Semkas Kel.p2
Semkas Kel.p2
Semkas Kel.p2
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Hasil laporan kasus ini dapat digunakan rumah sakit sebagai salah
satu tambahan informasi mengenai proses asuhan keperawatan
pasien dengan masalah keperawatan gangguan persepsi sensori
halusinasi.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Definisi Halusinasi
Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan, seperti bau
darah, urine atau feses atau bau harum seperti parfum. Perilaku
yang muncul adalah ekspresi wajah seperti mencium dengan
gerakan cuping hidung, mengarahkan hidung pada tempat
tertentu, menutup hidung.
d. Halusinasi Pengecapan (Gustatory)
Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya, gambar giometris, gambar karton dan atau panorama
yang luas dan komplek. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan /sesuatu yang
menakutkan seperti monster.
Penciuman Membau bau-bau seperti bau darah, urine, fases umumnya bau-bau yang tidak menyenangkan.
Halusinasi penciumanbiasanya sering akibat stroke, tumor, kejang / dernentia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urine, fases.
Perabaan Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas rasa tersetrum listrik yang datang
dari tanah, benda matiatau orang lain.
Sinestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah divera (arteri), pencernaan makanan.
a. Faktor Predisposisi
b. Faktor Presipitasi
Keterangan:
a. Respon Adaptif
b. Respon Psikososial
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap atau tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran.
c. Respon Maladatif
b. Menggunakan Obat
e. Terapi Psikososia
1) Terapi Modalitas
9. Pathway Halusinasi
B. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Tujuan pengkajian adalah mengumpulkan, mengorganisasikan dan
mencatat data-data yang menjelaskan respon tubuh manusia yang
diakibatkan oleh masalah kesehatan. Kegiatan utama dalam tahap
pengkajian ini adalah pengumpulan data, pengelompokan data, dan analisis
data guna perumusan diagnosis keperawatan. Metode yang digunakan dalam
pengumpulan data adalah wawancara, observasi, pemeriksaan fisik serta
studi dokumentasi. Data yang dikumpulkan merupakan data pasien secara
holistik, meliputi aspek biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang
kemudian yang akan dikelompokkan kembali menjadi menjadi data
subjektif dan data objektif (Direja, 2011).
Menurut Keliat (2012), data objektif yaitu data yang dapat secara nyata
melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat. Sedangkan data
subjektif yaitu data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan
keluarganya. Data ini didapat melalui wawancara perawat kepada klien dan
keluarganya. Dalam keperawatan jiwa, seorang perawat diharapkan
memiliki kesadaran atau kemampuan tilik diri (self awereness), kemampuan
mengobservasi dengan akurat, berkomunikasi dengan terapeutik, dan
kemampuan berespon secara efektif karena hal tersebut merupakan kunci
utama dalam menumbuhkan hubungan saling percaya dengan pasien.
Hubungan saling percaya antaraperawat dengan pasien akan memudahkan
perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan (Yusuf dkk, 2015).
Menurut Yusuf, dkk (2015), pengkajian pada pasien dengan halusinasi
terdiri dari:
a. Faktor perkembangan: Hambatan perkembangan akan mengganggu
hubungan interpersonal yang dapat meningkatkan stress dan ansietas
yang dapat berakhir dengan gangguan persepsi. Pasien mungkin
menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan
emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya : Berbagai faktor di masyarakat yang membuat
seseorang merasa disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat
diatasi sehingga muncul akibat berat seperti delusi dan halusinasi.
c. Faktor psikologis : Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta
peran ganda atau peran yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas
berat berakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan, sehingga
terjadi halusinasi.
d. Faktor biologis : Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien
gangguan orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak,
pembesaran ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan
limbik.
e. Faktor genetik : Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi
umumnya ditemukan pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan
cukup tinggi pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya
mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang tuanya
mengalami skizofrenia.
4) Menutup telinga.
8) Menutup hidung.
9) Sering meludah.
10) Muntah.
2. Pohon Masalah
3. Diagnosa Keperawatan
d. Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara bertahap.
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
2. Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
jenis halusinasi yang dialami pasien beserta proses
4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien terjadinya.
3. Menjelaskan merawat pasien halusinasi
5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkanhalusinasi
6. Mengidentifikasi respons pasien terhadap 4. Melatih cara merawat halusinasi: hardik
7. halusinasi Mengajarkan pasien menghardikhalusinasi 5. Menganjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi
8. Menganjurkanpasien memasukkan cara menghardik halusinasi pujian
ke dalam jadwalkegiatan harian
SP II P SP II K
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien 1. Mengvaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih
pasien menghardik. Beri pujian
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara
2. Menjelaskan 6 benar cara memberikanobat
bercakap-cakap dengan orang lain
3. Melatih cara memberikan/membimbing minum obat
3. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan bercakap-cakap
4. Menganjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
ke dalam jadwal kegiatanharian
memberi pujian
SP III P SP III K
A : Analisis ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data kontra indikasi
dengan masalah yang ada, dapat juga membandingkan
hasil dengan tujuan.
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Tn. W
Nama : Tn.W
Umur : 35 tahun
No RM :
Agama : Islam
2. Alasan Masuk
Tn. W datang ke IGD di antar keluarga dengan keluhan Tn.W gelisah
sejak 2 minggu sebelum masuk IGD, suka marah-marah, merusak rumah
tetangga, bicara & tertawa sendiri, bicara melantur, melihat bayangan. Tn.W
mengatakan berantam dengan temannya saat meminum alkohol dan di bawa ke
RSJ Prof.HB Sanin Padang
3. Faktor Predisposisi
1. Gangguan jiwa dimasa lalu
Tn.W mengatakan waktu pertama kali dibawa ke RSJ pada tahun 2017,
karena pasien lari dari rumah dan mendengarkan bisikan-bisikan di telinga,
sedangkan terakhir dirawat di rsj 1 tahun yang lalu dan pulang dengan tenang .
2. Trauma
a. Aniaya fisik
Tn.W mengatakan tidak pernah mengalami anaiaya fisik dari orangtua baik
sebagai saksi dan korban. Tn.W mengatakan terkadang suka berkelahi seperti tinju-
tinjuan dan memukul orang saat terpancing emosi atau saat emosi marah meluap.
b. Aniaya seksual
Tn.W mengatakan tidak pernah melakukan dan tidak pernah mengalami
aniaya seksual baik sebagai pelaku, saksi, dan korban.
c. Penolakan
Tn.W tidak pernah mengalami penolakan dari keluarganya, teman-
temannya, dan lingkungan masyarakat di rumahnya.
e. Tindakan Kriminal
Tn.W mengatakan tidak pernah terlibat atau melakukan tindakan kriminal
4. Fisik
1. Tanda-tanda vital
⚫ TD : 125/82
⚫ S: 36,6oC
⚫ N: 90 x/menit
⚫ RR: 19 x/menit
2. Ukuran
⚫ TB : 170 cm
⚫ BB : 60 kg
3. Keluhan fisik
Tn.W mengatakan tidak ada keluhan terhadap fisiknya dan Tn.W mengatakan
menyukai semua anggota tubuhnya dari ujung rambut sampai ujung kaki.
= 20,7kg/m2 (Normal/Ideal)
B. Psikososial
1. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: perempuan
: Meninggal
: Tn.W
_ _ _ _ _ : Serumah
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Tn.W mengatakan bahwa dari ujung kaki sampai kepala Tn.W menyukai semua
bagian tubuhnya.
b. Identitas Diri
Tn.W masih mengetahui namanya, Tn.W mengatakan dirinya seorang anak
laki-laki ke lima dari enam bersaudara, Tn.W mengatakan tidak tamat SD, sejak
SD Tn.W sudah bekerja, Sebelum masuk ke RSJ Tn.W bekerja sebagai
buruh atau kerja serabutan.
c. Peran diri
Tn.W mengatakan bahwa Tn.W adalah seorang anak dan juga seorang ayah bagi
kedua anaknya. Tn.W cukup puas dengan perannya saat ini. Tn.W memiliki
tanggungan keluarga seperti menafkahi anak, dan juga ibu kandung.
d. Ideal Diri
Tn.W mengatakan ingin cepat sembuh dari penyakitnya dan menjadi orang
normal kembali. Tn.W mengatakan ingin cepat keluar dari RSJ Prof. HB.
Saanin Padang dan pasien beharap dapat bekerja mauapun beraktifitas seperti
biasanya.
e. Harga Diri
Tn.W mengatakan Tn.W memiliki teman. Tn.W senang berteman dan bergaul,
TnW mengatakan walau dalam keluarga paling bandal, tetapi untuk berteman dan
bergaul tidak ada masalah.
4. Spiritual
1. Nilai keyakinan
Tn.W mengatakan agamanya islam dan yakin sepenuhnya dengan agamanya
2. Kegiatan ibadah
Tn.W mengatakan kegiatan ibadah sebelum sakit klian jarang solat dan
mengaji, setelah sakit dan masuk RSJ Tn.W juga jarang solat lima waktu.
5. Status Mental
a. Penampilan
Tn.W mengatakan mandi 2 x sehari menggunakan sabun, sikat gigi serta
kermas dengan teratur. Tn.W tampak rapi, rambut pendek rapi, Tn.W makan
dengan benar yaitu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Tn.W BAB/BAK
sesuai pada tempatnya dan membasuh setelah BAB/BAK, kuku tampak sedikit
panjang.
b. Pembicaraan
Pasien tampak berbicara keras dengan suara yang lantang. Tn.W mampu
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat. Tn.W mampu memulai
percakapan serta selama pengkajian kontak mata Tn.W fokus. Tn.W cenderung
menatap lawan bicara.
c. Aktivitas motorik
Selama dirawat Tn.W tampak biasa-biasa saja. Ekspresi Tn.W cepat berubah
Tn.W tampak tegang.
d. Alam perasaan
Tn.W mengatakan emosi mudah berubah, terkadang terpukul adik membuat
Tn.W menyesal dan sedih dalam hati, emosi cepat meluap-luap. Namun saat masuk
RSJ dan minum obat teratur, Tn.W lebih bisa mengendalikan emosi nya.
e. Afek
Afek pasien labil.ketika pasien diberikan stimulus oleh perawat respon Tn.W
labil
g. Persepsi
1. Pasien marah-marah disebabkan oleh terpancing suasana dan emosi yang
mudah meluapluap
2. Mata pasien terlihat tajam
3. Wajah tampak tegang
4. Tangan Tn. W tampak mengepal
5. Rahang mengeras
Masalah keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
h. Proses/arus pikir
Saat pengkajian Tn.W diajak berkomunikasi tampak senang dan lebih santai,
terkadang wajah tampak serius dengan pertanyaan yang telah diajukan. Pada
pembicaraan Tn.W fokus pada apa yang ditanyakan.
i. Isi pikir
Saat pengkajian dilakukan Tn.W mempunyai keyakinan bahwa ia merupakan
seorang indigo yang dapat memprediksi sesuatu yang akan terjadi dan seperti
mendengar bisikan tentang tersebut, tetapi tidak memaksa pemikiran tersebut.
j. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran Tn.W composmentis. Tn.W sadar dan tahu bahwa dia
sekarang di RSJ, orientasi waktu juga baik dimana Tn.W mengatakan di siang hari
saat bercakap-cakap dengan perawat, Tn. W mampu menjawabnya
d. Kemampuan penilaian
Tn.W mampu mengambil keputusan sendiri, pada saat diberikan pertanyaan
saat Tn.W haus dan tenggorokan kering Tn.W pilih minum air hangat atau air
dingin, Tn.W menjawab dengan benar yaitu air dingin dan dapat mengambil
keputusan dengan baik.
2. BAB/BAK
Tn.W mengatakan BAB 1x/hari, BAK kurang lebih 5x sehari dan Tn.W
mengatakan BAB dan BAK dikamar mandi dapat melakukan secara mandiri,saat
dirawat , berdasarkan observasi Tn.W mampu menggunakan dan membersihkan
wc. Setelah menggunakan wc, Tn.W bisa membersihkan dan merapikan
diri/pakaian setelah kembalinya dari wc. Tn.W mampu BAB/BAK secara
mandiri.
3. Mandi
Tn.W mengatakan mandi 3x sehari dan keramas 2x sehari di waktu pagi hari.
Dan sore hari. Berdasarkan observasi, Tn.W mandi 3x sehari, kalau keramas 1x
sehari. Tn.W tahu cara mandi yang benar, kebersihan gigi Tn.W bersih karena
Tn.W sering menggosok gigi.
4. Berpakaian/berhias
Tn.W mengatakan mampu dalam mengambil, memilih dan mengenakan
pakaian dengan benar, Tn.W mampu mengganti pakaian setelah mandi, dan
meletakan pakaian kotor pada tempatnya, tetapi kuku tampak sedikit panjang.
7. Pemeliharaan kesehatan
Tn.W mempunyai sistem pendukung yaitu keluarga dan perawat yang akan
memberi dukungan dan mengingatkan Tn.W dalam minum obat serta
memfasilitasi Tn.W dalam mendapatkan pelyanan kesehatan.
7.Mekanisme Koping
a. Koping maladaptif : Tn.W mengatakan kalau ada masalah Tn.W suka
melampiaskan pada barang di sekitar.
Masalah keperawatan : Ketidakefektifan koping individu
9.Pengetahuan
Tn.W mengatakan ia tidak mengetahui mengapa ia dibawa ke RSJ. Tn.W tidak
mengetaui tentang obat yang diminumnya dan Tn.W tidak tau manfaat dari
obatnya
ASPEK MEDIK
Terapi medik :
1. Resperidon 1x2 mg
2. Clozepine 1x25 mg
DAFTAR MASALAH
1. Halusinasi
2. Resiko Perilaku Kekerasan
3. Defisit Perawatan Diri
4. Ketidakefektifan koping individu
5. Kurang pengetahuan
K. Analisa Data
NO DATA MASALAH
Do : Halusinasi
1. Tn.W pernah dirawat dengan halusinasi
yaitu mendengar suara bisikan dan
melihat bayangan
2. Tn.W masuk kerena sempat putus obat
selama 2 minggu
Ds :
1. Tn.w mengatakan kadang mendengar
suara bisikan dan melihat bayangan
1. Do : Risiko Perilaku Kekerasan
1. Tn.W wajah tampak tegang,
melihat dengan tajam
2. Emosi Tn.W labil
3. Tn.W tampak berbicara dengan keras
Ds :
1. Tn.W mengatakan ingin cepat pulang
2. Tn.W mengatakan gampang terpancing
emosi dan mengajak orang berantam
3. Tn.W mengatakan perasaan mudah
berubah, terkadang sedih dan kadang
emosi marah cepat meluap
3. DO: Defisit perawatan diri
1. Tn.W tampak kurang rapi dan bersih
2. Kuku sedikit panjang
3. Tn.W tampak berkeringat
DS:
1. Tn.W mengatakan mandi 3x sehari dan
sering berkeringat karena panas
L. Pohon Masalah
Halusinasi
Ketidakefektifan
Defisit Perawatan
koping individu
Diri
M. Intervensi Keperawatan
3.DdDefisit SP 1
Setelah dilakukan tindakan
perawatan 1. Identifikasi masalah perawatan
keperawatan selama 3 x 24
diri diri
jam klien mampu
2. Jelaskan keuntungan dan kerugian
melakukan kebersihan diri
kebersihan diri
dengan kriteria hasil:
3. Jelaskan cara dan alat kebersihan
TUK : diri
1. Mengetahui 4. Latih cara kebersihan diri
keuntungan dan 5. Masukkkan ke dalam jadwal
kerugian kebersihan diri kegiatan harian
SP 2
1. Evaluasi kegiatan sebelumnya
2. Klien dapat berlatih
2. Menjelaskan cara dan alat
cara kebersihan diri :
berdandan
mandi, keramas, gosok
3. Melatih cara berdandan
gigi dan potong kuku
4. Masukkan ke jadwal kegiatan
3. Klien mampu menjaga
harian
kebersihan diri dengan
SP 3
berdandan
1. Evaluasi jadwal kegiatan
4. Klien mampu
sebelumnya
mengaplikasikan
2. Menjelaskan cara dan alat makan
cara makan dan
serta minum
minum dengan
3. Melatih cara makan dan minum
baik
4. Masukkan dalam jadwal kegiatan
5. Klien mampu
harian
melakukan
BAB/BAK
SP 4
dengan benar
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
sebelumnya
2. Menjelaskan cara BAB/BAK
yang baik
3. Masukkan ke jadwal kegiatan
harian
N. Implementasi & Evaluasi
No Hari/ Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
tanggal
1 Kamis, 6 Halusinasi S: S:
1. Mengidentifikasi jenis
Juni - Klien mengatakan sering
halusinasi Klien.
2024 mendengar suara bisikan
(11.00) 2. Mengidentifikasi isi - Klien mengatakan suara
halusinasi Klien. tersebut suka mengganggu
- Klien mengatakan suara
3. Mengidentifikasi
tersebut muncul waktu siang
waktu halusinasi Klien.
dan malam hari
4. Mengidentifikasi - Klien mengatakan suara
frekuensi halusinasi tersebut selalu muncul apalagi
Klien. ketika klien sedang termenung
- Klien mengatakan lupa cara
5. Mengidentifikasi
mengontrol halusinasi
situasi yang
dengan menghardik
menimbulkan
halusinasi.
O:
6. Mengidentifikasi - Klien tampak larut dalam
respons klien halusinasinya
terhadap halusinasi. - Klien tampak kooperatif saat
belajar cara mengontrol
7. Mengajarkan Klien
halusinasi dengan menghardik
menghardik halusinasi.
- Klien ingin memasukan pada
8. Menganjurkan Klien jadwal kegiatan jam tidur siang
memasukkan cara dan malam saja (13.00 dan
menghardik halusinasi 20.00 WIB)
dalam jadwal kegiatan
harian. A : SP 1 belum tercapai
O:
- Klien tampak gelisah dan
mondar mandir
- Klien tampak mudah
terpancing emosi saat
mengobrol
- Klien mampu mengikuti
latihan yang diberikan yaitu
latihan fisik: napas dalam dan
memukul bantal
- Klien ingin memasukkan
kegiatan pada jadwal yaitu jam
11.00 dan 15.00 wib
A : SP 1 tercapai
O:
- Klien sudah mengetahui cara
menghardik
- Klien tampak sudah
mengetahui obat-obat yang dia
minum
- Klien dapat mengulang rules
minum obat yang sudah
diajarkan meskipun disebutkan
secara acak
A : SP 2 tercapai
J Jumat , 7 Resiko S:
1. Mengevaluasi
Juni Perilaku -Klien mengatakan masih sulit
kegiatan latihan fisik.
2024 Kekerasan untuk mengontrol emosinya
Beri pujian
(11.00) - Klien mengatakan sudah
2. Latih cara
melakukan latihan secara fisik
mengontrol PK
sesuai jadwal
dengan obat (jelaskan
6 benar: jenis, guna,
O:
dosis, frekuensi, cara,
- Klien masih sering tampak
kontinuitas minum
gelisah dan mondar mandir
obat)
- Klien dapat mengulang
3. Memasukkan pada
kembali rules minum obat yang
jadual kegiatan
sudah diajarkan (6 benar)
untuklatihan fisik dan
walaupun secara acak
minum obat
- Klien ingin memasukan pada
jawab minum obat saja yaitu
07.00 dan 19.00 wib
A : SP 2 tercapai
Sa Sabtu, 8 Halusinasi S:
1. Mengvaluasi jadwal
Juni S:
kegiatan harian Klien
2024 ( - Pasien mengatakan suara
(menghardik dan
10.00) bisikannya sudah mulai
minum obat )
berkurang, jarang muncul lagi
2. Latih Klien - Klien mengatakan sudah
mengendalikan menerapkan cara menghardik
halusinasidengan cara dan minum obat secara teratur
bercakap-cakap
denganorang lain. O:
3. Menganjurkan Klien - Klien mampu melakukan cara
memasukkan dalam mengontrol halusinasinya
jadwal kegiatan harian dengan bercakap-cakap
dengan perawat
- Klien tampak mencoba
bercakap-cakap dengan
temannya saat halusinasi
muncul
A : SP 3 tercapai
P : Intervensi dilanjutkan ke SP
4: melakukan kegiatan
Sa Sabtu, 8 Resiko S:
1. Mengevaluasi
Juni Perilaku S:
kegiatan latihan fisik
2024 ( Kekerasan - Klien mengatakan perasaanya
& obat. Beri puiian
13.00) sudah mulai tenang
2. Latih cara - Klien mengatakan sudah
mengontrol PK melakukan latihan secara fisik
secara verbal (3 cara, sesuai jadwal
yaitu: - Klien mengatakan minum obat
mengungkapkan, sesuai jadwal
meminta, menolak -
dengan benar) O:
3. Memasukkan pada - Klien masih sering tampak
jadual kegiatan untuk gelisah dan mondar mandir
latihan fisik, minum - Klien dapat mengulang
obat dan verbal kembali mengontrol halusinasi
dengan verbal
(mengungkapkan,
meminta,dan menolak dengan
baik)
A : SP 3 tercapai
M Minggu, Halusinasi S: S:
1. Mengevaluasi jadwal
09 Juni - Pasien mengatakan suara
kegiatan harian Klien.
2024 bisikannya sudah mulai
(08.00) 2. Latih Klien berkurang, jarang muncul lagi
mengendalikan - Klien mengatakan sudah
halusinasidengan cara menerapkan cara menghardik
bercakap-cakap dan minum obat secara teratur
dengan orang lain.
3. Menganjurkan Klien O:
memasukkan dalam - Klien mampu melakukan cara
jadwal kegiatan harian mengontrol halusinasinya
dengan bercakap-cakap dengan
perawat
- Klien tampak mencoba
bercakap-cakap dengan
temannya saat halusinasi
muncul
A: SP 3 tercapai
P: Intervensi dilanjutkan ke SP 4:
melakukan kegiatan
M Minggu, Resiko S:
1. Mengevaluasi
09 Juni Perilaku - Klien mengatakan perasaanya
kegiatan latihan fisik
2024 Kekerasan sudah mulai tenang
& obat& verbal. Beri
(11.30) - Klien mengatakan sudah
pujian
melakukan latihan secara fisik
2. Latih cara sesuai jadwal
mengontrol spiritual
( dengan mengambil O:
wudu dan beristigfar) - Klien tampak kooperatif
- Klien memilih kegiatan
3. Masukkan pada
spiritual sholat dan berdoa
jadual kegiatan
- Klien tampak mampu
untuklatihan fisik,
melakukan cara mengontrol
minum obat, verbal
halusinasi dengan spiritual
dan spiritual
A : SP 4 tercapai
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Berdarsarkan pengkajian yang telah dilakukan pada klien didapatkan klien
bernama Tn W berjenis kelamin laki-laki, usia 35 tahun diagnose medis skizofernia
paranoid. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Landra dan Anggelina (2022),
di RSJ Provinsi Bali bahwa laki-laki lebih sering mengalami skizofrenia
dibandingkan perempuan. Onset gangguan ini dialami oleh laki-laki berkisar usia 20-
25 tahun dan perempuan berkisar usia 30 tahun. Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Yuluci (2016) sebanyak 62,26% pasien skizofrenia berjenis kelamin
laki-laki-laki dan 37,74% berjenis kelamin perempuan. Laki-laki rentan terkena
skizofrenia dibandingkan perempuan dipengaruhi oleh beberapa faktor dapat
menjadi penyebabnya, diantaranya laki-laki lebih sering mengalami stress
dibandingkan dengan perempuan. Perempuan tidak rentan terkena skizofrenia karena
adanya hormon estrogen. Hormon ini menjadi faktor protektif bagi pasien skizofrenia
perempuan. Estrogen memiliki efek antipsikotika dan estrogen dapat melindungi
pasien skizofrenia perempuan dari kerusakan otak.
Keluhan utama pasien yaitu gelisah 2 minggu sebelum masuk rumah sakit,
pasien suka marah-marah, merusak rumah tetangga, halusinasi seperti mendengar
suara situasi perang dan melihat bayangan, bicara ngawur. Pasien juga bertengkar
dengan adik kandungnya. Pasien sebelumnya sering mabuk dan memakai NAPZA.
Saat emosi tidak terkontrol pasien dapat melakukan kekerasan fisik seperti meninju.
Menurut studi Epidemiological Catchment Area, 47% pasien skizofrenia memiliki
masalah serius dengan penggunaan narkoba atau alkohol selama hidup mereka
dibandingkan dengan 16% populasi umum. Gangguan penggunaan tembakau,
alkohol, ganja dan kokain umumnya terjadi pada pasien skizofrenia
(Khokar et al., 2018).
B. Diagnosa
Menurut standar diagnosa keperawatan Indonesia (SDKI), 2017 menjelaskan
bahwa diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau
respon individu, keluarga maupun komunitas pada masalah kesehatan, pada resiko
terjadinya masalah kesehatan atau pada proses kehidupan, sehingga dapat
memberikan asuhan keperawatan yang sesuai untuk membantu klien mencapai
kesehatan yang optimal. Berdasarkan pengkajian yang dilakukan maka ditegakan
diagnosa yang sesuai dengan data mayor dan data minor berdasarkan SDKI (2017)
yaitu halusinasi, risiko perilaku kekerasan, dan deficit perawatan diri.
C. Intervensi
Intervensi keperawatan atau perencanaan merupakan keputusan awal yang
memberi arah bagi tujuan yang ingin dicapai, hal yang akan dilakukan, termasuk
bagaimana, kapan dan siapa yang akan melakukan tindakan keperawatan.
Karenanya, dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk pasien, keluarga
dan orang terdekat perlu dilibatkan secara maksimal (Asmadi, 2008). .Intervensi
keperawatan adalah segala pengobatan yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan 25 penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018). Intervensi
keperawatan atau rencana tindakan keperawatan berupa terapi modalitas
keperawatan, konseling, pendidikan kesehatan, perawatan mandiri dan ADL,
kolaborasi terapi somatis dan psikofaraka (Arisandy & Juniarti, 2020).
cara selanjutnya yang bisa dilatihkan kepada klien untuk mengontrol halusinasi yaitu
berinteraksi dengan orang lain. Pasien dianjurkan meningkatkan keterampilan
hubungan sosialnya dengan meningkatkan intensitas interaksi sosialnya, kilen akan
dapat memvalidasi persepsinya pada orang lain. Klien juga mengalami peningkatan
stimulus eksternal jika berhubungan dengan orang lain. Dua hal ini akan mengurangi
fokus perhatian klien terhadap stimulus internal yang menjadi sumber halusinasinya.
Dan cara yang terakhir yaitu beraktivitas. Aktivitas secara teratur dengan menyusun
kegiatan harian. Kebanyakan halusinasi muncul akibat banyaknya waktu luang yang
tidak dimanfaatkan dengan baik oleh klien. Klien akhirnya asyik dengan
halusinasinya. Untuk itu, klien perlu dilatih menyusun rencana kegiatan dari pagi
sejak bangun pagi sampai malam menjelang tidur dengan kegiatan yang bermanfaat.
Perawat harus selalu memonitor pelaksanaan kegiatan tersebut sehingga klien betul-
betul tidak ada waktu lagi untuk melamun tak terarah.
D. Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada Tn. W pada Kamis, 6 Juni 2024, jam 15.00
adalah SP 1 meliputi mengindentifikasi halusinasi yang dialami pasien: isi,
frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon. Kemudian melatih klien
cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, pada saat latihan, pasien dapat
melakukan latihan menghardik dengan baik dan benar. Pada jam 16.00 tindakan yang
dilakukan pada Tn. W adalah SP 1 resiko perilaku kekerasan yaitu mengidentifikasi
penyebab dan tanda gejala perilaku kekerasan. Dan melatih Tn. W untuk latihan tarik
nafas dalam dan memukul bantal. Pada jam 17.00 tindakan yang dilakukan pada Tn.
S adalah SP 1 defisit perawatan diri yaitu tentang kebersihan diri pentingnya mandi
2x sehari.
E. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dalam proses asuhan keperawatan dengan cara
mengidentifikasi respon klien dan mengidentifikasi tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Sehingga dengan dilakukannya evaluasi penulis mengetahui
apakah implementasi yang sudah dilakukan dapat membantu mengatasi masalah
klien atau tidak dan apabila masalah tidak teratasi penulis dapat memberikan rencana
tindak lanjut yang dapat dilakukan klien secara mandiri dirumah.
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Penulis
Anjani, E. N., Reknoningsih, W., & Soleman, S. R. (2023). Penerapan Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK) Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Pendengaran pada
Pasien Skizofernia di RSJD Dr. RM Soedjarwadi Klaten. Jurnal Ventilator,
1(3), 99-107.
Azizah, L. M., Imam, Z., & Amar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Jiwa: Teoridan Aplikasi Praktik Klinik. Indomedia Pustaka: Yogyakarta.
Carpenito. L.J. (2003). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 1,
Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna., & Akemat. (2014). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC.
Sri, Devi Setyani. (2019). Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien
Halusinasi Pendengaran Terintegrasi Dengan Keluarga Di Wilayah Kerja
Puskesmas Juanda Samarinda.Hal 15-19
Stuart, W. Gail., & Sundeen. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Singapore: Elsevier
Susilaningsih, I., Nisa, A. A., & Astia, N. K. (2019). Penerapan Strategi Pelaksanaan:
Teknik Menghardik Pada Ny. T Dengan Masalah Halusinasi Pendengaran.
Jurnal Keperawatan Karya Bhakti, 5(2), 1-6.
Sutejo. (2018). Keperawatan Jiwa Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Jiwa:
Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Tim Pokja PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi
dan Indikator Diagnostik. Edisi 1 Cetakan III. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi
dan Tindakan Keperawatan. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
Tim Pokja PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan. Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.
Yusuf, A.H., Rizky., Fitryasari PK., dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.