Ebn Jiwa Halusinasi
Ebn Jiwa Halusinasi
Ebn Jiwa Halusinasi
I
DENAGAN GANGGUAN BIPOLAR
DI RUANG KENARI RSUP DR. KARIADI SEMARANG
PEMBIMBNG:
Ns. Desi Aryana Rahayu, M.Kep
Disusun Oleh:
Setyo Prabowo (G3A021229)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi perasaan sejahtera secara subyektif, suatu
penilaian diri tentang perasaan mencakup aspek konsep diri, kebugaran dan
kemampuan mengendalikan diri (Herdiyanto, 2017). Orang yang mengalami
gangguan kesehatan jiwanya dibagi menjadi dua yaitu orang dengan masalah
kejiwaan (ODMK) dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). ODMK adalah orang
yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan dan
atau kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa. Sedangkan
ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan
yang termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan atau perubahan perilaku
yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia (Fairuzahida, 2018)
Berdasarkan fenomena gangguan jiwa yang semakin meningkat salah satunya adalah
halusinasi. Halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi atau pengalaman indera yang
tidak terdapat stimulasi terhadap reseptornya. Dampak yang terjadi apabila pasien
halusinasi tidak segera ditangani yaitu munculnya histeria, rasa lemah, dan tidak
mampu mencapai tujuan, ketakutan yang berlebihan, pikiran yang buruk, dan tindak
kekerasan (Nugroho, 2017). Akibatnya akan menyebabkan timbulnya respon
maladaptif seperti mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, perilaku
kekerasan serta bunuh diri (Keliat, 2011).
Berdasarkan hal tersebut, pemerintah melakukan upaya untuk mengatasi masalah
gangguan jiwa antara lain: 1) Menerapkan sistem pelayanan kesehatan jiwa yang
komprehensif, terintegrasi, dan berkesinambungan di masyarakat; 2) Menyediakan
sarana prasarana, dan sumber daya yang diperlukan untuk pelayanan kesehatan jiwa
di seluruh wilayah Indonesia, termasuk obat, alat kesehatan, dan tenaga kesehatan
dan non-kesehatan terlatih; 3) Menggerakkan masyarakat untuk melakukan upaya
prevenif dan promotif serta deteksi dini gangguan jiwa dan melakukan upaya
rehabilitasi (Miftachul, 2017).
Upaya pemerintah yang sudah dilakukan dalam penanganan orang gangguan jiwa
belum mengalami keberhasilan yang maksimal. Upaya tersebut adalah melakukan
pendekatan manajemen pelayanan kesehatan jiwa berbasis komunitas melalui
pemberdayaan masyarakat (Miftachul, 2017). Selanjutnya, upaya lain yang ingin saya
terapkan agar berkurangnya masalah gangguan jiwa dengan halusinasi menggunakan
metode terapi musik. Terapi musik merupakan salah satu bentuk dari teknik relaksasi
yang bertujuan untuk memberikan rasa tenang, mengendalikan emosi dan
menyembuhkan gangguan psikologi (Purnama, 2016). Metode ini sudah dibuktikan
dapat menurunkan tingkat halusinasi. Salah satu hasil penelitian (Damayanti, 2014)
didapatkan jumlah responden dengan tingkat halusinasi sedang sebelum diberikan
terapi musik adalah 11 orang (73,3%), setelah diberikan terapi musik klasik tingkat
halusinasi sedang menjadi 3 orang (20%) dengan total responden 15 orang. Hal ini
menunjukkan hasil bahwa terapi musik sangat efektif bagi penderita skizofrenia
untuk mengatasi tingkat halusinasi.
Berdasarkan fenomena gangguan jiwa yang semakin meningkat salah satunya adalah
halusinasi. Halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi atau pengalaman indera yang
tidak terdapat stimulasi terhadap reseptornya. Dampak yang terjadi apabila pasien
halusinasi tidak segera ditangani yaitu munculnya histeria, rasa lemah, dan tidak
mampu mencapai tujuan, ketakutan yang berlebihan, pikiran yang buruk, dan tindak
kekerasan (Nugroho, 2017). Akibatnya akan menyebabkan timbulnya respon
maladaptif seperti mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan, perilaku
kekerasan serta bunuh diri (Keliat, 2011).
Upaya pemerintah yang sudah dilakukan dalam penanganan orang gangguan jiwa
belum mengalami keberhasilan yang maksimal. Upaya tersebut adalah melakukan
pendekatan manajemen pelayanan kesehatan jiwa berbasis komunitas melalui
pemberdayaan masyarakat (Miftachul, 2017). Selanjutnya, upaya lain yang ingin saya
terapkan agar berkurangnya masalah gangguan jiwa dengan halusinasi menggunakan
metode terapi musik. Terapi musik merupakan salah satu bentuk dari teknik relaksasi
yang bertujuan untuk memberikan rasa tenang, mengendalikan emosi dan
menyembuhkan gangguan psikologi (Purnama, 2016). Metode ini sudah dibuktikan
dapat menurunkan tingkat halusinasi. Salah satu hasil penelitian (Damayanti, 2014)
didapatkan jumlah responden dengan tingkat halusinasi sedang sebelum diberikan
terapi musik adalah 11 orang (73,3%), setelah diberikan terapi musik klasik tingkat
halusinasi sedang menjadi 3 orang (20%) dengan total responden 15 orang. Hal ini
menunjukkan hasil bahwa terapi musik sangat efektif bagi penderita skizofrenia
untuk mengatasi tingkat halusinasi.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Mampu menggambarkan penerapan asuhan keperawatan dengan pasien
halusinasi
2. Tujuan Khusus
a. Mendiskripsikan proses keperawatan pada pasien halusinasi dari
pengkajian sampai evaluasi
b. Mendiskripsikan penerapan terapi musik pada pasien halusinasi
BAB II
TINJAUAN TEORI
5. Desain Penelitian
6. Outcome
1. Pengertian
a. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan,
penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, dan kesulitan untuk tidur dalam
waktu yang lama.
b. Dimensi Emosial
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat teratasi
merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa
perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah
tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan
tersebut.
c. Dimensi Intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan halusinasi
akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Halusinasi merupakan usaha
dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu
hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian
klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi Sosial
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan adanya
kecenderungan untuk menyendiri. Individu asyik dengan halusinasinya, seolah-
olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri, dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata.
e. Dimensi Spiritual
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial sehingga interaksi dengan
manusia lainnya merupakan kebutuhan yang mendasar. Individu yang mengalami
halusinasi cenderung menyendiri hingga proses diatas tidak terjadi, individu tidak
sadar dengan keberadaannya sehingga halusinasi menjadi sistem kontrol dalam
individu tersebut.
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif invidu yang berada dalam rentang
respon neurobiologis. Rentang respon digambarkan (Muhith, 2015) seperti gambar di
bawah ini.
E. Rencana Keperawatan
Diagnosa I : Perubahan sensori persepsi halusinasi
Tujuan umum : Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan
lingkungan
Tujuan khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya dasar untuk kelancaran hubungan
interaksi seanjutnya
Tindakan :
a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip
komunikasi terapeutik dengan cara :
1) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
2) Perkenalkan diri dengan sopan
3) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukai
4) Jelaskan tujuan pertemuan
5) Jujur dan menepati janji
6) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
7) Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar
klien
2. Klien dapat mengenal halusinasinya
Tindakan :
a. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
b. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya: bicara dan
tertawa tanpa stimulus memandang ke kiri/ke kanan/ kedepan seolah-olah
ada teman bicara
c. Bantu klien mengenal halusinasinya
1). Tanyakan apakah ada suara yang didengar
2). Apa yang dikatakan halusinasinya
3). Katakan perawat percaya klien mendengar suara itu, namun
perawat sendiri tidak mendengarnya.
4). Katakan bahwa klien lain juga ada yang seperti itu
5). Katakan bahwa perawat akan membantu klien
Identitas klien
Nama : Nn. I
Umur : 22 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status perkawinan : Belum menikah
Alamat : Demak
No. RM : C852144
Diagnosa medis : Bipolar
Tanggal dirawat : 28-7-2022
Tanggal pengkajian : 28-7-2022
Alasan Masuk
Klien bingung,mendengar suara – suara menyuruh untuk membentur – benturkan
kepalnya ke tembok
Faktor predisposisi
Sudah pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya, pengobatan sebelumnya kurang
taat, tidak ada keluarga yang pengalami gangguan jiwa. Saat menyendiri klien merasa
mendengar suara yang berisi perintah untuk membentur- benturkan kepalanya karena
tidak berguna lagi.
Masalah keperawatan : halusinasi pendengaran
Pemeriksaan Fisik
1. Tanda vital : TD: 120 / 80 mmHg, N: 88 x / menit, S: 37oC,
RR: 18 x / mnt
2. Ukur : TB: 158 cm, BB: 47 kg
3. Keluhan fisik : Klien merasa badannya sakit semua dan pusing.
Psikososial
1. Genogram
Keterangan:
: Klien
: Meninggal
: Wanita
: Laki-laki
Pola asuh dalam keluarga tidak ada perbedaan diantara anak-anaknya, komunikasi
dalam keluarga baik, pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah
(anggota keluarga), tetapi untuk pengambilan keputusan masalah kesehatan jiwa
masih kurang. Orang tua terutama ayah belm menerima anaknya di diagnosa
gangguan jiwa. Ayahnya ingin akanya di obnati dengan rukiyah.
Masalah keperawatan ketidakmampuan koping keluarga
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien menyatakan menyukai semua bagian tubuhnya
b. Identitas
Klien menyadari dirinya sebagai perempuan tidak mau kalah dengan laki –
laki. Sehingga pasien ingin sekolah lebih tinggi, saat ini pasien kuliah di salah
satu perguruan tinggi di semaranng
c. Peran
Klien berperan sebagai anak ke 1 dari 4 bersaudara di rumahnya. Klien merasa
belum bisa menjadi contoh yang baik kepada adik –adiknya.
d. Ideal diri
Klien mengatakan kalau dirinya merasa bisa membahagian orang tuanya
e. Harga diri
Selama di rumah, klien merasa malu, minder, tidak percaya diri untuk bergaul
dengan orang lain karena klien di anggap orang stress dan merasa orang lain
tidak suka dengannya. Pasien merasa teman – temanya menjahuiny
Masalah Keperawatan : isolais sosial : menaik diri
3. Hubungan sosial
,
a. Orang yang berarti dan paling dekat dengan klien adalahayahnya. Klien
menganggap dia adalah orang yang paling dekat dengannya dan klien sering
bercerita pada ibunya
b. Peran serta dalam kelompok atau masyarakat
Sebelum klien mengalami gangguan jiwa, klien mudah bergaul, banyak teman,
sering melucu, tapi terkadang bersifat keras kepala.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Klien selama ini kos di semarang, merasa malas bersosialisasi dengan orang
lain dan teman – temannya. Karena temanya selalu membicarakanya dan
tidaka da yang peduli dnegan nya
Masalah Keperawatan : isolasi sosial : menarik diri
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien beragama Islam dan saling menghormati satu sama lainya
b. Kegiatan ibadah
Klien taat untuk beribadah
Status mental
1. Penampilan
Penampilan klien rapi, bersih
Masalah Keperawatan : -
2. Pembicaraan
Cara bicara cepat, banyak senyum, volume sedang.
Masalah Keperawatan : -
3. Aktifitas motorik
Tingkat aktivitas klien terlihat tegang dan gelisah.
Masalah Keperawatan : -
4. Alam perasaan
Klien mengatakan saat ini perasaannya binggung, cemas, gelisah
Masalah Keperawatan : -
5. Afek
Afek klien sesuai dengan stimulus yang diberikan. Ekspresi wajah klien biasa
saja saat dilakukan pengkajian.
Masalah Keperawatan : -
6. Interaksi selama wawancara
Kontak mata baik atau positif, klien kooperatif saat diajak bicara dan menjawab
semua pertanyaan yang diberikan.
Masalah Keperawatan : -
7. Persepsi
Klinn medengar suara- suara yang menyuruh nya utuk membenturkan
kelapanya ke tembok
Masalah Keperawatan : gangguan persepsi sensori halusinasi : pendengaran
8. Proses fikir
Pembicaraan klien bisa dimengerti oleh perawat. Selama komunikasi dengan
perawat dan orang lain dapat diobservasi bahwa pembicaraan klien terarah,
jawaban koheren dengan pertanyaan yang diajukan. Tidak ada sirkumtansial,
tangensial, blocking dan lain-lain.
Masalah Keperawatan : -
9. Isi pikiran
Klien mengalami gangguan dalam isi pikir. Klien merasa teman – temnaya semua
jahat dan merasa selalau mengomongkan dia.
Masalah Keperawatan : -
10. Tingkat kesadaran
Klien dapat berorientasi terhadap tempat, waktu, dan orang-orang terdekat. Klien
mengetahui hari tanggal dan jam, klien mengetahui orang yang mengajak bicara.
Klien menyadari dirinya benar-benar berada di RSUP Dr. Kariadi semarang.
Masalah Keperawatan : -
11. Memori
Sebagian besar klien masih dapat mengingat kejadian lalu
Masalah Keperawatan : -
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien dapat berhitung dengan urut, masih dapat berkonsentrasi dengan baik
terbukti bahwa klien bisa menyebutkan jumlah saudaranya dan bisa menyebutkan
sudah berapa lama dia dirawat.
Masalah Keperawatan : -
13. Kemampuan penilaian
Pasien dapat mengambil keputusan sederhana dengan bantuan.
Masalah Keperawatan : -
Kebutuhan persiapan pulang.
1. Makan
Klien makan 3 x sehari dengan menu yang disediakan di rumah sakit. Klien mau
makan dengan menu yang disediakan di rumah sakit dan tidak ada pantangan dalam
makanan. Klien sudah mampu untuk menyediakan dan membersihkan sendiri alat
makannya.
Masalah Keperawatan : -
2. BAB/BAK
Klien mampu melakukan BAB dan BAK sendiri. Klien juga mampu membersihkan
diri setelah BAB dan BAK.
Masalah Keperawatan : -
3. Mandi
Klien selama di rumah sakit mandi 2 x sehari tanpa bantuan, ganti baju 2 x sehari,
menggosok gigi 2 x sehari. Klien juga mampu mencuci rambut sendiri.
Masalah Keperawatan : -
4. Bepakaian
Klien mampu mengenakan pakaian sendiri dan sesuai dengan pasangannya. Setiap
kali mandi klien ganti baju. Klien mampu menyisir rambutnya sendiri.
Masalah Keperawatan : -
5. Istirahat tidur
Klien selama sehari tidur + selama 7 jam, siang hari klien biasa tidur 1-2 jam,
apabila ingin tidur tidak ada persiapan khusus, klien jika merasa ngantuk langsung
pergi tidur.
Masalah Keperawatan : -
6. Penggunaan obat
Selama di rumah pasien selalu minum obat teratur dan kontrol tepat waktu.
Selama di rumah sakit klien diberi obat sehari 3x yaitu setelah makan pagi, siang,
dan setelah makan malam. Obat yang dberikan pada klien selalu dimakan tidak
pernah dibuang. Reaksi obat yang dirasakan oleh klien adalah mengantuk.
Masalah Keperawatan : -
7. Pemeliharaan kesehatan :
Pasien selalu kontrol sendiri saat waktunya kontrol di rumah sakit. Pasien sealu
minum obat teratur
Masalah Keperawatan: -
9. Kegiatan didalam dirumah
Klien mengatakan nanti kalau sudah pulang ke rumah, dia akan membantu
pekerjaan orang tuanya di rumah seperti: mencuci baju, menyapu rumah ataupun
yang lainnya.
Masalah Keperawatan : -
10. Kegiatan di luar rumah
Kegiatan di luar rumah: pasien amsih aktif sebagai mahasiswa dan sibuk dengan
perkuliahan
Masalah Keperawatan : -
Mekanisme koping
Klien adalah seorang yang periang dan mudah bergaul, jika klien terdapat masalah,
klien hanya dipendam sendiri. Klien mengatakan apabila klien merasa kesal, jengkel,
marah, klien sering mengalihkannya dengan tiduran di kamar dan kadang
meninggalkan rumah.
Keluarga mengatakan semenjak pulang dari rumah sakit pasien sering di rumah.
Jarang berkumpul dengan teman – temanya. Komonikasi dengan keluarga baik dan
koperatif. Orang tua terutama ayah belm menerima anaknya di diagnosa gangguan
jiwa. Ayahnya ingin akanya di obnati dengan rukiyah.
Masalah keperawatan : Koping, keluarga tidak efektif : ketidakmampuan
Pengetahuan
Keluarga menyatakan tidak mampu mengatasi penyakit yang diderita klien.
Pengetahuan yang kurang dari klien dan keluarga yaitu tentang: penyakit jiwa, faktor predisposisi, koping,
Aspek medik
Diagnosa medik: bipolar
Terapi medik :
Depakote 250 mg tiap 24 jam PO pagi hari
Clozapine 50mg/24 jam
THP 2 mg tiap 12 jam PO
Sertraline 25 mg/24 jam pagi PO
Program ECT 4x
Analisa daata
MASALAH
DATA FOKUS KEPERAWATAN
S: Gangguan persepsi
Klien mengatakan menengar suara – sensori Halusinasi :
suara yang membisikanya ( untuk pendengaran
membenturkan kepala ke tembok,
mangatak sudah tidak berguna, ).
O:
Pasien terlihat binggung, sering
melamun, tingkah laku aneh.curiga,
sering menyendiri
S: Isolasi sosial
Klien merasa malu, minder, tidak
percaya diri untuk bergaul dengan orang
lain, klien merasa orang lain tidak suka
dengannya dan dianggap stress dan aneh
O:
Sewaktu di rumah klien mengurung
diri di kamar. Terlihat sedih, kontak mata
kurang, tampak lesu, tidak semangat,
Keluarga mengabaikan
perawatan/pengobatan
Halusinasi