yang lain. Rasa tersebut dapat berupa rasa logam atau pahit atau mungkin seperti
rasa tertentu. Atau berupa rasa busuk, tak sedap dan anyir seperti darah, urine atau
e) Halusinasi perabaan
Isi halusinasi perabaan adalah klien merasakan sensasi seperti aliran listrik yang
menjalar keseluruh tubuh atau binatang kecil yang merayap dikulit (Cancro &
Lehman, 2000 dalam Videbeck, 2008). Klien juga mengalami nyeri atau tidak
nyaman tanpa adanya stimulus yang nyata, seperti sensasi listrik dan bumi, benda
mati ataupun dan orang lain (Stuart & Laraia, 2005; Stuart, 2009)
19
f) Halusinasi chenesthetik
Halusinasi chenesthetik klein akan merasa fungsi tubuh seperti darah berdenyut
melalui vena dan arteri, mencerna makanan, atau bentuk urin (Videbeck, 2008;
Stuart, 2009)
g) Halusinasi kinestik
Terjadi ketika klien tidak bergerak tetapi tetapi melaporkan sensasi gerak tubuh,
gerakan tubuh yang tidak lazim seperti meayang diatas tanah. Sensasi gerakan
3) Fase Halusinasi
Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang intense seperti cemas, kesepian,
rasa bersalah, dan takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran yang
pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kesadaran control jika kecemasan
tidak tepat, Menggerakan bibir tanpa membuat suara, Pergerakan mata yang
cepat , Respon verbal yang lambat seperti asyik, Diam dan tampak asyik
20
merasa kehiangan control dan mungkin berusaha menjauhkan diri, serta merasa
malu dengan adanya pengalaman sensori tersebut dan menarik diri dari orang lain.
Arahan yang diberikan halusinasi tidak hanya dijadikan objek saja oleh klien
dengan orang lain, Rentang perhatian hanya dalam beberapa detik atau menit,
mengikuti perintah.
21
Pengalaman sensori bisa mengancam jika klien tidak mengikuti perintah dari
halusinasi. Halusinasi mungkin berakhir dalam waktu empat jam atau sehari bila
Perilaku klien tampak seperti dihantui terror dan panic, Potensi kuat untuuk bunuh
diri dan membunuh orang lain, Aktifitas fisik yang digambarkan klien
menarik diri atau katatonia, Klien tidak dapat berespon pada arahan kompleks,
Table 2.2
5) Etiologi
a) Faktor predisposisi
keluarga meyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi,
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa
berlebihan dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua skizofrenia
b) Faktor presipitasi
Respon klie terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah dan bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidakk
nyata.
Menurut Hamid (2000) dalam Damayanti, Iskandar (2014), perilaku klien yang
Bicara sendiri, senyum sendiri, ketawa sendiri, menggerakan bibir tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat, menarik diri dari orang
lain, berusaha untuk menghindari orang lain, tidak dapat membedakan yang nyata
dan tidak nyata, terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan
darah, perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik,
ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel, dan marah, tidak mampu
24
mengikuti perintah dari perawat, tanpak tremor dan berkeringat, perilaku panik,
agitasi dan kataton, curiga dan bermusuhan, bertindak merusak diri, orang lain
dan lingkungan, ketakutan, tidak dapat mengurus diri, biasa terdapat disorientasi
7) Sumber koping
Berdasarkan Stuart dan Laraia (2005) dalam Satrio (2015), sumber koping
merupakan hal yang penting dalam mebantu klien dalam mengatasi stressor yang
dihadapinya. Sumber koping tersebut meliputi asset ekonomi, sosial support, nilai
sumber koping yang adekuat maka ia akan mampu beradaptasi dan mengatasi
Keluarga merupakan salah satu sumber koping yang dibutuhkan individu ketika
mengalami stress. Hal tersebut sesuai dengan videbeck (2008) yang menyatakan
bahwa keluarga memang merupakan salah satu sumber pendukung yang utama
8) Mekanisme koping
Pada klien skizofrenia, klien berusaha untuk melindungi dirinya dan pengalaman
9) Penatalaksanaan Halusinasi
a) Medis
yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat anti psikosis.
b) Keperawatan
dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan
Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan diri dan tidak
mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada, namun dengan
kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam
memantau penerapan cara ini, dan menguatkan perilaku pasien. (Muhith, 2015)
1) Musik
Musik adalah sebuah bentuk karya seni yang terdiri dari bunyi-bunyian
instrumental atau vocal ataupun keduanya, yang menghasilkan sebuah karya yang
2) Terapi musik
Terapi musik adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan
ransangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, bentuk dan gaya yang
kesehatan fisik dan mental. (Eka, 2011) dikutip dalam ( Lestari et al, 2014).
kedekatan emosional.
mencegah penyakit dan meringankan rasa sakit (Anugroho, 2012 dikutip dalam
Lestari et al 2014). Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik dapat
27
disesuaikan dengan keinginan, seperti musik klasik, intrumentalis, dan slow musik
pengiriman impuls neural keotak, dan selanjutnya mengurangi aktivitas otak juga
system tubuh lainnya (Potter and Perry, 2010) dikutip dalam (Prihananda, 2014).
sampel yang diambil adalah 1 orang yaitu Tn.J yang mengalami halusinasi di
Wisma Budi Makarti Boyolali pada tanggal 27 Maret 2019. Data diambil dengan
wawancara dan observasi. Hasil yang telah dilakukan teknik menghardik dengan
penelitian ini adalah penelitian studi kasus tentang penerapan strategi pelaksanaan
: teknik menghardik pada Ny.T dengan masalah gangguan persepsi sensori. Hasil
mengatakan “bagus sekali Bu, Bu.T sudah bisa melakukan teknik menghardik
dengan benar. Keberhasilan pencapaian hasil yang maksimal ini didukung oleh
beberapa faktor, seperti faktor internal yaitu pendidikan, umur dan motivasi
Farmakologi yang dapat digunakan berupa terapi musik klasik. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui efektivitas terapi musik klasik terhadap penurunan tanda dan
menggunakan rancangan quasi eksperimen dengan disain penelitian pre and post
musik klasik terhadap penurunan tanda dan gejala halusinasi pendengaran. Saran
musik klasik pada pasien halusinasi pendengaran. Tujuan penelitian ini adalah
adalah 34 orang yang dibagi menjadi 17 orang sebagai kelompok eksperimen dan
sampling. Istrumen penelitian ini telah diuji validitas dan reabilitasnya. Kelompok
eksperimen diberikan intervensi dengan terapi musik klasik 5 kali dalam 5 hari
selama 10-15 menit. Kemudian data dianalisis menjadi univariat dan bivariat
0,000 (<0,05). Tingkat halusinasi kelompok eksperimen lebih rendah dari pada
METODE PENELITIAN
tujuan agar penelitian dapat dilakukan dengan efektif dan efisien (Sugiyono,
(Sugiyono, 2013).
applied research ini dilakukan pada pasien dengan masalah risiko perilaku
Subjek dalam penelitian ini ada 2 (dua) orang pasien yang mengalami
30
31
3.2.1 Klien kooperatif, tidak gaduh gelisah, dan dapat diajak komunikasi secara
verbal
Definisi operasional adalah uraian tentang bataan variable yang dimaksud, atau
tentang apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2010).
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
menghardik dan terapi musik klasik. Tehnik menghardik dan terapi musik klasik
33
ini juga memiliki standar operasional dan kemampuan pasien terhadap terapi yang
bertujuan agar terapi ini berjalan sesuai dengan ketetapan yang sudah peneliti
3.6 Penerapan tehnik Menghardik dan terapi musik klasik pada klien dengan
halusinasi pendengaran
Pada penelitian ini terdiri dari dua subjek, yaitu pasien dengan diagnosa halusinasi
menghardik dan terapi musik klasik, dalam melakukan penelitian ini dilakukan
Proses pengambilan data pada bulan Maret 2020 dimulai dari mendata klien yang
perkenalan dan penjelasan mengenai tehnik menghardik dan terapi musik klasik
menggunakan media lembar balik. Setelah itu apa bila klien sudah memahami dan
setuju mengenai penjelasan tehnik menghardik dan terapi musik klasik peneliti
sebelum diberikan terapi. Lalu peneliti mengisi kuesioner alat pengkajian perilaku
menyerang dan perilaku kekerasan mengenai kata kunci apakah klien tersebut
masuk ke dalam pencegahan halusinasi tinggi, sedang atau tidak perlu pencegahan
Kemudian penerapan tehnik menghardik dan terapi musik klasik mulai diberikan
maret 2020, pada pukul 08.00 WIB, sebelum melakukan tehnik menghardik dan
terapi musik klasik peneliti menjelaskan kembali secara singkat mengenai manfaat
dari tehnik menghardik dan terapi musik klasik tersebut. Setelah tehnik
menghardik dan terapi musik klasik, dilanjutkan peneliti mengisi kuesioner alat
terapi musik klasik. Selanjutnya pada hari ketiga penelitian, peneliti melakukan
Tehnik menghardik dan terapi musik klasik ini diberikan kepada 2 subjek
kemampuan pada klien sebelum dan sesudah dilakukan tehnik menghardik dan
Dalam penyajian hasil yang diperoleh baik melalui observasi wawancara maupun
kuesioner disusun dan disajikan dalam bentuk yang mudah dipahami, dalam
dalam prosedur yang terdiri dari penghormatan terhadap harkat dan martabat
diberikan sesuai dengan pelanggaran. Dalam (et al, 2010) mengemukakan banyak
dan protrction from exploitation (polit & beck, 2012). Pada pengambilan data
saat wawancara.
Prinsip etika penelitian menghargai martabat manusia atau respect human for
dignity, dipenuhi oleh peneliti dengan cara memberikan hak untuk menentukan
pilihan (self determination) dan hak mendapatkan penjelasan secara lengkap (full
Prinsip etika penelitian justice meliputi fair treatment and privacy. Pada prinsip
memilih partisipan selama prosedur pengumpulan data. Pada penelitian ini prinsip
secara adil dengan tidak membeda-bedakan dan memberi hak yang sama pada
setiap partisipan. Peneliti harus mengenali adat istiadat, budaya, dan aturan yang